Anda di halaman 1dari 85

DINAMIKA KUALITAS AIR PADA PEMBESARAN UDANG VANNAMEI

(Litopenaeus vannamei) DI PT. PYRAMIDE PARAMOUNT


INDONESIA DESA SIDOMUKTI KECAMATAN
BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN
PROVINSI JAWA TIMUR

KARYA ILMIAH PRAKTEK AKHIR


PROGRAM STUDI TEKNIK PENANGANAN PATOLOGI PERIKANAN

AGENG ALI HARA


NIT : 18.6.02.117

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


BADAN RISET DAN SUMBER DAYA MANUSIA KELAUTAN DAN PERIKANAN
POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN SIDOARJO
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Dinamika Kualitas Air pada Pembesaran Udang Vannamei


(Litopenaeus Vannamei) di PT. Pyramide Paramount Indonesia
Desa Sidomukti Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan
Provinsi Jawa Timur

Nama : Ageng Ali Hara

NIT : 18.6.02.117

Jurusan : Teknik Penanganan Patologi Perikanan

Karya Ilmiah Praktek Akhir Ini Disusun Sebagai


Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan Program Diploma III
Serta Untuk Mendapatkan Gelar Ahli Madya Perikanan
Program Studi Teknik Penanganan Patologi Perikanan
Politeknik Kelautan dan Perikanan Sidoarjo
Tahun Akademik 2020/2021

Menyetujui :

Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,

Tri Ari Setyastuti, SP, M. Si. drh. Nisa Hakimah, M.Sc.


NIP. 19730702 200212 2 002 NIP. 19920814 201902 007

Tanggal :

Mengetahui :

Direktur Politeknik Kelautan dan Perikanan Sidoarjo

Dr. M. Hery Riyadi Alauddin, S.Pi., M.Si.


NIP. 19740304 199903 1 002
ii
Telah Dipertahankan Di Hadapan Tim Penguji
Ujian Akhir Program Diploma III
Politeknik Kelautan dan Perikanan Sidoarjo
Dan Dinyatakan LULUS

Pada Tanggal : …………………

Penyelesaian Revisi Tanggal : ………………………

Tim Penguji,

Penguji I, Penguji II,

Tri Ari Setyastuti, SP, M. Si. drh. Nisa Hakimah, M.Sc.

Penguji III, Penguji IV,

Dr. Anna Fauziah, S.Si, M.Si. Dewi Nurmalita Suseno, M.Si.

Mengetahui,
Ketua Program Studi
Teknik Penanganan Patologi Perikanan

Anja Asmarany R., M.Si.


NIP. 19880120 201801 2 001

iii
RINGKASAN

Salah satu komoditas budidaya perairan yang diminati oleh petambak


adalah Budidaya udang Vaname (Litopenaeus vannamei), sebagian besar
menggunakan pola budidaya intensif, hanya sedikit yang melakukan pola
tradisional. Namun akibat dari kegiatan budidaya intensif tersebut adalah
penurunan daya dukung lingkungan budidaya, pada budidaya udang, teknologi ini
telah menimbulkan masalah kualitas air yang cukup serius. semakin lama usia
budidaya udang vannamei maka kualitas air akan menurun, hal ini terjadi karena
penumpukan sisa kotoran udang, kematian plankton, dan penumpukan sisa pakan
yang menyebabkan kandungan amonia dalam tambak menjadi tinggi (Yuniasari,
2009).
Tujuan dari pelaksanaan kegiatan Kerja Praktek Akhir (KPA) ini adalah:
Mengetahui perbandingan dinamika kualitas air pada Petakan A dan B. dan untuk
Mengetahui pengaruh dinamika kualitas air terhadap pertumbuhan berat pada
budidaya Udang Vanamei (Litopenaeus vannamei) di PT. Pyramide Paramount
Indonesia.
Kegiatan Kerja Praktek Akhir (KPA) dilaksanakan mulai tanggal 1 Maret
2021 sampai 25 April 2021. Lokasi Kerja Praktek Akhir (KPA) bertempat di unit
tambak Udang Vannamei PT. Piramide Paramount Indonesia Desa Sidomukti
Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur. Teknik analisa
data menggunakan analisa deskriptif (hasil monitoring kualitas air), analisa
kuantitatif (hasil sampling mingguan dan tingkat survival rate), dan analisa regresi
(hubungan kualitas air dengan pertumbuhan berat).
PT. Pyramide Paramount Indonesia terletak di Desa Sidomukti Kecamatan
Brondong Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur. Lokasi unit usaha ini berada
di tepi laut Jawa yang merupakan satu kawasan dengan unit usaha pembesaran
udang lainnya yang terletak di sepanjang jalur transportasi Pantura. Terdapat
beberapa fasilitas Budidaya yang dimiliki oleh PT. PPI Fasilitas budidaya tersebut
adalah petak pembesaran, saluran air, pompa air dan kincir. Pengelolaan kualitas
air media meliputi, pengisian dan sterilisasi air tandon, penyiponan, aplikasi
probiotik, pergantian air, dan monitoring kualitas air.
Monitoring kualitas air dilakukan dengan pengecekan air setiap pagi dan
siang hari meliputi suhu, pH, Kecerahan, dan warna air. Pada malam hari juga di
lakukan pengecekan DO. Setiap 3 hari sekali juga di lakukan pengecekan salinitas,

iv
dan pada 7 hari sekalli dilakukan pengamatan plankton. Pada monitoring kualitas
air di PT. PPI ini khususnya petak C7 dan C8 di dapatkan hasil sebagai berikut :
suhu berkisar antara 27-32,5°C, pH berkisar antara 7,5 hingga 8,8, DO berkisar
4,15 – 5,15 mg/l, salinitas 14-20ppt, kecerahan 20-50cm, warna air terlihat coklat
kehijauan, dan jenis plankton yang paling dominan adalah jenis diatom.
Dinamika kualitas air pada kedua petakan didapatkan salah satu parameter
yang memiliki perbedaan cukup signifikan yaitu kecerahan. nilai kecerahan pada
petak C7 lebih tinggi dari petak C8, perbedaan nilai kecerahan ini disebabkan oleh
banyak faktor salah satunya adalah kepadatan plankton. Kecerahan merupakan
gambaran kedalaman air yang ditembus oleh cahaya matahari yang masuk,
karena sinar matahari sangat dibutuhkan dalam berbagai reaksi kimia dalam
perairan sehingga nilai kecerahan akan mempengaruhi nilai parameter yang lain.
Dari hasil sampling terakhir sebelum adanya panen atau pada minggu ke 5 petak
C8 memiliki rata-rata berat yang lebih besar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
petak C8 memiliki dinamika kualitas air yang lebih konstan dari pada petak C7.
Pada petak C7 diketahui tingkat SR sebesar 82% sedangkan pada petak C8
tingkat SR sebesar 75%. Walau pada petak C7 terserang virus WSSV (White Spot
Syndrome Virus) sedangkan pada petak C8 yang terserang IMNV (Invectious
Myonecrosis Virus). Petak C8 memiliki SR yang lebih rendah karena tidak di
segerakan panen dan cenderung ditahan beberapa hari karena akan di panen
secara bersamaan dengan petak yang lain agar lebih efektif sebab pembeli
berasal dari luar daerah. Walaupun begitu tingkat SR dari kedua petakan ini masih
cenderung baik, hal ini sesuai dengan pendapat Widigdo (2013), bahwa Survival
rate dikategorikan baik apabila nilai SR> 70%, untuk SR kategori sedang 50-60%,
dan pada kategori rendah nilai SR <50%.
Analisa regresi linier adalah analisa yang digunakan untuk mengetahui
variabel dependent dapat diprediksikan melalui variabel independent. Analisis
regresi bertujuan untuk mengetahui sejauh mana ketergantungan atau hubungan
satu variabel terikat dengan satu atau lebih variabel bebas. Dari hasil analisa
regresi linear berganda menggunakan aplikasi SPSS versi 22 tentang hubungan
antara kualitas air dan pertumbuhan berat udang didapatkan bahwa pada petak
c7 terdapat suhu yang mempengaruhi pertumbuhan berat udang, sedangkan pada
petak c8 tidak didapatkan parameter kualitas air yang mempengaruhi
pertumbuhan berat udang.

v
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan Karya Imiah Praktek Akhir (KIPA) ini.
Penyusun KIPA ini dapat selesai karena bantuan, dukungan, dan
bimbingan dari berbagai pihak, Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima
kasih kepada :

1. Bapak Dr. Hery Riyadi Alaudin, S.Pi., M.Si. selaku Direktur Politeknik
Kelautan Dan Perikanan Sidoarjo.
2. Ibu Anja Asmarany R., M. Si, selaku Ketua Program Studi Teknik
Penanganan Patologi Perikanan yang telah membantu dan
mengkoordinir dalam pelaksanaan Kerja Praktek Akhir.
3. Ibu Tri Ari Setyastuti SP, M.Si. selaku dosen pembimbing I dan ibu drh.
Nisa Hakimah, M.Sc.selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan
saran dan arahan dalam menyelesaikan penyusunan laporan Kerja
Praktek Akhir.
4. Bapak Eko Cahyono selaku kepala administrasi dan Bapak Basuki
selaku teknisi PT. Pyramide Paramount Indonesia Desa Sidomukti
Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan, yang telah memberi
kesempatan untuk melaksanakan kegiatan KPA.
5. Bapak Muhammad Ustadi S.Pi selaku pembimbing eksternal dalam
penyusunan laporan KIPA.
6. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penyusunan
laporan Kerja Praktek Akhir.

Penulis menyadari kemungkinan adanya kekurangan dalam


penyusunan laporan ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan ini.

Kediri, Juli 2021

Penulis

vi
DAFTAR ISI

COVER.............................................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. ii
RINGKASAN .................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ...................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xi

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Maksud danTujuan .............................................................................. 2
1.2.1 Maksud....................................................................................... 2
1.2.2 Tujuan ........................................................................................ 3
1.3 Pendekatan Masalah .......................................................................... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Biologi Udang Vannamei ....................................................................... 5
2.2 Ekologi dan Siklus Hidup....................................................................... 6
2.3 Habitat dan Tingkah Laku Udang Vannamei ....................................... 7
2.4 Dinamika Kualitas Air ........................................................................... 8
2.5 Parameter dan Persyaratan Kualitas Air .............................................. 7
2.5.1 Salinitas....................................................................................... 9
2.5.2 Oksigen Terlarut ......................................................................... 9
2.5.3 Suhu ........................................................................................... 10
2.5.4 Derajat Keasaman (pH) .............................................................. 11
2.5.5 Kecerahan .................................................................................. 11
2.5.6 Plankton ..................................................................................... 12
2.6 Monitoring Pertambahan Berat Udang ................................................. 12
2.7 Pemeliharaan dan Bioscurity dalam Pembesaran Udang Vannamei ..... 13

III. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan ........................................................ 15
3.2 Metode Kerja Praktek Akhir ................................................................. 15
3.3 Sumber Data ...................................................................................... 15
3.4 Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 16
3.4.1 Observasi partisipan .................................................................. 16
3.4.2 Wawancara ............................................................................... 17
3.5 Metode Penelitian ............................................................................... 17
3.5.1 Alat dan bahan .......................................................................... 17
3.5.2 Monitoring kualitas air ................................................................ 17
3.5.3 Monitoring Pertumbuhan berat udang ........................................ 18
3.6 Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data ........................................ 19
3.6.1 Teknik pengolahan data ............................................................. 19
3.6.2 Teknik analisa data..................................................................... 20

vii
IV. KEADAAN UMUM
4.1 Letak Geografis .................................................................................. 22
4.2 Keadaan Unit Usaha .......................................................................... 23
4.2.1 Sejarah ................................................................................... 23
4.2.2 Struktur organisasi perusahaan .............................................. 23
4.2.3 Fasilitas budidaya ................................................................... 24

V. HASIL DAN PEMBAHASAN


5.1 Pengelolaan Kualitas Air Media .......................................................... 27
5.1.1 Pengisian dan sterilisasi air tandon ........................................... 27
5.1.2 Pergantian dan penambahan air ................................................ 28
5.1.3 Penyiponan ............................................................................... 29
5.1.4 Aplikasi probiotik ....................................................................... 30
5.2 Monitoring Kualitas Air Pemeliharaan ................................................. 31
5.2.1 Suhu .......................................................................................... 31
5.2.2 Kecerahan ................................................................................. 33
5.2.3 Warna Air ................................................................................... 34
5.2.4 pH ............................................................................................. 35
5.2.5 Salinitas ..................................................................................... 38
5.2.6 Oksigen terlarut ......................................................................... 39
5.2.7 Plankton .................................................................................... 40
5.3 Monitoring Pertambahan Berat Udang ............................................... 41
5.3.1. Hasil sampling mingguan .......................................................... 41
5.3.2 Tingkat survival rate .................................................................. 44
5.4 Analisa Regresi Linear ....................................................................... 45
5.4.1 Analisa regresi linear berganda petak C7 .................................. 46
5.4.2 Analisa regresi linear berganda petak C8 .................................. 50
5.4.3 Pengaruh kualitas air terhadap pertumbuhan petak C7 dan C8 .. 54
5.4 Keberadaan Hama dan Penyakit ........................................................ 55
5.4.1 Hama ......................................................................................... 55
5.4.2 Penyakit .................................................................................... 55

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 58


6.1 Kesimpulan ........................................................................................ 58
6.2 Saran ................................................................................................ 59

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 60

viii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Standart Kualitas Air Menurut SNI .......................................................... 9
2. Standar bobot udang berdasarkan Day Of Culture ................................ 12
3. Hasil Pengamatan Warna Air ................................................................ 35
4. Hasil Pengukuran berat C7 ................................................................... 43
5. Hasil Pengukuran berat C8 ................................................................... 43
6. Nilai variabel penelitian petak C7 .......................................................... 47
7. Nilai variabel penelitian petak C8 .......................................................... 50

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Alur pendekatan masalah ...................................................................... 4
2. Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei)............................................. 6
3. Letak Geografis PT PPI ......................................................................... 22
4. Struktur Organisasi PT.PPI ................................................................... 24
5. Petak Pembesaran Udang .................................................................... 25
6. (A) Inlet dan (B) Outlet .......................................................................... 26
7. Pemberian kaporit pada tandon ............................................................ 28
8. Kegiatan Penyiponan ............................................................................ 29
9. Probiotik Super NB ................................................................................ 30
10. Proses Pengukuran Suhu Menggunakan Thermometer Digital .............. 31
11. Grafik Hasil Pengukuran Suhu ............................................................... 32
12. Grafik Hasil Pengukuran Kecerahan ...................................................... 34
13. Pengukuran pH Menggunakan pH Meter .............................................. 36
14. Grafik Fluktuasi pH ................................................................................. 37
15. Proses Pengukuran Salinitas ................................................................ 38
16. Grafik Fluktuasi Salinitas ....................................................................... 39
17. Grafik Hasil Pengukuran DO ................................................................. 40
18. Cyclotella sp. ......................................................................................... 41
19. Kegiatan Sampling ................................................................................ 42
20. Grafik Berat Udang ............................................................................... 44
21. Grafik Regresi Suhu C7 ........................................................................ 47
22. Grafik Regresi Kecerahan C7 ................................................................ 48
23. Grafik Regresi pH C7 ............................................................................ 49
24. Grafik Regresi Salinitas C7 ................................................................... 50
25. Grafik Regresi Suhu C8 ........................................................................ 51
26. Grafik Kecerahan C8 ............................................................................. 52
27. Grafik Regresi pH C8 ............................................................................ 53
28. Grafik Regresi Salinitas C8 ................................................................... 54
29. Ciri-ciri WSSV ....................................................................................... 56
30. Udang yang terserang IMNV ................................................................. 57

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1. Hasil Pengamatan salinitas, Suhu, pH, Kecerahan, Warna Air...................... 63
2. Hasil Pengukuran DO dan Monitoring Plankton ............................................ 67
3. Data Sampling Berat Udang ........................................................................ 68
4. Hasil Perhitungan SPSS Regresi Linier Berganda Petak C7 ........................ 69
5. Hasil Perhitungan SPSS Regresi Linier Berganda Petak C8 ........................ 72

xi
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Budidaya tambak merupakan suatu kegiatan membesarkan udang/ikan dalam

suatu kolam. Hasil yang optimum dapat diperoleh dengan kondisi lingkungan yang

sesuai dengan kehidupan budidaya. Faktor utama yang sangat menentukan

produktivitas tambak adalah air dalam petakan tambak, yang merupakan media

tumbuh bagi udang/ikan yang dipelihara. Kualitas air yang sesuai dengan

kebutuhan komoditas budidaya perlu diimbangi dengan tercukupinya kuantitas

airnya juga. Budidaya di tambak hal utama yang harus diperhatikan adalah

produktivitas tambak. Hal ini dapat diperoleh dengan cara menyediakan air di

kolam tambak dengan kualitas air yang baik serta dengan perbaikan dan penataan

kembali prasarana irigasi (Mey et al., 2020).

