SKRIPSI
Oleh:
SKRIPSI
Oleh:
Oleh :
MUHAMMAD RIZKY WAHYUDI
NIM. 145080301111040
Menyetujui,
Dosen Pembimbing 1 Dosen Pembimbing 2
Mengetahui,
Ketua Jurusan
PENGUJI PEMBIMBING :
Pembimbing 1 : Dr. Ir. TITIK DWI SULISTIYATI, MP
Pembimbing 2 : BAYU KUSUMA, S.Pi., M.Sc
PERNYATAAN ORSINILITAS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi saya yang berjudul
Karakteristik Fisik, Kimia Dan Organoleptik Pempek Lenjer Berbahan Ikan Laut
Dan Tawar merupakan hasil karya saya sendiri dan sepanjang pengetahuan
saya tidak terdapat karya yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain
kecuali yang tertulis dalam naskah ini dan dalam daftar pustaka.
Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
plagiasi maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut, sesuai
Malang,
Mahasiswa
UCAPAN TERIMAKASIH
kepada:
1. Allah SWT atas karunia dan kesehatan yang diberikan selama ini sehingga
2. Orang tua, kakak dan seluruh keluarga besar atas segala doa, dukungan
3. Ibu Dr. Ir. Titik Dwi Sulistiyati, MP selaku dosen pembimbing 1 atas segala
4. Bapak Bayu Kusuma, S.Pi., M.Sc selaku dosen pembimbing 2 atas segala
5. Bapak Prof. Dr. Ir. Happy Nursyam, MS selaku dekan Fakultas Perikanan
7. Ibu Rahmi Nurdiani, S.Pi., M. App,sc, Ph.D selaku Ketua Program Studi
8. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Brawijaya Malang.
9. Rekan-rekan Rohingya (Aji, Anang, Anis, Belinda, Defri, Inas, Hakim, Nita,
Ricke, Rijal dan Yan) serta THP 14 yang senantiasa membantu dan
Penulis
vii
RINGKASAN
Ikan adalah bahan pangan sumber protein hewani yang sangat berguna
untuk kesehatan kemudahannya untuk dicerna serta dapat dikonsumsi oleh
semua kelompok umur. Pengolahan pangan perikanan pada industri komersial
umumnya bertujuan memperlambat kerusakan yang diakibatkan oleh reaksi
biokimiawi, memperpanjang masa simpan, menghasilkan produk olahan yang
selera sensorik (warna, aroma, cita rasa dan tekstur), mempermudah
penanganan dan distribusi, serta mempertahankan atau meningkatkan mutu,
terutama mutu gizi, daya cerna, dan ketersediaan gizi. Pempek lenjer merupakan
salah satu kuliner khas Sumatera Selatan dan biasa dikonsumsi oleh kalangan
anak-anak, remaja, sampai masyarakat dewasa. Daging ikan yang biasa
digunakan pada pembuatan pempek lenjer yaitu daging ikan tenggiri, pada
penelitian ini menggunakan daging ikan lele, ikan patin, ikan kembung dan ikan
tenggiri. Pada daging ikan terdapat senyawa - senyawa yang dapat
mempengaruhi rasa dan tekstur yaitu senyawa asam glutamat yang dapat
menimbulkan rasa yang gurih terhadap pempek lenjer serta senyawa aktin dan
miosin yang dapat membuat gel yang baik sehingga tekstur pempek lenjer kenyal
dan empuk.
Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode eksperimen.
Rancangan percobaan dalam penelitian utama adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) sederhana dengan menggunakan 5 kali ulangan. Variabel bebas yang
digunakan pada penelitian ini adalah perbandingan jenis ikan yang berbeda
dengan berbahan baku ikan laut dan ikan tawar dalam pembuatan pempek lenjer
ikan. Sedangkan variabel terikat pada penelitian ini yaitu karakteristik fisik (uji
kekenyalan, warna, aktivitas air), kimia (protein, lemak, air, abu, karbohidrat) dan
organoleptik (rasa, aroma, kenampakan, tekstur) pempek lenjer berbahan baku
ikan laut dan ikan tawar. Data yang diperoleh dari penelitian kemudian dianalisis
menggunakan ANOVA (Analysis of Variance) untuk mengetahui pengaruh
perlakuan terhadap parameter yang dilakukan.
Hasil dari perbandingan bahan baku ikan laut dan ikan tawar yang terbaik
pada pembuatan pempek lenjer yaitu pada perlakuan ikan tenggiri dengan hasil
analisis karakteristik fisik yaitu kekenyalan 12,23 N, warna L 67,89, warna a 2,97,
warna b 7,50, aw 0,80. Kemudian untuk hasil analisis kimia yaitu kadar protein
9,54%, kadar air 58,75%, kadar lemak 2,32%, kadar karbohidrat 28,36%, kadar
abu 1,21%. serta hasil uji organoleptik yaitu kenampakan 3,32, aroma 2,98, rasa
3,00 dan tekstur 2,92.
.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayahnya
Kimia dan Kualitas Organoleptik Pempek Lenjer Berbahan Ikan Laut dan Tawar
Dalam tulisan ini, disajikan pokok-pokok bahasan yang meliputi bahan baku
pempek lenjer berbahan ikan laut dan tawar, proses pembuatan pempek lenjer
berbahan ikan laut dan tawar, proses penentuan perlakuan terbaik dari
saran yang membangun agar tulisan ini dapat bermanfaat bagi yang
membacanya.
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ORSINILITAS ..................................................................... v
UCAPAN TERIMAKASIH ............................................................................. vi
RINGKASAN ................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi
1. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 3
1.4 Hipotesis.............................................................................................. 3
1.5 Kegunaan ............................................................................................ 3
1.6 Jadwal Pelaksanaan ............................................................................ 4
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Kandungan Gizi Ikan Patin per 100 gram ............................................... 7
2. Kandungan Gizi Ikan Lele per 100 gram ................................................ 9
3. Kandungan Gizi Ikan Kembung per 100 gram ........................................ 11
4. Kandungan Gizi Ikan Tenggiri per 100 gram .......................................... 13
5. Formulasi Pembuatan Pempek Lenjer Ikan Lele .................................... 27
6. Formulasi Pempek Lenjer Berbahan Ikan Laut dan Tawar ..................... 29
7. Model Rancangan Percobaan pada Penelitian Utama ........................... 30
8. Komposisi Kimia Bahan Baku ................................................................ 37
9. Karakteristik Fisik Pempek Lenjer Berbahan Baku Ikan Laut dan Tawar 42
10. Karakteristik Kimia Pempek Lenjer Berbahan Baku Ikan Laut dan Tawar 50
11. Karakteristik Organoleptik Pempek Lenjer Berbahan Baku Ikan Laut dan
Tawar..................................................................................................... 60
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Ikan Patin................................................................................................ 6
2. Ikan Lele ................................................................................................ 8
3. Ikan Kembung ........................................................................................ 10
4. Ikan Tenggiri .......................................................................................... 12
5. Prosedur Penelitian Pendahuluan .......................................................... 26
6. Prosedur Penelitian Utama .................................................................... 28
7. Grafik Kekenyalan Pempek Lenjer Berbahan Ikan Laut dan
Tawar .................................................................................................... 42
8. Grafik Lightness (L) Pempek Lenjer Berbahan Ikan Laut dan
Tawar .................................................................................................... 44
9. Grafik Redness (a) Pempek Lenjer Berbahan Ikan Laut dan
Tawar .................................................................................................... 45
10. Grafik Yellowness (b) Pempek Lenjer Berbahan Ikan Laut dan
Tawar ................................................................................................... 47
11. Grafik Aktivitas Air Pempek Lenjer Berbahan Ikan Laut dan
Tawar ................................................................................................... 49
12. Grafik Kadar Protein Pempek Lenjer Berbahan Ikan Laut dan
Tawar ................................................................................................... 51
13. Grafik Kadar Air Pempek Lenjer Berbahan Ikan Laut dan Ikan ............. 53
14. Grafik Kadar Lemak Pempek Lenjer Berbahan Ikan Laut dan
Tawar ................................................................................................... 55
15. Grafik Kadar Karbohidrat Pempek Lenjer Berbahan Ikan Laut dan
Tawar .................................................................................................. 56
16. Grafik Kadar Abu Pempek Lenjer Berbahan Ikan Laut dan
Tawar .................................................................................................. 58
17. Grafik Hedonik Kenampakan Pempek Lenjer Berbahan Ikan Laut dan
Tawar ................................................................................................. 60
18. Grafik Hedonik Aroma Pempek Lenjer Berbahan Ikan Laut dan
Tawar .................................................................................................. 62
19. Grafik Hedonik Rasa Pempek Lenjer Berbahan Ikan Laut dan
Tawar ................................................................................................. 63
20. Grafik Hedonik Tekstur Pempek Lenjer Berbahan Ikan Laut dan
Tawar ................................................................................................ 65
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Ikan adalah bahan pangan sumber protein hewani yang sangat berguna
dibanding sumber protein hewani lainnya seperti daging sapi, daging ayam,
telur dan susu. Keunggulan utama protein ikan adalah kelengkapan komposisi
asam amino dan kemudahannya untuk dicerna serta dapat dikonsumsi oleh
semua kelompok umur tetapi bahan baku ikan mudah cepat rusak yang
lebih lanjut.
sensorik (warna, aroma, cita rasa dan tekstur), mempermudah penanganan dan
daya cerna, dan ketersediaan gizi. Bahan pangan ikan yang masih mentah
memiliki kandungan air yang tinggi sehingga dapat membuat ikan menjadi
cepat rusak. Oleh karenan itu harus dilakukan pengolahan, cara pengolahan
baso dan pempek. Proses pengolahan pangan harus dilakukan dengan baik
agar nilai gizinya tidak menurun. Kriteria atau komponen mutu yang penting
Hal ini dapat dilihat di pasaran telah banyak hasil-hasil perikanan yang
diolah menjadi berbagai produk, seperti sosis ikan, bakso ikan, siomay, nugget,
abon, kerupuk, bahkan makanan yang berasal dari Sumatera Selatan yaitu
pempek kapal selam, pempek keriting, pempek kulit dan pempek yang
digunakan untuk penelitian ini salah satunya adalah pempek lenjer (Nofitasari,
2015). Daging ikan yang biasa digunakan dalam pembuatan pempek adalah
ikan tenggiri karena memiliki rasa yang gurih, rasa yang gurih dihasilkan dari
senyawa asam glutamat yang terkandung pada ikan tenggiri. Keunggulan lain
dari ikan tenggiri yaitu dapat membuat tekstur rapat, dan sedikit kenyal, serta
(2014), menyatakan ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang
serta keunggulan lainnya pada daging ikan lele yaitu rendah kalori, dan struktur
berbentuk silinder atau lain, yang diperoleh dari campuran daging ikan (kadar
daging ikan tidak kurang dari 50%) dan pati atau tanpa penambahan bahan
makanan yang diijinkan. Campuran ini dapat dibuat dalam berbagai bentuk
2014).
Pempek lenjer memiliki cita rasa khas dan disukai masyarakat, memiliki
nilai gizi yang cukup tinggi. Kandungan gizi utama pada pempek lenjer adalah
protein, lemak dan karbohidrat yang diperoleh dari ikan air laut maupun ikan air
tawar dan tepung tapioka. Kandungan gizi lainnya berupa vitamin dan mineral.
3
Penggunaan ikan pada pempek lenjer akan mempengaruhi cita rasa dan aroma
1. Apakah pengaruh pempek lenjer berbahan ikan laut dan tawar terhadap
1.4 Hipotesis
1.5 Kegunaan
pengaruh konsentrasi daging ikan tawar dan laut yang optimum terhadap
karakteristik kimia, fisik dan kualitas organoleptik pempek lenjer berbahan ikan
Sumatera Selatan yang saat ini sudah terkenal di semua kalangan masyarakat
pembuatan pempek lenjer adalah daging ikan yang sudah digiling, tapioka, air,
garam dan bumbu tambahan lainnya. Pempek lenjer pada umumnya berbentuk
silinder, memiliki cita rasa khas dan disukai masyarakat, memiliki nilai ekonomi
Pempek lenjer terbuat dari bahan dasar ikan giling, tepung tapioka,
garam dan air. Salah satu ikan yang dimanfaatkan dalam pembuatan pempek
lenjer adalah ikan gabus yang memiliki protein yang tinggi, daging yang putih,
dengan tekstur yang lebih kenyal. Untuk meningkatkan nilai gizi pempek dapat
mengatakan pempek lenjer dibuat dari campuran daging ikan giling, tepung
tapioka dan bumbu penyedap yang kemudian dikukus. Daging ikan pada
pembuatan pempek lenjer, berasal dari berbagai jenis ikan, terutama daging
ikan tenggiri, ikan kembung, ikan lele dan ikan patin. Pempek lenjer sangat
disukai karena memiliki rasa gurih yang berasal dari protein ikan. Rasa berasal
penggorengan.
Ikan patin adalah ikan yang hidup di sungai dan muara-muara sungai
serta danau. Ikan patin dewasa panjang tubuhnya bisa mencapai sekitar 120
cm, bentuk tubuh patin memanjang dengan warna dominan putih berkilauan
6
seperti perak dan punggung berwarna kebiru-biruan, ikan patin tidak bersisik
dan bertubuh licin. Kepalanya relatif kecil dengan mulut terletak di ujung kepala
sebelah bawah. Di sudut mulutnya terdapat dua pasang kumis. Kumis tersebut
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Subkelas : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Subordo : Siluroidea
Famili : Pangasidae
Genus : Pangasius
Spesies : Pangasius pangasius
Ikan patin dapat dilihat pada Gambar 1. Ikan patin bersifat noktural
Selain itu ikan patin suka bersembunyi di dalam liang-liang di tepi sungai
habitatnya, yang membedakan ikan patin dengan ikan catfish pada umumnya
yaitu sifat patin yang termasuk omnivora atau golongan ikan pemakan
segalanya. Di alam, makanan ikan ini antara lain ikan-ikan kecil, cacing,
detritus, serangga, udang-udang kecil, dan moluska. Ikan patin sangat toleran
7
terhadap derajat keasaman (pH) air, artinya ikan ini dapat hidup pada kisaran
pH air yang lebar dari perairan yang agak asam (pH rendah) sampai perairan
yang basa (pH tinggi), dari kisaran pH sekitar 5-9 (Susanto dan Amri, 2002).
Ikan patin merupakan salah satu jenis ikan asli perairan Indonesia yang
Selatan dikarenakan ikan patin tidak hanya mudah didapatkan dan mudah di
budidayakan namun juga memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi terutama
yang lemaknya lebih rendah dibanding ikan jenis lainnya, terutama dua asam
lemak esensial DHA yaitu kira-kira sebesar 4,74% dan EPA yaitu kira-kira
sebesar 0,31%. Kedua jenis omega-3 asam lemak ini biasanya dihasilkan dari
jenis ikan yang hidup di air dingin seperti ikan salmon, ikan tuna dan ikan
sarden. Kadar lemak total yang terkandung dalam daging ikan patin adalah
sebesar 2,55% sampai dengan 3,42% dimana asam lemak tak jenuh nya
adalah di atas 50%. Asam oleat adalah asam lemak tak jenuh tunggal yang
paling banyak terkandung dalam daging ikan patin yaitu sebesar 8,43%.
Bedasarkan hasil penelitian, kandungan gizi pada ikan patin uang berupa lemak
tak jenuh (USFA sebesar 50%) sangatlah bagus untuk mencegah terjadinya
Pada umumnya, ikan lele (Clarias sp) memiliki tubuh yang licin dan
memiliki tubuh paling panjang ratarata 30 cm. Secara alamiah, ikan lele bersifat
nokturnal, yaitu aktif mencari makanan pada malam hari. Ikan lele (Clarias sp)
mampu hidup pada sistem yang kekurangan oksigen, seperti lumpur dan
perairan yang tercemar limbah (Morina, 2017). Ikan lele tergolong ikan omnivor
yang mampu menerima pakan komersial dengan baik. Ikan ini mampu bertahan
hidup di perairan yang airnya mengandung sedikit oksigen. Ikan lele juga relatif
Morfologi ikan lele (Clarias sp) dapat dilihat pada Gambar 2. Ikan lele
memiliki kulit yang licin, berlendir, dan tidak memiliki sisik sama sekali. Jika
putih. Tanda spesifik lainnya dari ikan lele adalah adanya kumis disekitar mulut
sebanyak 8 buah yang berfungsi sebagai alat peraba. Kumis berfungsi sebagai
alat peraba saat bergerak atau mencari makan (Ridho, 2014). Sedangkan
adalah kaya akan leusin dan lisin. Leusin (C6H13NO2) merupakan asam amino
pembentukan protein otot. Sedangkan lisin merupakan salah satu dari 9 asam
Lisin termasuk asam amino yang sangat penting dan sangat dibutuhkan sekali
maupun lepas pantai. Ikan ini hidup bergerombol dan masuk ke perairan estuari
untuk mencari makan berupa plankton, copepoda, dan crustaceae. Ukuran ikan
kembung lelaki berkisar antara 184 mm - 300 mm (18,4 cm - 30 cm) dan ikan
kembung lelaki memiliki tapis insang yang lebih besar karena plankton yang
10
mengikuti perubahan suhu, faktor hidrografis dan salinitas air laut, sedangkan
Ikan ini memiliki bentuk tubuh seperti torpedo dengan panjang tubuh
serta hidup di sekitar dasar perairan dan permukaan perairan laut, tergolong
ikan pelagis yang menyukai perairan bersalinitas tinggi, suka hidup secara
bagi konsumen terutama rakyat Indonesia sebab selain memiliki kandungan gizi
yang tinggi, ikan ini mudah diperoleh nelayan dan relatif murah sehingga ikan
kembung ini disebut ikan rakyat. Sedangkan kandungan gizi ikan kembung
karena ikan kembung banyak mengandung omega-3 dan omega-6 yang baik
termasuk dalam asam lemak tak jenuh jamak esensial yang berguna untuk
2017).
seluruh daerah Indonesia dan salah satu ikan yang sangat digemari didunia.
Pasifik Barat dari Afrika Utara dan Laut Merah sampai keperaian Indonesia.
Ukuran spesies ini bisa mencapai panjang 2,4 meter dan berat 45 kg dan jenis
ikan pelagis ini akan berlimpah disuatu daerah pada musim-musim tertentu.
Filum : Chordata
Sub filum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Sub kelas : Teleostei
Ordo : Percomorphi
Sub ordo : Scombridea
Famili : Scombridae
Sub family : Scombrinae
Genus : Scomberomorus
Spesies : Scomberomorus sp.
Pada ikan tenggiri kedua sisi tubuh berwarna pucat perak keabuan
di Indonesia bahkan dunia karena kandungan protein yang tinggi dan bagus
untuk pertumbuhan. Sedangkan kandungan gizi ikan tenggiri dapat dilhat pada
Tabel 4.
13
Komposisi Jumlah
Air (%) 76,5
Protein (%) 21,4
Lemak (%) 0,56
Karbohidrat (%) 0,61
Abu (%) 0,93
Sumber : Nugroho (2014)
3 yaitu eicosa pentaenoic acid (EPA) dan decosa hexaenoic acid (DHA) yang
kadar trigliserida dalam darah, kadar kolesterol hati dan jantung. Kadar asam
lemak omega 3 dalam beberapa jenis ikan laut di perairan Indonesia berkisar
antara 0,1-0,5 g/100 g daging ikan. Berdasarkan data yang telah dikeluarkan
oleh Lembaga Gizi Departemen Kesehatan RI, beberapa jenis ikan laut
Indonesia memiliki kandungan asam lemak omega 3 tinggi (sampai 10,9 g/100
Bahan pembuatan pempek lenjer berbahan ikan laut dan tawar terdiri
dari ikan lele (Clarias sp), ikan patin (Pangasius pangasius), ikan kembung
lenjer berbahan ikan laut dan ikan tawar tediri dari tepung tapioka, garam,
Tepung tapioka pati dari ubi kayu atau singkong yang diperoleh melalui
tinggi, tidak mudah menggumpal, daya lekatnya tinggi, tidak mudah pecah atau
rusak, mempunyai suhu gelatinisasi yang rendah dan tidak berasa (Ahmadi
2007). Tepung tapioka merupakan bahan baku utama ataupun campuran pada
mengembang yang tinggi dengan jenis tepung lainnya. Karena tepung tapioka
mengandung amilosa 17% dan amilopektin 83% dengan ukuran granula 3-3,5µ
2017).
2.7.2 Garam
merupakan salah satu bahan makanan yang sudah memasyarakat. Selama ini
Tanaman ini tumbuh secara berumpun dan berdiri tegak sampai setinggi 30-75
cm. Batang yang nampak di atas permukaan tanah adalah batang semu yang
15
di dalam tanah. Dari pangkal batang tumbuh akar berbentuk serabut kecil yang
Bawang putih memiliki banyak kegunaan yaitu sebagai bumbu dapur penyedap
metabolit sekunder yaitu Allicin yang mempunyai sifat antibakteri yang dapat
(Kaswinarni, 2015).
2.7.4 Lada
kuat dan cenderung ke arah rasa yang pedas. Biasanya penambahan rempah
dan memperkuat aroma. Aroma yang timbul pada lada disebabkan oleh minyak
seqiuiterpene-O. Sifat kimiawi lada adalah pedas, berbau khas, dan aromatik
karena mengandung senyawa piperin (Apriliani et al., 2014). Lada atau biasa
dikenal dengan merica adalah satu jenis bumbu dapur yang biasa digunakan.
Merica tidak berbau dan rasanya pahit dengan warna kecoklatan. Kandungan
zat yang ada pada merica yaitu minyak lemak, zat penyamuk dan
2.7.5 Telur
Telur yang digunakan dalam proses produksi pempek lenjer yaitu jenis
telur ayam negeri. Fungsi dari telur ayam ini selain sebagai bahan pengikat,
telur ayam ini juga berfungsi sebagai pengemulsi sehingga bahan-bahan yang
adalah menyatukan air dan lemak, sehingga menjadi dalam satu kesatuan
(Cato et al., 2015). Telur sebagai salah satu produk ternak merupakan suatu
kapsul alami yang padat gizi dan kaya akan protein bermutu tinggi. Telur
misalnya putih telur dapat berfungsi untuk membentuk gel dalam pembuatan
pengolahan bahan pangan. Menurut Noriko, et al. (2012), minyak goreng dari
goreng tersusun atas asam lemak berbeda yaitu sekitar dua puluh jenis asam
lemak. Setiap minyak tidak ada yang hanya tersusun atas satu jenis asam
lemak, karena minyak selalu ada dalam bentuk campuran dari berberapa asam
lemak.
panas, menambah rasa gurih, menambah nilai gizi dan kalori dalam makanan.
Minyak goreng tersusun dari beberapa senyawa seperti asam lemak dan
trigliserida. Minyak dan lemak juga berfungsi sebagai sumber dan pelarut bagi
2.8 Parameter Kimia dan Fisik Pempek Lenjer Berbahan Ikan Laut dan
Ikan Tawar
Parameter kimia pempek lenjer berbahan ikan laut dan tawar yaitu
meliputi kadar protein, kadar air, kadar lemak, kadar karbohidrat dan kadar abu.
