Anda di halaman 1dari 70

OPTIMASI ADSORPSI Cr (VI) OLEH KOMPOSIT EUGENOL-SILIKA

GEL MENGGUNAKAN RESPONSE SURFACE METHODOLOGY SERTA


UJI PERSAMAAN LANGMUIR DAN FREUNDLICH

SKRIPSI

RESTU DEWINTA MAHARANI


0621 17 024

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2021
OPTIMASI ADSORPSI Cr (VI) OLEH KOMPOSIT EUGENOL-SILIKA
GEL MENGGUNAKAN RESPONSE SURFACE METHODOLOGY SERTA
UJI PERSAMAAN LANGMUIR DAN FREUNDLICH

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk


Memperoleh Gelar Sarjana pada Program Studi Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Pakuan

RESTU DEWINTA MAHARANI


0621 17 024

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2021
LEMBAR PENGESAHAN
SKRIPSI

Judul Skripsi : Optimasi Adsorpsi Cr (VI) oleh Komposit


Eugenol-Silika Gel Menggunakan Response
Surface Methodology serta Uji Persamaan
Langmuir dan Freundlich
Nama : Restu Dewinta Maharani
NPM : 062117024
Program Studi : Kimia

Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui


Bogor, November 2021

Pembimbing II Pembimbing I

Muhammad Fathurrahman, S.Pd., M.Si Dr. Sutanto, M.Si


NIDN. 0011059002 NIDN. 0406125902

Mengetahui,
Ketua Program Studi Kimia Dekan FMIPA

Dr. Ade Heri Mulyati, M.Si Asep Denih, S.Kom, M.Sc, Ph.D
NIDN. 0427067401 NIDN. 0406097101

i
RIWAYAT HIDUP

RESTU DEWINTA MAHARANI, lahir di Bogor pada


tanggal 12 Januari 2000 sebagai anak sulung dari pasangan
Winarno Basuki, SE dan Dewi Ranti T., S.Pd. sudah
menempuh pendidikan formal di SD Negeri Pagelaran 03,
lulus pada tahun 2011, SMP Negeri 1 Ciomas, lulus pada
tahun 2014, dan SMA Rimba Madya Bogor, lulus pada tahun
2017.
Penulis melanjutkan pendidikan tinggi di Program Studi Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Pakuan Bogor.
Pada masa akhir pendidikannya, penulis melakukan penelitian tentang “Optimasi
Adsorpsi Cr (VI) oleh Komposit Eugenol-Silika Gel Menggunakan Response
Surface Methodology serta Uji Persamaan Langmuir dan Freundlich” Di
Laboratorium Kimia FMIPA Universitas Pakuan dengan di bawah bimbingan
Bapak Dr. Sutanto, M.Si dan Bapak Muhammad Fathurrahman, S.Pd, M.Si.

Data Pribadi Penulis:


Nama : Restu Dewinta Maharani
Alamat : Jl. Pintu Ledeng Kp. Sirnaraga RT 04/04 No. 4
Desa Pagelaran Kecamatan Ciomas Kabupaten
Bogor (16610)
No. Handphone : 081287358830
e-mail restudewinta@gmail.com

ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Restu Dewinta Maharani


NPM : 062117024
Judul Skripsi : Optimasi Adsorpsi Cr (VI) oleh Komposit
Eugenol-Silika Gel Menggunakan Response
Surface Methodology serta Uji Persamaan
Langmuir dan Freundlich

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi ini merupakan hasil penelitian,


pemikiran, dan pemaparan asli saya sendiri. Saya tidak mencantumkan tanpa
pengakuan bahan – bahan yang telah dipublikasikan sebelumnya atau ditulis oleh
orang lain, atau sebagai bahan yang pernah diajukan untuk gelar atau ijazah pada
Universitas Pakuan atau perguruan tinggi lainnya.

Apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam


pernyatan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai dengan
peraturan yang berlaku di Universitas Pakuan.

Demikian pernyataan ini saya buat.

Bogor, November 2021


Yang membuat pernyataan,

Restu Dewinta Maharani


062117024

iii
PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA DAN PATEN

Nama : Restu Dewinta Maharani


NPM : 062117024
Judul Skripsi : Optimasi Adsorpsi Cr (VI) oleh Komposit
Eugenol-Silika Gel Menggunakan Response
Surface Methodology serta Uji Persamaan
Langmuir dan Freundlich

Dengan ini menyatakan bahwa tugas akhir di atas adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun
kepada perguruan tinggi manapun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tugas akhir ini. Dengan ini
saya melimpahkan hak cipta karya tulis saya kepada Universitas Pakuan.

Bogor, November 2021

Restu Dewinta Maharani


062117024

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufiq dan
hidayah-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang
berjudul “Optimasi Adsorpsi Cr (VI) oleh Komposit Eugenol-Silika Gel
Menggunakan Response Surface Methodology serta Uji Persamaan Langmuir
dan Freundlich”.
Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Bapak Asep Denih, S.Kom., M.Sc., Ph.D., selaku Dekan Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pakuan Bogor.
2. Ibu Dr. Ade Heri Mulyati, M.Si., selaku Ketua Program Studi Kimia
FMIPA Universitas Pakuan Bogor.
3. Bapak Dr. Sutanto, M.Si., selaku dosen wali sekaligus pembimbing I yang
telah memberikan pendampingan, arahan, dan masukan selama studi dan
penyusunan makalah ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik.
4. Bapak Muhammad Fathurrahman, S.Pd, M.Si., selaku pembimbing II yang
telah memberikan arahan, masukan serta bimbingan selama melakukan
penelitian dan penyusunan makalah ini sehingga dapat terselesaikan dengan
baik.
5. Seluruh dosen FMIPA Universitas Pakuan Bogor atas ilmu yang telah
diberikan, serta segenap laboran dan staff administrasi FMIPA Universitas
Pakuan Bogor atas segala kemudahan dan bantuan yang telah diberikan.
Semoga beliau semua berada dalam lindungan-NYA.
6. Orang tua tercinta Bapak Winarno Basuki, S.E., dan Ibu Dewi Ranti T,
S.Pd. Terimakasih atas setulus-tulusnya kasih sayang, cinta, doa,
bimbingan, semangat, dan pengorbanan yang telah diberikan kepada
penulis. Adik saya Rossi Dewanti M., M. Zein Akbar, dan Zayna Zea yang
selalu memberikan hangatnya kasih sayang, semangat, dan keceriaan kepada
penulis.

v
7. Teman-teman angkatan 2017 Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Pakuan Bogor atas segala bantuannya,
kebersamaan, kekompakan, kerjasama, dan dukungannya.
8. Tim penelitian (Anak Jagung) Esya Juniar, Sherin Nurhafidza, dan Fitra
Rachmalia yang selalu menemani dan membantu penulis.
9. Bela Purwitasari, Diah Indah P., dan Dini Faiqoh A. yang selalu ada untuk
membantu penulis, memberi canda tawa, memberi segenap memotivasi,
dukungan dan nasihat untuk segera menyelesaikan penelitian dan makalah
ini, serta menjadi teman seperjuangan sedari awal masuk.
10. Nadia, Riska, Rosi, Yulia, Anissa, Ingga, Pandjie, dan Dika. Terimakasih
atas kebersamaan, canda tawa, dan segala pengertian kalian untuk tempat
berkeluh kesah selama ini.
11. Semua pihak yang telah ikut berjasa dalam membantu penulis selama
kuliah, penelitian hingga penyusunan makalah ini yang tidak dapat penulis
sebutkan satu-persatu.
Kepada semua pihak tersebut semoga bantuan, bimbingan, dan pengarahan
serta do’a yang diberikan kepada penulis dapat dinilai ibadah oleh Allah SWT dan
mendapatkan ridho-NYA.
Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini banyak terdapat
keterbatasan kemampuan, pengalaman, dan pengetahuan sehingga dalam
penyusunan skripsi ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu saran dan
kritik yang bersifat membantu dan membangun sangat penulis harapkan.
Akhirnya besar harapan penulis, semoga skripsi dari tugas akhir ini dapat
memberikan manfaat dan sumbangan bagi kemajuan dan perkembangan ilmu
pengetahuan terutama dibidang kimia. Aamiin Ya Rabbal ‘Alamin.

Bogor, November 2021

Penulis

vi
Restu Dewinta Maharani. 062117024. 2021. “Optimasi Adsorpsi Cr (VI) oleh
Komposit Eugenol-Silika Gel Menggunakan Response Surface Methodology
serta Uji Persamaan Langmuir dan Freundlich”. Di bawah bimbingan Dr.
Sutanto, M.Si dan Muhammad Fathurrahman, S.Pd, M.Si.

RINGKASAN

Beberapa pengembangan penelitian mengenai silika gel sebagai adsorben


dalam proses adsorpsi terhadap permasalahan limbah baik berupa zat warna
ataupun oleh ion logam berat sudah banyak dikembangkan agar dapat mengurangi
jumlah pencemaran baik dilingkungan, industri, maupun laboratorium. Karena
komposit eugenol-silika gel dapat digunakan sebagai adsorben, maka penelitian
ini bertujuan untuk mengkaji seberapa efisiensinya ion logam Cr (VI) yang dapat
dijerap oleh komposit eugenol-silika gel sebagai adsorben dan menentukan
metode adsorpsi yang sesuai dalam kapasitas penjerapan maksimumnya pada
larutan uji menggunakan model isotermal adsorpsi Langmuir dan Freundlich.
Penelitian ini terdiri dari dua tahap. Pertama, optimasi pH, waktu kontak,
dan bobot adsorben komposit eugenol-silika gel terhadap efisiensi ion logam Cr
(VI). Optimasi pH dilakukan dalam kisaran 3,5, dan 7. Kemudian waktu kontak
pada waktu 10, 35, dan 60 menit, serta bobot adsorben 0,10; 0,15; dan 0,20 gram
dalam larutan 50 mL. Selanjutnya kadar Cr (VI) dianalisis secara
Spektrofotometri UV-Vis dalam keadaan telah dikompleksan dengan difenil
karbazida pada panjang gelombang 530 - 540 nm. Percobaan optimasi dirancang
dengan metode Response Surface Methodology (RSM) box behnken pada
software MINITAB. Tahap kedua dilakukan pengujian kapasitas adsorpsi
maksimumnya menggunakan model isoterm persamaan Langmuir dan Freundlich.
Hasil penelitian memberikan hasil bahwa kondisi optimum pada proses
adsorpsi yaitu pada saat berat komposit eugenol-silika gel seberat 0,15 gram/50 mL
dengan lamanya waktu kontak 35 menit pada pH 5 dengan konsentrasi 10 ppm.
Regresi Linier (R2) yang didapatkan pada persamaan Langmuir yaitu 0,9998 dan
lebih besar dibandingkan R2 dari persamaan Freundlich yang hanya bernilai
0,9185. Kapasitas penyerapan maksimum Cr (VI) ditunjukkan dengan nilai qm
atau setiap 1 gram komposit dapat menyerap 1,0328 mg/g Cr (VI) dalam 50 mL
larutan dan dapat dikatakan proses adsorpsinya berlangsung dengan dua arah
(reversible) karena RSF yang didapatkan sebesar 0,0297 serta nilai KF, KL, dan n
yang didapatkan secara berturut – turut yaitu 0,7961; 1,0885 dan 14,0056.

Kata kunci: Adsorpsi Cr (VI), Box Behnken, Komposit, Langmuir

vii
Restu Dewinta Maharani. 062117024. 2021. “Optimization of Cr (VI)
Adsorption by Eugenol-Silica Gel Composite Using Response Surface
Methodology with Langmuir and Freundlich Equation Test”. Under the
guidance of Dr. Sutanto, M.Si and Muhammad Fathurrahman, S.Pd, M.Si.

SUMMARY

Several research developments regarding silica gel as an adsorbent in the


adsorption process for waste problems in the form of dyes or by heavy metal ions
have been widely developed in order to reduce the amount of pollution in the
environment, industry, and laboratories. Because the eugenol-silica gel composite
can be used as an adsorbent, this study aims to examine how efficiently the Cr
(VI) metal ion can be adsorbed by the eugenol-silica gel composite as an
adsorbent and determine the appropriate adsorption method in its maximum
adsorption capacity in the test solution using Langmuir and Freundlich
adsorption isothermal model.
This research consists of two stages. First, optimization of pH, contact
time, and weight of the adsorbent of the eugenol-silica gel composite on the
efficiency of the Cr(VI) metal ion. The pH optimization was carried out in the
range of 3, 5, and 7. Then the contact times were 10, 35, and 60 minutes, and the
adsorbent weight was 0,10; 0.15; and 0.20 g in 50 mL solution. Furthermore, the
levels of Cr (VI) were analyzed by UV-Vis spectrophotometry in a complexed
state with diphenyl carbazide at a wavelength of 530 - 540 nm. The optimization
experiment was designed using the Box Behnken Response Surface Methodology
(RSM) method on the MINITAB software. The second stage is testing the
maximum adsorption capacity using the Langmuir and Freundlich equation
isotherm model.
The results showed that the optimum of the adsorption process is in this
cinditions with maximum the eugenol-silica gel composite weighed 0,15 gram/50 mL
with a contact time of 35 minutes at pH 5 with a concentration of 10 ppm. Linear
Regression (R2) obtained in the Langmuir equation is 0.9998 and is greater than
R2 from the Freundlich equation which is only 0.9185. The maximum absorption
capacity of Cr (VI) is indicated by the value of qm or every 1 gram of the
composite can absorb 1.0328 mg/g Cr (VI) in 50 mL of solution and it can be said
that the adsorption process takes place in two directions (reversible) because the
RSF obtained is 0.0297 and the values of KF, KL, and n obtained respectively are
0.7961; 1.0885 and 14.0056.

Keywords: Box Behnken, Composite, Cr(VI) adsorption, Langmuir

viii
DAFTAR ISI

Hal

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI...................................................................i


RIWAYAT HIDUP................................................................................................ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI...........................................iii
PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA DAN PATEN...............iv
KATA PENGANTAR............................................................................................v
RINGKASAN.......................................................................................................vii
SUMMARY.........................................................................................................viii
DAFTAR ISI..........................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xi
DAFTAR TABEL................................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................14
1.1 Latar Belakang.................................................................................................14
1.2 Tujuan Penelitian.............................................................................................15
1.3 Hipotesis Penelitian..........................................................................................16
1.4 Manfaat penelitian............................................................................................16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................17
2.1 Silika Gel dari Abu Tongkol Jagung................................................................17
2.2 Eugenol............................................................................................................18
2.3 Komposit Eugenol-Silika Gel..........................................................................20
2.4 Sorpsi...............................................................................................................20
2.4.1 Adsorpsi........................................................................................................21
2.4.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Adsorpsi...............................................22
2.4.3 Adsorben.......................................................................................................23
2.4.4 Isoterm Adsorpsi...........................................................................................24
2.4.4.1 Persamaan Langmuir..................................................................................25
2.4.4.2 Persamaan Freundlich................................................................................26
2.5 Ion Logam Kromium.......................................................................................27
2.6 Response Suface Methodology (RSM).............................................................28

ix
2.7 Spektrofotometri UV-Vis.................................................................................30
BAB III BAHAN DAN METODE......................................................................33
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian..........................................................................33
3.2 Alat dan Bahan Penelitian................................................................................33
3.3 Metode Penelitian............................................................................................33
3.4 Prosedur Kerja..................................................................................................34
3.4.1 Pembuatan Larutan Induk Cr (VI)................................................................34
3.4.2 Pembuatan Larutan Kerja Kompleks Cr (VI)-difenilkarbazida....................34
3.4.3 Penetapan Kadar Ion Logam Cr (VI) dengan Spektrofotometer UV-Vis.....34
3.4.4 Optimasi Adsorpsi Ion Logam Cr (VI) oleh Komposit Eugenol-Silika Gel.35
3.4.5 Isotermal Adsorpsi Komposit Eugenol-Silika Gel terhadap Ion Logam Cr
(VI).........................................................................................................................36
3.4.6 Pengolahan Data...........................................................................................36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................37
4.1 Gambaran Umum Adsorben dan Adsorbat......................................................37
4.2 Hasil Optimasi Adsorpsi Ion Logam Cr (VI) oleh Komposit Eugenol-Silika
Gel..........................................................................................................................38
4.3 Hasil Analisis Model Interaksi dan Variansi Adsorpsi Ion Logam Cr (VI) oleh
Komposit Eugenol-Silika Gel................................................................................39
4.4 Hasil Kondisi Operasi Optimum Adsorpsi Ion Logam Cr (VI) oleh Komposit
Eugenol-Silika Gel.................................................................................................41
4.5 Isotermal Adsorpsi Ion Logam Cr (VI) oleh Komposit Eugenol-Silika Gel...43
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................49
5.1 Kesimpulan......................................................................................................49
5.2 Saran.................................................................................................................49
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................50
LAMPIRAN..........................................................................................................53

x
DAFTAR GAMBAR

Hal
Gambar 1. Komposit Eugenol-Silika Gel
........................................................ 24
Gambar 2. Kontur Response Surface Adsorpsi Ion Cr (VI) oleh Komposit
Eugenol-Silika Gel ........................................................................ 28
Gambar 3. Kurva Hubungan antara Kapasitas Adsorpsi dengan Konsentrasi
Awal Ion Cr (VI) ........................................................................... 30
Gambar 3. Kurva Analisis Isotermal Langmuir dan Freundlich Adsorpsi Ion
Cr (VI) oleh Komposit Eugenol-Silika Gel .................................. 33

xi
DAFTAR TABEL

Hal
Kandungan Senyawa Kimia Dalam Abu Tongkol Jagung
Tabel 1. 4
................
Tabel 2. Rancangan percobaan respon surface Box Behnken ......................... 22
Tabel 3. Hasil Pengukuran Response Surface Box Behnken dari Adsorpsi
Ion Cr (VI) oleh Komposit Eugenol-Silika Gel ............................... 25
Tabel 4. Data Hasil Percobaan Isotermal Adsorpsi Ion Cr (VI) oleh
Komposit Eugenol-Silika Gel
............................................................................ 30
Tabel 5. Data Hasil Analisis Isotermal Adsorpsi Langmuir dan Freundlich
Ion Cr (VI) oleh Komposit Eugenol-Silika Gel
................................ 33
Tabel 6. Parameter Isotermal Adsorpsi Langmuir dan Freundlich Ion Cr
(VI) oleh Komposit Eugenol-Silika
Gel.................................................... 34

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Hal
Lampiran 1. Bagan Alir Umum Penelitian ...................................................... 40
Lampiran 2. Bagan Alir Prosedur Kerja .......................................................... 41
Lampiran 3. Hasil Absorbansi Cr (VI) pada Berbagai Konsentrasi untuk
Penentuan Kurva Standar Cr 44
(VI) ................................................
Lampiran 4. Hasil Analisis Response Surface Box Behnken Adsorpsi Ion Cr
(VI) oleh Komposit Eugenol-Silika Gel
....................................... 45
Lampiran 5. Hasil Analisis Standar Deviasi Adsorpsi Ion Cr (VI) oleh Komposit
Eugenol-Silika Gel
........................................................................ 46
Lampiran 6. Hasil Analisis Response Optimizer Adsorpsi Ion Cr (VI) oleh
Komposit Eugenol-Silika Gel
..................................................... 47
Lampiran 7. Perhitungan Penetapan Isotermal Adsorpsi Ion Logam Cr (VI)
oleh Komposit Eugenol-Silika Gel
.............................................. 48
Lampiran 8. Perhitungan Hasil Analisis Isotermal Adsorpsi Ion Logam Cr
(VI) oleh Komposit Eugenol-Silika
Gel ...................................... 49
Lampiran 9. Perhitungan Konstanta Isotermal Langmuir dan Freundlich
Adsorpsi Ion Logam Cr (VI) oleh Komposit Eugenol-Silika
Gel 50

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berbagai penelitian di Indonesia sudah banyak menyebutkan bahwa Cr
(VI) menjadi salah penyebab pencemaran dalam air. Cr (VI) banyak didapati pada
limbah industri tekstil, laboratorium, keramik gelas, dan kegiatan penyamakan
kulit. Toksisitas senyawa kimia Cr (VI) terhadap organisme perairan bergantung
pada bentuk, bilangan oksidasinya, dan pH. Cr (VI) hampir semua senyawanya
berbentuk anionik, sangat larut dalam perairan dan relatif stabil meskipun
senyawaan ini merupakan agen pengoksidasi yang kuat dalam larutan asam
(Romadon & Rahyono, 2017).
Kadar Cr (VI) memiliki NAB (Nilai Ambang Batas) yaitu sebesar
0,002mg/L yang telah ditetapkan oleh KepmenLH No. 51 Tahun 2004.
Sedangkan apabila meningkatnya jumlah bahan pencemar seperti Cr (VI) dalam
limbah cair dengan dosis yang tinggi dan sudah terakumulasi dalam jangka
panjang akan bersifat karsinogenik dan menimbulkan masalah bagi lingkungan
serta dapat menyebabkan penyakit bila masuk kedalam tubuh makhluk hidup
(Romadon & Rahyono, 2017).
Silika gel tidak hanya digunakan sebagai pengering dan indikator
kelembapan, tetapi dapat juga diaplikasikan dalam berbagai bidang antara lain
yaitu sebagai adsorben, katalis, fasa diam pada kolom kromatografi, ataupun
sebagai campuran senyawa dalam produk kosmetik maupun farmasi. Silika gel
memiliki berbagai kelebihan diantaranya sebagai adsorben yang baik karena
bersifat hidrofilik, inert, mempunyai stabilitas termal yang baik, dan kemudahan
dalam proses desorpsi.
Namun ternyata, silika gel juga mempunyai beberapa kelemahan yaitu
situs aktifnya hanya berupa gugus silanol dan siloksan (-SiOH) yang mempunyai
sifat keasaman yang rendah dan mempunyai oksigen sebagai atom donor
pasangan elektron yang lemah, maka kurang mampu bila diaplikasikan sebagai
adsorben untuk ion-ion logam tertentu. Salah satu cara untuk meningkatkan
adsorbansinya

1
2

yaitu dengan dilakukan berbagai metoda modifikasi dan karakterisasinya (Sulastri


& Kristianingrum, 2010).
Salah satu penelitian yang melakukan pengujian silika gel sebagai
adsorben dalam proses adsorpsi terhadap permasalahan limbah dilakukan oleh
(Wilhan et al., 2016) mengenai optimasi waktu kontak dan pH pada sintesis silika
gel dari abu tongkol jagung sebagai adsorben biru metilena. Dari penelitian
tersebut menyatakan penyerapan tertinggi oleh silika gel dari abu tongkol jagung
berlangsung pada saat pH 3 yaitu sebesar 8,250 ppm dengan persentase 40,867%
dari ppm awal sebesar 20 ppm, sedangkan waktu kontak yang diperlukan untuk
kesetimbangan yaitu selama 10 menit dengan bobot adsorben sebanyak 0,1 gram.
Namun, dari penelitian tersebut kurang adanya tahapan lebih lanjut apakah
kapasitas adsorpsi maksimum yang dihasilkan memenuhi persamaan isoterm
Langmuir ataupun Freundlich.
Maka berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan, penelitian ini
bertujuan untuk melakukan studi adsorpsi komposit eugenol-silika gel. Komposit
eugenol-silika gel kemudian diaplikasikan sebagai adsorben pada ion logam berat
Cr (VI). Penambahan eugenol pada silika dilakukan karena tiga gugus fungsional
pada eugenol dapat menarik ion logam yang bergerak secara bebas dan
diharapkan dapat menambah efektifitas adsorpsi jika dipadukan menjadi sebuah
komposit, karena diprediksi akan lebih meningkatkan kualitas dari silika gel itu
sendiri.

1.2 Tujuan Penelitian


Tujuan Penelitian ini sebagai berikut :
1. Menentukan kondisi optimum pada proses adsorpsi komposit eugenol-silika gel
terhadap ion logam Cr (VI) menggunakan Response Surface Methodology
(RSM) dengan tiga parameter antara lain yaitu: waktu kontak, pH, dan bobot
adsorben.
2. Kapasitas adsorpsi maksimum pada dari komposit eugenol-silika gel terhadap
ion logam Cr (VI) dapat ditentukan dengan menggunakan model isotermal
Langmuir dan Freundlich.
3

1.3 Hipotesis Penelitian


Hipotesis penelitian ini antara lain sebagai berikut :
1. Terdapat kondisi optimum (waktu kontak, pH, dan bobot adsorben) pada proses
adsorpsi komposit eugenol-silika gel terhadap ion logam Cr (VI).
2. Kapasitas adsorpsi maksimum dari komposit eugenol-silika gel terhadap ion
logam Cr (VI) dalam model isotermal Langmuir dan Freundlich.

1.4 Manfaat penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi kemajuan
ilmu pengetahuan tentang pengaplikasian material berpori jenis silika gel dengan
penambahan eugenol menjadi komposit pada proses adsorpsinya dalam menjerap
ion logam Cr (VI).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Silika Gel dari Abu Tongkol Jagung


Tongkol jagung jagung merupakan bagian dari buah jagung yang terdiri
dari 40 - 50% dan akan menjadi sisa limbah padat karena tidak dapat dikonsumsi.
Tongkol jagung memiliki kandungan air, selulosa sebanyak 40 - 45%,
hemiselulosa sebanyak 30 - 35%, dan lignin sebanyak 10 - 20%. Kandungan
tersebut akan hilang jika diabukan pada suhu yang tinggi sehingga kandungan
silika (SiO2) akan meningkat lebih dari 60% dengan sejumlah kecil unsur-unsur
logam (Adesanya & Raheem, 2009). Berdasarkan hal tersebut, maka akan sekali
dimungkinkan untuk memanfaatkan silika yang berasal dari abu tongkol jagung
sebagai bahan dasar pembuatan material berbasis silika gel. Kandungan senyawa
kimia dalam abu tongkol jagung dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Kandungan Senyawa Kimia Dalam Abu Tongkol Jagung


(Mujedu et al., 2014)
Senyawa Kimia Kadar (%)

SiO2 67,41
CaO 10,53
Al2O3 8,39
Fe2O3 4,81
MgO 2,27
SO3 1,59

Silika gel merupakan silika dengan permukaan berbentuk amorf yang


terdiri atas globula-globula (SiO2)n tetrahedral yang tersusun secara teratur dan
beragregasi membentuk kerangka tiga dimensi yang lebih besar dengan kisaran
antara 1 - 25µm. Silika gel terbentuk dari suatu molekul berbasis silika yang
dihasilkan oleh polimerisasi asam silikat dengan rumus kimia SiO 2 x H2O dengan
struktur satuan mineral silika yang pada dasarnya mengandung kation Si 4+ yang
terkoordinasi secara tetrahedral dengan anion O2-. Akan tetapi, susunan SiO4 pada

4
5

silika gel susunan bentuknya tidak beraturan karena adanya pembentukan


kondensasi menjadi asam ortosilikat atau asam monosilikat (Oscik, 1982).
Silika gel pada umumnya disintesis dengan cara (metode sol gel)
presipitasi larutan silikat dan sol silikat melalui proses peleburan pada temperatur
yang tinggi. Sintesis silika gel berbahan dasar abu tongkol jagung dilakukan
dengan dicampurkannya NaOH kedalam sampel abu jagung untuk melarutkan
silikat menjadi natrium silikat (Na2SiO3) dan larutan asam sebagai reaksi
pembentukan silika menjadi hidrogel, serta pemanasan silika hidrogel agar
berubah bentuk menjadi serogel (silika gel kering) (Brinker, C.J., & Scherer,
G.W., 1990) .
NaOH digunakan sebagai pelarut dikarenakan NaOH merupakan pereaksi
yang sangat kuat dan cenderung untuk merangkai dan membentuk buih saat
dipanaskan karena bersifat mudah menyerap air (Yusuf et al., 2014). Silika gel
yang berbentuk suatu padatan atau butiran seperti kaca ini memiliki sifat yang
kaku. Sifat kekakuan ini yang menjadikan silika gel dengan tujuan utama
dimanfaatkan sebagai penyerap suatu zat, pengering kelembapan, dan sebagai
penopang katalis (Fahmi & Nurfalah, 2016).
Pori-pori silika gel tergantung dari kondisi preparasinya pada rata-rata
berdiameter 7.103 - 1,8.103 Å sedangkan luas permukaan silika gel yaitu antara
450 - 530 m2/g, dan densitasnya sekitar 0,67 - 0,75 g/cm3. Kelarutan silika gel
dalam air pada suhu 25 oC adalah 20 - 150 ppm dan SiO2 (1,2 - 2,2 mmol/kg).
Variasi pada kelarutan silika gel disebabkan adanya perbedaan ukuran partikel,
derajat hidrasi dan kemurnian. Silika gel biasanya memiliki luas permukaan yang
akan bertambah jika ada kenaikan ukuran pori-porinya. Adanya gugus aktif dan
sifat-sifat fisik silika gel tersebut maka silika gel secara umum sering digunakan
sebagai adsorben, desikan, dan pengisi pada kromatografi (sebagai fasa diam)
(Sulastri & Kristianingrum, 2010).

