PORTAL
Media Ilmiah Bidang Kimia dan Kemasan
Vol. 5 No. 1 Desember 2018
id
o.
.g
rin
pe
en
em
.k
kk
bb
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI
BALAI BESAR KIMIA DAN KEMASAN
id
Redaktur:
Ir. Wiwik Pudjiastuti, MSi 2. Pengujian Formaldehida Pada Melamin Perlengkapan
o.
Suryo Irawan, ST, MSi Makan Dan Minum ……………………………………….……………. 192-195
Ir. Emmy Ratnawati Setyawati
.g
Irma Rumondang L., ST, MSi
Nur Hidayati, ST, MT 3. Hubungan Ketahanan Tekan Tepi (ECT) Dengan
rin
Ketahanan Retak (Bursting Strength) Pada Kertas Karton
Gelombang…………………… …………………………………………… 196-202
Editor: Setyawati
pe
Bumiarto Nugroho Jati, ST, MT
Eva Oktarina, SSi 4. Karakteristik Mineral Spirulina Setelah Proses Sonikasi… 203-207
Anna Fitriana, ST Novi Nur Aidha, Eva Oktarina, dan Siti Agustina
en
Alamat Redaksi:
.k
Portal Kimia dan Kemasan memuat hasil litbang, aplikasi hasil litbang dan telaah ilmiah yang meliputi bahan, teknologi,
produk, mutu, limbah, rancang bangun, dan perekayasaan serta penerapan kebijakan di bidang kimia dan kemasan sebagai
media komunikasi antar ilmuwan, praktisi dan masyarakat industri. Portal Kimia dan Kemasan terbit sekali dalam setahun. Isi
Portal Kimia dan Kemasan dapat dikutip dengan menyebutkan sumbernya.
ISSN : 2443-1869
Vol. 5 No. 1 Desember 2018
PORTAL
Media Ilmiah Bidang Kimia dan Kemasan
KATA PENGANTAR
Majalah ilmiah Portal Volume 5 Nomor 1 Desember 2018 merupakan terbitan kelima dengan lima
karya tulis ilmiah berupa metode pengujian, hasil litbang, aplikasi hasil litbang, dan telaah ilmiah di
id
bidang kimia dan kemasan. Aplikasi hasil litbang dengan memanfaatkan bahan alam Indonesia
terdapat pada naskah Optimasi Kondisi Ekstraksi Karotenoid Serat Perasan Sawit Menggunakan
o.
Metode Permukaan Tanggap. Sedangkan metode pengujian pada kemasan disajikan dalam bentuk
naskah Pengujian Formaldehida Pada Melamin Perlengkapan Makan Dan Minum dan Hubungan
.g
Ketahanan Tekan Tepi (ECT) Dengan Ketahanan Retak (Bursting Strength) Pada Kertas Karton
Gelombang. Hasil litbang dengan menggunakan bahan alam yang dapat diperoleh secara melimpah
rin
di Indonesia terdapat pada naskah yaitu Karakteristik Mineral Spirulina Setelah Proses Sonikasi.
Telaah metode pengujian bahan kimia disajikan pada judul Analisis Robust Untuk Evaluasi Hasil Uji
Banding Antar-Laboratorium Produk Asam Formiat Teknis. Berbagai topik bahasan yang disajikan,
pe
semoga dapat memperkaya wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi para pembaca. Akhir kata,
kritik dan saran untuk peningkatan kualitas penerbitan majalah Portal Kimia dan Kemasan ini sangat
en
kami harapkan.
em
.k
kk
Dewan Redaksi
bb
OPTIMASI KONDISI EKSTRAKSI KAROTENOID SERAT
PERASAN SAWIT MENGGUNAKAN METODE PERMUKAAN
TANGGAP
E-mail :chicha.nuraeni@kemenperin.go.id
id
ABSTRAK
o.
Telah dilakukan ekstraksi karotenoid secara maserasi dari serat perasan sawit. Ekstraksi serat perasan sawit
menggunakan pelarut campuran etanol dan heksana (1:1) dengan variabel temperatur, waktu dan kecepatan
.g
pengadukan. Dari metode tersebut, dihasilkan total karotenoid sebesar 454 ppm sampai dengan 690 ppm.
Optimasi menggunakan metode permukaan tanggap menunjukkan bahwa kondisi proses yang optimal adalah
52,47 oC selama 1 jam dengan kecepatan pengaduk 100 rpm. rin
Kata kunci : Karotenoid, Serat perasan sawit, Metode permukaan tanggap
pe
ABSTRACT
Carotenoid extraction from palm pressed fiber by maceration has been performed. The extraction of palm fiber
used a mixture of ethanol and hexane (1: 1) with the variable of temperature, time and mixing speed. From the
en
method, was obtained total carotenoid as much as 454 ppm up to 690 ppm. Optimization using Response
Surface Methodology showed that the optimum process condition was 52.47 oC for 1 hour with stirring speed of
100 rpm.
em
PENDAHULUAN
kk
Serat perasan sawit (Palm Pressed Fiber, adanya unsur kalium), sebagai bahan baku
PPF) merupakan salah satu sumber “loss” pembuatan kertas pulp dan papan partikel; atau
minyak pada saat tahap pemerasan kelapa sebagai bahan campuran makanan ternak
bb
sawit untuk produksi Crude Palm Oil (CPO). karena serat kasarnya mengandung lignin yang
Kandungan minyak yang masih terperangkap tinggi dan palatabilitas rendah (Masni 2004),
dalam serat tersebut tergantung pada proses padahal minyak serat perasan sawit memiliki
sterilisasi buah sawit, kondisi buah yang telah kandungan karoten yang tinggi, hal ini ditandai
steril di digester dan juga tekanan waktu oleh warna merah tajam dalam minyak sisa
pemerasan (Majid, Mohammad, and May 2012). tersebut. Oleh karena itu, serat perasan sawit
Umumnya dalam PPF masih terkandung 5% merupakan sumber karotenoid yang potensial.
sampai dengan 6% sisa minyak. Jumlah serat Karotenoid memiliki aplikasi yang luas
perasan tersebut cukup melimpah yakni dalam dikarenakan sifat nutraseutikal-nya. Selain
setiap 10 ton tandan buah segar akan dihasilkan sebagai pewarna makanan, karotenoid juga
1,2 ton limbah serat (Rohaeni 2005). CPO dimanfaatkan sebagai suplemen kesehatan.
diketahui mengandung 15 sampai 300 kali lebih Manfaat karotenoid untuk kesehatan telah
banyak retinol (provitamin A) dibandingkan banyak dibuktikan secara ilmiah (Britton, Liaaen-
wortel, sayuran hijau dan tomat (Majid, Jensen, and Pfander 2009).
Mohammad, dan May 2012). Penelitian tentang kondisi optimal
Selama ini serat perasan dimanfaatkan ekstraksi serat perasan sawit diharapkan dapat
antara lain sebagai bahan bakar untuk ketel uap membantu industri dalam pemanfaatan serat
(abunya digunakan sebagai pupuk karena perasan sawit. Dalam penelitian optimasi
Optimasi Kondisi Ekstraksi Karotenoid………………Nuraeni et al. 186
dilakukan menggunakan metode permukaan gelombang 446 nm dan konsentrasi karotenoid
tanggap. Metode permukaan tanggap/ dihitung dengan persamaan:
Response Surface Methodology (RSM) adalah
kumpulan teknik statistika dan matematika yang 25 x 383 x (As-Ab)
digunakan untuk memodelkan respons yang Karoten (ppm)=
100 x W
dipengaruhi oleh 2 atau lebih faktor (variabel
bebas) dengan tujuan mengoptimalkan respons Dimana, W adalah bobot sampel yang diekstrak
yang dimaksud. RSM telah digunakan secara (gram); As adalah absorbansi sampel dan Ab
luas di bidang kimia, biologi dan pertanian merupakan absorbansi blanko (Lin, Sue, and Ai
terapan untuk memprediksi kondisi optimum dari 1995).
suatu sistem. Metode optimasi ini juga memiliki Optimasi RSM menggunakan Design
kelebihan dibandingkan metode optimasi klasik. Expert® 7.0. Metode RSM dengan Central
Metode klasik umumnya menggunakan Composite Design (CCD) dipilih karena lebih
pendekatan one-factor-at-a-time dimana hanya efisien, dapat menyediakan banyak informasi
satu faktor divariasikan pada satu waktu dengan jumlah data yang minim dan fleksibel
sedangkan variabel yang lain konstan, metode karena ragam pilihan yang memungkinkan untuk
klasik ini, mahal dan membutuhkan waktu yang digunakan di bawah operabilitas berbeda (Ting,
lama (Hunter, Hunter, and George 1978). Abou-El-Hossein, and Chua 2008).
