Anda di halaman 1dari 6

EKSTRAKSI ALUMINIUM

Pada tahap pertama, bahan mentah diproduksi di pabrik alumina untuk menghasilkan
oksida murni. Lalu oksida tersebut diekstraksi dari bauksit dengan menggunakan proses Bayer.
Bijih akan terurai dengan menggunakan alumunium yang mengandung larutan NaOH dan
menghasilkan larutan untuk mengendapkan Al(OH)3 .
Pada tahap kedua, merupakan proses lanjutan ekstraksi yaitu peleburan aluminium
primer dengan menggunakan fused-electrolysis dari oksida murni yang tidak terlarut di leburan
kriolit dengan menggunakan proses Hall-Héroult.
Pada proses ore mining, bauksit yang tercampur dengan clay biasanya dipisahkan
dengan cara washing, wet screening atau hand sorting. Ore di-screen lalu dilakukan proses
crushing untuk mendapatkan ukuran yang sama. Ore masuk ke Grinding Mill yang ditambah
NaOH dengan suhu dan tekanan tinggi dan menghasilkan Slurry. Hasil sampingan berupa red
mud yang mengandung besi, silikon, dan titanium.
Pada proses digesting, terjadi reaksi kimia di digester dengan penambahan NaOH
lebih banyak pada proses ini. Reaksi yang terjadi adalah:
 Gibbsite : Al (OH) ₃ + Na⁺ + OH⁻ Al (OH)4- + Na+
 Böhmite dan Diaspore : AlO(OH) + Na⁺ + OH⁻ + H₂O Al(OH)⁴+ Na⁺
Pada proses settling, prinsip yang digunakan adalah prinsip gravitasi untuk melakukan
filtrasi. Pada proses precipitation, Material hasil dari settling dan filtering dimasukan ke mesin
precipitator. Alumina Hydrate ditambahkan untuk mempermudah proses presipitasi dimana
hasil proses ini adalah kristal alumina. Proses calcination adalah proses pemasanan yang
menghasilkan alumina anhydrate. Hasil proses ini adalah alumina yang sudah dapat digunakan
untuk proses pembuatan alumunium.
a. Proses Bayer
Proses Bayer adalah proses dimana Alumina akan diekstraksi dari bijih bauksit. Proses
ini merupakan proses ekstraksi hidrometalurgi. Proses ini sangat efisien dan selektif, proses
pemisahan ini terdiri dari 2 tahapan, yaitu mengekstraksi dari Al(OH)3 dan proses produksi
alumina pada tahap kedua.
Pada tahap pertama, campuran antara bauksit halus dan larutan NaOH dipanaskan pada
suhu 100-360oC di autoklaf. Al (OH)3 akan mengendap di larutan NaOH yang menjadi
Natrium Alumina. Campuran ini akan ditambahkan dengan besi dan titanium oksida yang
menghasilkan larutan silika dalam bentuk natrium aluminium silikat. Larutan ini disebut
lumpur merah atau red mud dan akan disaring untuk kemudian dibuang menjadi limbah.
Pada proses pendinginan akan menghasilkan endapan Al(OH)3 dari larutan jenuh
NaAlO2. Untuk mempercepat proses pengendapan ini dapat ditambahkan kristal Al(OH)3
yang baru saja mengendap. Endapan Al(OH)3 yang dihasilkan akan dipisahkan dengan
menggunakan vacuum filters. Endapan ini sebagian besar akan kembali digunakan untuk
proses awal / umpan. Sementara sebagian kecilnya akan dibersihkan dengan air lalu dikalsinasi.
Larutan OH- yang terbentuk akan digunakan kembali untuk proses. Proses ini memanfaatkan
fitur kimia dan fisika pada sistem Al2O3-Na2O-H2O, yaitu dimana ketergantungan suhu dari
kelarutan Al(OH)3 di NaOH dan metastabilitas dari larutan alumina.
Reaksinya adalah sebagai berikut:
Al (OH) ₃ + OH⁻→ AlO₂⁻ + 2H₂O (+ red mud)