Parameter fisik pempek lenjer berbahan ikan laut dan tawar yaitu meliputi
mempunyai fungsi antara lain sebagai katalisator zat pembangun dan zat
Protein merupakan suatu zat makanan yang amat penting bagi tubuh,
karena zat ini berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur. Protein adalah
sumber asam amino yang mengandung unsur-unsur C,H,O, dan N yang tidak
memiliki jenis protein logam seperti besi dan tembaga. Sebagai zat
2015).
18
Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang
dinyatakan dalam persen. Kadar air juga salah satu karakteristik yang sangat
tekstur, dan cita rasa pada bahan pangan. Kadar air dalam bahan pangan ikut
menentukan kesegaran dan daya awet bahan pangan tersebut, kadar air yang
(Aventi, 2015)
Lemak atau lipid merupakan salah satu nutrisi diperlukan tubuh karena
A,D,E,K dan dapat menyediakan asam lemak esensial bagi tubuh manusia.
Selama proses pencernaan, lemak dipecah menjadi molekul yang lebih kecil,
yaitu asam lemak dan gliserol. Lemak merupakan unit penyimpanan yang baik
lemak (asam karbosilat) dan mempunyai sifat sebagai senyawa yang tak larut
dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non-polar seperti hidrokarbon atau
polisakarida. Pada kedelai, karbohidrat terdiri dari gula terlarut dan polisakarida
19
et al., 2004).
terdapat dalam jumlah yang sangat kecil pada tubuh ikan, diantaranya berupa
Komponen ini terdri dari mineral-mineral seperti kalsium, fosfor, natrium dan
Abu adalah zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik.
Kadar abu dan komposisinya tergantung pada jenis bahan dan cara
al., 2015).
pangan, baik kimia dan biologis. aktivitas air sangat erat kaitannya dengan
banyaknya air bebas pada bahan pangan yang dapat digunakan untuk aktivitas
diperoleh yaitu nilai Lightness (L), redness (a) dan yellowness (b) yang
nilai yang menyatakan gelap dan terangnya suatu bahan yang dianalisis.
Semakin besar nilai L, maka semakin terang atau cerah bahan tersebut. Nilai a
dianalisis nilai chroma (C), hue (ᵒh), a*, b* dan kecerahan (L*) dengan
menunjukkan biru; nilai L* berkisar dari 0 (hitam) sampai 100 (putih); nilai C
chroma diperoleh dari rumus [(a*2 +b*2 ) 1/2]; nilai ᵒh diperoleh dari rumus
tekstur yang padat dan menarik air dalam adonan (Yuliana et al., 2013).
21
kualitas pempek dari segi fisiknya. Tekstur pempek yang kenyal merupakan
2.9.1 Kenampakan
penerimaan pada suatu bahan pangan yaitu kenampakan. Suatu bahan pangan
yang dinilai enak dan teksturnya baik tidak akan dimakan apabila memiliki
tergantung dari beberapa faktor, tetapi sebelum faktor lain diperhatikan secara
visual faktor kenampakan tampil lebih dulu untuk menentukan mutu bahan
2017).
2.9.2 Aroma
Aroma merupakan bau dari produk makanan, bau sendiri adalah suatu
respon ketika senyawa volatil dari suatu makanan masuk ke rongga hidung dan
dirasakan oleh sistem olfaktori. Senyawa volatil masuk ke dalam hidung ketika
22
manusia bernafas atau menghirupnya, namun juga dapat masuk dari belakang
sehingga mudah mencapai sistem penciuman di bagian atas hidung, dan perlu
konsentrasi yang cukup untuk dapat berinteraksi dengan satu atau lebih
2017).
tercium oleh syaraf-syaraf olfaktori yang berada dalam rongga hidung ketika
2.9.3 Rasa
ataupun produk pangan. Meskipun parameter lain nilainya baik, jika rasa tidak
enak atau tidak disukai maka produk akan ditolak. Ada empat jenis rasa dasar
yang dikenali oleh manusia yaitu asin, asam, manis dan pahit. Sedangkan rasa
2.9.4 Tekstur
beberapa sifat fisik yang meliputi ukuran, bentuk, jumlah dan unsur-unsur
pembentukan bahan yang dapat dirasakan oleh indera peraba dan perasa,
(pada waktu digigit, dikunyah dan ditelan) ataupun perabaan dengan jari.
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari alat yang
digunakan untuk pembuatan sampel uji (pempek lenjer berbahan ikan laut dan
tawar) dan alat untuk pengujian parameter fisik, kimia dan organoleptik. Alat
yang digunakan untuk membuat sampel uji (pempek lenjer berbahan ikan laut
dan tawar) yaitu pisau, talenan, baskom, kompor, teflon, timbangan digital,
spatula, cetakan adonan, spatula, chopper, sendok, panci kukus, garpu dan
kamera. Alat yang digunakan untuk uji parameter yaitu timbangan digital, botol
timbang, oven, desikator, timbangan analitik, mortar dan alu, spatula, cawan
proselin, magnetic stirrer, crustable tang, labu kjedhal, erlenmeyer, pipet tetes,
pipet volume, mirko pipet, bola hisap, loyang, kamera, gelas ukur, beaker glass,
yang digunakan untuk pembuatan sampel uji (pempek lenjer berbahan ikan laut
dan tawar) dan bahan untuk pengujian parameter fisik, kimia dan organoleptik.
Bahan yang digunakan untuk membuat sampel uji (pempek lenjer berbahan
ikan laut dan tawar) yaitu daging ikan tenggiri 100 g, ikan kembung 100 g, ikan
lele 100 g, ikan patin 100 g, tepung tapioka 50 g, garam1 g, bawang putih 2 g,
lada 1 g, tisu, mika, sarung tangan plastik dan kertas label. Bahan yang
digunakan untuk uji parameter yaitu asam sulfat pekat, silica gel, HCl 0,01N,
BaCl2 2H2O, H2SO4, CuCO4, NaOH 0,1 N, indikator metil merah, lempeng Zn,
K2S 4%, kertas saring wathman No.42, tali kasur, kertas label dan tisu.
25
dengan tujuan untuk mengetahui adanya pengaruh perbedaan jenis daging ikan
yang berbeda terhadap sifat fisik, kimia dan kualitas organoleptik pempek lenjer
berbahan ikan laut dan tawar. Metode eksperimen adalah penelitian kausal
(Jaedun, 2011).
Menurut Ridha, (2017) variabel penelitian adalah suatu atribut, nilai atau
sifat dari objek, individu atau kegiatan yang mempunyai banyak variasi tertentu
antara satu dan lainnya yang telah ditentukan oleh peneliti untuk dipelajari dan
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan
variabel terikat. Pada penelitian ini yang menjadi variabel bebasnya adalah
perbandingan jenis ikan yang berbeda terhadap pempek lenjer berbahan ikan
laut dan tawar. Sedangkan variabel terikatnya adalah suatu faktor yang
diakibatkan oleh pengaruh variabel bebas yaitu karakteristik kimia (kadar abu,
kadar protein, kadar air, kadar karbohidrat, kadar lemak), fisik (kekenyalan,
warna dan aktivitas air) dan organoleptik (rasa, tekstur, aroma, dan
daging ikan yang terbaik terhadap karakteristik fisik, kimia dan kualitas
organoleptik pempek lenjer berbahan ikan laut dan tawar dengan menggunakan
Pada penelitian ini digunakan perbandingan 2:1, 3:1, 4:1, 5:1 pada
daging ikan dan tepung tapioka untuk menentukan formulasi yang terbaik untuk
pempek lenjer berbahan ikan laut dan tawar dapat dilihat pada Tabel 5.
bertujuan untuk mendapatkan hasil pempek lenjer berbahan ikan laut dan tawar
yang berkualitas baik. Parameter yang diuji pada penelitian utama terdiri dari
analisis fisik, kimia dan organoleptik. Analisis fisik meliputi kekenyalan, warna
dan aktivitas air. Kemudian untuk analisis kimia meliputi kadar protein, kadar
karbohidrat, kadar lemak, kadar air dan kadar abu. Sedangkan analisis
Pada penelitian ini digunakan konsentrasi daging ikan terbaik yang telah
Tabel 6. Formulasi Pempek Lenjer Berbahan Ikan Laut dan Ikan Tawar
t (n-1) ≥ 15
Dimana: t = perlakuan
n = ulangan
(t) (n-1) ≥ 15
4 (n-1) ≥ 15
30
4n-4 ≥ 15
4n ≥ 15+4
4n ≥ 19
n ≥ 4,75 (5 Ulangan)
pada Tabel 7.
Ulangan
Perlakuan
1 2 3 4 5
P1 P1 1 P1 2 P1 3P1 4 P1 5
P2 P2 1 P2 2 P2 3P2 4 P2 5
P3 P3 1 P3 2 P3 3P3 4 P3 5
P4 P4 1 P4 2 P4 3P4 4 P4 5
Keterangan :
Penggunaan pempek berbahan ikan laut dan tawar
P1 : Menggunakan ikan lele berdasarkan perlakuan formulasi terbaik yang
dihasilkan pada saat penelitian pendahuluan
P2 : Menggunakan ikan patin berdasarkan perlakuan formulasi terbaik yang
dihasilkan pada saat penelitian pendahuluan
P3 : Menggunakan ikan kembung berdasarkan perlakuan formulasi terbaik yang
dihasilkan pada saat penelitian pendahuluan
P4 : Menggunakan ikan tenggiri berdasarkan perlakuan formulasi terbaik yang
dihasilkan pada saat penelitian pendahuluan
Kriteria penerimaan atau penolakan hipotesis statistik dapat dilihat dari nilai
95% dan tingkat kesalahannya 5%. Jika didapatkan hasil yang berbeda nyata
maka dilakukan uji lanjut Duncan’s Multiple Range Test (DMRT). Parameter
Parameter uji yang digunakan pada penelitian ini yaitu analisis fisik,
kimia dan organoleptik. Analisis fisik meliputi kekenyalan dan aktivitas air.
Kemudian untuk analisis kimia meliputi kadar protein, kadar lemak, kadar air,
berbentuk silinder, lalu ditekan tombol start. Probe berbentuk silinder akan
menekan bagian tengah sampel dan aka nada angka yang tertera pada texture
meter sampai setengah bagian dari volume kemudian tutup dan biarkan selama
10ºC dikalikan 0,002 (suhu ruang pada saat pembacaan -200ºC), hasil
Keterangan :
PSA = Pembacaan Skala Awal; PST = Pembacaan Skala Temperatur
32
mendapatkan warna bedasarkan daya pantul dari produk pangan yang akan
warna Hunter dicirikan dengan tiga nilai yaitu L (Lightness), a* (Redness), dan
tingkat warna bahan yang diuji. Yang menunjukkan tingkat warna bahan yang
nilai dari 0-100 menunjukkan dari gelap ke terang. Notasi a (Redness) dengan
kuning.
Sudarmadji, et al. (1989), yaitu pengujian kadar protein yang dilakukan melalui
penentuan kandungan N yang ada dalam bahan pangan atau sering disebut
sebagai kadar protein kasar (crude protein). Analisa protein dengan cara
Kjeldahl dibagi menjadi tiga tahapan yaitu proses destruksi, destilasi dan titrasi.
Pada proses destruksi, tahap pertama yang dilakukan yaitu sampel sebanyak 1
dipanaskan dalam labu kjedhal hingga mendidih dan cairan menjadi jernih.
