Anda di halaman 1dari 53

ANALISIS ANIMO NELAYAN DALAM KEGIATAN PERIKANAN

TANGKAP DI PELABUHAN PERIKANAN TANJUNG


ADHIKARTA KABUPATEN KULON PROGO

ADJIE ALFIATHUR NUGROHO

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2022
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Analisis Animo
Nelayan dalam Kegiatan Perikanan Tangkap di Pelabuhan Perikanan Tanjung
Adhikarta Kabupaten Kulon Progo” adalah karya saya dengan arahan dari dosen
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2022

Adjie Alfiathur Nugroho


NIM.C44150057
ABSTRAK

ADJIE ALFIATHUR NUGROHO. Analisis Animo Nelayan dalam Kegiatan


Perikanan Tangkap di Pelabuhan Perikanan Tanjung Adhikarta Kabupaten Kulon
Progo. Dibimbing oleh MUHAMMAD FEDI ALFIADI SONDITA dan EKO SRI
WIYONO.

Pelabuhan Perikanan Tanjung Adhikarta (PPTA) di Kabupaten Kulon


Progo, Pesisir Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) diproyeksikan menjadi pusat
pertumbuhan ekonomi dimana terdapat layanan usaha perikanan tangkap. Namun
belum dimanfaatkan secara optimal oleh nelayan dan masyarakat setempat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor pendorong, penghambat dan
animo nelayan dalam melakukan kegiatan perikanan tangkap dengan PPTA
sebagai basis. Subjek penelitian ini meliputi nelayan, pegawai pelabuhan dan
stakeholder’s lainnya. Secara keseluruhan, ada empat faktor pendorong nelayan
dan masyarakat dalam melakukan kegiatan perikanan tangkap, yaitu harga ikan
yang relatif stabil, kemudahan masyaakat mendapatkan pelayanan, tidak ada
praktek KKN dan tempat pelelangan ikan (TPI) yang beroperasi normal. Empat
faktor penghambat nelayan dan masyarakat melakukan kegiatan perikanan
tangkap di PPTA adalah pasar ikan yang tidak beroperasi maksimal, suplai bahan
baku ikan yang minim, alat peralatan perbengkelan kapal tidak lengkap dan area
perbengkelan yang ada tidak dimanfaatkan. Selain itu, kualitas pelayanan
pelabuhan menurut para nelayan masih berada di bawah harapan, dengan 4 faktor
pelayanan yang harus ditingkatkan, yakni terkait penyediaan bahan baku,
stabilitas harga, pemanfaatan bengkel, dan sarana prasarana peralatan bengkel
kapal. Nelayan juga merekomendasikan agar keberadaan TPI tetap dipertahankan.
Faktor-faktor lainnya dianggap kurang penting namun seyogianya tetap menjadi
diwaspadai karena sewaktu-waktu bisa menjadi permasalahan yang tidak terduga.

Kata kunci: animo nelayan, kegiatan perikanan tangkap, Kulonprogo, PPTA


ABSTRACT

ADJIE ALFIATHUR NUGROHO. Analysis of Fishers Enthusiasm in Utilization


of Tanjung Adhikarta Fishing Port, Kulon Progo Regency. Supervised by
MUHAMMAD FEDI ALFIADI SONDITA and EKO SRI WIYONO.

Tanjung Adhikarta Fishing Port (TAFP) in Kulon Progo Regency, a coastal


region of Yogyakarta (DIY), is projected to be an economic growth centre where
services capture fishery and other business types are located. However, if local
fishers and communities have not optimally utilized this facility, it is classified as
one wasted development output. This study aims to identify the fishers and local
community's driving factors, obstacles, and enthusiasm for using the port. The
subjects of this study include fish, port employees, and other stakeholders. On the
one hand, four driving factors encourage fishermen to carry out fisheries activities
at the port: stable fish prices, ease in services, absence of corruption, collusion and
nepotism, and operational fish auction hall. On the other hand, there are four
obstacles: the poor operation of the fish market, minimal supply of fish,
incomplete equipment in the ship workshop, and an unutilized workshop area.
Fishers consider the quality of port services is still below their expectations, and
improvement is needed for the supply of fish, fish price stability, utilization of
workshops, and infrastructure for ship workshop equipment. Fishers recommend
that the existing fish auction is maintained. Other factors are considered less
important but be cautious about anticipating an unexpected problem in the future.