Dengan menggunakan rancangan percobaan
id
berdasarkan RSM, percobaan kombinasi dapat HASIL DAN PEMBAHASAN
dibuat dengan jumlah minim tanpa mencoba
o.
seluruh kombinasi. Penentuan level variabel optimasi
ekstraksi dipengaruhi oleh sifat-sifat bahan yang
BAHAN DAN METODE
.g
diekstrak atau pelarut yang digunakan.
o
Temperatur dibatasi maksimum 70 C
Bahan dikarenakan pelarut etanol-heksana yang
rin
Bahan-bahan yang digunakan dalam digunakan masing-masing memiliki titik didih 78
penelitian ini antara lain serat perasan sawit o
C dan 68 oC, meskipun karotenoid diketahui
yang diperoleh dari PTPN VIII Kertajaya Banten. mulai terdegradasi pada suhu 150 oC (Bonnie
pe
Serat kemudian dihaluskan antara ukuran mesh and Choo 1999). Dalam penelitian ini digunakan
10 dan mesh 80, dan disimpan pada kondisi pelarut campuran etanol-heksana dikarenakan
ruangan. Partikel lolos mesh 80 dibuang secara struktural, karotenoid berupa rantai
en
etanol dan heksana (1:1) (grade teknis), dengan molekul yang mengandung oksigen,
sedangkan peralatan yang digunakan terdiri dari seperti lutein dan zeaxanthin, dikenal sebagai
reaktor Floor Stand “PARR” 4533 dan UV-Vis xanthophylls; sedangkan karotenoid tak
Spectrophotometer UV-2450 Shimadzu. beroksigen (oksigen bebas) seperti α-karoten, β-
.k
Ekstraksi secara maserasi menggunakan larut di dalam air namun larut di pelarut non
reaktor berpengaduk Floor Stand “PARR” 4533 polar. Sebaliknya, keberadaan gugus hidroksil di
dengan variabel optimasi seperti tampak pada xantofil menyebabkannya dapat larut di pelarut
bb
Portal Kimia dan Kemasan, Vol. 5, No. 1, Desember 2018: 186-191 187
desain yang dihasilkan tidak menunjukkan sebesar 0,0423. Dari hasil analisa varians
kecocokan, dapat dilakukan transformasi (ANOVA) (Tabel 3), terlihat bahwa waktu
respon. Transformasi respon dapat berupa ekstraksi dan kecepatan pengaduk tidak
logaritma [ln(y)] atau transform terbalik (1/y). berpengaruh signifikan terhadap konsentrasi
Transformasi y menjadi 1/y menghasilkan Pvalue karotenoid.
Tabel 2. Total karotenoid terekstrak dengan variasi temperatur, waktu dan kecepatan pengaduk.
Kecepatan
Temperatur Waktu Konsentrasi
Run Pengaduk
(oC) (menit) (ppm)
(rpm)
1 70 150 200 641,866
2 55 150 300 690,537
3 70 60 300 530,948
4 55 150 200 593,703
5 40 240 300 551,889
6 70 240 300 555,3
7 55 60 200 568,979
id
8 70 240 100 638,624
9 55 150 100 612,178
o.
10 55 240 200 602,89
11 70 60 100 624,979
.g
12 40 240 100 469,849
13 40 150 rin 200 454,717
14 40 60 100 455,427
15 40 60 300 579,348
pe
Tabel 3. ANOVA untuk Response Surface Quadratic Model.
en
p-value
Source Sum of Squares df Mean Square F Value
Prob > F
Model 6,93952E-07 9 7,71057E-08 5,186428203 0,0423*
em
id
B-Waktu -2E-05 1 3,86E-05 -0,00012 7,94E-05 1
o.
C-Kecepatan pengaduk -4,5E-05 1 3,86E-05 -0,00014 5,38E-05 1
AB -1,7E-05 1 4,31E-05 -0,00013 9,39E-05 1
.g
AC 0,000163 1 4,31E-05 5,22E-05 0,000274 1
BC 1,31E-05 1 4,31E-05
rin -9,8E-05 0,000124 1
A^2 0,00023 1 7,6E-05 3,44E-05 0,000425 1,296296
B^2 5,94E-05 1 7,6E-05 -0,00014 0,000255 1,296296
pe
C^2 -0,00011 1 7,6E-05 -0,0003 8,76E-05 1,296296
en
em
.k
kk
bb
Gambar 1. Respon permukaan dan contour plot fungsi konsentrasi terhadap waktu, kecepatan pengaduk, dan
temperatur.
Portal Kimia dan Kemasan, Vol. 5, No. 1, Desember 2018: 186-191 189
Tabel 5. Batasan optimasi.
Lower Upper
Name Goal
Limit Limit
Temperatur minimize 40 70
Waktu minimize 60 240
Kecepatan pengaduk minimize 100 300
1.0/(Konsentrasi) minimize 0,001448 0,002199
Kecepatan
Nomor Temperatur Waktu 1,0/(Konsentrasi) Desirability
pengaduk
1 52,47 60 100 0,001745 0,77118*
2 52,62 60 100 0,001741 0,771156
3 52,27 60,1 100 0,00175 0,771101
id
4 53,26 60 100 0,001725 0,770531
5 52,94 60 100,51 0,001733 0,770172
o.
6 53,8 60 100,02 0,001712 0,769318
7 52,16 60 101,62 0,001755 0,768643
.g
8 52,29 72,23 100 0,00173 0,765614
*solusi yang dipilih rin
95% CI 95% CI 95% PI 95% PI
Response Prediction SE Mean SE Pred
low high low high
pe
1,0/(Konsentrasi) 0,001745 0,000103 0,001479 0,00201 0,00016 0,001334 0,002155
en
permukaan menunjukkan bahwa kondisi proses of Malaysia. Bandar Baru Bangi, Malaysia.
yang optimal adalah 52,47 oC selama 1 jam Majid, R.A., A.W. Mohammad, and C.Y. May.
kk
id
o.
.g
rin
pe
en
em
.k
kk
bb
Portal Kimia dan Kemasan, Vol. 5, No. 1, Desember 2018: 186-191 191
PENGUJIAN FORMALDEHIDA PADA MELAMIN PERLENGKAPAN
MAKAN DAN MINUM
Setyawati
Email: setyawati@kemenperin.go.id
ABSTRAK
id
Peralatan makan yang terbuat dari melamin pada saat ini banyak beredar dipasaran, baik itu pasar tradisional
maupun modern (mini atau super market). Hal ini bisa dimaklumi mengingat jenis peralatan tersebut cenderung
lebih tahan terhadap resiko pecah sebagai akibat jatuh. Kelebihan produk melamin tersebut di atas akan lebih
o.
baik apabila disertai dengan kualitas produk terutama untuk kandungan formaldehida terekstraknya. Hal ini
karena bahan tersebut berbahaya bagi kesehatan, oleh karena itu pemerintah melalui Badan Standardisasi
.g
Nasional (BSN) telah menetapkan ambang batas yang diperbolehkan sebagaimana dalam Standar Nasional
Indonesia (SNI) 7322-2008 tentang Produk melamin - Perlengkapan makan minum yaitu maksimal 3 ppm.
Persyaratan tentang kandungan formaldehida terekstrak oleh pemerintah harus selalu diperhatikan mengingat
rin
masyarakat pada umumnya dalam membeli produk melamin tidak mengetahui resiko dari formaldehida, dimana
masyarakat lebih mengedepankan bentuk, warna dan harga. Dari hasil pengujian yang telah dilakukan di
laboratorium Kimia pada Balai Besar Kimia dan Kemasan (BBKK) terhadap 20 contoh dari berbagai merek dan
pe
jenis produk melamin perlengkapan makan dan minum, semua contoh tersebut jumlah formaldehida
terekstraknya masih di bawah ambang batas persyaratan yang telah dipersyaratkan. Hasil rata-rata diketahui
hanya 0,0770 ppm, sedangkan kandungan tertingginya 0,2652 ppm dan yang terendah 0,0044 ppm. Hal ini
menunjukkan bahwa produk melamin perlengkapan makan tersebut aman untuk dipergunakan.
en
ABSTRACT
Tableware made of melamine is currently widely circulated in the market whether it is traditional or modern
market (mini or super market). This is understandable given the type of equipment is likely to be more resistant to
.k
the risk of rupture as a result of falling. Excess melamine products mentioned above would be better if coupled
with product quality especially for extracted formaldehyde content. This is because the material is hazardous to
the health, therefore the government through the National Standardization Agency (BSN) has set the permissible
kk
threshold as in Indonesian National Standard (SNI) 7322-2008 about Melamine Product - Drinking utensil that is
maximum 3 ppm. Requirements on the content of formaldehyde extracted by the government should always be
taken into account, as the general public in buying melamine products does not know the risks of formaldehyde,
bb
in which society puts forward the shapes, colors and prices. From the results of tests that have been done in the
Chemical laboratory of the Center for Chemistry and Packaging (BBKK) to 20 samples from various brands and
types of melamine tableware, all of these examples of extractable formaldehyde are still below the required
threshold requirement. The average yield is known only 0.0770 ppm, while the highest content is 0.2652 ppm
and the lowest is 0.0044 ppm. This indicates that the melamine tableware product is safe to use.
PENDAHULUAN
id
pada dasarnya tidak terlepas dari semakin keringkan kemudian hitung luas permukaan.
menariknya produk tersebut dari segi warna,
o.
bentuk atau model termasuk ukurannya, ringan Langkah Uji
dan tidak mudah pecah. Namun demikian Panaskan air suling pada suhu 60 oC,
sebagian besar orang tidak menyadari bahwa masukkan air suling sebanyak 2mL/cm² ke
.g
melamin berpotensi membahayakan kesehatan dalam contoh uji. Panaskan di atas penangas air
manusia (Cahanar and Suhanda 2006). pada suhu 60 oC selama 30 menit. Pindahkan
rin
IPCS (International Programme Chemical cairan ke dalam labu ukur yang sesuai kemudian
Safety) menyebutkan bahwa secara umum dinginkan hingga suhu kamar dan tambahkan air
ambang batas aman formaldehida dalam tubuh suling hingga tanda batas. Pipet 2 mL larutan uji
pe
kita adalah 1 mg per kilogram berat badan dan masukkan ke dalam tabung reaksi. Tambah
(Kurnianingsih 2007); sedangkan dalam Standar 5 mL larutan asam kromatropat 0,5% dalam
Nasional Indonesia (SNI) nomor 7322-2008 asam sulfat 60% yang dibuat segar. Masukkan
en
tentang Produk melamin-Perlengkapan makan tabung ke dalam air yang mendidih selama 15
dan minum ditegaskan bahwa ambang batas menit dan biarkan dingin hingga suhu kamar.
kandungan formaldehida terekstrak maksimal 3
em
produk melamin perlengkapan makan terjadi air suling, lakukan seperti larutan uji.
apabila bahan yang digunakan bukan food
grade dan pemakaian yang salah yaitu apabila Cara penetapan
bb
terkena panas lebih dari 62 °C karena akan Tetapkan masing-masing larutan uji dan
melepaskan formalin atau bentuk cair dari larutan baku secara Spektrofotometri pada
formaldehida (Ariwahjoedi 2007). panjang gelombang 565 nm. Hitung kadar
Hasil pengujian yang telah dilakukan di formaldehida dengan menggunakan persamaan
laboratorium Kimia pada Balai Besar Kimia dan garis regresi y = a + bx.
Kemasan (BBKK) terhadap 20 contoh uji dari
berbagai merek, jenis maupun ukuran produk HASIL DAN PEMBAHASAN
melamin yang diperoleh dari pasar tradisional
sebagai perlengkapan makan diketahui bahwa Hasil pengujian yang telah dilakukan
nilai rata-rata kandungan formaldehida terhadap 20 contoh uji dengan berbagai bentuk,
terekstraknya hanya 0,0770 ppm, kandungan merek maupun ukuran diperoleh data
tertinggi sebesar 0,2652 ppm dan sedangkan kandungan formaldehida terekstrak
yang terendah adalah 0,0044 ppm. Hal ini sebagaimana dalam tabel di bawah:
menunjukkan bahwa produk melamin
perlengkapan makan tersebut masih aman untuk
dipergunakan.
Portal Kimia dan Kemasan, Vol. 5, No. 1, Desember 2018: 192-195 193
Tabel 1. Data hasil pengujian formaldehid Keseluruhan alat baik yang berupa gelas
terekstrak ataupun bukan gelas termasuk contoh uji
harus dalam kondisi yang bersih. Hal ini
No Hasil (ppm) dimaksudkan untuk menghindari adanya
1 0,0044 residu pada alat maupun bahan yang tidak
2 0,1793 dikehendaki sehingga dapat mengganggu
3 0,2405 atau mempengaruhi hasil yang sebenarnya.
4 0,0148 c. Penangas air
5 0,0430 Volume air dalam penangas air harus dijaga
6 0,0650
agar minimal pada saat akan dipakai adalah
7 0,1762
8 0,0244 2/3 dari kapasitas alat dan fungsi
9 0,0276 pemanasnya tidak bermasalah. Hal ini
10 0,0134 terutama untuk menghindari keringnya
11 0,0322 penangas air sehingga suhu yang dibutuhkan
12 0,0142 yaitu 60 °C tidak sesuai yaitu lebih panas.
13 0,0709 d. Spektrofometer
14 0,0760 Alat spektrofotometer sangat menentukan
15 0,0168
16 0,0636
terhadap akurasi hasil, oleh karena itu harus
dipastikan bahwa spektrofotometer dalam
id
17 0,0562
18 0,1185 kondisi baik dan berfungsi normal termasuk
19 0,0381 suplai arus listriknya. Karena apabila arus
o.
20 0,2652 listrik yang masuk tidak stabil akan
Jumlah 1,5403 menjadikan kemampuan baca alat terganggu
.g
yang selanjutnya hasil tidak akurat.
Rata-rata 0,0770
e. Larutan standar
Memperhatikan data hasil terlihat bahwa
kedua puluh contoh yang diuji kandungan
rin
Ketelitian dalam penimbangan maupun
melarutkan akan sangat menentukan hasil
uji, oleh karenanya dalam menyiapkan
formaldehida terekstrak semuanya masih di
larutan standar perlu ekstra hati-hati agar
pe
bawah ambang batas dalam SNI 7322:2008
tidak terjadi penyimpangan terhadap yang
yaitu maksimal 3 ppm, nilai tertinggi adalah
seharusnya.
0,2652 ppm dan terendah 0,0044 ppm dengan
en
id
o.
.g
rin
pe
en
em
.k
kk
bb
Portal Kimia dan Kemasan, Vol. 5, No. 1, Desember 2018: 192-195 195
HUBUNGAN KETAHANAN TEKAN TEPI (ECT) DENGAN
KETAHANAN RETAK (BURSTING STRENGTH) PADA KERTAS
KARTON GELOMBANG
Setyawati
E-mail: setyawati@kemenperin.go.id
id
ABSTRAK
o.
Dewasa ini pemakaian Kertas Karton Gelombang (KKG) sebagai sarana pengemas semakin luas dan bahkan
hampir sebagian besar produk menggunakannya, selain mudah dibentuk juga relatif lebih ringan sehingga kertas
.g
karton gelombang banyak dipilih oleh industri, namun demikian dalam memilih kertas karton gelombang harus
dipertimbangkan peruntukkannya agar fungsi sebagai sarana pelindung dapat terpenuhi. Salah satu kriteria yang
paling sering dikehendaki oleh industri pengguna kertas karton gelombang adalah kemampuan kertas karton
rin
gelombang untuk menahan beban secara vertikal (Edge Crush Resistance/ECT) maupun ketahanan untuk
menahan beban secara horizontal dan tidak mudah retak (bursting). Hal ini bisa dipahami mengingat kertas
karton gelombang lebih sering dipergunakan untuk kemasan luar (kemasan sekunder), sehingga apabila
pe
memiliki ECT dan bursting yang tinggi, maka resiko rusaknya barang yang dikemas menjadi kecil. ECT dan
bursting kertas karton gelombang pada dasarnya tidak bisa dipisahkan dari kuatnya ikatan antar serat penyusun
kertas tersebut, apabila ikatan antar serat cukup bagus, maka kemampuan menahan beban baik secara vertikal
maupun horizontal juga semakin kuat Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan di laboratorium kemasan
en
pada Balai Besar Kimia dan Kemasan (BBKK) diketahui bahwa ECT dengan bursting mempunyai hubungan
yang kuat yaitu mencapai 0.8351. Kuatnya hubungan tersebut tidak bersifat linier, hal ini terutama banyaknya
gelombang pada kertas karton gelombang sangat mempengaruhi kekuatan untuk menahan beban secara
m
vertikal.
.
Kata kunci : Ikatan serat, Ketahanan horizontal dan vertikal
e
.k
ABSTRACT
Today the use of Corrugated Cardboard Paper (KKG) as a packaging tool is increasingly widespread and even
kk
most of the products use it, in addition to being easy to form is also relatively lighter so that the corrugated
paperboard is chosen by many industries, but in choosing the corrugated paperboard, it must be considered for
the function as a means of protection can be fulfilled. One of the criteria most often desired by cardboard paper
bb
users is the ability of corrugated paperboard to hold loads vertically (Edge Crush Resistance/ECT) and
resistance to resist loads horizontally and not easily cracked. This is understandable considering that corrugated
paperboard is more often used for external packaging (secondary packaging), so if you have a high ECT and
bursting, the risk of damage to the packaged goods is small. ECT and bursting corrugated paperboard basically
cannot be separated from the strong bond between the fibers making up the paper, if the bond between fibers is
good enough, then the ability to hold both vertical and horizontal loads is also getting stronger. Based on the
results of testing conducted in the packaging laboratory at the Center for Chemistry and Packaging (BBKK) it is
known that ECT with bursting has a strong relationship reaching 0.8351. The strength of the relationship is not
linear, this is mainly the number of waves on corrugated paperboard that greatly affects the strength to hold the
load vertically.
.
Keywords: Fiber bond, Horizontal and vertical resistance
PENDAHULUAN
Menurut Kotler and Keller (2009), sebuah produk. Dalam pengertian ini
pengemasan adalah kegiatan merancang dan mengandung makna bahwa kemasan
memproduksi wadah atau bungkus sebagai merupakan sarana untuk dapat melindungi
Hubungan Ketahanan Tekanan Tepi……….Setyawati 196
barang atau produk yang dikemas. Hal ini b. Untuk pengujian ECT, kertas karton
mengingat bahwa kemasan mempunyai dipotong dengan ukuran panjang 100,0
beberapa fungsi, diantaranya adalah : mm ± 0,5 mm (berlawanan arah
1. Kemasan melindungi produk dalam gelombang) dan tinggi 25,0 mm ± 0,5
pergerakan. Salah satu fungsi dasar mm (sejajar arah gelombang),
kemasan adalah untuk mengurangi sedangkan untuk pengujian bursting,
terjadinya kehancuran, busuk, atau potong kertas karton dengan ukuran
kehilangan melalui pencurian atau 12,5 cm x 12,5 cm sebanyak 10
kesalahan penempatan. lembar.
2. Kemasan memberikan cara yang menarik
untuk menarik perhatian kepada sebuah 1.2. Langkah Pengujian
produk dan memperkuat citra produk. 1.2.1. ECT
3. Kombinasi dari keduanya, marketing dan Pengujian ECT dilakukan berdasarkan
Logistik dimana kemasan menjual produk ISO 3037:2007 (E) (International
dengan menarik perhatian dan Organization for Standardization 2013b).
mengkomunikasikannya. a. Hidupkan alat dan diamkan selama ±
30 menit,
Untuk memenuhi hal tersebut, salah satu b. Atur kecepatan alat sebesar 50
sarana pengemas yang pada saat ini cukup mm/menit dan beban 100 kgf,
id
mudah diperoleh adalah kertas karton. Hal ini c. Tempatkan spesimen pada piringan
terutama karena kertas karton mudah dibentuk bawah alat uji tekan yang ditahan
o.
sesuai dengan kebutuhan maupun ukuran. dengan menempatkan penahan pada
Kualitas kertas karton bergelombang kedua sisi contoh,
ditentukan oleh : d. Jalankan mesin dan uji spesimen
.g
1. Jumlah gramatur liner sampai rusak yang ditandai dengan
2. Ketahanan retak (Bursting Strength/BS) rin menurunnya nilai gaya (dapat dilihat
3. Ketahanan tekan tepi (Edge Crush adanya penurunan ekstrim pada kurva
Resistance/ECT) rekorder),
(Mustaqim 2017). e. Catat gaya maksimum yang terekam,
pe
f. Ulangi langkah c s/d e hingga semua
Hasil pengujian yang telah dilakukan di spesimen habis,
laboratorium kemasan pada Balai Besar Kimia g. Hitung nilai rata-rata gaya maksimum,
en
dan Kemasan (BBKK) terhadap beberapa kertas h. Nilai ECT diperoleh dari rumus di
karton, akan tetapi dalam tulisan ini penulis bawah ini:
hanya mengambil 10 contoh yang diketahui Ketahanan Tekan Tepi (R) dalam kilo
m
bahwa nilai rata-rata ECT sebesar 69,95 kN/m Newton per meter ke 0.01 kN/m
dan bursting mencapai 102,39 kgf/cm2 terdekat menggunakan persamaan:
e
R=
𝑙
BAHAN DAN METODE
kk
Keterangan:
Bahan dan Alat R = Ketahanan Tekanan Tepi (kN/m)
F maks = Gaya maks (Newton)
Untuk mengetahui tingkat hubungan ECT
bb
Portal Kimia dan Kemasan, Vol. 5, No. 1, Desember 2018: 196-202 197
d. Putar dengan hati-hati jarum penunjuk koefesien korelasi ditemukan positif;
pada skala pembacaan sehingga sebaliknya jika nilai koefesien korelasi
menunjuk pada angka 0 (nol), negatif, korelasi disebut tidak searah.
e. Tekan knop “start”, maka tekanan Dalam korelasi sempurna tidak
hidrolik bertambah terus sampai bahan diperlukan lagi pengujian hipotesis
uji pecah, lalu segera tekan knop mengenai signifikansi antar variabel yang
“stop”, maka piston akan bergerak dikorelasikan, karena kedua variabel
kembali ke posisi semula. Baca mempunyai hubungan linier yang
besarnya angka tekanannya pada sempurna. Artinya variabel X mempunyai
skala pembacaan, lalu catat, hubungan sangat kuat dengan variabel Y.
f. Ulangi langkah b s/d sehingga didapat Jika korelasi sama dengan nol (0), maka
10 buah nilai ketahanan retak untuk tidak terdapat hubungan antara kedua
kedua sisi permukaan, variabel tersebut.
g. Nilai bursting diambil dari rata-rata nilai Hubungan atau korelasi, secara
ketahanan retak yang dinyatakan sederhana dapat dihitung:
dalam kilogram gaya per centimeter
persegi (kgf/cm2) atau kilo Paskal 𝑛Σxy − (Σx)(Σy)
r=
(kPa). √{nΣx² – (Σx)²} {{nΣy² – (Σy)²}}
id
Pengolahan Data Keterangan:
1. Koefisien korelasi n : Banyaknya pasangan data X dan Y
Σx : Total nilai variabel X yaitu ECT
o.
Koefisien korelasi merupakan teknik
Σy : Total nilai variabel Y yaitu Bursting
analisis yang termasuk dalam salah satu
Σx2 : Kuadrat total nilai variabel X
teknik pengukuran asosiasi / hubungan
.g
Σy2 : Kuadrat total nilai variabel Y
(measures of association). Pengukuran Σxy : Hasil perkalian dari total nilai
asosiasi merupakan istilah umum yang rin variabel X dan variabel Y
mengacu pada sekelompok teknik dalam
statistik bivariat yang digunakan untuk (Irmala 2014; Abdurahman, Muhidin, and
mengukur kekuatan hubungan antara dua Somantri 2011; Anonim 2010; Sudjana
pe
variabel (Irmala 2014; Anonim 2010). 2005).
Statistik inferensial seperti analisis
korelasi merupakan hubungan antara dua 2. Ketahanan Tekan Tepi (Edge Crush
en
antara dua variabel di dalam teknik tekanan dinyatakan dalam kN/m atau kgf
korelasi bukanlah dalam arti hubungan /cm. Kertas karton gelombang biasanya
.k
sebab akibat (timbal balik), melainkan dinyatakan dalam formasi K/M/K atau kraft
hanya merupakan hubungan searah saja liner/ medium/ kraft liner. Lapisan tengah:
kk
teknik korelasi yang sangat populer dan double wall. Penggunaan corrugated
sampai sekarang, yaitu Korelasi Pearson box ditentukan oleh: berat bahan, sifat
Product Moment dan Korelasi Rank bahan (self stacking atau tidak), fragile
Spearman. Pengukuran asosiasi atau tidak, menggunakan inner kertas
mengenakan nilai numerik untuk karton atau tidak, dan lain-lain. Bahan
mengetahui tingkatan asosiasi atau baku untuk pembuatan kertas karton
kekuatan hubungan antara variabel. Dua bergelombang adalah kertas kraft, bogus
variabel dikatakan berasosiasi jika atau kertas karton dari merang.
perilaku variabel yang satu mempengaruhi Berdasarkan dimensi alur dan bagian
variabel yang lain. Jika tidak terjadi kertas karton yang datar, serta jumlah alur
pengaruh, maka kedua variabel tersebut untuk satuan panjang tertentu, maka
disebut independen (Sudjana 2005). terdapat berbagai jenis kertas karton yang
Kuat lemah hubungan diukur dalam istilah perdagangan disebut flute.
menggunakan jarak (range) 0 sampai Setiap flute mempunyai ketahanan
dengan 1. Korelasi mempunyai terhadap getaran, tekanan, kerapuhan,
kemungkinan pengujian hipotesis dua tumpukan dan daya jatuh yang berbeda.
arah (two tailed). Korelasi searah jika nilai Arah peletakan alur dapat horizontal atau
id
(dengan proses perembesan) khusus sebutan kardus merupakan sarana
untuk produk sayuran segar. pengemas bagian luar untuk tujuan
o.
melindungi produk selama penyimpan di
3. Ketahanan Retak/Tembus (Bursting) gudang, pengiriman, transportasi dan
Bursting berasal dari kata Bahasa distribusi. Kemasan ini terdiri dari 3 (tiga)
.g
Inggris yaitu "burst" berarti meledak atau lapisan, yaitu linear dalam, karton
meletus, dan "strength artinya kekuatan. rin gelombang (flute), dan linear luar. Namun
Jadi bursting dalam arti sederhana adalah dapat juga dijumpai dalam 2 (dua) lapisan,
kekuatan yang dibutuhkan untuk yaitu linear dan karton gelombang saja.
meledakkan atau meletuskan lembaran Kardus sifatnya lebih kuat dan lebih tebal
pe
kertas karton gelombang atau yang biasa daripada kertas biasa. Namun
disebut kardus sampai tembus dan retas. kelemahannya adalah rentan terhadap
Dalam bahasa Indonesia kata kelembapan dan tidak tahan air
en
strength adalah kekuatan lembaran karton biasanya terbuat dari kertas kraft, yang
terhadap daya tembus yang diterimanya dibuat menjadi bahan bergelombang
e
hingga kertas karton tersebut. retak atau dengan ketinggian gelombang / flute
kekuatan maksimal yang bisa diberikan tertentu dengan satu atau dua sisi
.k
Ada dua faktor yang mempengaruhi yaitu single face board, single wall board,
ketahanan retak yaitu panjang serat dan double wall board, dan triple wall board
ikatan antar serat. Semakin panjang serat (Julianti 2014).
bb
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 1. Kardus, (a) secara horizontal, (b) tipe single faced board, (c) tipe
double faced board, dan (d) tipe triple wall board.
Portal Kimia dan Kemasan, Vol. 5, No. 1, Desember 2018: 196-202 199
Gelombang (flute) karton dibedakan Sebagai sarana pengemas, kertas karton
berdasarkan ketinggiannya, umumnya flute sebagai bahan kemasan harus mempunyai
dibagi menjadi 5 (lima) yaitu: A Flute, B Flute, C syarat-syarat yaitu tidak toksik, harus cocok
Flute, E Flute, dan F Flute. Namun, ada juga dengan bahan yang dikemas, harus menjamin
yang menambahkannya dengan G Flute. Sekali sanitasi dan syarat-syarat kesehatan, dapat
lagi, yang membedakan kesemuanya flute mencegah kepalsuan, kemudahan membuka
tersebut adalah ukuran ketinggian dan menutup, kemudahan dan keamanan dalam
gelombangnya yang mana hal ini disesuaikan mengeluarkan isi, kemudahan pembuangan
dengan kebutuhan pemakaian (Julianti 2014). kemasan bekas, ukuran, bentuk dan berat harus
Karton sebagai kemasan, umumnya sesuai, serta harus memenuhi syarat-syarat
mempunyai gelombang vertikal yang berfungsi yaitu kemasan yang ditujukan untuk daerah
untuk memberikan ketahanan tropis mempunyai syarat yang berbeda dari
tumpukan/stacking yang maksimum. Sedangkan kemasan yang ditujukan untuk daerah subtropis
ketahanan yang lain seperti ketahanan atau daerah dingin. Demikian juga untuk daerah
sobek/bursting strength berfungsi untuk yang kelembaban tinggi dan daerah kering
melindungi kemasan utamanya. (Erliza and Sutedja 1987).
id
o.
.g
rin
pe
(a)
en
e m
.k
kk
(b)
bb
Gambar 2. Flute karton bedasarkan ketinggiannya, (a) irisan horizontal dan (b) kisaran ketinggian gelombang
tiap tipe flute.
id
Penghitungan korelasi antara ECT dan bursting
𝑛Σxy − (Σx)(Σy)
o.
r=
√{nΣx² – (Σx)²} {{nΣy² – (Σy)²}}
.g
Keterangan:
n : Banyaknya pasangan data X dan Y
Σx : Total nilai variabel X yaitu ECT rin
Σy : Total nilai variabel Y yaitu Bursting
Σx2 : Kuadrat total nilai variabel X
Σy2 : Kuadrat total nilai variabel Y
pe
Σxy : Hasil perkalian dari total nilai variabel X dan variabel Y
(10)(760,709) – (69,95)(102,39)
r=
en
7607,09 −7162,1805
r=
√[5341,56−4893,0025][11116,54−10483,712]
m
444,9125
r=
√[448,5545][632,8229]
e
444,9125
r=
.k
√283855,559
444,9125
kk
r = 532,7810
r = 0.8351
bb
16.00
14.00
Bursting (kgf/cm2)
12.00
10.00
8.00
6.00
4.00
2.00
0.00
0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 14.00
ECT (kN/m)
Portal Kimia dan Kemasan, Vol. 5, No. 1, Desember 2018: 196-202 201
KESIMPULAN Pengemasan, Jurusan TIP, IPB.
Handayani. 1991. Struktur Serat. Bandung dan
Bertitik tolak dari hasil pengolahan data Probolinggo: Balai Besar Selulosa dan PT.
secara statistik diketahui bahwa ECT Kertas Leces.
mempunyai hubungan yang kuat terhadap Ibnusantosa, G. 1987. Pulp Untuk Kertas.
bursting yaitu sebesar 0,8351, akan tetapi Bandung: Lembaga Penelitian Selulosa.
hubungan tersebut tidak bersifat linier yang International Organization for Standardization.
berarti naiknya nilai ECT tidak secara otomatis 2013a. “ISO 187:1990. Paper, Board and
akan diikuti semakin tingginya nilai bursting Pulps -- Standard Atmosphere for
kertas karton. Conditioning and Testing and Procedure
for Monitoring the Atmosphere and
DAFTAR PUSTAKA Conditioning of Samples.” 2013.
https://www.iso.org/standard/4037.html.
Abdurahman, M., S.A. Muhidin, and A. Somantri. ———. 2013b. “ISO 3037:2013. Corrugated
2011. Dasar-Dasar Metode Statistika Untuk Fibreboard -- Determination of Edgewise
Penelitian. Bandung: CV. Pustaka Setia. Crush Resistance (Unwaxed Edge
Anonim. 2010. “Pengertian Korelasi.” 2010. Method).” 2013.
https://www.slideshare.net/guest44990b/pe https://www.iso.org/standard/60354.html.
ngertian-korelasi-2905911. Irmala, D. 2014. “Regresi Dan Korelasi.” 2014.
id
ASTM International. 2000. “ASTM D618-00, https://lovelyyydee.wordpress.com/2014/04
Standard Practice for Conditioning Plastics /09/contoh-makalah-statistika-regresi-dan-
o.
for Testing.” West Conshohocken, PA. korelasi/.
2000. www.astm.org. Julianti, S. 2014. The Art of Packaging :
———. 2007. “ASTM D774 / D774M-97(2007), Mengenal Metode, Teknik, & Strategi
.g
Standard Test Method for Bursting Pengemasan Produk Untuk Branding
Strength of Paper.” West Conshohocken, Dengan Hasil Maksimal. Jakarta: Gramedia
rin
PA. 2007. www.astm.org. Pustaka Utama.
Badan Standardisasi Nasional (BSN). 1989. Kotler, P., and K.L. Keller. 2009. Manajemen
Standar Nasional Indonesia (SNI) 14-0436- Pemasaran: Jilid. 1. Edited by B. Sabran.
pe
1989, Cara Uji Ketahanan Sobek Kertas 13th ed. Jakarta: Erlangga.
dan Karton, Jakarta. Mustaqim, M.N. 2017. “Kemasan Transportasi.”
Badan Standardisasi Nasional (BSN). 1998. 2017.
en
E-mail: novi.aidha@gmail.com
ABSTRAK
id
Spirulina mengandung bahan mineral diantaranya adalah magnesium, kalsium dan besi yang dapat digunakan
sebagai bahan pangan fungsional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh waktu sonikasi terhadap
kandungan magnesium, kalsium dan besi dari ekstrak Spirulina hasil proses sonikasi. Tahapan metode
o.
penelitian ini adalah: Spirulina diekstraksi menggunakan sonikasi dengan waktu sonikasi selama 15 menit, 30
menit dan 45 menit dengan pelarut air. Pada proses ekstraksi Spirulina, lama waktu sonikasi berpengaruh
.g
terhadap kandungan mineral makroelemen dan mikroelemen. Kadar mineral makroelemen natrium dan kalium
serta mikroelemen seng dan fosfor, mengalami penurunan seiring dengan lama waktu sonikasi. Lama waktu
sonikasi juga mengakibatkan mineral makroelemen kalsium dan mikroelemen magnesium dan besi mengalami
rin
penurunan.
Spirulina contains mineral including magnesium, calcium and iron which can be used as food supplement. This
en
research aims to determine the content of magnesium, calcium and iron in Spirulina extract from sonication
process with time variables. The research methods are: Spirulina extracted using sonication with sonication time
for 15 minutes, 30 minutes and 45 minutes using water solvent. In the Spirulina extraction process, the sonication
em
time affects the macroelement mineral content and microelement. Macroelement mineral sodium and potassium
and microelements zinc and phosporus decreased with the sonication time. Sonication time also resulted in
macroelement minerals calcium and microelements magnesium and iron decreased.
.k
PENDAHULUAN
Portal Kimia dan Kemasan, Vol. 5, No. 1, Desember 2018: 203-207 203
saraf ke otot. Spirulina memasok kalsium bertujuan untuk mengekstraksi biomassanya
sebanding dengan susu (Carolin and Mary, (Kim and Chojnacka 2013).
Josephine 2015; Falquet 2006). Berdasarkan pemaparan tersebut, maka
Mineral mikroelemen dalam Spirulina dilakukan penelitian yang bertujuan untuk
antara lain magnesium, besi, seng, dan fosfor. mengetahui karakteristik ekstrak Spirulina
Magnesium dapat membantu asimilasi vitamin dengan menggunakan metode sonikasi.
C, vitamin B dan protein; dan kekurangan
magnesium dapat menyebabkan gangguan otot BAHAN DAN METODE
spasmodik, termasuk penyimpangan jantung.
Besi sangat dibutuhkan terutama pada wanita Bahan Penelitian
hamil dan anak-anak (Carolin and Mary 2015). Bahan penelitian ini adalah: mikroalga
Suplemen zat besi yang diberikan dalam bentuk Spirulina [Pusat Penelitian Bioteknologi dan
sulfat besi dapat menimbulkan masalah Bioindustri Indonesia (PPBBI), Bogor] dan
toksisitas. Sementara itu, sereal kaya akan aquades.
asam fitik dan polimer fosfat, dapat membatasi Peralatan yang digunakan dalam
bioavailabilitas besi yang terkandung. Pada penelitian ini adalah: neraca analitis [Mettler
Spirulina, bioavailabilitas besi telah ditunjukkan Toledo], sonikator [ChromTech], sentrifugasi
baik pada tikus maupun pada manusia (Falquet [Kokusan], freeze dryer [Shimadzu], dan
2006). Fosfor berfungsi sama dengan kalsium Spektrofotometer [Shimadzu].
id
untuk mempertahankan kepadatan tulang.
Membantu mencerna karbohidrat, vitamin B Metode Penelitian
o.
niacin, dan riboflavin. Proses ekstraksi
Beberapa penelitian telah melakukan Proses ultrasonikasi dengan variabel
ekstraksi Spirulina untuk mengambil bahan aktif, waktu 15 menit, 30 menit dan 45 menit. Tahapan
.g
pigmen dan antioksidan, tetapi belum pernah proses adalah: 20 gram mikroalga dilarutkan
diteliti mineralnya setelah melalui proses dalam 100 ml aquades atau etanol sampai
rin
ekstraksi. Faktor yang mempengaruhi proses terlarut sempurna, selanjutnya diultrasonikasi,
ekstraksi Spirulina diantaranya adalah jenis untuk menjaga kestabilan suhu, maka selama
pelarut, suhu dan waktu proses, sehingga proses dilakukan perendaman dengan air es.
pe
diharapkan kandungan mineralnya tidak Selanjutnya, disentrifugasi dengan putaran 2500
mengalami penurunan (Plaza et al. 2009; Ibañez rpm selama 30 menit, lalu dipisahkan antara
et al. 2012). endapan dan cairan. Cairan hasil ekstraksi
en
Salah satu metode ekstraksi adalah selanjutnya di freeze dryer lalu dianalisa.
menggunakan metode sonikasi, yang bertujuan
untuk pemecahan dinding sel dengan Karakterisasi mineral ekstrak Spirulina
em
solven, konsentrasi solven dan intensitas atau 2891-1998, butir 5. Analisa fosfor menggunakan
frekuensi sonikasi (Dominguez 2013). Ekstraksi spektrofotometer.
kk
id
Spirulina merupakan bahan alami yang mudah
teroksidasi oleh adanya suhu dan cahaya, 30
17.15
o.
sehingga natrium dan kalium yang terkandung 20
didalamnya juga memiliki sifat yang sama.
10
Peningkatan kadar kalsium setelah
.g
dilakukan ekstraksi pada Spirulina telah sesuai 0
dengan penelitian yang dilakukan oleh rin 0 15 30 45
Cucikodana, Supriadi, and Purwanto (2012), Waktu Sonikasi (menit)
bahwa semakin tinggi suhu ekstraksi maka
semakin tinggi kadar kalsium. Lama waktu Gambar 3. Kandungan kalsium ekstrak Spirulina
pe
sonikasi mengakibatkan terjadinya kenaikan dengan variasi waktu sonikasi 15 menit,
suhu proses (Hadiyanto et al. 2016). 30 menit dan 45 menit.
en
10000 8801.71
7743.78 di dalam Spirulina antara lain adalah
em
250 10000
(mg/100 g)
id
150
100 6000
24.38 28.52 35.23
o.
50 4000
0 1032.79
2000
.g
0 15 30 45
Waktu Sonikasi (menit) 0
rin 0 15 30 45
Gambar 4. Kandungan magnesium ekstrak Spirulina Waktu sonikasi (menit)
dengan variasi waktu sonikasi 15 menit, Gambar 7. Kandungan fosfor ekstrak Spirulina
30 menit dan 45 menit. dengan variasi waktu sonikasi 15 menit,
pe
30 menit dan 45 menit.
84.09
90 80.95 KESIMPULAN
en
80
Kadar Besi (mg/Kg)
66.29
70 Hasil penelitian secara keseluruhan
60 menunjukkan bahwa lama waktu sonikasi
em
id
Falquet, Jacques. 2006. “The Nutritional Aspects (Corbicula Javanica) AKIBAT PROSES
of Spirulina.” Antenna Technologies, 1–25. PENGOLAHAN.” Jurnal Akuatika 3 (1): 74–
o.
Gökoolu, N., and P. Yerlikaya. 2003. 83.
“Determinaton of Proximate Composition Soares, A.T, J.G.M Júnior, R.G Lopes, R.B
and Mineral Contents of Blue Crab Derner, and N.R.A Filho. 2016.
.g
(Callinectes Sapidus) and Swim Crab “Improvement of the Extraction Process for
(Portunus Pelagicus) Caught off the Gulf of rin High Commercial Value Pigments from
Antalya.” Food Chemistry 80 (4): 495–98. Desmodesmus Sp. Microalgae.” Journal of
https://doi.org/10.1016/S0308- the Brazilian Chemical Society 27 (6):
8146(02)00318-7. 1083–93. https://doi.org/10.5935/0103-
pe
Hadiyanto, H, M.A Marsya, and P Fatkhiyatul. 5053.20160004.
2015. “Improved Yield oF β -Carotene from Suliburska, J., M. Szulińska, A. A. Tinkov, and P.
Microalgae Spirulina Plantesis Using Bogdański. 2016. “Effect of Spirulina
en
Ibañez, El, M Herrero, J. A Mendiola, and M. DAN MINYAK IKAN PATIN.” Jurnal
Castro-puyana. 2012. Extraction and Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 19
Characterization of Bioactive Compounds (3): 251–55.
bb
Portal Kimia dan Kemasan, Vol. 5, No. 1, Desember 2018: 203-207 207
ANALISIS ROBUST UNTUK EVALUASI HASIL UJI BANDING
ANTAR-LABORATORIUM PRODUK ASAM FORMIAT TEKNIS
Ira Setiawati
E-mail: ira.setiawati@gmail.com
ABSTRAK
id
Produk kimia yang digunakan oleh masyarakat sehari-hari menjadi isu penting yang perlu diperhatikan
o.
standarnya. Salah satunya adalah asam formiat yang merupakan produk kimia yang digunakan oleh berbagai
sektor industri namun masih membutuhkan impor, sehingga perlu pemantauan dan pengendalian mutu
produknya oleh laboratorium penguji. Produk tersebut umumnya diuji selama dan setelah proses oleh
.g
laboratorium penguji yang kompeten untuk memastikan operasi berjalan aman dan produk yang dihasilkan
sesuai dengan spesifikasi tertentu. Kinerja laboratorium dapat dibuktikan dengan penerapan pengendalian mutu
rin
internal yang baik dan benar serta implementasi jaminan mutu diantaranya keikutsertaan dalam program uji
banding antar laboratorium. Evaluasi hasil uji banding yang berbeda dapat menyebabkan perbedaan interpretasi
hasil uji banding dan mempengaruhi penilaian kinerja laboratorium peserta. Maka, tujuan dari penelitian ini
adalah menganalisis 4 metode evaluasi Z-score dalam uji banding produk asam formiat teknis. Keempat metode
pe
yang digunakan yaitu sample mean and standard deviation (Metode I), median and MADe (Metode II), median
and nIQR (Metode III), dan Algorithm A (Metode IV). Hasil penelitian menunjukkan metode II adalah yang paling
baik dengan koefisien variasi terkecil apabila dibandingkan dengan metode I, III, dan IV. Kinerja laboratorium
en
ABSTRACT
The chemical products used by the community everyday are important issues that need to be considered by the
standards. One of them is formic acid which is a chemical product used by various industrial sectors but still
.k
needs imports, so it needs to monitor and control the quality of its products by testing laboratories. These
products are generally tested during and after the process by competent testing laboratories to ensure the
kk
operation is safe and the products produced are in accordance with certain specifications. Laboratory
performance can be proven by the application of good and correct internal quality control and the implementation
of quality assurance including participation in inter-laboratory comparative testing programs. Evaluation of the
bb
results of different comparative tests can cause differences in interpretation of the results of the comparative test
and affect the assessment of participants' laboratory performance. So, the purpose of this study was to analyze 4
methods of Z-score evaluation in the comparative tests of technical formic acid products. The four methods used
are sample mean and standard deviation (Method I), median and MADe (Method II), median and nIQR (Method
III), and Algorithm A (Method IV). The results showed that method II was the best with the smallest coefficient of
variation when compared with methods I, III, and IV. Laboratory performance is interpreted in 3 categories
namely accepted, warned, and not accepted.
PENDAHULUAN
Produksi dan konsumsi produk kimia Indonesia memiliki peluang besar dalam
sering digunakan sebagai tolok ukur tingkat pengembangan industri kimia karena memiliki
kemajuan dan kesejahteraan suatu negara. Hal jumlah penduduk sekitar 230 juta jiwa dan
ini dikarenakan bahwa kehidupan manusia tidak ketersediaan sumber daya alam yang melimpah
lepas dari pemanfaatan bahan kimia yang (Kemenperin RI 2018).
diproduksi oleh industri kimia. Oleh sebab itu,
Analisa Robust Untuk Evaluasi Hasil Uji Banding…………Setiawati 208
Industri kimia merupakan suatu industri Subiharto 2017; Boes 2015; Supriyantini and
yang terlibat dalam pemrosesan bahan mentah Aslya 2008).
yang diperoleh melalui penambangan, Upaya untuk meningkatkan kinerja
pertanian, dan sumber-sumber lain menjadi laboratorium dapat dilakukan dengan penerapan
material, zat kimia, dan senyawa kimia yang pengendalian mutu internal yang baik dan benar
dapat berupa produk akhir atau produk antara serta implementasi jaminan mutu diantaranya
yang akan digunakan di industri lain. Proses dan dengan keikutsertaan dalam program uji
produk tersebut umumnya diuji selama dan banding antar laboratorium atau uji profisiensi
setelah proses dengan menggunakan instrumen (SNI ISO/IEC 17025:2008). Salah satu tujuan uji
atau alat tertentu untuk memastikan operasi banding antar laboratorium yaitu untuk evaluasi
berjalan aman dan produk yang dihasilkan kinerja laboratorium dalam pengujian atau
sesuai dengan spesifikasi tertentu. Untuk pengukuran tertentu dan pemantauan kinerja
pengujian tersebut, diperlukan laboratorium laboratorium berkesinambungan. Hasil uji
yang mempunyai kemampuan untuk pengujian banding dapat membantu laboratorium dalam
produk kimia yang dimulai dari preparasi contoh mendeteksi adanya penyimpangan dalam
dengan berbagai teknik preparasi dan analisis pengujian dan menemukan penyebab serta cara
dilanjutkan menggunakan instrument pengujian perbaikannya. Selain itu, juga dapat
kimia yang sesuai (Wikipedia 2017). meningkatkan kepercayaan pelanggan terhadap
Salah satu industri kimia di Indonesia laboratorium (SNI ISO/IEC 17043:2010).
id
yang perlu perhatian khusus adalah industri Manfaat lainnya, hasil uji banding dapat
asam formiat. hal ini dikarenakan produksi asam digunakan sebagai sarana evaluasi bagi
o.
formiat belum memenuhi kebutuhan dalam laboratorium untuk mempertahankan sertifikat
negeri dengan kapasitas hanya 11.000 akreditasi (Kusumaningtyas and Sumarno
Ton/tahun oleh 1 pabrik di Indonesia 2017).
.g
(Puspitasari 2011), sedangkan penggunaannya Uji banding antar laboratorium telah
sangat luas. Asam formiat merupakan bahan digunakan secara luas untuk sejumlah tujuan
rin
kimia yang banyak digunakan dalam industri dan penggunaannya meningkat secara
tekstil, karet, kulit, farmasi, electroplating, internasional. Indonesia telah memiliki 9
pengeboran minyak, dan lain-lain. Oleh karena Penyelenggara Uji Profisiensi (PUP) yang diakui
pe
itu, untuk mengatasi produk impor yang kurang oleh KAN (Badan Standardisasi Nasional 2018)
sesuai, Indonesia memiliki aturan yaitu dengan komoditi yang berbeda-beda ditunjukkan
pemberlakuan SNI produk secara wajib, pada Tabel 7. Namun, uji banding pada bidang
en
termasuk SNI Asam formiat. pelaksanaan SNI industri kimia belum ada di Indonesia,
wajib perlu dievaluasi oleh Lembaga Penilai khususnya produk asam formiat teknis.
