Anda di halaman 1dari 35

KOMODITAS DAN ALAT PENANGKAPAN IKAN UNGGULAN

YANG BERBASIS DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN


KUALA STABAS PROVINSI LAMPUNG

KUSNUL HIDAYAT

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2020
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Komoditas dan Alat
Penangkapan Ikan Unggulan Berbasis di Pangkalan Pendaratan Ikan Kuala Stabas
Kabupaten Pesisir Barat Provinsi Lampung adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2020

Kusnul Hidayat
NIM C44140085
ABSTRAK

KUSNUL HIDAYAT. Komoditas dan Alat Penangkapan Ikan Unggulan yang


Berbasis di Pangkalan Pendaratan Ikan Kuala Stabas Provinsi Lampung.
Dibimbing oleh BUDHI HASCARYO ISKANDAR dan MOCHAMMAD
RIYANTO.

Tingkat pemanfaatan perikanan tangkap di Provinsi Lampung berdasarkan


Laporan Statistik Perikanan Tangkap, Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun
2018 baru mencapai 136750 ton/tahun. Angka pemanfaatan tersebut baru
mencapai 35.34% dari total potensi perikanan tangkap provinsi Lampung. Salah
satu faktor penting dalam mengembangkan sektor perikanan tangkap adalah
dengan mengetahui komoditas dan alat penangkapan ikan (API) unggulan pada
daerah tertentu. Penelitian dini dilakukan di Pelabuhan Perikanan Kuala Stabas
(PPI Kuala Stabas), Provinsi Lampung. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan
komoditas perikanan unggulan dan jenis alat tangkap yang tepat untuk
pemanfaatan perikanan di PPI Kuala Stabas. Metode pengumpulan data yang
digunakan ialah dengan wawancara dan responden utama dipilih dengan metode
snow-ball sampling. Selain itu, penelitian ini menggunakan metode Comparative
Performance Index (CPI) untuk menentukan komoditas perikanan unggulan dan
metode analisis skoring untuk menentukan API unggulan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa berdasarkan analisis CPI, komoditas perikanan unggulan di
PPI Kuala Stabas ialah ikan setuhuk/blue marlin dengan bobot rata-rata ikan
sebesar 102.1 kg. Kemudian, hasil kajian terhadap seleksi jenis alat tangkap
unggulan dengan metode skoring diperoleh bahwa alat rawai berada pada prioritas
utama alat penangkapan ikan berdasarkan kajian aspek biologi, jaring gelung
berdasarkan kajian aspek teknis, sosial, dan ekonomi, serta jaring rampus
berdasarkan kajian aspek ekosistem perairan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan
bahwa jaring gelung merupakan alat tangkap terbaik yang dapat digunakan dalam
pemanfaatan perikananan di PPI Kuala Stabas.

Kata kunci: alat tangkap, CPI, setuhuk, komoditas perikanan, PPI Kuala Stabas,
tuna
ABSTRACT

KUSNUL HIDAYAT. Main Commodity and Fishing Gear Based in the Fish
Landing Base of Kuala Stabas Lampung Province. Supervised by BUDHI
HASCARYO ISKANDAR and MOCHAMMAD RIYANTO.

The utilization of fisheries resource in Lampung Province based on the Statistics


of Capture Fisheries, the Ministry of Maritime Affairs and Fisheries in 2018 only
reached 136750 tons/year. The utilization rate has only reached 35.34% of the
total potential of fisheries in Lampung province. One important factor in
developing the fisheries sector is knowing the leading commodities and fishing
gears (API) in certain areas. Early research was conducted at the Kuala Stabas
Fishery Port (PPI Kuala Stabas), Lampung Province. This study aims to determine
the superior fisheries commodity and the right type of fishing gear for fisheries
utilization in PPI Kuala Stabas. Data collection methods used were direct
interview and the main respondent were selected by the snow-ball sampling
method. In addition, this study used the Comparative Performance Index (CPI)
method to determine the superior fishery commodities and the scoring analysis
method to determine the featured of API. Based on CPI analysis, the leading
fisheries commodity in PPI Kuala Stabas is blue marlin fish with an average mass
of 102.1 kg. Then, the results of the study of the selection of superior fishing gear
type by the scoring method was obtained that the longline gear was at the top
fishing gear priority based on the study of biological aspect, the coil net based on
the study of technical, social, and economic aspect, and the gill net based on the
study of aquatic ecosystem aspect. Therefore, it can be concluded that the coil net
is the best fishing gear that can be used in the utilization of fisheries at PPI Kuala
Stabas.

Keywords: blue marlin fish, CPI, fishery commodity, fishing gear, PPI Kuala
Stabas, tuna.
KOMODITAS DAN ALAT PENANGKAPAN IKAN UNGGULAN
YANG BERBASIS DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN
KUALA STABAS PROVINSI LAMPUNG

KUSNUL HIDAYAT

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2020
Judul Skripsi : Komoditas dan Alat Penangkapan Ikan yang Berbasis di
Pangkalan Pendaratan Ikan Kuala Stabas Provinsi Lampung
Nama : Kusnul Hidayat
NIM : C44140085
Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap

Disetujui oleh

Dr Ir Budhi Hascaryo Iskandar, MSi Dr Mochammad Riyanto, SPi, MSi


Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Sugeng Hari Wisudo, MSi


Ketua Departemen

Tanggal lulus: 27 Agustus 2020


Judul Skripsi : Komoditas dan Alat Penangkapan Ikan yang Berbasis di Pangkalan
Pendaratan Ikan Kuala Stabas Provinsi Lampung
Nama : Kusnul Hidayat
NIM : C44140085
Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap

Disetujui oleh

Dr Ir Budhi Hascaryo Iskandar, MSi Dr Mochammad Riyanto, SPi, MSi


Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Sugeng Hari Wisudo, MSi


Ketua Departemen

Tanggal lulus:
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian ini ialah Komoditas dan Alat Penangkapan Ikan yang
Unggulan Berbasis di Pangkalan Pendaratan Ikan Kuala Stabas Provinsi
Lampung.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1) Dr Ir Budhi Hascaryo Iskandar, MSi dan Dr Mochammad Riyanto, SPi MSi
selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberi arahan dan masukan
dalam penulisan skripsi ini.
2) Prihatin Ika Wahyuningrum, SPi, MSi selaku Komisi Pendidikan.
3) Dr Mustaruddin, STP sebagai Dosen Penguji.
4) Ibu Misari dan Bapak Toipi Cholil sebagai kedua orangtua, Yamin Ahmad
sebagai kakak, Ririn Setiawati sebagai adik, dan kepada seluruh keluarga atas
segala motivasi dan doanya.
5) Bapak Zulfa Elmazir dan Ibu Fina selaku staf Tata Usaha.
6) Masyarakat di sekitar PPI Kuala Stabas dan para nelayan PPI Kuala Stabas
yang telah membantu penulis menyelesaikan data penelitian, khususnya
kepada Bapak Muhammad Iqbal yang telah berjasa dalam proses pengambilan
data.

Bogor, Agustus 2020

Kusnul Hidayat
NIM. C44140085
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN ix
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
METODE 2
Tempat dan Waktu Penelitian 2
Alat dan Bahan 3
Jenis, Sumber dan Metode Pengambilan Data 3
Analisis Data 5
HASIL DAN PEMBAHASAN 8
Penentuan Komoditas Perikanan Unggulan 8
Seleksi Jenis Alat Penangkapan Ikan 10
SIMPULAN DAN SARAN 18
Simpulan 18
Saran 18
DAFTAR PUSTAKA 18
LAMPIRAN 21
RIWAYAT HIDUP 25
DAFTAR TABEL

1 Alat yang digunakan dalam penelitian 3


2 Responden yang dibutuhkan 3
3 Tujuan, data, sumber data, dan metode pengumpulan data 4
4 Langkah-langkah pengolahan data 5
5 Kriteria dan nilai tren kriteria dalam penentuan komoditas terbaik
di PPI Kuala Stabas 6
6 Penentuan tingkat kepentingan dan bobot nilai kriteria 7
7 Hasil tangkapan komoditas perikanan per trip di PPI Kuala Stabas 9
8 Penentuan nilai komposisi kriteria perikanan unggulan berdasarkan
metode CPI di PPI Kuala Stabas 10
9 Perkembangan alat tangkap di Kabupaten Pesisir Barat tahun 2016-2018 11
10 Nilai skoring dan standarisasi fungsi nilai ditinjau dari aspek biologi
di PPI Kuala Stabas 12
11 Nilai skoring dan standarisasi fungsi nilai ditinjau dari aspek teknis
di PPI Kuala Stabas 13
12 Nilai skoring dan standarisasi fungsi nilai ditinjau dari aspek sosial
di PPI Kuala Stabas 13
13 Nilai skoring dan standarisasi fungsi nilai ditinjau dari aspek ekonomi
di PPI Kuala Stabas 14
14 Nilai skoring dan standarisasi fungsi nilai ditinjau dari aspek ekosistem
perairan di PPI Kuala Stabas 15
15 Nilai skoring dan standarisasi fungsi nilai ditinjau dari aspek gabungan
(aspek biologi, teknis, sosial, ekonomi, dan ekosistem perairan)
di PPI Kuala Stabas 15