Pemanasan dilanjutkan kurang lebih satu jam dan dibiarkan hingga bahan
33
dengan larutan HCl 0,1 N. Akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna
larutan dari biru menjadi merah muda. Lakukan juga terhadap blanko. Kadar
Keterangan:
HCl N = 0,09901
N BA Nitrogen = 14,007
Faktor Konversi = 6,25 (Makanan secara umum)
lalu dibungkus dengan kertas saring dan diletakkan pada alat ekstraksi soxhlet
soxhlet yang digunakan, lalu diekstraksi selama kurang lebih 6 jam. Pelarut di
dalam labu lemak didestilasi dan ditampung. Labu lemak yang berisi lemak
hasil ekstraksi kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 1050C selama 5
Keterangan:
W0 = bobot labu kosong (g)
W1 = bobot labu + ekstrak lemak (g)
W2 = bobot sampel (g)
telah diketahui bobotnya lalu dikeringkan pada oven suhu 105ºC selama 3 jam.
Setelah itu didinginkan dalam eksikator dan ditimbang hingga diperoleh bobot
(𝑎+𝑏) − 𝑐
% Kadar air = 𝑏
x 100 %
Keterangan:
a = Berat botol timbang kosong (g)
b = Berat sampel (g)
c = Berat botol timbang + sampel kering (g)
sampai asapnya hilang. Setelah itu dipijarkan dalam muffle pada suhu 600ºC
cawan porselen dan abu didinginkan dalam desikator selama kurag lebih 15
bawah ini.
35
𝑎−𝑏
% Kadar abu = 𝑐
x 100 %
Keterangan:
a : berat cawan dan sampel awal (g)
b : berat cawan dan sampel setelah menjadi abu (g)
c : berat sampel awal (g)
dengan komponen gizi lainnya (kadar air, abu, lemak, dan protein). Rumus
Parameter yang diuji meliputi rasa, aroma, kenampakan dan tekstur. Sampel
satu per satu disajikan kepada para panelis kemudian panelis diminta untuk
penilaian berupa skor: 1 = sangat tidak suka; 2 = tidak suka; 3 = suka dan 4 =
sangat suka (Herlina dan Nuraeni, 2014). Pengujian hedonik ini menggunakan
Pada penelitian pendahuluan dilakukan analisis kimia pada bahan baku yang
digunakan (ikan lele, ikan patin, ikan kembung dan ikan tenggiri), perhitungan
rendemen daging dan pempek lenjer berbahan ikan laut dan tawar, serta uji
organoleptik untuk mengetahui formulasi pempek lenjer berbahan ikan laut dan
mengetahui pengaruh pempek lenjer berbahan ikan laut dan tawar terhadap
karakteristik fisika, kimia dan organoleptik pempek lenjer berbahan ikan laut
dan tawar.
digunakan untuk penelitian pendahuan yaitu 2:1, 3:1, 4:1, dan 5:1. Penelitian
pada penelitian utama. Hasil terbaik dari penelitian pendahuluan yaitu dengan
Komposisi kimia ikan lele, ikan patin, ikan kembung dan ikan tenggiri
Ikan lele (Clarias sp.) merupakan ikan air tawar yang banyak
ikan lele (Clarias sp.) cukup tinggi yaitu sebesar 17% (Imandira dan
Ayustaningwarno, 2013). Ikan patin merupakan salah satu jenis ikan air tawar
yang cukup dikenal di Indonesia. Serta memiliki nilai ekonomis yang tinggi.
Daging ikan patin memiliki kandungan protein sebesar 14,53% (Subagja, 2009).
Ikan kembung merupakan ikan pelagis kecil yang memiliki jumlah tangkapan
protein sebesar 17,13% (Damayanti, et al., 2017). Ikan tenggiri merupakan ikan
pelagis besar yang hidupnya diperairan dangkan dengan salinitas yang rendah.
Pada daging ikan tenggiri terdapat kandungan protein yang cukup tinggi yaitu
rendahnya komposisi kimia daging ikan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor
internal meliputi jenis dan golongan ikan serta faktor eksternal yang meliputi
4.1.3 Rendemen Daging dan Pempek Lenjer Berbahan Ikan Laut dan
Tawar
Rendemen daging ikan lele sebagai persentase berat daging ikan lele
rendemen yaitu untuk mengetahui persentase berat akhir daging ikan lele dan
pempek lenjer berbahan ikan laut dan tawar. Ikan lele sebanyak 2069 gram
= 40,06%
39
Hal ini sesuai dengan pendapat Asyari et al., (2016) yaitu ikan lele memiliki
rendemen daging sebesar 30-40% dari keseluruhan tubuhnya. Hal ini terjadi
karena ikan lele memiliki rendemen tulang dan kepala yang cukup besar yaitu
Rendemen daging ikan patin sebagai presentase berat daging ikan patin
rendemen yaitu untuk mengetahui persentase berat akhir daging ikan patin dan
pempek lenjer berbahan ikan laut dan tawar. Ikan patin sebanyak 2044 gram
871
Rendemen daging ikan patin (%) = 2044 𝑥 100%
= 42,06%
Hal ini sesuai dengan pendapat Dewi (2011), ikan patin memiliki daging
yang tebal dan tidak banyak duri. Jumlah rendemen daging ikan patin dapat
ikan kembung dan pempek lenjer berbahan ikan laut dan tawar. Ikan kembung
sebanyak 2282 gram menghasilkan 878 gram daging ikan kembung, sehingga
878
Rendemen daging ikan kembung (%) = 2282 𝑥 100%
= 38,047%
menyatakan jumlah rendemen daging ikan kembung sebesar 65,93%. Hal ini
40
terjadi karena ikan kembung memiliki rendemen tulang, insang, tulang dan
ikan tenggiri dan pempek lenjer berbahan ikan laut dan tawar. Ikan tenggiri
sebanyak 2505 gram menghasilkan 1539 gram daging ikan tenggiri, sehingga
1539
Rendemen daging ikan tenggiri (%) = 2505 𝑥 100%
= 61,43%
Rendemen pada hasil perairan berbeda-beda tergantung dari ukuran, berat dan
Rendemen adonan pempek lenjer berbahan baku ikan laut dan tawar
Rendemen akhir pempek lenjer berbahan ikan laut dan ikan tawar
menguapnya kadar air dalam makanan maka kadar rendemen yang dihasilkan
pada penelitian utama yaitu 2:1 didapatkan dari perlakuan terbaik pada
berbeda untuk mengetahui pengaruh pada karakterstik fisik (aktivitas air, uji
warna, dan uji kekenyalan), kimia (kadar protein, kadar air, kadar lemak, kadar
karbohidrat dan kadar abu) dan organoleptik (kenampakan, aroma, rasa, dan
tekstur) serta penentuan pempek lenjer berbahan ikan laut dan ikan tawar
terbaik.
42
4.2 Karakteristik Fisik Pempek Lenjer Berbahan Ikan Laut dan Tawar
Hasil pengujian karakteristik fisik pempek lenjer berbahan ikan laut dan
Tabel 9. Karakteristik fisik pempek lenjer berbahan baku ikan laut dan ikan
tawar
Warna
Perlakuan Kekenyalan Aw
L a b
P1 11,16±0,84b 55,56±0,32b 2,88±0,07b 10,28±0,42b 0,79±0,01tb
P2 8,65±0,43a 61,73±0,49c 2,45±0,05a 10,20±0,08b 0,79±0,01tb
P3 10,26±0,82b 54,39±1,04a 4,33±0,06d 10,20±0,08b 0,80±0,02tb
P4 12,23±0,33c 67,89±0,25d 2,97±0,08c 7,50±0,12a 0,80±0,01tb
Sumber : Laboratorium Rekayasa Proses Pengolahan, Fakultas Teknologi
Pangan dan Hasil Pertanian, Universitas Gadjah Mada
* super script notasi huruf menyatakan beda nyata antar perlakuan
* super script notasi tb menyatakan tidak beda nyata antar perlakuan
4.2.1 Kekenyalan
kembali ke bentuk semula setelah diberi gaya. Kekenyalan pada pempek lenjer
dan menarik air dalam adonan (Yuliana, 2013). Grafik kekenyalan pempek
14.00 12.23c
11.16b
Kekenyalan (%)
12.00 10.26b
10.00 8.65a
8.00
6.00
4.00
2.00
0.00
P1 P2 P3 P4
Perbedaan Jenis Ikan
Gambar 7. Grafik kekenyalan pempek lenjer berbahan ikan laut dan tawar
43
F tabel yang berarti bahwa perlakuan pempek lenjer berbahan ikan laut dan
kekenyalan pempek lenjer berbahan ikan laut dan ikan tawar, kemudian
perbedaan pada setiap perlakuan. Pada Gambar 7 menunjukkan hasil uji lanjut
nyata terhadap perlakuan P1, P3 dan P4. Perlakuan P3 tidak berbeda nyata
Hal ini dikarenakan semakin rendah nilai uji semakin kenyal tekstur dari
perlakuan P2 (Pempek Lenjer Ikan Patin) yaitu sebesar (11,16±0,84). Hal ini
2010. Sedangkan semakin tinggi nilai tekstur dalam satuan Newton, maka
semakin keras tekstur dari produk (Hardoko et al., 2017). Nilai dari tekstur
karena pada kisaran nilai tersebut pempek dapat dikatakan kenyal dan tidak
terlalu keras. Tetapi selagi nilai tekstur tidak terlalu tinggi atau berkisar antara
20-30 N, masih termasuk dalam kategori kenyal dengan tekstur yang padat.
44
4.2.2 Warna
beberapa faktor cita rasa, warna, tekstur dan nilai gizinya. Tetapi sebelum
2011).
a. Warna L (Lightness)
80.00
67.89d
70.00 61.74c
60.00 55.56b 54.39a
Warna L
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
P1 P2 P3 P4
Perbedaan Jenis Ikan
Gambar 8. Grafik Lightness (L) pempek lenjer berbahan ikan laut dan
tawar
F tabel yang berarti bahwa perlakuan pempek lenjer berbahan ikan laut dan
(kecerahan) pempek lenjer berbahan ikan laut dan tawar, kemudian dilanjutkan
dengan uji lanjut Duncan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pada
setiap perlakuan. Pada Gambar menunjukkan hasil uji lanjut Duncan dimana
pada perlakuan P1 berbeda nyata terhadap perlakuan P2, P3, dan P4.
45
berbeda nyata terhadap perlakuan P1, P2 dan P4. Perlakuan P4 berbeda nyata
berbahan ikan laut dan tawar dapat merubah unsur kecerahan pada setiap
berbeda, hal ini karena pada umumnya hasil olahan jenis ikan yang berbeda
jika dipanaskan dengan suhu tinggi maka akan terjadi reaksi browning antara
b. Warna a (Redness)
5.00 4.33d
4.00
2.98c
Warna a
2.82b
3.00 2.46a
2.00
1.00
0.00
P1 P2 P3 P4
Perbedaan Jenis Ikan
Gambar 9. Grafik Redness (a) pempek lenjer berbahan ikan lut dan tawar
F tabel yang berarti bahwa perlakuan pempek lenjer berbahan ikan laut dan
46
pempek lenjer berbahan ikan laut dan ikan tawar, kemudian dilanjutkan dengan
uji lanjut Duncan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pada setiap
perlakuan. Pada Gambar menunjukkan hasil uji lanjut Duncan dimana pada
perlakuan P1 berbeda nyata terhadap perlakuan P2, P3, dan P4. Perlakuan P2
berbeda nyata terhadap perlakuan P1, P3 dan P4. Perlakuan P3 berbeda nyata
perlakuan P1, P2 dan P3. Hasil nilai a (redness) tertinggi didapatkan pada
berbahan ikan laut dan tawar dapat merubah unsur nilai redness pada setiap
pempek. Hal ini diduga karena adanya perbedaan pigmen yang terdapat pada
ikan yang membuat nilai redness mengalami perbedaan pada setiap perlakuan.