Keywords: fishermen's interest, capture fisheries activities, Kulonprogo, TAFP


© Hak Cipta milik IPB, tahun 2022
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk
kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,
penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak
merugikan kepentingan IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya


tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.
ANALISIS ANIMO NELAYAN DALAM KEGIATAN PERIKANAN
TANGKAP DI PELABUHAN PERIKANAN TANJUNG
ADHIKARTA KABUPATEN KULON PROGO

ADJIE ALFIATHUR NUGROHO

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana pada
Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2022
Tim Penguji pada Ujian Skripsi:
1 Akhmad Solihin, S.Pi., M.H.
2 Dr. Mochammad Riyanto, S.Pi., M.Si.
Judul Skripsi : Analisis Animo Nelayan dalam Kegiatan Perikanan Tangkap
di Pelabuhan Perikanan Tanjung Adhikarta Kabupaten Kulon
Progo
Nama : Adjie Alfiathur Nugroho
NIM : C44150057
Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap

Disetujui oleh

Pembimbing 1:

Dr. Ir. Muhammad Fedi Alfiadi Sondita, M.Sc. _________________

Pembimbing 2:

Prof. Dr. Eko Sri Wiyono, S.Pi., M.Si. _________________

Diketahui oleh

Ketua Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan:

Dr. Ir. Sugeng Hari Wisudo, MSi _________________


NIP. 196609201991031001

Tanggal Ujian: Tanggal Lulus:


23 Agustus 2022 26 Agustus 2022
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
kelimpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Analisis Animo Nelayan dalam Kegiatan Perikanan Tangkap di
Pelabuhan Perikanan Tanjung Adhikarta”. Pada kesempatan ini, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr Ir M. Fedi A. Sondita, MSc dan Prof. Dr. Eko Sri Wiyono, SPi MSi selaku
dosen pembimbing atas segala arahan, masukan, nasihat, serta kesabaran yang
diberikan kepada penulis sejak awal penyusunan proposal penelitian hingga
skripsi ini selesai ditulis.
2. Dr. Mochammad Riyanto SPi MSi selaku Ketua Komisi Pendidikan
Departemen PSP FPIK IPB University
3. Bapak Akhmad Solihin S.Pi MH selaku dosen penguji luar pada sidang ujian
skripsi.
4. Dr. Ir. Zulkarnain, MSi selaku dosen pembimbing akademik.
5. Teristimewa kepada orang tua saya yang selalu mendoakan dan memberikan
motivasi baik moral maupun materil sehingga dapat menyelesaikan skripsi.
6. Keluarga besar PSP terutama Angkatan 52 atas doa dan dukungannya dalam
setiap proses, serta kebersamaan selama dalam studi pemanfaatan sumberdaya
perikanan.
7. Pak Zulfa dan Bu Fina yang telah memberikan pelayanan administratif
sehingga proses kegiatan seminar dan ujian skripsi dapat terlaksana dengan
baik.
8. Saudara Calvin Natanael, Rizki Nurdin Ash Shidiq, Denis Simanihuruk,
Muhammand Ichsan, Adela Agustin, Sukarman Jaya, Dhea Rizky, Dhika
Trihantara, Azhar Muhammad, Muhammad Iqbal, Adib Nur Rahman, Husna
Amalia, Risalah Faizatul Hikmah, Rahma Khoirunisa, Ari Kurniawan, Arief
Budiharta, Saeful Rahman, Bapak Sarjiyo, Reksa Dwiguna, Ariq Rofie, Ibu
Warung, Bapak Kost dan Teteh Laundry. yang telah memberikan semangat,
masukan, arahan dan dukungan moral demi terselesaikanya skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat diharapkan demi penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang membutuhkannya.

Bogor, Agustus 2022

Adjie Alfiathur Nugroho


NIM.C44150057
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN ix
I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Perumusan Masalah 4
1.3 Tujuan Penelitian 4
1.4 Manfaat Penelitian 4
II METODE PENELITIAN 5
2.1 Waktu dan Tempat Penelitian 5
2.2 Alat dan Bahan Penelitian 5
2.3 Metode Penelitian Tujuan 1 5
2.4 Metode Penelitian Tujuan 2 6
2.5 Metode Penelitian Tujuan 3 6
2.6 Analisis Data 7
2.7 Analisis Data Animo Nelayan dalam Kegiatan Perikanan Tangkap 9
III HASIL DAN PEMBAHASAN 12
3.1 Karakteristik Nelayan 12
3.2 Penentuan Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Pemanfaatan PPTA 13
3.3 Faktor-Faktor Pendorong Nelayan dalam Kegiatan Perikanan
Tangkap di PPTA Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta 14
3.4 Faktor-Faktor Enghambat Nelayan dalam Kegiatan Perikanan
Tangkap di PPTA Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta 17
3.5 Animo Nelayan dalam Melakukan Kegiatan Perikanan Tangkap di
PPTA Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta 20
3.5.1 Operasional Importance Performance Analysis (IPA) 20
3.5.2 Analisis Kesenjangan 23
IV KESIMPULAN DAN SARAN 25
4.1 Kesimpulan 25
4.2 Saran 25
DAFTAR PUSTAKA 26
LAMPIRAN 28
RIWAYAT HIDUP 42
DAFTAR TABEL

1 Jenis dan metode pengumpulan, pengolahan dan analisis data 11


2 Distribusi frekuensi nelayan berdasarkan usia 12
3 Distribusi frekuensi nelayan berdasarkan tingkat pendidikan 12
4 Distribusi frekuensi nelayan berdasarkan tempat tinggal 12
5 Distribusi frekuensi nelayan berdasarkan status pekerjaan nelayan 12
6 Distribusi frekuensi nelayan berdasarkan pekerjaan sampingan 13
7 Distribusi frekuensi nelayan berdasarkan peran pelayaran 13
8 Hasil reduksi data terkait faktor pendorong pemanfaatan pelabuhan 15
9 Reduksi informasi faktor pendorong pemanfaatan pelabuhan 15
10 Hasil reduksi data terkait faktor pendorong dan penghambat
pemanfaatan pelabuhan 18
11 Reduksi faktor penghambat 19
12 Skor penilaian tingkat kepuasan dan kepentingan 21
13 Atribut atribut kuadran I 22
14 Atribut atribut kuadran II 22
15 Atribut atribut kuadran III 22
16 Atribut atribut kuadran IV 23
17 Perhitungan analisis kesenjangan 23

DAFTAR GAMBAR

1 Peta lokasi penelitian 5


2 Diagram Fishbone (Tulang Ikan) 8
3 Diagram Kartesius IPA 9
4 Hasil Identifikasi Faktor-Faktor Pendorong dan Penghambat
Pemanfatan PPTA oleh Nelayan dan Masyarakat dengan Analisis
Diagram Tulang Ikan (Fishbone) 14
5 Skor Penilaian Tingkat Kepuasan dan Kepentingan 21
6 Diagram Kesenjangan (GAP) 24

DAFTAR LAMPIRAN

1 Pedoman wawancara tingkat kepuasan 28


2 Uji Validitas dan Reabilitas Kuesioner 32
3 Dokumentasi kegiatan penelitian 36
1

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelabuhan Perikanan Tanjung Adhikarta (PPTA) terletak di pesisir Daerah


Istimewa Yogyakarta (DIY), tepatnya di Kabupaten Kulon Progo. Kabupaten ini
bersama Kabupaten Bantul dan Kabupaten Gunung Kidul membentuk kawasan
pesisir sepanjang 113 km. Pesisir Kabupaten Kulon Progo ini diproyeksikan
sebagai pusat perkembangan ekonomi baru yang dipicu oleh keberadaan Bandara
Internasional Yogyakarta dan Jalan Lintas Jawa Selatan (JLJS). Dua jenis
infrastruktur ini diharapkan akan mempermudah distribusi ikan yang didaratkan di
PPTA ke berbagai tempat di tanah air.
PPTA menempati lahan seluas 83 hektar ini dengan kolam tambat-labuh
seluas 15 Ha yang mampu menampung kapal ikan hingga ukuran 150 GT (DKP
Kulon Progo 2017). Pada awalnya, aset pelabuhan ini dikelola oleh Pemerintah
Kabupaten Kulon Progo, namun dalam waktu dekat pengelolaan aset pelabuhan
akan ditangani oleh Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Fasilitas
yang dimiliki PPTA saat ini dapat dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu: (1)
fasilitas pokok (dermaga, kolam pelabuhan, breakwater dan kantor pelabuhan);
(2) fasilitas fungsional (TPI, kantor syahbandar, gedung serbaguna dan bengkel
kapal); (3) fasilitas penunjang (masjid, pos jaga dan warung) (Lampiran 3).
Fasilitas tersebut diharapkan dapat memenuhi berbagai kegiatan mulai dari
kegiatan menangkap, penanganan ikan di pelabuhan perikanan, dan hingga
pemasaran. Jika dikelola dengan baik, fasilitas-fasilitas tersebut akan mendukung
terjaganya kualitas ikan agar dapat memenuhi tuntutan pasar ekspor, dan memiliki
lingkungan yang bersih dan higienis (Solihin 2003).
PPTA tercantum pada Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No 109
tahun 2021 tentang Rencana Induk Pelabuhan Perikanan Nasional sebagai
pelabuhan perikanan yang diproyeksikan menjadi Pelabuhan Perikanan Pantai
(PPP). Pembangunan dan pengembangan PPTA ini didasarkan pada potensi
sumber daya ikan di Samudera Hindia yang merupakan bagian dari WPP-RI 573
(Renofati et al. 2009). Jenis ikan yang dimaksud mencakup baik jenis ikan dasar,
ikan pelagis kecil, ikan pelagis besar maupun krustasea (udang dan lobster).
Sepuluh jenis ikan demersal dominan tertangkap di WPP-RI 573 meliputi ikan
layur (23,2% dari produksi ikan demersal), diikuti oleh kakap merah 16,0%,
peperek 12,8%, kakap putih 9,9%, kuwe 9,8%, kurisi 9,3%, gulamah 6,1%, bawal
hitam 4,9%, manyung 4,8% dan biji nangka 3,3% (DJPT, 2012). Kunjungan
dalam rangka penelitian pendahuluan mendapatkan informasi dari nelayan
setempat di sekitar PPTA bahwa jenis ikan yang dominan tertangkap mereka
adalah ikan layur dan bawal hitam. Wisatawan pemancing biasanya menangkap
ikan kuwe. Selain itu, sebagaimana terjadi pesisir mulai dari Pangandaran, Cilacap
hingga selatan Yogyakarta, lobster juga termasuk salah satu yang disasar nelayan.
Jika dibandingkan dengan hasil tangkapan lain, lobster tergolong istimewa karena
harganya mencapai Rp. 750.000-900.000/kg (Dinas Kelautan dan Perikanan DIY,
2019).
Wilayah di sekitar PPTA adalah Desa Karangwuni yang penduduknya
berjumlah 3.500 orang dengan mata pencaharian di antaranya adalah sebagai
2

nelayan, pedagang ikan dan pengolah ikan serta pekerjaan lain di darat. Pekerjaan
sebagai nelayan dapat dibedakan menjadi anak buah kapal (ABK), juragan laut
(nakhoda kapal) dan juragan darat (pemilik kapal). Nelayan ini dapat
digolongkan sebagai kelompok nelayan kecil (Wulan 2016).
PPTA dilaporkan belum beroperasi secara maksimal; pemanfaatan fasilitas
yang ada di dalamnya masih minim. Permasalahan ini menjadi perhatian para
pejabat sebagaimana diliput oleh media berbasis internet dengan judul berita
seperti:
1) 25 Februari 2019 - Ketua DPRD Kulon Progo: Pelabuhan Tanjung Adikarta
harus segera ditangani https://jogja.tribunnews.com/2019/02/25/
2) 26 Maret 2021 - Pelabuhan Tanjung Adikarto, Mangkrak ??
https://dkp.kulonprogokab.go.id/detil/223/
3) 09 Agustus 2021 - Pelabuhan Tanjung Adikarata direvitalisasi: ini
perkembangannya https://dpmpt.kulonprogokab.go.id/detil/1244/%20,
4) 21 Januari 2022 - Kemendagri tinjau kondisi pelabuhan perikanan Tanjung
Adikarto https://www.antaranews.com/berita/2656757/16
5) 16 Maret 2022 - In Picture: Mengintip Pelabuhan Tanjung Adikarto yang
Mangkrak https://www.republika.co.id/berita/r8u7vx283/
Akoit dan Nalle (2018) melaporkan kasus-kasus pelabuhan perikanan belum
dimanfaatkan secara optimum oleh nelayan dan masyarakat lain. Ada banyak
faktor yang dapat menyebabkan suatu pelabuhan perikanan tidak dimanfaatkan
atau under utilized. Menurut Lubis dan Pane (2012), rendahnya aktivitas dan
interaksi antar kelompok masyarakat perikanan, seperti nelayan, pengusaha
penangkapan ikan, stakeholder dan lainnya, adalah penyebab minimnya kegiatan
di pelabuhan perikanan. Oleh karena itu, setiap pelabuhan perikanan harus
memiliki fasilitas yang dapat mendukung operasi awal dan mengakomodasi
interaksi antar stakeholder perikanan ini.
Menurut Bapennas (2014) faktor-faktor penghambat yang berasal dari sisi
fasilitas dan infrastuktur pelabuhan perikanan adalah sistem logistik yang belum
baik dan keterbatasan prasarana. Jika faktor-faktor tersebut berhasil diidentifikasi
dan dampak negatif dan positifnya dapat dinilai, maka Pemerintah dapat
mengembangan strategi untuk menyikapinya guna memastikan pelabuan
perikanan akan dimanfaatkan secara optimum. Pemerintah Kabupaten Kulon
Progo sebagai pihak yang akan memimpin pembangunan pengembangan
pelabuhan ini perlu memperhatikan masalah ini. Oleh karena itu, pembangunan
pengembangan PPTA ini perlu dilengkapi dengan kajian berbagai aspek
pembangunan yang cermat. Jika pelabuhan yang dikembangan ini diharapkan
efektif mendorong tumbuhnya kegiatan perikanan tangkap yang berkelanjutan
(sustainable fisheries) dan kegiatan ekonomi lainnya maka kajian perlu dilakukan
terhadap kelompok-kelompok masyarakat lokal yang diharapkan akan
memanfaatkannya. Beberapa dari mereka ini di antaranya adalah masyarakat
perikanan yang bermukim di Desa Karangwuni, Desa Temon Lor dan Desa
Jangkaran.
Salah satu kajian penting adalah mengidentifikasi faktor-faktor teknis,
sosial, ekonomi yang potensial mendorong atau menghambat mereka dalam
memanfaatkan PPTA di masa depan setelah pembangunan. Oleh karena itu, suatu
penelitian tentang faktor pendorong dan penghambat tersebut perlu dilakukan.
3

Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi faktor-faktor teknis dan sosial-


ekonomi yang potential mendorong atau menghambat masyarakat perikanan lokal
memanfaatkan hasil pengembangan PPTA dan menganalisis animo nelayan dalam
kegiatan perikanan tangkap di PPTA Kabupaten Kulon Progo tahun 2021.
Riset ini akan menerapkan pengumpulan data/informasi dari dua sisi, yaitu
sisi konsep yang tertuang pada rencana pengembangan PPTA dan sisi antusiasme
pengguna Pelabuhan. Informasi tentang konsep pengembangan akan diperoleh
dari master plan atau dokumen perencanaan serta kajian-kajian yang sudah
dilakukan. Informasi tentang antusiasme pengguna akan dikumpulkan dari
lapangan langsung dan narasumber.
Animo pengguna akan dikelompokan kedalam faktor pendorong dan faktor
penghambat dari setiap aspek teknis dan sosial-ekonomi. Pada setiap faktor
penghambat, calon pengguna diharapkan mampu menjelaskan kondisi apa atau
kekurangan apa yang menyebabkan dia akan berubah pikiran dari antusias
memanfaatkan menjadi enggan memanfaatkan. Sedangkan faktor pendorong,
pengguna diharapkan mampu menjelaskan kondisi apa yang harus ada atau syarat
apa yang harus dipenuhi sehingga dia akan berubah pikiran dari enggan menjadi
antuasias memanfaatkan.
Pengumpulan data dari calon pengguna pelabuhan dilakukan dengan
mewawancara mendalam. Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data, faktor-
faktor penghambat dan pendorong tersebut selanjutnya digunakan untuk
menganalisis apakah rencana pengembangan sudah cukup untuk mengantisipasi
setiap jenis persepsi. Hasil analisis ini pada prinsipnya adalah kesenjangan (Gap)
yang harus disikapi secara bijaksana dengan tujuan bahwa hasil pembangunan
akan dimanfaatkan. Selanjutnya, diperkuat dengan analisis animo nelayan dalam
berkegiatan di PPTA.
Analisis animo diperoleh dengan mempertimbangkan hasil rumusan faktor
pendorong dan faktor penghambat yang diperoleh menggunakan analisis fishbone.
Selanjutnya dilakukan analisis menggunakan analisis kesenjangan dan Importance
Performance Analysis (IPA) metode analisis dalam penelitian ini.
Tanpa analisis informasi yang tepat, peluang yang diberikan oleh
infrastruktur bandara internasional Yogyakarta dan JLJS tidak terwujud. Hal
tersebut berpengaruh terhadap pengembangan PPTA yang menjadi sia-sia dan
dapat menimbulkan pemborosan dana pembangunan. Pemda Kabupaten Kulon
Progo kehilangan peluang mendapatkan PAD (Pendapatan Asli Daerah) yang
diproyeksikan. Selain itu, pihak-pihak lain yang akan terkena dampak buruk di
antaranya adalah mereka yang siap berinvestasi di kawasan tidak akan
mendapatkan keuntungan karena pelabuhan tidak berfungsi. Pelaku usaha tersebut
diantaranya pengusaha pabrik es, cold storage, pengolahan ikan, pedagang ikan
besar, serta pemilik usaha kapal-kapal ikan dan sebagainya. Oleh karena itu
Menteri Koordinator Maritim dan Investasi (Marivest) beserta Menteri KKP dan
Gubernur DIY menggandeng Universitas Gadjah Mada melakukan uji kelayakan
kembali sesuai Perda DIY nomor 5 tahun 2019, namun sampai dengan saat ini
belum terpublikasi hasil kajian termaksud.
4

1.2 Perumusan Masalah

Infrastruktur hasil pembangunan yang tidak dimanfaatkan dengan baik oleh


masyarakat merupakan salah satu bentuk pemborosan yang merugikan negara.
PPTA menjadi salah satu insfrastruktur yang akan dikembangkan guna
menangkap peluang dari adanya pembangunan JLJS, bandara internasional
Yogyakarta dan ketersediaan sumberdaya ikan yang melimpah di pesisir
Yogyakarta dan Samudra Hindia. Namun fakta dilapangan menunjukan bahwa
insfrastruktur berupa PPTA tidak dimanfaatkan dengan baik.
Masalah yang akan dipecahkan melalui penelitian ini adalah kebutuhan
Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kabupaten Kulon Progo
untuk mengetahui faktor-faktor teknis dan sosial ekonomi yang dapat mendorong
dan menghambat masyarakat lokal di sekitar PPTA serta animo mereka dalam
memanfaatkan PPTA jika dikembangkan dalam waktu dekat. Oleh karena itu,
rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana animo nelayan
dalam kegiatan perikanan tangkap di PPTA Kabupaten Kulon Progo Tahun 2022.

1.3 Tujuan Penelitian

a) Mengidentifikasi faktor-faktor pendorong nelayan dalam kegiatan perikanan


tangkap di PPTA Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta.
b) Mengidentifikasi faktor-faktor penghambat nelayan dalam kegiatan perikanan
tangkap di PPTA Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta
c) Mengetahui animo nelayan dalam kegiatan perikanan tangkap di PPTA
Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi


kartakteristik unit usaha perikanan tangkap di PPTA Kabupaten Kulon Progo
Yogyakarta. Selain itu dapat menjadi acuan perumusan kebijakan dalam
pengembangan usaha perikanan tangkap di PPTA Kabupaten Kulon Progo
Yogyakarta dan menjadi rekomendasi dan acuan untuk pengembang pelabuhan
perikanan tempat lain.
5

II METODE PENELITIAN

2.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahap. Tahap pertama berupa


penelitian pendahuluan yang dilakukan pada Bulan Juni 2021, sementara itu tahap
kedua merupakan penelitian utama yang dilakukan pada bulan Maret 2022.
Pengambilan data lapang dilakukan di PPTA Kulon Progo Yogyakarta (Gambar
1).

Gambar 1 Peta lokasi penelitian

2.2 Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan untuk membantu penelitian ini adalah alat tulis serta
buku tulis untuk mencatat hasil data yang didapatkan, handphone sebagai alat
komunikasi serta dokumentasi, laptop sebagai alat yang digunakan untuk
menginput dan mengolah data.

2.3 Metode Penelitian Tujuan 1

Penelitian ini diawali dengan penelitian pendahuluan yang dilakukan pada


Bulan Juni 2021 guna mengidentifikasi isu-isu yang menjadi penentu dalam
perkembangan PPTA. Isu tersebut menjadi landasan kriteria faktor pendorong dan
penghambat dalam kegiatan pemanfaatan pelabuhan. Selain itu dilakukan studi
literatur terkait permasalahan yang terjadi di PPTA yang digunakan untuk
menyusun kuesioner pertanyaan.
Penelitian utama dilakukan dengan mengambil beberapa kelompok
responden, meliputi nelayan, pembeli ikan, dan pegawai pelabuhan. Pengambilan
responden pada penelitian ini dilakukan berdasarkan case study (studi kasus) yang
terpusat pada PPTA. Penentuan responden menggunakan Teknik sensus atau
sampel jenuh. Menurut Sugiyono (2006) sensus adalah metode pengambilan
sampel dengan menjadikan seluruh anggota populasi sebagai sampel.
6

Metode pengambilan data pada tujuan satu digunakan untuk


mengidentifikasi faktor-faktor pendorong nelayan dalam kegiatan perikanan
tangkap di PPTA Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta. Pengambilan data ini
diperoleh berdasarkan observasi lapang melalui wawancara mendalam dengan
acuan kuesioner yang telah disusun berdasarkan isu yang diperoleh pada
penelitian pendahuluan dan studi literaatur. