Anda di halaman 1dari 123

i

BENTUK DAN KELIMPAHAN MIKROPLASTIK PADA PERMUKAAN


AIR DI PANTAI SENDANG SIKUCING KABUPATEN KENDAL
PROVINSI JAWA TENGAH DAN IMPLEMENTASINYA DALAM
PEMBELAJARAN BIOLOGI

SKRIPSI

Melia Cahyani
NPM 17320090

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN
ALAM DAN TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
2021
ii

BENTUK DAN KELIMPAHAN MIKROPLASTIK PADA PERMUKAAN


AIR DI PANTAI SENDANG SIKUCING KABUPATEN KENDAL
PROVINSI JAWA TENGAH DAN IMPLEMENTASINYA DALAM
PEMBELAJARAN BIOLOGI

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas PGRI Semarang


Untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan
Program Sarjana Pendidikan Biologi

Melia Cahyani
NPM 17320090

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN
ALAM DAN TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
2021
iii

HALAMAN PERSETUJUAN

Usulan Penelitian Skripsi Berjudul

BENTUK DAN KELIMPAHAN MIKROPLASTIK PADA PERMUKAAN AIR


DI PANTAI SENDANG SIKUCING KABUPATEN KENDAL PROVINSI
JAWA TENGAH DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN
BIOLOGI

Yang disusun oleh


Melia Cahyani
NPM 17320090

telah disetujui dan siap diujikan, Semarang...

Pembimbing I Pembimbing II

Fibria Kaswinarni, S.Si., M.Si Rivanna Citraning R. S.Pd.,M.Pd


NPP. 088101209 NPP. 098101248
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi Berjudul
BENTUK DAN KELIMPAHAN MIKROPLASTIK PADA PERMUKAAN AIR
DI PANTAI SENDANG SIKUCING KABUPATEN KENDAL PROVINSI
JAWA TENGAH DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN
BIOLOGI

Yang dipersiapkan dan disusun oleh


Melia Cahyani
NPM 17320090

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada Hari …..……….., 2021 dan
dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

Panitia Ujian

Ketua, Sekretaris,

Dr. Nur Khoiri, S.Pd.,M.T.,M.Pd. M. Anas Dzakiy, S.Si.,M.Se.


NPP. 047801165 NPP. 108001295

Anggota Penguji :
1. Fibria Kuswinarni, S.Si.,M.Si. (………………………………)
NPP. 088101209
2. Rivanna Citraning R. S.Si.,M.Pd. (………………………………)
NPP. 098101248
3. M. Anas Dzakiy, S.Si.,M.Sc. (………………………………)

iv
NPP. 108001295

v
PERNYAN KEASLIAN SKRIPS

vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO:

 Yang lebih berhak untuk kita apresiasi adalah diri kita sendiri.
 Lakukan segala sesuatu atas restu orang tua, karena restunya mewakili
ridhaNya.
 Cara terbaik meminimalisir kecewa adalah dengan tidak menggantungkan
harapan kepada siapapun, kecuali Allah SWT.

PERSEMBAHAN:
Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT, skripsi ini saya
persembahkan kepada:
1. Bapak, Ibu dan kedua adik laki-laki saya serta keluarga besar tercinta
yang senantiasa mendoakan, mendukung dan membiayai kuliah dengan
penuh perjuangan sehingga memotivasi saya dan memberikan semangat
untuk menyelesaikan skrispi.
2. Ibu Fibria Kaswinarni, S.Si., M.Si. dan Ibu Rivanna Citraning, S.Si.,
M.Pd. selaku dosen pembimbing 1 dan 2 yang senantiasa membantu dan
membimbing saya untuk menyelesaikan skripsi.
3. Dosen Pendidikan Biologi FPMIPATI Universitas PGRI Semarang yang
telah mendidikan dan memberikan motivasi.
4. Kepada Ibu Eny Hartadiyati W.H., M.Si.Med selaku dosen wali yang
selalu membimbing selama menjadi mahasiswa Pendidikan Biologi
Universitas PGRI Semarang.
5. Seseorang yang selalu menemani dan memberikan support system,
motivasi, ketenangan, juga arahan sehingga dapat menyelesaikan skripsi.
6. Sahabat tercinta saya Sinta Dewi Nuraini, Ipah (Novian Nur Khutmaidah),
Hanung Pramudya, Alfian Wicaksono yang selalu memberikan semangat.
7. Tim penelitian saya Nur Wahidah, Trisya Indriyani, Fendrix Setya yang
selalu memberikan dukungan penuh dan membantu saya.

vii
8. Sahabat saya Camaylia Maulidha Ulil Azmi yang selalu memberi
semangat juga mendukung saya dalam segala hal.
9. Kepala Pengelola Pantai Sendang Sikucing yang telah memberikan izin
untuk melakukan penelitian ditempat.
10. Teman-teman seperjuangan Pendidikan Biologi Angkatan 2017 kelas C.
11. Almamater Universitas PGRI Semarang.

viii
BENTUK DAN KELIMPAHAN MIKROPLASTIK PADA PERMUKAAN
AIR DI PANTAI SENDANG SIKUCING KABUPATEN KENDAL
PROVINSI JAWA TENGAH DAN IMPLEMENTASINYA DALAM
PEMBELAJARAN BIOLOGI
Oleh:
Melia Cahyani

Pendidikan Biologi, FPMIPATI, Universitas PGRI Semarang


Jl. Sidodadi Timur No. 24, Dr. Cipto Semarang 50125

Email: meliacahyani1999@gmail.com

ABSTRAK

Kondisi perairan di Indonesia saat ini dipengaruhi oleh beberapa


hal, seperti kondisi iklim dan juga campur tangan manusia. Hal ini
memungkinkan adanya pencemaran di lingkungan perairan yang
diakibatkan oleh aktivitas manusia, seperti pembuangan limbah rumah
tangga secara langsung ke laut, pembuangan limbah pabrik, maupun
aktivitas dari wisatawan. Salah satunya ialah Jawa Tengah yang juga
mempunyai wilayah perairan yang luas dan berpotensi sebagai tempat
wisata. Tujuan dari penelitian yang dilakukan pada bulan Juni 2021 adalah
untuk mengetahui pencemaran mikroplastik yang ada di pantai Sendang
Sikucing kabupaten Kendal. Penelitian ini merupakan jenis penelitian
deskriptif dengan menggunakan metode purposive sampling dan data
primer (pengambilan langsung di lapangan). Hasil penelitian ini
mendapatkan tiga bentuk mikroplastik yang mencemari permukaan air di
pantai Sendang Sikucing yaitu fiber, fragmen dan film. Partikel
mikroplastik yang mendominasi ialah jenis fragmen yang berasal dari
limbah rumah tangga yang diduga berasal dari sampah berupa kantong
plastik. Lokasi dengan kelimpahan mikroplastik paling tinggi yaitu pada
transek 1 yang berdekatan dengan pemukiman warga dengan hasil sebesar
0,014 partikel/m3.
Kata Kunci:Mikroplastik, Kelimpahan, Fiber, Fragmen, Fiber

ix
KATA PENGANTAR

Tidak ada kata yang paling indah selain puji dan syukur atas kehadirat
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan juga hidayah-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “BENTUK DAN
KELIMPAHAN MIKROPLASTIK PADA PERMUKAAN AIR DI PANTAI
SENDANG SIKUCING KABUPATEN KENDAL PROVINSI JAWA TENGAH
DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI” yang
merupakan syarat dalam rangka menyelesaikan untuk menempuh gelar Sarjana
Pendidikan Biologi di Fakultas Pendidikan Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam
dan Teknologi Informasi Universitas PGRI Semarang. Sholawat serta salam selalu
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah memberikan syafa’at
kepada umatnya pada hari akhir.

Terwujudnya skripsi dari persiapan hingga penyelesaian tidak lepas dari


dukungan dan juga bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan motivasi,
dorongan, dan membimbing penulis baik dalam bentuk tenaga, ide-ide maupun
pemikiran. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
terimaksaih kepada :

1. Dr. Muhdi, SH., M.Hum., selaku rektor Universitas PGRI Semarang.


2. Dr. Nur Khoiri, S.Pd., MT.,M.Pd selaku Dekan FPMIPATI Universitas
PGRI Semarang.
3. M. Anas Dzakiy, S.Si., M.Sc. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Biologi Universitas PGRI Semarang.
4. Fibria Kaswinarni, S.Si., M.Si. selaku Dosen Pembimbing 1 yang
berkenan memberikan bimbingan, saran, pengarahan, dan motivasi dengan
tulus dan ihklas untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
5. Rivanna Citraning, S.Si., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing 2 yang
berkenan memberikan bimbingan, saran, pengarahan, dan motivasi dengan
tulus dan ihklas untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

x
6. Tim Riset Mikroplastik yang telah berkerja sama untuk menyelesaikan
penelitian skripsi.
7. Orang tua, sahabat, saudara, teman-teman serta semua pihak yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dan memberi
dukungan serta motivasi kepada penulis dalam penyelesaian skripsi.
8. Bapak ibu dosen Program Studi Pendidikan Biologi yang telah mendidik
memberikan petuah, nasehat, dan arahan kepada penulis selama masa
perkuliahan.
9. Almamater tercinta Universitas PGRI Semarang.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari


sempurna, hal itu disadari karena keterbatasan kemampuan dan
pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, adanya kritik dan
saran yang membangun sangat diharapkan agar skripsi ini dapat lebih
baik. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis
dan pengembangan biologi khususnya serta bagi pihak lain pada
umumnya.

Semarang, 22 Oktober 2021

Penulis

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL LUAR.................................................................................i


HALAMAN SAMPUL DALAM............................................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN...............................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN..........................................................................vi
ABSTRAK............................................................................................................viii
KATA PENGANTAR............................................................................................ix
DAFTAR ISI...........................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR............................................................................................xiii
DAFTAR TABEL.................................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................xv
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian.....................................................................................5
1.5 Definisi Istilah...........................................................................................5
BAB II......................................................................................................................8
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................8
2.1 Mikroplastik..............................................................................................8
2.2 Keterkaitan Mikroplastik dengan Biotik.................................................11
2.3 Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)......................................................13
BAB III..................................................................................................................18
METODE PENELITIAN.......................................................................................18
3.1 Waktu dan Tempat..................................................................................18
3.2 Alat dan Bahan........................................................................................18
3.3 Parameter Penelitian.....................................................................................18
3.4 Cara Kerja Penelitian....................................................................................18

xii
3.5 Analisis Data................................................................................................20
3.6 Penyusunan LKPD..................................................................................20
BAB IV..................................................................................................................24
HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................................24
4.1 Hasil data.................................................................................................24
4.2 Pembahasan.............................................................................................28
BAB V....................................................................................................................39
KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................................39
5.1 Kesimpulan..............................................................................................39
5.2 Saran........................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................41
LAMPIRAN...........................................................................................................46

xiii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Proses Masuknya Mikroplastik pada Zooplankton...........................11

Gambar 2. Kerangka berpikir..............................................................................16

Gambar 3. Mikroplastik pada transek 1 dan 2 ...................................................24

Gambar 4. Mikroplastik pada Transek 3 dan 4 ..................................................24

Gambar 5. Mikroplastik pada Transek 5 dan 6 ..................................................25

Gambar 6. Mikroplastik pada Permukaan Air Pantai Sendang Sikucing ..........25

Gambar 7. Kelimpahan mikroplastik pada permukaan air .................................26

Gambar 8. Lokasi pengambilan sampel air ........................................................27

Gambar 9. jenis mikroplastik pada permukaan air. (a) film (b) fiber (c)
fragmen ...........................................................................................28

Gambar 10. Fiber................................................................................................32

Gambar 11. Film ................................................................................................33

Gambar 12. Fragmen...........................................................................................33

Gambar 13. Perbandingan Kelimpahan Bentuk Mikroplastik ...........................36

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 kategori penilaian LKPD oleh validator ............................................21

Tabel 3.2 kelayakan LKPD oleh validator .........................................................22

Tabel 4.1.1 Bentuk-bentuk mikroplastik yang ditemukan pada tiap lokasi .......23

Tabel 4.1.2 kelimpahan mikroplastik pada tiap sampel .....................................26

Tabel 4.1.3 Gambar mikroplastik pada Permukaan Air ..................................... 32

Tabel 4.1.4 total kelimpahan mikroplastik pada tiap lokasi ...............................36

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kondisi Perairan pantai Sendang sikucing..............................................


Lampiran 2. Alat dan Bahan........................................................................................
Lampiran 3. Preparasi sampel......................................................................................
Lampiran 4. Dokumentasi mikroplastik yang ditemukan pada sampel.......................
Lampiran 5. Analisis Data Kelimpahan Mikroplastik pada Permukaan air................
lampiran 6. Lembar validasi ahli materi......................................................................

xvi
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat ini masalah utama yang dihadapi oleh manusia dan makhluk
hidup lainnya yaitu sumber daya air meliputi kuantitas air yang sudah
tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas air
untuk keperluan domestik yang semakin menurun (Ningrum, 2019). Salah
satu ancaman besar pada lingkungan yang menjadi perhatian dunia pada
saat ini adalah polusi plastik. Menurut Guven, et al., (2017), plastik adalah
polimer sintetis dari berbagai monomer yang pada umumnya merupakan
hasil ekstrak minyak dan gas. Menurut Plastic Europe (2015), sebanyak
311 juta ton kubik merupakan produksi plastik tahun 2014, dan jumlah ini
akan terus meningkat setiap tahunnya.
Produksi plastik sangat berkontribusi dalam menyebabkan masalah
pada lingkungan, yaitu terakumulasinya plastik di habitat alami karena
adanya kegiatan produksi yang semakin meningkat disertai dengan
rendahnya tingkat kemampuan degradasi yang diperkirakan mencapai
puluhan hingga ratusan tahun (Barnes, et al., 2009). Menurut Corcoran, et
al., (2009), sinar UV-B dapat menciptakan proses fotokimia yang dapat
menyebabkan kerusakan mekanis serta fragmentasi pada plastik, dan
seperti yang sudah diteliti bahwa plastik merupakan suatu zat yang
mempunyai ketahanan polimer sintetis yang tinggi. Beberapa peneliti
mengatakan bahwa plastik yang berukuran <5 mm dikategorikan sebagai
mikroplastik (Moore, et al., 2001). menurut Hildago, et al., 2012), dari
berbagai kegiatan yang ada aktivitas manusia merupakan sumber paling
utama yang menyebabkan keberadaan mikroplastik di lingkungan laut dan
sungai.
Seperti halnya kawasan pemukiman yang berada di pantai Sendang
Sikucing yang terletak di pesisir pantai utara Jawa, tepatnya di kabupaten
Kendal merupakan pantai yang dekat dengan pemukiman dan aktivitas
2