DAFTAR GAMBAR

1 Peta lokasi PPI Kuala Stabas, Kabupaten Pesisir Barat, Provinsi Lampung 2

DAFTAR LAMPIRAN

2 Data hasil tangkapan di PPI Kuala Stabas 21


3 Penentuan komoditas unggulan menggunakan metode CPI 22
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sektor kelautan dan perikanan di Indonesia khususnya provinsi Lampung


memiliki potensi perikanan yang cukup tinggi, yaitu sebesar 387000 ton/tahun.
Akan tetapi, tingkat pemanfaatan perikanan tangkap di Provinsi Lampung
berdasarkan Laporan Statistik Perikanan Tangkap baru mencapai 136750
ton/tahun (Kementrian Kelautan dan Perikanan 2018). Angka pemanfaatan
tersebut baru mencapai 35.34% dari total potensi perikanan tangkap provinsi
Lampung. Salah satu penentu utama dalam pemanfaatan sektor perikanan dan
kelautan adalah adanya teknologi atau alat penangkapan ikan unggulan di daerah
tersebut. Alat penangkapan ikan merupakan salah satu bagian dari unit
penangkapan ikan yang digunakan nelayan dalam operasi penangkapan ikan.
Penggunaan alat tangkap yang yang kurang efektif merupakan salah satu
penyebab belum maksimalnya pengelolaan perikanan tangkap. Selain itu,
penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan menjadi salah satu
penyebab terjadinya kerusakan ekosistem laut di beberapa wilayah di Indonesia
untuk beberapa komoditas ikan sehingga semakin memperburuk kondisi
pengelolaan perikanan tangkap di daerah tersebut.
Salah satu upaya untuk mengoptimalkan pemanfaatan sektor perikanan
tangkap ialah dengan melakukan pengelolaan perikanan tangkap dengan baik
sebagaimana diamanahkan dalam Code of Conduct for Responsible Fisheries
(CCRF), 1995. Salah satu rekomendasi dalam CCRF adalah penggunaan alat
penangkapan ikan yang selektif untuk meminimumkan hasil tangkapan yang tidak
menjadi target tangkapan yang diperlukan (FAO 1995). Selain dari sisi alat
penangkapan ikan, dari sisi komoditas pun perlu dikelola. Irnawati et al. (2011)
menjelaskan bahwa penentuan komoditas ikan unggulan di suatu daerah
diperlukan sebagai langkah awal pengelolaan perikanan tangkap yang berpijak
pada konsep efisiensi untuk meraih keunggulan komparatif dan kompetitif dalam
menghadapi globalisasi perdagangan. Langkah menuju efisiensi dapat ditempuh
dengan menentukan komoditas ikan yang mempunyai keunggulan komparatif,
baik ditinjau dari sisi penawaran maupun permintaan, serta keunggulan daya saing
tinggi. Dari sisi penawaran, komoditas ikan unggulan dicirikan oleh superioritas
dalam pertumbuhan pada kondisi biofisik, teknologi, dan sosial ekonomi nelayan
yang dapat dijadikan andalan untuk mendapatkan pendapatan (Pregiwati et al.
2017).
Pangkalan pendaratan ikan Kuala Stabas (PPI Kuala Stabas) yang terletak
di provinsi Lampung merupakan salah satu pelabuhan yang memiliki potensi
menjanjikan dalam sektor perikanan tangkap. Kegiatan penangkapan ikan di PPI
Kuala Stabas masih menggunakan alat penangkapan ikan yang sederhana
sehingga menjadikan PPI Kuala Stabas sebagai salah satu PPI yang tertinggal.
Ada beberapa jenis alat penangkapan ikan yang digunakan untuk menangkap
berbagai jenis ikan di pelabuhan ini seperti jaring gelung, jaring rampus, pukat
pantai, dan pancing. Mengacu pada CCRF 1995, agar pengelolaan perikanan
tangkap di PPI Kuala Stabas dapat dilakukan dengan baik, maka komoditas dan
alat tangkap unggulan di PPI Kuala Stabas harus ditentukan terlebih dahulu.
2

Berdasarkan permasalahan ini, maka diperlukan pemilihan unit teknologi


penangkapan unggulan yang berkelanjutan untuk penangkapan komoditas ikan
unggulan. Kajian ini mempertimbangkan beberapa aspek yaitu biologi, teknis,
ekonomi, dan ekosistem perairan dengan menganalisis setiap aspek yang dikaji
untuk kebijakan dalam pengelolaan berkelanjutan (Kholis et al. 2017).

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:


1. Menentukan komoditas perikanan unggulan di PPI Kuala Stabas
2. Menentukan jenis alat tangkap yang tepat untuk pemanfaatan sumber daya
perikanan di PPI Kuala Stabas

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:


1. Memberikan rekomendasi bagi pemangku kepentingan bidang perikanan
tangkap di daerah kajian terkait pengelolaan perikanan tangkap berbasis
komoditas dan alat penangkapan ikan unggulan, dan
2. Sebagai dasar bagi penelitian lanjutan dalam lingkup seleksi komoditas dan
alat penangkapan ikan.

METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2019, yang


berlokasi di PPI Kuala Stabas, Kabupaten Pesisir Barat, Provinsi Lampung. Peta
lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Peta lokasi PPI Kuala Stabas, Kabupaten Pesisir Barat, Provinsi
Lampung
3

Dasar pertimbangan pemilihan PPI Kuala Stabas sebagai lokasi penelitian


adalah pelabuhan tersebut merupakan basis perikanan di sekitar perairan Pesisir
Barat. Nelayan di PPI Kuala Stabas masih melakukan kegiatan penangkapan ikan
menggunakan armada dan alat penangkapan ikan yang sederhana sehingga
produktivitas perikanannya rendah dan menjadikan PPI Kuala Stabas sebagai
salah satu PPI yang tertinggal di provinsi Lampung. Informasi yang didapatkan
diharapkan dapat membantu pihak terkait dalam melakukan pengelolaan
perikanan tangkap berbasis di PPI Kuala Stabas.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini beserta kegunaannya dicantumkan


pada Tabel 1.

Tabel 1 Alat yang digunakan dalam penelitian


Alat Kegunaan
Alat tulis Mencatat data yang diperoleh saat penelitian
Kuesioner Daftar pertanyaan untuk pengambilan data saat wawancara
Kamera Alat dokumentasi
Meteran Mengukur data panjang ikan
Timbangan Mengukur bobot ikan

Jenis, Sumber dan Metode Pengambilan Data

Jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian adalah data utama dan data
pendukung. Data utama yang dibutuhkan berupa data hasil tangkapan komoditas
perikanan beserta kriteria komoditas perikanan yang meliputi harga, bobot, dan
panjang ikan. Selain itu, data utama yang dibutuhkan ialah data alat tangkap yang
digunakan oleh nelayan di PPI Kuala Stabas dan data aspek kajian yang meliputi
kajian aspek biologi, teknis, sosial, ekonomi, dan data aspek ekosistem yang
secara rinci disajikan pada Tabel 3. Data utama diambil dengan cara wawancara
langsung dengan nelayan yang menjadi responden di PPI Kuala Stabas. Sementara
itu, data pendukung yang diperlukan adalah data nilai produksi perikanan
kabupaten pesisir barat dan harga ikan hasil tangkapan yang diperoleh dari Dinas
Perikanan dan Kelautan. Jenis responden dan tujuan pengambilan data dari
masing-masing responden dapat dilihat pada Tabel 2, sedangkan sumber data dan
metode pengumpulan data dari responden dirinci dalam Tabel 3.

Tabel 2 Responden yang dibutuhkan


Responden Tujuan
Nelayan Mendapatkan data utama untuk menentukan
sumber daya ikan dan alat penangkapan ikan
unggulan
Dinas Perikanan dan Kelautan Mendapatkan data nilai produksi dan harga ikan
hasil tangkapan di PPI Kuala Stabas serta data alat
tangkap yang digunakan nelayan
4

Tabel 3 Tujuan, data, sumber data, dan metode pengumpulan data


Tujuan Data Sumber Metode pengumpulan
penelitian data data
Menentukan  Data hasil tangkapan Nelayan, Wawancara dengan
sumber daya komoditas perikanan Dinas pihak nelayan dan
ikan unggulan di  Kriteria komoditas Perikanan Dinas Perikanan dan
PPI Kuala perikanan meliputi dan Kelautan, mengisi
Stabas harga, bobot, dan Kelautan kuesioner, serta
panjang rata-rata ikan pengamatan langsung
di PPI Kuala Stabas
Menentukan  Data alat tangkap Nelayan Wawancara dengan
jenis alat tradisional yang pihak nelayan, mengisi
penangkapan digunakan di PPI Kuala kuesioner dan
ikan unggulan di Stabas berupa rawai, pengamatan langsung
PPI Kuala jaring gelung, pancing, di PPI Kuala Stabas
Stabas jaring rampus, dan
pukat pantai.
 Data aspek biologi yang
meliputi jumlah
produksi, panjang, dan
berat rata-rata ikan per
trip.
 Data aspek teknis yang
meliputi jumlah alat
tangkap, biaya trip per
bulan, musim, dan
penguasaan teknologi
oleh ABK.
 Data aspek ekonomi
yang meliputi harga
ikan, penerimaan kotor
per trip, biaya melaut
per trip, dan pendapatan
kotor per tenaga kerja
per trip.
 Data aspek sosial yang
meliputi penyerapan
tenaga kerja,
keuntungan usaha per
trip, pendapatan ABK
per bulan, dan
pengalaman nelayan.
 Data aspek ekosistem
yang meliputi ukuran
mata jaring, ikutan
selain ikan (non ikan),
dan hasil sampingan.

Menurut data dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pesisir Barat
yang diperoleh pada saat penelitian pada bulan September-Oktober 2019, populasi
nelayan yang ada di PPI Kuala Stabas yang tercatat sebanyak 348 nelayan.
5

Responden utama dalam penelitian ini adalah nelayan perikanan di PPI Kuala
Stabas yang memenuhi kriteria sebagai responden penelitian. Responden utama
dipilih dengan metode snow-ball sampling dan dipilih untuk pengambilan data
kuesioner melalui wawancara. Metode ini dilakukan dengan adaptasi yaitu dengan
menentukan terlebih dahulu kriteria-kriteria responden yang diambil. Kriteria
responden dalam penelitian ini adalah nelayan yang menggunakan alat tangkap
berupa jaring gelung, jaring rampus, rawai, pancing, atau pukat pantai. Sampel
nelayan atau jumlah nelayan yang diwawancara sebanyak 78 nelayan dan
pengambilan sampel nelayan merujuk pada Bungin (2005) menggunakan rumus:
𝑁
𝑛 = 𝑁𝑑2 +1 .............................................................................................................(1)

Keterangan:
n = Ukuran sampel
N = Ukuran populasi
d = nilai presisi/ketepatan meramalkan 10% (0.01)
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode survei. Metode
survei merupakan metode penelitian yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta
dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan yang faktual (Nazir 2003).
Menurut Singarimbun dan Effendi (2006), metode survei merupakan metode
penelitian dengan cara mengumpulkan sampel data penelitian yang diperlukan dan
mewakili suatu populasi. Metode survei dilakukan dengan mewawancarai nelayan
sebagai responden dan menggunakan lembar kuesioner sebagai alat pengumpulan
data utama dari nelayan. Selain itu, hasil survei data yang diperoleh dari Dinas
Kelautan dan Perikanan digunakan sebagai data sekunder atau data pendukung.

Tabel 4 Langkah-langkah pengolahan data


Responden Keterangan
Penyusunan data Kegiatan ini dimaksudkan untuk menguji hipotesis penelitian
Klasifikasi data Memisahkan data yang diperoleh antara data primer dan
sekunder
Pengolahan data Menganalisis data untuk mendapatkan hasil sesuai tujuan
penelitian
Interpretasi hasil Menarik suatu kesimpulan yang berisikan inti sari dari seluruh
pengolahan data rangkaian kegiatan penelitian dan harus dalam batas kerangka
penelitian

Analisis Data

Analisis CPI

Pemilihan komoditas unggulan dilakukan dengan metode comparative


performance index (CPI) (Marimin 2004). CPI merupakan salah satu metode yang
digunakan dalam mengambil keputusan berbasis indeks kinerja. Selain itu, CPI
merupakan indeks gabungan yang dapat digunakan untuk menentukan penilaian
atau peringkat dari berbagai alternatif. CPI juga mentransformasikan nilai dari
variabel dengan jangkauan berbeda menjadi suatu indeks gabungan yang dapat
dibandingkan. Kriteria dalam menentukan komoditas perikanan unggulan dalam
6

penelitian ini mencakup produksi dan harga. Rumus yang digunakan dalam
metode CPI adalah sebagai berikut:
𝑋𝑖𝑗
𝐴𝑖𝑗 = 𝑋 × 100 ..............................................................................................(2)
𝑖𝑗 (𝑚𝑖𝑛)
𝐼𝑖𝑗 = 𝐴𝑖𝑗 × 𝑃𝑖 ...........................................................................................................(3)
𝐼𝑖 = ∑𝑛𝑗=𝑖(𝐼𝑖𝑗 ) ............................................................................................................(4)

Keterangan:
𝐴𝑖𝑗 = Nilai standarisasi bobot rata-rata, panjang rata-rata, atau harga ikan ke-i
(komoditas perikanan ke-i) pada kriteria ke-j (kriteria komoditas)
𝑋𝑖𝑗 = Bobot rata-rata, panjang rata-rata, atau harga ikan ke-i (komoditas
perikanan ke-i) pada kriteria ke-j (kriteria komoditas)
𝑋𝑖𝑗 (𝑚𝑖𝑛) = Bobot rata-rata, panjang rata-rata, atau harga ikan minimum ke-i
(komoditas perikanan ke-i) pada kriteria ke-j (kriteria komoditas)
𝑃𝑖 = Bobot kepentingan kriteria ke-j
𝐼𝑖 = Nilai indeks gabungan bobot ikan dan panjang rata-rata ikan pada
komoditas ke –i
i = Komoditas
j = Kriteria komoditas

Pembobotan menggunakan asumsi bobot rata-rata, hal ini disebabkan karena


semua kriteria merupakan bagian terpenting dari profitabilitas. Prosedur
penyelesaian CPI sebagai berikut :
1. Identifikasi kriteria tren positif (semakin tinggi nilainya semakin baik) dan tren
negatif (semakin rendah nilainya semakin baik).
2. Untuk kriteria tren positif, nilai minimum pada setiap kriteria ditransformasi ke
seratus, sedangkan nilai lainnya ditransformasi secara proporsional lebih tinggi.
3. Untuk kriteria tren negatif, nilai minimum pada setiap kriteria ditransformasi ke
seratus, sedangkan nilai lainnya ditransformasi secara proporsional lebih
rendah.
Mengacu pada Simanjorang (2018), tahapan analisis CPI dapat dilakukan
dengan terlebih dahulu menentukan kriteria yang akan dijadikan bahan
pertimbangan pada proses perangkingan. Hal ini dimaksudkan untuk menentukan
komoditas terbaik. Adapun kriteria dan nilai tren tiap kriteria sebagaimana
disajikan pada Tabel 5. Kemudian setiap kriteria ditentukan tingkat kepentingan
dan bobot nilainya sebagaimana disajikan pada Tabel 6.

Tabel 5 Kriteria dan nilai tren kriteria dalam penentuan komoditas terbaik di PPI
Kuala Stabas
Kriteria Keterangan Tren
C1 Harga ikan positif
C2 Bobot ikan positif
C3 Panjang ikan positif
7

Tabel 6 Penentuan tingkat kepentingan dan bobot nilai kriteria


Kriteria Tingkat kepentingan Bobot
C1 Sangat penting 0.6
C2 Penting 0.3
C3 Kurang penting 0.1

Analisis Skoring

Metode yang digunakan untuk analisis seleksi teknologi perikanan tangkap


unggulan dalam rangka upaya pemanfaatan sumberdaya perikanan yang lebih
efektif adalah metode skoring. Metode ini didasarkan pada analisis kelayakan
terhadap aspek biologi, aspek teknis, aspek sosial, aspek ekonomi dan aspek
ekosistem (Mangkusubroto dan Trisnadi 1985; diacu dalam Aminah 2009).
Metode ini dapat digunakan dalam penilaian kriteria yang mempunyai satuan
berbeda. Kriteria penilaian dilakukan dengan memberikan nilai terendah satu (1)
dan nilai tertinggi lima (5). Semua penilaian yang dilakukan terhadap kriteria atau
aspek, menggunakan nilai tukar, sehingga nilai yang muncul mempunyai standar
yang sama.
Haluan dan Nurani (1988) menyatakan bahwa nilai tiap kriteria dapat
diperoleh dengan melakukan survei lapangan. Survei lapangan dilakukan untuk
mendapatkan data primer melalui wawancara dengan responden. Data sekunder
diperoleh dari Dinas Perikanan dan instansi terkait. Nilai yang dimasukkan pada
tiap kriteria dapat berupa nilai secara kuantitatif dari hasil wawancara dan
perhitungan, dapat juga dilakukan secara kualitatif sesuai dengan nilai standar
skala subjektif. Penilaian yang dilakukan dalam penelitian ini berdasarkan hasil
wawancara, sedangkan perhitungan secara kuantitatif dan kualitatif sesuai dengan
objek yang diinginkan.
Penilaian jenis alat tangkap ditinjau dari aspek biologi, teknis, sosial,
ekonomi, dan aspek ekosistem. Analisis aspek biologi mencakup produksi
ditetapkan sebagai (X1), panjang ikan (X2), dan berat ikan sebagai (X3). Aspek
teknis berkaitan dengan penilaian kriteria teknis terhadap unit alat tangkap yang
digunakan oleh nelayan di PPI Kuala Stabas (Kabupaten Pesisir Barat) dalam
penangkapan ikan. Aspek tersebut adalah jumlah alat tangkap (X1), trip per bulan
(X2), musim (X3) dan penguasaan teknologi oleh ABK (X4). Analisis aspek
sosial mencakup penyerapan tenaga kerja (X1), keuntungan usaha per trip (X2),
pendapatan ABK per bulan (X3), dan pengalaman nelayan (X4). Aspek ekonomi
berkaitan dengan efisiensi usaha, meliputi harga ikan (X1), penerimaan kotor per
trip (X2), biaya melaut per trip (X3), pendapatan kotor per tenaga kerja per trip
(X4). Aspek ekosistem mencakup ukuran mata jaring (X1) ikutan selain ikan (non
ikan) sebagai (X2), dan hasil tangkapan sampingan (X3) (Himelda et al. 2012).,
sedangkan rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
𝑋−𝑋0
𝑉(𝑋) = 𝑋 ........................................................................................................(5)
1 −𝑋0

keterangan:
𝑉(𝑋) = fungsi nilai dari kriteria X
X = nilai variabel X
8

X1 = nilai tertinggi pada kriteria X


X0 = nilai terendah pada kriteria X

𝑉(𝐴) = ∑𝑛𝑖=𝑎 𝑉𝑖 (𝑋𝑖 ) ..............................................................................................(6)

keterangan:
i = a, b, c, d, ....n
𝑉(𝐴) = fungsi nilai dari alternatif A
𝑉𝑖 (𝑋𝑖 ) = fungsi nilai dari alternatif pada kriteria ke-i