2.2 Eugenol
Eugenol merupakan salah satu komponen utama yang terdapat pada
minyak cengkeh yang bisa diperoleh dari bunga cengkeh (Clove Oil), tangkai atau
gagang bunga cengkeh (Clove Steam Oil), dan dari daun cengkeh (Clove Leaf Oil)
6

dengan dilakukannya metode penyulingan uap dan air. Kandungan minyak atsiri
yang terdapat di dalam bunga cengkeh mencapai 21,3% dengan kadar eugenol
berkisar antara 78 - 95%, dari tangkai atau gagang bunga mencapai 6% dengan
kadar eugenol berkisar antara 89 - 95%, sedangkan pada daun cengkeh mencapai
2 - 3% dengan kadar eugenol berkisar antara 80 - 85% (Hadi,2012).
Eugenol memiliki rumus molekul C10H12O2 dengan nama IUPAC 4-alil-2-
metoksifenol (Budnavi,1989; Reynolds, 1993). Eugenol bersifat mudah menguap
dan sedikit asam serta dapat larut dalam pelarut organik antara lain seperti
kloroform, eter, alkohol, dan dapat sedikit larut dalam air. Sifat fisik eugenol yaitu
bercirikan dengan bentuk cairan yang tidak berwarna atau kuning pucat, bau
cengkeh kuat dan menusuk, serta menjadi gelap dan mengental abila terpapar oleh
udara karena sifatnya yang mudah teroksidasi (Budnavi, 1989). Selain itu,
eugenol memiliki titik didih 256 oC, titik leleh -9 oC, titik nyala 104 oC, tekanan
uap 10 mmHg pada 123 oC, densitas 1,064 - 1,068 g/ml, berat molekul 164,20
g/mol, dan indeks bias 1,541 pada 200 oC.
Eugenol sebagai bahan alami Indonesia telah dimanfaatkan turunannya
untuk pemisahan ion logam (Djunaidi et al., 2018). Eugenol memiliki struktur
yang memunginkan terjadinya interaksi dengan senyawa yang akan ditranspor dan
dapat digunakan sebagai bahan awal sintesis suatu senyawa karena adanya tiga
gugus fungsional yang terikat padanya yaitu fenol (-OH), alil (-CH2-CH=CH2),
dan metoksi (-OCH3) (Sumawijaya et al, 2020). Reaktifitas elektron bebas yang
tidak berikatan dalam eugenol tersebut akan dapat menarik ion logam yang
bergerak secara bebas dan dapat bertukar dengan kation ion logam lain dalam
jumlah yang sama.
Adanya gugus reaktif yang terdapat pada eugenol dapat digunakan sebagai
bahan dasar sintesis untuk senyawa lain yang bernilai lebih tinggi dan dapat
dimodifikasi menjadi suatu material polimer untuk meningkatkan sifat-sifatnya
baik secara fisika maupun kimia. Harimu et al. (2019) telah melakukan sintesis
polieugenol oksiasetat yang dilakukan dengan cara mereaksikan polieugenol
dengan asam kloroasetat 50% sebagai pengemban agar ion logam berat dapat
dipisahkan, ion logam yang dapat dipisahkan oleh eugenol antara lain yaitu
Fe(III), Cr(III), Cu(II), Ni(II), Co(II), dan Pb(II). Kopolimer berbasis eugenol juga
7

dapat dilakukan dengan ditambahkannya agen pengikat silang seperti


Divinilbenzena (DVB) yang dapat menghasilkan kopoli (eugenol-DVB),
kemudian eugenol-DVB dikembangkan sebagai penjerap ion logam berat Fe(III)
oleh Silvianti et al. (2017).

2.3 Komposit Eugenol-Silika Gel


Silika gel berbahan dasar abu tongkol jagung yang dikompositkan dengan
eugenol inilah merupakan bahan baru hasil rekayasa yang terdiri dari komponen-
komponen yang mempunyai perbedaan sifat kimia maupun fisika yang disusun
atau digabung tetapi campuran komponen material ini bersifat saling berhubungan
antara satu dengan yang lainnya berdasarkan atas fungsi masing-masing bagian
tersebut agar menjadi sebuah gabungan yang memiliki nilai lebih. Terbentuknya
komposit eugenol-silika gel ini terjadi karena adanya permukaan antara matriks
dan filler, ikatan antar permukaan ini terjadi karena adanya gaya adhesi dan
kohesi dengan melalui tiga cara utama yaitu (Nayiroh, 2013) :
1. Interlocking antar permukaan : ikatan yang terjadi karena kekerasan dari bentuk
permukaan partikel.
2. Gaya elektrostatis : ikatan yang terjadi dikarenakan adanya gaya tarik menarik
antara atom yang bermuatan (ion).
3. Gaya Van der Waals : ikatan yang terjadi karena adanya pengutuban antar
partikel yang sejenis maupun berbeda jenis.
Kedua komponen tersebut memiliki sifat sebagai adsorben ion logam
berat, maka akan memiliki kualitas yang lebih baik jika dipadukan dan digunakan
untuk menjerap ion logam berat.

2.4 Sorpsi
Sorpsi merupakan proses penyerapan ion oleh partikel penyerap (sorban).
Proses sorpsi dibedakan menjadi dua yaitu adsorpsi dan absorpsi. Dinamakan
proses adsorpsi karena jika ion tersebut tertahan dipermukaan partikel penyerap
(sorban), sedangkan dinamakan absorpsi jika proses pengikatan ini berlangsung
sampai di dalam partikel penyerap. Karena adsorpsi dan absorpsi sering muncul
dalam waktu yang bersamaan dalam suatu proses, maka ada yang menyebutnya
sorpsi, baik adsorpsi sebagai sorpsi yang terjadi pada silika gel, zeolit, maupun
8

padatan lainnya (Handayani & Sulistiyono, 2009). Dalam proses ini yang
berperan sebagai penyerap adalah padatan serbuk komposit eugenol-silika gel,
sedangkan zat yang diserap adalah ion logam kromium heksavalen.

2.4.1 Adsorpsi
Adsorpsi merupakan proses akumulasi adsorbat pada permukaan adsorben
yang disebabkan oleh gaya tarik-menarik antar molekul atau suatu akibat dari
medan gaya pada permukaan padatan (adsorben) yang menarik molekul-molekul
berupa gas, uap atau cairan (Oscik, 1982). Adsorpsi secara umum didefinisikan
sebagai akumulasi sejumlah molekul, ion atau atom yang terjadi pada batas di
antara dua fasa. Adsorpsi yang menyangkut akumulasi atau pemusatan substansi
adsorbat pada adsorben, dalam hal ini dapat terjadi pada antar muka dua fasa. Fasa
yang menyerap disebut adsorben dan fasa yang terserap disebut adsorbat.
Kebanyakan adsorben adalah bahan-bahan yang memiliki pori karena berlangsung
terutama pada dinding-dinding pori atau letak-letak tertentu di dalam adsorben
(Alberty, R.A. & Daniel, F., 1987).
Proses adsorpsi biasanya digunakan untuk mengurangi kadar kontaminasi
oleh logam berat ataupun bukan logam dalam air. Teknik adsorpsi ini efektif
untuk menghilangkan logam berat walaupun dengan cara yang relatif sederhana.
Istilah adsorpsi inilah yang biasa digunakan untuk menggambarkan dari keadaan
suatu bahan tertentu baik berupa cairan maupun padatan dengan jumlah
konsentrasi yang lebih tinggi pada permukaannya atau secara singkat adsorpsi itu
sendiri menunjukkan kelebihan konsentrasi pada suatu permukaan. Proses
adsorpsi berbeda dengan absorpsi yang di mana pada proses adsorpsi terjadi reaksi
kimia antara molekul-molekul adsorbat dengan permukaan adsorben (Alberty,
R.A. & Daniel, F., 1987).
Gaya tarik-menarik dari suatu padatan pada proses adsorpsi dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu gaya fisika dan gaya kimia. Pada masing-masing gaya
menghasilkan adsorpsi fisika (physisorption) dan adsorpsi kimia (chemisorption).
Adsorpsi fisika adalah proses interaksi antara adsorben dengan adsorbat yang
melibatkan gaya-gaya antar molekul seperti gaya Van der Waals. Adsorpsi fisika
biasanya terjadi apabila suatu adsorbat dialirkan pada permukaan adsorben yang
9

bersih, adsorbat tidak terikat kuat pada permukaan adsorben sehingga adsorbat
akan dapat bergerak dari satu permukaan ke bagian permukaan yang lainnya.
Sedangkan pada adsorpsi kimia terjadi jika interaksi adsorben dan adsorbat
melibatkan pembentukan ikatan kimia. Jenis adsorpsi kimia diberi istilah absorpsi
dengan ikatan yang terbentuk merupakan suatu ikatan yang kuat sehingga lapisan
yang terbentuk adalah lapisan monolayer. Dalam proses adsorpsi melibatkan
berbagai macam gaya, yakni gaya elektrostatik, gaya Van der Waals, ikatan
hidrogen serta ikatan kovalen (Martell, A.E. & Hancock, R.D., 1996).

2.4.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Adsorpsi


Menurut Riyadh (2009) secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi
daya adsorpsi antara lain sebagai berikut :
1. Jenis adsorbat
a. Ukuran molekul adsorbat
Ukuran molekul yang sesuai merupakan hal yang penting agar dalam
proses adsorpsi dapat terjadi, karena molekul-molekul yang dapat
diadsorpsi ialah molekul-molekul yang mempunyai diameter lebih kecil
atau sama dengan diameter pori pada permukaan adsorben.
b. Kepolaran zat
Apabila diameter dari sebuah zat ukurannya sama, molekul-molekul polar
akan lebih kuat diadsorpsi daripada molekul-molekul yang tidak polar.
Molekul-molekul yang lebih polar dapat menggantikan molekul-molekul
kurang polar yang terlebih dahulu untuk teradsorpsi.
2. Karakteristik adsorben
a. Kemurnian adsorben
Sebagai zat untuk mengadsorpsi, maka sebuah adsorben yang lebih murni
lebih diinginkan karena dapat memiliki kemampuan adsorpsi yang lebih
baik.
b. Luas permukaan dan volume pori adsorben
Jumlah molekul dari adsorbat yang teradsorp akan meningkat dengan
bertambahnya luas permukaan dan volume dari pori permukaan adsorben.
3. Tekanan (P)
10

Tekanan yang dimaksud adalah konsentrasi adsorbat. Kenaikan tekanan


adsorbat dapat menaikan jumlah yang diadsorpsi.
4. pH
pH memiliki pengaruh yang besar terhadap tingkat proses adsorpsi,
disebabkan ion hidrogen dapat menjerap dengan kuat. Selain itu pH juga
dapat mempengaruhi ionisasi. Senyawa organik asam akan lebih mudah
diadsorpsi pada suasana pH rendah, sedangkan senyawa organik basa lebih
mudah diadsorpsi pada suasana pH tinggi. Nilai optimum pH bisa ditentukan
dengan melakukan pengujian di laboratorium.
5. Temperatur absolut (T)
Temperatur yang dimaksud adalah temperatur adsorbat. Pada saat molekul-
molekul gas atau adsorbat melekat pada permukaan adsorben akan terjadi
pembebasan sejumlah energi yang dinamakan peristiwa exothermic.
Berkurangnya temperatur akan menambah jumlah adsorbat yang teradsorpsi
demikian juga untuk peristiwa sebaliknya.
6. Interaksi potensial (E)
Interaksi potensial antara adsorbat dengan dinding adsorben sangatlah
bervariasi, tergantung dari sifat adsorbat-adsorben tersebut.

2.4.3 Adsorben
Adsorben merupakan zat padat yang dapat menyerap komponen tertentu
dari suatu fase fluida. Adsorben atau kebanyakan zat pengadsorpsi adalah bahan-
bahan yang sangat berpori, dan adsorpsi berlangsung pada dinding-dinding pori
atau pada daerah tertentu di dalam partikel itu. Karena pori-pori adsorben
biasanya sangat kecil maka luas permukaan dalamnya menjadi beberapa kali lebih
luas daripada permukaan luarnya. Suatu adsorben dipandang sebagai suatu
adsorben yang baik untuk adsorpsi dilihat dari sisi waktu. Lama operasi terbagi
menjadi dua yaitu waktu penyerapan hingga komposisi diinginkan dan waktu
regenerasi atau pengeringan adsorben. Semakin cepat dua variabel tersebut, maka
semakin baik unjuk kerja dari adsorben tersebut (Riyadh, 2009).
Adsorben yang umum digunakan secara komersial dapat dikelompokkan
menjadi dua kelompok yaitu kelompok polar dan non polar (Saragih, 2008) :
11

1. Adsorben polar atau yang biasa disebut juga hydrophilic merupakan jenis
adsorben yang memiliki daya adsorpsi yang besar terhadap alkohol, asam
karboksilat, alumina, aldehid, dan keton. Adsorben yang termasuk kedalam
kelompok ini antara lain yaitu silika gel, alumina aktif, dan zeolit.
2. Adsorben non polar atau yang biasa disebut juga hydrophobic merupakan
jenis adsorben yang mempunya daya adsorpsi yang besar terhadap amin dan
senyawa yang memiliki sifat basa. Adsorben yang termasuk kedalam
kelompok ini adalah polimer adsorben, silika, dan karbon aktif.

2.4.4 Isoterm Adsorpsi


Isoterm (suhu tetap) merupakan proses termodinamika yang salah satu
kondisinya dapat dipelajari dengan cara membuat salah satu faktornya tetap. Pada
proses isoterm adsorpsi metode ini paling sering digunakan untuk mewakili pada
keadaan kesetimbangan sistem adsorpsi karena dapat menunjukkan keterangan
berguna dalam hal yang berkaitan dengan proses adsorpsi, adsorbat, adsorben,
volume, penentuan luas permukaan adsorben, distribusi ukuran permukaan pori,
kalor adsorpsi, serta adsorbilitas relatif gas atau uap pada sebuah adsorben (Sugita
et al., 2009).
Persamaan yang paling umum digunakan untuk menjelaskan mengenai
adsorpsi isotermal adalah persamaan Langmuir dan Freundlich. Penjabaran dan
pendekatan data teoritis yang dapat digunakan untuk menentukan suatu jenis
isoterm adsorpsi ada tiga model antara lain yaitu pendekatan kinetika, statistika,
dan termodinamika. Pada pendekatan kinetika, besar usaha laju adsorpsi sama
dengan laju desorpsi pada saat keadaan setimbang, sehingga persamaan dari kedua
laju tersebut dalam persamaan isoterm akan dapat diperoleh. Pada pendekatan
secara statistika, tetapan kesetimbangan digunakan untuk mewakili perbandingan
dari fungsi-fungsi tetapan kesetimbangan antara lain yaitu pada permukaan
adsorben yang kosong, permukaan yang sudah menyerap molekul, dan molekul
bebas pada fase bebas. Jadi, Persamaan isoterm bisa diperoleh dengan
menyamakan perbandingan tersebut dan dari suatu konsentrasi yang ditetapkan.
Sementara dalam pendekatan termodinamika menyatakan bahwa aktifitas yang
dilakukan saat terjadi perpindahan sejumlah kecil gas dari sebuah fase gas ke
12

permukaan pada suhu tetap yaitu sama dengan nol, atau dapat juga ditetapkan
menggunakan persamaan adsorpsi Gibbs (Sugita et al., 2009).

2.4.4.1 Persamaan Langmuir


Pada tahun 1981, Langmuir menyatakan teori isoterm adsorpsi dengan
menggunakan model sederhana berupa padatan yang dapat mengadsorpsi suatu
gas pada sebuah permukaannya. Model persamaan turunan ini mendefinisikan
bahwa kapasitas adsorpsi maksimum terjadi akibat adanya lapisan tunggal
(monolayer) oleh adsorbat dipermukaan adsorben.
Pendekatan Langmuir meliputi lima asumsi mutlak antara lain yaitu:
1. Gas yang dapat teradsorpsi memiliki sifat atau berkelakuan ideal dalam fasa
uap.
2. Gas yang dapat teradsorpsi dibatasi sampai lapisan monolayer.
3. Permukaan adsorbat homogen, artinya afinitas setiap kedudukan ikatan untuk
molekul gas sama.
4. Tidak ada antaraksi lateral antar molekul adsorbat.
5. Molekul gas yang teradsorpsi terlokalisasi, artinya mereka tidak bergerak
pada sekeliling permukaan padatan (Handayani & Sulistiyono, 2009).
Persamaan adsorpsi Langmuir dalam bentuk umumnya adalah (Reynolds,
1993) :
q m b Ce
qe= (1)
1+b C e

Keterangan : qe = jumlah adsorbat (mg/g atau mmol/g)


Ce = konsentrasi adsorbat saat keadaan setimbang (mmol/L atau
mg/L)
qm = konstanta kapasitas adsorpsi Langmuir (mmol/L atau mg/L)
b = konstanta energi adsorpsi Langmuir (L/mmol atau L/g).

Persamaan (1) dapat dinyatakan dalam bentuk linier pada persamaan (2) sebagai
berikut:
13

Ce 1 1
= + Ce (2)
q e q m b qm

Keterangan : Ce = konsentrasi adsorbat pada waktu kesetimbangan (mmol/L atau


mg/L)
Qm = kapasitas adsorpsi maksimum (mg/g atau mmol/g)

dengan memplotkan nilai Ce terhadap Ce/qe maka dapat ditentukan kostanta qm dan
b pada setiap kondisi percobaan yang berlaku.
Parameter penting lain dalam sebuah proses adsorpsi adalah RL, atau yang
disebut dengan parameter kesetimbangan untuk menentukan sebuah keuntungan
atau tidaknya dalam sistem adsorpsi. Persamaan yang digunakan untuk
menghitung RL ini adalah sebagai berikut:

1
R L= (3)
1+b C o

Keterangan : b = konstanta Langmuir


Co = konsentrasi awal adsorbat (mg/g)

Nilai RL yang berkisar di antara 0 – 1 menunjukkan bahwa proses dari sistem


adsorpsi memberikan keuntungan (Handayani & Sulistiyono, 2009).

2.4.4.2 Persamaan Freundlich


Zat terlarut yang teradsorpsi oleh suatu larutan pada padatan adsorben
merupakan hal yang penting dengan asumsi bahwa penyerapan terjadi pada
keadaan multicomponent. Aplikasi yang digunakan dalam penggunaan prinsip ini
antara lain yaitu dengan penghilangan warna larutan (decolorizing) dengan
menggunakan batu apung (charcoal) dan proses pemisahan dengan menggunakan
teknik kromatografi. Pendekatan isoterm adsorpsi yang cukup memuaskan
dijelaskan oleh H. Freundlich dengan persamaan yang dapat diturunkan dari
adsorpsi zat padat dalam air atau yang disebut solid-aquos system. Freundlich,
menyatakan y merupakan sebuah berat zat terlarut per gram adsorben dan c adalah
14

konsentrasi zat terlarut dalam sebuah larutan (Handayani & Sulistiyono, 2009).
Dari konsep dan pernyataan tersebut maka dapat diturunkan persamaan sebagai
berikut:

1 /n
q e =K f C e (4)

Keterangan : qe = jumlah adsorbat yang teradsorpsi perunit berat adsorben


(mg/g)
Kf dan n = konstanta empiris
Ce = konsentrasi adsorbat dalam larutan pada saat kesetimbangan.

Atau dalam bentuk lognya persamaan (4) dapat berubah menjadi persamaan (5)
sebagai berikut:

1
Log qe = Log Kf + log C e (5)
n

dengan memplotkan nilai log qe terhadap log Ce maka akan didapat Log Kf
sebagai besarnya intersep, sehingga nilai n dan Kf dapat diketahui (Handayani &
Sulistiyono, 2009).

2.5 Ion Logam Kromium


Kromium (Cr) merupakan salah satu jenis kontaminan yang bersifat
karsinogenik dengan nomor atom 24 dan berat atom 51,996. Valensi dari
kromium adalah 0, 3, dan 6 namun di alam Cr berada pada bentuk Cr 3+ dan Cr6+(3).
Cr3+ berada dalam bentuk Cr3+, CrOH2+, Cr(OH)2+, Cr(OH)30, dan Cr(OH)4-.
Sedangkan Cr6+ dalam bentuk CrO42- dan HCrO4- yang bersifat toksik apabila
dibandingkan dengan Cr3+ (Sumawijaya et al., 2020).
Kromium sebagai logam transisi yang penting berupa senyawa kompleks
yang memiliki berbagai warna yang menarik, berkilau, dan titik lebur berada pada
suhu yang tinggi serta tahan terhadap perubahan cuaca. Pelpisan logam dengan
kromium menghasilkan paduan logam yang indah, keras, dan melindungi logam
15

lain dari korosi. Sifat-sifat kromium inilah yang menyebabkan logam ini banyak
digunakan dalam industri elektroplating, penyamakan kulit, cat tekstil, fotografi,
pigmen (zat warna), besi baja, dan industri kimia. Disisi lain, kromium juga dapat
menimbulkan kerugian bagi lingkungan tanah, udara, dan terutama lingkungan air
yang sangat vital bagi kehidupan manusia apabila tidak dikendalikan dengan baik
(Darmono, 1995).
Kromium (VI) [Cr(VI)] dapat masuk kebadan perairan yaitu dengan dua
cara. Pertama, secara alamiah seperti erosi atau pengikisan yang terjadi pada
batuan mineral dan menyebabkan debu-debu atau partikel Cr yang ada di udara
akan terbawa turun oleh air hujan. Dan yang kedua secara non alamiah yaitu yang
berkaitan dengan aktifitas manusia seperti buangan limbah industri dan rumah
tangga kebadan air. Sumber umum yang diduga paling banyak terdistribusi dalam
pencemaran yaitu dari aktivitas industri, pertambangan, kegiatan rumah tangga,
dan zat sisa pembakaran serta mobilitas penggunaan bahan bakar. Toksisitas Cr
(VI) diakibatkan karena sifatnya yang berdaya larut dan memiliki mobilitas tinggi
di lingkungan yang apabila masuk kedalam sel dapat menyebabkan kerusakan
DNA sehingga terjadi mutase. Selain bersifat karsinogenik, Cr (VI) sangat
beracun dan korosif serta dapat menyebabkan gangguan pada sistem kekebalan
tubuh, ulserasi pada selaput lender hidung dan kulit, gangguan hati dan ginjal
bahkan kematian (Sumawijaya et al., 2020). Ion-ion logam berat bersifat toksik
meskipun pada konsentrasi yang rendah (dalam ppm) dan umumnya sebagai
polutan utama bagi lingkungan (Natalina, 2017). Maka pemerintah mengeluarkan
PP No. 82 tahun 2001 mengenai kadar maksimum Cr (VI) dalam keperluan air
baku, air minum, dan air pada kegiatan perikanan sebesar 0,05 mg/L (Andini,
2017).

2.6 Response Suface Methodology (RSM)


Secara matematis, Response Surface Methodology menampilkan
pemodelan antara beberapa penelitian eksplanatori (explanatory) variable dengan
menggunakan satu atau lebih response variabel dengan tujuan menguji suatu teori
atau hipotesis agar memperkuat atau bahkan menolak teori atau hipotesis dari
hasil penelitian yang sudah ada. Menurut Hadiyat (2012) dalam penelitian yang
16

Box dan Wilson (1951) sudah kemukakan adalah metode ini didasarkan pada DoE
yang sudah dikembangkan oleh Fisher terlebih dahulu. Ide utama dari penelitian
ini adalah menentukan titik optimal pada sebuah response variable yang sesuai
dengan pengaturan level pada variabel-variabel yang sudah ditentukan pada
explanatory-nya. Ketika Response Surface Methodology ini diterapkan dalam
tingkatan dari sebuah eksperimen, maka error pada data-data hasil eksperimen
tidak akan dapat dihindari sehingga versi hasil secara statistik Response Surface
Methodology sangat melekat pada apa yang diterapkan pada variabel dan hipotesis
tersebut. Response Surface Methodology adalah tidak lain dari sebuah bentuk
regresi linier yang memodelkan hubungan antara variable explanatory dan
variable response. Response Surface Methodology dijabarkan memiliki dua
tahapan utama dalam proses analisisnya. Pertama, dengan pemodelan regresi first
order atau yang biasa dinyatakan dengan menurunkan persamaan linier
polinomial dengan order satu.

y=β 0 + β 1 x 1 + β 2 x 2 +ε (1)

Pada tahun 1987 Box dan Draper mengeluarkan pernyataan mengenai titik
dari optimal response secara sederhana dan akan didapat dengan menghitung
differensial pada persamaan (2) untuk setiap variable explanatory. Dengan
pernyataan demikian, maka akan didapatkan setting level dari faktor-faktor yang
akan membuat variable response menjadi optimal. Hal tersebut yang kemudian
dikatakan sebagai proses dari optimasi matematis (Hadiyat, 2012).

2 2
y=β 0 + β 1 x 1 + β 2 x 2 + β 11 x 1+ β 22 x 2 + β 12 x 1 x 2+ ε (2)

Keterangan : y = variabel terikat


 = koefisien regresi
x = variabel bebas
e = kesalahan pengganggu (disturbance terma), artinya nila-nilai
dari variabel lain yang tidak dimasukkan kedalam persamaan.
Nilai ini biasanya diabaikan dalam perhitungan.
17

Keunggulan Response Surface Methodology, secara rasional tidak terlihat


secara langsung oleh model first order maupun second order tersebut. Ketika
hasil uji linearitas pada standar deviasi dari persamaan (1) tidak memberikan
ketidakcocokan (lack-of-fit), maka Montgomery (1997) menyatakan bahwa titik
optimal tidak terdapat pada desain first order tersebut. Maka dari itu, level faktor
yang akan diteliti harus “digeser” sedemikian rupa ke arah yang bisa memberikan
optimalisasi respon. Proses inilah yang disebut sebagai steepest ascent/descent
atau pemaparannya adalah penerapannya dalam mencari rute yang terpendek
dengan cara memaksimumkan atau meminimumkan suatu nilai dari fungsi
optimasi yang sudah ada (Hadiyat, 2012).
Pergeseran level-level dari faktor menuju ke arah situasi pada respon
optimum inilah yang dijadikan keunggulan di dalam Response Surface
Methodology. Metode ini tidak hanya berhenti pada level-level faktor yang sudah
ditentukan saat eksperimen sudah dilakukan saat first order, namun juga
dipergunakan agar dapat melacak suatu titik optimum respon dari luar area level
pada eksperimen first order. Penggunaan persamaan (2) akan diterapkan pada
zona yang telah mengandung suatu titik optimum tersebut melalui sebuah
eksperimen lanjutan dengan model desain khusus seperti central composite design
atau box-behnken design (Box and Behnken, 1960 di dalam Myers dan
Montgomery, 1995). Karena dalam penggunaan model box-behnken design
memiliki keunggulan yaitu tidak memerlukan data-data pengujian dalam jumlah
yang besar dan memakan waktu yang lama dari suatu permasalahan dengan satu
atau lebih perlakuan penelitian (Nurmiah et al., 2013).

2.7 Spektrofotometri UV-Vis


Spektrofotometer UV-Vis merupakan pengukuran panjang gelombang,
pengukuran intensitas sinar ultraviolet, dan cahaya tampak yang diserap oleh
sampel. Sinar ultraviolet memiliki energi untuk mempromosikan elektron yang
terdapat pada kulit terluar menuju ke tingkat energi yang lebih tinggi dan
begitupun pada sinar tampak. Spektroskopi UV-Vis biasanya digunakan untuk
molekul dan ion anorganik atau kompleks yang mempunyai gugus kromofor pada
18

larutan tersebut dengan hasil kurva spektrum UV-Vis yang berguna untuk
pengukuran secara kuantitatif. Analit yang terdapat pada larutan dapat ditentukan
konsentrasinya dengan mengukur absorbansinya pada panjang gelombang tertentu
menggunakan hukum Lambert- Beer (Dachriyanus, 2004). Hukum yang berlaku
pada spektrofotometri UV-Vis yakni :
1. Hukum Lambert (1760), Lambert menyelidiki hubungan antara Io dan It
terhadap tebal medium dan memberikan suatu hukum sebagai berikut :
“Bila suatu cahaya monokromatik melalui suatu medium yang transparan,
maka turunannya intesitas cahaya yang dipancarkan sebanding dengan
bertambahnya tebal medium.”
2. Hukum Beer (1852), Beer memberikan suatu hukum yang menunjukakan
hubungan antara Io dan It terhadap kepekatan medium (c) yaitu :
“Bila suatu cahaya monokromatik melalui suatu media yang transparan,
maka bertambah turunnya intensitas cahaya yang dipancarkan sebanding
dengan bertambahnya kepekatan (c).”
Pada daerah UV pengukuran dilakukan pada panjang gelombang 10-380
nm dan cahaya tampak dilakukan pada panjang gelombang 380-780 nm
menggunakan sumber cahaya yang mendekati monokromatik. Spektrofotometer
UV dapat mengukur transisi di antara tingkat elektronik yang terdiri antara orbital
ikatan π (orbital pasangan bebas) dengan orbital non ikatan π* (Djamilah, 2010).
Spektrofotometer ultraviolet-cahaya tampak pada umumnya terdiri dari
lima komponen pokok antara lain:
1. Sumber radiasi
Sumber radiasi pada spektrum kontinu adalah lampu argon pada
spektroskopis UV-Vakum, lampu denterium atau hidrogen pada spektroskopi
ultraviolet, lampu wolfram (tungsten) pada spektroskopis UV-Vis
2. Sel sampel
Wadah sampel yang digunakan untuk spektroskopis ultraviolet adalah kuvet
yang terbuat dari kuarsa agar tidak tembus cahaya, untuk sinar tampak
digunakan kuvet plastik.
3. Monokromator
19

Digunakan untuk menghasilkan sumber cahaya dengan satu panjang


gelombang. Terdapat dua macam yaitu prisma dan grating.
4. Detektor
Memberikan respon terhadap cahaya pada berbagai panjang gelombang, yang
terdiri dari dua macam yaitu detektor foton dan detektor panas.
5. Rekorder
Signal yang ditangkap dari detektor lalu direkam untuk menghasilkan
spektrum yang berbentuk puncak (Anwar & Adijuwana, 1989).
BAB III
BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2020 – Juni 2021 di Laboratorium
Penelitian Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pakuan
Bogor.