Salah satu komoditi budidaya perairan yang diminati oleh petambak adalah

Budidaya udang Vaname (Litopenaeus vannamei), sebagian besar menggunakan

pola budidaya intensif, hanya sedikit yang melakukan pola tradisional. Namun

akibat dari kegiatan budidaya intensif tersebut adalah penurunan daya dukung

lingkungan budidaya, pada budidaya udang, teknologi ini telah menimbulkan

masalah kualitas air yang cukup serius. Semakin lama usia budidaya Udang

Vannamei maka kualitas air akan menurun, hal ini terjadi karena penumpukan sisa

kotoran udang, kematian plankton, dan penumpukan sisa pakan yang

menyebabkan kandungan amonia dalam tambak menjadi tinggi (Yuniasari, 2009).

Dalam mengatasi masalah tersebut, maka harus adanya pengelolaan kualitas air

yang baik dan optimal. Pengelolaan kualitas air yang baik dapat menjaga agar

kualitas air sesuai dengan standar untuk budidaya dan dapat meningkatkan

produktifitas budidaya udang vaname (Fuady et al., 2013).


2

Penurunan kualitas air disebabkan oleh banyak faktor misalnya sumber air,

pengaruh cuaca, treatment error dalam penggunaan beberapa perlakuan seperti

pakan, pupuk dan lain sebagainya. Kualitas air tambak udang yang menurun akan

menimbulkan masalah karena air merupakan media utama di dalam budidaya

tambak udang, sehingga perlu perhatian lebih dalam pengelolaannya. Kualitas air

juga merupakan salah satu faktor yang menjadi kunci keberhasilan usaha

budidaya tambak udang (Dede, 2013).

Manajemen kualitas air merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh

para pembudidaya untuk meningkatkan produksi udang vannamei. Cara yang

ditempuh dapat ditinjau dari faktor fisika, kimia dan biologi perairan, diantaranya

meliputi kegiatan monitoring, pengelolaan kualitas air dan perlakuan jika terjadi

penyimpangan nilai optimal parameter kualitas air. Jika manajemen kualitas air

telah dilakukan secara optimal yang didukung dengan adanya sarana dan

prasarana pendukung maka diharapkan lingkungan tambak udang vannamei

optimal sesuai dengan kisaran hidup udang sehingga pertumbuhan udang cepat

dan akhirnya tercipta produksi yang maksimal (Putra dan Manan, 2014).

Berdasarkan hal di atas maka perlu di laksanakannya monitoring kualitas air

untuk mengetahui pengaruh dinamika nya terhadap pertambahan berat udang.

Oleh karena itu penulis bermaksud mengkaji lebih mendalam tentang Dinamika

Kualitas Air pada Pembesaran Udang Vannamei (Litopenaeus Vannamei) di PT.

Pyramide Paramount Indonesia Desa Sidomukti Kecamatan Brondong Kabupaten

Lamongan Provinsi Jawa Timur.

1.2 Maksud dan Tujuan

1.2.1 Maksud

Maksud dari pelaksanaan kegiatan Kerja Praktek Akhir (KPA) ini adalah

untuk memperoleh pengetahuan dan meningkatkan keterampilan Taruna

Politeknik Kelautan dan Perikanan Sidoarjo tentang pembesaran udang,


3

khususnya di bidang pengelolaan kualitas air pada pembesaran Udang Vannamei.

1.2.2 Tujuan

Tujuan dari pelaksanaan kegiatan Kerja Praktek Akhir (KPA) ini adalah

memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan tentang :

1. Perbandingan dinamika kualitas air pada Petakan A dan B.

2. Pengaruh dinamika kualitas air terhadap berat pada budidaya Udang

Vanamei (Litopenaeus vannamei) di PT. Pyramide Paramount Indonesia.

1.3 Pendekatan Masalah

Udang vanamei (Litopenaeus vannamei) merupakan jenis udang yang

mudah dibudidayakan di Indonesia, karena udang ini memiliki banyak keunggulan.

Menurut Sumeru (2009), udang vaname memiliki ketahanan terhadap penyakit

dan tingkat produktivitasnya tinggi. Selain itu, udang vanname juga dapat

dipelihara dengan padat tebar tinggi karena mampu memanfaatkan pakan dan

ruang secara lebih efisien. Hal inilah yang membuat para petambak di Indonesia

banyak yang membudidayakannya.

Meskipun mempunyai banyak keunggulan namun apabila kondisi kualitas air

tidak sesuai dengan standar untuk budidaya tentu akan dapat menyebabkan

kematian dan akhirnya kerugian dalam usaha budidaya. Salah satu permasalahan

yang sering terjadi adalah kurang di perhatikannya kualitas air pada media

terutama saat musim hujan. Air hujan memberi efek cukup besar terhadap fluktuasi

air dan akan saling berpengaruh antara satu parameter dengan parameter yang

lain, Sehingga penulis mengambil judul “Dinamika Kualitas Air”. untuk mengatasi

persoalan itu adalah dengan pengelolaan kualitas air yang baik. Karena dengan

adanya pengelolaan kualitas air yang baik dapat menjaga kualitas air agar sesuai

dengan standar untuk budidaya sehingga udang dapat tumbuh dan berkembang

dengan optimal. Adapun alur pendekatan masalah dinamika kualitas air pada

pembesaran Udang Vannamei dapat dilihat pada Gambar 1.


4

INPUT PROSES OUTPUT

• SDM
• Sumber air Kualitas air baik
• Fisika
• Sarana prasarana • Kimia
• SOP • Biologi • SR tinggi
• Panjang dan berat ikan
• Sampel Udang • Pemberian pakan sesuai optimal
• Kualitas air sesuai SOP
• Treatment air dan (+)
pengisian air
• Monitoring dinamika
kualitas air
• Pengelolaan pakan
• Monitoring pertumbuhan
berat udang
Kualitas air buruk
• SR rendah
(-) • Fisika • Panjang dan berat ikan
• Kimia tidak optimal
• Biologi • Kualitas air buruk
• Pemberian pakan tidak
sesuai (over/under feeding)

Gambar 1. Alur Pendekatan Masalah


5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biologi Udang Vannamei

Menurut Suyanto (2009) udang vannamei merupakan salah satu jenis udang

penaeid yang tubuhnya bersegmen. Udang vannamei memiliki nama atau sebutan

yang beragam di masing-masing negara seperti whiteleg shrimp (Inggris), crevette

pattes blances (Perancis), dan camaron patiblanco (Spanyol).

Menurut Haliman dan Adijaya (2005), udang vannamei (Litopenaeus

vannamei) mempunyai tubuh yang terbagi atas dua bagian yaitu kepala (thorax)

dan perut (abdomen) yang berbuku-buku. Bagian kepala terdiri dari antennula,

antenna, 3 pasang maxilliped dan 5 pasang kaki jalan (periopoda), sedangkan

pada bagian perut terdiri dari 6 ruas dimana setiap ruasnya terdapat 5 pasang kaki

renang (pleopoda). Seluruh tubuhnya dilapisi oleh kulit luar atau eksoskeleton.

Udang vannamei dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Subkingdom : Metazoa

Filum : Arthropoda

Subfilum : Crustacea

Kelas : Malacostraca

Subkeleas : Eumalacostraca

Superordo : Eucarida

Ordo : Decapoda

Subordo : Dendrobrachiata

Family : Penaeidae

Genus : Litopenaeus

Spesies : Litopenaeus vannamei


6

Udang vannamei termasuk golongan omnivora dan memiliki sifat aktif pada

kondisi gelap (nokturnal), dapat hidup pada kisaran salinitas lebar (euryhaline),

suka memangsa sesama jenis (kanibal), tipe pemangsa lambat tetapi

terusmenerus (continous feeder), menyukai hidup di dasar (bentik), mencari

makan lewat organ sensor (chemoreceptor), Morfologi Udang Vannamei dapat

dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei)


Sumber : Haliman dan Adijaya (2005)

2.2 Ekologi dan Siklus Hidup Udang Vannamei

Secara ekologis udang vannamei mempunyai kebiasaan hidup yang identik

dengan udang windu yaitu melepaskan telur di tengah laut kemudian terbawa arus

dan gelombang menuju pesisir dan menetas menjadi naupli, zoea, mysis,

postlarva, dan juvenil. Pada stadia juvenil telah tiba di pesisir, selanjutnya kembali

ke tengah laut untuk proses pendewasaan dan bertelur (Ghufran, 2017). Udang

vannamei bersifat nocturnal yaitu melakukan aktifitas pada waktu malam hari.

proses perkawinan udang vannamei ditandai dengan loncatan induk betina secara

tiba-tiba. Pada saat meloncat tersebut betina mengeluarkan sel-sel telur,

kemudian secara bersamaan udang jantan mengeluarkan sperma sehingga

sperma dan sel telur bertemu. Proses perkawinan udang vannamei berlangsung

selama 1 menit (Ghufran, 2017).


7

Menurut Haliman dan Adijaya (2005) satu induk udang vannamei dalam satu

kali siklus dapat menghasilkan 100.00-250.000 butir telur yang berukuran 0,22

mm. Selain itu, udang vannamei juga memiliki beberapa sifat-sifat penting antara

lain ; Aktif pada kondisi gelap (nocturnal), Mampu beradaptasi dengan berbagai

salinitas (euryhaline), Suka memangsa sesama jenis (kanibalisme), Tipe pemakan

sedikit tetapi terus menerus (continuous feeder), Menyukai hidup di dasar perairan

(bentik).

2.3 Habitat dan Tingkah Laku Udang Vannamei

Dalam usaha pembenihan udang, perlu adanya pengetahuan tentang

tingkah laku udang. Menurut Suyanto dan Enny (2009), beberapa sifat dan

perilaku udang yang perlu diketahui agar pelaksanaan pemeliharaan udang

berhasil antara lain :

a. Aktivitas

Udang mempunyai sifat nocturnal. Artinya, udang aktif bergerak dan

mencari makan pada suasana yang gelap atau redup. Bila sinar terlalu

cerah, udang akan diam berlindung di dasar perairan. Oleh karena itu, udang

perlu diberi pakan lebih banyak pada sore dan malam hari sedangkan saat

siang hari, hanya sedikit pakan yang dibutuhkan.

b. Sifat Kanibalisme

Umumnya, udang dan semua bangsa crustaceae bersifat kanibal, yaitu

memangsa sesama jenis yang lebih lemah kondisinya. Misalnya, udang

yang sedang dalam proses ganti kulit seringkali dimakan oleh udang lain.

Udang 8 berukuran lebih kecil dimakan oleh udang besar, terutama bila

dalam keadaan kurang makan.

c. Menyukai hidup di dasar.

d. Tipe pemakan lambat tetapi terus menerus (continous feeder).


8

e. Ganti Kulit (moulting)

Udang berganti kulit secara periodik. Pada proses ganti kulit, badan

udang berkesempatan untuk bertumbuh besar secara nyata. Udang

muda lebih sering ganti kulit dari pada udang tua sehingga udang muda

lebih cepat tumbuh.

f. Daya Tahan

Udang pada waktu masih berupa benih sangat tahan pada perubahan

kadar garam (salinitas). Sifat demikian dinamakan sifat euryhaline. Sifat

lain yang menguntungkan adalah ketahanan terhadap perubahan suhu

dan sifat ini dikenal sebagai eurytherma.

Dengan mengetahui tingkah laku larva udang vannamei di atas, maka

kita juga dapat menentukan manajemen pakan yang baik.

2.4 Dinamika Kualitas Air

Dinamika adalah sesuatu hal yang mempunyai tenaga, kekuatan, selalu

bergerak, berkembang, serta bisa menyesuaikan diri terhadap keadaan tertentu

(Zulkarnain, 2013). Dinamika adalah suatu bentuk perubahan, baik itu sifatnya

besar-besaran atau kecil-kecilan, maupun secara lambat atau lambat, yang

sifatnya nyata dan berhubungan dengan suatu kondisi keadaan (Kartono, 2007).

Dinamika kualitas air merupakan fluktuasi suatu parameter dan perubahan nilai

yang dipengaruhi oleh parameter lainnya.

2.5 Parameter dan Persyaratan Kualitas Air

Kualitas air tambak berkaitan erat dengan kondisi kesehatan udang. Kualitas

air yang baik mampu mendukung pertumbuhan udang secara optimal. Hal ini

berhubungan dengan faktor stres udang akibat perubahan kualitas air di tambak.

Beberapa parameter kualitas air yang harus selalu dipantau yaitu suhu, salinitas,

pH air, kandungan oksigen terlarut (dissolved oxygen). Parameter tersebut akan

mempengaruhi proses metabolisme tubuh udang, seperti keaktifan mencari


9

makan, proses pencernaan, dan pertumbuhan udang (Haliman dan Adijaya,

2005). Persyaratan kualitas air pemeliharaan udang ditetapkan pada SNI

8037.1:2014 yang dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Standart Kualitas Air Menurut SNI


No Parameter Satuan Nilai
1 Suhu °C 28-33
2 Salinitas g/l 30-33
3 pH - 7,5 – 8,5
4 Oksigen terlarut mg/l >4,0
5 Alkalinitas mg/l 100-150
6 Bahan organik total mg/l <90
7 Amoniak mg/l <0,1
8 Ketinggian air cm >80

2.5.1 Salinitas

Menurut Amri dan kanna (2008), dalam bahasa sederhana salinitas disebut

sebagai kadar garam atau tingkat keasinan air. Secara ilmiah salinitas

didefinisikan sebagai total padatan dalam air setelah semua karbonat dan semua

senyawa organik dioksidasi.Besarnya salinitas dinyatakan dalam permil (0/00) dan

ada juga yang menyebutkan dalam gram per kilogram (ppt). Untuk mengukur

salinitas air tambak secara praktis dapat digunakan refraktometer. Dibanding

udang jenis lain, udang vannamei menyukai air media budidaya dengan salinitas

atau kadar garam lebih rendah, yaitu berkisar antara 10-35 ppt. Pertumbuhan yang

baik (optimal) diperoleh pada kisaran salinitas 15-20 ppt.