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penentuan Komoditas Perikanan Unggulan

Kabupaten Pesisir Barat memiliki letak yang cukup strategis dan potensi
perikanan yang cukup menjanjikan. Perikanan tangkap berada di sepanjang ± 210
km dari garis pantai Kabupaten Pesisir Barat atau 19% dari panjang garis pantai
Provinsi Lampung yang langsung berhadapan dengan Samudera Hindia. Sejauh 0-
4 mil ± 168.941 ha merupakan wilayah perikanan tangkap laut yang dikelola oleh
Kabupaten Pesisir Barat. Kondisi perikanan di PPI Kuala Stabas dalam bidang
teknologi perikanan tangkap relatif belum berkembang. Volume produksi ikan
yang didaratkan di PPI Kuala Stabas tahun 2016 cukup beragam. Jenis blue
marlin hasil produksi PPI Kuala Stabas sebanyak 73 ton/tahun, tuna 83 ton/tahun,
hiu 16 ton/tahun, kakap sebesar 5 ton/tahun, kerapu 17 ton/tahun, udang 81
ton/tahun, dan gurita 11 ton/tahun. Sementara itu, produksi terendah yaitu tenggiri
hanya sebesar 4 ton/tahun dan produksi tertinggi yaitu cakalang sebesar 160
kg/tahun (Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah 2019).
Produksi perikanan di PPI Kuala Stabas masih tergolong rendah jika
dibandingkan pelabuhan perikanan di daerah lain di provinsi Lampung mengingat
alat tangkap dan armada yang digunakan oleh nelayan di PPI Kuala Stabas masih
tradisional. Berdasarkan hasil penelitian, alat tangkap yang digunakan oleh
nelayan PPI Kuala Stabas meliputi jaring gelung, rawai, pancing, pukat pantai,
dan jaring rampus. Selain itu, armada yang banyak digunakan untuk melaut oleh
nelayan ialah perahu tanpa motor dan motor tempel, hal ini sesuai dengan data
dari Badan Perencanaan dan Pembangunan Dearah (2019). Kemudian, komoditas
perikanan di PPI Kuala Stabas meliputi ikan tongkol (Euthynnus affinis), ikan
layur (Trichiurus lepturus), ikan setuhuk (Makaira nigricans), lobster
(Nephropidae), ikan tuna (Thunnus albacares), ikan tenggiri (Scomberomorus),
ikan layang (Decapterus), gurita (Octopoda), dan ikan kembung (Rastrelliger).
Hasil tangkapan komoditas perikanan di PPI Kuala Stabas per trip disajikan pada
Tabel 7.
9

Tabel 7 Hasil tangkapan komoditas perikanan per trip di PPI Kuala Stabas
Komoditas Kriteria Komoditas
Perikanan Bobot rata-rata Panjang rata-rata
Harga per kg
ikan (kg) ikan (cm)
Tuna 92.8 124 Rp 45,000.00
Tongkol 0.56 28.3 Rp 25,000.00
Layur 2.1 33.9 Rp 35,000.00
Setuhuk 102.1 180 Rp 70,000.00
Lobster 0.6 30.6 Rp 70,000.00
Tenggiri 32 94.2 Rp 50,000.00
Layang 0.32 17 Rp 45,000.00
Gurita 1.3 35.8 Rp 40,000.00
Kembung 0.21 12.6 Rp 55,000.00

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada bulan September – Oktober


tahun 2019, Tabel 7 menunjukkan hasil tangkapan komoditas perikanan di PPI
Kuala Stabas. Berdasarkan Tabel 7, komoditas perikanan tertinggi yang dihasilkan
berdasarkan bobot ikan rata-rata yang didapatkan per trip yaitu setuhuk/blue
marlin dengan bobot ikan rata-rata sebesar 102.1 kg dan panjang ikan rata-rata
180 cm. Selain itu, ikan setuhuk merupakan salah satu ikan yang paling diminati
di Pasar Krui, Kabupaten Pesisir Barat dengan harga Rp 70,000.-/kg. Selain hasil
tangkapan ikan sesuai Tabel 7, PPI Kuala Stabas mendapatkan hasil tangkapan
sampingan meliputi pari, cucut, buntal dan petek sebagaimana terlampir pada
Lampiran 1.
Menurut Irnawati et al. (2011), penentuan komoditas ikan unggulan di suatu
daerah diperlukan sebagai langkah awal pengelolaan perikanan tangkap yang
berpijak pada konsep efisiensi untuk meraih keunggulan kooperatif dan kompetitif
dalam menghadapi globalisasi perdagangan. Langkah menuju efisiensi dapat
dilakukan dengan menentukan komoditas ikan yang mempunyai keunggulan
kooperatif, baik ditinjau dari sisi penawaran maupun permintaan, serta
keunggulan daya saing tinggi. Dari sisi penawaran, komoditas ikan unggulan
dicirikan oleh superioritas dalam pertumbuhan pada kondisi biofisik, teknologi
dan sosial ekonomi nelayan yang dapat dijadikan mata pencaharian utama.
Metode Comparative Performance Index (CPI) digunakan untuk
menentukan komoditas perikanan unggulan. CPI merupakan indeks gabungan
yang dapat digunakan untuk menentukan penilaian atau peringkat dari berbagai
alternatif berdasarkan beberapa kriteria (Marimin dan Nurul 2010). Penentuan
komoditas unggulan dengan metode CPI ini dipilih karena penilaian pada setiap
kriteria dan arah penilaian kriteria tidak seragam. Metode CPI ini menggunakan 3
kriteria yaitu bobot rata-rata ikan, panjang rata-rata ikan dan harga ikan sebagai
kriteria penilaian. Penentuan komoditas perikanan unggulan berdasarkan metode
CPI di PPI Kuala Stabas sebagaimana pada Tabel 8.
10

Tabel 8 Penentuan nilai komposisi kriteria perikanan unggulan berdasarkan


metode CPI di PPI Kuala Stabas
Komoditas Nilai Kriteria Komoditas
Perikanan Bobot ikan Panjang ikan Nilai CPI Peringkat
Unggulan Harga
rata-rata rata-rata
Setuhuk 14585.72 142.86 168 13463.55 1
Tuna 13257.14 98.41 280 14896.58 2
Tenggiri 4571.43 74.76 200 4766.19 3
Layur 300 22.46 100 410.91 4
Gurita 185.72 28.41 140 310.13 5
Lobster 85.71 24.29 160 278 6
Kembung 30 10 280 172 7
Layang 45.71 13.49 180 167.17 8
Tongkol 80.00 22.46 220 162.46 9

Hasil perhitungan penentuan komoditas perikanan unggulan pada Tabel 8


menunjukkan setuhuk sebagai ikan komoditas unggulan di PPI Kuala Stabas. Ikan
setuhuk yang dihasilkan di PPI Kuala Stabas memiliki bobot ikan rata-rata 102.1
kg dan panjang ikan rata-rata 180 cm, serta harga jual setuhuk di PPI Kuala Stabas
seharga Rp70,000/kg. Perhitungan skoring dan nilai komposisi berdasarkan
komoditas perikanan menggunakan metode CPI terlampir pada Lampiran 2.
Berdasarkan alat penangkapan ikan yang digunakan, alat penangkapan yang
paling banyak mendapatkan tangkapan setuhuk adalah rawai dengan jumlah
nelayan sebanyak 24 nelayan dan pancing sebanyak 6 nelayan. Sementara itu,
tuna menduduki komoditas unggulan kedua di PPI Kuala Stabas setelah setuhuk.
Selain jumlah tangkapannya sangat banyak dan harganya mahal, kedua jenis ikan
tersebut juga memiliki nilai tambah yang lebih. Menurut Yudiarso (2009) dan An
Najah et al. (2015). Salah satu cara pemasaran yang dapat memberikan nilai tinggi
adalah cara pemasaran ekspor karena kualitas hasil tangkapan yang terjaga dalam
bentuk beku sehingga harga ikan untuk tujuan ekspor juga lebih tinggi
dibandingkan dengan pemasaran domestik.
Kegiatan pemasaran secara umum merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi dalam memacu produksi dan menunjang suksesnya kegiatan
perikanan dengan cara pemenuhan kebutuhan ikan, baik untuk skala domestik
maupun skala ekspor dengan ketentuan harga yang pantas di tingkat nelayan
sehingga kesejahteraan nelayan dapat ditingkatkan dengan kegiatan tersebut.
Perluasan jangkauan pasar, promosi, penyediaan informasi dan peningkatan
pengetahuan nelayan merupakan faktor-faktor lainnya yang dapat meningkatkan
produksi dengan selalu berorientasi pada permintaan pasar (Septifitri et al. 2010).
Penjualan hasil tangkapan ikan di PPI Kuala Stabas sebagian besar di jual di
sekitar armada atau pasar terdekat, untuk ikan dengan kualitas baik seperti tuna
dan setuhuk di jual di luar daerah di dalam Provinsi Lampung.