warga yang cukup padat. Mulai dari kegiatan warga hingga kegiatan
pariwisatanya. Hal ini dapat menjadi penyebab utama tercemarnya
perairan di pantai. Kegiatan warga yang dapat mencemari perairan pantai
adalah pembuangan limbah rumah tangga secara langsung ke laut,
pembuangan limbah pabrik, maupun aktivitas dari wisatawan.
Pembuangan limbah rumah tangga secara langsung ke laut dapat
menyebabkan penyebaran sampah. Penyebaran sampah laut dipengaruhi
oleh pergerakan arus (Zulkarnaen, 2017). Gerakan massa air/arus tersebut
dapat membawa sampah di perairan dengan jarak yang cukup jauh
(NOAA, 2016). Hal ini tentu saja dapat menyebabkan gangguan terhadap
ekosistem perairan laut baik secara langsung maupun secara tidak
langsung (Lolodo & Nugraha, 2020). Sampah laut yang banyak menjadi
masalah sampai saat ini adalah sampah plastik karena proses degradasinya
membutuhkan waktu yang lama. Partikel ini sangat tahan untuk periode
waktu yang sangat lama di lingkungan laut(Adisaputra, 2021). Plastik juga
berpotensi menimbulkan dampak yang sangat besar dan dapat menyerap
bahan kimia beracun seperti PBTs (persistent, bioaccumulative andtoxic
substances)dan POPs (persistent organic pollutants). Sampah plastik yang
berakhir di laut banyak ditemukan mengapung dan memiliki berbagai
ukuran yang diklasifikasikan menjadi makroplastik dan mikroplastik
(Fendall and Sewel, 2009). Mikroplastik dapat dibedakan berdasarkan
sumbernya yaitu primer dan sekunder. Sumber primer mikroplastik adalah
sampah plastik dari produk pembersih serta kosmetik seperti scrubber
yang mengandung jenis plastik Polyesthylene, polyprophylene, dan
polystyrene dan juga produksi pellet yang digunakan sebagai bahan baku
pembuatan plastik. Sedangkan sumber sekunder mikroplastik adalah
pemecahan barang-barang plastik yang besar menghasilkan mikroplastik
berupa fragmen atau serat (Browne, et al., 2011). Daerah dengan
kepadatan penduduk yang tinggi sering dikaitkan dengan sumber sekunder
dari mikroplastik. Berbagai ukuran ini disebabkan karena baik di laut
maupun di darat, sampah plastik akan mengalami fragmentasi dan
3

pengecilan ukuran akibat terkena sinar UV dalam waktu lama dan juga
mengalami goncangan fisik oleh keadaan alam (EFSA Contam Panel,
2016). Pencemaran yang bersumber dari mikroplastik merupakan salah
satu permasalahan global (Mardiyana & Kristiningsih, 2020)
Pencemaran mikroplastik mempunyai dampak luas, diantaranya
kesehatan manusia, ekonomi, pariwisata dan estetika pantai (Thompson et
al., 2009). Mikroplastik di lingkungan pesisir dan laut menyebabkan
kerusakan serius pada kehidupan laut, ikan, kematian hewan laut melalui
lilitan dan menelan puing-puing plastik, (Wilcox et al., 2015).
Mikroplastik memengaruhi kesehatan biota laut karena proses
bioakumulasi dan masuknya zat berbahaya ke dalam rantai makanan
(Purba et al., 2019).
Mikroplastik tidak dapat dengan mudah dihilangkan dari
lingkungan laut karena plastik merupakan bahan yang sangat persisten.
Partikel dari mikroplastik hampir 85% berada pada permukaan laut (Purba
et al., 2019). Permukaan air laut menjadi titik penting dari pencemaran
mikroplastik. Hal ini karena sampah plastik yang berada di laut akan
mengapung pada permukaan air sehingga dapat menimbulkan pencemaran
baik pada wilayah perairan tersebut maupun pada biota laut yang
menempatinya hingga mampu berdampak pada manusia(Ismi et al.,
2019).Hampir semua jenis plastik akan melayang ataupun mengapung
dalam badan air sehingga menyebabkan plastik terkoyak-koyak dan
terdegradasi oleh sinar matahari (fotodegradasi), oksidasi, dan abrasi
mekanik yang membentuk partikel-partikel plastik (Dan, n.d.)
Secara fisik keberadaan mikroplastik umumnya dapat memicu
pembengkakan pada saluran pencernaan manusia dan juga hewan.
Mikroplastik diperkirakan juga dapat bertranslokasi dalam tubuh manusia
jika berukuran <150 mikrometer. Perkiraan tersebut berpedoman pada
studi hewan mamalia seperti anjing dan tikus karena belum ada studi
penelitian mikroplastik yang dilakukan pada manusia ( Lusher et al.,
2017).
4

Saat ini, belum terdapat penelitian mengenai pencemaran


mikroplastik di permukaan air pantai Sendang Sikucing sehingga belum
ada cukup data komprehensif yang dapat dijadikan acuan yang akurat.
Kebanyakan penelitian lebih fokus pada mikroplastik yang terdapat pada
biota laut seperti ikan. Oleh karena itu berdasarkan penelitian di atas,
ternyata permukaan air di pantai Sendang Sikucing masih belum aman dari
kontaminasi zat berbahaya seperti mikroplastik. Hal inilah yang
menjadikan acuan penelitian dalam melakukan penelitian mengenai
identifikasi bentuk dan kelimpahan mikroplastik pada permukaan air di
pantai Sendang Sikucing di kabupaten Kendal. Sehingga nantinya dapat
diketahui apakah hal tersebut memiliki potensi untuk memberikan efek
baik langsung maupun tidak langsung terhadap kesehatan masyarakat.
Kemudian hasil dari penelitian tersebut diharapkan dapat digunakan
sebagai implementasi pada pembelajaran biologi berupa LKPD pada
materi pencemaran lingkungan kelas X SMA semester II.

1.2 Rumusan Masalah


Masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah bentuk mikroplastik pada permukaan air di pantai
Sendang Sikucing Kabupaten Kendal?
2. Bagaimanakah kelimpahan mikroplastik pada permukaan air di pantai
Sendang Sikucing dan keterkaitannya dengan keberadaan
zooplankton?
3. Bagaimanakah implementasi hasil penelitian bentuk dan kelimpahan
mikroplastik pada permukaan air di pantai Sendang Sikucing dalam
pembuatan LKPD dari hasil penelitian pada materi pencemaran
lingkungan kelas X SMA semester II?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang akan
dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
5

1. Mengetahui bentuk mikroplastik pada permukaan air di pantai


Sendang Sikucing Kabupaten Kendal
2. Mengetahui kelimpahan mikroplastik pada permukaan air di pantai
Sendang Sikucing dan keterkaitannya dengan zooplankton
3. Mengimplementasikan hasil penelitian bentuk dan kelimpahan
mikroplastik pada permukaan air di pantai Sendang Sikucing ke dalam
dalam pembuatan LKPD dari hasil penelitian pada materi pencemaran
lingkungan kelas X SMA semester II

1.4 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Dapat mengetahui informasi mengenai pencemaran lingkungan,
terutama dalam masalah pencemaran sampah plastik
b. Dapat memberikan wawasan kepada masyarakat mengenai sampah
mikroplastik beserta dampaknya terhadap lingkungan, biota laut
dan juga manusia
c. Mengimplementasikan dalam pembelajaran agar siswa mengetahui
pencemaran mikroplastik yang berada pada permukaan air di
pantai
d. Sebagai pijakan dan referensi pada penelitian-penelitian
selanjutnya yang berhubungan dengan pencemaran mikroplastik
serta menjadi bahan kajian lebih lanjut

1.5 Definisi Istilah


Untuk menghindari penafsiran yang berbeda terhadap istilah yag
digunakan dalam tulisan ini dan untuk memperjelas pemahaman tentang
istilah yng terdapat dalam tulisan ini, maka perlu adanya definisi istilah
sebagai berikut :
a. Mikroplastik
Mikroplastik didefinisikan sebagai partikel plastik kecil
berukuran 5 mm atau lebih kecil. Mikroplastik ada di lingkungan
6

baik udara, tanah, air tawar, laut. Pada laut mikroplastik tersebar di
pantai, perairan dangkal, perairan dalam. (Velzeboer et al, 2014
dalam Lusher & Peter, 2017)
b. Fiber atau Filamen
Bentuk fiber pada dasarnya berasal dari pemukiman
penduduk yang berada di daerah pesisir dengan sebagian besar
masyarakat yang bekerja sebagai nelayan seperti penangkapan ikan
dengan menggunakan berbagai alat tangkap, kebanyakan alat
tangkap yang dipergunakan nelayan berasal dari tali (jenis fiber)
atau karung plastik yang telah mengalami degradasi. (Kuasa, 2018)
c. Film
Film merupakan polimer plastik sekunder yang berasal dari
fragmentasi kantong plastik atau plastik kemasan dan memiliki
densitas rendah. Film mempunyai densitas lebih rendah
dibandingkan tipe mikroplastik lainnya sehingga lebih mudah
ditransportasikan hingga pasang tertinggi. (Kuasa, 2018)
d. Fragmen
Jenis fragmen pada dasarnya berasal dari buangan limbah
atau sampah dari pertokoan dan warung-warung makanan yang ada
di lingkungan sekitar. Sampah plastik tersebut terurai menjadi
serpihan-serpihan kecil hingga tipe fragmen. (Kuasa, 2018)
e. Kelimpahan
Kelimpahan merupakan jumlah individu yang menempati
wilayah tertentu atau jumlah suatu spesies per kuadrat atau
persatuan volume (Michael, 1984 h.57)
f. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
LKPD didefinisikan sebagai suatu bahan ajar cetak berupa
lembar-lembar kertas yang berisi materi, ringkasan, dan
petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus
dikerjakan oleh peserta didik dengan mengacu Kompetensi
Dasar (KD) yang harus dicapai (Andi Prastowo, 2012: 204). LKPD
7

berupa lembaran yang bertujuan untuk memacu dan membantu


peserta didik melakukan kegiatan belajar dalam rangka menguasai
pemahaman, keterampilan, dan atau sikap (Friedl & Fantz, 2014).
8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mikroplastik
2.1.1 Definisi
Sampah-sampah di laut merupakan salah satu sumber pencemaran laut
dan sebagai penyebab global berbagai dampak ekologis (Vegtner et al.,
2014). Sampah antropogenik terakumulasi di ekosistem laut di seluruh
dunia, dari perairan pesisir sampai laut dalam. Mayoritas sampah
antropogenik yang ditemukan di laut terdiri dari bahan plastik (60-80%)
(Derraik, 2002;Vegtner et al., 2014). Sampah yang masuk ke laut akan
membuat kelestarian alam laut semakin terancam, karena membutuhkan
waktu yang lama untuk menguraikannya (Di & Ujung, 2020).
Plastik sudah menjadi bagian kehidupan modern, ditemui setiap hari
dalam kemasan makanan dan minuman, dalam barang-barang rumah
tangga. Plastik populer karena sifatnya yang ringan, tahan lama dan harga
murah, tetapi umur panjangnya menghadirkan tantangan ketika dibuang
tidak benar, menghasilkan akumulasi jangka panjang di lingkungan. Tujuan
akhir pembuangan barang-barang plastik adalah lautan (Joesidawati, 2018).
di mana mereka membentuk makroplastik (potongan plastik >5 mm, Moore,
2008) dan mikroplastik (potongan plastik <5 mm, Nizzetto et al., 2016).
Kejadian, kuantitas, jenis dan konsekuensi terhadap lingkungan akibat
pencemaran plastik di daerah pesisir dan lautan telah dipelajari dengan baik
sejak awal 1970-an (Carpenter and Smith, 1972). Mikroplastik dapat
terakumulasi dalam jumlah yang tinggi pada air laut dan sedimen (Hidalgo-
Ruz et al.,2012). Ukuran mikroplastik yang sangat kecil dan jumlahnya
yang banyak di lautan membuat sifatnya ubiquitous dan bioavailability bagi
organisme akuatik tinggi. Akibatnya mikroplastik dapat termakan oleh
biota laut (Li et al., 2016). Ketika mikroplastik berada di air maka akan
mengapung bergantung pada densitas polimernya. Kemampuan
mikroplastik mengapung menentukan posisi mikroplastik di air dan
9

interaksinya dengan biota (Lusher et al., 2017). Polimer yang lebih padat
dari air laut misalnya PVC akan mengendap sedangkan yang densitasnya
rendah seperti PE dan PP akan mengapung. Sepanjang berada di perairan
partikel plastik mengalami biofouling, terkolonisasi organisme sehingga
tenggelam. Mikroplastik dapat pula terdegradasi, terfragmentasi dan
melepas bahan perekat sehingga partikel akan berubah densitasnya dan
terdistribusi di antara permukaan dan dasar perairan (Widianarko &
Hantoro, 2018).
2.1.2 Bentuk Mikroplastik
Mikroplastik secara luas digolongkan berdasarkan menurut karakter
morfologi yaitu ukuran, bentuk dan warna (Tunggul et al., n.d.).
Mikroplastik dapat ditemukan dalam produk penggunaan sehari-hari seperti
facial scrub, cat atau dari pecahan makroplastik yang lebih besar
(mikroplastik sekunder) (Lestari & Nurdiansyah, 2019). Mikroplastik jenis
fiber dipengaruhi oleh tingginya aktivitas penangkapan ikan yang turut
menyumbang debris mikroplastik pada lautan. Mikroplastik berbentuk
fragmen merupakan partikel potongan suatu produk plastik yang tersusun
dari polimer sintesis yang kuat. Umumnya mikroplastik tipe fragmen
berasal dari sampah botol minuman, sampah wadah toples, sampah
berbahan mika, serpihan galon air, dan serpihan dari pipa paralon (Dewi et
al., 2015). Mikroplastik berbentuk film terbentuk dari sampah kemasan
produk siap saji, kemasan produk keperluan rumah tangga dan kantong
plastik yang telah terdegradasi. Sampah plastik tersebut akan terurai
menjadi serpihan kecil mikroplastik berbentuk film. Mikroplastik berbentuk
film berasal dari plastik yang memiliki densitas rendah yang dapat terurai
dengan cepat menjadi mikroplastik (Yudhantari et al., 2019)
2.2 Proses Terbentuknya Mikroplastik
Isu mengenai polusi lautan oleh partikel mikroplastik telah membuka
mata banyak orang tentang potensi bahaya yang mengincar biota laut dan
manusia akibat pembuangan sampah plastik ke laut secara sembarangan.
Tanpa disadari pemakaian kemasan plastik dan bahan-bahan lain yang
10

mengandung plastik telah memicu penumpukan sampah plastik di lautan


akibat absennya manajemen pengelolaan sampah yang baik. Plastik sendiri
ternyata menyumbang 10% dari total sampah yang dihasilkan oleh manusia
(World Bank, 2015). Sebagian besar plastik yang dibuang tidak mengalami
daur ulang dan dibuang ke lingkungan dan berakhir di laut, yang selanjutnya
menjadi sumber polusi di lautan.
Diperkirakan sebesar 60-80% dari sampah yang ada di laut berasal dari
sampah plastik (Moore, 2008). Polusi plastik di lingkungan saat ini telah
menjadi permasalahan yang serius. Plastik meskipun bersifat persisten,
seiring dengan waktu dapat terdegradasi menjadi partikel yang lebih kecil.
Sampah plastik banyak ditemukan mengapung di laut, dapat terdegradasi
oleh sinar ultraviolet, panas, mikroba, dan abrasi fisik menjadi serpihan
plastik (Singh & Sharma, 2008).
Adapun faktor-faktor yang berpotensi mempengaruhi degradasi plastik
diantaranya adalah faktor biologis yang dipengaruhi oleh bakteri, jamur dan
predator. Faktor kimia yang dipengaruhi oleh proses hidrolisis dan oksidasi,
juga faktor fisika yang dipengaruhi oleh sinar matahari dan iklim.
Ketika plastik mencemari lingkungan perairan, plastik akan hancur
ketika terkena panas, arus gelombang juga bakteri. Mikroplastik yang
beradadi perairan dapat mengalami degradasi dan perubahan komposisi
karena cahaya matahari, radiasi panas, oksidasi, dan pertumbuhan biofilm
sinar matahari. Proses degradasi ini menyebabkan perubahan bentuk ukuran
menjadi lebih kecil (size reduction), terjadi perubahan densitas dan warna,
dan perubahan morfologi permukaan.
Mikroplastik yang sudah terbentuk dapat didegradasi dengan bantuan
bakteri, salah satunya adalah bakteri Pseudomonas sp. Menurut Premraj dan
Doble 2015, biodegradasi adalah proses dimana mikroorganisme mampu
mendegradasi atau memecah polimer alam (seperti lignin dan selulosa) dan
polimer sintetik (seperti polietilen dan polistiren). Mikroorganisme
mendegradasi polietilen dan poliuretan dengan memanfaatkannya sebagai
sumber karbon untuk pertumbuhan mikroorganisme. Degradasi polimer
11

tersebut akan membentuk formasi biofilm pada permukaan polimer. Proses


degradasi diawali dengan polimer yang dirubah menjadi monomer
kemudian monomer ini diminerisasi. Beberapa jenis mikroorganisme yang
paling sering dimanfaatkan dalam biodegradasi adalah bakteri. Salah satu
jenis bakteri yang banyak diteliti dan memiliki kemampuan mendegradasi
plastik adalah Pseudomonas sp. Pseudomonas sp secara umum tidak
memiliki enzim hidrolitik yang penting dalam mendegradasi polimer
menjadi monomer namun bakteri ini memiliki system inducible operon yang
mampu menghasilkan enzim tertentu dalam proses metabolisme sumber
karbon yang tidak biasa digunakan. Hal tersebut yang menyebabkan bakteri
Pseudomonas sp memiliki peran penting dalam proses biodegradasi. Salah
satu jenis enzim yang dihasilkan oleh Pseudomonas sp. yang berperan
dalam biodegradasi adalah serine hidrolase, esterase dan lipase (Biologi et
al., 2015)
Proses biodegradasi diawali dengan menempelnya mikroorganisme pada
plastik untuk memperoleh medium yang terdiri dari garam mineral. Dengan
demikian inokulum dicekam agar menggunakan sumber karbon dari plastik
sebagai sumber energi. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, bakteri
Pseudomonas sp mampu mendegradasi plastik setelah 3 bulan masa
inkubasi. Adanya partikel-partikel medium yang berupa garam mineral yang
masuk ke dalam serat plastik yang sudah cukup terbuka dengan
menggunakan sinar UV. Kebanyakan jenis plastik akan cenderung
menyerab radiasi dengan energi tinggi dalam spectrum bagian ultraviolet,
dimana akan mengatifkan electron mereka menjadi lebih reaktif dan
menyebabkan oksidasi, pemutusan dan degradasi lainnya (Biologi et al.,
2015).

2.3 Kelimpahan Mikroplastik


Kelimpahan relatif adalah proporsi yang direpresentasikan oleh masing –
masing spesies dari seluruh individu dalam suatu komunitas (Campbell,
2010. h. 385).
12

Kelimpahan adalah jumlah yang dihadirkan oleh masing-masing spesies


dari seluruh individu dalam komunitas (Campbell, 2010, h. 385).
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kelimpahan
adalah jumlah atau banyaknya individu pada suatu area tertentu dalam
suatu komunitas. Kelimpahan adalah jumlah individu yang menempati
wilayah tertentu atau jumlah individu suatu spesies per kuadrat atau
persatuan volume. (Michael, 1994, h. 89). Selain itu, kelimpahan relatif
adalah proporsi yang direpresentasikan oleh masing-masing spesies dari
seluruh individu dalam suatu komunitas (Campbell, 2010, h. 385).
Sementara Nybakken (1992, h. 27) mendefinisikan kelimpahan sebagai
pengukuran sederhana jumlah spesies yang terdapat dalam suatu
komunitas atau tingkatan trofik.
2.4 Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
Paradigma pembelajaran Biologi telah berubah dari pembelajaran yang
berpusat pada guru (teacher centered) menjadi pembelajaran yang berpusat
pada peserta didik (student centered). Sebagai konsekuensinya seorang guru
tidak dapat secara langsung memberikan suatu konsep kepada peserta
didiknya, sehingga dalam hal ini posisi guru adalah sebagai fasilitator
(Prastowo,2014). Student centered terwujud jika peserta didik
mengkonstruk apa yang mereka dengar dan lihat menjadi suatu konsep yang
mereka temukan sendiri dan dapat menghubungkan konsep yang diperoleh
di sekolah dengan kehidupan sehari-hari, sehingga pembelajaran akan lebih
bermakna (Toman, dkk., 2013). Pembelajaran dikatakan bermakna jika
peserta didik mengalami langsung apa yang dipelajarinya dengan
mengaktifkan lebih banyak indera dari pada hanya mendengarkan guru
menjelaskan. Dengan demikian, konsep yang tertanam dalam ingatan
peserta didik akan bertahan dalam waktu yang lama (Anggraini et al., 2016)
Selama ini, penggunaan LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik) merupakan
salah satu cara yang membantu peserta didik untuk lebih aktif
mengkonstruksi pengetahuannya. LKPD didefinisikan sebagai suatu bahan
ajar cetak berupa lembar-lembar kertas yang berisi materi, ringkasan, dan
13

petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan


oleh peserta didik dengan mengacu Kompetensi Dasar (KD) yang harus
dicapai(Dalam & Ekonomi, n.d.). Hal ini sesuai dengan definisi LKPD
menurut Trianto (2010: 111) Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
merupakan panduan peserta didik yang digunakan untuk melakukan
pengembangan aspek kognitif maupun panduan untuk pengembangan
semua aspek pembelajaran dalam bentuk panduan kegiatan penyelidikan
atau pemecahan masalah sesuai indikator pencapaian hasil belajar yang
harus dicapai.
LKPD merupakan sarana yang dapat mempermudah terbentuknya
interaksi antara guru dengan peserta didik. LKPD sangat berpengaruh
terhadap hasil pembelajaran. Pembelajaran dengan menggunakan LKPD
efektif meningkatkan hasil belajar, pengetahuan, sikap dan keterampilan
peserta didik. Rata-rata nilai hasil belajar peserta didik yang belajar dengan
menggunakan LKPD lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata nilai hasil
belajar peserta didik yang tidak belajar menggunakan LKPD (Annafi dkk.,
2015). Pembelajaran dengan LKPD memperoleh respon yang baik dari
peserta didik. Hal ini karena kegunaan LKPD sangat menarik dan mampu
membangkitkan minat dan motivasi peserta didik (Ariani & Meutiawati,
2020).
Dalam mendukung proses pembelajaran diperlukan suatu bahan ajar
berupa LKPD yang dapat memudahkan materi yang diajarkan mudah
dipahami oleh peserta didik. Menurut Diknas (Prastowo, 2014) lembar
kegiatan peserta didik (student work sheet) adalah lembaran yang berisikan
tugas yang harus dikerjakan peserta didik. Lembar kegiatan ini terdiri dari
petunjuk atau langkah- langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Dan,
tugas tersebut harus jelas kompetensi dasar yang ingin dicapai (Fairuz et al.,
2020)
Menurut Depdiknas (2008: 13), LKPD (student worksheet) adalah
lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik
biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu
14

tugas dengan mengacu KompetensiDasar (KD) yang akan dicapainya.


Berdasarkan definisi LKPD di atas, dapat disimpulkan bahwa Lembar Kerja
Peserta Didik (LKPD) adalah lembaran yang berisi tugas yang harus
dikerjakan oleh peserta didik dalam proses pembelajaran, berisi petunjuk
atau langkah-langkah dalam menyelesaikan tugas sesuai dengan
Kompetensi Dasar dan indikator pencapaian hasil belajar yang harus
dicapai.
Wulandari (2013: 8-9) menyatakan bahwa peran LKPD sangat besar
dalam proses pembelajaran karena dapat meningkatkan aktivitas peserta
didik dalam belajar dan penggunaannya dalam pembelajaran dapat
membantu guru untuk mengarahkan peserta didiknya menemukan konsep-
konsep melalui aktivitasnya sendiri. Disamping itu LKPD juga dapat
mengembangkan ketrampilan proses, meningkatkan aktivitas peserta didik
dan dapat mengoptimalkan hasil belajar. Menurut Asep Herry H., 2013
tujuan penyusunan LKPD(Ninla Elmawati Falabiba, 2019) yaitu:
1. Menyajikan bahan ajar yang memudahkan peserta didik untuk
berinteraksi dengan materi yang diberikan.
2. Menyajikan tugas-tugas yang meningkatkan penguasaan
peserta didik terhadap materi yang diberikan.
3. Melatih kemandirian belajar peserta didik.
4. Memudahkan pendidik dalam memberikan tugas kepada
peserta didik.

Menurut (Ninla Elmawati Falabiba, 2019) ada lima jenis LKPD


yang umumnya biasa digunakan yaitu:

1. LKPD membantu peserta didik menemukan suatu konsep.


2. LKPD yang membantu peserta didik menerapkan dan
mengintegrasikan berbagai konsep yang telah ditemukan.
3. LKPD yang berfungsi sebagai penuntun belajar
4. LKPD yang berfungsi sebagai penguatan.
5. LKPD yang berfungsi sebagai petunjuk praktikum.
15

a) Kelebihan dan Kekurangan Lembar Kerja Peserta Didik


(LKPD) Menurut Yanuar Sinatra 2015, adapun kelebihan dan
kekurangan LKPD antara lain:
A. Kelebihan
1. Menjadikan peserta didik lebih aktif dalam kegiatan
pembelajaran kaena peserta didik memecahkan sendiri
permasalahannya dengan berfikir dan menggunakan
kemampuannya
2. Peserta didik lebih memahami pembelajaran karena
melakukan praktikum dan percobaan secara langsung
untuk memecahkan permasalahan yang ada pada LKPD.
3. Peserta didik lebih bisa mengutarakan pendapat karena
dengan inkuiri pserta didik dituntut untuk memecahkan
masalahnya sendiri
B. Kekurangan
1. Jika petunjuk penggunaan LKPD kurang sesuai, maka
peserta didik akan kesulitan menggunakan LKPD tersebut.
2. Pembuktian secara langsung dengan melakukan praktikum
dan percobaan membutuhkan alat-alat yang memadai dan
waktu yang panjang. Sehingga membutuhkan waktu yang
lama dalam mendapatkan hasil pembuktian.
16

Kerangka Berfikir

1. Diduga terdapat banyak sampah plastik di


permukaan air pantai Sendang Sikucing
Permasalahan
2. Kurangnya pemahaman siswa mengenai
materi pencemaran lingkungan

Melakukan pengambilan sampel air pada


Pemecahan permukaan perairan dan uji data mengenai
masalah bentuk dan kelimpahan mikroplastik pada
sampel air

1. Mengetahui adanya pencemaran plastik


(mikroplastik) pada sampel air
Hasil
2. Mengetahui bentuk dan kelimpahan
mikroplastik pada sampel air

 Pembuatan LKPD Pembelajaran Biologi


pada K.D 3.11 Kelas X semester II
tentang pencemaran lingkungan
Implementasi  Validasi ahli terhadap LKS
Pembelajaran Biologi pada K.D 3.11
Kelas X semester II tentang pencemaran
lingkungan

Gambar 2. Kerangka berpikir


16

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2021. Pengambilan
sampel air pada kolom permukaan dilakukan di Pantai Sendang Kucing,
Kabupaten Kendal. Pengolahan sampel dan analisis data mikroplastik
dilakukan di Laboratorium Universitas PGRI Semarang.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah botol sampel
dengan ukuran 600 ml, telephone android, gayung berdiameter 15 cm,
mikroskop binokuler dengan perbesaran 40x10, beaker glass berukuran
500 ml, erlenmeyer berukuran 500 ml, corong berukuran sedang, tabung
reaksi dengan ukuran 10 ml, cawan petri, inkubator, pinset, alumunium
foil, kertas label, lembar kertas saring, gunting dan cutter.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah air sampel yang
diambil dari permukaan perairan pantai Sendang Sikucing, kemudian
aquades, larutan H2SO4 30% dan juga larutan H202 30%

3.3 Parameter Penelitian


Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah bentuk
mikroplastik dan kelimpahan mikroplastik.

3.4 Cara Kerja Penelitian


Cara kerja pada penelitian ini adalah dengan ditentukannya terlebih
dahulu stasiun pengambilan sampel. Pengambilan sampel air dilakukan di
3 stasiun yaitu di perairan yang dekat pemukiman warga, perairan yang
digunakan sebagai kawasan wisata pantai Sendang Sikucing dan perairan
yang dekat dengan dermaga. Masing-masing stasiun dibagi menjadi 2 titik.
Setiap titik dibuat line transek untuk pengambilan sampel air dengan 3
kali pengulangan. Penentuan titik lokasi dibuat berdasarkan persebaran
sampah yang dihasilkan dari kegiatan warga, wisatawan dan juga nelayan
18

disekitar yang digunakan untuk mengetahui karakteristik partikel


mikroplastik pada masing-masing titik lokasi yang ditentukan.
19

1. Pengambilan Sampel Air


Metode pengumpulan sampel air laut yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan 3 botol sampel masing-
masing berukuran 600 ml. Pengambilan sampel air menggunakan
gayung. Gayung ditarik secara horizontal sejauh 1 meter. Sampel air
yang sudah diambil, dimasukkan pada masing-masing botol dengan
volume saring sebanyak 1,8 liter pada permukaan perairan. Sampel
air dimasukkan dalam cool box untuk dianalisis di laboratorium.
2. Analisis Sampel
Untuk analisis sampel dilakukan dengan cara air dari botol
sampel disaring menggunakan kertas saring. Sebelumnya kertas
saring dibilas menggunakan aquades. Air hasil saringan yang didapat
dimasukkan ke dalam beaker glass dengan menambahkan larutan
H2O2 30% dan H2SO4 30% dengan perbandingan masing-masing 1 : 3
yang berfungsi untuk memisahkan antara endapan air dengan
partikel mikroplastik. Penyaringan ini bertujuan untuk memindahkan
sampel yang masih menempel pada saringan ke dalam botol sampel
yang sudah dibersihkan dan diberi label. Beaker glass ditutup
menggunakan kertas alumunium dan semua sampel dimasukkan ke
dalam inkubator dengan suhu 37° C untuk proses inkubasi selama 1
x 24 jam untuk menghilangkan bahan organik pada sampel (Nuelle
et al., 2014).
3. Identifikasi Bentuk Mikroplastik
Untuk mengidentifikasi bentuk mikroplastik yaitu dengan
menyaring sampel yang sudah diinkubasi selama 24 jam
menggunakan kertas saring. Kemudian diamati sampel air tersebut
menggunakan mikroskop binokuler dengan perbesaran 40X10
(NIVA, 2017) dan ditulis bentuk dari mikroplastik yang
ditemukan.

19
20

3.5 Analisis Data


Analisis data dari penelitian ini adalah menganalisis bentuk dan
kelimpahan mikroplastik dan kaitannya dengan keberadaan zooplankton
menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif berdasarkan data yang
sudah didapatkan yaitu mengenai bentuk-bentuk mikroplastik di periran
Sendang Sikucing.