Menurut Indrayati (2013), pigmen yang terdapat pada ikan berupa senyawa-
menjadi warna kecoklatan atau merah yang lebih gelap. Perubahan warna
coklat hingga keabu abuan lebih lanjut diakibatkan oleh hemoglobin dan
terjadi oksidasi pada daging merah yang banyak mengandung asam lemak
c. Warna b (Yellowness)
Gambar 10. Grafik Yellowness (b) pempek lenjer berbahan ikan laut dan
tawar
F tabel yang berarti bahwa perlakuan pempek lenjer berbahan ikan laut dan
lenjer berbahan ikan laut dan tawar, kemudian dilanjutkan dengan uji lanjut
Pada Gambar menunjukkan hasil uji lanjut Duncan dimana pada perlakuan P1
perlakuan P4. Perlakuan P4 berbeda nyata terhadap perlakuan P1, P2 dan P3.
(7,50±0,12).
48
berbahan ikan laut dan tawar dapat merubah unsur kekuningan pada setiap
yang dapat merubah tingkat kekuningan pada setiap pempek. Menurut Indrayati
(2013), warna kuning fillet ikan patin diduga berasal dari lemak ikan patin yang
patin, warna kuning ini tidak mempengaruhi bau dan mutu fillet. Selama
perubahan warna kuning menjadi kecoklatan. Hal ini sejalan dengan yang
Aktivitas air bahan pangan adalah jumlah air bebas yang terkandung
pertumbuhannya. Aktivitas air (aw) merupakan salah satu faktor yang dapat
kebutuhan bakteri akan air. Nilai aw merupakan jumlah air bebas di dalam
berlangsungnya reaksi kimia dan biokimia (Sakti, 2016). Aktivitas air (aw)
nilai aw terhadap suatu produk maka daya simpan produk tersebut semakin
lama karena mikroorganisme dan kapang hanya bisa hidup pada kondisi aw
tertentu (Sinurat dan Murniyati, 2014). Grafik aktivitas air pempek lenjer dapat
1.2
1
0.80 0.80
Aktivitas Air
0.79 0.79
0.8
0.6
0.4
0.2
0
P1 P2 P3 P4
Perbedaan Jenis Ikan
Gambar 11. Grafik aktivitas air pempek lenjer berbahan ikan laut dan
tawar
Hasil ANOVA menunjukkan bahwa pada taraf 5% didapatkan F hitung >
F tabel yang berarti bahwa perlakuan pempek lenjer berbahan ikan laut dan
aktivitas air pempek lenjer berbahan ikan laut dan ikan tawar, sehingga tidak
dilakukan uji lanjut Duncan. Hasil kadar aktivitas air tertinggi didapatkan pada
aktivitas air terendah didapatkan pada perlakuan P1 (Pempek Lenjer Ikan Lele)
dan P2 (Pempek Lenjer Ikan Patin) yaitu sebesar (0,79±0,01) dan (0,79±0,01).
aktivitas air (aw) tidak terlalu rendah yaitu antara kisaran 15-50% makan bahan
pangan tersebut dapat tahan lama selama penyimpanan. Hal ini diperkuat oleh
Standar Nasional Indonesia (2000), bahwa Aktivitas Air (aw) air dalam daging
berkisar antara 0,40-0,90 dan apabila bahan (pempek) mempunyai aktivitas air
(aw) tidak terlalu tinggi atau tidak terlalu rendah yaitu antara kisaran 0,50-0,90
4.3 Karakteristik Kimia Pempek Lenjer Berbahan Ikan Laut dan Tawar
Hasil pengujian karakteristik kimia pempek lenjer berbahan ikan laut dan
Tabel 10. Karakteristik kimia pempek lenjer berbahan baku ikan laut dan
ikan tawar
Parameter
Perlakuan
Protein Air Abu Lemak Karbohidrat
P1 8,90±0,21 54,24±0,07 1,26±0,05 4,57±0,07 31,15±0,07c
b a tb d
Protein merupakan zat makanan yang amat penting bagi tubuh. Zat
makanan ini berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh, zat pembangun dan
unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat. Protein
lebih dari separuh bagian sel. Protein menentukan ukuran dan struktur sel,
metabolism yang terdapat pada dalam tubuh (Rosaini, 2015). Grafik kadar
12.00
9.30c 9.54c
10.00 8.90b
7.97a
Protein (%)
8.00
6.00
4.00
2.00
0.00
P1 P2 P3 P4
Perbedaan Jenis Ikan
Gambar 12. Grafik kadar protein pempek lenjer berbahan ikan laut dan
tawar
Hasil ANOVA menunjukkan bahwa pada taraf 5% didapatkan F hitung >
F tabel yang berarti bahwa perlakuan pempek lenjer berbahan ikan laut dan
pempek lenjer berbahan ikan laut dan tawar, kemudian dilanjutkan dengan uji
perlakuan. Pada Gambar menunjukkan hasil uji lanjut Duncan dimana pada
perlakuan P1 berbeda nyata terhadap perlakuan P2, P3, dan P4. Perlakuan P2
berbeda nyata terhadap perlakuan P1, P3, dan P4. Perlakuan P3 tidak berbeda
nyata dengan perlakuan P1 dan P2. Hasil kadar protein tertinggi didapatkan
Kadar protein pempek lenjer ikan laut dan ikan tawar tertinggi pada
perlakuan P4, dikarenakan ikan tenggiri memiliki kadar protein yang lebih tinggi
dari perlakuan yang lainnya bedasarkan pada Tabel 13. Tinggi rendahnya
52
kadar protein pada pempek lenjer berbahan ikan laut dan ikan tawar yang
ada dalam daging ikan pada saat pemasakan (pengukusan). Hal ini menurut
kimia daging ikan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor internal meliputi jenis
dan golongan ikan serta faktor eksternal yang meliputi daerah tempat hidup
Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang
dinyatakan dalam persen. Kadar air juga salah satu karakteristik yang sangat
tekstur, dan cita rasa pada bahan pangan. Kadar air dalam bahan pangan ikut
menentukan kesegaran dan daya awet bahan pangan tersebut, kadar air yang
berkembang biak, sehingga akan terjadi perubahan pada bahan pangan. Kadar
(Winarno, 1977). Grafik kadar air pempek lenjer dapat dilihat pada Gambar 13.
53
Air (%)
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
P1 P2 P3 P4
Perbedaan Jenis Ikan
Gambar 13. Grafik kadar air pempek lenjer berbahan ikan laut dan tawar
F tabel yang berarti bahwa perlakuan pempek lenjer berbahan ikan laut dan
pempek lenjer berbahan ikan laut dan tawar, kemudian dilanjutkan dengan uji
perlakuan. Pada Gambar menunjukkan hasil uji lanjut Duncan dimana pada
perlakuan P1 berbeda nyata terhadap perlakuan P2, P3, dan P4. Perlakuan P2
nyata terhadap perlakuan P1, P2 dan P3. Hasil kadar air tertinggi didapatkan
Kadar air pada setiap perlakuan pempek lenjer berbahan ikan laut dan
dikarenakan kadar air tiap jenis ikan dipengaruhi oleh habitat dan jenis ikan.
kandungan air yang lebih tinggi dibandingkan ikan air laut, hal inilah yang
menjadikan tekstur daging ikan air tawar lebih lembek. Ditambahkan oleh
Fuchs, et al. (2013), bahwa semakin tinggi kadar air dalam pempek ikan akan
Lemak atau lipid merupakan salah satu nutrisi diperlukan tubuh karena
Selama proses pencernaan, lemak dipecah menjadi molekul yang lebih kecil,
yaitu asam lemak dan gliserol. Lemak merupakan unit penyimpanan yang baik
jenuh dan lemak tak jenuh. Lemak tak jenuh biasanya cair biasanya cair pada
suhu kamar, minyak nabati dan lemak yang ditemukan dalam biji merupakan
contoh dari lemak tak jenuh sedangkan lemak jenuh biasanya padat pada suhu
kamar dan ditemukan dalam daging, susu,keju, miyak kelapa, dan minyak
kelapa sawit (Angelia, 2016). Lemak sebagai bahan atau sumber pembentuk
unsur gizi lainnya (Adawyah, 2007). Grafik kadar lemak pempek lenjer dapat
5.00 4.57d
4.50
4.00
Lemak (%)
3.50 2.83c
3.00 2.32b
2.50 1.84a
2.00
1.50
1.00
0.50
0.00
P1 P2 P3 P4
Perbedaan Jenis Ikan
Gambar 14. Grafik kadar lemak pempek lenjer berbahan ikan laut dan
tawar
Hasil ANOVA menunjukkan bahwa pada taraf 5% didapatkan F hitung >
F tabel yang berarti bahwa perlakuan pempek lenjer berbahan ikan laut dan
pempek lenjer berbahan ikan laut dan tawar, kemudian dilanjutkan dengan uji
perlakuan. Pada Gambar menunjukkan hasil uji lanjut Duncan dimana pada
perlakuan P1 berbeda nyata terhadap perlakuan P2, P3, dan P4. Perlakuan P2
berbeda nyata terhadap perlakuan P1, P3 dan P4. Perlakuan P3 berbeda nyata
perlakuan P1, P2 dan P3. Hasil kadar lemak tertinggi didapatkan pada
Kadar lemak pada setiap perlakuan pempek lenjer berbahan ikan laut
dan tawar sangat berbeda nyata. Hal ini dikarenakan setiap ikan memiliki kadar
lemak tinggi. Ikan berlemak jika kandungan lemaknya diatas 8%, ikan berlemak
Fuchs, et al. (2013), perbedaan kadar air disetiap perlakuan akan menghasilkan
dioksida menjadi karbohidrat, yaitu dalam bentuk selulosa, pati, dan gulagula.
Karbohidrat dalam tepung terdiri dari karbohidrat dalam bentuk gula sederhana,
pentosa, dextrin, selulosa, dan pati (Qalsum et al., 2015). Grafik kadar
35.00 31.15c
30.00 27.81a 27.45a 28.36b
Karbohidrat (%)
25.00
20.00
15.00
10.00
5.00
0.00
P1 P2 P3 P4
Perbedaan Jenis Ikan
Gambar 15. Grafik kadar karbohidrat pempek lenjer berbahan ikan laut
dan tawar
F tabel yang berarti bahwa perlakuan pempek lenjer berbahan ikan laut dan
karbohidrat pempek lenjer berbahan ikan laut dan tawar, kemudian dilanjutkan
dengan uji lanjut Duncan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pada
setiap perlakuan. Pada Gambar menunjukkan hasil uji lanjut Duncan dimana
57
pada perlakuan P1 berbeda nyata terhadap perlakuan P2, P3, dan P4.
Ikan Lele) yaitu sebesar (31,15±0,07) sedangkan hasil kadar protein terendah
(27,45±0,19).
laut dan tawar yang tertinggi terdapat pada perlakuan P1 sedangkan yang
terendah terdapat pada perlakuan P3. Hal ini diduga karena kadar karbohidrat
tiap jenis ikan dipengaruhi oleh habitan dan jenis ikan. Siswanti et al. (2017),
dipengaruhi oleh komponen nutrisi lain, semakin rendah komponen nutrisi lain
maka kadar karbohidrat akan semakin tinggi. Begitu juga sebaliknya semakin
semakin tinggi komponen nutrisi lain maka kadar karbohidrat akan semakin
rendah. (Anova et al (2014), mengatakan selain itu kadar karbohidrat ikan lele
cukup tinggi dapat dilihat pada Tabel 13, sehingga dapat meningkatkan kadar
Abu adalah zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik.
Kadar abu dan komposisinya tergantung pada jenis bahan dan cara
et al., 1989). Grafik kadar abu pempek lenjer dapat dilihat pada Gambar 16.