Seleksi Jenis Alat Penangkapan Ikan

Unit perikanan tangkap penangkapan ikan merupakan kesatuan teknis dalam


suatau operasi penangkapann ikan. Satu unit perikanan tangkap terdiri atas
perahu/kapal penangkapan ikan, alat tangkap yang digunakan oleh nelayan di PPI
11

Kuala Stabas masih didominasi oleh alat tangkap yang bersifat skala kecil dan
tradisional baik dilihat dari cara penangkapan, waktu penangkapan maupun
teknologi yang digunakan dalam melakukan penangkapan ikan. Menurut Wiyono
(2011), hampir 90% kegiatan penangkapan ikan di Indonesia didominasi oleh
perikanan skala kecil, hal tersebut telah memberikan kontribusi yang signifikan
terhadap kondisi sosial ekonomi nelayan. De Wysiecki et al. (2016) juga
menyatakan bahwa perikanan skala kecil semakin dipelajari karena dampaknya
begitu mempengaruhi ekologi dan ekonomi. Secara lengkap penyebaran alat
tangkap tersebut di Kabupaten Pesisir Barat disajikan pada Lampiran 3.
Sementara itu, perkembangan jumlah alat tangkap yang digunakan disajikan pada
Tabel 9. Tabel 9 menunjukkan bahwa alat tangkap jaring gelung belum ada pada
data karena belum digunakan sebagai alat tangkap oleh nelayan di PPI Kuala
Stabas. Penggunaan jaring gelung mulai digunakan oleh nelayan PPI Kuala Stabas
mulai tahun 2019 karena sebagai peralihan nelayan dari penggunaan gill net.
Penggunan gill net yang dilarang karena merusak lingkungan dan hasil tangkapan
yang lebih banyak menjadi alasan para nelayan di PPI Kuala Stabas menggunakan
jaring gelung.

Tabel 9 Perkembangan alat tangkap di Kabupaten Pesisir Barat tahun 2016-2018


Tahun
Alat tangkap
2016 2017 2018
Rawai 700 700 300
Gill Net 74 74 0
Jaring Rampus 2250 2250 120
Pancing 2185 2185 233
Jumlah 5209 5209 653
Sumber : Dinas Perikanan Kabupaten Pesisir Barat, 2016

Unit teknologi penangkapan ikan unggulan adalah unit penangkapan ikan


yang memiliki beberapa kriteria seperti, tinjauan dari aspek biologi alat
penangkapan yang akan dikembangkan tidak merusak atau mengganggu
kelestarian sumber daya, secara aspek teknis alat tangkap harus efektif dalam
penggunaanya, secara aspek sosial dapat diterima oleh masyarakat nelayan dan
secara ekonomi alat tangkap tersebut bersifat menguntungkan (Kholis et al. 2017).
Beberapa aspek alat tangkap yang dikaji dalam penelitian ini meliputi aspek
biologi, teknis, sosial, ekonomi, dan ekosistem perairan, hal ini juga merujuk pada
Wulandari et. al (2017) untuk menentukan alat tangkap unggulan yang tepat guna.
Pada penelitian ini alat penangkap ikan yang dinilai ialah pancing, jaring gelung,
rawai, jaring rampus, dan pukat pantai. Menurut klasifikasi von Brandt, pancing
dan rawai termasuk kedalam kelompok line fishing, jaring gelung termasuk ke
dalam kelompok surrounding net, jaring rampus kedalam kelompok gill net, dan
pukat pantai ke dalam kelompok dragged gear (Gabriel et al. 2008).
Kelima alat tangkap tersebut akan dinilai beberapa aspeknya karena kelima
alat tangkap tersebut adalah alat tangkap yang paling banyak digunakan oleh
nelayan PPI Kuala Stabas. Selain itu, alat tangkap seperti jaring gelung yang
bahkan baru digunakan oleh nelayan sejak tahun 2019 termasuk alat tangkap yang
paling banyak digunakan oleh nelayan PPI Kuala Stabas karena penggunaannya
12

dapat meminimumkan pengeluaran biaya melaut sehingga pendapatan ABK juga


kemungkinan bisa lebih besar.

Penilaian Aspek Biologi

Penilaian alat penangkapan ikan berdasarkan aspek biologi difokuskan


pada kriteria produksi (X1), panjang ikan (X2), dan berat ikan (X3). Hasil analisis
yang dilakukan di PPI Kuala Stabas menunjukkan bahwa alat rawai lebih baik
dibandingkan dengan alat tangkap jaring gelung, pancing, jaring rampus, maupun
pukat pantai yang digunakan untuk pemanfaatan sumber daya ikan (Tabel 10).
Pada Tabel 10, hasil analisis dan standarisasi menunjukkan alat rawai berada pada
prioritas pertama, jaring gelung prioritas kedua, pancing prioritas ketiga, jaring
rampus prioritas keempat dan pukat pantai prioritas kelima. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa secara biologi alat tangkap rawai memiliki penilaian lebih
baik dibandingkan dengan alat tangkap dominan lainnya.

Tabel 10 Nilai skoring dan standarisasi fungsi nilai ditinjau dari aspek biologi di
PPI Kuala Stabas
Alternatif Kriteria penilaian
UP
teknologi X1 V1 X2 V2 X3 V3 VA1
Rawai 213.88 0.298 124.0 1.000 32.08 0.980 2.277 1
Jaring gelung 687.08 1.000 17.0 0.128 22.90 0.500 1.628 2
Pancing 125.00 0.166 1.3 0.000 32.47 1.000 1.166 3
Jaring rampus 109.89 0.143 33.9 0.266 18.32 0.261 0.670 4
Pukat pantai 13.33 0.000 33.9 0.266 13.33 0.000 0.266 5
Keterangan:
X1 : Produksi (kg)
X2 : Panjang ikan (cm)
X3 : Berat ikan (gram)
V : Fungsi nilai dari kriteria
VA1 : Fungsi nilai dari aspek biologi
UP : Urutan prioritas

Penilaian Aspek Teknis

Penilaian alat penangkapan ikan berdasarkan aspek teknis meliputi penilaian


jumlah alat tangkap (X1), jumlah trip per bulan (X2), musim (X3) dan penguasaan
teknologi oleh ABK (X4). Hal spesifik yang ingin dilihat adalah efektivitas dari
alat tangkap yang digunakan. Hasil analisis menunjukkan, alat tangkap jaring
gelung merupakan prioritas utama di PPI Kuala Stabas, prioritas kedua adalah
pancing, prioritas ketiga adalah jaring rampus, prioritas keempat adalah rawai,
sedangkan prioritas kelima adalah pukat pantai (Tabel 11).
13

Tabel 11 Nilai skoring dan standarisasi fungsi nilai ditinjau dari aspek teknis di
PPI Kuala Stabas
Alternatif Teknologi
Kriteria
Jaring Jaring Pukat
penilaian Pancing Rawai
gelung rampus pantai
X1 250 53 70 110 6
V1 1.000 0.193 0.262 0.426 0.000
X2 16.17 17.67 18.00 6.50 22.83
V2 0.592 0.684 0.704 0.000 1.000
X3 10.50 10.00 10.27 10.00 10.07
V3 1.000 0.000 0.540 0.000 0.140
X4 1.143 3.000 1.133 3.000 1.067
V4 0.039 1.000 0.034 1.000 0.000
VA2 2.631 1.877 1.541 1.426 1.140
UP 1 2 3 4 5
Keterangan:
X1 : Jumlah alat tangkap (unit)
X2 : Jumlah trip per bulan (hari)
X3 : Musim (bulan)
X4 : Penguasaan teknologi oleh ABK
V : Fungsi nilai dari kriteria
VA2 : Fungsi nilai dari aspek teknologi
UP : Urutan prioritas

Penilaian Aspek Sosial

Penilaian alat penangkapan ikan berdasarkan aspek sosial meliputi


penyerapan tenaga kerja (X1), keuntungan usaha per trip (X2), pendapatan ABK
per trip (X3), dan pengalaman nelayan (X4) berdasarkan Bahdad et al. (2019).
Berdasarkan perhitungan hasil skoring dan standarisasi terhadap aspek sosial,
maka untuk wilayah PPI Kuala Stabas alat tangkap jaring gelung berada pada
prioritas pertama. Rawai menempati urutan kedua, pukat pantai pada urutan ketiga,
jaring rampus pada urutan keempat, sedangkan pancing pada urutan kelima (Tabel
12).

Tabel 12 Nilai skoring dan standarisasi fungsi nilai ditinjau dari aspek sosial di
PPI Kuala Stabas
Alternatif Teknologi
Kriteria
Jaring
penilaian Jaring gelung Pancing Rawai Pukat pantai
rampus
X1 24 6 18 24 6
V1 1.000 0.000 0.667 1.000 0.000
X2 31,259,625 5,326,916 4,607,805 10,620,875 445,500
V2 1.000 0.158 0.135 0.330 0.000
X3 13,548,988 11,941,968 1,422,142 9,964,758 71,341,446
V3 0.173 0.150 0.000 0.122 1.000
X4 4.000 2.667 3.222 4.083 3.500
V4 0.941 0 0.392 1 0.588
VA4 3.114 0.308 1,194 2.452 1.588
UP 1 5 4 2 3
Keterangan:
X1 : Penyerapan tenaga kerja (orang)
14

X2 : Keuntungan usaha per trip (Rp)


X3 : Pendapatan ABK per bulan (Rp)
X4 : Pengalaman nelayan (tahun)
V : Fungsi nilai kriteria
VA3 : Fungsi nilai dari aspek sosial
UP : Urutan prioritas

Penilaian Aspek Ekonomi

Penilaian alat penangkapan ikan berdasarkan aspek ekonomi meliputi harga


ikan (X1), penerimaan kotor per trip (X2), biaya melaut (X3), dan pendapatan kotor
per tenaga kerja per trip (X4). Hasil analisis terhadap aspek ekonomi untuk
wilayah PPI Kuala Stabas, alat tangkap jaring gelung menempati urutan pertama.
Hal ini terjadi karena secara ekonomi penerimaan kotor per trip dan pendapatan
kotor per tenaga kerja per trip alat tangkap jaring gelung lebih tinggi jika
dibandingkan dengan alat tangkap lainnya (Tabel 13).

Tabel 13 Nilai skoring dan standarisasi fungsi nilai ditinjau dari aspek ekonomi di
PPI Kuala Stabas
Alternatif Teknologi
Kriteria
Jaring Pukat
penilaian Jaring gelung Pancing Rawai
rampus pantai
X1 43,333 52,500 48,571 46,666 35,000
V1 0.48 1.00 0.78 0.67 0.00
X2 31,454,583 11,123,333 5,488,333 4,811,666 466,666
V2 1.00 0.34 0.16 0.14 0.00
X3 194,958 502,458 161,416 203,861 22,166
V3 0.36 1.00 0.29 0.38 0.00
X4 5,209,937 2,124,175 1,775,638 767,967 148,166
V4 1.00 0.39 0.32 0.12 0.00
VA4 2.84 2.73 1.55 1.31 0.00
UP 1 2 3 4 5
Keterangan:
X1 : Harga ikan (Rp)
X2 : Penerimaan kotor per trip (Rp)
X3 : Biaya melaut (Rp)
X4 : Pendapatan kotor per tenaga kerja per trip (Rp)
V : Fungsi nilai dari kriteria
VA4 : Fungsi nilai dari aspek ekonomi
UP : Urutan prioritas

Penilaian Aspek Ekosistem Perairan

Penilaian alat penangkapan ikan berdasarkan aspek ekosistem perairan


meliputi ukuran mata jaring/pancing (X1), ikutan selain ikan (non ikan) (X2), dan
hasil tangkapan sampingan (X3). Analisis skoring terhadap aspek ekosistem,
untuk wilayah PPI Kuala Stabas diperoleh hasil bahwa alat tangkap jaring rampus
berada pada prioritas pertama, jaring gelung prioritas kedua, pukat pantai prioritas
ketiga, rawai prioritas keempat, sedangkan pancing prioritas kelima (Tabel 14).
15

Tabel 14 Nilai skoring dan standarisasi fungsi nilai ditinjau dari aspek ekosistem
perairan di PPI Kuala Stabas
Alternatif Kriteria penilaian
UP
teknologi X1 V1 X2 V2 X3 V3 VA5
Jaring rampus 5.08 1.000 1.93 1.000 15.95 0.999 2.999 1
Jaring gelung 5.08 1.000 1.86 0.925 14.04 0.785 2.710 2
Pukat pantai 3.81 0.637 1.87 0.935 11.33 0.483 2.056 3
Rawai 5.08 1.000 1 0.000 15.96 1.000 2.000 4
Pancing 1.58 0.000 1 0.000 7.00 0.000 0.000 5
Keterangan:
X1 : Ukuran mata jaring/pancing (cm)
X2 : Ikutan selain ikan (non ikan)
X3 : Hasil tangkapan sampingan
V : Fungsi nilai dari kriteria
VA5 : Fungsi nilai dari ekosistem perairan
UP : Urutan prioritas

Penilaian Aspek Gabungan (biologi, teknis, sosial, ekonomi, dan ekosistem


perairan)

Pemilihan alat tangkap yang tepat dalam rangka pemanfaatan sumber daya
di PPI Kuala Stabas, perlu dilakukan analisis gabungan yaitu gabungan dari
analisis biologi, teknis, sosial, ekonomi dan ekosistem perairan. Menurut Himelda
et al. (2012), fungsi analisis gabungan untuk menentukan alat tangkap yang layak
digunakan dan dapat dikembangkan untuk masa yang akan datang. Hasil analisis
menunjukkan, untuk wilayah PPI Kuala Stabas alat tangkap yang layak digunakan
adalah jaring gelung, sehingga alat tangkap ini mendapat prioritas utama untuk
pemanfaatan sumber daya perikanan di PPI Kuala Stabas (Tabel 15).

Tabel 15 Nilai skoring dan standarisasi fungsi nilai ditinjau dari aspek gabungan
(aspek biologi, teknis, sosial, ekonomi, dan ekosistem perairan) di PPI
Kuala Stabas
Kriteria Teknologi alternatif
penilaian Jaring Rawai Jaring rampus Pancing Pukat
VA1 gelung
1.628 2.277 0.670 1.166 pantai
0.266
V1 0.677 1.000 0.201 0.447 0.000
VA2 0.592 0.000 0.704 0.684 1.000
V2 0.592 0.000 0.704 0.684 1.000
VA3 3.000 1.721 0.924 0.480 0.000
V3 1.000 0.574 0.308 0.160 0.000
VA4 2.836 2.734 1.308 1.549 0.000
V4 1.000 0.964 0.461 0.546 0.000
VA5 2.710 2.000 2.999 0.000 2.056
V5 0.904 0.667 1.000 0.000 0.686
VAgab 4.173 3.205 2.674 1.838 1.686
UP 1 2 3 4 5
Keterangan:
VA1 : Penilaian aspek biologi
VA2 : Penilaian aspek teknis
VA3 : Penilaian aspek sosial
VA4 : Penilaian aspek ekonomi
VA5 : Penilaian aspek ekosistem perairan
16

VAgab : Fungsi nilai dari aspek gabungan


UP : Urutan prioritas

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dengan metode skoring terhadap


aspek biologi, teknis, sosial, ekonomi, dan ekosistem perairan, maka alat tangkap
jaring gelung yang termasuk dalam surrounding net merupakan alat tangkap
terbaik yang dapat digunakan untuk pemanfaatan sumber daya perikanan di PPI
Kuala Stabas. Produksi dengan menggunakan jaring gelung di PPI Kuala Stabas
cukup tinggi, hal ini membuktikan alat tangkap jaring gelung jika ditinjau dari
aspek biologi memberikan kontribusi yang sangat baik.
Secara aspek teknis, berdasarkan hasil skoring menunjukkan untuk wilayah
PPI Kuala Stabas alat tangkap yang lebih baik adalah jaring gelung. Hal ini terjadi
karena faktor jumlah alat tangkap jaring gelung lebih banyak jika dibandingkan
dengan alat tangkap lainnya. Menurut Himelda et al. (2012), penilaian aspek
teknis untuk penentuan jenis alat tangkap dan teknologi yang tepat. Berdasarkan
hasil analisis yang telah dilakukan, jaring gelung memiliki musim penangkapan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan alat tangkap lainnya sehingga hal ini
membuktikan bahwa alat tangkap jaring gelung memberikan pengaruh terhadap
aktivitas penangkapan ikan di PPI Kuala Stabas. Nasruddin (2009) menyatakan
bahwa musim penangkapan merupakan kurun waktu tertentu dalam ada tidaknya
hasil tangkapan pada waktu proses penangkapan. Musim penangkapan
berhubungan erat dengan aktivitas penangkapan sehingga musim dapat
berpengaruh terhadap jumlah tangkapan. Oleh karena itu, musim menjadi salah
satu faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas unit tangkapan.
Secara aspek sosial, berdasarkan analisis yang telah dilakukan, untuk
wilayah PPI Kuala Stabas alat tangkap jaring gelung memberikan kontribusi yang
lebih baik daripada alat tangkap lainnya. Berdasarkan hasil skoring, alat tangkap
jaring gelung memiliki jumlah penyerapan tenaga kerja yang sama dengan alat
tangkap rawai, sehingga penggunaan jaring gelung secara tidak langung turut
membuka lapangan kerja untuk para nelayan. Terbukanya lapangan pekerjaan
tersebut disebabkan oleh kebutuhan pada jumlah anak buah kapal yang lebih
banyak bila dibandingkan dengan penggunaan alat tangkap lainnya. Selain itu,
jaring gelung dapat memberikan keuntungan yang lebih tinggi, sehingga
pendapatan ABK juga tinggi.
Berdasarkan hasil analisis aspek ekonomi, alat tangkap yang terbaik wilayah
PPI Kuala Stabas adalah jaring gelung (Tabel 11). Parameter yang dianalisis yaitu
harga ikan, penerimaan kotor per trip, biaya melaut dan pendapatan kotor per
tenaga kerja per trip lebih baik jika dibandingkan dengan jenis alat tangkap
lainnya. Hal ini dapat dipahami karena jaring gelung merupakan unit penangkapan
yang paling efektif dari segi biaya-biaya yang dikeluarkan lebih kecil
dibandingkan dengan unit penangkapan lainnya. Selain itu, pendapatan per trip
lebih tinggi dibandingkan dengan alat tangkap lainnya. Menurut Senopati dan
Gupta (2016), aspek sosial ekonomi sangat memengaruhi kehidupan masyarakat
nelayan, mengingat kondisi perubahan iklim (climate change) yang tidak menentu
setiap bulan bahkan setiap tahun. Kerentanan aspek sosial ekonomi disebabkan
keterbatasan sumber daya fisik dan keuangan di kalangan masyarakat nelayan.
Hasil analisis ekosistem perairan, dapat dilihat alat tangkap jaring rampus
memberikan hasil terbaik di wilayah PPI Kuala Stabas (Tabel 12). Hal ini terjadi
karena ukuran mata jaring yang digunakan oleh nelayan lebih besar. Ukuran mata
17