Kesesuaian (LPK), yaitu Lembaga Sertifikasi
em
Produk dan Laboratorium Penguji. Dalam Tabel 7. Penyelenggara Uji Profisiensi di Indonesia
menjalankan fungsinya, LPK tersebut harus
memiliki kompetensi di bidangnya, terutama Kode PUP Komoditi
laboratorium penguji. Laboratorium penguji PUP 001 IDN jagung dan kacang panjang
.k
tersebut harus melakukan kegiatan pengujian PUP 002 IDN semen, klinker, beton, ban, dan
kesesuaian mutu terhadap contoh sesuai logam
kk
metode uji SNI. PUP 003 IDN aspal, agregat, beton, baja,
tanah, dan air
Indonesia memiliki 1170 laboratorium
PUP 004 IDN bahan pakan dan pakan ternak
penguji yang telah diakui atau diakreditasi oleh
bb
id
Kantasubrata 2012). seperti: uji histogram, uji Dixon, dan uji Z-
Oleh karena itu, dilakukan penelitian score. Uji histogram digunakan untuk
o.
mengenai penggunaan metode evaluasi Z-score mengetahui sebaran data hasil uji banding,
yang berbeda pada uji banding asam formiat uji Dixon digunakan untuk membuang data
teknis yang dapat diterapkan dalam penentuan yang kemungkinan besar outlier, dan uji Z-
.g
kinerja laboratorium penguji kimia sesuai score digunakan untuk mengevaluasi kinerja
dengan SNI ISO/IEC 17025:2008 (Badan atau mutu laboratorium.
rin
Standardisasi Nasional 2008). Hasil evaluasi Berdasarkan SNI ISO/IEC 17043:2010
yang diperoleh diharapkan dapat meningkatkan (Badan Standardisasi Nasional 2010) dan SNI
kemampuan laboratorium penguji kimia dalam ISO 13528:2016 (Badan Standardisasi Nasional
pe
analisis contoh asam formiat dan dapat 2016) kriteria penilaian laboratorium dengan Z-
melakukan tindakan perbaikan sesuai dengan score diinterpretasikan sebagai berikut:
prosedur yang ditetapkan terhadap a. jika │Z-score│ ≤ 2,0 maka hasilnya
en
laboratorium-laboratorium penguji kimia yang baku mutu sesuai SNI 2128:2013. Persyaratan
memiliki ruang lingkup pengujian asam formiat. baku mutu untuk parameter total asam sebagai
asam formiat, specific gravity, dan besi (Fe)
bb
Frekuensi
1 sebagai asam 88,96 89,06 99.99 86,10 1.5
formiat (% b/b)
Specific
2 1,2000 1,2006 1,2013 1,2000 1
Grafity (25 0C)
Besi/Fe
3 0,548 4,000 0,480 0,120 0.5
(mg/Kg)
id
(Konieczka and Namiesnik 2009) untuk
2 menseleksi data atau membuang data yang
o.
kemungkinan besar outlier. Uji Dixon dipilih
Frekuensi
1.5
karena dapat diaplikasikan pada jumlah data
.g
1 yang kecil, seperti dalam kegiatan ini yaitu 4
data. Dalam uji Dixon dilakukan langkah-langkah
0.5 rin
berikut ini:
- data diurut dari mulai yang terkecil hingga
0 yang terbesar (x1, x2, … xn),
86 93 100 107 More
- nilai D hasil perhitungan dibandingkan dengan
pe
Kelas Data nilai D kritis yang ada pada Tabel Dixon (D
tabel),
Gambar 2. Distribusi frekuensi data hasil uji banding - apabila nilai D hasil perhitungan lebih besar
en
contoh asam formiat teknis untuk parameter total daripada D tabel, maka data dibuang (outlier),
asam sebagai asam formiat.
- rumus untuk perhitungan uji Dixon terdiri dari 3
yaitu D3-7, D8-12, dan D>12,
em
0.5 𝐱𝟐 −𝐱𝟏
𝐃𝐭𝐞𝐫𝐞𝐧𝐝𝐚𝐡 = … (Persamaan 1)
𝐱𝐧 −𝐱𝟏
0
bb
𝐱𝐧 −𝐱 𝐧−𝟏
𝐃𝐭𝐞𝐫𝐭𝐢𝐧𝐠𝐠𝐢 = 𝐱𝐧 −𝐱𝟏
… (Persamaan 2)
Kelas Data
Hasil pengolahan data uji Dixon pada
Gambar 3. Distribusi frekuensi data hasil uji banding hasil uji banding asam formiat ini ditampilkan
contoh asam formiat teknis untuk parameter specific dalam Tabel 10. Kriteria uji Dixon adalah jika
gravity. nilai D hitung lebih besar dari D tabel, maka data
dibuang. Berdasarkan kriteria tersebut, data
pada hasil uji parameter total asam sebagai
asam formiat tidak ada yang dibuang karena D
hitung lebih kecil dari D tabel. Hal ini berlaku
juga untuk hasil uji parameter specific gravity.
Namun pada hasil uji parameter besi, data
tertinggi dibuang karena D hitung lebih besar
dari D tabel. Oleh karena itu, hasil uji besi Lab
AF2 tidak diikuti pada pengolahan data
berikutnya.
Portal Kimia dan Kemasan, Vol. 5, No. 1, Desember 2018: 208-214 211
Tabel 10. Ringkasan pengolahan data uji Dixon pada Tabel 12. Ringkasan metode statistik koefisien variasi
hasil uji banding asam formiat teknis untuk hasil uji banding asam formiat parameter
Total asam specific gravity.
sebagai Specific Metode II Metode III
Uraian Besi (Fe) Metode I Metode IV
asam gravity (median/ (median/n
formiat (mean/SD) (AlgA)
MADe) IQR)
Jumlah mean/
4 4 4
data median/
1,2005 1,2003 1,2003 1,2005
Data 0,120 AlgA-
86,10 % 1,2000
minimum mg/Kg mean
Data 4,000 SD/
99,99 % 1,2013
maksimum mg/Kg s(MAD)/
0,0006 0,0004 0,0006 0,0007
s(nIQR)/
D tabel 0,829 0,829 0,829
AlgA-std
D hitung
0,206 0,000 0,093 CV
(terendah)
robust 0,05 0,04 0,05 0,06
D hitung
0,787 0,538 0,890 (%)
(tertinggi)
Pengolahan data berikutnya adalah Tabel 13. Ringkasan metode statistik koefisien variasi
penetapan nilai Z-score menggunakan metode untuk hasil uji banding asam formiat parameter besi
id
statistika Robust, dimana pada penelitian ini (Fe).
digunakan 4 metode yaitu: Metode I
Metode II Metode III
Metode IV
o.
a. Metode I = sample mean and standard (median/ (median/nI
(mean/SD) (AlgA)
MADe) QR)
deviation,
mean/
.g
b. Metode II = median and scaled median median/
absolute deviation (MADe), 0,38 0,48 0,48 0,38
AlgA-
c. Metode III = median and normalized mean rin
interquartile range (nIQR), SD/
d. Metode IV = AlgorithmA s(MAD)/
0,23 0,10 0,16 0,26
s(nIQR)/
pe
Metode statistika yang selanjutnya AlgA-std
digunakan dalam penetapan Z-score pada hasil
CV
uji banding asam formiat teknis ini adalah
en
setiap parameter uji ditunjukkan dalam Tabel median absolute deviation (MADe). Maka
selanjutnya, hasil kinerja laboratorium ditentukan
8Tabel 11 – Tabel 13.
kk
id
mengidentifikasi seluruh penyebab potensial.
Lab AF4 1,2000 0,67 diterima Setelah seluruh penyebab potensial dapat
o.
diidentifikasi melalui fish bone diagram, maka
Sedangkan hasil evaluasi parameter besi penetapan akar penyebab ketidaksesuaian
(Fe), yang ditampilkan pada Tabel 16, hanya 2 dapat dilakukan sehingga langkah selanjutnya
.g
laboratorium yang masuk dalam kriteria diterima berupa tindakan perbaikan dapat
dan 1 laboratorium masuk dalam kriteria tidak dipertimbangkan (Hadi 2015).
rin
diterima, serta 1 laboratorium tidak ikut diolah
karena memiliki nilai yang terlalu jauh KESIMPULAN
dibandingkan nilai dari laboratorium lainnya.
pe
Kesimpulan yang diperoleh dari program
Tabel 16. Hasil evaluasi peserta uji banding asam uji banding antar laboratorium ini adalah:
formiat parameter Besi (Fe). a. Metode statistika yang paling efektif
en
penguji peserta uji banding untuk asam formiat dengan hasil pengujian untuk ketiga
teknis dapat dilihat pada Tabel 17. parameter (total asam sebagai asam
formiat, specific gravity, besi) masuk dalam
bb
Portal Kimia dan Kemasan, Vol. 5, No. 1, Desember 2018: 208-214 213
———. 2018. “Daftar Laboratorium Lembaga “Analisa Statistik Data Uji Banding Nitrit (N-
Dan Inspeksi.” 2018. NO2) Dan Fosfat (P-PO4) Pada Air
http://sispk.bsn.go.id/LPK/LembagaInspeks Permukaan Di Laboratorium BRPSDI.”
i. Buletin Teknik Litkayasa (BTL) 15 (2): 85–
Boes, E. 2015. “Preparasi Contoh Uji Profisiensi 92.
Untuk Identifikasi Senyawa Kimia Puspitasari, N. F. 2011. Prarancangan Pabrik
Berbahaya.” JKTI 17 (1): 57–67. Asam Formiat dari Metil Format dan Air
Budiantari, F., Y. Arkeman, and J. Kantasubrata. dengan Proses Bethlehem Kapasitas
2012. “Analisis Andal Hasil Uji Profisiensi 10.000 Ton per Tahun. Tugas Akhir.
Untuk Produk Agroindustri.” Jurnal Universitas Muhammadiyah Surakarta,
Standardisasi 14 (3): 237–46. Surakarta, Indonesia.
Hadi, A. 2015. “Investigasi Uji Profisiensi Klorida Rohidi, A. Setiawanto, and Subiharto. 2017.
Dengan Hasil ‘Outlier.’” 2015. “Penentuan Aktivitas Samarium-153 Dalam
http://www.infolabling.com/2015/02/investig Rangka Uji Banding Antar Laboratorium Di
asi-uji-profisiensi- Lingkungan BATAN.” Buletin Pengelolaan
klorida.html#.W_JJ14czbIV. Reaktor Nuklir XIV (1): 24–29.
Kemenperin RI. 2018. “Peluang Pengembangan Supriyantini, N., and D. Aslya. 2008. “Uji
Industri Kimia Terbuka Lebar.” 2018. Profisiensi Sebagai Alat Untuk Menentukan
http://www.kemenperin.go.id/artikel/15802/ Tingkat Keberhasilan (Kinerja)
id
Peluang-Pengembangan-Industri-Kimia- Laboratorium Penguji.” In Prosiding
Nasional-Terbuka-Lebar. Pertemuan Dan Presentasi Ilmiah
o.
Konieczka, P., and J. Namiesnik. 2009. Quality Standardisasi Bandung, 100–111.
Assurance and Quality Control in the Bandung.
Analytical Chemical Laboratory. USA: CRC Wikipedia. 2017. “Industri Kimia.” 2017.
.g
Press. https://id.wikipedia.org/wiki/Industri_kimia.
Kusumaningtyas, D. I., and D. Sumarno. 2017. rin
pe
en
em
.k
kk
bb
1. Sistematika Penulisan
1.1. Naskah dalam bentuk Makalah Lengkap (full paper) atau Original Research meliputi unsur-
unsur sebagai berikut:
1.1.1. Judul
1.1.2. Nama, alamat penulis, dan email
1.1.3. Abstrak (memuat latar belakang secara ringkas, tujuan, metode, hasil serta
kesimpulan)
1.1.4. Kata kunci
id
1.1.5. Pendahuluan (antara lain latar belakang, perumusan masalah, tujuan, teori, ruang
lingkup penelitian, dan hipotesis [opsional]).
o.
1.1.6. Bahan dan metode (waktu dan tempat, bahan dan alat, metode/cara pengumpulan
data, metode analisis data)
1.1.7. Hasil dan pembahasan (memuat data atau fakta yang diperoleh dari penelitian dan
.g
ulasan tentang hasil, termasuk tabel dan gambar)
1.1.8. Kesimpulan rin
1.1.9. Saran (optional)
1.1.10. Ucapan terima kasih (optional)
1.1.11. Daftar pustaka (minimal 10 daftar pustaka, 80% acuan primer/jurnal, referensi
pe
kemutakhiran 5-10 tahun terakhir)
1.2. Naskah dalam bentuk Ulasan (review) meliputi unsur-unsur sebagai berikut:
en
1.2.1. Judul
1.2.2. Nama, alamat penulis, dan email
1.2.3. Abstrak
em
id
4.5. Jika penulis lebih dari satu orang dan berbeda instansi maka dituliskan angka superscript di
belakang nama berdasar angka urutan instansi
o.
4.6. Jika alamat penulis lebih dari satu, maka harus diberi tanda angka superscript dan diikuti
alamat sekarang.
.g
5. Cara Penulisan Abstrak dan Kata Kunci
rin
5.1. Abstrak ditulis dalam satu paragraf, ditulis dalam dua bahasa (Indonesia dan Inggris),
menggunakan font Arial 9, spasi 1, format justified.
5.2. Abstrak dalam bahasa Indonesia paling banyak 250 kata, sedangkan abstract dalam bahasa
Inggris paling banyak 200 kata.
pe
5.3. Penempatan abstrak disesuaikan dengan bahasa yang digunakan dalam KTI. Apabila KTI
menggunakan bahasa Indonesia, maka abstrak didahulukan dalam bahasa Indonesia ditulis
dengan huruf cetak regular (tidak dengan huruf cetak miring), sedangkan abstract dalam
en
bahasa Inggris ditulis dengan huruf cetak miring (italic), dan sebaliknya.
5.4. Kata abstrak (abstract) ditulis dengan huruf kapital cetak tebal (bold), menggunakan font Arial
10.
em
5.5. Abstrak dalam bahasa Indonesia diikuti kata kunci dalam bahasa Indonesia, sedangkan
abstract dalam bahasa Inggris diikuti keywords dalam bahasa Inggris.
5.6. Kata kunci ditulis menggunakan font Arial 9.
5.7. Kata kunci terdiri dari minimal tiga kata.
.k
6.1. Bab, ditulis dengan format huruf kapital, rata kiri, bold, font Arial 10, spasi 1.
6.2. Sub Bab (jika ada) ditulis dengan format huruf capitalize each word, rata kiri, bold, font Arial
bb
10, spasi 1.
id
Contoh :
a. Menurut Catur (2012), penambahan pelarut berpengaruh kepada ….
o.
b. ……….. akan berpengaruh kepada kecepatan reaksi (Catur 2012).
c. ………..akan berpengaruh kepada kecepatan reaksi (Catur 2012; Winarno 2009;
.g
Raffi et al. 2007)
10.2.7. Website
Pengarang. Tahun. Judul artikel. URL yang terdiri dari protocol/site/path/file. Tanggal
akses
Contoh : Wolman, David. 2008. Fossil feces is earliest evidence of an America
humans. http://news.nationalgeographic.com/news/2008/04/080403-
first-americans.html. (Accessed April 4, 2008)
id
o.
.g
rin
pe
.
en
em
.k
kk
bb
PEDOMAN PENULISAN NASKAH PORTAL
21 cm
Header 2 cm Top 3 cm
id
Arial, 10 pt, 1 baris
Received : ; revised : ; accepted : (Arial, 9 pt)
o.
2 baris (10 pt)
.g
Indonesia berpeluang untuk mengembangkan nanoteknologi dengan memanfaatkan kekayaan sumber daya alam
………(justify, Arial, 9 pt, spasi single)……………………………………….……….
(1 baris, 9 pt)
(1 baris, 9 pt)
ABSTRACT (Arial, 10 pt, Bold)
rin
Kata kunci : Nanopartikel, Bottom-up, Reduksi kimia, Particle Size Analyzer (PSA), Scanning Electron Microscope (SEM) (Arial, 9 pt)
(1 baris, 9 pt)
pe
Indonesia has a chance in develop the nanotechnology using the natural resources and it will give added value in high
price……………… (justify, Arial, 9 pt, spasi single)……………..……………...
(1 baris, 9 pt)
Key words : Nanoparticles, Bottom-up, Chemical reduction (Arial, 9 pt)
en
2 baris (9 pt)
PENDAHULUAN
(1 baris, 10 pt)
em
29,7 cm
Awal paragraf menjorok ke dalam 1 cm.
Semua kalimat ditulis dengan huruf Arial 10 pt, ringkas, tujuan, metode, hasil serta kesimpulan
jarak baris 1 spasi. Format penulisan terdiri dari 2 suatu penelitian.
kolom dengan jarak kolom 0,6 cm. Abstrak berbahasa Inggris dan bahasa
.k
Bottom : 2 cm
Left (Inside) : 3 cm Pendahuluan
Right (Outside) : 2,1 cm Pendahuluan mencakup latar belakang, tujuan,
Section start : Continous ruang lingkup penelitian, temuan terdahulu yang
bb
Header & Footer : Different Odd & Even akan dikembangkan, disanggah, hipotesis dan
Header : 2 cm pendekatan umum.
Footer : 2 cm
BAHAN DAN METODE
Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau
bahasa Inggris dengan Ms Word dan jumlah Berisi penjelasan ringkas tetapi rinci tentang bahan,
halaman maksimal 10 halaman. metode, rancangan percobaan dan rancangan
Naskah disusun dalam 5 subjudul, yaitu analisis data, waktu dan tempat penelitian.
PENDAHULUAN, BAHAN DAN METODE, HASIL
DAN PEMBAHASAN, KESIMPULAN dan HASIL DAN PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA.
Penulisan kutipan di dalam teks 0,6 Memuat data atau fakta yang diperoleh dari
menggunakan nama penulis, bukan nomor, dan cm penelitian. Data atau fakta penting yang tidak dapat
nama penulis atau korporasi yang dikutip harus dinarasikan dengan jelas dapat disajikan dalam
tercantum di dalam daftar pustaka. bentuk tabel, gambar ataupun ilustrasi lain.
Pembahasan merupakan ulasan tentang hasil,
Judul menjelaskan makna hasil penelitian, kesesuaian
Judul harus singkat, jelas dan dengan hasil atau penelitian terdahulu dan peran
menggambarkan isi naskah. Judul ditulis dalam hasil tersebut terhadap pemecahan masalah yang
bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. disebutkan dalam pendahuluan.
Pengolahan Naskah
Redaksi melakukan penilaian, koreksi dan
perbaikan. Kriteria penilaian meliputi : kebenaran isi,
tingkat keaslian, kejelasan uraian dan kesesuaian
dengan misi publikasi. Redaksi akan mengem-
balikan naskah kepada penulis untuk diperbaiki
sesuai dengan saran redaksi dan naskah yang tidak
dapat diterbitkan akan diberitahukan.
id
masalah yang terkini (up to date) dari industri kimia,
kemasan, cemaran, rancang bangun dan
perekayasaan.
o.
KESIMPULAN
.g
Ditulis dengan ringkas hasil-hasil yang didapat.
PORTAL
Media Ilmiah Bidang Kimia dan Kemasan
Volume 5 Nomor 1 Desember 2018
Daftar Isi
id
Permukaan Tanggap………………………………..…………………………………………………….... 186 – 191
o.
Chicha Nuraeni, Erna Pratiwi dan Auliyah Ariani
.g
Minum………………………………………............................................................................................ 192 – 195
rin
Setyawati
Hubungan Ketahanan Tekan Tepi (ECT) Dengan Ketahanan Retak (Bursting Strength) Pada
pe
Kertas Karton Gelombang…………………………………………………………..….....................…… 196- 202
Setyawati
en
Analisis Robust Untuk Evaluasi Hasil Uji Banding Antar-Laboratorium Produk Asam
Formiat Teknis……………………………………................................................................................. 208 – 214
Ira Setiawati
.k
kk
bb