Untuk menganalisis data volume air yang tersaring pada penelitian


ini dapat menggunakan rumus berdasarkan (Masura et al., 2015) :

V=pxlxa
Dimana :
V = Volume air yang tersaring ( Liter)
p = Panjang mulut alat pengambilan sampel (15 cm = 1,5 dm)
l = ½ lebar mulut alat pengambilan sampel (½ 15 cm= 0,75 dm)
a = Jarak tempuh (1 m = 10 dm)
Volume air tersaring yang sudah didapat, digunakan untuk menghitung
kelimpahan mikroplastik dengan rumus berdasarkan (Masura et al., 2015)

jumlah mikroplastik ke−i( partikel)


Kelimpahan=
volume air tersaring(liter /m2)

Kemudian menganalisis keterkaitan kelimpahan mikroplastik terhadap


zooplankton berdasarkan studi literatur.
3.6 Penyusunan LKPD
3.6.1 Langkah-langkah penyusunan LKPD

Untuk membuat Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD), maka kita


perlu memahami langkah-langkah penyusunannya. Berikut adalah
langkah-langkah penyusunan lembar kerja peserta didik:

1. Melakukan analisis kurikulum


Analisis kurikulum merupakan langkah pertama dalam
penyusunan LKPD. Langkah ini dimaksudkan untuk menentukan
materi-materi mana yang memerlukan bahan ajar LKPD. Pada
21

umumnya, dalam menentukan materi, langkah analisisnya


dilakukan dengan cara melihat materi pokok, pengalaman belajar,
serta materi yang akan diajarkan. Selanjutnya, mencermati
kompetensi yang mesti dimiliki oleh peserta didik.
2. Menyusun peta kebutuhan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
Peta kebutuhan LKPD sangat diperlukan untuk mengetahui
jumlah LKPD yang hrus ditulis serta melihat urutan LKPD-nya.
3. Menentukan judul-judul Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
Perlu kita ketahui bahwa judul LKPD ditentukan atas dasar
kompetensi-kompetensi dasar, materi-materi pokok, atau
pengalaman belajar yang terdapat dalam kurikulum. Satu
kompetensi dasar dapat dijadikan sebagai judul LKPD apabila
kompetensi dasar dapat dideteksi, antara lain dengan cara apabila
diuraikan ke dalam materi pokok mendapatkan maksimal empat
materi pokok, maka kompetensi tersebut dapat dijadikan sebagai
satu judul LKPD.
4. Menulis Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
Untuk menulis LKPD, langkah-langkah yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
Pertama, merumuskan kompetensi dasar. Untuk merumuskan
kompetensi dasar, dapat kita lakukan dengan menurunkan
rumusannya langsung dari kurikulum yang berlaku.
Kedua, menentukan alat penilaian. Penilaian kita lakukan
terhadap proses kerja dan hasil kerja peserta didik (Y. Astuti, B.,
2014). Karena pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah
kompetensi, di mana penilaiannya diasarkan pada penguasaan
kompetensi, maka alat penilaian yang cocok dan sesuai adalah
menggunakan pendekatan penilaian Acuan Patokan (PAP).
Ketiga, menyusun materi. Untuk menyusun materi LKPD, ada
beberapa hal penting yang perlu diperhatikan. Berkaitan dengan isi
22

atau materi LKPD, perlu kita ketahui bahwa materi LKPD sangat
bergantung pada kompetensi dasar yang akan dicapainya.
Keempat, memperhatikan struktur LKPD. Ini adalah langkah
terakhir dalam penyusunan sebuah LKPD. Ibarat akan membangun
sebuah rumah, maka kita harus paham struktur rumah tersebut. Ada
fondasi, di bagian dasarnya, kemudian di atasnya ada tembok dan
bagian paling atas yaitu atap. Hal yang sama juga terjadi dalam
penyusunan LKPD. Kita mesti memahami bahwa struktur LKPD
terdiri atas enam komponen yaitu judul, petunjuk belajar,
kompetensi yang akan dicapai, informasi pendukung, tugas-tugas
dan langkah-langkah kerja, serta penilaian.

3.6.2 Validasi LKPD


Menurut (Ariani & Meutiawati, 2020) tahap validasi LKPD bertujuan
untuk mengetahui kevalidan produk yang dikembangkan baik dari aspek
media dan materi. Validasi produk dilakukan oleh dosen ahli dan guru
mata pelajaran Biologi.
Aspek penilaian LKPD yang dikembangkan meliputi kelengkapan
komponen LKPD, kesesuaian isi dan materi, kesesuaian syarat inkuiri
terbimbing, kesesuaian syarat konstruksi, dan kesesuaian syarat teknis.
Skor penilaian terdiri atas 4 kategori skala penilaian, yaitu sangat kurang
(skor 1), kurang (skor 2), baik (skor 3), dan sangat baik (skor 4) (Firdaus
& Wilujeng, 2018). Hasil penilaian LKS kemudian dianalisis secara
deskriptif dengan menggunakan skor dari setiap komponen yang
divalidasi. Kriteria penilaian validasi oleh validator dapat dilihat pada
Tabel 3.1
Tabel 3.1 kategori penilaian LKPD oleh validator

No Skor Kategori
.
1. 4 SS : Sangat Sesuai
2. 3 S : Sesuai
3. 2 KS : Kurang Sesuai
4. 1 TS : Tidak Sesuai
23

3.6.3 Analisis Validasi Hasil Penilaian Validator


Skor yang telah diperoleh dari hasil penilaian validator kemudian
dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :
Skor LKPD = Jumlah skor yang diperoleh/ Jumlah skor maksimal x
100

Sumber : (Ariani & Meutiawati, 2020)

Kevalidan produk ditentukan dengan menghitung rata-rata nilai aspek


untuk tiap-tiap validator. Nilai rata-rata dari validator kemudian
dicocokan dengan tabel kriteria validitas produk. LKPD dapat
digunakan apabila sudah mencapai kategori sangat layak atau layak.
Kategori kelayakan LKPD dalam pengambilan keputusan dapat dilihat
pada tabel 3.2.
Tabel 3.2 kelayakan LKPD oleh validator

No Interval Rata-Rata Skor Kategori


1 81 – 100 % Sangat Layak
2 61–80 % Layak
3 41–60 % Cukup Layak
4 21–40 % Kurang Layak
5 0–20 % Tidak Layak
24

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil data

Data hasil penelitian mengenai pencemaran sampah mikroplastik


pada permukaan air di pantai Sendang Sikucing melalui uji laboratorium
Pendidikan Biologi FPMIPATI Universitas PGRI Semarang, didapatkan
hasil sebagai berikut :

Tabel 4.1.1 Bentuk-bentuk mikroplastik yang ditemukan pada tiap


titik lokasi

No. Tempat Jenis Mikroplastik Jumlah


pengambilan Film Fragmen Fiber Mikroplastik
Sampel
1. Titik 1 7 14 5 26
2. Titik 2 11 6 3 20
3. Titik 3 11 12 2 25
4. Titik 4 10 10 3 23
5. Titik 5 3 10 2 15
6. Titik 6 5 10 4 19

24
25

Bentuk-bentuk mikroplastik yang ditemukan pada titik 1 dan 2 (perairan


dekat pemukiman warga) dapat dilihat pada gambar 3.

Mikroplastik pada titik 1 dan 2

17%
Fragmen
Film
43%
Fiber

39%

Gambar 3. Mikroplastik pada titik 1 dan 2

Bentuk-bentuk mikroplastik yang ditemukan pada titik 3 dan 4 (perairan


kawasan wisata) dapat dilihat pada gambar 4.

Mikroplastik pada titik 3 dan 4

10%
Fragmen
Film
46% Fiber

44%

Gambar 4. Mikroplastik pada titik 3 dan 4


26

Bentuk-bentuk mikroplastik yang ditemukan pada titik 5 dan 6 (perairan


dekat dermaga) dapat dilihat pada gambar 5.

Mikroplastik pada titik 5 dan 6

18%
Fragmen
Film
Fiber
24% 59%

Gambar 5. Mikroplastik pada titik 5 dan 6

Bentuk-bentuk mikroplastik pada permukaan air pantai Sendang Sikucing


dapat dilihat pada gambar 6.

Mikroplastik pada permukaan air aantai Sendang


Sikucing

15% Fragmen
Film
Fiber
48%

37%

Gambar 6. Mikroplastik pada permukaan air pantai Sendang


Sikucing
27

Tabel 4.1.2 kelimpahan mikroplastik pada tiap sampel

NO. Sampel Kelimpahan Mikroplastik Total


(partikel/L) (partikel/L)
Fragmen Fiber Film
1. Titik 1 0,007 0,003 0,004 0,014
2. Titik 2 0,003 0,002 0,006 0,011
3. Titik 3 0,006 0,001 0,006 0,013
4. Titik 4 0,005 0,002 0,005 0,012
5. Titik 5 0,005 0,001 0,002 0,008
6. Titik 6 0,005 0,002 0,003 0,010

Kelimpahan mikroplastik pada permukaan air pantai Sendang Sikucing


dapat dilihat pada gambar 7.

Kelimpahan Mikroplastik pada Permukaan Air


0.008
0.007
0.006
0.005
0.004
0.003
0.002
0.001
0
Transek 1 Transek 2 Transek 3 Transek 4 Transek 5 Transek 6

Fragmen Fiber Film

Gambar 7. Kelimpahan mikroplastik pada permukaan air


28

4.2 Pembahasan
4.2.1 Lokasi pengambilan sampel air

Gambar 8. Lokasi pengambilan sampel air


Lokasi pengambilan sampel air dilakukan di Pantai Sendang
Sikucing yang terletak di desa Sendang Sikucing, kecamatan
Rowosari kabupaten Kendal. Pantai Sendang Sikucing merupakan
salah satu pantai di kabupaten Kendal yang menawarkan keindahan
alam. Pantai ini juga mempunyai lokasi yang berdekatan dengan
pemukiman warga. Sebagian besar penduduk di desa Sendang
Sikucing mempunyai mata pencaharian sebagai nelayan. Sebagai desa
yang mempunyai banyak aktivitas didalamnya, seperti wisata, sumber
penangkapan ikan juga sebagai tempat jual beli ikan di TPI lokasi ini
menghasilkan banyak sampah dari aktivitas tersebut.
Kurangnya pemahaman wisatawan juga warga sekitar mengenai
pengelolaan sampah yang baik mengakibatkan sampah terbuang
secara langsung dan berakhir di laut. Masyarakat yang tinggal
disekitar pantai menjadikan tepi pantai sebagai tempat pembuangan
limbah rumah tangga yang sebagian besar dihasilkan dari plastik. Hal
ini mengakibatkan sampah disepanjang tepi pantai semakin lama
masuk ke dalam perairan pantai dan mencemari pantai tersebut.
Banyaknya sampah plastik yang berada diperairan semakin lama akan
terdegradasi dan dapat menimbulkan pencemaran mikroplastik yang
mengancam ekosistem dan biota laut.
29

4.2.2 Bentuk-bentuk Mikroplastik pada Sampel Air


Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan pada sampel
air di pantai Sendang Sikucing Kendal, menunjukan bahwa sampel air
di pantai Sendang Sikucing terkontaminasi mikroplastik dengan
bentuk film, fragmen dan juga fiber (Gambar 9).

(a) (b) (c)

Gambar 9. jenis mikroplastik pada permukaan air. (a) film (b) fiber (c)
fragmen
Pengambilan sampel air di pantai Sendang Sikucing dilakukan
dengan cara menentukan lokasi pengambilan menjadi 6 titik.
Pembuatan transek didasarkan pada lokasi yang berdekatan dengan
pemukiman warga (titik 1 dan 2), lokasi kawasan wisata (titik 3 dan 4)
dan juga lokasi yang berdekatan dengan dermaga (titik 5 dan 6)
dengan masing-masing lokasi dibagi menjadi dua titik
Pada sampel air yang diambil di titik 1 ditemukan terdapat 26
partikel mikroplastik yang telah mengontaminasi sampel air. Terdapat
14 partikel bentuk Fragmen 7 partikel bentuk Film dan 5 partikel
bentuk Fiber. Bentuk partikel yang paling mendominasi pada titik 1
adalah bentuk Fragmen. Menurut Mauludy et al., 2019 banyaknya
mikroplastik bentuk Fragmen berasal dari potongan produk plastik
dengan polimer sintesis yang kuat seperti patahan plastik yang lebih
30

besar. Pada sampel air yang berasal dari titik 2 terdapat 20 partikel
mikroplastik yang ditemukan. Terdiri dari 11 partikel bentuk Film, 6
partikel bentuk Fragmen dan juga 3 partikel bentuk Fiber. Pada titik 2
partikel mikroplastik yang paling banyak ditemukan adalah bentuk
Film. Menurut Mauludy et al., (2019), partikel mikroplastik bentuk
film berasal dari potongan plastik yang memiliki lapisan sangat tipis
berbentuk lembaran dengan densitas yang rendah dan banyak berasal
dari potongan degradasi kantong-kantong plastik. Sampah yang
memiliki daya apung tinggi membuat sampah lebih banyak terpapar
sinar matahari sehingga akan lebih cepat terdegradasi menjadi
mikroplastik, hal ini yang menyebabkan mikroplastik jenis film lebih
banyak ditemukan daripada mikroplastik jenis lain. Banyaknya
pertikel mikroplastik yang ditemukan juga dipengaruhi oleh lokasi
pengambilan sampel air. Titik 1 merupakan lokasi yang paling
berdekatan dengan pemukiman warga. Banyak sampah hasil limbah
rumah tangga ditemukan ditepian pantai seperti botol plastik yang
mengakibatkan mikroplastik bentuk Fragmen mendominasi lokasi
perairan tersebut karena hasil dari degradasi botol plastik tersebut dan
mempunyai kandungan polimer sintesis yang lebih kuat. Untuk titik 2
merupakan lokasi yang masih sama yaitu kawasan perairan yang dekat
dengan pemukiman warga, hanya saja pada titik 2 ini sampah plastik
dengan densitas polimer yang rendah seperti plastik dan kresek lebih
banyak ditemukan. Hal ini mengakibatkan mikroplastik dengan
bentuk Film lebih mendominasi perairan tersebut.
Titik 3 yang berlokasi di kawasan wisata ditemukan 25 partikel
mikroplastik. Mikroplastik tersebut terdiri dari 11 partikel berbentuk
Film, 12 partikel dengan bentuk Fragmen dan 2 partikel berbentuk
fiber. Kawasan pantai menghasilkan banyak sampah yang berasal dari
wisatawan yang secara langsung membuang sampah ke laut. Hal ini
mengakibatkan mikroplastik bentuk Fragmen paling banyak
ditemukan karena berasal dari degradasi sampah plastik dengan
31

densitas polimer yang kuat, contohnya yaitu botol plastik. Partikel


mikroplastik yang ditemukan pada titik 4 yaitu 23 partikkel
mikroplastik, yang terdiri dari 10 partikel berbentuk Film, 10 partikel
mikroplastik berbentuk Fragmen dan 3 partikel berbentuk Fiber. Pada
titik 4 yang masih berlokasi di kawasan pantai, partikel mikroplastik
dengan bentuk Fragmen dan Film ditemukan dengan jumlah yang
sama dan bentuk Fiber paling sedikit ditemukan. Hal ini karena
aktivitas di kawasan pantai paling banyak dipengaruhi oleh
pengunjung yang menghasilkan sebagian besar sampah dari kantong
plastik maupun botol plastik. Sedangkan mikroplastik dengan bentuk
fiber sebagian besar berasal dari benang kain, tali maupun jaring
nelayan.
Titik 5 yang berlokasi di dekat dermaga ditemukan 15 partikel
mikroplastik yang masing-masing terdiri dari 3 partikel Film, 10
partikel Fragmen dan 2 partikel Fiber. Partikel mikroplastik yang
paling banyak ditemukan adalah mikroplastik berbentuk Fragmen
dengan jumlah 10 partikel. Mikroplastik bentuk fragmen merupakan
mikroplastik yang memiliki bentuk tidak teratur dan berbentuk
potongan dengan patahan di ujungnya. Sumber mikroplastik fragmen
adalah dari botol-botol plastik, kantong plastik dan patahan plastik
yang keras (Septian et al., 2018). Titik 6 ditemukan 19 partikel
mikroplastik yang terdiri dari 5 partikel bentuk Film, 10 partikel
bentuk Fragmen dan 4 partikel bentuk Fiber. Partikel mikroplastik
yang paling banyak ditemukan adalah partikel berbentuk Fragmen.
Pada titik 5 dan 6 yang berlokasi dekat dengan dermaga, partikel
yang paling banyak ditemukan adalah jenis Fragmen dan yang paling
sedikit ditemukan adalah jenis Fiber. Mikroplastik berbentuk
Fragmen berasal dari patahan kantong - kantong plastik yang bersifat
keras dan kaku baik kantong plastik yang berukuran besar maupun
kecil, seperti botol-botol minuman plastik, sisa-sisa toples yang
terbuang, map mika, kepingan galon, kemasan-kemasan makanan siap
32

saji dan buangan sampah perkantoran (Elsa, 2019). Hal ini sesuai
dengan ditemukannya banyak sampah yang berasal dari botol
minuman plastik juga plastik makanan ringan yang terdapat disekitar
kawasan dermaga. Jenis Fiber paling sedikit ditemukan karena pada
lokasi dermaga tersebut tidak digunakan sebagai pemberhentian kapal
nelayan yang menghasilkan mikroplastik bentuk Fiber dari tali atau
jaring nelayannya. Titik 5 dan 6 sebagian besar digunakan sebagai
jalur kapal penumpang untuk wisata dikawasan pantai.
Dari semua sampel air, mikroplastik yang paling banyak
ditemukan adalah mikroplastik bentuk Fragmen. Mikroplastik bentuk
Fragmen berjumlah 62 partikel. Mikroplastik jenis fragmen adalah
mikroplastik yang berasal dari potongan produk plastik dengan
polimer sintesis yang kuat. Kelimpahan plastik jenis fragmen berasal
dari patahan plastik yang lebih besar (Cole et al., 2011; Dewi et al.,
2015). Jika dilihat dari sampah yang paling banyak ditemukan
mengapung di perairan Pantai Sendang Sikucing adalah sampah yang
berasal dari botol plastik juga plastik makanan kemasan. Hal ini yang
mengakibatkan banyaknya mikroplastik bentuk Fragmen yang
mengontaminasi permukaan perairan di pantai Sendang Sikucing.
Mikroplastik bentuk Film dari semua sampel air berjumlah 47
partikel. mikroplastik jenis film merupakan potongan plastik yang
memiliki lapisan sangat tipis berbentuk lembaran dengan densitas
yang rendah (Dewi et al., 2015; Di & Wang, 2018). Mikroplastik ini
banyak berasal dari potongan dan degradasi dari kantong-kantong
plastik. Mikroplastik film diidentifikasi sebagai polimer polietilen dan
polipropil-ene, yang biasa digunakan dalambungkus plastik dan tas.
Mikroplastik ini mudah hancur dan memiliki
densitas yang rendah. film merupakan polimer plastik sekunder yang
berasal dari fragmentasi kantong plastik atau plastik kemasan dan
memiliki densitas rendah (Azizah et al., 2020). Lokasi pengambilan
sampel yang termasuk dalam kawasan pantai wisata ini
33

menyumbangkan banyak sampah plastik seperti plastik ataupun


kantong kresek. Sampah plastik yang mempunyai densitas rendah
akan lebih mudah mengapung dan terdegradasi dengan bantuan sinar
matahari, sehingga mengakibatkan banyaknya mikroplastik bentuk
Film yang ditemukan pada permukaan perairan pantai Sendang
Sikucing.

Mikroplastik bentuk Fiber dari semua sampel air berjumlah 19


partikel. Mikroplastik fiber yang ditemukan di habitat laut dapat
berasal dari limbah domestic (Browne, 2015). Aktivitas perikanan
merupakan sumber mikroplastik fiber karena sebagian besar jaring
ikan terbuat dari fiber. Mikroplastik jenis fiber bersumber dari tali
perahu yang bersandar pada daerah pasang surut yang mengalami
gesekan kemudian terurai menjadi partikel plastik dengan ukuran yang
sangat kecil di dalam perairan. Sesuai dengan yang dikemukakan
Browne, et al. (2011), mikroplastik jenis fiber berasal dari kain sintetis
yang dapat terlepas akibat pencucian pakaian, jala ikan, bahan baku
industri, alat rumah tangga, kantong plastik yang dirancang untuk
terdegradasi di lingkungan, atau akibat pelapukan produk plastik. Hal
ini sesuai dengan lokasi pengambilan sampel yang sangat dekat
dengan dermaga. banyaknya kapal nelayan yang berlabuh, sehingga
jaring nelayan dan tapi kapal yang berlabuh dapat mengontaminasi
lingkungan sekitar dan terdegradasi menjadi mikroplastik fiber.
34

Tabel 4.1.3 Gambar mikroplastik pada Permukaan Air


Bentuk Gambar Hasil Penelitian Gambar Pembanding
mikroplastik dengan perbesaran 40x10
Fiber

Dokumentasi : (Widianarko &


Gambar 10. Fiber
Hantoro, 2018b)
Film

Dokumentasi : (Widianarko &


Gambar 11. Film
Hantoro, 2018b)
Fragmen

Dokumentasi : (Widianarko &


Gambar 12. Fragmen
Hantoro, 2018b)

Mikroplastik yang mengontaminasi permukaan air di pantai


Sendang Sikucing adalah mikroplastik sekunder. Mikroplastik
sekunder adalah partikel plastik kecil yang dihasilkan dari pemakaian,
sobekkan, abrasi, kerusakan dan degradasi puing-puing plastik besar.
35

Puing-puing diproduksi melalui fragmentasi bahan plastik yang lebih


besar. mikroplastik sekunder merupakan mikroplastik yang berasal
dari fragmentasi dan pengecilan ukuran plastik (EFSA Contam Panel,
2016). Seperti yang terlihat pada permukaan air di pantai Sendang
Sikucing, banyaknya sampah plastik seperti kantong kresek, plastik,
plastik makanan kemasan, mika makanan, botol minuman, tali rafia,
hingga pakaian bekas mengakibatkan timbulnya mikroplastik.
Kontaminasi pada permukaan air dapat terjadi karena sampah plastik
dengan densitas yang lebih rendah akan mudah mengapung ke
permukaan air. Sampah yang mengapung di permukaan air akan lebih
cepat terdegradasi karena dibantu oleh sinar matahari. Tidak hanya
mencemari permukaan air, mikroplastik juga dapat merusak ekosistem
dan biota laut. Mikroplastik juga mempunyai dampak yang bahaya
bagi manusia, hal ini dapat terjadi apabila manusia mengonsumsi biota
laut yang mengandung mikroplastik didalamnya.
4.2.3 Kelimpahan Mikroplastik
Berdasarkan hasil penelitian kelimpahan partikel mikroplastik
tertinggi terdapat pada titik 1 dengan kelimpahan sebesar 0,014
partikel/L. Titik 1 merupakan lokasi pengambilan sampel yang paling
dekat dengan pemukiman warga. Pesisir pantai dari lokasi
pengambilan sampel pada titik 1 digunakan sebagai pembuangan
sampah hasil rumah tangga sehingga teridentifikasi jenis mikroplastik
yang paling banyak ditemukan yaitu fragmen yang diduga berasal dari
botol plastik juga kantong plastik. Menurut (Wibowo, 2020)
mengatakan bahwa partikel mikroplastik berbentuk fragment lebih
mudah ditemukan karena mempunyai massa benda yang rendah
sehingga mengambang diatas permukaan air.
Dalam hal ini, faktor lokasi sampling yang mendekati daratan
sangat mempengaruhi karena sampah berasal dari daratan. Kemudian
terdapat titik 2 yang lokasinya berdekatan dengan titik 1,
menghasilkan kelimpahan mikroplastik sebesar 0,011 partikel/L yang
36

didominasi oleh mikrolastik jenis film yang berasal dari sampah


plastik berupa kantong-kantong plastik Mikroplastik jenis film
merupakan potongan plastik yang memiliki lapisan sangat tipis
berbentuk lembaran dengan densitas yang rendah (Dewi et al., 2015;
Di & Wang, 2018). Mikroplastik ini banyak berasal dari potongan dan
degradasi dari kantong-kantong plastik.. Lokasi yang juga dijadikan
sebagai tempat sampling yaitu titik 3 sampai dengan titik 6. Pada
keempat titik tersebut masing-masing transek di dominasi oleh
mikroplastik jenis fragmen. Berdasarkan Hidalgo-Ruz (2012)
kebanyakan mikroplastik bentuk fragmen memiliki masa jenis yang
rendah sehingga akan mudah mengambang dipermukaan perairan.
Fragmen merupakan serpihan potongan dari plastik yang memiliki
polimer sintesis kuat seperti botol-botol minum dan kemasan plastik
lainnya (Dewi et al. 2015).
Titik 3 dan 4 merupakan lokasi yang digunakan sebagai tempat
wisata yang padat pengunjung. Masing-masing titik menghasilkan
kelimpahan mikroplastik sebesar 0,013 partikel/Ldan 0,012 partikel/L.
Jenis mikroplastik yang paling banyak ditemukan ialah jenis fragmen.
Hal ini disebabkan oleh aktivitas pengunjung yang sering membuang
sampah secara langsung ke laut dengan sengaja. Sedangkan untuk titik
ke 5 dan 6 yang merupakan lokasi yang dekat dengan dermaga
menghasilkan kelimpahan mikroplastik sebesar 0,008 partikel/m 3 dan
0,010 partikel/m3. Keduanya menghasilkan partikel mikroplastik yang
didominasi oleh mikroplastik jenis fragmen juga.
Kelimpahan rata-rata di permukaan air pantai Sendang Sikucing
adalah sebesar 6,296 partikel/L. Kelimpahan mikroplastik pada suatu
daerah tidak dapat dinyatakan secara pasti atau berubah-ubah. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Moore et al. (2011) bahwa kelimpahan
mikroplastik pada suatu daerah tidak dapat dipastikan jumlahnya
karena terus menerus mengalami perubahan diantaramya karena
adanya beberapa faktor seperti cuaca, curah hujan, dan angin dimana
37

angin dapat menyebabkan distribusi plastik mengalami perubahan


setiap saat sehingga menimbulkan terjadinya kelimpahan dan
pencampuran mikroplastik secara vertikal.

No. Lokasi Kelimpahan mikroplastik


(partikel/L)
1. Titik 1 0,014
2. Titik 2 0,011
3. Titik 3 0,013
4. Titik 4 0,012
5. Titik 5 0,008
6. Titik 6 0,010
Tabel 4.1.4 total kelimpahan mikroplastik pada tiap lokasi

Hasil analisis mikroplastik pada permukaan air di pantai Sendang


Sikucing Kendal ditemukan tiga jenis mikroplastik yaitu film,
fragmen dan fiber. fragmen merupakan pecahan dari plastik yang
berukuran lebih besar. Fiber berbentuk tipis dan panjang seperti serat
sintesis. Untuk bentuk partikel film juga berasal dari pecahan plastik
yang sangat tipis. Pola kelimpahan mikroplastik yang ditemukan antar
lokasi pada penelitian iniyaitu fragment > film > fiber.

0.008
0.007
0.006
0.005
0.004
0.003
0.002
0.001
0
Transek 1 Transek 2 Transek 3 Transek 4 Transek 5 Transek 6
Fragmen Fiber Film

Gambar 13. Perbandingan Kelimpahan Bentuk Mikroplastik


38

Pencemaran yang bersumber dari mikroplastik merupakan salah


satu permasalahan global. Sampah plastik yang masuk ke laut baik
secara sengaja maupun tidak disengaja dan akan terdegradasi menjadi
mikroplastik. Ukuran mikroplastik yang kecil cenderung mudah
termakan oleh organisme laut secara tidak sengaja seperti zooplankton
(Mardiyana & Kristiningsih, 2020). Mikroplastik masuk ke
zooplankton secara tidak sengaja disebabkan sifat dari zooplankton
dalam mencari makan yaitu dengan menyaring (filter feeding) lalu
akan keluar melalui fesesnya dan proses masuknya berlangsung dalam
hitungan jam. Kelimpahan mikroplastik pada permukaan air dapat
mempengaruhi keberadaan zooplankton. Hal ini karena mikroplastik
yang masuk ke dalam tubuh zooplankton menyebabkan sistem
reproduksinya terganggu, sehingga kemampuan bertelur zooplankton
semakin berkurang dan berdampak pada tingkat penetasannya yang
semakin mengecil contohnya pada Copepoda (Eltemsah & Bøhn,
2019).
Berdasarkan data penelitian yang dilakukan oleh Yuliana dan
Fasmi Ahmad 2017, penelitian di perairan Teluk Buli ditemukan 33
jenis zooplankton. Jenis-jenis yang didapatkan pada semua lokasi
pengamatan adalah Siphonophora, Chaetognatha, Evadne, Calanoida
(Copepoda), Cyclopoida (Copepoda), Oikopleura, Pilidinium,
Polychaeta, Ophiopluteus, Bivalvia, Creseis, dan Gastropoda.
Penelitian yang dilaksanakan di perairan Teluk Buli Halmahera Timur
dibagi menjadi 5 stasiun. Kelimpahan tertinggi ditemukan pada
stasiun 5 (19.321,61 partikel/L) dan terendah (4.567,84 partikel/L)
pada stasiun 3. Kelimpahan tertinggi pada stasiun 5 disebabkan oleh
parameter fisika-kimia yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan zooplankton pada stasiun ini. Ketersediaan makanan
yang cukup dan sesuai sangat mempengaruhi pertumbuhan
zooplankton. Stasiun 5 ditemukan jumlah kelimpahan fitoplankton
39

yang cukup, sehingga mengakibatkan zooplankton dapat tumbuh


dengan baik. Kelimpahan Fitoplankton yang ditemukan pada stasiun 5
sebesar 48.148,15 partikel/L. stasiun 3 disebabkan nilai pH yang
rendah, pada stasiun ini nilai pH yang terukur adalah 3,65. Nilai pH
yang rendah tersebut mengakibatkan zooplankton tidak dapat tumbuh
dengan baik. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Effendi
(2004) bahwa nilai pH < 5,5 mengakibatkan terjadinya penurunan
kelimpahan total dan biomassa zooplankton. Mikroplastik yang
termakan oleh zooplankton tidak hanya memberikan dampak pada
zooplankton itu sendiri, tetapi juga terhadap ekosistem laut (Yuliana
& Ahmad, 2017). Hal ini dikarenakan zooplankton memiliki peran
penting dalam ekologi sebagai makanan utama bagi biota-biota
karnivora kecil seperti larva udang, larva bivalvia, dan ikan-ikan kecil.
Zooplankton (planktonic organisms) yang memakan mikroplastik
dapat termakan oleh udang yang merupakan organisme satu tingkat
trofik yang lebih tinggi sehingga dampaknya akan terjadi transfer
mikroplastik (trophic transfer) memungkinkan terjadinya akumulasi
dalam jaring makanan. Kelimpahan mikroplastik di kolom air akan
menentukan bioavailabilitas mikroplastik pada zooplankton yang
kemudian akan memungkinkan terjadinya transfer mikroplastik untuk
organisme tingkat tinggi (predator) (Lima, Costa, & Barletta, 2014).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada permukaan
air di pantai Sendang Sikucing dapat disimpulkan bahwa :
5.1.1 Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan tiga bentuk partikel
mikroplastik yang mencemari permukaan air di pantai Sendang
Sikucing, Kendal yaitu mikroplastik bentuk Fiber, Fragmen dan
Film. Partikel yang paling banyak ditemukan adalah bentuk
Fragmen
5.1.2 Kelimpahan mikroplastik permukaan air di pantai Sendang
Sikucing yaitu 6,296 partikel/L. Kelimpahan tertinggi terdapat
pada titik 1 yaitu 0,014 partikel/L. Kelimpahan mikroplastik
paling rendah yaitu pada titik 5 sebesar 0,008 partikel/L.
Kelimpahan mikroplastik yang tinggi dapat mempengaruhi
keberadaan zooplankton menjadi rendah.
5.1.3 Hasil penelitian dapat di implementasikan pada pembelajaran
biologi SMA kelas X berupa LKPD pada materi pencemaran
lingkungan.

5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka disarankan :
5.2.1 Melakukan penelitian lanjutan menggunakan metode Fourier
Transform Infrared Spectroscopy (FTIR) yang memiliki
kegunaan untuk menganalisis dan mengetahui kandungan yang
terdapat dalam setiap partikel mikroplastik serta klasifikasinya
5.2.2 Perlu pemahaman dan ketelitian yang tinggi terkait jenis
mikroplastik fiber, film, fragmen, dan pelet untuk mencegah
kesalahan dalam identifikasi mikroplastik.
41

5.2.3 Dilakukan uji coba pada sampel biota sehingga dapat diketahui
apakah mikroplastik dapat berdampak pada rantai makanan
dalam ekosistem
5.2.4 Perairan serta penelitian lanjutan terkait dampak mikroplastik
terhadap kelangsungan biota.
DAFTAR PUSTAKA

Adisaputra, M. W. (2021). Kandungan Mikroplastik Pada Ikan Kandungan


Mikroplastik Pada Ikan Bawis (Siganus Canaliculatus) Dan Ikan Kembung
(Rastrelliger kanagurta) Di Perairan Bontang. Jurnal Ilmiah BioSmart (JIBS),
1(1), 1–11. https://doi.org/10.30872/jibs.v1i1.412

Anggraini, W., Anwar, Y., & Madang, K. (2016). Pengembangan Lembar Kerja
Peserta Didik (LKPD) Berbasis Learning Cycle 7E Materi Sistem Sirkulasi
Pada Manusia Untuk Kelas XI SMA. Jurnal Pembelajaran Biologi: Kajian
Biologi Dan Pembelajarannya, 3(1), 49–57.

Ariani, D., & Meutiawati, I. (2020). Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik
(Lkpd) Berbasis Discovery Learning Pada Materi Kalor Di Smp. Jurnal Phi;
Jurnal Pendidikan Fisika Dan Fisika Terapan, 1(1), 13.
https://doi.org/10.22373/p-jpft.v1i1.6477

Azizah, P., Ridlo, A., & Suryono, C. A. (2020). Mikroplastik pada Sedimen di
Pantai Kartini Kabupaten Jepara Jawa Tengah. Journal of Marine Research,
9(3), 326–332. https://doi.org/10.14710/jmr.v9i3.28197

Biologi, J., Matematika, F., Alam, P., & Sepuluh, I. T. (2015). 15619-ID-potensi-
isolat-bakteri-pseudomonas-sebagai-pendegradasi-plastik. 4(2), 67–70.

Dalam, P. H., & Ekonomi, P. (n.d.). Bahan Ajar Non-Cetak: Bahan Ajar Non-
Cetak. http://bahanajarnon-cetakanisfadhilah.blogspot.com/2014/06/bahan-
ajar-non-cetak.html

Dan, R. P. P. (n.d.). Evaluasi Oleh :

Di, B., & Ujung, P. (2020). Jurnal Pasir Laut Jurnal Pasir Laut. 4(1), 16–21.

Elsa, S. P. (2019). Jenis dan kepadatan mikroplastik di kawasan pantai desa


manggung kota pariaman provinsi sumatera barat. Fakultas Perikanan Dan
Kelautan, 0–9.

Fairuz, F. R., Fajriah, N., & Danaryanti, A. (2020). Pengembangan Lkpd Materi
Pola Bilangan Berbasis Etnomatematika Sasirangan Di Kelas Viii Sekolah
Menengah Pertama. EDU-MAT: Jurnal Pendidikan Matematika, 8(1), 29–
38. https://doi.org/10.20527/edumat.v8i1.8343

Firdaus, M., & Wilujeng, I. (2018). Pengembangan LKPD inkuiri terbimbing


untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar peserta
didik. Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 4(1), 26–40.
https://doi.org/10.21831/jipi.v4i1.5574

42
43

Friedl, R., & Fantz, U. (2014). Fundamental studies on the Cs dynamics under ion
source conditions. Review of Scientific Instruments, 85(2), 46–56.
https://doi.org/10.1063/1.4830215

Ismi, H., Amalia, A. R., Sari, N., Gesriantuti, N., & Badrun, Y. (2019). Dampak
Mikroplastik Terhadap Makrozoobentos ; Suatu Ancaman bagi Biota di
Sungai Siak, Pekanbaru. Prosiding Sains Tekes, 1(2015), 92–104
.
Joesidawati, M. I. (2018). Pencemaran mikroplastik di sepanjang pantai
kabupaten Tuban. Seminar Nasional Hasil Penelitian Dan Pengabdian
Masyarakat 3, September, 7–15.

Lestari, C. S., & Nurdiansyah, S. I. (2019). Identifikasi dan Kepadatan


Mikroplastik pada Sedimen di Mempawah Mangrove Park ( MMP )
Kabupaten Mempawah , Kalimantan Barat. 2(October), 96–101.

Lolodo, D., & Nugraha, W. A. (2020). Mikroplastik Pada Bulu Babi Dari Rataan
Terumbu Pulau Gili Labak Sumenep. Jurnal Kelautan: Indonesian Journal
of Marine Science and Technology, 12(2), 112–122.
https://doi.org/10.21107/jk.v12i2.6267

Lusher, A., Hollman, P., & Mandoza-Hill, J. (2017). Microplastics in fisheries and
aquaculture. In FAO Fisheries and Aquaculture Technical Paper (Vol. 615,
Issue July). FOOD AND AGRICULTURE ORGANIZATION OF THE
UNITED NATIONS.

Mardiyana, M., & Kristiningsih, A. (2020). Dampak Pencemaran Mikroplastik di


Ekosistem Laut terhadap Zooplankton : Review. Jurnal Pengendalian
Pencemaran Lingkungan (JPPL), 2(1), 29–36.
https://doi.org/10.35970/jppl.v2i1.147

Mauludy, M. S., Yunanto, A., & Yona, D. (2019). Microplastic Abundances in the
Sediment of Coastal Beaches in Badung, Bali. Jurnal Perikanan Universitas
Gadjah Mada, 21(2), 73. https://doi.org/10.22146/jfs.45871

Ningrum, P. S. (2019). INTERAKSI LOGAM BERAT Cu PADA SURFACE


MIKROPLASTIK DI PERAIRAN MUSI PROVINSI SUMATERA
SELATAN SKRIPSI. Skripsi.

Ninla Elmawati Falabiba. (2019). 済無 No Title No Title No Title. 14–65.


Purba, N. P., Pranowo, W. S., Simanjuntak, S. M., Faizal, I., Jasmin, H. H.,

Handyman, D. I. W., & Mulyani, P. G. (2019). Lintasan sampah mikro plastik di


kawasan konservasi perairan Nasional Laut Sawu, Nusa Tenggara Timur.
Depik, 8(2), 125–134. https://doi.org/10.13170/depik.8.2.13423
44

Septian, F. M., Purba, N. P., Agung, M. U. K., Yuliadi, L. P. S., Akuan, L. F., &
Mulyani, P. G. (2018). Sebaran Spasial Mikroplastik di Sedimen Pantai
Pangandaraan, Jawa Barat. In Journal Geomaritim Indonesia (Vol. 1, Issue
1, pp. 1–8).

Tunggul, A., Haji, S., Rahadi, B., & Firdausi, N. T. (n.d.). Analisis Kelimpahan
Mikroplastik Pada Air Permukaan di Sungai Metro , Malang Analysis of
Abundance Microplastic in Surface Water in Metro River , Malang. 8, 74–
84.

Widianarko, B., & Hantoro, I. (2018a). Mikroplastik Mikroplastik dalam Seafood


Seafood dari Pantai Utara Jawa.

Widianarko, B., & Hantoro, I. (2018b). Mikroplastik Mikroplastik dalam Seafood


Seafood dari Pantai Utara Jawa. In Unika Soegijapranata. Semarang.

Yudhantari, C. I., Hendrawan, I. G., & Ria Puspitha, N. L. P. (2019). Kandungan


Mikroplastik pada Saluran Pencernaan Ikan Lemuru Protolan (Sardinella
Lemuru) Hasil Tangkapan di Selat Bali. Journal of Marine Research and
Technology, 2(2), 48. https://doi.org/10.24843/jmrt.2019.v02.i02.p10

Yuliana, Y., & Ahmad, F. (2017). Komposisi Jenis dan Kelimpahan Zooplankton
di Perairan Teluk Buli, Halmahera Timur. Agrikan: Jurnal Agribisnis
Perikanan, 10(2), 44. https://doi.org/10.29239/j.agrikan.10.2.44-50
45

LAMPIRAN
46

Lampiran 1. Kondisi Perairan pantai Sendang sikucing

Kondisi perairan dekat pemukiman warga

Kondisi perairan kawasan wisata

Kondisi perairan dekat dermaga


47

Lampiran 2. Alat dan Bahan


a. Alat

Beaker glass Erlenmeyer

Corong Tabung reaksi

Pipet tetes Pinset


48

Cawan petri Alumunium foil

Label Kertas saring

Mikroskop binokuler Cutter dan gunting


49

Inkubator Botol sampel

Gayung
50

b. Bahan

Sampel air H2SO4

H2O2 Aquades
51

Lampiran 3. Preparasi sampel

Penyaringan sampel air Pembuatan larutan H202 30%

Pembuatan larutan H2SO4 30% Pencampuran H2SO4 30% pada


sampel air
52

Pencampuran H202 30% pada Penutupan sampel air


sampel air (perairan dekat dermaga)

Penutupan sampel air Penutupan sampel air


(perairan kawasan wisata) (perairan pemukiman)
53

Proses inkubasi 1x24 jam Proses penyaringan setelah


inkubasi

Kertas hasil penyaringan Proses pengamatan menggunakan


mikroskop binokuler 40x10
54

Lampiran 4 Dokumentasi mikroplastik yang ditemukan pada sampel


a. Titik 1-2 (dekat pemukiman warga)

Fiber, fragmen Film

Fiber, fragmen Fragmen


55

Fragmen Fiber

Film Fiber
56

Fiber Film

Fiber, fragmen Film, fragmen


57

Fragmen Fragmen

Fragmen Fiber
58

Fiber Film

Fiber
59

b. Titik 3-4 (kawasan wisata)

Film Film

Film Film
60

Fragmen Fragmen

Film Fiber
61

Fiber Film

Fragmen, film Fiber


62

Film Fiber

Film Film, fragmen


63

Film Film, fragmen

Film Fiber
64

c. Titik 5-6 (dekat dermaga)

Fragmen Film
Fiber Film

Film Fiber
65

Fiber Fiber

Fragmen Film

Fiber Fragmen
66
67

Lampiran 5. Analisis Data Kelimpahan Mikroplastik pada Permukaan air


a. Mikroplastik pada Titik 1 (dekat pemukiman warga)
 Mikroplastik Bentuk Fragmen
14
Kelimpahan =
1800
= 0,007 partikel/L
 Mikroplastik Bentuk Fiber
5
Kelimpahan =
1800
= 0,003 partikel/L
 Mikroplastik Bentuk Film
7
Kelimpahan =
1800
= 0,004 partikel/L

Total Kelimpahan Mikroplastik pada titik 1 = 0,007 + 0,003 + 0,004


= 0,014 partikel/L
b. Mikroplastik pada Titik 2 (dekat pemukiman warga)
 Mikroplastik Bentuk Fragmen
6
Kelimpahan =
1800
= 0,003 partikel/L
 Mikroplastik Bentuk Fiber
3
Kelimpahan =
1800
= 0,002 partikel/L
 Mikroplastik Bentuk Film
11
Kelimpahan =
1800
= 0,006 partikel/L

Total Kelimpahan Mikroplastik pada titik 2 = 0,003 + 0,002 + 0,006


= 0,011 partikel/L
68

c. Mikroplastik pada Titik 3 (kawasan wisata)


 Mikroplastik Bentuk Fragmen
12
Kelimpahan =
1800
= 0,006 partikel/L
 Mikroplastik Bentuk Fiber
2
Kelimpahan =
1800
= 0,001 partikel/L
 Mikroplastik Bentuk Film
11
Kelimpahan =
1800
= 0,006 partikel/L

Total Kelimpahan Mikroplastik pada titik 3 = 0,006 + 0,001 + 0,006


= 0,013 partikel/L
d. Mikroplastik pada Titik 4 (kawasan wisata)
 Mikroplastik Bentuk Fragmen
10
Kelimpahan =
1800
= 0,005 partikel/L
 Mikroplastik Bentuk Fiber
3
Kelimpahan =
1800
= 0,002 partikel/L
 Mikroplastik Bentuk Film
10
Kelimpahan =
1800
= 0,005 partikel/L

Total Kelimpahan Mikroplastik pada titik 4 = 0,005 + 0,002 + 0,005


69

= 0,012 partikel/L

e. Mikroplastik pada Titik 5 (dekat dermaga)


 Mikroplastik Bentuk Fragmen
10
Kelimpahan =
1800
= 0,005 partikel/L
 Mikroplastik Bentuk Fiber
2
Kelimpahan =
1800
= 0,001 partikel/L
 Mikroplastik Bentuk Film
3
Kelimpahan =
1800
= 0,002 partikel/L

Total Kelimpahan Mikroplastik pada titik 5 = 0,005 + 0,001 + 0,002


= 0,008 partikel/L
f. Mikroplastik pada Titik 6 (dekat dermaga)
 Mikroplastik Bentuk Fragmen
10
Kelimpahan =
1800
= 0,005 partikel/L
 Mikroplastik Bentuk Fiber
4
Kelimpahan =
1800
= 0,002 partikel/L
 Mikroplastik Bentuk Film
5
Kelimpahan =
1800
= 0,003 partikel/L
70

Total Kelimpahan Mikroplastik pada titik 6 = 0,005 + 0,002 + 0,003


= 0,010 partikel/L

Total kelimpahan mikroplastik pada sampel


Titik 1 (dekat pemukiman warga) = 0,014 partikel/L
Titik 2 (dekat pemukiman warga) = 0,011 partikel/L
Titik 3 (kawasan wisata) = 0,013 partikel/L
Titik 4 (kawasan wisata) = 0,012 partikel/L
Titik 5 (dekat dermaga) = 0,008 partikel/L
Titik 6 (dekat dermaga) = 0,010 partikel/L+
0,068 partikel/L
0,068
Rata-rata kelimpahan mikroplastik = = 6,296 partikel/L
10800
71

Lampiran 6. Lembar validasi ahli materi


Lembar Validasi
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas


Mata Pelajaran : Biologi
Kelas/ Semester : X/ 2
Materi Pokok : Pencemaran Lingkungan

A. Petunjuk Pengisian
1. Mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk memberikan penilaian sesuai
dengan skala penelitian yang telah tersedia, dengan memberi tanda
ceklis (√) pada tabel yang sudah disediakan.
2. Jika Bapak/ Ibu menganggap perlu adanya revisi mohon memberi butir
revisi pada bagian saran atau menuliskan langsung pada naskah yang
divalidasi

B. Penilaian
Aspek Kriteria Penilaian Skor Keterangan
Penilaian 1 2 3 4
Desain Desain cover LKPD menarik √
(segi gambar, tulisan, warna)
Desain cover LKPD terdapat √
judul materi
Desain cover LKPD terdapat √
kolom identitas pemilik
Desain cover LKPD √
menggunakan jenis dan ukuran
font yang proporsional
Ketepatan Kesesuaian materi dengan √
72

Materi kompetensi dasar


Kesesuaian materi dengan tujuan √
pembelajaran
Kebenaran materi yang disajikan √
Keterhubungan materi dengan √
tema
Penggunaan Kemampuan LKPD memberikan √
LKPD dalam pengalaman pada siswa untuk
pembelajaran menemukan konsep
Kejelasan penggunaan petunjuk √
lembar kerja
Keberadaan tabel yang memuat √
data hasil pengamatan mudah
dipahami
Bahasa dan Kesesuaian penggunaan bahasa √
Tulisan dengan tingkat perkembangan
siswa
Keefektifan dan efisiensi bahasa √
Komunikatif atau mudah √
dipahami
Kejelasan struktur kalimat √
Kalimat yang digunakan tidak √
menimbulkan makna ganda
Kesesuaian Kesesuaian tingkat kesulitan √
tingkat dengan perkembangan kognitif
kesulitan siswa SMA/MA Kelas X
dengan
perkembangan
kognitif siswa
SMA/MA
73

Kelas X

Kriteria Penilaian Kevalidan:


4 : Sangat Sesuai
3 : Sesuai
2 : Kurang Sesuai
1 : Tidak Sesuai
C. Saran Perbaikan
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
D. Kesimpulan
Keterangan
LKPD layak digunakan tanpa revisi
LKPD layak digunakan dengan revisi sesuai saran √
LKPD tidak layak digunakan

Semarang, 10 November 2021

Validator

Fibria Kaswinarni, M.Si


NIP/NPP. 088101209
74
75
76
77

ampiran 7. Lembar validasi ahli media


Lembar Validasi Aspek Media
Implementasi LKPD

Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas


Mata Pelajaran : Biologi
Kelas/ Semester : X/ 2
Materi Pokok : Pencemaran Lingkungan

A. Petunjuk Pengisian
1. Mohon Bapak/ Ibu berkenan memeberikan penilaian sengan memberi
nilai sesuai dengan skala penelitian yang telah tersedia, dengan memberi
tanda ceklis (√) pada tabel yang sudah disediakan.
2. Jika Bapak/ Ibu menganggap perlu adanya revisi mohon memeberi butir
revisi pada bagian saran atau menuliskan langsung pada naskah yang
divalidasi
3. Setelah selesai mengisi penilaian, diharapkan Bapak/Ibu menuliskan
nama, NIP, serta tanda tangan Bapak/Ibu pada bagian yang tersedia
B. Penilaian

Aspek Kriteria Penilaian Skor Ket.


Penilaian 1 2 3 4
Desain Desain cover menarik (segi √
Cover gambar, tulisan, warna)
Desain cover terdapat judul √
materi
Penampilan unsur tata letak √
pada cover secara harmonis
memiliki kesatuan dan
konsisten
Cover tidak menggunakan √
terlalu banyak kombinasi huruf
Ilustrasi Isi Kejelasan materi dengan √
gambar
78

Kutipan mencantumkan sembar √


yang jelas
Gambar jelas, dan membantu √
penjelasan materi
Desain Konsisten penempatan tata letak √
dengan jarak antar paragraph
Buku
serta spasi
Tidak menggunakan terlalu √
banyak jenis huruf
Ukuran huruf yang digunakan √
sesuai
Gambar yang ditampilkan jelas √
dan ukurannya tidak terlalu
besar atau terlalu kecil
Tulisan mudah dibaca √
Keefektifan Gambar ditempatkan pada √
tempat yang sesuai
Media
Kualitas media sudah √
memenuhi kriteria media
pembelajaran
Kemudahan dalam penggunaan √
media LKPD
Media dapat digunakan √
diberbagai tempat, waktu, dan
keadaan
Media bersifat menyenangkan, √
dan memudahkan pemahaman
siswa pada materi

Kriteria Penilaian Kevalidan:


4 : Sangat Sesuai
3 : Sesuai
2 : Kurang Sesuai
1 : Tidak Sesuai

C. Saran Perbaikan
Analisis masalah LKPD diupayakan berita terbaru tentang informasi
mikroplastik yang terdapat pada kemasan galon/isi ulang, serta jelaskan
dengan gambar alur proses mikroplastik dalam tubuh dan bahayanya bagi
kesehatan tubuh.
79

D. Kesimpulan
Keterangan
Sangat layak, tidak perlu direvisi
Layak, tidak perlu direvisi √
Kurang, perlu direvisi
Tidak layak digunakan
*) Centang salah satu
Semarang, 28 Oktober 2021

Validator

Jumlah : 60
Presentase : 88%
Kategori : sangat layak
80
81
82
83

Lampiran 8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Mata Biologi Kelas/Semester X/2


Pelajaran
Materi Lingkungan (Perubahan Alokasi Waktu 1 JP × 45 menit
Pokok lingkungan) (1× pertemuan)
Kompetensi 3.11 Menganalisis data perubahan lingkungan, penyebab dan
Dasar dampaknya bagi kehidupan (C4)

Indikator 3.11.1 Menjelaskan konsep perubahan lingkungan (C1)


Pencapaian 3.11.2 Mendeskripsikan jenis-jenis polutan (C2)
Kompetensi 3.11.3 Menganalisis penyebab perubahan lingkungan dalam
(IPK) kehidupan (C3)
3.11.4 Menganalisis dampak perubahan lingkungan bagi
kehidupan (C4)
3.11.5 Memecahkan upaya pencegahan perubahan lingkungan
(C4)

A. Tujuan Pembelajaran
Melalui kegiatan pembelajaran dengan pendekatan Saintifik menggunakan
metode diskusi dan eksperimen serta model Problem Based Learning
(PBL) peserta didik diharapkan mampu:1) menjelaskan konsep perubahan
lingkungan, 2) mendeskripsikan jenis-jenis polutan, dan 3) menganalisis
penyebab dan dampak akibat perubahan lingkungan, serta 4) memecahkan
upaya pencegahan perubahan lingkungan, sehingga peserta didik dapat
membangun kesadaran akan kebesaran Tuhan YME, menumbuhkan
prilaku disiplin, jujur, aktif, responsif, santun, bertanggung jawab dan
penuh rasa ingin tahu.
B. Langkah Pembelajaran
1. Pertemuan ke-1 (1x45 menit) Waktu
Kegiatan Pendahuluan 5 menit
Orientasi:
 Guru membuka pertemuan mengucap salam dengan
penuh syukur dan santun.
84

 Guru meminta ketua kelas memimpin doa dengan


tertib
Apersepsi :
 Guru menampilkan gambar-gambar mengenai
perubahan lingkungan
 Guru membuat kaitan antara materi sebelumnya
(ekosistem) dengan materi yang akan dipelajari.
a. Apa saja komponen ekosistem?
b. Apa saja interaksi antar komponen?

Motivasi:
 Guru memotivasi peserta didik dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan berikut:
a. Apa yang terjadi dengan lingkungan pada
gambar?
b. Mengapa bisa terjadi hal yang tampak seperti
pada gambar?
Memberikan Acuan:
 Guru menyampaikan gambaran kegiatan
pembelajaran dengan santun.
a. Polutan penyebab polusi.
b. Materi akan dipelajari melalui kegiatan diskusi
dan eksperimen, dan diakhir pembelajaran
diadakan evaluasi post test.
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, model pembelajaran
dan Teknik penilaian yang akan digunakan dengan sabar dan
tekun.

Kegiatan Inti 30 menit


(Model Problem Based Learning (PBL)
(Pendekatan saintifik)
1. Orientasi Peserta Didik Pada Masalah Peserta didik
memperhatikan guru saat mengorientasikan wacana
“Mikroplastik pada galon air minum isi ulang” dan
peserta didik mencermati isi wacana kemudian
mengidentifikasi masalah-masalah yang terdapat
dalam wacana. Peserta didik mengajukan pertanyaan
apabila terdapat hal-hal yang belum dimengerti
dengan seksama, percaya diri dan santun.
2. Mengorganisasikan Peserta Didik Untuk Belajar
85

 Peserta didik mengajukan pertanyaan apabila


terdapat hal yang belum dimengerti
denganmengacungkan tangan terlebih dahulu
dengan sopan.
 Peserta didik dikelompokan secara heterogen
menjadi 3 kelompok tiap kelompok terdiri dari 3
orang, kemudian peserta didik duduk
berkelompok agar dapat bekerjasama.
Selanjutnya guru membagi LKPD kepada tiap-
tiap kelompok.
3. Membimbing Penyelidikan Individu Maupun
Kelompok
 Peserta didik merumuskan masalah berdasarkan
indikator dan wacana yang disajikan dengan
tekun.
 Peserta didik menyusun hipotesis dengan
menyampaikan gagasannya, dan peserta didik
lain mendengarkan dengan baik.
 Masing-masing kelompok diberi kesempatan
melakukan percobaan (eksperimen) dibimbing
oleh guru dengan disiplin.
 Peserta didik mengorganisasikan data hasil
percobaan, menganalisis data dan membuat
kesimpulan dibimbing oleh guru dengan tekun.
4. Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya
 Perwakilan kelompok mempresentasikan hasil
percobaan berdasarkan data pada LKPD didepan
kelas dengan percaya diri, tekun dan santun.
5. Menganalisis dan Mengevaluasi Proses Pemecahan
Masalah
 Guru memonitor kegiatan presentasi kelompok
dan memberi umpan balik terhadap jawaban
pertanyaan maupun pendapat yang disampaikan
peserta didik dengan mengacu pada LKPD.
 Guru mengevaluasi proses pemecahan masalah
yang telah dipaparkan oleh masing-masing
kelompok.

Kegiatan Penutup: 10 menit


Rangkuman dan Refleksi: 1) Peserta didik menyimpulkan
86

hasil diskusi sesuai permasalahan yang telah dibahas dengan


percaya diri. 2) peserta didik melakukan post test untuk
mengukur pemahaman peserta didik terhadap keseluruhan
materi mengacu pada LKPD dengan jujur dan tekun.
Tindak Lanjut: 1) Peserta didik mencatat penjelasan guru
tentang tugas tindak lanjut untuk pertemuan selanjutnya
dengan cermat. 2) Guru menyampaikan rencama kegiatan
pada pertemuan selanjutnya yaitu Ujian Akhir Semester. 3)
Ketua kelas memimpin doa kemudian dilanjutkan dengan
menjawab salam dengan penuh rasa syukur dan santun

Penilaian :
1. Penilaian tertulis melalui soal pencemaran
lingkungan
2. Penilaian sikap peserta didik selama pembelajaran

Catatan/rekomendasi :

Mengetahui,

Kepala Sekolah
87

Lampiran 9. Lembar kerja peserta didik


LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK

Mata Pelajaran : Biologi

Kelas/Semester : X / II (Genap)

Tema : Pencemaran Lingkungan

A. Kompetensi Dasar

3.11 Menganalisis data perubahan lingkungan, penyebab, dan dampaknya bagi


kehidupan
4.11 Merumuskan gagasan pemecahan masalah perubahan lingkungan yang terjadi di
lingkungan sekitar

B. Indikator

3.11.1 Menjelaskan konsep perubahan lingkungan

3.11.2 mendeskripsikan jenis-jenis polutan

3.11.3 Menjelaskan penyebab perubahan lingkungan dalam kehidupan

3.11.4 Menganalisis dampak perubahan lingkungan bagi kehidupan

3.11.5 Memecahkan upaya pencegahan perubahan lingkungan


88

C. Tujuan Pembelajaran

Siswa dapat menganalisis menjelaskan konsep perubahan lingkungan, mampu


mendeskripsikan jenis polutan, menjelaskan penyebab perubahan lingkungan,
menganalisis perubahan lingkungan serta memecahkan upaya pencegahan perubahan
lingkungan.

D. Materi Pokok

1. Pengertian pencemaran lingkungan

Pencemaran lingkungan adalah perubahan besar pada kondisi lingkungan


akibat adanya perkembangan ekonomi dan teknologi. Perubahan kondisi
tersebut melebihi batas ambang dari toleransi ekosistem sehingga
meningkatkan jumlah polutan di lingkungan. Pencemaran lingkungan
terjadi karena adanya makhluk hidup, zat, energi atau komponen lain yang
masuk ke dalam lingkungan sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke
tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak
dapat berfungsi lagi sesuai peruntukannya. Ada dua jenis bahan dalam
pencemaran:

 Degradable, yaitu polutan yang dapat diuraikan kembali atau dapat


diturunkan sifat bahayanya ke tingkat yang dapat diterima oleh
proses alam. Contohnya adalah kotoran manusia atau hewan dan
limbah tumbuhan.
89

 Non-Degradable, yaitu polutan yang tidak dapa diuraikan oleh


kemampuan proses alam itu sendiri. Contohnya merkuri, timah
hitam, arsenik, dan lain-lain.

2. Jenis-jenis polutan
Adapun jenis-jenis polutan diantaranya ialah pencemaran udara,
pencemaran air, pencemaran tanah dan pencemaran suara.

a. Pencemaran Udara
Pencemar udara dapat berupa gas dan partikel. Contohnya
sebagai berikut: Gas HzS. Gas ini bersifat racun, terdapat di
kawasan gunung berapi, bisa juga dihasilkan dari pembakaran
minyak bumi dan batu bara. Gas CO dan COz. Karbon monoksida
(CO) tidak berwarna dan tidak berbau, bersifat racun, merupakan
hasil pembakaran yang tidak sempurna dari bahan buangan mobil
dan mesin letup. Gas COZ dalam udara murni berjumlah 0,03%.
Bila melebihi toleransi dapat mengganggu pernapasan, sumber
pencemaran udara lainnya yaitu:
- Oksida karbon : CO dan CO2. Dihasilkan dari proses pernafasan
dan pembusukan bahan organik.
- Oksida belerang : SO dan SO3. Berasal dari pabrik dan
pembakaran fosil.
- Oksigen nitrogen : NO, (NO2), N2O. Gas nitrogen ini sangat
dibutuhkan oleh makhluk hidup sebagai bahan untuk
membangun protein. Jika gas ini bereaksi dengan air maka akan
membentuk sebuah senyawa asam.
- Komponen organik volatile: metan (CH4), benzene (C6h6),
Klorofluoro karbon (CFC), dan kelompok bromin
- Suspensi partikel: debu tanah, dioksin, logam, asam sulfat, dan
lain-lain
- Suara: kendaraan bermotor, mesin industri, pesawat, dan lain-
lain
90

Dampak dari pencemaran udara sendiri adalah Hujan asam,


Perubahan cuaca yang ekstrim Penipisan ozon, Peningkatan
kasus kerusakan mata hingga Kanker kulit.
b. Pencemaran air
Polusi air dapat disebabkan oleh beberapa jenis pencemar
sebagai berikut: Pembuangan limbah industri, sisa insektisida, dan
pembuangan sampah domestik, misalnya, sisa detergen mencemari
air. Buangan industri seperti Pb, Hg, Zn, dan CO, dapat
terakumulasi dan bersifat racun. Bila terjadi pencemaran di air,
maka terjadi akumulasi zat pencemar pada tubuh organisme air.
Akumulasi pencemar ini semakin meningkat pada organisme
pemangsa yang lebih besar. Sumber lainnya yaitu:
- Bahan Anorganik: Timbal (Pb), arsenik (As), kadmium (Cd),
merkuri (Hg), kromium (Cr), nikel (Ni), kalsium (Ca),
magnesium (Mg), dan kobalt (Co)
- Bahan Kimia: Pewarna tekstil, pestisida, dan lain – lain
- Bahan Organik: Berbentuk limbah yang dapat diuraikan oleh
mikroba yang akan memicu meningkatkan populasi
mikroorganisme di dalam air
- Cairan Berminyak

Dampaknya: Media penyebaran penyakit, Peningkatan alga dan


eceng gondok, Menurunkan kadar oksigen dalam air hingga
mengganggu organisme di perairan, Mengganggu pernapasan karena
bau yang menyengat

c. Pencemaran tanah
Pencemaran tanah Pencemaran tanah disebabkan oleh
beberapa jenis pencemaran berikut ini : Sampah-sampah plastik
yang sukar hancur, botol, karet sintesis, pecahan kaca, dan kaleng.
Detergen yang bersifat non bio degradable
91

(secara alami sulit diuraikan). Zat kimia dari buangan pertanian,


misalnya insektisida. Sumber lainnya:
- Bahan logam: mangan (Mn), besi (Fe), aluminium (Al), timbal
(Pb), merkuri (Hg), seng (Zn). asenik (As), dan lain – lain
- Bahan kimia organik: pestisida (insektisida, herbisida, dan
fungisida), deterjen, dan sabun
- Bahan pupuk anorganik: urea, TSP, ammonium sulfat, dan KCL
- Zat radioaktik
Dampak: Pertanian, seperti peningkatan salinitas tanah dan
penurunan kesuburan tanah Bencana alam, seperti tanah longsor
dan erosi hingga Penyumbatan saluran air.
d. Pencemaran suara
Polusi suara disebabkan oleh suara bising kendaraan
bermotor, kapal terbang, deru mesin pabrik, radio/tape recorder
yang berbunyi keras sehingga mengganggu pendengaran. Menurut
WHO, tingkat pencemaran didasarkan pada kadar zat pencemar dan
waktu (lamanya) kontak. Sumber pencemaran suara diantaranya:
percakapan pelan, radio, mesin pemotong rumput dan alat
transportasi

3. Dampak pencemaran lingkungan


Dampak dari pencemaran lingkungan antara lain sebagai berikut :
 Pemanasan global (global warming)
 Pemekatan hayati (peningkatan kadar bahan pencemar yang melalui
tubuh makhluk hidup tertentu).
 Mencemari lingkungan air dan biota didalamnya..
 Gangguan estetika (bau).
 Penurunan hasil pertanian
 Mengganggu kesehatan manusia (penyakit saluran pernafasan)
 Gangguan ekosistem secara luas (perubahan iklim global)
92

4. Cara menanggulangi pencemaran lingkungan


a. Secara administratif
Penanggulangan secara administratif terhadap pencemaran lingkungan
merupakan tugas pemerintah, yaitu dengan membuat peraturan-peraturan
atau undang-undang.biasanya peraturan ini tertuju untuk perusahaan.
b. Secara teknologi
Penanggulangan pencemaran lingkungan secara teknologis, misalnya
menggunakan peralatan untuk mengolah sampah atau limbah
c. Berdasarkan peraturan perundang-undangan
Meliputi sistem pembuangan, penempatan kawasan industri, penghijauan,
pemberian sanksi dan juga penyuluhan

E. Petunjuk Belajar

1. Bacalah teks permasalahan pencemaran air dibawah ini!


2. Lakukan identifikasi terhadap masalah yang terjadi pada
teks tersebut!
3. Jawablah soal-soal yang tersedia pada LKPD!
4. Carilah referensi pendukung berupa modul, artikel atau
sumber lainnya!
93

Analsisilah permasalahan dibawah ini!


Di suatu wilayah terdapat sebuah pantai wisata yang menyuguhkan
pemandangan yang asri dan indah. Selain dimanfaatkan sebagai kawasan
wisata, pantai tersebut juga digunakan untuk memancing ikan sekaligus
menyediakan tempat pelelangan ikan (TPI) untuk di distribusikan ke
pedagang pasar maupun masyarakat umum. Pantai tersebut juga berdekatan
dengan pemukiman warga. Banyak masyarakat sekitar yang menjadikan
tepi pantai tersebut sebagai pembuangan limbah rumah tangga. Selain
masyarakat sekitar, banyak juga dari wisatawan yang membuang sampah
secara langsung ke perairan di pantai tersebut. Sampah botol plastik maupun
bungkus makanan ringan terlihat mengapung di permukaan air di pantai
tersebut. Seperti yang diketahui, saat ini banyak
sekali kawasan pantai yang tercemari yang diakibatkan oleh aktivitas
manusia dan menyebabkan adanya pencemaran yang berasal dari sampah-
sampah plastik yang terdegradasi menjadi lebih kecil bahkan tidak dapat
dilihat dengan kasat mata atau yang biasa disebut mikroplastik.
Mikroplastik merupakan sampah yang berasal dari plastik yang berukuran
3-5 mm. Bentuk mikroplastik terdiri dari Fragmen, Fiber dan Film.
Mikroplastik dengan bentuk Fiber merupakan mikroplastik yang
mempunyai bentuk seperti serabut dan biasanya berasal dari benang kain
maupun jaring nelayan. Mikroplastik bentuk Fragmen pada dasarnya berasal
dari buangan limbah atau sampah dari pertokoan dan warung-warung
makanan yang ada di lingkungan sekitar. Mikroplastik bentuk Film berasal
dari fragmentasi kantong plastik atau plastik kemasan dan memiliki densitas
rendah, Untuk mengetahui pencemaran yang terjadi di kawasan pantai serta
upaya yang bisa dilakukan untuk menangani hal tersebut, peneliti
melakukan penelitian uji mikroplastik. Sampel yang digunakan ialah air
yang diambil dari kolom permukaan pantai tersebut. Peneliti membagi
kawasan pantai menjadi 6 titik. Titik 1-2 diambil dari lokasi yang
berdekatan dengan warga, titik 3-4 diambil dari kawasan wisata pantai dan
94

titik 5-6 diambil dari lokasi yang berdekatan dengan dermaga. berikut hasil
data yang ditemukan
Bentuk Gambar Hasil Penelitian Gambar Pembanding
mikroplastik dengan perbesaran 40x10

Fiber

Film

Fragmen

.
Dari data hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa permukaan air
pada pantai tersebut sudah tercemar partikel mikroplastik. Jika mikroplastik
dapat ditemukan di air pantai, apakah air minum isi ulang yang kita
konsumsi sehari-hari juga dapat terkontaminasi mikroplastik? Peneliti
melakukan penelitian pada air minum isi ulang yang sering kita konsumsi
untuk mengetahui kandungan mikroplastik beserta penyebabnya. Setelah uji
data, sejumlah partikel mikroplastik ditemukan pada air minum isi ulang
kemasan galon yang kita konsumsi. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kandungan mikroplastik pada air minum dalam kemasan adalah sumber air,
kemasan (botol dan tutupnya), lama penyimpanan, serta tekanan dan
kemacetan tutup botol. Bahaya mikroplastik terhadap kesehatan manusia
dapat menyebabkan peradangan dan mengganggu sistem kekebalan tubuh,
bersifat toksik, menyebabkan ketidakseimbangan hormon, risiko penyakit
95

jantung dan infertilitas, dan memicu obesitas. Upaya yang dilakukan dalam
pengelolaan mikroplastik yaitu upaya secara teknologi dengan pengolahan
air dan mikrofiltrasi.
Identifikasilah permasalahan diatas dengan menjawab pertanyaan dibawah ini!
1. Berdasarkan teks diatas, jelaskan pencemaran yang terjadi di kawasan
pantai tersebut!
Jawab :
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
2. Mengapa pantai tersebut bisa dikatakan tercemar?
Jawab :
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
3. Sebutkan limbah yang menyebabkan pencemaran di pantai tersebut!
Jawab :
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
4. Apa itu mikroplastik?
Jawab :
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................

5. Bagaimana bentuk-bentuk dari mikroplastik yang telah ditemukan?


Jelaskan!
Jawab :
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................

6. Bagaimana proses masuk/terbentuknya mikroplastik pada kemasan air


minum isi ulang?
Jawab :
96

..........................................................................................................................
..........................................................................................................................

7. Bagaimana upaya yang dapat dilakukan untuk tetap menjaga kebersihan air
minum dalam kemasan?
Jawab :
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................

8. Apakah mikroplastik mempengaruhi keseimbangan ekosistem di laut?


Jawab :
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................

9. Sebutkan bahaya mikroplastik jika masuk kedalam tubuh manusia!


Jawab :
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................

10. Upaya apa yang dapat dilakukan untuk menangani pencemaran air?
Jawab :
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
Soal Diskusi!
Jawablah pertanyaan berikut dengan benar, diskusikan bersama teman
sebangkumu!
1. Bagaimana pencemaran laut dapat terjadi? Berikan penjelasanmu
berdasarkan referensi pendukung!
Jawab :
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
97

..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................

2. Selain air, terdapat pula sedimen dan biota laut yang dapat dijadikan sebagai
sampel uji. Bagaimana pendapatmu mengenai “permukaan air mengandung
lebih banyak mikroplastik karena sampah dengan densitas rendah akan lebih
mudah mengapung”
Jawab :
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................

3. Dari penelitian yang dilakukan, ditemukan bentuk mikroplastik yaitu


Fragmen, Fiber dan Film. Sebutkan ciri-siri beserta limbah asalnya!
Jawab :
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..............................................................................................................

4. Mengapa air minum dalam kemasan dapat terkontaminasi sampah


mikroplastik? bagaimana proses terbentuknya? Berikan penjelasanmu
beserta referensi pendukung!
Jawab :
..........................................................................................................................
98

..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................

5. Apakah mikroplastik dapat masuk ke tubuh manusia? Jika iya, jelaskan


jawabanmu mengenai hal tersebut!
Jawab :
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................

6. Carilah proses terbentuknya mikroplastik dan berikan penjelasannya!


Jawab :
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
99

SOAL PENGAYAAN

Pilih salah satu jawaban yang benar dengan memberi tanda silang pada
huruf A,B,C,D dan E!

1. Air dapat dikatakan tercemar jika...


a. airnya jernih
b. keruh dan berbau menyengat
c. air masih dapat dikonsumsi
d. air masih layak digunakan
e. warnanya tidak terkontaminasi
2. Terdapat bahan pelarut dan endapan, keasaman tidak netral, memiliki
rasa. merupakan ciri dari...
a. pencemaran udara
b. pencemaan tanah
c. pencemaran suara
d. pencemaran air
e. pencemaran lingkungan
3. Pencemaran air biasanya disebabkan oleh...
a. rusaknya ekosistem air karena banyak ikan yang hidup
b. masuknya polutan zat cair dan padat ke dalam tanah
c. masuknya polutan zat cair dan padat ke ekosistem air
d. pencemaran oleh gas-gas kendaraan bermotor
e. banyaknya tumbuhan parasit di ekosistem air
4. Salmonella, sp., Shigella, sp., Escherchia coli. merupakan patogen
penyebab pencemaran...
a. lingkungan
b. tanah
c. air
d. suara
e. udara
100

5. Berikut ini yang merupakan sumber mata air yang layak konsumsi
adalah...
a. air hujan
b. air pegunungan
c. air sungai
d. air laut
e. air got
6. Pengelolaan air salah satunya harus memenuhi syarat kimia, yaitu...
a. pH air dalam kondisi normal
b. air minum menggunakan zat tertentu dan dalam jumlah tertentu
c. air bebas dari segala patogen dan bakteri
d. air bening dan tidak berasa
e. suhu air berada dibawah suhu lingkungan
7. Dibawah ini merupakan tanaman yang dapat dijadikan sebagai indikator
terjadinya pencemaran air yaitu...
a. kangkung
b. teratai
c. eceng gondok
d. semanggi
e. lotus
8. Salah satu cara mengatasi pencemaran air yang disebabkan oleh limbah
rumah tangga, kecuali...
a. menyediakan tempat sampah
b. memberikan sanksi bagi masyarakat yang membuang sampah ke
ekosistem air
c. mendirikan bank sampah untuk dimanfaatkan kembali
d. rutin melakukan upaya pembersihan air
e. membuang sampah sedikit demi sedikit ke ekosistem air
9. Dampak negatif dari membuang sampah ke laut adalah, kecuali...
a. mengurangi nilai estetika laut
b. menurunkan kualitas air
101

c. berkembangnya berbagai penyakit


d. mempengaruhi ekosistem laut
e. mendatangkan wisatawan lebih banyak
10. Karakteristik kimia dari suatu limbah cair adalah, kecuali...
a. amonia
b. suhu dan kekeruhan
c. COD dan BOD
d. fosfat
e. pH atau derajat keasaman
102

DAFTAR PUSTAKA

Andrady, A.L. dan Neal, M.A. (2009). Applications and societal benefits of
plastics. Philosophical Transactions of the Royal Society B, 364, 1977–
1984.

Annisa, S.R. (2019, Juli 11) Penjualan Air Minum Dalam Kemasan

Anugrah, A.S. (2019, Juli 22) Bahaya Mikroplastik Jika Masuk ke Tubuh, Bisa
Ganggu Kesehatan.

Badan Standardisasi Nasional. (2015). SNI 3553:2015 Standar Nasional Indonesia


Air Mineral. Jakarta

Budiman Chandra, (2006), Pengantar Kesehatan Lingkungan, Jakarta: Penerbit


EGC, Hlm. 8.

Herlina, N. (2017). Permasalahan lingkungan hidup dan penegakan hukum


lingkungan di Indonesia. Jurnal Ilmiah Galuh Justisi, 3(2), 162-176.

Kuncowati. (2010). Pengaruh Pencemaran Minyak di Laut Terhadap Ekosistem


Laut.

Meinarni, N. P. S. (2016). Dampak pencemaran lingkungan laut terhadap


Indonesia akibat tumpahan minyak Montara di Laut Timor. Jurnal Komunikasi
Hukum (JKH), 2(2).

Mukono, J. (2005). Kedudukan AMDAL dalam Pembangunan Berwawasan.

Mutiara, P. S. (n.d.). Analisis Dampak Lingkungan.

Ningsih, R. W. (2018). Dampak Pencemaran Air Laut Akibat Sampah Terhadap


Kelestarian Laut Indonesia. Jurnal Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Silalahi, M. Daud., & Kristianto. (2016). Perkembangan Pengaturan Amdal di


Indonesia. Bandung: Keni Media.

Taufiq, M. (September 2011). Kedudukan dan Prosedur Amdal Dalam Pengelolaan


Lingkungan Hidup. Jurnal Wiga Vol. 2 No. 2, 1
103

Vatria, B. (2013). Berbagai kegiatan manusia yang dapat menyebabkan terjadinya


degradasi ekosistem pantai serta dampak yang ditimbulkannya

Yakin, S. K. (2017). Analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) sebagai


instrumen pencegahan pencemaran dan perusakan lingkungan. Badamai Law
Journal, 2(1), 113-132.
104

Lampiran 10. Lembar bimbingan skripsi 1


105
106

Lampiran 11. Lembar bimbingan skripsi 2


107

Anda mungkin juga menyukai