3.2 Alat dan Bahan Penelitian


Alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain yaitu: neraca analitik,
indikator universal, bulp pipet, gelas piala, kaca arloji, erlenmeyer, pipet
volumetrik, buret, gelas piala, sudip, alat-alat gelas dan plastik pendukung lain,
dan seperangkat alat spektrofotometer UV-Vis model Genesys 10uv Scanning.
Sedangkan bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain yaitu
komposit eugenol-silika gel berbentuk xerogel dan bahan kimia yang meliputi:
Natrium Hidroksida (NaOH) p.a (Merck), Asam Sulfat (H2SO4) p.a (Merck),
Asam Fosfat (H3PO4) p.a (Merck), Kalium Dikromat (K2Cr2O7) p.a (Merck),
Asam Nitrat (HNO3) p.a (Merck), 1,5-difenilkarbazida (C13H14N4O) (CAS No.
140-22-7), Aseton (C3H6O), akuades, kertas saring, kertas Whatman No. 41, dan
kertas indikator pH universal.

3.3 Metode Penelitian


Penelitian ini terdiri dari dua tahap. Pertama, optimasi pH, waktu kontak,
dan bobot adsorben komposit eugenol-silika gel terhadap efisiensi ion logam Cr
(VI). Optimasi pH dilakukan dalam kisaran 3 - 7, kemudian waktu kontak 10 – 60
menit, dan bobot adsorben 0,10 - 0,20 gram dalam larutan 50 mL. Selanjutnya
kadar Cr (VI) dianalisis secara Spektrofotometri UV-Vis dalam keadaan telah
dikomplekskan dengan difenil karbazida pada panjang gelombang 530 - 540 nm.
Percobaan optimasi dirancang dengan metode Response Surface Methodology
(RSM) box behnken pada software MINITAB. Tahap kedua dilakukan pengujian
kapasitas adsorpsi maksimumnya menggunakan model isoterm persamaan
Langmuir dan Freundlich.

20
21

3.4 Prosedur Kerja


3.4.1 Pembuatan Larutan Induk Cr (VI)
Larutan induk (stock solution) Cr (VI) dibuat dari kalium dikromat
(K2Cr2O7) dengan konsentrasi larutan induk yang diinginkan adalah 500 mg/L
(ppm). Formula dari pembuatan larutan induk tersebut sesuai dengan SNI yaitu
dengan cara menimbang K2CrO7 seberat 141,4 mg dan dimasukkan kedalam labu
ukur 100 mL, kemudian ditambahkan aquades dan diimpitkan sampai batas tanda
tera dan dihomogenkan.

3.4.2 Pembuatan Larutan Kerja Kompleks Cr (VI)-difenilkarbazida


Larutan kerja dibuat dengan satu blanko dan dalam berbagai konsentrasi
yang berbeda antara lain: 10 ppm, 15 ppm, 20 ppm, 25 ppm, dan 30 ppm. Dari
berbagai kadar tersebut dipipet larutan induk sebanyak yang sudah didapatkan
perhitungan dalam pengenceran. Larutan yang sudah dipipet dimasukkan kedalam
gelas piala 50 mL, kemudian tambahkan 0,125 mL (2,5 tetes) H3PO4 kedalam
masing-masing larutan kerja dan mengatur pH hingga pH berada pada 2,0 ± 0,5
dengan penambahan H2SO4 0,2 N. Pindahkan larutan kerja kedalam labu ukur 50
mL, tepatkan hingga tanda tera dengan aquades. Tambahkan 1,0 mL larutan
difenilkarbazida, kocok dan diamkan 5 hingga 10 menit dan larutan kerja siap
diukur serapannya.

3.4.3 Penetapan Kadar Ion Logam Cr (VI) dengan Spektrofotometer UV-Vis


Untuk menentukan kadar adsorpsi awal dari ion logam Cr maka dilakukan
pengukuran dengan peralatan spektrofotometer UV-Vis untuk melakukan analisis
ion logam Cr dalam larutan kompleks Cr (VI)-difenilkarbazida dalam berbagai
konsentrasi yaitu konsentrasi 10 ppm, 15 ppm, 20 ppm, 25 ppm, dan 30 ppm.
Masing-masing larutan kerja tersebut kemudian diukur serapannya dengan
menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum 530
- 540 nm sehingga selanjutnya dapat diperoleh puncak-puncak data dari hasil
pengukuran dalam satuan mg/L (ppm) (dicatat sebagai Co). Dibuat kurva kalibrasi
dari data hasil pengukuran dan tentukan persamaan garis lurusnya sehingga
diperoleh nilai koefisien r ≥ 0,995.
22

3.4.4 Optimasi Adsorpsi Ion Logam Cr (VI) oleh Komposit Eugenol-Silika


Gel
Untuk mencari kondisi optimum dari suatu adsorpsi maka dilakukan studi
adsorpsi pada komposit eugenol-silika gel dengan tiga parameter yaitu waktu
kontak, suhu, dan bobot adsorben dengan menggunakan spektrofotometer UV-
Vis. Serpih komposit eugenol-silika gel ditambahkan kedalam 50 mL larutan
kompleks Cr (VI)-difenilkarbazida 10 ppm yang kemudian campuran diaduk pada
kondisi percobaan sesuai rancangan percobaan box behnken dengan kondisi suhu
kamar dan disaring menggunakan Whatman No. 41 untuk diambil filtratnya yang
kemudian diukur menggunakan spektrofotometer UV-Vis dengan panjang
gelombang 530 - 540 sehingga dapat diperoleh data dari hasil pengukuran. Pada
Tabel 2 menunjukkan rancangan percobaan metode response surface box
behnken.

Tabel 2. Rancangan percobaan respon surface Box Behnken

No X1 X2 X3 Waktu (menit) pH Bobot Adsorben (g)

1 0 0 0 35 5 0,15
2 1 1 0 60 7 0,15
3 0 1 -1 35 7 0,10
4 0 0 0 35 5 0,15
5 -1 0 -1 10 5 0,10
6 -1 1 0 10 7 0,15
7 1 -1 0 60 3 0,15
8 1 0 1 60 5 0,20
9 -1 -1 0 10 3 0,15
10 1 0 -1 60 5 0,10
11 0 1 1 35 7 0,20
12 0 0 0 35 5 0,15
13 0 -1 -1 35 3 0,10
14 0 -1 1 35 3 0,20
15 -1 0 1 10 5 0,20
23

Kemudian dibuat grafik penyerapan optimumnya untuk menunjukkan penyerapan


tertinggi dan dicatat waktu kontak (T), bobot adsorben (M), dan pH yang
digunakan sebagai dasar penelitian berikutnya.

3.4.5 Isotermal Adsorpsi Komposit Eugenol-Silika Gel terhadap Ion Logam


Cr (VI)
Setelah didapatkan data optimasi dari percobaan menggunakan response
surface box behnken, maka langkah selanjutnya adalah pengukuran kadar ion
logam Cr (VI) dalam larutan kompleks Cr (VI)-difenilkarbazida yang dibuat
dalam berbagai konsentrasi, yaitu konsentrasi 10 ppm, 15 ppm, 20 ppm, 25 ppm,
dan 30 ppm yang telah ditambahkan dengan komposit eugenol-silika gel yang
ditimbang seberat M dengan selama waktu (T) pengadukan dan pH yang telah
didapatkan dari kondisi optimum sebelumnya. Kemudian masing-masing larutan
tersebut selanjutnya disaring dengan Whatman No. 41 dan filtrat yang diperoleh
diukur dengan menggunakan alat spektrofotometer UV-Vis sehingga diperoleh
puncak-puncak data dari hasil pengukuran dalam satuan mg/L (ppm). Konsentrasi
setelah perlakuan akan diukur sebagai Ce (Handayani & Sulistiyono, 2009).

3.4.6 Pengolahan Data


3.4.6.1. Kondisi Operasi Optimum Adsorpsi
Untuk menentukan suatu kondisi dari operasi optimum adsorpsi, data
adsorpsi Cr (VI) disajikan dengan grafik tiga dimensi (dalam bentuk kontur)
dengan parameter yang dibandingkan yaitu response vs bobot adsorben dan waktu
kontak; response vs pH dan waktu kontak; serta response vs bobot adsorben dan
pH.

3.4.6.2. Uji Isotermal Adsorpsi (Persamaan Langmuir dan Freundlich)


Untuk mendapatkan kapasitas maksimum serapan digunakan persamaan
Langmuir. Untuk mendapatkan model isoterm adsorpsi; data adsorpsi di plot
sesuai model Langmuir dan freundlich, sehingga dapat ditentukan model terbaik
dan konstanta adsorpsinya yang kemudian data disajikan pada tabel dan kurva
24

kalibrasi dari data hasil pengukuran dan tentukan persamaan garis lurusnya
sehingga diperoleh nilai koefisien regresi yang paling mendekati 1.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Adsorben dan Adsorbat


Adsorben yang digunakan sebagai sampel uji coba daya adsorpsinya
adalah komposit eugenol-silika gel. Komposit eugenol-silika gel ini diketahui dari
hasil FTIR yang menunjukkan adanya perbedaan daerah finger print dan
menunjukkan adanya gugus aromatik (C=C) dibandingkan dengan hasil FTIR
silika gel standar. Dari hasil analisis dengan XRD, komposit eugenol-silika gel
memiliki struktur amorf atau susunan partikelnya tidak beraturan. Komposit
eugenol-silika gel memiliki kadar air sebesar 6,6% dengan rumus struktur silika
gel adalah SiO2.0,2357 H2O dan memiliki kapasitas daya serap air lebih tinggi
yaitu sebesar 68 - 70% dibandingkan dengan daya serap air silika gel food grade
(Ahmad, 2021).

.
Gambar 1. Komposit Eugenol-Silika Gel

Sedangkan ion logam Cr (VI) yang digunakan adalah larutan K 2Cr4O7


dengan dibuat larutan standar dari larutan induk 100 ppm dan regresi yang
didapatkan sebesar (R2 = 0,995) seperti yang tercantum pada Lampiran 3. Regresi
linier yang ditetapkan SNI yaitu sebesar R2 ≥ 0,995 yang berarti konsentrasi pada
daerah kerja mempunyai hubungan yang proporsional dengan nilai absorbansinya
karena sehingga kurva yang didapatkan memenuhi syarat untuk dijadikan daerah
standar kerja pengujian karena dapat memperkecil peluang kesalahan dalam
analisis.

25
26

4.2 Hasil Optimasi Adsorpsi Ion Logam Cr (VI) oleh Komposit Eugenol-
Silika Gel
Optimasi adsorpsi ion Cr (VI) oleh komposit eugenol-silika gel telah
dilakukan dengan menggunakan tiga variabel bebas, yaitu bobot adsorben, pH,
dan waktu kontak, sedangkan yang dijadikan variabel terikat atau responnya yaitu
konsentrasi ion Cr (VI) dari larutan uji pada kesetimbangan dalam adsorben.
Respon dari hasil pengukuran untuk menentukan optimasi disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Pengukuran Response Surface Box Behnken dari Adsorpsi Ion Cr
(VI) oleh Komposit Eugenol-Silika Gel
[Cr (VI)] (ppm) Efisiensi
Waktu Bobot
No pH Adsorben Adsorpsi
(menit) Adsorben (g) Awal Akhir
(%)
1 35 5 0,15 9,973 7,476 2,497 25,03
2 60 7 0,15 9,973 9,798 0,175 1,75
3 35 7 0,10 9,973 9,688 0,285 2,85
4 35 5 0,15 9,973 7,535 2,438 24,44
5 10 5 0,10 9,973 8,681 1,292 12,95
6 10 7 0,15 9,973 9,796 0,177 1,77
7 60 3 0,15 9,973 9,722 0,251 2,52
8 60 5 0,20 9,973 9,276 0,697 6,99
9 10 3 0,15 9,973 9,611 0,362 3,63
10 60 5 0,10 9,973 8,989 0,984 9,87
11 35 7 0,20 9,973 9,803 0,117 1,70
12 35 5 0,15 9,973 7,086 2,887 28,94
13 35 3 0,10 9,973 8,997 0,976 9,78
14 35 3 0,20 9,973 9,628 0,345 3,45
15 10 5 0,20 9,973 9,245 0,728 7,30

Keterangan : Volume larutan 50 mL


27

Kondisi optimum merupakan kondisi dimana larutan mampu diserap


secara maksimal oleh suatu adsorben. Dalam proses adsropsi, kemampuan
penjerapan suatu polutan selain dipengaruhi oleh pH, waktu kontak, serta bobot
pada adsorben tetapi juga dipengaruhi oleh konsentrasi larutan yang digunakan.
Oleh sebab itu dalam pengaplikasian komposit eugenol-silika gel sebagai
adsorben dalam penjerapan ion logam Cr (VI) ditentukan pada larutan dengan
konsentrasi 10 ppm untuk mendapatkan kondisi optimum yang dapat terjerap oleh
adsorben sehingga mendapatkan hasil yang maksimal dan efektif.

4.3 Hasil Analisis Model Interaksi dan Variansi Adsorpsi Ion Logam Cr (VI)
oleh Komposit Eugenol-Silika Gel
Analisis yang dilakukan terhadap data response surface tersebut meliputi
analisis perkiraan koefisien regresi dan analisis variansi. Analisis tersebut
dilakukan dengan menggunakan software MINITAB 17 yang hasilnya disajikan
pada Lampiran 4.
Hasil analisis variansi menunjukkan bahwa adsorpsi ion Cr (VI) oleh
komposit eugenol-silika gel mengikuti pola linier dan square yang artinya
interaksi tersebut didasari pada besarnya nilai P (P-Value 0,000) yang lebih kecil
dari nilai signifikansinya (α = 0,050). Pada model liniear, nilai P-Value dari bobot
adsorben sebesar 0,001 menyatakan lebih kecil dari nilai signifikansinya yang
menandakan variasi kontrol bobot adsorben begitu berpengaruh besar pada
pengujian. Sedangkan waktu kontak pH memiliki nilai P-Value sebesar 0,503 dan
0,249 secara berturut – turut atau lebih dari (α = 0,050).
Untuk model interaksi square, semua variasi parameter (waktu kontak, pH,
dan bobot adsorben) memiliki nilai P-Value secara berturut – turut sebesar 0,000;
0,000; dan 0,001 yang memberi arti bahwa H1 atau model dengan satu faktor
dapat diterima karena berpengaruh signifikan dan memberikan bukti yang
menyatakan bahwa variabel bebas dari hipotesis tersebut berpengaruh nyata
terhadap studi adsorpsi. Sedangkan H0 ditolak atau dapat dikatakan tidak
berpengaruh signifikan terhadap studi adsorpsi (Ulfah, 2018).
Untuk variabel waktu kontak, pH, bobot adsorben, dan respon sendiri
disimbolkan sebagai X1, X2, X3, dan Y secara berturut-turut. Maka perkiraan
28

koefisien regresi berdasarkan analisis menggunakan model response surface dapat


disimpulkan yaitu mengikuti persamaan:

Y = - 12,41 + 0,924X1 + 3,276X2 + 76,4X3 – 0,001509X12 – 0,3556X22 – 295,4X32 
+ 0,00055X1X2 + 0,0554X1X3 + 1,267X2X3

Dari persamaan di atas dapat disimpulkan bahwa : apabila variabel lain bernilai
konstan maka Nilai Y akan berubah dengan sendirinya sebesar nilai konstanta
yaitu -12,41; apabila variabel lain bernilai konstan maka Nilai Y akan berubah
sebesar 0,924 setiap satu satuan X1; apabila variabel lain bernilai konstan maka
Nilai Y akan berubah sebesar 3,276 setiap satu satuan X2; apabila variabel lain
bernilai konstan maka Nilai Y akan berubah sebesar 76,4 setiap satu satuan X3.
Berdasarkan uji F-Value yang terlampir pada Lampiran 4 maka dapat
disimpulkan bahwa uji F pada regresi berfungsi sebagai uji simultan, yaitu untuk
menentukan apakah secara serentak semua variabel independen mempunyai
pengaruh yang bermakna terhadap variabel dependen dan dapat dilihat dari nilai
uji F model analisis dari respon surface memprediksi bahwa dapat dikatakan
variabel x secara bersama – sama memiliki kontribusi yang signifikan terhadap
variabel y (Ulfah, 2018).
Sedangkan saat dilihat koefisien determinasinya (R Square) di dalam
minitab ditunjukkan pada uji ini nilainya dapat dilihat di output yaitu sebesar (R-
Sq (adj) = 95,96%) artinya variabel Y dapat dijelaskan oleh sekelompok variabel
independen X1, X2, dan X3 secara serentak atau simultan sebesar 95,96%
sedangkan sisanya (100% - 95,96% = 4,04%) dijelaskan oleh variabel lain di luar
model yang tidak diteliti.
Dari pernyataan tersebut menunjukkan bahwa sebenarnya dengan ketiga
variabel di dalam model berkontribusi cukup besar menjelaskan hubungan antara
variabel prediksi dan respon. Jika dibandingkan t hitungnya yang dapat dilihat
dari P-Valuenya yang dibandingkan uji F nya maka menimbulkan dugaan adanya
multikolinearitas pada variabel bebasnya maka semua ada pengaruh secara
individu terhadap Y dengan memperhatikan variabel lain dan dapat dilihat pada
nilai VIF yang memiliki nilai VIF < 5. Pada Lampiran 4 nilai VIF waktu kontak,
29

pH, dan bobot adsorben secara berturut – turut adalah 1459,00; 1459,00; 6319,00
yang dimana lebih dari 5 maka terjadi adanya gejala multikolinearitas.
Dari semua analisis yang dihitung oleh minitab kemudian didapatkan
Standart Error of Estimate (SEE) yang digunakan untuk mengetahui apakah
model regresi dinyatakan valid sebagai model prediksi. Pada minitab dapat dilihat
dengan nilai S pada output di mana dalam uji ini sebesar 0,186352. Nilai SEE ini
bandingkan dengan standart deviasi variabel dependen atau Y. Dinyatakan model
valid sebagai model prediksi apabila nilai SEE < nilai standart deviasi Y yang
terlampir pada Lampiran 5.

4.4 Hasil Kondisi Operasi Optimum Adsorpsi Ion Logam Cr (VI) oleh
Komposit Eugenol-Silika Gel
Besarnya pengaruh dari interaksi antara dua variabel bebas terhadap
respon yang telah dipaparkan kemudian disajikan dalam bentuk kontur pada
Gambar 2. Plot kontur digunakan untuk membantu menentukan titik-titik kritis
pada Plot Permukaan.

Contour Plots of response


pH*waktu kontak bobot adsorben*waktu kontak response
7 0.20
< 0.5
0.5 – 1.0
6
1.0 – 1.5
0.16 1.5 – 2.0
5 2.0 – 2.5
> 2.5
4
0.12 Hold Values
waktu kontak 35
3
20 40 60 20 40 60 pH 5
bobot adsorben 0.15
bobot adsorben*pH
0.20

0.16

0.12

3 4 5 6 7

Gambar 2. Kontur Response Surface Adsorpsi Ion Cr (VI) oleh Komposit


Eugenol-Silika Gel
30

Gambar 2 menunjukkan bahwa secara umum daerah respon optimal dari


pengaruh dari waktu kontak, pH, maupun bobot adsorben berada dipertengahan
dari setiap nilai minimum dan maksimumnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa
kondisi Cr (VI) yang terserap oleh komposit eugenol-silika gel sudah tercapai
kesetimbangan.
Variabel bebas waktu kontak yang disajikan pada Gambar 1 menunjukkan
bahwa secara umum daerah respon optimal dihasilkan pada kondisi menengah
dengan waktu kontak sekitar 35 menit, pH secara umum menunjukkan daerah
optimal dihasilkan pada pH 5, dan bobot adsorben pada berat 0,15 gram.
Waktu yang diperlukan untuk mencapai keadaan kesetimbangan disebut
dengan waktu kontak optimum. Pada saat tersebut telah terjadinya kesetimbangan
reaksi adsorpsi karena molekul – molekul adsorbat telah memasuki pori – pori
adsorben. Peningkatan waktu kontak memang dapat meningkatkan laju adsorpsi,
namun pada waktu kontak yang melewati batas kesetimbangan dapat
menyebabkan berkurangnya pusat aktif adsorpsi yang menyebabkan semakin
sedikit ion logam yang dapat dijerap dan menghasilkan respon yang menurun atau
belum terjadinya desorpsi (Indriyani et al., 2019).
Begitu pula semakin tinggi pH, jika terjadi penurunan daya serap pada pH
basa maka memungkinkan terbentuknya kompleks logam hidroksida yang akan
menurunkan efektivitas adsorpsi. Daerah optimal dihasilkan saat pengujian berada
pada pH 5 atau asam. Pada kondisi pH asam memungkinkan adanya kompetisi
antara ion analat dan ion H+ untuk berinteraksi dengan gugus fungsi pada
permukaan adsorben.
Cr2O7 2- + OH- ⇌ 2CrO4 2- + H+
Berdasarkan aturan teori HSAB (Hard soft Acid and Base) kecenderungan
reaksi akan lebih mudah untuk interaksi antara asam dengan basa keras-keras dan
lunak-lunak dibandingkan campuran keras-lunak dalam suatu reaktan. Komposit
eugenol-silika gel bersifat basa lunak memiliki kemampuan adsorpsi yang lebih
baik karena komposit eugenol-silika gel memiliki ukuran permukaan yang relatif
besar serta mudah terpolarisasi dan dapat berikatan dengan ion logam Cr (VI)
pada kondisi larutan dengan pH asam lemah.
31

Sedangkan apabila bobot adsorben terlalu banyak atau berlebihan, maka


akan menurunnya kapasitas adsorpsi yang menyebabkan adsorben komposit
eugenol-silika gel tidak terjadi lagi keadaan kesetimbangan pada adsorbat
sehingga penyerapan tidak terjadi maksimal dan harus diserap oleh komposit
eugenol-silika gel yang baru.
Berdasarkan hasil percobaan response surface box behnken ini diambil
keputusan untuk menggunakan kondisi optimum yang telah ditetapkan oleh
response optimizer pada aplikasi minitab dengan hasil waktu kontak 35 menit, pH
sebesar 5, dan bobot adsorben sebanyak 0,15 gram. Keputusan ini diambil karena
perkiraan adsorpsi ion logam Cr (VI) oleh komposit eugenol-silika gel pada
kondisi ini akan mendapatkan daya adsorpsi yang paling besar. Respon hasil
analisis dan plot optimasi disajikan pada lampiran 6.

4.5 Isotermal Adsorpsi Ion Logam Cr (VI) oleh Komposit Eugenol-Silika Gel
Isotermal adsorpsi dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari konsentrasi
awal ion logam Cr (VI) terhadap jumlah ion logam Cr (VI) yang telah diadsorpsi
oleh adsorben (komposit eugenol-silika gel) pada suatu kondisi optimum serta
bentuk interaksi yang terjadi antara adsorben dengan adsorbat. Data hasil dari
pengujian isotermal adsorpsi Cr (VI) oleh komposit eugenol-silika gel disajikan
pada Tabel 4 dan perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 7.

Tabel 4. Data Hasil Percobaan Isotermal Adsorpsi Ion Cr (VI) oleh Komposit
Eugenol-Silika Gel
Bobot
C0 Volume Ce CAe qe
pH Adsorben % Adsorpsi
(mg/L) (mL) (mg/L) (mg/L) (mg/gr)
(gr)
10 7,2745 2,7255 0,9085 27,26
15 12,1190 2,8815 0,9603 19,21
20 5 0,15 50 17,0490 2,9510 0,9837 14,76
25 22,0055 2,9945 0,9982 11,98
30 27,0195 2,9805 0,9935 9,94
Keterangan : Volume larutan 50 mL
32

Keterangan :
C0 : Konsentrasi Ion Cr (VI) awal (mg/L atau ppm)
Ce : Konsentrasi Ion Cr (VI) pada kesetimbangan dalam larutan (mg/L
atau ppm)
CAe : Konsentrasi Ion Cr (VI) pada kesetimbangan dalam
adsorben/Selisih konsentrasi (mg/L atau ppm)
qe : Kapasitas adsorpsi (mg/gr)

Dari data hasil pada Tabel 5 kemudian dibuatlah grafik hubungan antara
konsentrasi awal ion logam Cr (VI) dengan konsentrasi ion logam Cr (VI) pada
saat kesetimbangan dalam larutan yang disajikan pada Gambar 3.

1.2
qe (mg/g)

1.0

0.8
5 10 15 20 25 30 35
Co (mg/L)

Gambar 3. Kurva Hubungan antara Kapasitas Adsorpsi dengan Konsentrasi Awal


Ion Cr (VI)

Berdasarkan Gambar 3 terlihat bahwa pada awalnya kurva terlihat naik


secara signifikan kemudian cenderung konstan. Hal tersebut menunjukkan bahwa
kapasitas adsorpsi ion Cr (VI) meningkat seiring dengan meningkatnya
konsentrasi awal ion Cr (VI) karena interaksi ini mengartikan jika konsentrasi
adsorbat akan meningkat maka jumlah ion logam Cr (VI) yang berinteraksi
semakin bertambah dari tahap awal dan selanjutnya akan cenderung konstan
dikarenakan permukaan komposit eugenol-silika gel sudah mengalami kejenuhan,
maka dari itu dapat dipahami dengan konsep bahwa data yang diperoleh ini
33

sejalan dengan teori adsorpsi Langmuir yang menyatakan bahwa permukaan


adsorben mempunyai sejumlah situs aktif (active site) adsorpsi tertentu.
Penjerapan adsorpsi maksimum ion logam Cr (VI) yang dapat diserap oleh
komposit eugenol-silika gel saat dilakukan pengujian yaitu sebesar 27,26 % pada
konsentrasi 10 ppm dengan volume larutan 50 mL. Banyaknya situs aktif tersebut
sebanding dengan luas permukaan adsorben dan masing-masing situs aktif hanya
dapat mengadsorpsi suatu molekul adsorbat. Karena berada keadaan di mana
tempat adsorpsi belum jenuh dengan adsorbat maka akan terjadinya kenaikan
konsentrasi adsorbat dan dapat menaikkan jumlah zat yang bisa teradsorpsi
(Langenati et al., 2012).
Pada Gambar 3 dapat disimpulkan bahwa penyerapan Cr (VI) ini
dilakukan dengan pengadukan, pH, serta waktu kontak yang optimum agar dapat
mencapai keadaan setimbang. Hal tersebut dapat membuktikannya pendapat
Sawyer dan McCarty bahwa faktor - faktor yang mempengaruhi adsorpsi antara
lain yaitu waktu dan pengadukan, waktu kontak yang cukup diperlukan untuk
dapat mencapai kesetimbangan adsorpsi. Jika fase cair yang berisi adsorben dalam
keadaan diam, maka difusi adsorbat melalui permukaan adsorben akan berjalan
lambat karena tidak adanya bantuan untuk adsorben dijerap oleh situs situs aktif.
Maka dari itu diperlukannya pengadukan agar proses adsorpsi akan semakin cepat
(Lisa, 2015).
Berdasarkan penelitian Syukri et al. (2017) pengujian adsorpsi Cd (II)
yang bersifat asam lunak oleh silika gel modifikasi merkaptobenzotiazol (MBT)
yang bersifat basa lunak memiliki kemampuan adsorpsi yang lebih baik karena
MBT memiliki gugus –SH dan ukuran permukaan yang relatif besar serta mudah
terpolarisasi dapat berikatan dengan ion logam Cd (II). Kemudian sebagai
pembandingnya dilakukan pengujian terhadap Cr (VI) sebagai logam pengganggu
pada larutan Cd (II) yang bersifat asam keras. Berdasarkan hasil yang didapatkan
dari konsentrasi masing – masing sebesar 6 ppm, didapatkan kapasitas adsorpsi
Cd (II) sebesar 36,86 % sedangkan pada Cr (VI) hanya sebesar 18,24 %.
Analisis isotermal adsorpsi ion logam Cr (VI) oleh komposit eugenol-
silika gel dilakukan dengan menggunakan dua model yaitu model Langmuir dan
Freundlich. Untuk analisis model Langmuir dilakukan dengan membuat
34

persamaan garis linear antara Ce terhadap Ce/qe sedangkan untuk analisis model
Freundlich dilakukan dengan membuat persamaan garis linear Log Ce terhadap
Log qe. Data hasil analisis isoterm Langmuir dan Freundlich disajikan pada Tabel
5 dan perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 8.

Tabel 5. Data Hasil Analisis Isotermal Adsorpsi Langmuir dan Freundlich Ion Cr
(VI) oleh Komposit Eugenol-Silika Gel
Analisis Isotermal
Ce qe Langmuir Freundlich
Ce Ce/qe Log Ce Log qe
7,2745 0,9085 7,2745 8,007 0,8618 -0,0417
12,1190 0,9603 12,1190 12,619 1,0835 -0,0176
17,0490 0,9837 17,0490 17,332 1,2317 -0,0072
22,0055 0,9982 22,0055 22,046 1,3425 -0,0008
27,0195 0,9935 27,0195 27,196 1,4317 -0,0028

Keterangan :
Ce : Konsentrasi ion Cr (VI) pada kesetimbangan dalam larutan (mg/L
atau ppm)
qe : Kapasitas adsorpsi (mg/gr)

Berdasarkan data yang terdapat pada pada Tabel 6, maka selanjutnya


dibuatlah kurva isotermal Langmuir dan Freundlich yang disajikan pada Gambar
4a dan 4b secara berturut-turut.

(a) 30
25 f(x) = 0.968244856039352 x + 0.889465083108455
20 R² = 0.999766255059773
Ce / qe

15
10
5
0
5 10 15 20 25 30
Ce
35

(b) 0.00
f(x)
0.9 = 0.0714246248079638
1.2x − 0.0990174246454295

Log qe
0.8 1.0 1.1 1.3 1.4 1.5
-0.01 R² = 0.91848432293155

-0.02

-0.03

-0.04

-0.05
Log Ce

Gambar 4. Kurva Analisis Isotermal Langmuir (a) dan Freundlich (b) Adsorpsi
Ion Cr (VI) oleh Komposit Eugenol-Silika Gel

Nilai parameter isotermal (qm, KL, RSF, KF, dan n) dapat ditentukan
berdasarkan persamaan garis lurus yang diperoleh dari kurva adsorpsi isotermal
Langmuir dan Freundlich. Kemudian disajikan Tabel 6 yang berisikan data nilai
parameter isotermal adsorpsi Langmuir dan Freundlich yang perhitungannya
dapat dilihat pada Lampiran 9.

Tabel 6. Parameter Isotermal Adsorpsi Langmuir dan Freundlich Ion Cr (VI) oleh
Komposit Eugenol-Silika Gel
Langmuir Freundlich
RSF
qm (mg/gr) KL R2 KF n R2
1,0328 1,0885 0,9998 0,7961 14,0056 0,9185 0,0297

Berdasarkan data pada Tabel 6 terlihat bahwa nilai R2 pada model


Langmuir lebih besar dibandingkan dengan model Freundlich, sehingga sifat
adsorpsi oleh komposit ini mengikuti persamaan Langmuir. Kemampuan adsorpsi
maksimum oleh komposit eugenol-silika gel pada persamaan Langmuir
ditunjukkan dengan nilai qm yaitu sebesar 1,0328 mg/g, ini artinya setiap 1 gram
komposit eugenol-silika gel dapat menyerap 1,0328 mg Cr (VI) dalam larutan 50
mL. Hubungan antara jumlah adsorbat yang dapat terserap dengan konsentrasi
36

adsorbat dalam larutan pada saat keadaan setimbang dan suhu yang tetap dan
dinyatakan dengan isoterm adsorpsi model Langmuir maka penyerapan hanya
dapat terjadi pada satu lapisan saja atau monolayer (Lisa, 2015).
Pada penelitian Indayatmi & Santosa (2011) yang melakukan uji adsorpsi
limbah Cr (VI) setelah dikompleksan dengan difenilkarbazida oleh abu layang
ampas tebu teraktivasi H2O2 dan didapatkan kapasitas adsorpsi sebesar 0,991
mol/gram atau berada dibawah kompoisit eugenol-silika gel dikarenakan luas
permukaan komposit yang lebih besar dibandingkan abu layang ampas tebu.
Parameter lain yang dapat berhubungan dengan suatu proses adsorpsi ialah
RSF. RSF ini merupakan salah satu faktor separasi untuk menyatakan bahwa proses
adsorpsi tidak menguntungkan jika nilai RSF > 1; jika proses adsorpsinya linier
maka nilai RSF nya adalah = 1; jika proses adsorpsinya dapat dinilai
menguntungkan atau berlangsung dengan dua arah (reversible) maka nilai 0 < RSF
< 1; namun jika RSF = 0 maka bisa dikatakan proses adsorpsi tidak dapat balik
(irreversible). Tabel 6 menunjukkan bahwa nilai RSF untuk proses adsorpsi ion Cr
(VI) oleh komposit eugenol-silika gel sebesar 0,0297 atau berada pada rentang
nilai 0 < RSF < 1.
Hal tersebut berarti menunjukkan proses adsorpsi komposit eugenol-silika
gel terhadap ion logam Cr (VI) dapat dikatakan menguntungkan karena dapat
dilakukan proses desorpsi (penyerapan kembali) (Fathurrahman et al., 2017).
Proses desorpsi dapat terjadi karena interaksi yang terjadi antara ion logam
komposit eugenol-silika gel untuk menyerap Cr (VI) dalam larutan uji atau dapat
dikatakan cenderung bersifat adsorpsi secara fisika.
Menurut (Reynolds, 1993) adsorpsi fisika terjadi akibat adanya perbedaan
energi atau gaya tarik bermuatan listrik atau biasa disebut gaya Van der Walls dan
menyebabkan molekul adsorbat yang memiliki interaksi yang relatif lemah mulai
diikat secara fisik menuju molekul adsorben. Interaksi pada adsorpsi fisika ini
terjadi pada zat - zat yang bersuhu rendah atau tetap dengan adsorpsi yang relatif
rendah sehinga gaya yang menahan adsorpsi molekul - molekul fluida biasanya
dapat cepat tercapai dan bersifat reversible, karena hanya membutuhkan energi
yang sangat kecil sehingga mudah diputuskan.
37

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan metode uji response surface box behnken, dihasilkan kondisi
optimum pada response optimizer dalam software minitab agar Cr (VI) dapat
dijerap oleh komposit eugenol-silika gel antara lain yaitu: waktu kontak 35
menit, pH sebesar 5, dan bobot adsorben sebanyak 0,15 gram pada konsentrasi
10 ppm dalam volume larutan 50 mL.
2. Massa terbesar yang dapat teradsorpsi oleh komposit eugenol-silika gel
ditunjukkan dengan nilai qm atau setiap 1 gram komposit dapat menyerap
1,0328 mg/g Cr (VI) dalam 50 mL larutan. Regresi Linier (R2) yang
didapatkan pada persamaan Langmuir yaitu 0,9998 dan lebih besar
dibandingkan R2 dari persamaan Freundlich yang hanya bernilai 0,9185 dan
dapat dikatakan proses adsorpsinya berlangsung dengan dua arah (reversible)
karena RSF yang didapatkan sebesar 0,0297 serta nilai KF, KL, dan n yang
didapatkan secara berturut – turut yaitu 0,7961; 1,0885 dan 14,0056.

5.2 Saran
Berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian ini, maka penulis
memberikan saran yaitu:
1. Melakukan penelitian lebih lanjut dengan penambahan ion logam pengganggu
dalam larutan ion logam Cr (VI) terhadap komposit eugenol-silika gel.
2. Melakukan penelitian mengenai daya adsorpsi komposit eugenol-silika gel
terhadap logam berat lain, limbah laboratorium; industri; maupun lingkungan,
serta pada limbah cair zat pewarna.
DAFTAR PUSTAKA

Adesanya, D.A. & A.A. Raheem. 2009. A Study of the Workability and
Compressive Strength Characteristics of Corn Cob Ash Blended Cement
Concrete. Construction and Building Materials. 23(1). 311-317.
Ahmad, Sherin N. 2021. Sintesis dan Karakterisasi Komposit Eugenol-Silika Gel
dari Abu Tongkol Jagung serta Analisis Daya Serap terhadap Air. Skripsi
Universitas Pakuan.
Alberty, R.A. & Daniel, F. 1987. Physical Chemistry. New York: John Wiley and
Sons Ltd.
Andin, Ary. Analisa Kadar Kromium VI [Cr(VI)] Air di Kecamatan
Tanggulangin, Sidoarjo. Jurnal Sains Health. Vol 1(2). Edisi September
2017. 55-58.
Anwar, M. Nur & Adijuwana Hendra. 1989. Teknik Spektroskopi dalam Analisis
Biologis. Bogor: IPB PRESS.
Budnavi, S. 1989. The Merck Index. 11th edn. New York: Merck and Co Inc.
C. Jeffey Brinker & George W. Scherer. 1990. Sol-Gel Science: The Physics and
Chemistry or Sol-Gel Processing. San Diego: Academic Press.
Dachriyanus. 2004. Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektroskopi.
(LPTIK). Padang: Universitas Andalas. 1-37.
Darmono. 1995. Logam Dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Universitas
Indonesia: UI Press.
Djamilah, A. 2010. Isolasi dan Penentuan Struktur Molekul serta Uji Bioaktivitas
Senyawa dari Ekstrak Etil Asetat Daun Sukun. Tesis Universitas Indonesia.
Djunaidi, M.C., Abdul Haris, Pardoyo, & Rosdiana K. 2018. Pengaruh Jumlah
Mol Kroslinker pada Selektifitas IIP berbasis Polieugenol terhadap Fe (III).
Alchemi Jurnal Penelitian Kimia. Semarang: Universitas Dipenogoro. 14(2).
290.
Fahmi, Hendriawan & Abdul Latif Nurfalah. 2016. Analisa Daya Serap Silika Gel
Berbahan Dasar Abu Sekam Padi. Jurnal Iptek Terapan. 10(3). 176–182.
Fathurrahman, M., Sugita Purwatiningsih, & Henny Purwatiningsih. 2017.
Sintesis dan Karakterisasi Kitosan Bertaut Silang Glutaraldehida sebagai
Adsorben Pemurnian Akar Minyak Wangi. Jurnal Kimia dan Pendidikan.
2(1).
Hadi, Saiful. 2012. ( Clove Oil ) menggunakan Pelarut N-Heksana dan Benzena.
Jurnal Bahan Alam Terbarukan. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
1(2). 25–30.
Hadiyat, M. A. 2012. Response-Surface dan Taguchi : Sebuah alternatif atau
Kompetisi dalam Optimasi secara Praktis. Prosiding Seminar Nasional

38
Industrialisasi. 134–139.

39
40

Handayani, Murni & Eko Sulistiyono. 2009. Uji Persamaan Langmuir dan
Freundlich Pada Penyerapan Limbah Chrom (VI) Oleh Zeolit. Peningkatan
Peran Iptek Nuklir Untuk Kesejahteraan Masyarakat. VI. 130–136.
Harimu, L., S. Matsjeh, D. Siswanta, S.J. Sentosa, & I.W. Sutapa. 2019. Synthesis
of Poly(Ethyl Eugenyl Oxycetates) as Carrier for Separation of Heavy Metal
Ions Fe(III), Cr(III), Cu(II), Ni(II), Co(II), and Pb (II) using Liquid-Liquid
Extraction Method. Journal of Physics. 3rd International Conference of
Science. 1341(3).
Indayatmi & Sri Juarsi Santosa. 2011. Kajian Adsorpsi Cr (VI) oleh Abu Layang
Ampas Tebu Teraktivasi H2O2. Tesis Universitas Gadjah Mada.
Indriyani, Lisa A., Zulhan Arif, Roza Linda, Henny Purwatiningsih & Mohamad
Rafi. 2019. Pengoptimuman Kondisi Adsorpsi Cd (II) oleh Adsorben
Berbasis Silika Termodifikasi Glisina Menggunakan Central Composite
Design. Jurnal Kimia dan Aplikasi. 22(5), 184-191.
Langenati, R., Mordiono, R., Mustika, D., Wasito, B., & Ridwan. 2012. Pengaruh
Jenis Adsorben dan Konsentrasi Uranium terhadap Pemungutan Uranium
dari Larutan Uranil Nitrat. Serpong: Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir
(BATAN). 8(2), 67–122.
Lisa, M. 2015. Uji Persamaan Langmuir dan Freundlich pada Penyerapan Mn(Ii)
oleh Komposit Fe3O4-Zeolit. Jurnal Dampak. 12(2). 114.
Martell, Arthur E. & Hancock, Robert D. 1996. Metal Complexes in Aquose
Solution. New York: Plenum Press.
Mujedu, K.A., Adebara S.A. and Lamidi I.O. 2014. The use of Corn Cob Ash and
Saw Dust Ash as Cement Replacement in Concrete Works. The Internasional
Journal of Engineering and Science (IJES). 3(4). 22–28
Natalina, Hidayati Firdaus. 2017. Penurunan Kadar Kromium Hexavalen (Cr 6+)
dalam Limbah Batik menggunakan Limbah Udang (Kitosan). 38(2). 99-102.
Nayiroh, N. 2013. Teknologi Material Komposit. Yogyakarta: Ebaltadial.
Nurmiah, S., R. Syarief, S. Sukarno, R. Peranginangin & B. Nurmata. 2013.
Aplikasi Response Surface Methodology Pada Optimalisasi Kondisi Proses
Pengolahan Alkali Treated Cottonii (ATC). Jurnal Pascapanen Dan
Bioteknologi Kelautan Dan Perikanan. 8(1). 9.
Oscik, J. 1982. Adsorption. New York: John Wiley and Sons Ltd
Reynolds, J.E.F., 1993. The Extra Pharmacopoeia. Ed Martindale. 30th edn.
London: The Pharmaceutical Press.
Riyadh, M. 2009. Analisa Proses Adsorpsi dengan Variasi Bentuk Silika Gel
sebagai Adsorben dan Air sebagai Adsorbat untuk Aplikasi Pendingin
Alternatif Skripsi. Skripsi Universitas Indonesia.
Saragih. 2008. Pembuatan dan Karakterisasi Karbon Aktif dari Batu Bara Riu
sebagai Adsorben. Tesis Universitas Indonesia.
41

Silvianti, F., D. Siswanta, N.H. Aprilita & A.A. Kiswandono. 2017. Adsorption
Characteristic of Iron Onto Poly[Eugenol-Co-(Divinyl Benzene)] From
Aqueous Solution. Jurnal Natural. 17(2). 108.
Sulastri, Siti & Susila Kristianingrum. 2010. Berbagai Macam Senyawa Silika :
Sintesis, Karakterisasi dan Pemanfaatan. Prosiding Seminar Nasional
Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA. 211–216.
Sumawijaya, N., A. Mulyono & A.F. Rusydi. 2020. Studi Kemampuan Adsorpsi
Ion Logam Cr6+ oleh Tanah Vulkanik “Studi Kasus Wilayah Industri
Penyamakan Kulit, Garut”. Jurnal Teknologi Lingkungan. 21(1). 125–130.
Syukri, I., N. Hindryawati dan R.R. Dirgarini Julian N.S. 2017. Sintesis Silika
dari Abu Sekam Padi Termodifikasi 2-Merkaptobenzotiazol untuk Adsorpsi
Ion Logam Cd2+ dan Cr6+. Jurnal Atomik. 02(2). 221-226.
Ulfah, Maria. 2018. Uji Validitas Konstruk pada Instrumen The Social Provisions
Scale dengan Metode CFA. Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan
Indonesia. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah. 7(2). 62-70.
Wilhan, Abi Rafdi, Agus Taufiq & Diana Widiastuti. 2016. Optimization Contact
Time And pH on Methylene Blue Adsorption With Silica. Bogor: Universitas
Pakuan. 1-6.
Yusuf, M., Dede Suhendar & Eko Prabowo Hadisantoso. (2014). Studi
Karakteristik Silika Gel Hasil Sintesis dari Abu Ampas Tebu dengan Variasi
Konsentrasi Asam Klorida. Bandung:UIN Sunan Gunung Djati. VIII(1),
159–181.
LAMPIRAN
LAMPIRAN

Lampiran 1. Bagan Alir Umum Penelitian

40
Larutan induk Cr (VI) dari K2Cr2O7

Dikomplekskan dengan
difenilkarbazida

Kompleks Cr (VI)-difenilkarbazida

Komposit eugenol-
silika gel

Studi adsorpsi komposit eugenol-


silika gel terhadap ion logam

Optimasi waktu kontak,


pH, dan bobot adsorben
sesuai metode response
surface box behnken

Uji isoterm adsorpsi


Kondisi optimum
maksimum

Penentuan model isoterm


Langmuir dan Freundlich

41
42

Lampiran 2. Bagan Alir Prosedur Kerja


1. Skema Kerja Pembuatan Larutan Kompleks Cr (VI)-difenilkarbazida dan
Penetapan Kadar Cr (VI)

Ditimbang K2Cr2O7 sebanyak 141,4 mg

Ditambahkan aquades
sampai tanda tera

Labu ukur 100 mL

Larutan induk Cr (VI) 500 mg/L (ppm)

Dibuat deret 10,15,20,25, dan 30 mg/L


(ppm)

+ 0,125 mL (2,5 tetes)


H3PO4
+ H2SO4 0,2 N sampai
pH 2 ± 0,5
+ 1 mL difenilkarbazida

Labu ukur 50 mL

Ditambah akuades
sampai tanda tera
dan dikocok

Didiamkan 5-10 menit

Diukur dengan Spektrofotometer UV-Vis pada


panjang gelombang 530 - 540 nm untuk
mendapatkan hasil serapan

Hasil pengukuran kadar ion logam Cr (VI)


43

2. Skema Kerja Optimasi Adsorpsi Ion Logam Cr (VI) oleh Komposit


Eugenol-Silika Gel

Larutan Cr (VI) dari K2Cr2O7 10 ppm

+ 0,125 mL (2,5 tetes)


H3PO4
+ H2SO4 0,2 N sampai
pH 2 ± 0,5
+ 1 mL difenilkarbazida
15 labu ukur 50 mL

Ditambah akuades
sampai tanda tera
dan dikocok

Larutan Kompleks Cr (VI)-


difenilkarbazida

Ditambahkan serbuk
komposit eugenol-silika gel Menggunakan 3
parameter
(waktu kontak, pH, dan
bobot adsorben)
sesuai metode response
surface box behnken
Campuran larutan

Disaring dengan
Whatman No. 41

Residu
Filtrat

Diukur dengan Spektrofotometer UV-Vis


pada panjang gelombang 530 - 540 nm
Kondisi Optimum untuk mendapatkan hasil serapan
44

3. Skema Kerja Uji Adsorpsi Maksimum Komposit Eugenol-Silika Gel pada


Ion Logam Cr (VI)

Larutan induk Cr (VI) dari K2Cr2O7

Deret 10, 15, 20, 25, dan 30 mg/L (ppm)

+ 0,125 mL (2,5 tetes)


H3PO4
+ H2SO4 0,2 N sampai
pH 2 ± 0,5
+ 1 mL difenilkarbazida

Labu ukur 50 mL
Ditambah akuades
sampai tanda tera
dan dikocok

Larutan Kompleks Cr (VI)-


difenilkarbazida

Ditambahkan serbuk komposit


eugenol-silika gel (M) sesuai hasil
optimasi

Diaduk dengan waktu (T) dan pH tertentu


sesuai hasil optimasi

Disaring
dengan
Whatman
Filtrat Residu
No. 41

Diukur dengan Spektrofotometer UV-


Vis pada panjang gelombang 530 - 540
nm untuk mendapatkan hasil serapan Hasil Pengukuran
45

Lampiran 3. Hasil Absorbansi Cr (VI) pada Berbagai Konsentrasi untuk


Penentuan Kurva Standar Cr (VI)

 Nilai Absorbansi Larutan Standar Cr (VI)


Konsentrasi (ppm) Absorbansi
0 -0,004
10 0,303
15 0,420
20 0,554
25 0,667
30 0,776

 Kurva Larutan Standar Cr (VI)

absorbansi Linear (absorbansi)


1
0.8
f(x) = 0.0258828571428571 x + 0.0212857142857142
Absorbansi

0.6 R² = 0.994970689970817
0.4
0.2
0
0 5 10 15 20 25 30 35
-0.2
Konsentrasi
46

Lampiran 4. Hasil Analisis Response Surface Box Behnken Adsorpsi Ion Cr (VI)
oleh Komposit Eugenol-Silika Gel

Response Surface Regression: Response versus Waktu Kontak, pH,


Bobot Adsorben

Analysis of Variance

Source DF Adj SS Adj MS F-Value P-Value


Model 9 11.8522 1.31691 37.92 0.000
Linear 3 2.1098 0.70328 20.25 0.003
Waktu Kontak 1 0.0180 0.01803 0.52 0.503
pH 1 0.0590 0.05900 1.70 0.249
Bobot Adsorben 1 2.0328 2.03281 58.54 0.001
Square 3 11.2637 3.75458 108.12 0.000
Waktu Kontak*Waktu Kontak 1 3.2860 3.28599 94.62 0.000
pH*pH 1 7.4701 7.47009 215.11 0.000
Bobot Adsorben*Bobot Adsorben 1 2.0130 2.01304 57.97 0.001
2-Way Interaction 3 0.0864 0.02880 0.83 0.532
Waktu Kontak*pH 1 0.0030 0.00297 0.09 0.782
Waktu Kontak*Bobot Adsorben 1 0.0192 0.01918 0.55 0.491
pH*Bobot Adsorben 1 0.0643 0.06426 1.85 0.232
Error 5 0.1736 0.03473
Lack-of-Fit 3 0.0551 0.01838 0.31 0.821
Pure Error 2 0.1185 0.05925
Total 14 12.0258

Model Summary

S R-sq R-sq(adj) R-sq(pred)


0.186352 98.56% 95.96% 90.45%

Coded Coefficients

Term Effect Coef SE Coef T-Value P-Value VIF


Constant -541.0 70.7 -7.66 0.001
Waktu Kontak 3.63 1.81 2.52 0.72 0.503 1459.00
pH 6.56 3.28 2.52 1.30 0.249 1459.00
Bobot Adsorben -801.4 -400.7 52.4 -7.65 0.001 6319.00
Waktu Kontak*Waktu Kontak -1.8868 -0.9434 0.0970 -9.73 0.000 1.01
pH*pH -2.8447 -1.4224 0.0970 -14.67 0.000 1.01
Bobot Adsorben*Bobot Adsorben -147.67 -73.84 9.70 -7.61 0.001 6319.01
Waktu Kontak*pH 0.0545 0.0273 0.0932 0.29 0.782 1.00
Waktu Kontak*Bobot Adsorben 1.385 0.693 0.932 0.74 0.491 1459.00
pH*Bobot Adsorben 2.535 1.268 0.932 1.36 0.232 1459.00

Regression Equation in Uncoded Units

Response = -12.41 + 0.0924 Waktu Kontak + 3.276 pH + 76.4 Bobot Adsorben


- 0.001509 Waktu Kontak*Waktu Kontak - 0.3556 pH*pH
- 295.4 Bobot Adsorben*Bobot Adsorben + 0.00055 Waktu Kontak*pH
+ 0.0554 Waktu Kontak*Bobot Adsorben + 1.267 pH*Bobot Adsorben
47

Lampiran 5. Hasil Analisis Standar Deviasi Adsorpsi Ion Cr (VI) oleh Komposit
Eugenol-Silika Gel

Descriptive Statistics: Waktu Kontak, pH, Bobot Adsorben, Response

Variable N N* Mean SE Mean StDev Minimum Q1


Median Q3
Waktu Kontak 15 0 35.00 4.88 18.90 10.00 10.00
35.00 60.00
pH 15 0 5.000 0.390 1.512 3.000 3.000
5.000 7.000
Bobot Adsorben 15 0 0.15000 0.00976 0.03780 0.10000 0.10000
0.15000 0.20000
Response 15 0 0.951 0.239 0.927 0.170 0.251
0.697 1.292

Variable Maximum
Waktu Kontak 60.00
pH 7.000
Bobot Adsorben 0.20000
Response 2.886
48

Lampiran 6. Hasil Analisis Response Optimizer Adsorpsi Ion Cr (VI) oleh


Komposit Eugenol-Silika Gel

Response Optimization: Response

Parameters

Response Goal Lower Target Upper Weight Importance


Response Maximum 0.17 2.886 1 1

Solution

Waktu Bobot Response Composite


Solution Kontak pH Adsorben Fit Desirability
1 34.2424 4.89899 0.143434 2.62588 0.904227

Multiple Response Prediction

Variable Setting
Waktu Kontak 34.2424
pH 4.89899
Bobot Adsorben 0.143434

Response Fit SE Fit 95% CI 95% PI


Response 2.626 0.107 (2.351, 2.901) (2.074, 3.178)

Optimization Plot

Optimal Waktu Ko pH Bobot Ad


High 60.0 7.0 0.20
D: 0.9042
Cur [34.2424] [4.8990] [0.1434]
Predict Low 10.0 3.0 0.10

Response
Maximum
y = 2.6259
d = 0.90423
49

Lampiran 7. Perhitungan Penetapan Isotermal Adsorpsi Ion Logam Cr (VI) oleh


Komposit Eugenol-Silika Gel

1. Konsentrasi ion Cr (VI) yang terserap dalam adsorben


CAe = C0 – Ce
 10 ppm : 10 – 7,2745 = 2,7255 mg/L
 15 ppm : 15 – 12,1190 = 2,8810 mg/L
 20 ppm : 20 – 17,0490 = 2,9510 mg/L
 25 ppm : 25 – 22,0055 = 2,9945 mg/L
 30 ppm : 30 – 27,0195 = 2,9805 mg/L

2. Kapasitas adsorpsi
CAe X volume larutan dalam labu(L)
qe=
bobot adsorben (gram)
2,7255 X 0,05
 10 ppm : qe= =0,9085 mg/gr
0,15
2,8810 X 0,05
 15 ppm : qe= =0,9603 mg/gr
0,15
2,9510 X 0,05
 20 ppm : qe= =0,9837 mg / gr
0,15
2,9945 X 0,05
 25 ppm : qe= =0,9982 mg/gr
0,15
2,9805 X 0,05
 30 ppm : qe= =0,9935 mg/gr
0,15

3. Persentase adsorpsi
CAe
% adsorpsi=
C0
2,7255
 10 ppm : % adsorpsi= =27,26 %
10
2,8810
 15 ppm : % adsorpsi= =19,21 %
15
2,9510
 20 ppm : % adsorpsi= =14,76 %
20
50

2,9945
 25 ppm : % adsorpsi= =11,98 %
25
2,9805
 30 ppm : % adsorpsi= =9,94 %
30

Lampiran 8. Perhitungan Hasil Analisis Isotermal Adsorpsi Ion Logam Cr (VI)


oleh Komposit Eugenol-Silika Gel

1. Analisis isotermal langmuir


Ce
qe
7,2745
 =8,007 mg/gr
0,9085
12,1190
 =12,619mg/gr
0,9603
17,0490
 =17,332 mg/gr
0,9837
22,0055
 =22,046mg/gr
0,9982
27,0195
 =27,196 mg/gr
0,9935

2. Analisis isotermal freundlich


 log Ce = log 7,2745 = 0,8618
 log Ce = log 12,1190 = 1,0835
 log Ce = log 17,0490 = 1,2317
 log Ce = log 22,0055 = 1,3425
 log Ce = log 27,0195 = 1,4317

3. Analisis isotermal freundlich


 log q e= log 0,9085 = - 0,0417

 log q e= log 0,9603 = - 0,0176

 log q e= log 0,9837 = - 0,0072

 log q e= log 0,9982 = - 0,0008


51

 log q e= log 0,9935 = - 0,0028

Lampiran 9. Perhitungan Konstanta Isotermal Langmuir dan Freundlich


Adsorpsi Ion Logam Cr (VI) oleh Komposit Eugenol-Silika Gel

1. Isoterm Langmuir
Berdasarkan kurva isoterm Langmuir yang terdapat pada Gambar 4a,
didapatkan persamaan garis linear sebagai berikut:

y = 0,8895 + 0,9682x

Ce 1 1
= + Ce
q e q m b qm

 Perhitungan qm
1
=0,9682
qm
1
q m= =1,0328 mg/gr
0,9682

 Perhitungan b
1
=0,8895
qm b
1 1 1
b= = = =1,0885
qm x 0,8895 1,0328 x 0,8895 0,9186

 Perhitungan RSF
1
R SF =
1+ b C o
52

1
R SF= = 0,0297
1+ 1,0885(30)

2. Isoterm Freundlich
Berdasarkan kurva isoterm Freundlich yang terdapat pada Gambar 4b,
didapatkan persamaan garis linear sebagai berikut:

y = -0,099 + 0,0714x

1
Log qe = Log Kf + log C e
n

 Perhitungan n
1
=0,0714
n
1
n= =14,0056
0,0714

 Perhitungan KF
Log KF = -0,099
KF = invLog (-0,099) = 0,7961 mg/gr

Anda mungkin juga menyukai