Pada tahap kedua, Al(OH)3 akan dicuci, lalu difluidisasi dengan tekanan di tanur fluidisasi
modern. Proses ini menggunakan pemanasan pada suhu 1000-1300oC yang kemudian akan
dikalsinasi menjadi:
2Al (OH) ₃ → Al₂O₃ + 3H₂O
Produk hasilnya adalah Al₂O₃ hampir murni, kandungan 0.01-0.03% Fe2O3, SiO2 dan
Na2O sebesar 0.5%.
Residu dari ekstraksi proses Bayer disebut lumpur merah (red mud) karena
mengandung senyawa besi. Satu ton alumina (oksida aluminium) akan menghasilkan 360 –
800 Kg red mud. Red mud mengandung alkali residu yang berasal dari penggunaan larutan
NaOH pada proses Bayer. Larutan NaOH yang terkandung ini biasanya digunakan kembali ke
proses Bayer (ekologis dan ekonomis). Setelah red mud dicuci, residu ini akan dibuang ke
tempat pembuangan besar. Tempat pembuangan limbah ini harus kedap air dan diperiksa untuk
memastikan fungsi dan unsur alkali tidak ada yang terbuang ke lingkungan.
Lokasi pembuangan dapat dilapisi atau ditutupi dengan tanah, pasir, abu atau dapat diolah
kembali. Lokasi tersebut dapat diolah kembali dengan menggunakan suatu jenis rumput tanpa
membutuhkan lapisan tanah. Proses ini memakan waktu yang lama. Di masa yang akan datang,
penggunaan kembali residu adalah cara terbaik untuk mengurangi jumlah red mud. Beberapa
ada yang digunakan sebagai filler dan colouring agent di industri plastik, filler material untuk
pembangunan jalan, aditif untuk semen. Komposisi dari red mud adalah sebagai berikut:
Unsur (wt %) Komposisi (wt %)
Al2O3 15-28
Fe2O3 25-45
SiO2 6-16
TiO2 8-24
Na2O (total) 4-9
Na2O (larut) 0.5-0.7
CaO atau MgO 0.5-4
CaO atau MgO 7-12

b. Proses Hall-Héroult
Pada proses Fused-Salt Electrolysis, aluminium oksida akan terurai bila dilarutkan di
Na3AlF6 cair pada suhu 950-970oC dan arus langsung (DC). Hasilnya adalah alumina dengan
konsentrasi 5-7%. Fungsi Na3AlF6 adalah mengurangi titik lebur aluminium oksida (2050o
C). Na3AlF6 sebagai elektrolit memiliki titik leleh sebesar 1000o C Na3AlF6 harus dalam
bentuk cair agar dapat melarutkan aluminium oksida.Katoda yang digunakan adalah baja
karbon dan terletak di kulit bawah. Sedangkan anoda terbuat dari karbon, berada di atas dan
tergantung ke dalam sel elektrolit Arus listrik langsung akan mengurai fluks lelehan di sel
elektrolit menjadi aluminium dan oksigen. Skema untuk Fused-Salt Electrolysis adalah sebagai
berikut:

1) Anoda karbon
2) Katoda
3) Elektrolit Na3AIF6 dan Al2O3 yang tidak terlarut, 950-970 ° C
4) Alumunium cair murni, diendapkan di katoda (dapat diekstraksi)
5) Karbon pot
6) Mantel pot
7) Pengumpanan aluminium oksida
8) Crust breaker
9) CO and CO2 dihasilkan dari reaksi oksida dengan karbon anoda
10) Insulation layer
11) Pembuangan gas hasil reaksi anoda

Tegangan listrik pada Fused-Salt Electrolysis akan menyebabkan alumina terurai


menjadi ion aluminium bermuatan positif dan oksigen bermuatan negatif. Ion oksigen tersebut
akan berpindah ke anoda dan bereaksi dengan karbon membentuk CO2 dan CO. Reaksi
tersebut menghasilkan elektron yang akan berpindah ke katoda dimana ion aluminium akan
dipisahkan. Aluminium cair murni akan keluar dari bagian bawah sel elektrolisis.
Produk hasil dari Fused-Salt Electrolysis biasanya berupa ingot, ingot penggilingan
dan billet dari produk yang setengah jadi. Energi yang dibutuhkan untuk proses ini adalah 2.98
V/ŋ kWh/Kg Al. Sementara itu, suplai energinya adalah tegangan sebesar 1200 V (160-260
sel) dengan arus setiap selnya adalah 100-320 kA. Efisiensi katoda sebesar 95% dengan
tegangan sel sebesar 4 - 4.5 Volt. Konsumsi anodanya adalah 420 Kg karbon / ton Al.
Untukmemproduksi 1 Kg alumunium dari alumina diperlukan 15.7 KWH listrik. Untuk
memproduksi Alumunium diperlukan tempat yang dekat dengan pembangkit listrik yang
memadai dan 55% dari produksi alumunium menggunakan pembangkit listrik tenaga air. PT
Inalum menggunakan PLTA Siguragura dan Tangga sebagai pembangkit listrik.
c. Proses Forming Aluminium
Setelah terbentuknya ingot hasil Fused-Salt Electrolysis, proses berikutnya untuk
membentuk aluminium menjadi produk yang rumah tangga yang diinginkan adalah melalui
proses cold work atau pengerjaan dingin. Proses cold work ini sendiri bisa dibedakan menjadi
beberapa proses seperti forging (penempaan), rolling (penggilingan), drawing (penarikan), dan
extrusion (pendorongan).

Proses dari kiri ke kanan: forging,rolling,dan extrucsion dari Aluminium

Anda mungkin juga menyukai