jaring yang digunakan adalah rata-rata 5 cm, sehingga sangat membantu


mewujudkan pemanfaatan sumber daya perikanan yang ramah lingkungan.
Menurut Himelda et al. (2012), ukuran mata jaring yang relatif besar
memungkinkan ikan-ikan yang berukuran kecil dapat lolos dan melanjutkan
kehidupannya. Septifitri et al. (2010) menyatakan bahwa efektivitas alat tangkap
yang dominan masih perlu adanya pengembangan teknologi di bidang selektivitas,
di mana beberapa jenis ikan terperangkap oleh alat tangkap yang sama, ukuran
dari jenis ikan tidak terseleksi berdasarkan alat tangkap. Sehingga jika tidak
adanya pengembangan teknologi penangkapan, maka dikhawatirkan akan terjadi
degradasi sumber daya ikan yang signifikan di sekitar perairan.
Selektivitas penangkapan sangat penting bagi keberlanjutan usaha
penangkapan ikan, sehingga pemilihan teknologi penangkapan ikan untuk melihat
selektivitas perikanan tangkap perlu dilakukan. Suatu alat tangkap dikatakan
mempunya selektivitas tinggi jika dalam pengoperasiannya hanya menangkap
target spesies dengan ukuran tertentu (Sudirman et al. 2011). Pemilihan suatu
teknologi penangkapan ikan yang tepat diterapkan dalam pengembangan
perikanan perlu mempertimbangkan teknologi yang ramah lingkungan, teknologi
secara teknis dan ekonomi menguntungkan, serta teknologi yang berkelanjutan
(Monintja et al. 2011). Oleh karena itu, pemilihan teknologi berdasarkan pada
lima aspek yaitu biologi, teknis, sosial, ekonomi dan ekosistem perairan.
Berdasarkan hasil standarisasi penilaian aspek gabungan, yaitu aspek
biologi, teknis, sosial, ekonomi dan ekosistem perairan maka yang menjadi
prioritas untuk dikembangkan di wilayah PPI Kuala Stabas adalah alat tangkap
jaring gelung (Tabel 15). Analisis gabungan ini bertujuan untuk melihat dan
menilai terhadap alat tangkap yang digunakan oleh nelayan secara menyeluruh
dan dijadikan sebagai indikator dalam melakukan pengembangan dan keberlajutan
usaha penangkapan sumber daya perikanan di PPI Kuala Stabas. Hasil penilaian
gabungan menunjukkan bahwa alat tangkap jaring gelung dapat dikembangkan
untuk pemanfaatan sumber daya perikanan di PPI Kuala Stabas, sehingga
pengaturan jumlah dan kapasitas yang harus terpenuhi sangat tergantung pada
pengaturan kebijakan oleh pemerintah daerah masing-masing. Alat tangkap jaring
gelung merupakan salah satu alat tangkap yang baru digunakan oleh nelayan di
PPI Kuala Stabas, karena pada tahun 2019 pemerintah memberikan bantuan
kepada wilayah PPI Kuala Stabas berupa alat tangkap salah satunya adalah jaring
gelung dan beberapa kapal nelayan.
Penggunaan alat tangkap harus mengacu pada potensi sumber daya yang
tersedia di suatu wilayah (Wiyono 2011). Keberhasilan alat tangkap jaring gelung
dalam pemanfaatan sumber daya perikanan di PPI Kuala Stabas menunjukkan
perlu adanya penyesuaian jumlah alat tangkap yang dioperasikan sehingga
ketersediaan sumber daya perikanan pada habitatnya dapat dipertahankan. Dari
segi pengoperasian yang mudah, biaya investasinya rendah, daerah penangkapan,
penggunaan tenaga kerja serta keuntungan yang diperoleh yang membuat jenis
alat tangkap jaring gelung banyak digunakan oleh para nelayan di sekitar PPI
Kuala Stabas. Hal ini sebagaimana pernyataan Sobari et al. (2003) bahwa
teknologi penangkapan ikan yang ditawarkan kepada nelayan harus handal dan
mengakomodir semua kepentingan pengelola. Hal ini perlu menjadi salah satu
perhatian karena jika kebutuhan manusia semakin meningkat, sementara daya
dukung alam bersifat terbatas akan mengakibatkan kerusakan sumber daya alam
18

sehingga akan berdampak buruk terhadap kelangsungan hidup nelayan, terutama


pada nelayan-nelayan skala kecil (Satria 2009).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1) Komoditas perikanan unggulan di PPI Kuala Stabas ialah setuhuk, kemudian


tenggiri berada pada komoditas perikanan unggulan kedua, dan layur pada
komoditas perikanan unggulan ketiga.
2) Alat tangkap unggulan di PPI Kuala Stabas berdasarkan kajian aspek
gabungan ialah jaring gelung, kemudian alat tangkap yang berada pada
prioritas kedua adalah rawai, dan jaring rampus berada pada prioritas ketiga.

Saran

Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk mengetahui perkembangan


kondisi perikanan tangkap di PPI Kuala Stabas. Kemudian, pihak Dinas perikanan
setempat perlu melakukan pengelolaan perikanan setuhuk agar bisa dimanfaatkan
secara berkelanjutan. Selain pengelolaan ikan setuhuk, pengelolaan lobster juga
perlu dioptimalkan karena hal ini akan memberikan peluang untuk mengekspor
lobster dan meningkatkan penghasilan nelayan, mengingat bahwa lobster
merupakan komoditas perikanan yang banyak diminati di dunia. Kemudian,
penyuluhan mengenai penggunaan alat tangkap yang lebih ramah lingkungan serta
pemanfaatan komoditas perikanan tangkap di PPI Kuala Stabas masih perlu
dioptimalkan agar dapat meningkatkan perekonomian nelayan di PPI Kuala
Stabas.

DAFTAR PUSTAKA

[BAPPEDA] Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah. 2019. Informasi dan


Profil Daerah Kabupaten Pesisir Barat. Lampung (ID): Badan Litbang dan
Pengendalian BaPPIeda.
[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. 2015. Peraturan
Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia No. 2 tentang Larangan
Penggunaan Alat Penangkapan Ikan Pukat Hela (Trawls) dan Pukat Tarik
(Seine Nets) di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia.
Jakarta (ID): RI.
[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. 2018. Pencarian
Produksi Ikan dengan Perbandingan Tahun [internet]. [diunduh 2020 Juli
14]. Tersedia pada: http://statistik.kkp.go.id/home.php?m=total&i2#panel-
footer.
Aminah H. 2009. Bahan-bahan Berbahaya dalam Kehidupan. Bandung (ID): PT
Salamadani Pustaka Semesta.
19

An Najah R, Lubis E, Solihin I, Pane AB. 2015. Kajian nilai pasar produksi hasil
tangkapan di PPIS Nizam Zachman dan PPII Muara Angke. Marine
Fisheries 6(2): 155–167.
Bahdad, Iskandar BH, Baskoro MS, Imron M. 2019. Selection of sustainable redi
fishing technology unit in Buton regency southeast Sulawesi. Asian Journal
of Applied Science 7(4): 461–472. ISSN: 2321–0893.
Bungin MB. 2007. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik,
dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta (ID): Kencana Prenada Media Group.
De Wysiecki AM, AJ Jaureguizer, F Cortes. 2016. The importance of
environmental drivers on the narrow-nose smoothhound shark (mustelus
schmith) yield in a small-scale gillnet fishery along the southern boundary
of The Rio De La Plata Estuarine Area. Fieh Res. 186(1): 345–355.
FAO. 1995. Code of Conduct for Responsible Fisheries. Rome (ITA): FAO.
ISBN: 92-5-103834-5.
Gabriel O, Lange K, Dahm E, Wendt T. Von Brandt’s Fish Catching Methods of
the World. London (UK): John Wiley & Sons.
Haluan J, Nuarini TW. 1988. Improving livelihoods in fishing communities of
West Sumatra: more than just boats and machines. Buletin PSP 2: 3–16.
Himelda, Wiyono ES, Purbayanto A, Mustaruddin. 2012. Seleksi jenis alat
tangkap dan teknologi yang tepat dalam pemanfaatan sumberdaya lemuru di
Selat Bali. Buletin PSP 20(1): 89–102.
Irnawati R, Simblo D, Wiryawan B, Nuraini TW. 2011. Analisis komoditas
unggulan perikanan tangkap di Taman Nasional Karimun Jawa. Jurnal
Saintek Perikanan 7(1): 1–9.
Kholis MN, Wahju RI, Mustaruddin. 2017. Seleksi unit teknologi penangkapan
ikan kurau Eleutheronema tetradactylum yang unggulan dan berkelanjutan.
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis 9(2): 521–535.
Marimin. 2004. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk.
Jakarta (ID): Grasindo.
Marimin, Nurul M. 2010. Aplikasi Teknik Pengambilan Keputusan dalam
Manajemen Rantai Pasok. Bogor (ID): IPB Press.
Monintja DR, Pulu J, Baskoro MS, Iskandar BH. 2011. Strategi pengembangan
perikanan tangkap di kabupaten kepulauan Talaud. Marine Fisheries 2(1):
75-85.
Nasruddin. 2009. Pengembangan teknologi penangkapan ikan pelagis besar di
Kabupaten Aceh Jaya Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). [Thesis]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Nazir M. 2003. Metode Penelitian. Jakarta (ID): Ghalia Indonesia.
Pregiwati LA, Wiryawan B, Wisudo SH, Satria A. 2017. Seleksi komoditas dan
teknologi penangkapan ikan unggulan di Kabupaten Kepulauan Anambas.
Marine Fisheries 8(1): 113–122.
Satria A. 2009. Globalisasi Perikanan: Reposisi Indonesia?. Bogor (ID): IPB
Press.
Septifitri, Monintja DR, Wisudo SH, Martasuganda S. 2010. Peluang
pengembangan perikanan tangkap di Provinsi Sumatera Selatan. Jurnal
Saintek Indonesia 6(1): 8–21.
Simanjorang RM. 2018. Penerapan metode composite performance index dalam
mendukung pengambilan keputusan pemilihan guru terbaik (studi kasus:
20

SDN 003 pagaran tapah). Jurnal Mantik Penusa 2(2): 180–184. ISSN: 2580-
9741.
Singarimbun M dan Effendi S. 2015. Metode Penelitian Survei. Jakarta (ID):
LP3ES.
Sobari MP, Kinseng RA, Priyatna FN. 2003. Membangun model pengelolaan
sumberdaya perikanan berkelanjutan sumberdaya perikanan berkelanjutan
berdasarkan karakteritik sosial ekonomi masyarakat nelayan: tinjauan
sosiologi antropologi. Buletin Ekonomi Perikanan 5(1): 41–48.
Sudirman, Hade A, Sapruddin. 2011. Perbaikan tingkat keramahan lingkungan
alat tangkap bagan melalui perbaikan selektivitas mata jaring. Bulletin
Penelitian LP2M Universitas Hasanuddin 2(1): 47–64.
Wiyono ES. 2011. Reorientasi manajemen perikanan skala kecil. Pemanfaatan
dan pengelolaan sumberdaya perikanan laut berkelanjutan, New paradigm in
marine fisheries. Bogor (ID): Departemen PSP FPIK Institut Pertanian
Bogor.
Wulandari U, Simbolon D, Wahyu RI. 2017. Seleksi unit penangkapan ikan tepat
guna di pulau enggano provinsi bengkulu. Albacore 1(1): 21–36. ISSN :
2549-1326.
Yudiarso I. 2009. Analisis ekspor ikan tuna di Indonesia. Wacana 12(1): 116–134.
21

LAMPIRAN

Lampiran 1 Data hasil tangkapan di PPI Kuala Stabas

Bobot Hasil Tangkapan (kg)


Jenis Alat Tuna/
Tongkol/ Setuhuk/blue
Tangkap sirip Layur Lobster
cakalang marlin
kuning
Pancing 162 162 26 30 102
Rawai 1975 - - 1713 -

Pukat Pantai - - 80 - -
Jaring Rampus - 100 725 115 -
Jaring Gelung - - 235 - -
Jumlah 2137 262 1066 1858 102
Rata-rata 1068.50 131.00 266.50 619.33 102.00

Bobot Hasil Tangkapan (kg)


Jenis Alat Ikan
Tangkap Tenggiri Layang Gurita kembun
g
Pancing - - 264 26
Rawai - - 1420 25
Pukat Pantai - - - -
Jaring Rampus 311 485 - 242
Jaring Gelung 3042 13213 - -
Jumlah 3353 13698 1684 293
Rata-rata 1676.50 6849.00 842.00 97.67

Bobot Hasil Tangkapan Sampingan


Jenis Alat (kg)
Tangkap Ikan
Pari Hiu/cucut Petek
buntal
Pancing 6 29
Rawai 16 383
Pukat Pantai 19 117
Jaring Rampus 10 309
Jaring Gelung 18 361
Jumlah 1082 19 117
Rata-rata 270.50 19.00 117.00
22

Lampiran 2 Penentuan komoditas unggulan menggunakan metode CPI

Kriteria Komoditas
Komoditas
Perikanan Bobot ikan rata- Panjang ikan rata-
Harga
rata rata
Tuna 92.80 124.00 Rp 45,000.00
Tongkol 5.60 28.30 Rp 25,000.00
Layur 2.10 33.90 Rp 35,000.00
Setuhuk 102.10 1.80 Rp 70,000.00
Lobster 0.60 30.60 Rp 70,000.00
Tenggiri 32.00 94.20 Rp 50,000.00
Layang 0.32 17.00 Rp 45,000.00
Gurita 1.30 35.80 Rp 40,000.00
Ikan Kembung 0.21 12.60 Rp 55,000.00

Fungsi Kriteria Komoditas


Komoditas
Panjang
Perikanan
Bobot ikan ikan rata- Harga
Unggulan
rata-rata rata
Tuna 44190.48 984.13 180
Setuhuk 48619.05 1428.57 280
Tenggiri 15238.10 747.62 200
Tongkol 266.67 224.60 100
Layur 1000.00 269.05 140
Gurita 619.05 284.13 160
Lobster 285.71 242.86 280
Layang 152.38 134.92 180
Ikan Kembung 100.00 100.00 220

Contoh
Perhitungan:
Bobot ikan rata-rata : Tuna
92.80 x 100 = 44190.476
0.21

Panjang ikan rata- :


rata Tuna
124 x 100 = 6888.89
1.8
23

Nilai Kriteria Komoditas


Komoditas
Panjang
Perikanan Nilai CPI Peringkat
Bobot ikan ikan rata- Harga
Unggulan
rata-rata rata
Tuna 13257.14 98.41 108 13463.55 2
Setuhuk 14585.72 142.86 168 14896.58 1
Tenggiri 4571.43 74.76 120 4766.19 3
Tongkol 80.00 22.46 60 162.46 9
Layur 300 26.91 84 410.91 4
Gurita 185.72 28.41 96 310.13 5
Lobster 85.71 24.29 168 278 6
Layang 45.71 13.49 108 167.17 8
Ikan Kembung 30 10 132 172 7
Contoh perhitungan :
Nilai CPI = (nilai bobot ikan x bobot kriteria) + (nilai panjang ikan x bobot
kriteria) + (nilai harga ikan x bobot kriteria)
= (44190.48 x 0.3) + (984.13 x 0.1) + (180 x 0.6)
= 13463.55

Jenis Alat Tangkap


Kecamatan Gill Jaring
Rawai Pancing
Net Rampus
Lemong - 10 200 175
Karya Penggawa - - - -
Pesisir Utara - 15 50 200
Way Krui - - - -
Pesisir Tengah 500 40 100 800
Krui Selatan - - - 60
Pesisir Selatan 200 3 500 300
Ngambur - - - -
Bengkunat - - 600 150
Bengkunat
Belimbing - - 800 200
Pulau Pisang - 6 - 300
Jumlah 700 74 2250 2185
24

Jenis Alat Tangkap


Kecamatan Gill Jaring
Rawai Pancing
Net Rampus
Lemong - 10 200 175
Karya Penggawa - - - -
Pesisir Utara - 15 50 200
Way Krui - - - -
Pesisir Tengah 500 40 100 800
Krui Selatan - - - 60
Pesisir Selatan 200 3 500 300
Ngambur - - - -
Bengkunat - - 600 150
Bengkunat
Belimbing - - 800 200
Pulau Pisang - 6 - 300
Jumlah 700 74 2250 2185

Jenis Alat Tangkap


Kecamatan Gill Jaring
Rawai Pancing
Net Rampus
Lemong 50 - - 80
Karya Penggawa - - -
Pesisir Utara 50 - - -
Way Krui - - - -
Pesisir Tengah 110 - 70 53
Krui Selatan - - - -
Pesisir Selatan 80 - 30 -
Ngambur - - - -
Bengkunat 10 - 20 50
Bengkunat
Belimbing - - - -
Pulau Pisang - 6 - 50
Jumlah 300 6 120 233
25

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lampung Barat pada tanggal 10 April


1996 yang merupakan anak kedua dari dari enam bersaudara
dari bapak Toipi Cholil dan ibu Misari. Penulis menyelesaikan
pendidikan sekolah dasar pada tahun 2008 di SDN 1 Way
Mengaku. Pada tahun 2011 penulis menyelesaikan pendidikan
sekolah menengah pertama di SMP Negeri 1 Liwa, dan pada
tahun 2014 penulis menyelesaikan pendidikan sekolah
menengah atas di SMA Negeri 1 Liwa. Pada tahun yang sama
penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur
Ujian Talenta Masuk IPB (UTM IPB) di Departemen Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan jurusan Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap. Selama masa
perkuliahan penulis aktif berorganisasi di Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)
FPIK IPB sebagai anggota divisi Pengembagan Sumberdaya Mahasiswa (PSDM)
pada tahun 2015-2016 dan Koordinator divisi Manajemen dan Pengembangan
Sumberdaya Manusia (SDM) Pengurus Pedidikan Agama Islam (PAI) PPIKU
IPB pada tahun 2016-2018. Selama masa perkuliahan penulis menjadi Ketua
divisi Logstran pada kepanitiaan SALAM ISC pada tahun 2017, menjadi juara
favorit dalam kompetisi Nutrion Business Competition HIMAGIZI di tahun 2017.
Lolos didanai pada Kompetisi Bisnis Mahasiswa Indonesia (KBMI) dan Program
Mahasiswa Wirausha (PMW) pada tahun 2018 dengan tim CV. GYZS Indonesia.
Judul penelitian yang diambil adalah Komoditas dan Alat Penangkapan Ikan
Unggulan Berbasis di Pangkalan pendaratan ikan Kuala Stabas, Kabupaten
Pesisir Barat, Provinsi Lampung.

Anda mungkin juga menyukai