2.5.2 Oksigen terlarut

Ketersediaan oksigen dalam air sangat menentukan kehidupan udang, baik

untuk kelangsungan hidup maupun untuk pertumbuhannya. Oksigen yang bisa

dimanfaatkan udang adalah oksigen terlarut (dalam air). Kandungan oksigen

terlarut yang baik untuk kehidupan udang vannamei adalah > 3 ppm dan sebaiknya
10

diusahakan berada pada kisaran 4-8 ppm (mg/liter). Rendahnya kandungan

oksigen terlarut didalam tambak sering terjadi pada periode musim kemarau yang

tidak berangin. Disamping itu, pada malam hari suhu menjadi rendah yang diikuti

dengan meningkatnya aktivitas fitoplankton, sering mengakibatkan turunnya

kandungan oksigen. Keadaan ini ditandai dengan mengambangnya udang (udang

naik ke permukaan air). Untuk menanggulanginya diperlukan upaya menaikkan

kandungan oksigen terlarut di dalam tambak yang dapat dilakukan dengan

menggunakan aerator. Ada dua metode penentuan oksigen terlarut yang dapat

diandalkan, yaitu metode elektrometris dan metode winkler yang disebut juga

metode titrasi atau metode iodometri. Metode elektrometris lebih banyak

digunakan dan lebih mudah diaplikasikan di lapangan dengan menggunakan DO

meter (Amri dan Kanna, 2008).

2.5.3 Suhu

Menurut Haliman dan Adijaya (2005), suhu optimal pertumbuhan udang

antara 26-32° C. Jika suhu lebih dari angka optimum maka metabolisme dalam

tubuh udang akan berlangsung cepat. Imbasnya kebutuhan oksigen terlarut

meningkat. Itu berarti penambahan kincir air perlu dilakukan yang berarti

menambah biaya produksi. Pada suhu air di bawah 25° C, umunya terjadi saat

masa-masa peralihan musim antara Juni-Agustus, udang sudah kurang aktif

mencari pakan. Langkah pertama yang harus segera dilakukan yaitu mengurangi

jumlah pakan ynag 11 diberikan untuk mencegah terjadinya overfeeding. Pada

suhu di bawah 25° C, nafsu makan udang berkurang sehingga perlu diambil solusi

supaya nafsu makannya kembali membaik dan ketahanan tubuhnya meningkat.

Beberapa cara yang dapat diaplikasikan yaitu penambahan atraktan (minyak ikan

dan minyak cumi), imunostimulan (vitamin C dan peptidoglikan), serta pakan segar

(cumi, kepeting, dan rebon). Pemberian pakan segar perlu dicermati agar tidak

merusak kualitas air tambak. Pemberian pakan tidak boleh berlebiahan karena
11

pakan yang tidak terdekomposisi akan menimbulkan senyawa berbahaya bagi

kehidupan udang, seperti nitrit dan amoniak.

2.5.4 Derajat keasamaan (pH)

Menurut Amri dan Kanna (2008) Derajat keasamaan biasa disebut sebagai

pH. Nilai pH yang normal untuk tambak udang berkisar antara 6-9. Nilai pH di atas

10 dapat mematikan udang. Sedangkan pH di bawah 5 mengakibatkan

pertumbuhan udang menjadi lambat. Khusus untuk udang vannamei, kisaran pH

yang optimum adalah 7,5-8,5. Untungnya, dalam budidaya udang di tambak,

guncangan pH air tidak begitu mengkhawatirkan karena air laut mempunyai daya

penyangga atau buffer yang cukup kuat. Terlepas dari itu semua, karena adanya

proses pembusukan dan kadar karbon dioksida yang tinggi, maka untuk mengatasi

terjadinya guncangan pH perlu diusahakan penggantian air sesering mungkin dan

pengoperasian aerator terutama pada pagi hari. Adapun guncangan pH yang bisa

ditoleransi adalah tidak lebih dari 0,5. Pengukuran pH umumnya dilakukan dengan

kertas lakmus (kertas pH) dan pH Water Tester / pH meter.

2.5.5 Kecerahan

Menurut Effendie (2000), Kecerahan sangat dipengaruhi oleh keadaan

cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan, padatan tersuspensi, dan salah satu

penyebab meurunnya daya cerah dan seringnya terjadi blooming karena makin

suburnya dasar tambak akibat timbunan sisa-sisa makanan serta tingginya

kepadatan plankton. pengukuran kecerahan dilakukan menggunakan secchi disk,

umumnya dilakukan siang dan sore hari. Tingkat kecerahan yang diharapkan

untuk pembudidayaan udang vannamei adalah ≤ 30 cm, yang berarti tercukupinya

persediaan makanan alami (plankton).


12

2.5.6 Plankton

Dalam budidaya udang vannamei plankton mempunyai peranan yang

penting untuk mendukung kelangsungan hidup biota perairan. Plankton berfungsi

sebagai pakan alami yang selalu berfotosintesis dengan bantuan sinar matahari

dan menghisap seluruh larutan amonia,nitrat, nitrit sebagai bahan fotosintesis, dan

hasil yang diberikan berupa oksigen yang larut dalam air yang digunakan udang

untuk proses respirasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Kordi dan Tancung (2005),

bahwa fitoplankton sangat bermanfaat sebagai nutrient sponge (penghisap).

Dengan adanya plankton maka akan mengurangi nilai TAN (Total Amoniak

Nitrogen) pada petak tambak.

2.6 Monitoring Pertumbuhan Berat Udang

Monitoring pertumbuhan udang dilakukan dengan cara sampling. Sampling

bertujuan untuk mengetahui berat rata-rata (Mean Body Weight), dan

pertambahan berat harian (Average Daily Growth). Selain itu, sampling juga

dilakukan untuk mengetahui nafsu makan dan kondisi kesehatan udang. Kegiatan

sampling pertama kali dilakukan pada saat umur udang 30 hari pemeliharaan di

tambak dan sampling berikutnya dilakukan 7-10 hari sekali dari sampling

sebelumnya (Amri dan Kanna, 2008). Standar bobot udang dapat dilihat pada tabel

2 berikut.

Tabel 2. Standar bobot udang berdasarkan Day Of Culture


DOC (hari) Bobot (g/ekor) Padat Tebar (ekor/m2)
< 30 < 3.0 100
31 - 43 3,0 - 5,0 100
44 - 60 5,1 - 8,0 100
61 - 70 8,1 - 10,0 80
70 - 80 10,1 - 12,0 50
81 - 120 12,1 - 20,0 30
120 - 180 20,0 - 30,0 20
> 180 > 30 10
Sumber : SNI 8037.1.2014 (2014)
13

2.7 Pemeliharaan dan Bioscurity Dalam Pembesaran Udang Vannamei

Tahapan manajemen budidaya pembesaran vaname mencakup persiapan

tambak, penebaran benur dan aklimatisasi, manajemen pakan, monitoring

pertumbuhan, monitoring kualitas air, dan pemanenan. Berikut tahapan rancangan

penelitian dalam teknik pembesaran udang vaname di lapangan: Persiapan

tambak merupakan kegiatan awal yang sangat menentukan keberhasilan

budidaya. Oleh karena itu dalam persiapannya harus dilakukan secara benar dan

maksimal. Persiapan tambak yang baik akan mendukung tingkat kelulus hidupan

(survival rate) dan tingginya produksi hasil panen. Persiapan tambak mencakup

konstruksi tambak, desain petakan tambak, saluran pemasukan dan pengeluaran

air, pematang tambak, dan pengolahan lahan. Selain itu, seleksi benih juga perlu

diperhatikan. Benih udang (benur) yang digunakan harus memiliki SPF (Spesific

Pathogen Free), tahan terhadap perubahan lingkungan dan tahan terhadap

penyakit.

Menurut Haryanti et al., (2003), Kordi dan Tancung (2007) ciri benih udang

yang bagus diantaranya ukuran benih seragam, panjang benih > 6 mm, aktif

berenang secara menyebar dan melawan arus, tubuh berwarna bening

transparan, serta terbebas dari infeksi virus dan bakteri. Selanjutnya penebaran

benih dilakukan pada saat pagi atau sore hari untuk menghindari suhu yang terlalu

tinggi. Hal ini untuk menghindari stress pada benih. Sebelum dimasukkan ke

tambak, benih diaklimatisasi terlebih dahulu dengan cara meletakkan plastik berisi

benur ke atas air tambak. Proses ini berlangsung sekitar 15 menit. Tahapan

selanjutnya adalah pemberian pakan, pakan yang diberikan berupa tepung ikan

dan pellet hingga umur benur mencapai 2 minggu dengan intensitas pemberian 14

sebanyak 2 kali untuk PL 1-15, 4 kali untuk benur PL 16-70, dan 5 kali untuk PL

71-120 setiap harinya. Prinsip pemberian pakan adalah 5 % dari berat tubuhnya

setiap hari.
14

Biosecurity merupakan langkah utama untuk mengedalikan penyakit saat ini.

Biosecurity adalah mencegah patogen masuk dalam sistem budidaya udang, baik

dengan cara-cara teknis maupun regulasi (aturan) tertentu melalui beberapa jalur,

yang terintegrasi dan berkesenambungan. Biosecurity harus di sepakati oleh

seluruh komponen budidaya udang, dilengkapi dengan prosedur operasional baku

Standart Operasional Prosedur (SOP), disosialisasikan secara rutin, dikawal oleh

pemerintah, dan dilakukan secara bersama-sama. Perlu pemahaman yang sama

oleh seluruh komponen bahwa penyakit (virus,TSV,WSSv,dll) sangat berbahaya,

karena masuknya satu virion TSV ke dalam unit budidaya akan menjadi ancaman

serius bagi keberhasilan budidaya. Masuknya patogen dapat berasal dari induk,

benur, carrier, pakan segar, pelaku budidaya dan seluruh komponen produksi

udang.
15

III. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Kegiatan Kerja Praktek Akhir (KPA) telah dilaksanakan mulai tanggal 1 Maret

2021 sampai 25 April 2021. Lokasi Kerja Praktek Akhir (KPA) bertempat di unit

tambak Udang Vannamei PT. Piramide Paramount Indonesia Desa Sidomukti

Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur.

3.2 Metode Kerja Praktek Akhir

Metode yang digunakan dalam kegiatan Kerja Praktek Akhir ini adalah

metode magang dan survei. Menurut Sugiyono (2012), magang merupakan

kegiatan pendalaman materi yang didapatkan dari proses pembelajaran dan

menerapkan secara langsung dilokasi magang. Magang merupakan salah satu

bentuk penelitian karena dilokasi magang terdapat fenomena atau gejala yang

akan diamati menggunakan kaidah ilmiah.

Metode survei yaitu tindakan mengukur atau memperkirakan, selain itu

survei berarti suatu cara melakukan pengamatan dimana mengenai jawaban –

jawaban terhadap pertanyaan yang diberikan kepada responden (Andriyanto et

al., 2013).

3.3 Sumber Data

Data yang diambil terdiri dari data primer dan sekunder yaitu:

a. Data primer

Data primer adalah sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung

dari sumber asli (Sangadji dan Sopiah, 2010). Data primer diperoleh dengan cara

observasi langsung dalam proses monitoring kualitas air di laboratorium dan di

lapangan. Parameter kualitas air dilakukan pengujian yang sudah tersedia alat dan

bahannya beserta jadwal pengukurannya. Data di ambil secara langsung dengan

pengcekan rutin dilapangan. Data primer yang diambil misalnya data-data yang
16

belum diolah seperti data kualitas air yang meliputi parameter fisika, parameter

kimia, parameter biologi. Parameter fisika terdiri dari suhu air, kecerahan, dan

warna air. Parameter kimia terdiri dari salinitas air, oksigen terlarut (Dissolved

oxygen), derajat keasaman (pH). Sedangkan parameter biologi terdiri dari 16

plankton. Selain data kualitas air terdapat juga data monitoring berat udang yang

diambil setiap seminggu sekali setelah udang berumur 40 hari. Adapun tabel hasil

monitoring kualitas air tersaji pada Lampiran 1 dan Lampiran 2 sedangkan tabel

hasil monitoring pertumbuhan berat udang tersaji pada lampiran 3.

b. Data Sekunder

Menurut Husein Umar (2013) data sekunder adalah data primer yang telah

diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh

pihak lain misalnya dalam bentuk tabel-tabel atau diagram- diagram. Sedangkan

menurut Nur Indrianto dan Bambang Supomo (2013) data sekunder merupakan

sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui

media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder diantaranya

adalah sebagai berikut:

1. Literatur dan jurnal

2. Biologi dan karateristik udang

3. Lokasi dan letak geografis PT. Pyramide Paramount Indonesia

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono, (2016) teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan

menggunakan cara observasi (pengamatan) dan interview (wawancara).

3.4.1 Observasi partisipan

Observasi partisipan yaitu observer terlihat langsung dan ikut serta dalam

kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh subyek yang diamati. Teknik pengumpulan

data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik

gejala-gejala yang diselidiki saat berada langsung di lapangan.


17

3.4.2 Wawancara

Wawancara adalah suatu proses interaksi dan komunikasi. Dalam proses ini

hasil wawancara ditentukan oleh beberapa faktor yang berinteraksi dan

mempengaruhi arus informasi. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan

informasi dengan mengajukan pertanyaan kepada asisten teknisi untuk

mendapatkan informasi yang lebih mendalam mengenai hasil dinamika kualitas

air.

3.5 Metode Penelitian

3.5.1 Alat dan bahan

Alat yang digunakan selama monitoring kualitas air dan monitoring

pertumbuhan meliputi refraktometer, DO meter, pH pen, sechidisk, mikroskop,

timbangan digital, dan penggaris. Bahan yang digunakan air sampel petakan.

Monitoring kualitas air dan Monitoring pertumbuhan disesuaikan dengan Standar

Operasional Prosedur (SOP) yang diterapkan di PT. Piramide Paramount

Indonesia.

3.5.2 Monitoring kualitas air

a. Suhu

Pengukuran suhu dilakukan dengan menggunakan dua alat yaitu

thermometer raksa dan thermometer digital,. Pengukuran suhu dilakukan dua kali

sehari yaitu pada pagi pukul 06.00-07.00 dan siang pukul 13.00- 14.00.

b. Kecerahan

Pengukuran kecerahan menggunakan secchi disk, dilakukan pada waktu

pagi dan siang hari. Pengukuran ini dilakukan dengan mencelupkan secchi disk

kedalam petakan tambak sampai warna hitam dan putih pada alat tidak terlihat

pada kedalam tertentu.


18

c. pH

Pengukuran pH menggunakan pH pen, dilakukan pada waktu pagi dan siang

hari. Pengukuran ini dilakukan dengan mengambil sampel menggunakan botol dari

petakan yang selanjutnya diukur dengan mencelupkan ph pen ke dalam air.

d. DO (Disolved Oksigen)

Pengukuran DO dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi pukul 05.00- 06.00

dan malam pukul 21.00-22.00. Pengujian DO dilakukan di tepi tambak yang jauh

dari kincir.

e. Salinitas

Pengukuran salinitas dilakukan setiap tiga hari sekali menggunakan

refraktometer. Tahapan penggunaannya yaitu dengan meneteskan sample air

sebanyak 1 sampai 2 tetes pada kaca biru yang berfungsi sebagai sensor

kemudian tutup kaca sensor. Refraktometer dilihat seperti melihat teleskop

mengarah ke tempat yang memancarkan cahaya, dan kemudian tengok ke dalam

ujung bulat refraktometer. akan terlihat satu angka skala atau lebih, ukuran

salinitas terlihat pada garis pertemuan bagian putih dan biru.

f. Plankton

Pengecekan plankton dilakukan setiap seminggu sekali. Plankton dapat

dilihat dengan cara meneteskan air sampel ke kaca preparat selanjutnya diamati

menggunakan mikroskop. Plankton akan terlihat kemudian bedakan antar

jenisnya.

3.5.3 Monitoring pertumbuhan berat udang

Monitoring pertumbuhan udang dilakukan dengan cara sampling. Sampling

bertujuan untuk mengetahui berat rata-rata udang per ekor (Mean Body Weight),

dan pertambahan berat harian (Average Daily Growth). Proses penyamplingan

menggunakan jala lalu dijala pada satu titik tertentu, kemudiaan jala diangkat.

Piring digunakan untuk mempermudah proses penimbangan, timbangan di tare


19

atau di 0 kan, lalu udang yang telah dijala dimasukkan kedalam kantong waring

dan ditimbang lalu dicatat hasilnya.

3.6 Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data

Sumber data yang diperoleh dari Kerja Praktek Akhir (KPA) adalah data

primer dan data sekunder.

3.6.1 Teknik pengolahan data

Data yang telah terkumpul menurut Nazir (2014) diolah melalui tahapan

sebagai berikut :

1. Editing

Editing adalah memeriksa, mengoreksi, dan melakukan pengecekan ulang

terhadap data yang terkumpul. Sebelum data diolah, data tersebut perlu diedit

lebih dahulu. Dengan perkataan lain, data atau keterangan yang telah

dikumpulkan dalam recod book, daftar pertanyaan ataupun pada interview guide

perlu dibaca sekali lagi dan diperbaiki, jika disana sini masih terdapat hal-hal yang

salah atau yang masih meragukan.

2. Membuat tabulasi

Membuat tabulasi tidak lain adalah memasukkan data kedalam tabel-tabel, dan

mengatur angka-angka sehingga dapat dihitung jumlah kasus dalam berbagai

kategori. Data tentang monitoring kualitas air akan di perbandingkan dengan jurnal

dan SNI yang sudah di tetapkan.

3. Analizing

Analizing adalah menganalisis data yang sudah terkumpul dalam pengujian

parameter kualitas air yang telah dilaksanakan. Data tersebut dianalisis

menggunakan metode analisis deskriptif. Metodenya yaitu data yang sudah

terkumpul dikelompokkan menjadi sebuah tabel, dari tabel kemudian diubah

menjadi grafik yang berupa gambar, dan dianalisis menjadi suatu kesimpulan yang

disesuaikan dengan standar kualitas air yang berlaku.


20

3.6.2 Teknik analisa data

Analisa data merupakan bagian yang amat penting dalam metode ilmiah,

karena dengan analisa, data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna

dalam memecahkan masalah penelitian. Analisis data menggunakan analisis

deskriptif bertujuan untuk memberikan deskripsi mengenai subjek penelitian

berdasarkan data dari variabel yang diperoleh dari kelompok subjek yang diteliti

dan tidak dimaksudkan untuk pengujian hipotesis (Azwar,2009)

a. Analisa deskriptif

Analisa deskriptif dilakukan dengan menampilkan hasil monitoring kualitas

air pada proses budidaya udang vanname lalu dibandingkan dengan jurnal atau

literatur yang ada, selain itu juga hasil monitoring pertambahan berat udang yang

dibandingkan dengan tabel SNI.

b. Analisa kuantitatif

Analisis kuantitatif adalah analisa yang digunakan untuk menganalisis data

dengan cara mendeskripsikan data yang telah terkumpul tanpa membuat

kesimpulan secara umum. Analisis ini hanya berupa akumulasi data dasar dalam

bentuk deskripsi dan tidak menerangkan saling hubungan, menguji hipotesis,

membuat ramalan atau menarik kesimpulan. Analisa kuantitatif dilakukan dengan

menganalisa data dilapangan, data yang dapat dianalisa adalah sebagai berikut:

1. SR (Survival Rate) satuan (%)

SR (%) = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑢𝑑𝑎𝑛𝑔 𝑦𝑎𝑛𝑔 ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝 x 100%


𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑢𝑑𝑎𝑛𝑔 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑏𝑎𝑟

2. ADG (Average Daily Growth) satuan gram/ekor

ADG (gram/ekor) = 𝐴𝐵𝑊 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 (𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑒𝑘𝑜𝑟) – 𝐴𝐵𝑊 𝑎𝑤𝑎𝑙 (𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑒𝑘𝑜𝑟)


𝑆𝑒𝑙𝑖𝑠𝑖ℎ 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑖𝑛𝑔

3. ABW (Average Body Weight) satuan gram/ekor

ABW (gram/ekor) = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑢𝑑𝑎𝑛𝑔 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑝 (𝑔𝑟𝑎𝑚) x 100%


𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑢𝑑𝑎𝑛𝑔 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑝 (𝑒𝑘𝑜𝑟)
21

c. Analisa regresi

Analisis regresi adalah teknik statistika yang digunakan untuk menjelaskan

pengaruh variabel bebas (independent variable) terhadap variabel tak bebas

(dependent variable). Analisis regresi bertujuan untuk mengetahui sejauh mana

ketergantungan atau hubungan satu variabel terikat dengan satu atau lebih

variabel bebas (Marcus et al., 2012). Dalam analis regresi ini perhitungan

menggunakan aplikasi SPSS versi 22, sedangkan untuk perhitungan T tabel dan

F tabel menggunakan aplikaso microsoft excel dengan cara sebagai berikut :

1. T tabel di cari menggunakan rumus =TINV(p;df). nilai p adalah 0,05 atau

batasan nilai sig, dan df dicari dengan rumus “n-k” (n=jumlah sampel dan k=

hipotesis 2 arah).

2. F tabel di cari menggunakan rumus =F.INV.RT(p;d1;d). nilai p adalah 0,05

atau batasan nilai sig, df1 adalah variabel bebas yang digunakan (parameter

kualitas air yang digunakan), dan d dicari dengan rumus “n-variabel bebas-1”

(n=jumlah sampel).
22

IV. KEADAAN UMUM

4.1 Letak Geografis

Gambar 3. Letak Geografis PT PPI.


Sumber : Data Primer (2021)

PT. Pyramide Paramount Indonesia terletak di Desa Sidomukti Kecamatan

Brondong Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur dengan kordinat 6º 53’41.

3”S 112º1147.7”E Lokasi unit usaha ini berada di tepi laut Jawa yang merupakan

satu kawasan dengan unit usaha pembesaran udang lainnya yang terletak di

sepanjang jalur transportasi Pantura. Untuk letak Lokasi dapat dilihat Gambar 3.

Untuk Perbatasan wilayahnya dengan daerah yang lain dapat lihat sebagai

berikut :

Sebelah Utara : Desa Labuhan

Sebelah Selatan: Desa Sidomukti

Sebelah Timur : Desa Cakaran

Sebelah Barat : Desa Brengkok

Lokasi PT. PPI tidak terlalu jauh dengan laut sekitar 1 km. Lokasi perusahan

mudah untuk dilalui kendaraan yang didukung dengan jalan yang sudah beraspal.

Luasan wilayah yang dimiliki perusahaan ± 24 hektare.


23

4.2 Keadaan Unit Usaha

4.2.1 Sejarah

PT. Pyramide Paramount Indonesia berdasarkan akte perusahaan berdiri

pada bulan April 2011 yang dirintis oleh bapak Robert Gunawan yang merupakan

salah satu putra bapak Singgih Gunawan (pemilik PT. Santos Jaya Abadi).

Kegiatan awal yang dilakukan yaitu dengan menyewa tambak milik dinas

perikanan di desa Pereng, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban, sebanyak 4 petak

yang dikelola selama 2 siklus dengan hasil memuaskan. Pada bulan Agustus

2012, dilakukan pengembangan perusahaan dengan menyewa lahan didaerah

Lamongan selama 10 tahun, di desa Labuhan, Kecamatan Brondong, Kabupaten

Lamongan, provinsi Jawa Timur. Luas lahan yang disewa yaitu 24 hektar yang

terdapat 35 petakan yang dibagi atas tiga unit yaitu unit A, unit B dan unit C.

Perusahaan ini menjalin mitra dengan PT. Central Hartawi selaku participle selama

2 tahun dan PT. INFE suplayer probiotik selama 3 tahun. Keberhasilan usaha yang

dikerjakan ini akhirnya dikembangakan dengan melakukan perluasan lahan di

daerah Bali yang terdiri dari 100 petakan dengan status kepemilikan sewa lahan

dan di daerah Lampung dengan sewa lahan yang terdapat 26 petak. Pada bulan

Oktober 2014 sudah tidak mitra dan sudah dapat menjalankan perusahaan secara

mandiri, pada tahun 2018 kontrak di perpanjang 5 tahun sampai pada tahun 2023.

4.2.2 Struktur organisasi perusahaan

PT. Pyramide Paramount Indonesia merupakan suatu badan usaha yang

bergerak dalam bidang budidaya udang vannamei intensif dengan pemimpin

tertinggi adalah seorang direktur utama sekaligus pemilik usaha. Kegiatan sehari-

hari pengelolaan usaha pertambakan ini dikoordinir oleh manajer. Untuk struktur

organisasi PT. PPI dapat dilihat pada Gambar 4.


24

Farm manager

Bpk. Budi Rahmawan

Teknisi Administrasi

Bpk. Basuki Bpk. Eko

Asisten/Lab Kepala Gudang

Bpk. Ustadi Bpk .Bagus


Bpk. Catur

Dapur Keamanan

Anak pakan Mekanik Ibu. Novi Bpk. Rasmijan

Bpk. Sahdan Bpk. Yanto


Bpk. Agus
Bpk. Paijo
Bpk. Imam
Bpk. Rubi
Bpk. Glewor
Bpk. Huda

Gambar 4. Struktur Organisasi PT.PPI


Sumber: Data Primer (2021)

4.2.3 Fasilitias Budidaya

Terdapat beberapa fasilitas Budidaya yang dimiliki oleh PT PPI. Fasilitas

Budidaya tersebut adalah petak pembesaran, saluran air, pompa air dan kincir.
25

a. Petak pembesaran

Petak pembesaran pada pemeliharaan budidaya udang vannamei terdiri

atas 35 petak fungsional yang dibagi menjadi 3 unit. Unit A terdiri atas 14 petak

tambak, unit B terdiri atas 7 petak tambak dan unit C terdiri atas 14 unit. Semua

tambak tersebut menggunakan HDPE (Hight Density Polyetyline) dengan

ketebalan 0,5 mm yang mampu bertahan 10-15 tahun. Petak pembesaran

dilengkapi dengan saluran pembuangan yang berada pada tengah petakan

berfungsi sebagai tempat pembuangan lumpur, petakan juga dilengkapi dengan

jembatan yang berada disudut petakan berjumlah 4 berfungsi sebagai tempat

anco dan sampan. Berikut ini adalah Gambar 5, petakan Blok C.

Gambar 5. Petak Pembesaran Udang


Sumber: Data Primer (2020)

b. Saluran Air

Dalam sistem tata letak pertambakan fungsi saluran air adalah sebagai jalur

air dari sumbernya . Sesuai dengan fungsinya saluran air terdiri dari saluran 36

pemasukan, dan pembuangan. Guna memudahkan dalam operasionalnya desain

saluran air PT. PPI dibuat dengan beda ketinggian tertentu sehingga

memudahkan untuk mengalirkan air ke petakan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada Gambar 6.
26

A B

Gambar 6. A. Inlet dan B. Outlet


Sumber : Data Primer (2021)
c. Pompa air

Dalam kegiatan budidaya udang intensif keberadaan pompa sangatlah

penting guna memindahkan air dalam debit tertentu. Pada tambak PT. PPI

menggunakan 2 jenis pompa yaitu pompa Sentrifugal dan pompa Submersieble.

Pompa tersebut memiliki kegunaan masing-masing. Untuk pompa setrifugal

digunakan untuk menyedot sumber air seperti pada sumur bor. Untuk pompa

submersieble digunakan ketika panen.

d. Kincir

Salah satu fasilitas yang memiliki peran sangat penting dalam menciptakan

kondisi perairan tambak terutama pada budidaya udang skala intensif yaitu kincir.

Kincir sendiri memiliki peran dalam menyuplai oksigen dalam perairan tambak

selain itu juga kincir memiliki fungsi lain selain menyuplai oksigen yaitu proses

mencampurkan karakteristik antara perairan tambak antara lapisan bawah dan

lapisan atas. Di PT. PPI sendiri menggunakan jenis kincir single peddel wheel

atau dengan kata lain menggunakan satu baling-baling kipas dengan kapasitas 1

Hp (Horse power). Rata-rata setiap petakan menggunakan 10-12 kincir.


V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Pengelolaan Kualitas Air Media

Pengelolaan kualitas air media dilakukan dengan tujuan untuk menjaga

agar udang tetap dalam kondisi sehat, karena udang hidup di air. Di Lokasi praktek

usaha pengelolaan kualitas air meliputi, pengisian dan sterilisasi air tandon,

penyiponan, aplikasi probiotik, pergantian air, dan monitoring kualitas air

5.1.1 Pengisian dan sterilisasi air tandon

Sumber air asin yang digunakan untuk mengisi bak pembesaran berasal dari

sumur bor dengan kedalaman 30 meter karena tidak dapat mengambil air

langsung dari laut. Sumur bor terletak di pinggir tambak dengan jarak dari bibir

pantai 1 km. Sumber air disedot menggunakan pompa listrik menuju ke bak tandon

dan di treatmen TCCA sebanyak 30 ppm, treatmen ini dilakukan selama 2 hari

untuk menjadikan air menjadi bening, lalu dialirkan ke petakan budidaya. Hal ini

sependapat dengan pendapat Haliman dan Adijaya (2005) yang menyatakan

bahwa dalam persiapan air, air yang masuk keseluruh sistem akan diberi kaporit

30 ppm dan diendapkan selama 3 hari untuk menghilangkan carrier dan partikel

virus yang terbawa air. Air akan dialirkan ke petakan untuk sirkulasi air. Selama

proses persiapan air, kincir dinyalakan untuk memudahkan perataan dalam

aplikasi. Proses pemberian kaporit dapat dilihat pada gambar 6.


28

Gambar 7. Pemberian kaporit pada tandon


Sumber: Data Primer (2021)

5.1.2 Pergantian dan penambahan air


Pergantian / sirkulasi air di PT. PPI Lamongan dilakukan setiap hari dengan

cara membuka pipa outlet yang ada di pembuangan agar kotoran yang menimbun

pada central drain bisa keluar dan tidak mengendap di petakan sehingga menjadi

zat yang berbahaya bagi udang. Frekuensi pergantian air dilakukan pada pagi atau

sore tergantung dari tingkat banyak atau tidaknya kotoran yang menumpuk di

central drain, apabila kotoran dirasa terlalu banyak maka dilakukan penyiponan

agar kotoran dapat bersih secara maksimal. Setelah itu air yang telah terbuang

diganti dengan air yang baru. Pergantian air berguna untuk mengencerkan bahan

organik sisa metabolisme dan sisa pakan. Melakukan pergantian air secara teratur

juga mampu membantu memasok oksigen terlarut (Wulandari et al., 2015).

Penambahan air dari tandon yang sudah di treatmen dilakukan bertujuan

menambah volume air yang berkurang akibat penguapan ataupun mengalami

kebocoran pada petakan tanpa kesengajaan untuk menguranginya.


29

5.1.3 Penyiponan

Pembuangan lumpur melalui penyiponan pada tambak dilakukan melalui

pipa central drain yang berukuran diameter 6 dim dan menggunakan selang spiral

berukuran 4 dim yang dialirkan ke outlet sampai warna air yang keluar sama

dengan warna air permukaan tambak. Pembuangan lumpur dilakukan pada pagi

hari. Penyiponan di PT. PPI Lamongan Unit C mulai dilakukan ketika udang sudah

berumur lebih dari 25 hari. Setelah itu dapat dilakukan sipon pada umur 25 - 40

hari sebanyak 2 kali seminggu, umur 41 – 60 hari sebanyak 3 kali seminggu dan

umur 60 – panen dilakukan sebanyak 3 - 4 kali seminggu. Semakin tua maka

frekuensi penyiponan semakin sering dilakukan.Tujuan dari penyiponan adalah

untuk membuang lumpur, udang yang mati, sisa moulting dan kotoran yang ada

pada central drain. Hal ini sesuai dengan pendapat Wulandari (2015), tujuan dari

penyiponan adalah menyedot endapan sisa pakan dan feses udang yang tidak

terurai sehingga tidak menjadi zat toksik. Contoh kegiatan penyiponan dapat dilihat

pada gambar 7.

Gambar 8. Kegiatan Penyiponan


Sumber: Data Primer (2021)
30

5.1.4 Aplikasi probiotik

Menurut Purwanta dan Firdayati (2002), probiotik adalah mikroorganisme

yang memiliki kemampuan mendukung pertumbuhan dan produktifitas udang.

Penerapan probiotik pada udang selain berfungsi untuk menyeimbangkan

mikroorganisme dalam pencernaan agar tingkat serapannya tinggi, probiotik juga

bermanfaat menguraikan senyawa-senyawa sisa metabolisme biota dalam air,

sehingga dapat meningkatkan nilai kualitas air. Pada PT. PPI khususnya blok C

diberikan probiotik Super NB dengan aplikasi seminggu 3 kali yaitu pada hari

senin, rabu, dan jumat.

Pemberian probiotik dilakukan seminggu 3 kali karena berkaitan dengan

efektifitas dan efisiensi biaya produksi yang digunakan untuk pemeliharaan atau

budidaya. Jika aplikasi probiotik terlalu sering diberikan, sementara jumlah

populasi Vibrio sp pada perairan budidaya masih rendah maka hal ini dapat

menambah biaya dan tidak efisien. Sebaliknya jika aplikasi probiotik terlambat

diberikan dan jumlah populasi Vibrio sp. Semakin banyak dan berkembang pada

perairan, hal tersebut dapat memicu udang yang dibudidayakan terserang atau

terinfeksi bakteri Vibrio sp. yang dapat mengakibatkan kematian pada udang yang

dibudidayakan. Pemberian probiotik dicampur dengan molase dengan

perbadingan 5:1 atau 1 Liter super NB yang dicampur 200mL molase.

Gambar 9. Probiotik Super NB


Sumber : Data Primer (2021)
31

5.2 Monitoring Kualitas Air Pada Pemeliharaan

Kualitas air tambak merupakan faktor utama kelansungan hidup dan

produktivitas budidaya udang. Kualitas air dinyatakan dengan beberapa parameter

fisika, yaitu suhu air, salinitas, kekeruhan air, dan sebagainya (Effendi, 2003).

Buruknya kualitas air berdampak pada turunnya nafsu makan udang, lambatnya

pertumbuhan udang, dan mudahnya udang terserang penyakit. Untuk mencegah

dampak buruk tersebut maka dilakukan monitoring dan kontrol air pada tambak

sehingga kualitas air dapat terkendali dengan baik.

5.2.1 Suhu
Suhu air dipengaruhi oleh : cahaya matahari, suhu udara, cuaca dan lokasi.

Cahaya matahari merupakan faktor utama yang mempengaruhi naik turunnya

suhu air. Pengukuran suhu di mulai pada hari ke-8 pelaksanaan KPA karena

keterbatasan alat di lapangan dan menunggu pengiriman alat yang dibeli dari

online shop. Pengukuran pada petak C8 cenderung lebih detail karena

pengukuran menggunakan thermometer digital, sedangkan pada petak C7

menggunakan thermometer air raksa yang tidak menunjukkan angka spesifik.

Proses Pengukuran Suhu bisa dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Proses Pengukuran Suhu Menggunakan Thermometer Digital


Sumber : Data Primer (2021)
32

Monitoring suhu pagi dilakukan setiap hari pada pukul 06.00 – 07.00 WIB

dan 12.00 – 13.00 WIB. Hasil pengamatan suhu selama KPA berkisar antara 27°C

– 32,5°C. Menurut SNI 8037.1:2014 persyaratan kualitas air pemeliharaan udang

yang optimal berkisar antara 28 - 33°C. Pada kedua petakan tambak suhu relatif

sama karena letak kedua petakan yang berdekatan dan memiliki kondisi cuaca

yang sama, nilai suhu pada kedua petakan cukup optimal karena sudah mendekati

standar SNI dan hanya selisih 1°C. Hasil pengukuran suhu dapat dilihat pada

Gambar 11.

Pengukurun Suhu
34

32

30

28

26

24
H10 H13 H16 H19 H22 H25 H28 H31 H34 H37 H39 H42 H45

C7 Pagi C8 Pagi C7 Siang C8 Siang

Gambar 11. Grafik Hasil Pengukuran Suhu


Sumber : Data Primer (2021)

Menurut Pramono dan Cornelia (2005), pada budidaya tambak udang suhu

perairan yang baik berkisar antara 26 sampai 30 derajat celcius, sebab pada

rentang nilai tersebut udang dapat tumbuh dengan baik karena dapat melakukan

proses pencernaan makanannya dengan baik. Hal ini sesuai dengan pendapat

Haliman dan Adijaya (2005), pada suhu di bawah 25°C, umumnya udang kurang

aktif mencari pakan. Menurut Hermanto (2000) pada suhu rendah jumlah pakan

yang dikonsumsi akan sedikit, tetapi pada peningkatan suhu berikutnya

menyebabkan jumlah pakan yang dikonsumsi semakin banyak sampai pada suhu

optimum dan akan menurun lagi pada peningkatan suhu di atas optimum.

Sedangkan apabila suhu terlalu tinggi menyebabkan udang menjadi lemas dan
33

dapat menyebabkan kematian karena terjadi perubahan daya akut darah, ini

dikarenakan semakin tinggi suhu air maka daya larut oksigen semakin rendah.

Suhu air mempengaruhi metabolisme udang. Semakin tinggi suhu air, laju

metabolisme udang semakin besar dan konsumsi oksigennya semakin besar pula.

Hal ini sesuai dengan pendapat Stickney (1979) bahwa laju metabolisme sebagian

besar spesies ikan dan udang akan meningkat di atas suhu optimum kemudian

energi mulai dialihkan dari pertumbuhan ke laju metabolisme yang tinggi, sehingga

laju pertumbuhan menjadi menurun.

5.2.2 Kecerahan

Kecerahan merupakan gambaran kedalaman air yang ditembus oleh cahaya

matahari yang masuk dan umumnya dapat dilihat oleh mata. Kecerahan

menunjukkan seberapa jernih suatu perairan. Kecerahaan air ditentukan oleh

partikel-partikel tersuspensi seperti tanah liat, bahan organik dan mikroorganisme.

Kecerahan yang optimal untuk udang adalah berkisar antara 30 - 40 cm. Hal ini

sesuai dengan pernyataan Romadhona et al (2016) nilai kecerahan yang

disarankan untuk budidaya udang vaname di tambak adalah 30-40 cm. Apabila

nilai kecerahan lebih dari 40 cm maka dinyatakan sebagai kecerahan terlalu tinggi

yang ditandai dapat terlihat dengan kasat mata. Sedangkan nilai kecerahan <20

cm, dinyatakan sebagai perairan terlalu keruh. Hal tersebut diduga akibat bahan

organik yang tersuspensi maupun terlarut seperti lumpur, pasir halus dan

mikroorganisme. Grafik hasil pengukuran kecerahan dapat dilihat pada Gambar

12.
34

Data Kecerahan
60

50

40

30

20

10

0
H1 H4 H7 H10 H13 H16 H19 H22 H25 H28 H31 H34 H37 H39 H42 H45

C7 P C8 P C7 S C8 S

Gambar 12. Grafik Hasil Pengukuran Kecerahan


Sumber : Data Primer (2021)

Pada petakan C7 nilai kecerahan cenderung lebih tinggi daripada petakan

C8, hal ini terjadi karena bakteri lebih dominan daripada plankton. Selain dilihat

dari tingkat kecerahan, pada petak C7 juga kurang adanya busa. Karena busa

merupakan tanda bahwa bakteri dan plankton hidup seimbang. Upaya yang

dilakukan yaitu dengan pergantian air dan pemberian dolomit yang sudah di

fermentasi.

5.2.3 Warna Air


Selain suhu dan kecerahan parameter fisika yang dapat diamati adalah

warna, warna yang di lihat dalah warna air yang terdapat pada tambak. Beberapa

warna air sebagai indikasi dari keaneka-ragaman dan dominasi plankton

diantaranya : Hijau tua, Hijau, Hijau muda, Hijau coklat, Coklat tua, Coklat, dan

coklat kemerahan. Hasil pengamatan warna air dapat dilihat pada tabel 3.
35

Tabel 3. Hasil Pengamatan Warna Air


Warna Air
Minggu
C7 C8
I CH CH
II CH H
III H H
IV H CH
V H CH
Keterangan : - CH (Coklat Kehijauan)
- H (Hijau)

Menurut Majalah Mitra Bahari (1996) warna air yang ditimbulkan oleh

komunitas fitoplankton, antara lain warna coklat keemasan (biasanya didominasi

jenis plankton diatom), warnan hijau untuk ganggang hijau (Green Algae) dan hijau

kebiru – biruan untuk ganggang hijau kebiruan (Blue Green Algae), sedangkan

warna merah biasanya didominasi oleh Dinoflagellata. Menurut Daruti (2019),

warna air tambak seperti hijau kecoklatan menunjukkan dominasi plankton diatom.

Jenis plankton diatom merupakan jenis plankton yang baik untuk tambak. Jenis

plankton ini merupakan penyuplai pakan alami bagi udang, yang menyebabkan

tingkat pertumbuhan dan perkembangan udang relatif lebih cepat. Pada petakan

C7 dan C8 di dominasi oleh warna coklat kehijauan yang berarti di dominasi

plankton jenis diatom dan green algae.

5.2.4 Derajat keasaman (pH)

Derajat keasaman atau pH menggambarkan aktivitas potensial ion

hidrogen dalam larutan yang dinyatakan sebagai konsentrasi ion hidrogen (mol/l)

pada suhu tertentu. Pengukuran pH air dilakukan secara berkala dua kali dalam

satu hari yaitu pada pagi dan siang hari menggunakan pH meter. Fluktuasi pH

adalah masalah di lapangan, oleh karena itu kontrol pH dilakukan agar pH tetap

stabil dan dioptimalkan pada kisaran 7 - 9 atau mendekati normal. Proses

Pengukuran pH dapat dilihat pada Gambar 13.


36

Gambar 13. Pengukuran pH Menggunakan pH Meter


Sumber : Data Primer (2021)

Monitoring pH pagi dilakukan setiap hari pada pukul 06.00 – 07.00 WIB dan

12.00 – 13.00 WIB. Hasil pengamatan pH pagi selama KPA berkisar antara 7,5 –

8,4. Sedangkan pH siang berkisar antara 8,0 – 8,8. Menurut SNI 8037.1:2014 Nilai

pH optimal pada pemeliharaan udang adalah 7,5 – 8,5. Nilai pH pada kedua

petakan cukup optimal karena sudah mendekati standar SNI dan tidak selisih

terlalu jauh. Stress akibat fluktuasi pH yang besar akan menurunkan laju makan

udang, berakibat pada pertumbuhan udang melambat dan rawan terinfeksi

penyakit. Keberadaan karbon dioksida adalah faktor utama yang mempengaruhi

pH air. Hasil pengukuran pH dapat dilihat pada Gambar 14.


37

Pengukuran pH
9

8,5

7,5

7
H1 H4 H7 H10 H13 H16 H19 H22 H25 H28 H31 H34 H37 H39 H42 H45

C7 Pagi C8 Pagi C7 Siang C8 Siang

Gambar 14. Grafik Fluktuasi pH


Sumber : Data Primer (2021)

Nilai pH pagi hari selalu lebih rendah dari pH siang, ini berkaitan dengan

aktifitas fitoplankton dalam fotosintesis dan respirasi. Konsentrasi CO2 pada

malam hari tinggi karena respirasi fitoplankton, CO2 akan diikat unsur karbonat dan

senyawa air membentuk asam karbonat (2HCO3-) sehingga pH akan turun. Hal ini

sesuai dengan pernyataan Boyd (2002) yaitu dalam reaksi kimia seperti respirasi

CO2 -> H2O = H2CO3 (asam karbonat) dan perombakan bahan organik oleh

bakteri yang menghasilkan amonium ( NH4) dan CO2.

pada siang hari pH cenderung naik karena berkaitan dengan aktifitas

fitoplankton dalam fotosintesis dan respirasi. menurut persamaan reaksi berikut :

6 CO₂ + 6 H2O C6H12O6 + 6O2

Dari persamaan diatas, CO₂ yang ada pada perairan dimanfaatkan

fitoplankton untuk berfotosintesis sehingga konsentrasi CO₂ semakin sedikit.

Kondisi tersebut menyebabkan pH naik. Menurut Chakravarty (2016), Konsentrasi

pH mempengaruhi tingkat kesuburan perairan karena mempengaruhi kehidupan

jasad renik. Perairan yang asam cenderung menyebabkan kematian pada udang

demikian juga pada pH yang mempunyai nilai kelewat basa. Pada pH perairan

yang terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat menyebabkan stres pada udang,

lembeknya kulit udang dan rendahnya kelangsungan hidup udang.


38

5.2.5 Salinitas

Salinitas adalah jumlah kadar garam yang terdapat pada suatu perairan atau

berat dalam gram dari semua zat padat terlarut dalam satu kilogram air laut. Udang

vaname dapat tumbuh dan berkembang pada kisaran salinatas 15 – 25 ppt, namun

apabila salinitas di bawah 5 ppt dan di atas 30 ppt biasanya pertumbuhan udang

vaname relatif lambat, hal ini terkait dengan proses osmoregulasi yang

menyebabkan udang vaname mengalami gangguan terutama pada saat sedang

molting dan proses metabolisme (Yuna, 2011: 36 – 37). Proses pengukuran

salinitas dapat dilihat pada gambar 15.

Gambar 15. Proses Pengukuran Salinitas


Sumber : Data Primer (2021)

Pengecekan salinitas pada PT. PPI Lamongan khususnya unit C dilakukan

setiap seminggu dua kali menggunakan refraktometer. Pengukuran dilakukan

pada pagi hari dengan meneteskan sampel air pada refraktormeter. Hasil

pengukuran salinitas dapat dilihat pada gambar 16


39

Pengukuran Salinitas
25

20

15

10

0
H9 H13 H16 H20 H23 H27 H30 H34 H37 H41 H44

C7 C8

Gambar 16. Grafik Fluktuasi Salinitas


Sumber : Data Primer (2021)

Menurut WWF indonesia (2011), salinitas optimum untuk budidaya udang

vannamei adalah 15 – 25 ppt dengan toleransi 0 - 35 < 35 ppt. Dibanding udang

jenis lain, udang vannamei menyukai air media budidaya dengan salinitas atau

kadar garam lebih rendah, yaitu berkisar antara 10-35 ppt. Hasil dari pengukuran

salinitas yaitu mencapai 14 – 20 ppt. Menurut SNI 01-7246-2006 salinitas yang

baik untuk udang adalah 15 – 25. Hal ini cukup sesuai dengan SNI karena nilai

salinitas pada petakan hampir sama atau hanya selisih 1 angka dari nilai SNI.

Pengecekan salinitas terendah yaitu 14 ppt pada tanggal 10 April 2021, hal ini

disebabkan karena terjadi hujan pada hari sebelumnya dan kondisi cuaca

cenderung mendung selama beberapa hari terakhir. Perlakuan yang dilakukan

setelah terjadi hujan adalah dengan penambahan air pada petakan.

5.2.6 Oksigen Terlarut

Kandungan oksigen terlarut (DO) dalam air merupakan faktor kritis bagi

kesehatan udang. DO minimum untuk kesehatan udang yaitu 3 mg/l., sedangkan

DO potensial yang menyebabkan kematian adalah <2 mg/l. Kisaran optimal

oksigen terlarut selama masa pemeliharaan yaitu berkisar antara 3,5 - 7,5 mg/l

(Makmur et al, 2018). Pengukuran oksigen terlarut menggunakan alat yang

bernama DO meter. Pengukuran oksigen terlarut dilakukan dua kali sehari yaitu
40

pada pagi dan malam hari, yaitu pada pukul 05.30 dan 21.00 Grafik pengukuran

DO dapat diihat pada gambar 17.

Pengukuran DO
6
5
4
3
2
1
0
H32 H35 H38 H42 H45

C7 P C8 P C7 M C8 M

Gambar 17. Grafik Hasil Pengukuran DO


Sumber : Data Primer (2021)

Hasil pengukuran DO berkisar antara 4,36 – 5,15 pada pagi hari dan 4,15

– 5,13 pada malam hari. Dari hasil pengukuran tersebut menunjukkan bahwa DO

di dalam petakan masih dalam kondisi optimal. Hal ini sesuai dengan standar SNI

8037.1:2014. yang menyatakan bahwa batasan DO minimal tambak Udang

Vaname adalah >4,0 mg/l.

5.2.7 Plankton
Plankton sebagai organisme perairan tingkat rendah yang melayang-layang

di air dalam waktu yang relatif lama mengikuti pergerakan air. Plankton pada

umumnya sangat peka terhadap perubahan lingkungan hidupnya (suhu, pH,

salinitas, cahaya matahari dll) baik untuk mempercepat perkembangan atau yang

mematikan.

Pada PT. PPI khususnya petak C7 dan C8 saat dilakukan pengecekan

terdapat beberapa jenis plankton, plankton diatom merupakan jenis plankton yang

paling mendominasi ditandai dengan warna air yang stabil pada warna coklat

kehijauan. Gambar dari jenis plankton Cyclotella sp. dapat di lihat pada Gambar

20.
41

Gambar 18. Cyclotella sp.


Sumber : Data Primer (2021)

Menurut Utami (2012). Cyclotella sp. merupakan salah satu spesies dari

genus Cyclotella. Spesies ini termasuk ke dalam ordo Centrales. Memiliki ciri-ciri

antara lain hidup diperairan laut maupun tawar, bentuk tubuh berupa panser bulat

dengan tonjolan radial atau konsentris. Mempunyai pigmen yang terletak dalam

kromatofora hijau kekuningan sampai coklat keemasan. Spesies Cyclotella

termasuk kelas Diatom (Bacillariophyceae) banyak ditemukan di danau danau

atau Pada air jernih dan habitat marine. Habitatnya di dalam air sebagai

fitoplankton, pada dasar perairan (yang masih dapat disinari) sebagai bentos atau

menempel pada benda lain (hidup atau mati) sebagai perifiton. Susunan tubuh

uniseluler dengan bentuk dasar cetrik atau bulat sehingga memudahkan melayang

dalam air. Tepi katup (valve) ditandai oleh rambut-rambut kasar. Reproduksi

secara aseksual dengan pembelahan sel dan pembentukan auksospora.

5.3 Monitoring Pertambahan Berat Udang

5.3.1 Hasil sampling mingguan

Monitoring pertumbuhan dilakukan dengan cara sampling. Sampling

bertujuan untuk mengetahui laju pertumbuhan per hari dan penentuan dosis pakan

yang diberikan. Adapun peralatan yang digunakan untuk monitoring pertumbuhan


42

dengan cara sampling antara lain keranjang sampah kecil, piring, jaring jala,

timbangan analitik, ember ukuran 10 liter, seta bak ukuran 35 liter. Sampling

pertama dilakukan pada umur 40 hari dengan menggunakan jala lempar, dilakukan

setiap satu minggu.

Hal ini sesuai dengan pendapat Amri dan Kanna (2008), sampling bertujuan

untuk mengetahui berat rata-rata (Average Body Weight/ABW), pertambahan

berat rata - rata harian (Average Daily Growth/ADG), estimasi tingkat

kelangsungan hidup (Survival Rate/SR) dan total biomassa udang di tambak.

Selain itu untuk mengetahui nafsu makan dan kondisi kesehatan udang. Adapun

kegiatan sampling dapat dilihat pada Gambar 19.

Gambar 19. Kegiatan Sampling


Sumber : Data Primer (2021)

Proses penyamplingan menggunakan jala lalu dijala pada satu titik tertentu,

kemudiaan jala diangkat, piring digunakan untuk mempermudah proses

penimbangan, timbangan di tare atau di nol kan, udang yang dijala dimasukkan

kedalam kantong waring timbang udang dalam kantong dan dicatat hasilnya. Hasil

monitoring pertumbuhan dapat dilihat pada tabel 4 dan 5.


43

Tabel 4. Hasil Pengukuran berat C7


Minggu / DOC Berat Jumlah MBW (gram) MBW (-3%) ADG size
I / 40 863 169 5,11 4,96 0,12 201
II / 47 745 102 7,3 7,08 0,3 141
III / 54 1237 145 8,53 8,27 0,17 120
IV/ 61 500 49 10,2 9,89 0,23 101
V / 68 1409 119 11,84 11,48 0,23 87
71 (Panen) 4060 331 12,26 81,5

Tabel 5. Hasil Pengukuran berat C8


Minggu / DOC Berat Jumlah MBW (gram) MBW (-3%) ADG size
I / 40 740 137 5,4 5,24 0,13 190
II / 47 836 117 7,14 6,93 0,24 144
III / 54 1338 166 8,36 8,1 0,17 123
IV / 61 229 24 9,54 9,25 0,16 108
V / 68 1256 100 12,56 12,18 0,42 82
VI / 75 1763 121 14,57 14,13 0,28 71
78 (Panen) 4190 284 14,75 67,7

Dari data sampling yang telah dicatat maka dapat dihitung, MBW ADG, dan

diketahui sizenya. selain untuk mengetahui MBW dan ADG sampling dilakukan

untuk menentukan seberapa banyak pakan yang harus diberikan agar tidak terjadi

overfeeding dan underfeeding. Terjadi perbedaan berat yang signifikan pada

tanggal 30 Maret, hal ini di sebabkan karena saat proses sampling jala sedang

dalam perbaikan sehingga sampling menggunakan anco yang kapasitas nya tidak

sama seperti saat menggunakan jala. Pada PT. PPI pengurangan 3% dari mbw

dilakukan untuk mengurangi berat kotor pada udang karena kemungkinan terdapat

air yang ikut ditimbang sehingga dilakukan pengurangan 3% untuk mendapatkan

berat bersih. Hasil monitoring berat udang pada petak C7 dan C8 sudah cukup

sesuai dengan SNI 8037.1.2014 (2014) tentang tabel standar bobot udang

berdasarkan Day Of Culture. Grafik pertambahan berat udang dapat diihat pada

gambar 20
44

Grafik Berat Udang


16
14
12
10
8
6
4
2
0
DOC 40 DOC 47 DOC 54 DOC 61 DOC 68 DOC 75

C7 C8

Gambar 20. Grafik Berat Udang


Sumber : Data Primer (2021)

5.3.2 Tingkat survival rate

Tingkat SR dapat diketahui dengan cara menghitung jumlahl udang hidup

dibagi jumlah udang yang ditebar dikali 100%. Pada petak C7 diketahui tingkat SR

sebesar 82% sedangkan pada petak C8 tingkat SR sebesar 75%. SR pada petak

C8 lebih rendah dari petak C7, hal ini disebabkan karena ketika petak C7 terserang

virus WSSV (White Spot Syndrome Virus) langsung dilakukan panen, sedangkan

pada petak C8 yang terserang IMNV (Invectious Myonecrosis Virus) tidak di

segerakan panen dan cenderung ditahan beberapa hari karena akan di panen

secara bersamaan dengan petak yang lain agar lebih efektif sebab pembeli

berasal dari luar daerah. Walaupun begitu tingkat SR dari kedua petakan ini masih

cenderung baik, hal ini sesuai dengan pendapat Widigdo (2013), bahwa Survival

rate dikategorikan baik apabila nilai SR> 70%, untuk SR kategori sedang 50-60%,

dan pada kategori rendah nilai SR <50%.

Menurut Cahyono (2009), faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya

kelulushidupan dalam budidaya adalah faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik

diantaranya adalah faktor fisika, kimia air suatu perairan atau sering disebut

dengan kualitas air. Kualitas air yang baik akan menyebabkan proses fisiologi

dalam tubuh biota berjalan dengan baik, sehingga mendukung pertumbuhan dan
45

tingkat kelulushidupan biota. Pada PT PPI faktor abiotik yaitu kualitas air sudah

cukup optimal sehingga tingkat Survival Rate termasuk dalam kategori baik.

5.4 Analisa Regresi Linier

Analisa regresi linier adalah analisa yang digunakan untuk mengetahui

variabel dependent dapat diprediksikan melalui variabel independent. Regresi

linier berganda digunakan untuk menggambarkan hubungan variabel bebas lebih

dari satu dan satu variabel tak bebas/terikat (Y). Hal ini sesuai dengan pernyataan

Marcus et al., (2012), bahwa analisis regresi bertujuan untuk mengetahui sejauh

mana ketergantungan atau hubungan satu variabel terikat dengan satu atau lebih

variabel bebas. Dalam analisa regresi linier berganda terdapat dua variabel

diantaranya yaitu variabel dependent (variabel terikat) yang dinotasikan dengan Y.

Variabel dependent merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel lainnya,

dan variabel independent (variabel bebas) dapat dinotasikan dengan X. Pada

penelitian kali ini terdapat empat variabel independent (X) yaitu (X1,X2 ,X3,X4,),

dan satu variabel dependent (Y).

Keterangan :

- X1 = Suhu

- X2 = Kecerahan

- X3 = pH

- X4 = Salinitas

Model regresi linier berganda dibangun atas beberapa asumsi. Penjabaran

asumsi-asumsi regresi linier antara lain :

a) Uji F

Uji statistik F adalah uji semua variabel bebas secara keseluruhan dan

bersamaan pada suatu model. Uji ini dilakukan untuk mengetahui variabel

independent secara keseluruhan berpengaruh signifikan terhadap variabel

dependent. Dalam penelitian ini nilai F tabel pada petak C7 adalah 18,512
46

sedangkan pada petak C8 adalah 10,127. Perbedaan nilai F tabel di karenakan

perbedaan data yang di dapatkan, pada petak C7 di panen terlebih dahulu.

Kriteria pengambilan keputusan adalah :

- Jika nilai sig < 0.05 atau f hitung > f tabel maka terdapat pengarug variabel

X (variabel independent) terhadap variabel Y (variabel dependent).

- Jika nilai sig > 0.05 atau f hitung < f tabel maka tidak terdapat pengaruh

variabel X (variabel independent) terhadap variabel Y (variabel

dependent).

b. Uji T

Pengujian parsial atau uji t dimaksudkan untuk melihat pengaruh tiaptiap

variabel independent secara mandiri terhadap variabel dependennya. Dalam

penelitian ini diperoleh nilai T tabel pada petak C7 adalah 4,032 sedangkan pada

petak C8 adalah 3,182. Perbedaan nilai T tabel di karenakan perbedaan data

yang di dapatkan, pada petak C7 di panen terlebih dahulu. Untuk mengetahui

hubungan secara individu antara variabel bebas terhadap variabel terikat, maka

dapat dilakukan dengan dasar pengambilan keputusan berikut :

- Jika nilai sig < 0.05 (50/1000) atau t hitung > t tabel maka terdapat

pengaruh variabel X (variabel independent) terhadap variabel Y (variabel

dependent).

- Jika nilai sig > 0.05 atau t hitung < t tabel maka tidak terdapat pengaruh

variabel X (variabel independent) terhadap variabel Y (variabel dependent).

5.4.1 Analisa regresi liner berganda petak C7

Variabel penelitian yang dihimpun dalam penelitian ini terdiri dari satu variabel

dependent yaitu nilai pertumbuhan dan empat variabel independent yaitu suhu,

kecerahan, salinitas, dan pH. Adapun nilai kisaran variabel penelitian pada petak

C7 yang telah dianalisa menggunakan software SPSS versi 22 dapat dilihat pada

tabel 6 dan lampiran 4.


47

Tabel 6. Nilai variabel penelitian petak C7


No. Variabel Sig. F T R square

1 Suhu 0,015 64,243 8,015 0,970

2 Kecerahan 0,743 0,141 -0,376 0,066

3 pH 0,94 0,007 -0,085 0,004

4 Salinitas 0,532 0,56 -0,748 0,219

1. Pengaruh suhu terhadap pertumbuhan berat

> Uji F

- Nilai sig 0,015 atau 15/1000

- Nilai f hitung 64,243

- nilai sig 0,015 < 0,05 atau f hitung (64,243) > f tabel (18,512) maka terdapat

pengaruh variabel X (Suhu) terhadap variabel Y (Pertumbuhan)

> Uji T

- Nilai sig 0,015 atau 15/1000

- Nilai t hitung 8,015

- nilai sig 0,015 < 0,05 atau t hitung (8,015) > t tabel (4,032) maka terdapat

pengaruh variabel X (Suhu) terhadap variabel Y (Pertumbuhan)

Gambar 21. Grafik Regresi Suhu C7


Sumber : Data Primer (2021)
48

2. Pengaruh kecerahan terhadap pertumbuhan berat

> Uji F

- Nilai sig 0,743 atau 743/1000

- Nilai f hitung 0,141

- Nilai sig 0,743 > 0,05 atau f hitung (0,141) < f tabel (18,512) maka tidak terdapat

pengaruh variabel X (Kecerahan) terhadap variabel Y (Pertumbuhan)

> Uji T

- Nilai sig 0,743 atau 743/1000

- Nilai t hitung -0,376

- Nilai sig 0,743 > 0,05 atau t hitung (-0,376) < t tabel (4,032) maka tidak terdapat

pengaruh variabel X (Kecerahan) terhadap variabel Y (Pertumbuhan)

Gambar 22. Grafik Regresi Kecerahan C7


Sumber : Data Primer (2021)

3. Pengaruh pH terhadap pertumbuhan berat

> Uji F

- Nilai sig 0,940 atau 940/1000

- Nilai f hitung 0,007

- Nilai sig 0,940 > 0,05 atau f hitung (0,007) < f tabel (18,512) maka tidak

terdapat pengaruh variabel X (pH) terhadap variabel Y (Pertumbuhan)


49

> Uji T

- Nilai sig 0,940 atau 940/1000

- Nilai t hitung -0,085

- Nilai sig 0,940 > 0,05 atau t hitung (-0,085) < t tabel (4,032) maka tidak

terdapat pengaruh variabel X (pH) terhadap variabel Y (Pertumbuhan)

Gambar 23. Grafik Regresi pH C7


Sumber : Data Primer (2021)

4. Pengaruh salinitas terhadap pertumbuhan berat

> Uji F

- Nilai sig 0,532 atau 532/1000

- Nilai f hitung 0,560

- Nilai sig 0,532 > 0,05 atau f hitung (0,560) < f tabel (18,512) maka tidak terdapat

pengaruh variabel X (Salinitas) terhadap variabel Y (Pertumbuhan)

> Uji T

- Nilai sig 0,532 atau 532/1000

- Nilai t hitung -0,748

- Nilai sig 0,532 > 0,05 atau t hitung (-0,748) < t tabel (4,032) maka tidak terdapat

pengaruh variabel X (Salinitas) terhadap variabel Y (Pertumbuhan)


50

Gambar 24. Grafik Regresi Salinitas C7


Sumber : Data Primer (2021)

5.4.2 Analisa regresi linear berganda petak C8

Variabel penelitian yang dihimpun dalam penelitian ini terdiri dari satu

variabel dependent yaitu nilai pertumbuhan dan empat variabel independent yaitu

suhu, kecerahan, salinitas, dan pH. Adapun nilai kisaran variabel penelitian pada

petak C7 yang telah dianalisa menggunakan software SPSS versi 22 dapat dilihat

pada tabel 7 dan lampiran 5.

Tabel 7. Nilai variabel penelitian petak C8


No. Variabel Sig. F T R square

1 Suhu 0,386 1,026 1,013 0,255

2 Kecerahan 0,945 0,006 -0,075 0,002

3 pH 0,451 0,746 0,864 0,199

4 Salinitas 0,183 2,967 -1,722 0,497


51

1. Pengaruh suhu terhadap pertumbuhan berat

> Uji F

- Nilai sig 0,386 atau 386/1000

- Nilai f hitung 1,026

- nilai sig 0,386 > 0,05 atau f hitung (1,026) < f tabel (10,127) maka tidak

terdapat pengaruh variabel X (Suhu) terhadap variabel Y (Pertumbuhan)

> Uji T

- Nilai sig 0,386 atau 386/1000

- Nilai t hitung 1.013

- nilai sig 0,386 > 0,05 atau t hitung (1,013) < t tabel (3,182) maka tidak

terdapat pengaruh variabel X (Suhu) terhadap variabel Y (Pertumbuhan)

Gambar 25. Grafik Regresi Suhu C8


Sumber : Data Primer (2021)

2. Pengaruh kecerahan terhadap pertumbuhan berat

> Uji F

- Nilai sig 0,945 atau 945/1000

- Nilai f hitung 0,006

- Nilai sig 0,945 > 0,05 atau f hitung (0,006) < f tabel (10,127) maka tidak terdapat

pengaruh variabel X (Kecerahan) terhadap variabel Y (Pertumbuhan)


52

> Uji T

- Nilai sig 0,945 atau 945/1000

- Nilai t hitung -0,075

- Nilai sig 0,945 > 0,05 atau t hitung (-0,075) < t tabel (3,182) maka tidak terdapat

pengaruh variabel X (Kecerahan) terhadap variabel Y (Pertumbuhan)

Gambar 26. Grafik Regresi Kecerahan C8


Sumber : Data Primer (2021)

3. Pengaruh pH terhadap pertumbuhan berat

> Uji F

- Nilai sig 0,451 atau 451/1000

- Nilai f hitung 0,746

- Nilai sig 0,451 > 0,05 atau f hitung (0,746) < f tabel (10,127) maka tidak

terdapat pengaruh variabel X (pH) terhadap variabel Y (Pertumbuhan)

> Uji T

- Nilai sig 0,451 atau 451/1000

- Nilai t hitung 0,864

- Nilai sig 0,451 > 0,05 atau t hitung (0,864) < t tabel (3,182) maka tidak terdapat

pengaruh variabel X (pH) terhadap variabel Y (Pertumbuhan)


53

Gambar 27. Grafik Regresi pH C8


Sumber : Data Primer (2021)

4. Pengaruh salinitas terhadap pertumbuhan berat

> Uji F

- Nilai sig 0,183 atau 183/1000

- Nilai f hitung 2,967

- Nilai sig 0,183 > 0,05 atau f hitung (2,967) < f tabel (10,127) maka tidak terdapat

pengaruh variabel X (Salinitas) terhadap variabel Y (Pertumbuhan)

> Uji T

- Nilai sig 0,183 atau 183/1000

- Nilai t hitung -1,722

- Nilai sig 0,183 > 0,05 atau t hitung (-1,722) < t tabel (3,182) maka tidak terdapat

pengaruh variabel X (Salinitas) terhadap variabel Y (Pertumbuhan)


54

Gambar 28. Grafik Regresi Salinitas C8


Sumber : Data Primer (2021)

5.4.3 Pengaruh kualitas air terhadap pertumbuhan petak C7 dan C8

Analisa pengaruh kualitas air dan pakan terhadap pertumbuhan pada petak

tambak C7 dan C8 dilakukan dengan uji analisa regresi linier berganda dengan

software SPSS (Statistical Product and Service Solution). Variabel penelitian yang

dihimpun dalam penelitian ini terdiri dari satu variabel dependent yaitu nilai

pertumbuhan dan empat variabel independent yaitu suhu, kecerahan, salinitas,

dan pH. Berdasarkan analisis statistik yang telah dilakukan terhadap empat

variabel independent (variabel bebas) dari 2 petakan di dapatkan satu variabel

yang memiliki pengaruh langsung terhadap pertumbuhan Udang Vannamei yaitu

variabel suhu pada petak C7, sedangkan pada petak C8 tidak di temukan variabel

yang mempengaruhi pertumbuhan.

Suhu pada petakan C7 berpengaruh terhadap pemeliharaan udang di

petakan, hal di buktikan dengan adanya serangan virus wssv. Kondisi cuaca

menjadi faktor utama dalam perubahan suhu, Sebelum terserang wssv kondisi

cuaca mendung selama 2 hari berturut-turut dan terjadi hujan pada hari

selanjutnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Soetrisno (2004) bahwa Musim hujan

terbukti musim mewabahnya kasus wssv pada udang vannamei, hujan akan
55

sangat menimbulkan stress karena kejutan salinitas, suhu dan fluktuasi oksigen

serta pH yang sangat tinggi.

5.5 Keberadaan Hama dan Penyakit

5.5.1 Hama

Hama yang terdapat pada tambak PPI saat pelaksanaan KPA adalah ular,

kepiting bakau, dan ikan liar. Cara penanggulangannya yaitu dengan cara

pemberian waring di sekitar tambak agar ular tidak bisa masuk, Untuk

menanggulangi adanya kepiting bakau dan ikan liar adalah melakukan

pengecekan setiap waktu karena dekat nya petakan dengan kanal / sungai yang

mengarah langsung ke laut yang memungkinan masuknya kepiting bakau atau

ikan liar kedalam tambak. Kepiting bakau dan ikan liar menjadi pesaing untuk

merebut makanan yang akan diberikan pada udang.

5.5.2 Penyakit

Untuk penyakit yang ditemui saat pelaksanaan KPA adalah serangan virus

WSSV (White Spot Syndrome Virus). Menurut Vlak et al (2002) Bintik putih

merupakan gejala yang spesifik pada udang yang terserang WSSV sedangkan

letargi seperti penurunan nafsu makan dan aktifitas renang merupakan gejala

umum hewan terinfeksi WSSV. Petak C7 merupakan petak yang terserang virus

ini, dimulai dengan berubahnya cuaca yang semula panas menjadi mendung pada

3 hari terakhir, kemudian turun hujan. Upaya yang dilakukan ketika udang mulai

terserang virus wssv adalah dengan segera melakukan panen total untuk

meminimalisir kerugian karena tingkat mortalitas yang bisa mencapai 100%.

Sesuai dengan pendapat Samyukthaa dan Pasupathi (2013), Virus wssv

mempunyai kisaran inang yang luas, daya virulensi yang tinggi dan menyebabkan

angka kematian kumulatif mencapai 100% dalam beberapa hari. Ciri-ciri udang

yang terserang wssv dapat dilihat pada gambar 29.


56

Gambar 29. Ciri-ciri WSSV


Sumber : Data Primer (2021)

Selain wssv juga terdapat IMNV (Invectious Myonecrosis Virus) atau

Penyakit myo pada saat proses budidaya menyerang dan mengakibatkan

kematian yang lumayan banyak pada beberapa petakan yang ada di PT. Pyramide

Paramount Indonesia termasuk petak C8. Gejala yang ditunjukkan apabila udang

terkena penyakit myo adalah pada bagian ekor terlihat berwarna putih pucat atau

merah yang menunjukkan pada bagian ekor udang telah mati atau tidak berfungsi.

Adapun untuk pencegahan tingkat kematian adalah dengan penambahan

frekuensi pemberian probiotik jenis Super NB sebanyak 5 ppm dan dilakukan

penyiponan setap hari dan dilakukanya sirkulasi air. Penyakit myo di PT. PPI

Lamongan ini belum dapat ditangani secara maksimal, sehingga apabila tidak

dapat disembuhkan yang mengharuskan dilakukan pemanenan secara total pada

seluruh petakan secara bergantian agar tingkat kematian yang disebabkan

penyakit myo ini tidak terlalu besar dan semakin menambah tingkat FCR. Penyakit

myo dapat dilihat pada gambar 23.


57

Gambar 30. Udang yang terserang IMNV


Sumber : Data Primer (2021)
58

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pelaksanaan Kerja Praktek Akhir di PT. Pyramide

Paramount Indonesia dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Monitoring kualitas air di petak C7 dan C8 dengan parameter fisika meliputi

suhu, kecerahan, dan warna air. Sedangkan parameter kimia meliputi DO, pH,

dan salinitas, serta parameter biologi meliputi plankton. Secara keseluruhan

hasil pengukuran kualitas air dikategorikan Cukup baik karena sesuai dengan

jurnal yang ada dan SNI 8037.1.2014.

2. Dinamika kualitas air pada kedua petakan didapatkan salah satu parameter

yang memiliki perbedaan cukup signifikan yaitu kecerahan. Dari hasil

sampling terakhir sebelum adanya panen atau pada minggu ke 5 petak C8

memiliki rata-rata berat yang lebih besar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

petak C8 memiliki dinamika kualitas air yang lebih konstan dari pada petak

C7.

3. Dari hasil Analisa SPSS diperoleh pengaruh hubungan antara dinamika

kualitas air yaitu suhu terhadap pertumbuhan berat udang pada petak C7, hal

ini di perkuat dengan adanya serangan virus WSSV ketika kondisi cuaca

berubah.

4. Tingkat survival rate pada petak C7 diketahui sebesar 82% sedangkan pada

petak C8 sebesar 75%.


59

6.2. Saran

Adapun saran yang dapat penulis sampaikan pada PT. Pyramide

Paramount Indonesia khususnya blok C adalah sebagai berikut :

Sebaiknya fasilitas dan sarana untuk pengecekan kualitas air dilengkapi agar

kualitas air dapat terkontrol dengan baik, lebih di tingkatkan nya sistem biosecurity

pada tambak, seperti adanya bilik sterilisasi, bak filter, dan saringan pada pipa

pengaliran air sebelum masuk ke petakan untuk meminimalisir hama atau kotoran

yang ikut masuk.


DAFTAR PUSTAKA

Amri dan Kanna. 2008. Budidaya Udang Vannamei Secara Intensif, Semi
Intensif, dan Tradisional. PT.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Andriyanto,Fery. 2013. Analisis Faktor-Faktor Produksi Usaha Pembesaran
Udang Vaname di Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan Jawa Timur.
Lamongan.

Boyd, C.E. 2002. Understanding Pond pH. Global Aquaculture Advocate. June.

Burford, M.A., K. Lorenzen. 2004. Modelling Nitrogen Dynamics In Intensive


Shrimp Ponds : The Role Of Sediment Remineralization. Aquaculture 229:
129-145.

Cahyono, B. 2009. Budidaya Biota Air Tawar. Kanisius. Yogyakarta

Daruti, D. N. (2019). Manajemen Kesehatan Ikan dan Budidaya Perairan. Fakultas


Perikanan dan Kelautan, Universitas Airlangga. Surabaya

Dede H. 2013. Evaluasi Tingkat Kesesuaian Kualitas Air Tambak Udang


Berdasarkan Produktivitas Primer PT. Tirta Bumi Nirbaya Teluk Hurun
Lampung Selatan. Inderalaya.

Effendi H. 2000. Telaah Kualitas Air : Bagi pengelolaan sumberdaya dan


lingkungan perairan. Jurusan Managemen Sumberdaya Perairan.FPIK. IPB.
Bogor. Karakteristik Fisika Kimia Sedimen dan Hubungannya Dengan
Struktur Komunitas Makrozoobenthos Di Perairan Teluk Kendari 258 hal.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelola Sumberdaya dan Lingkungan
Perairan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 257 hal.

Ghufran, H.M., Kardi, K., dan Andi, B.T. 2007. Pengelolaan Kualitas Air dalam
Budidaya Perairan. Rineka Cipta. Jakarta.

Haliman dan Adijaya. 2005. Budidaya Udang Vannamei Dengan Sistem Budidaya
Intensif. Penebar Swadaya. Jakarta.

Haliman, R.W. dan Adijaya, D. 2005. “Udang Vannamei”. Penebar Swadaya :


Jakarta

Haryanti. S.B.M., I.G.N. Permana, K. Sugama. 2003. Mutu Induk dan Benih Udang
Litopenaeus vannamei yang Baik. Situbondo.

Hermanto. 2000. Optimalisasi Suhu Media Pada Pemeliharaan Benih Ikan Gurami
(Osphronemus gouramy,). Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, 76 hlm

Husein Umar. 2013. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis. Jakarta: Rajawali

Indriantoro, Nur., dan Supomo, Bambang. (2013). Metodologi Penelitian Bisnis


Untuk Akuntansi & Manajemen. Yogyakarta: BPFE

Kordi dan Andi. 2007. Pengelolaan Kualitas Air dalam Budidaya Perairan. Rineka
Cipta. Jakarta.
61

Marcus, G.L., H.J. Wattimanela, dan Y.A. Lesnussa. 2012. Analisis Regresi
Komponen Utama untuk Mengatasi Masalah Multikolinieritas dalam Analisis
Regresi Linier Berganda. Jurnal Barekeng. 6(1): 31-40.

Majalah mitra bahari kumpulan artikel budidaya edisi tahun III nomor 3/1996

Makmur. 2018. ”Pengaruh Jumlah Titik Aerasi Pada Budaya Udang Vaname,
Litopenaeus Vannamei ". Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis . Balai
Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan. Sulawesi
Selatan. Vol.10 No.3.

Mey, D., Fitra Saleh, dan Weka Widayati. 2020. Analisis spasial pengembangan
budidaya tambak di Kabupaten Konawe Kepulauan. Physical and social
geography research journal (PSGRJ). Kabupatèn Konawe Kepulauan. Vol.
2 No. 2

Nazir. Metode Penelitian. 2014. PT.Ghalia Indonesia. Jakarta Timur.

Pramono, G.H., W. Ambarwulan dan M.I. Cornelia 2005. Prosedur dan Spesifikasi
Teknis Analisis Kesesuaian Budidaya Tambak Udang. Bakorsurtanal,
Jakarta : 21 - 25 Romimohtarto, K

Purwanta, W dan Firdayati, M. 2002. Pengaruh Aplikasi Mikroba Probiotik Pada


Kualitas Kimiawi Perairan Tambak Udang. Trobos Press. Jakarta

Romadhona, B., B. Yulianto dan Sudarno. 2016. Fluktuasi Kandungan Amonia dan
Beban Cemaran Lingkungan Tambak Udang Vaname Intensif dengan
Teknik Panen Parsial dan Panen Total. Journal of Fisheries Science and
Technology Vol 11. No 2: 84-93

Saifuddin, Azwar. 2009. Metode Penelitian. Pustaka Belajar. Yogyakarta.

Samyukthaa D., Pasupathi R. 2013. On Field Detection Of White Spot Syndrome


Virus (Wssv) Infected Shrimp Using Loop Mediated Isothermal Amplification.
Research Journal Of Biotechnology Vol. 8 (6) June.

Sangadji dan Sopiah. 2010. Metodologi Penelitian Pendekatan Paktis dlm


Penelitian. Andi Offse. Yogyakarta.

SNI 8037. 1. 2014. Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei, Boone 1931). Badan
Standarisasi Nasional.

Soetrisno, C. K. 2004. Mensiasati Penyakit WSSV Di Tambak Udang. Jurnal


Aquacultura Indonesiana. Vol.5 No.1

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,


dan R&D. Bandung.

Suyanto, dan Enny Purba. 2009. Paduan Budi Daya Udang Windu. Penebar
Swadaya. Jakarta

Suyanto. 2009. Panduan Budidaya Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei,


Boone 1931). Badan Standarisasi Nasional.
62

Utami, R. B. 2012. Modul Keanekaragaman Hayati, Keanekaragaman Jenis


Fitoplankton di Sungai Gua Pindul Kabupaten Gunungkidul. Jurusan
Pendidikan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Negeri Yogyakarta. 292 Halaman

Vlak J.M., Jean-Robert B., Tim W.F., Guang- Hsiung K., Donald V.L., Chu-Fang
L., Philip C.L., Peter J.W. 2002. A New Virus Family Infecting Aquatik
Invertebrates. Xiith International Congress Of Virology. Paris.

Widigdo B. 2013. Bertambak Udang dengan Teknologi Biocrete. Kompas Media


Nusantara: Jakarta

Wulandari T, Widyorini N, dan Wahyu P P. 2015. Hubungan Pengelolaan Kualitas


Air Dengan Kandungan Bahan Organik, NO2 DAN NH3 Pada Budidaya
Udang Vannamei (Litopenaeus Vannamei) Di Desa Keburuhan Purworejo.
Diponegoro Journal Of Maquares Management Of Aquatic Resources.
Volume 4, Nomor 3, Tahun 2015, Halaman 42- 48

WWF Indonesia. 2011. Budidaya Udang windu. WWF-Indonesia. Jakarta

Yuniasari D. 2009. Pengaruh Pemberian Bakteri Nitrifikasi Dan Denitrifikasi Serta


Molase Dengan C/N Rasio Berbeda Terhadap Profil Kualitas Air,
Kelangsungan Hidup, Dan Pertumbuhan Udang Vaname Litopenaeus
Vannamei [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
63

Lampiran 1. Hasil Pengamatan salinitas, Suhu, pH, Kecerahan, Warna Air


Petak C7

Suhu pH Kecerahan Warna Air


Hari Tanggal Salinitas
06.00 13.00 06.00 13.00 06.00 13.00 06.00 13.00
1 01-03-2021 7,8 8,2 30 30 CH HC
2 02-03-2021 7,8 8,5 35 30 C CH
3 03-03-2021 8,0 8,3 30 35 C HC
4 04-03-2021 8,4 8,4 35 40 CH CH
5 05-03-2021 8,0 8,4 40 40 CH HC
6 06-03-2021 8,0 8,2 40 35 CH HC
7 07-03-2021 8,0 8,4 30 35 CH CH
8 08-03-2021 28 30 8,0 8,6 37 35 CH CH
9 09-03-2021 20 27 29 8,1 8,4 40 40 HC H
10 10-03-2021 27,5 29 8,1 8,5 42 40 CH CH
11 11-03-2021 28 30 8,0 8,5 42 40 CH HC
12 12-03-2021 27 31 8,0 8,7 32 30 HC HC
13 13-03-2021 19 28 32 8,0 8,7 35 35 H H
14 14-03-2021 29 32 8,1 8,7 30 30 H CH
15 15-03-2021 29 32 8,2 8,8 35 35 H H
16 16-03-2021 20 29,5 31 8,2 8,6 35 30 H H
17 17-03-2021 29 31 7.8 8,7 30 30 H H
18 18-03-2021 28 31 7,9 8,3 30 30 H H
19 19-03-2021 28 31 7,8 8,3 35 35 H H
20 20-03-2021 21 30 32 7,6 8,1 35 32 CH CH
21 21-03-2021 29 32 7,8 8,4 35 30 CH H
22 22-03-2021 29 32 7,9 8,3 40 35 H H
23 23-03-2021 19 29 32 7,9 8,4 42 40 H H
64

24 24-03-2021 29 32 7,9 8,4 42 40 CH H


25 25-03-2021 29 32 7,8 8,3 50 50 H H
26 26-03-2021 29 32 7,8 8,4 50 45 H H
27 27-03-2021 18 29 32 7,9 8,1 50 50 H H
28 28-03-2021 29 32 8,0 8,6 50 50 H H
29 29-03-2021 29 32 8,1 8,5 50 50 H H
30 30-03-2021 19 28 31 7,9 8,5 45 40 H H
31 31-03-2021 28,5 31 7,9 8,6 40 40 H H
32 01-04-2021 29 32 8,0 8,7 38 40 CH H
33 02-04-2021 29 32 8,0 8,6 40 42 H H
34 03-04-2021 17 29 32,5 7,9 8,3 40 40 H H
35 04-04-2021 29 32 8,0 8,3 40 40 HC H
36 05-04-2021 29 31,5 7,8 8,4 40 40 H H
37 06-04-2021 15 29 30,5 7,8 8,3 40 40 H H
38 07-04-2021 28 30 7,5 8,0 45 47 H H
39 08-04-2021 28,5 31 7,6 8,2 45 45 H H
40 09-04-2021 PANEN
65

Petak C8

Suhu pH Kecerahan Warna Air


Hari Tanggal Salinitas
06.00 18.00 06.00 13.00 06.00 13.00 06.00 13.00
1 01-03-2021 7,8 8,1 30 20 H H
2 02-03-2021 7,8 8,5 40 30 CH H
3 03-03-2021 8,1 8,7 45 43 CH CH
4 04-03-2021 8,2 8,5 40 40 C CH
5 05-03-2021 8,0 8,4 40 40 C CH
6 06-03-2021 8,0 8,2 42 40 CH CH
7 07-03-2021 8,1 8,3 30 40 CH CH
8 08-03-2021 28 30 8,0 8,4 45 40 CH CH
9 09-03-2021 18 27 29 8,0 8,5 40 30 CH H
10 10-03-2021 27,5 29 7,9 8,3 35 40 CH CH
11 11-03-2021 28 30 7,9 8,2 40 42 CH HC
12 12-03-2021 27 31 7,8 8,3 45 40 CH HC
13 13-03-2021 16 28 32 7,8 8,3 45 40 H H
14 14-03-2021 29 32 7,8 8,4 40 40 H HC
15 15-03-2021 29 32 7,9 8,5 40 40 H H
16 16-03-2021 18 29,5 31 7,8 8,3 40 35 H H
17 17-03-2021 29,2 31,2 7,7 8,5 32 30 H H
18 18-03-2021 28,2 31,1 7,8 8,1 35 35 H H
19 19-03-2021 28,3 31,3 7,8 8,1 32 30 H H
20 20-03-2021 20 30 32,2 7,6 8,0 30 28 H H
21 21-03-2021 29,1 32 7,7 8,5 28 25 H H
22 22-03-2021 29,2 32,1 7,7 8,4 33 25 H H
23 23-03-2021 17 29,2 32,1 7,8 8,4 30 30 H H
24 24-03-2021 29,3 32,2 7,6 8,5 30 30 H H
66

25 25-03-2021 29 32,1 7,6 8,3 28 30 H H


26 26-03-2021 29,2 32,2 7,7 8,4 30 30 H H
27 27-03-2021 15 29,3 32,2 7,8 8,0 28 30 H H
28 28-03-2021 29,2 32 7,9 8,5 30 30 H H
29 29-03-2021 29,1 32 7,8 8,3 30 30 H H
30 30-03-2021 16 28,3 31 7,9 8,3 30 30 CH H
31 31-03-2021 28,6 31,3 7,8 8,3 30 30 CH CH
32 01-04-2021 29 32,2 7,7 8,3 25 30 CH CH
33 02-04-2021 29 32,3 7,8 8,3 30 33 CH CH
34 03-04-2021 15 29,2 32,6 8,0 8,4 32 32 CH CH
35 04-04-2021 29,1 32,2 7,8 8,4 30 30 CH CH
36 05-04-2021 29 31,5 7,7 8,3 32 30 CH CH
37 06-04-2021 15 29 30,5 7,7 8,2 30 30 CH CH
38 07-04-2021 28,2 30,3 7,5 8,0 30 30 CH CH
39 08-04-2021 28,5 31,2 7,6 8,2 30 30 CH CH
40 09-04-2021 29 32 7,7 8,4 30 30 CH CH
41 10-04-2021 14 29,5 32 7,7 8,5 30 30 CH H
42 11-04-2021 29,1 31,5 7,8 8,7 30 30 CH HC
43 12-04-2021 29,2 32,5 7,8 8,8 32 30 CH HC
44 13-04-2021 15 29,2 31,4 7,8 8,6 30 30 CH CH
45 14-04-2021 29,3 31,5 7,9 8,6 30 32 CH HC
46 15-04-2021 29,1 32 7,9 8,6 30 30 CH CH
47 16-04-2021 PANEN
67

Lampiran 2. Hasil Pengukuran DO dan Monitoring Plankton

05.30 21.00
Tanggal
C7 C8 C7 C8
01-04-2021 5,15 5,01 5,10 4,81
02-04-2021 5,09 4,91 5,05 4,71
03-04-2021 5,04 4,75 5,01 4,70
04-04-2021 5,01 4,70 4,98 4,66
05-04-2021 4,83 4,68 4,56 4,65
06-04-2021 4,69 4,65 4,36 4,63
07-04-2021 4,75 4,65 4,39 4,62
08-04-2021 4,88 4,62 4,75 4,60
09-04-2021 4,59 4,54
10-04-2021 4,65 4,52
11-04-2021 4,62 4,15
12-04-2021 4,58 4,48
13-04-2021 4,66 4,57
14-04-2021 5,05 4,52
15-04-2021 5,13 4,59

Data Monitoring Plankton Selama Pelaksanaan KPA

C7 C8
- Chlorella (Green algae) - Chlorella (Green algae)
- Oocystis (Green algae) - Oocystis (Green algae)
- Tetraselmis (Golden Green algae) - Chlamydomonas (Golden Green algae)
- Oscillatoria ( Blue Green algae) - Oscillatoria ( Blue Green algae)
68

Lampiran 3. Data Sampling Berat Udang

1. C7

Tanggal / DOC Berat Jumlah MBW (gram) MBW (-3%) ADG size
9-03-2021 / 40 863 169 5,11 4,96 0,12 201
16-03-2021 / 47 745 102 7,30 7,08 0,30 141
23-03-2021 / 54 1237 145 8,53 8,27 0,17 120
30-03-2021/ 61 500 49 10,20 9,89 0,23 101
6-04-2021/ 68 1409 119 11,84 11,48 0,23 87
9-04-2021 / 71 (PANEN) 4060 331 12,26 81,5

2. C8

Tanggal / DOC Berat Jumlah MBW (gram) MBW (-3%) ADG size
9-03-2021 / 40 740 137 5,40 5,24 0,13 190
16-03-2021 / 47 836 117 7,14 6,93 0,24 144
23-03-2021 / 54 1338 166 8,36 8,10 0,17 123
30-03-2021/ 61 229 24 9,54 9,25 0,16 108
6-04-2021/ 68 1256 100 12,56 12,18 0,42 82
13-04-2021 / 75 1763 121 14,57 14,13 0,28 71
16-04-2021 / 78 (PANEN) 4190 284 14,75 67,7
69

Lampiran 4. Hasil Perhitungan SPSS Regresi Linier Berganda Petak C7

A. Pengaruh suhu terharap pertumbuhan


Model Summary

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate

1 .985a .970 .955 2.00764

a. Predictors: (Constant), Pengaruh Suhu


ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 258.939 1 258.939 64.243 .015b


Residual 8.061 2 4.031

Total 267.000 3

a. Dependent Variable: pengaruh pertumbuhan


Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) -844.343 107.406 -7.861 .016

Pengaruh suhu .286 .036 .985 8.015 .015

a. Dependent Variable: pengaruh pertumbuhan


b. Predictors: (Constant), Pengaruh suhu

B. Pengaruh kecerahan terhadap pertumbuhan

Model Summary

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate

1 .257a .066 -.401 11.16619

a. Predictors: (Constant), Pengaruh Kecerahan


ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 17.632 1 17.632 .141 .743b

Residual 249.368 2 124.684

Total 267.000 3
a. Dependent Variable: Pengaruh Pertumbuhan
b. Predictors: (Constant), Pengaruh Kecerahan
70

Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 20.021 10.902 1.837 .208

Pengaruh Kecerahan -.001 .003 -.257 -.376 .743


a. Dependent Variable: Pengaruh Pertumbuhan

C. Pengaruh pH terhadap pertumbuhan

Model Summary

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate

1 .060a .004 -.495 11.53335

a. Predictors: (Constant), Pengaruh pH


ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression .964 1 .964 .007 .940b

Residual 266.036 2 133.018

Total 267.000 3

a. Dependent Variable: Pengaruh Pertumbuhan


b. Predictors: (Constant), Pengaruh pH
Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 17.474 12.810 1.364 .306


Pengaruh pH -.002 .018 -.060 -.085 .940

a. Dependent Variable: Pengaruh Pertumbuhan


71

D. Pengaruh salinitas terhadap pertumbuhan

Model Summary

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate

1 .468a .219 -.172 10.21211

a. Predictors: (Constant), Pengaruh Salinitas


ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 58.426 1 58.426 .560 .532b

Residual 208.574 2 104.287

Total 267.000 3
a. Dependent Variable: pengaruh pertumbuhan
b. Predictors: (Constant), pengaruh salinitas
Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 21.117 8.008 2.637 .119

pengaruh salinitas -.044 .059 -.468 -.748 .532


a. Dependent Variable: pengaruh pertumbuhan
72

Lampiran 5. Hasil Perhitungan SPSS Regresi Linier Berganda Petak C8

A. Pengaruh Suhu

Model Summary

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate

1 .505a .255 .007 10.49147

a. Predictors: (Constant), Pengaruh Suhu


ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 112.987 1 112.987 1.026 .386b


Residual 330.213 3 110.071

Total 443.200 4

a. Dependent Variable: Pengaruh pertumbuhan


b. Predictors: (Constant), Pengaruh suhu
Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 14.559 11.683 1.246 .301

Pengaruh suhu .004 .004 .505 1.013 .386


a. Dependent Variable: Pengaruh pertumbuhan

B. Pengaruh kecerahan terhadap pertumbuhan


Model Summary

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate

1 .043a .002 -.331 12.14312

a. Predictors: (Constant), Pengaruh Kecerahan


ANOVAa

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression .834 1 .834 .006 .945b

Residual 442.366 3 147.455

Total 443.200 4

a. Dependent Variable: Pengaruh Pertumbuhan


b. Predictors: (Constant), Pengaruh Kecerahan
73

Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 28.655 43.623 .657 .558

Pengaruh Kecerahan -.001 .013 -.043 -.075 .945

a. Dependent Variable: Pengaruh Pertumbuhan

C. Pengaruh pH terhadap pertumbuhan

Model Summary

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate

1 .446a .199 -.068 10.87733

a. Predictors: (Constant), Pengaruh pH


ANOVAa

Odel Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 88.251 1 88.251 .746 .451b

Residual 354.949 3 118.316

Total 443.200 4

a. Dependent Variable: Pengaruh Pertumbuhan


b. Predictors: (Constant), Pengaruh pH
Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.


1 (Constant) 16.892 10.986 1.538 .222

Pengaruh pH .013 .015 .446 .864 .451

a. Dependent Variable: Pengaruh Pertumbuhan


74

D. Pengaruh salinitas terhadap pertumbuhan

Model Summary

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate

1 .705a .497 .330 8.61860

a. Predictors: (Constant), Pengaruh Salinitas


ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 220.359 1 220.359 2.967 .183b

Residual 222.841 3 74.280

Total 443.200 4

a. Dependent Variable: Pengaruh Pertumbuhan


b. Predictors: (Constant), Pengaruh Salinitas
Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 34.859 6.709 5.196 .014

Pengaruh Salinitas -.091 .053 -.705 -1.722 .183

a. Dependent Variable: Pengaruh Pertumbuhan

Anda mungkin juga menyukai