58
Abu (%)
0.80
0.60
0.40
0.20
0.00
P1 P2 P3 P4
Perbedaan Jenis Ikan
Gambar 16. Grafik kadar abu pempek lenjer berbahan ikan laut dan tawar
F tabel yang berarti bahwa perlakuan pempek lenjer berbahan ikan laut dan
tawar tidak memberikan pengaruh berbeda nyata (p>0,05) terhadap kadar abu
pempek lenjer berbahan ikan laut dan tawar, sehingga tidak dilakukan uji lanjut
Lenjer Ikan Lele) yaitu sebesar (1,26±0,05) sedangkan hasil kadar abu
sebesar (1,19±0,03).
Kadar abu pada setiap perlakuan pempek lenjer berbahan ikan laut dan
nyata. Hal ini diduga karena kadar abu pada semua perlakuan tergolong rendah
bagian-bagian tubuh yang memiliki kadar mineral tinggi berasal dari bagian
tubuh yang tidak dapat dimakan (tulang, sisik, kepala, viscera dan sirip)
daripada daging. Ditambahkan oleh Rosa et al. (2007), menyatakan bahwa abu
yang terdapat dalam daging umumnya terdiri atas fosfor, kalsium, iron,
magnesium, sulfur, sodium dan potassium. Hal ini serupa yang dikatakan oleh
bahan dan cara pengabuannya. Kadar abu yang terukur merupakan bahan-
59
menyangkut penilaian panelis terhadap sifat produk. Dalam uji ini panelis
(Anggaeni, et al., 2015) Skala penilaian uji hedonik yang digunakan adalah
angka 4 (sangat suka), 3 (suka), 2 (tidak suka), dan 1 (sangat tidak suka).
Parameter yang dinilai yaitu penampakan, aroma, rasa dan tekstur. Kemudian
data dapat diolah menggunakan analisis data parametrik, misalnya pada data
untuk data kualitatif yang dikuantitatifkan. Secara umum, data yang dianalisis
dengan metode non parametrik berupa data kategorik (data ordinal) yaitu data
(uji hedonik). Salah satu metode analisis non parametrik yang digunakan pada
hasil uji organoleptik hedonik dengan parameter kenampakan, aroma, rasa dan
Parameter
Perlakuan
Kenampakan Aroma Rasa Tekstur
P1 2,50±0,70 2,94±0,65 2,86±0,70 2,88±0,62
P2 3,14±0,78 2,82±0,71 2,52±0,83 2,80±0,75
P3 2,54±0,73 3,12±0,77 2,94±0,71 2,74±0,72
P4 3,32±0,68 2,98±0,65 3,00±0,83 2,92±0,60
Skala: 1 = sangat tidak suka, 2 = tidak suka, 3 = suka dan 4 = sangat suka
60
penting dinilai oleh panelis. Hal ini disebabkan jika kesan kenampakan baik dan
4.5 3.32
3.14
4
3.5 2.5 2.54
Kenampakan
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
P1 P2 P3 P4
Perbedaan Jenis Ikan
Gambar 17. Grafik hedonik kenampakan pempek lenjer berbahan ikan laut
dan tawar
Hasil Analisis Kruskal-Wallis dapat dianalisis bahwa perlakuan pempek
lenjer berbahan ikan laut dan tawar berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap
P1 (Pempek Lenjer Ikan Lele) sebesar 2,50±0,70. Dari hasil pengujian ini dapat
diketahui bahwa pada perlakuan P4 menjadi sampel yang paling disukai oleh
(gelap). Pigmen warna tersebut juga dipengaruhi oleh sumsum tulang dan otot
yang terdapat pada daging. Sumsum tulang kaya akan hemoglobin dan otot
pangan. Aroma bisa timbul secara alami maupun karena proses pengolahan,
4.5 3.12
4 2.94 2.82 2.98
3.5
3
Aroma
2.5
2
1.5
1
0.5
0
P1 P2 P3 P4
Perbedaan Jenis Ikan
Gambar 18. Grafik hedonik aroma pempek lenjer berbahan ikan laut dan
tawar
62
lenjer berbahan ikan laut dan tawar tidak berpengaruh nyata (p>0,05) terhadap
aroma pempek lenjer. Nilai aroma dengan rata-rata yang tertinggi terdapat pada
Lenjer Ikan Patin) sebesar 2,82±0,71. Dari hasil pengujian ini dapat diketahui
bahwa pada perlakuan P3 menjadi sampel yang paling disukai oleh panelis dari
jenis ikan yang berbeda tidak memberikan pengaruh nyata terhadap kualitas
aroma ikan pada pempek. Hal ini diduga perlakuan P3 disukai oleh panelis
karena memiliki aroma yang lebih berbau khas ikan jika dibandingkan dengan
dan lemak. Hal ini diperkuat oleh (Noviyanti et al., 2016), aroma mempunyai
peranan yang sangat penting dalam menentukan derajat penilaian dan kualitas
suatu bahan pangan, seseorang yang menghadapi makanan baru, maka selain
bentuk dan warna, bau atau aroma akan menjadi penentuan utama, sesudah
tekstur.
ataupun produk pangan. Meskipun parameter lain nilainya baik, jika rasa tidak
enak atau tidak disukai maka produk akan ditolak. Ada empat jenis rasa dasar
yang dikenali oleh manusia yaitu asin, asam, manis dan pahit. Sedangkan rasa
63
lainnya merupakan perpaduan dari rasa lain (Noviyanti et al., 2016). Grafik
4.5 3
4 2.86 2.94
2.52
3.5
3
Rasa
2.5
2
1.5
1
0.5
0
P1 P2 P3 P4
Perbedaan Jenis Ikan
Gambar 19. Grafik hedonik rasa pempek lenjer berbahan ikan laut dan
tawar
lenjer berbahan ikan laut dan tawar berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap rasa
pempek lenjer. Nilai rasa dengan rata-rata yang tertinggi terdapat pada
rata-rata nilai rasa yang terendah terdapat pada perlakuan P2 (Pempek Lenjer
Ikan Patin) sebesar 2,52±0,83. Dari hasil pengujian tersebut dapat diketahui
bahwa pada perlakuan P4 menjadi sampel yang paling disukai oleh panelis dari
segi rasa. Hal ini diduga perlakuan P4 disukai oleh panelis karena memiliki rasa
yang lebih gurih jika dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya. Sesuai
dengan pendapat Sulistiyati, et al. (2017), bahwa rasa gurih berasal dari ikan
tipe saraf yang ada pada lidah manusia, sehingga sifat ini yang dimanfaatkan
oleh industri penyedap. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Suseno et al.,
(2006) asam glutamat mendominasi kandungan asam amino ikan laut yaitu
menyebabkan daging ikan laut beroma gurih dan manis. Nofitasari (2015),
mengatakan rasa suatu bahan pangan berasal dari bahan bahan itu sendiri dan
kriteria penting bagi konsumen untuk menyatakan mutu dari suatu produk
pangan. Tekstur makanan sangat ditentukan oleh kandungan air, lemak, protein
dengan mulut (pada waktu digigit dikuyah dan ditelan) ataupun perabaan
dengan jari (Noviyanti et al., 2016). Tekstur merupakan parameter yang penting
dari kualitas suatu bahan pangan yang acuannya adalah kekerasan dan
kenyal dan padat asalkan diberikan sesuai dengan takaran (Hetharia et al.,
2013). Grafik hedonik tekstur pempek lenjer dapat dilihat pada Gambar 20.
4.5
4 2.88 2.8 2.74 2.92
3.5
3
Tekstur
2.5
2
1.5
1
0.5
0
P1 P2 P3 P4
Perbedaan Jenis Ikan
Gambar 20. Grafik hedonik tekstur pempek lenjer berbahan ikan laut dan
tawar
65
lenjer berbahan ikan laut dan tawar tidak berpengaruh nyata (p>0,05) terhadap
tekstur pempek lenjer. nilai tekstur dengan rata-rata yang tertinggi terdapat
tersebut dapat diketahui bahwa pada perlakuan P4 menjadi sampel yang paling
disukai oleh panelis dari segi tekstur. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pada
paling baik menurut panelis. Hal ini sependapat dengan Riyadi dan Atmaka,
(2010) mengatakan bahwa ikan tenggiri selain dagingnya berwarna putih, juga
memiliki kandungan aktin dan miosin cukup tinggi sehingga tekstur pempek
terhadap kualitas tekstur pada pempek. Hal ini berbanding terbalik dengan
dimensi, yaitu terjadinya ikatan silang antara protein miofibril pada daging ikan
jenis ikan yang berbeda dengan pati dari tepung sehingga membentuk
4.5 Penentuan Pempek Berbahan Baku Ikan Laut dan Tawar Terbaik
Ikan Tenggiri) menjadi perlakuan yang terbaik terhadap semua parameter. nilai
analisis proksimat yaitu kadar protein 9,54%, kadar air 58,75%, kadar lemak
2,32%, kadar karbohidrat 28,36%, kadar abu 1,21%. hasil uji fisik aw 0,80,
kekenyalan 12,23 N, warna L 67,89%, warna a 2,97%, warna b 7,50% dan hasil
uji organoleptik yaitu rasa 3,00 kenampakan 3,32 aroma 2,98 dan tekstur 2,92.
Pempek ikan menurut Standar Nasional Indonesia (2013), yakni memiliki kadar
air maksimal 65%, kadar protein minimal 7,0%, kadar abu maksimal 2%, bau,
rasa, warna, dan tekstur normal yaitu 7 dari 9. Hal tersebut dapat dijadikan
baku ikan tenggiri telah memenuhi standar SNI 7661 : 2013. Perhitungan
pempek lenjer berbahan baku ikan laut dan tawar terbaik dapat dilihat pada
Tabel 15.
Tabel 15. Komposisi kandungan pempek lenjer berbahan baku ikan laut
dan tawar terbaik
5.1 Kesimpulan
baku ikan laut dan tawar terhadap pempek lenjer didapatkan 2 kesimpulan
sebagai berikut.
1. Perlakuan perbandingan bahan baku ikan laut dan ikan tawar terhadap
kimia yaitu protein, air, lemak dan karbohidrat. Serta pada karakteristik
2. Perbandingan bahan baku ikan laut dan ikan tawar terbaik pada
pembuatan pempek lenjer yaitu pada perlakuan ikan tenggiri dengan hasil
a 2,97, warna b 7,50, aw 0,80. Kemudian untuk hasil analisis kimia yaitu
kadar protein 9,54%, kadar air 58,75%, kadar lemak 2,32%, kadar
karbohidrat 28,36%, kadar abu 1,21%. serta hasil uji organoleptik yaitu
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan pada penelitian ini yaitu perlu dilakukan
dan minyak agar pempek yang dihasilkan teksturnya baik dan dapat diterima
oleh konsumen.
DAFTAR PUSTAKA
Ariani, N.L.S.N., Miwada, dan Lindawati, S.A., 2016. Karakteristik Kimia Produk
Susu Fermentasi “Kefir” Berantioksidan Selama Penyimpanan Fakultas
Peternakan, Universitas Udayana, JL. P.B. Sudirman Denpasar
Peternakan. Tropika. 4 (2) : 321-336.
Asmariani. Amriani. dan Haslianti. 2017. Verifikasi Metode Uji Lemak Pakan
Buatan. Jurnal Teknologi Hasil Perikanan. 6 (1) : 92-96.
Atma, Y. 2015. Studi Penggunaan Angkak Sebagai Pewarna Alami Dalam
Pengolahan Sosis Daging Sapi. Jurnal Teknologi. 7 (2) : 76-85.
Aventi. 2015. Penelitian Pengukuran Kadar Air Buah. Semnas Cendekiawan.
ISSN: 2460-8696.
Bauw, A.R., Mulyana, Mumpuni, F.S., 2016. Inventarisasi Parasit Pada Ikan
Kembung (Rastrelliger Kanagurta) Di Tempat Pelelangan Ikan Muara
Angke, Jakarta Utara. Fakultas Pertanian, Universitas Djuanda Bogor.
Jurnal Pertanian. 7 (1) : 1-5.
Belitz, H.D., Grosch, W. & Schieberle, P., 2009. Springer Food chemistry 4th
revised and extended edition. Annual Review Biochemistry, 79:655-681.
Cato, L., Djalal R., dan Imam T. 2015. Pengaruh Subtitusi Tepung Porang
(Amorphophallus oncophyllus) pada Tepung Tapioka Terhadap Kadar Air,
Protein, Lemak, Rasa dan Tekstur Nugget Ayam. Jurnal Ternak Tropika.
16 (1) : 15-23.
Damayanti, D. S., M. S. Jastam., N. A. Faried. 2017. Analisis Kandungan Otak-
Otak Ikan Kembung (Rastrelliger brachyoma) Subtitusi Buah Lamun
(Enhalus acoroides) Sebagai Alternatif Perbaikan Gizi Di Masyarakat.
Public Health Science Journal. 9 (1) : 19-30.
De Garmo, E.P., W.G Sullivan dan J.R Canada. 1984. Engineering Economy.
Mac Millan Publishing Company. New York.
Dewi, Siska. 2011. Jurus tepat budi daya ikan patin. Pustaka Baru Press.
Yogyakarta
Evianty, S.T., Sari, N.I, dan Sumarto. 2014. Kajian Penerimaan Konsumen
Terhadap Empek-Empek Ikan Jelawat (Leptobarbus Hoevenii) Dengan
Penambahan Wortel (Daucus Carota). JOM 1 (1) : 1-11.
Fajri, M., dan Dasir. 2017. Studi Waktu Tenggang Penggunaan Daging Ikan
Gabus Pada Pembuatan Pempek Lenjer. Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Palembang. Edible. 6 (1) : 20-26.
Falahudin, A. 2013. Kajian kekenyalan dan kandungan protein bakso
menggunakan campuran daging sapi dengan tepung jamur tiram putih
(Pleurotus ostreatus). Jurnal Ilmu Pertanian dan Peternakan. 1 (2).
Fitriana. M., Kartika. R., dan Panggabean, A.S. 2017. Pengaruh Penambahan
Ikan Kembung (Rastrelliger kanagurta l.) dalam Pakan Terhadap
Penurunan Kadar Total Kolesterol dalam Darah Mencit (Mus musculus)
Jantan yang Hiperkolesterolemia. Prosiding Seminar Nasional Kimia.
ISBN 978-602-50942-0-0
70
Standar Nasional Indonesia. 1992. Cara Uji Makanan dan Minuman. Badan
Standardisasi Nasional 01-2891-1992
________________________. 2000. Daging Segar. Jakarta : Badan Standarisasi
Nasional.
Subagja Y. 2009. Fortifikasi Ikan Patin Pada Snack Ekstrusi. Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan : Institut Pertanian Bogor.
Sudarmadji, S., B. Haryono dan Suhardi. 1989. Analisis Bahan Makanan dan
Pertanian. Liberty. Yogyakarta.
Suharto, Slamet., Romadhon dan S. Redjeki. 2016. Analisis Susut Bobot
Pengukusan dan Rendemen Pengupasan Rajungan Berukuran Berbeda
dan Rajungan Bertelur. Indonesian Journal of Fisheries Science and
Technology. 12 (1): 47-51.
Suharyanto, 2009. Aktivitas Air (Aw) Dan Warna Dendeng Daging Giling Terkait
Cara Pencucian (Leaching) dan Jenis Daging Yang Berbeda. Jurnal Sain
Peternakan Indonesia. 4 (2):113-120.
Sulistiyati, T.D., E. Suprayitno dan D.T Anggita. 2017. Substitusi Jantung Pisang
Kapok Kuning (Musa Paradisiaca) Sebagai Sumber Serat Terhadap
Karakteristik Organoleptik Dendeng Giling Ikan Gabus (Ophiocephalus
striatus). Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 9 (2): 78-90.
Suryani, N., Rosita., U. Hasanah. 2016. Perbedaan Kadar Protein dan Kadar
Lemak Ikan Patin (Pangasius hypophtalmus) yang Diolah Secara
Digoreng, Dipanggang Dan Direbus. STIKES Husada Borneo. 39-45.
Susanto, H dan Amri, K. 2002. Budi Daya Ikan Patin. Penebar Swadaya. Jakarta.
Susanto, A.T., Widyaningrum, T. 2013. Pengaruh Komposisi Campuran Tepung
Tulang Ikan Patin (Pangasius pangasius) dan Pelet Terhadap
Pertumbuhan dan Kadar Protein Ikan Lele (Clarias sp.). Jurnal
Bioedukatika. 1 (1) :1 – 96.
Talib, A., dan T. Marlena., 2015. Karakteristik Organoleptik dan Kimia Produk
Empek-Empek Ikan Cakalang. Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan
(agrikan UMMU-Ternate). 8 (1) : 50-59.
Tarwendah, I. 2017. Jurnal Review : Studi Komparasi Atribut Sensori dan
Kesadaran Merk Produk Pangan. Jurnal Pangan dan Agroindustri. 5 (2) :
66-73.
Thariq, A.S., Swastawati, F., Surti, T. 2014. Pengaruh Perbedaan Konsentrasi
Garam Pada Peda Ikan Kembung (Rastrelliger neglectus) Terhadap
Kandungan Asam Glutamat Pemberi Rasa Gurih (Umami). Jurnal
Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan. 3 (3) : 104-111.
Ubadillah, A., dan Hersoelistyorini, W. 2010 Kadar Protein dan Sifat Organoleptik
Nugget Rajungan dengan Substitusi Ikan Lele (Clarias gariepinus) Jurnal
Pangan dan Gizi. 1 (2) : 46-54.
74
Utari, K. S., E. N. Dewi dan Romadhon. 2016. Sifat Fisika Kimia Fish Snack
Ekstrusi Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Dengan Penambahan Grit Buah
Lindur (Bruguiera gymnorrizha). Jurnal Pengantar dan Bioteknologi Hasil
Perikanan. 5 (4) : 33-42.
Utami, M.N.F., S. Redjeki, dan E. Supriyantini. 2014. Komposisi isi lambung ikan
kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) di Rembang. Journal Of Marine
Research. 2 (3) : 99-106.
Widodo, J. 1989. Sistematika, Biologi, dan Perikanan Tenggiri (Scomberomorus,
scombridae) di Indonesia. Oseana. 14 (4) : 145-150.
Widiyanti., N. L. P. M., G. A. N., Setiawan., dan A. P. Suryanti. 2015. Pengaruh
Garam Dapur dan Cupri Sulphat Terhadap Pertumbuhan Alga
Cyanophyta yang Diisolasi dari Batu Bata Bangunan Pura Di Desa
Tejakula Buleleng. Jurnal Sains dan Teknologi. 4 (2) : 608-620.
Winarno, F.G dan S. Fardiaz. 1980. Pengantar Tekologi Pangan. PT Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta
_______, F. G. 1984. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
_______. F.G. 1991. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama
_______. F.G. 1993. Pangan Gizi, Teknologi dan Konsumen. Jakarta: PT.
Gramedia Utama.
_______, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Winata, A., K. Yuliati., S. Hanggita. 2015. Analisis Korelasi Harga dan Mutu
Kimiawi Kerupuk di Pasar Tradisional Cinde Palembang. Jurnal Teknologi
Hasil Perikanan. 4 (2) : 179-183.
Yuliana, N., Y.B. Pramono dan A. Hintono. 2013. Kadar Lemak, Kekenyalan Dan
Cita Rasa Nugget Ayam Yang Disubstitusi dengan Hati Ayam Broiler.
Animal Agriculture Journal. 2 (1) : 301-308.
Yuniarti, D., T. D. Sulistiyati dan E. Suprayitno. 2013. Pengaruh Suhu
PengeringanVakum Terhadap Kualitas Serbuk Albumin Ikan Gabus
(Ophiocephalusstriatus). THPi Student Journal .1 (1) : 1-9.
LAMPIRAN
Nama : Usia :
Fakultas : Jenis Kelamin : L/P
No HP : Daerah Asal :
2. Tentukan penilaian anda terhadap bahan makanan sampel uji pada tabel
berikut:
Kode
Atribut
246 824 135 791
Penampakan
Aroma
Rasa
Tekstur
Descriptives
Kekenyalan
ANOVA
Kekenyalan
Kekenyalan
a
Duncan
Perlakuan N 1 2 3
patin 5 8.6420
kembung 5 10.2560
lele 5 11.1492
tenggiri 5 12.2240
Sig. 1.000 .053 1.000
Lampiran 3. Hasil Analisis Ragam ANOVA Dan Uji Lanjut Duncan Warna L
Pempek Lenjer Berbahan Baku Ikan Laut dan Tawar
Descriptives
L
ANOVA
L
L
a
Duncan
Perlakuan N 1 2 3 4
kembung 5 54.3920
Lele 5 55.5640
Patin 5 61.7380
tenggiri 5 67.8940
Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000
Lampiran 4. Hasil Analisis Ragam ANOVA dan Uji Lanjut Duncan Warna a
Pempek Lenjer Berbahan Baku Ikan Laut dan Tawar
Descriptives
a
ANOVA
a
A
a
Duncan
Perlakuan N 1 2 3 4
Patin 5 2.4580
Lele 5 2.8220
Tenggiri 5 2.9760
kembung 5 4.3340
Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000
Lampiran 5. Hasil Analisis Ragam ANOVA dan Uji Lanjut Duncan Warna b
Pempek Lenjer Berbahan Baku Ikan Laut dan Tawar
Descriptives
b
ANOVA
b
b
a
Duncan
Perlakuan N 1 2
tenggiri 5 7.5040
kembung 5 10.2020
patin 5 10.2080
lele 5 10.2880
Sig. 1.000 .575
Lampiran 6. Hasil Analisis Ragam ANOVA dan Uji Lanjut Duncan Aktivitas
Air Pempek Lenjer Berbahan Baku Ikan Laut dan Tawar
Descriptives
Aw
ANOVA
Aw
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
aw
a
Duncan
Perlakuan N 1
Patin 5 .7940
Kembung 5 .7940
Tenggiri 5 .8000
Lele 5 .8020
Sig. .417
Lampiran 7. Hasil Analisis Ragam ANOVA dan Uji Lanjut Duncan Kadar
Protein Pempek Lenjer Berbahan Baku Ikan Laut dan Tawar
Descriptives
Protein
ANOVA
Protein
Protein
a
Duncan
Perlakuan N 1 2 3
Patin 5 7.9720
Lele 5 8.9020
Kembung 5 9.2980
Tenggiri 5 9.5420
Sig. 1.000 1.000 .129
Lampiran 8. Hasil Analisis Ragam ANOVA dan Uji Lanjut Duncan Kadar Air
Pempek Lenjer Berbahan Baku Ikan Laut dan Tawar
Descriptives
Air
ANOVA
Air
Air
a
Duncan
Perlakuan N 1 2 3
Lele 5 54.2420
Tenggiri 5 58.7540
Patin 5 60.2600
Kembung 5 60.2680
Sig. 1.000 1.000 .843
Lampiran 9. Hasil Analisis Ragam ANOVA dan Uji Lanjut Duncan Kadar
Lemak Pempek Lenjer Berbahan Baku Ikan Laut dan Tawar
Descriptives
Lemak
ANOVA
Lemak
Lemak
a
Duncan
Perlakuan N 1 2 3 4
Kembung 5 1.8440
Tenggiri 5 2.3240
Patin 5 2.8260
Lele 5 4.5740
Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000
Lampiran 10. Hasil Analisis Ragam ANOVA dan Uji Lanjut Duncan Kadar
Karbohidrat Pempek Lenjer Berbahan Baku Ikan Laut dan
Tawar
Descriptives
Karbohidrat
ANOVA
Karbohidrat
Karbohidrat
a
Duncan
Perlakuan N 1 2 3
Kembung 5 27.4480
Patin 5 27.8120
Tenggiri 5 28.3620
Lele 5 31.1520
Sig. .062 1.000 1.000
Lampiran 11. Hasil Analisis Ragam ANOVA dan Uji Lanjut Duncan Kadar
Abu Pempek Lenjer Berbahan Baku Ikan Laut dan Tawar
Descriptives
Abu
ANOVA
Abu
Abu
a
Duncan
Perlakuan N 1
Patin 5 1.1940
Kembung 5 1.2020
Tenggiri 5 1.2080
Lele 5 1.2560
Sig. .067
Descriptive Statistics
Kruskal-Wallis Test
Ranks
Kenampakan P1 50 75.10
P2 50 118.55
P3 50 77.91
P4 50 130.44
Total 200
a,b
Test Statistics
Kenampakan
Chi-Square 40.445
df 3
Asymp. Sig. .000
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Perlakuan
87
Descriptive Statistics
Kruskal-Wallis Test
Ranks
Aroma P1 50 99.51
P2 50 89.19
P3 50 111.84
P4 50 101.46
Total 200
a,b
Test Statistics
Aroma
Chi-Square 4.634
df 3
Asymp. Sig. .201
Lampiran 14. Hasil Analisis Uji Kruskal-Wallis Hedonik Rasa Pempek Lenjer
Berbahan Baku Ikan Laut dan Tawar
Descriptive Statistics
Kruskal-Wallis Test
Ranks
Rasa P1 50 102.92
P2 50 79.76
P3 50 107.52
P4 50 111.80
Total 200
a,b
Test Statistics
Rasa
Chi-Square 10.482
df 3
Asymp. Sig. .015
Descriptive Statistics
Kruskal-Wallis Test
Ranks
Tekstur P1 50 103.89
P2 50 97.66
P3 50 93.20
P4 50 107.25
Total 200
a,b
Test Statistics
Tekstur
Chi-Square 2.184
df 3
Asymp. Sig. .535
Lampiran 16. Proses Pembuatan Pempek Lenjer Berbahan Ikan Laut dan
Ikan Tawar
Pempek lenjer
berbahan ikan laut
dan ikan tawar
91
Lampiran 17. Hasil Analisis De Garmo (Perlakuan Terbaik) Pempek Lenjer Berbahan Ikan Laut dan Ikan Tawar
Ariani, N.L.S.N., Miwada, dan Lindawati, S.A., 2016. Karakteristik Kimia Produk
Susu Fermentasi “Kefir” Berantioksidan Selama Penyimpanan Fakultas
Peternakan, Universitas Udayana, JL. P.B. Sudirman Denpasar
Peternakan. Tropika. 4 (2) : 321-336.
Asmariani. Amriani. dan Haslianti. 2017. Verifikasi Metode Uji Lemak Pakan
Buatan. Jurnal Teknologi Hasil Perikanan. 6 (1) : 92-96.
Atma, Y. 2015. Studi Penggunaan Angkak Sebagai Pewarna Alami Dalam
Pengolahan Sosis Daging Sapi. Jurnal Teknologi. 7 (2) : 76-85.
Aventi. 2015. Penelitian Pengukuran Kadar Air Buah. Semnas Cendekiawan.
ISSN: 2460-8696.
Bauw, A.R., Mulyana, Mumpuni, F.S., 2016. Inventarisasi Parasit Pada Ikan
Kembung (Rastrelliger Kanagurta) Di Tempat Pelelangan Ikan Muara
Angke, Jakarta Utara. Fakultas Pertanian, Universitas Djuanda Bogor.
Jurnal Pertanian. 7 (1) : 1-5.
Belitz, H.D., Grosch, W. & Schieberle, P., 2009. Springer Food chemistry 4th
revised and extended edition. Annual Review Biochemistry, 79:655-681.
Cato, L., Djalal R., dan Imam T. 2015. Pengaruh Subtitusi Tepung Porang
(Amorphophallus oncophyllus) pada Tepung Tapioka Terhadap Kadar Air,
Protein, Lemak, Rasa dan Tekstur Nugget Ayam. Jurnal Ternak Tropika.
16 (1) : 15-23.
Damayanti, D. S., M. S. Jastam., N. A. Faried. 2017. Analisis Kandungan Otak-
Otak Ikan Kembung (Rastrelliger brachyoma) Subtitusi Buah Lamun
(Enhalus acoroides) Sebagai Alternatif Perbaikan Gizi Di Masyarakat.
Public Health Science Journal. 9 (1) : 19-30.
De Garmo, E.P., W.G Sullivan dan J.R Canada. 1984. Engineering Economy.
Mac Millan Publishing Company. New York.
Dewi, Siska. 2011. Jurus tepat budi daya ikan patin. Pustaka Baru Press.
Yogyakarta
Evianty, S.T., Sari, N.I, dan Sumarto. 2014. Kajian Penerimaan Konsumen
Terhadap Empek-Empek Ikan Jelawat (Leptobarbus Hoevenii) Dengan
Penambahan Wortel (Daucus Carota). JOM 1 (1) : 1-11.
Fajri, M., dan Dasir. 2017. Studi Waktu Tenggang Penggunaan Daging Ikan
Gabus Pada Pembuatan Pempek Lenjer. Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Palembang. Edible. 6 (1) : 20-26.
Falahudin, A. 2013. Kajian kekenyalan dan kandungan protein bakso
menggunakan campuran daging sapi dengan tepung jamur tiram putih
(Pleurotus ostreatus). Jurnal Ilmu Pertanian dan Peternakan. 1 (2).
Fitriana. M., Kartika. R., dan Panggabean, A.S. 2017. Pengaruh Penambahan
Ikan Kembung (Rastrelliger kanagurta l.) dalam Pakan Terhadap
Penurunan Kadar Total Kolesterol dalam Darah Mencit (Mus musculus)
Jantan yang Hiperkolesterolemia. Prosiding Seminar Nasional Kimia.
ISBN 978-602-50942-0-0
70
Standar Nasional Indonesia. 1992. Cara Uji Makanan dan Minuman. Badan
Standardisasi Nasional 01-2891-1992
________________________. 2000. Daging Segar. Jakarta : Badan Standarisasi
Nasional.
Subagja Y. 2009. Fortifikasi Ikan Patin Pada Snack Ekstrusi. Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan : Institut Pertanian Bogor.
Sudarmadji, S., B. Haryono dan Suhardi. 1989. Analisis Bahan Makanan dan
Pertanian. Liberty. Yogyakarta.
Suharto, Slamet., Romadhon dan S. Redjeki. 2016. Analisis Susut Bobot
Pengukusan dan Rendemen Pengupasan Rajungan Berukuran Berbeda
dan Rajungan Bertelur. Indonesian Journal of Fisheries Science and
Technology. 12 (1): 47-51.
Suharyanto, 2009. Aktivitas Air (Aw) Dan Warna Dendeng Daging Giling Terkait
Cara Pencucian (Leaching) dan Jenis Daging Yang Berbeda. Jurnal Sain
Peternakan Indonesia. 4 (2):113-120.
Sulistiyati, T.D., E. Suprayitno dan D.T Anggita. 2017. Substitusi Jantung Pisang
Kapok Kuning (Musa Paradisiaca) Sebagai Sumber Serat Terhadap
Karakteristik Organoleptik Dendeng Giling Ikan Gabus (Ophiocephalus
striatus). Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 9 (2): 78-90.
Suryani, N., Rosita., U. Hasanah. 2016. Perbedaan Kadar Protein dan Kadar
Lemak Ikan Patin (Pangasius hypophtalmus) yang Diolah Secara
Digoreng, Dipanggang Dan Direbus. STIKES Husada Borneo. 39-45.
Susanto, H dan Amri, K. 2002. Budi Daya Ikan Patin. Penebar Swadaya. Jakarta.
Susanto, A.T., Widyaningrum, T. 2013. Pengaruh Komposisi Campuran Tepung
Tulang Ikan Patin (Pangasius pangasius) dan Pelet Terhadap
Pertumbuhan dan Kadar Protein Ikan Lele (Clarias sp.). Jurnal
Bioedukatika. 1 (1) :1 – 96.
Talib, A., dan T. Marlena., 2015. Karakteristik Organoleptik dan Kimia Produk
Empek-Empek Ikan Cakalang. Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan
(agrikan UMMU-Ternate). 8 (1) : 50-59.
Tarwendah, I. 2017. Jurnal Review : Studi Komparasi Atribut Sensori dan
Kesadaran Merk Produk Pangan. Jurnal Pangan dan Agroindustri. 5 (2) :
66-73.
Thariq, A.S., Swastawati, F., Surti, T. 2014. Pengaruh Perbedaan Konsentrasi
Garam Pada Peda Ikan Kembung (Rastrelliger neglectus) Terhadap
Kandungan Asam Glutamat Pemberi Rasa Gurih (Umami). Jurnal
Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan. 3 (3) : 104-111.
Ubadillah, A., dan Hersoelistyorini, W. 2010 Kadar Protein dan Sifat Organoleptik
Nugget Rajungan dengan Substitusi Ikan Lele (Clarias gariepinus) Jurnal
Pangan dan Gizi. 1 (2) : 46-54.
74
Utari, K. S., E. N. Dewi dan Romadhon. 2016. Sifat Fisika Kimia Fish Snack
Ekstrusi Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Dengan Penambahan Grit Buah
Lindur (Bruguiera gymnorrizha). Jurnal Pengantar dan Bioteknologi Hasil
Perikanan. 5 (4) : 33-42.
Utami, M.N.F., S. Redjeki, dan E. Supriyantini. 2014. Komposisi isi lambung ikan
kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) di Rembang. Journal Of Marine
Research. 2 (3) : 99-106.
Widodo, J. 1989. Sistematika, Biologi, dan Perikanan Tenggiri (Scomberomorus,
scombridae) di Indonesia. Oseana. 14 (4) : 145-150.
Widiyanti., N. L. P. M., G. A. N., Setiawan., dan A. P. Suryanti. 2015. Pengaruh
Garam Dapur dan Cupri Sulphat Terhadap Pertumbuhan Alga
Cyanophyta yang Diisolasi dari Batu Bata Bangunan Pura Di Desa
Tejakula Buleleng. Jurnal Sains dan Teknologi. 4 (2) : 608-620.
Winarno, F.G dan S. Fardiaz. 1980. Pengantar Tekologi Pangan. PT Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta
_______, F. G. 1984. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
_______. F.G. 1991. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama
_______. F.G. 1993. Pangan Gizi, Teknologi dan Konsumen. Jakarta: PT.
Gramedia Utama.
_______, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Winata, A., K. Yuliati., S. Hanggita. 2015. Analisis Korelasi Harga dan Mutu
Kimiawi Kerupuk di Pasar Tradisional Cinde Palembang. Jurnal Teknologi
Hasil Perikanan. 4 (2) : 179-183.
Yuliana, N., Y.B. Pramono dan A. Hintono. 2013. Kadar Lemak, Kekenyalan Dan
Cita Rasa Nugget Ayam Yang Disubstitusi dengan Hati Ayam Broiler.
Animal Agriculture Journal. 2 (1) : 301-308.
Yuniarti, D., T. D. Sulistiyati dan E. Suprayitno. 2013. Pengaruh Suhu
PengeringanVakum Terhadap Kualitas Serbuk Albumin Ikan Gabus
(Ophiocephalusstriatus). THPi Student Journal .1 (1) : 1-9.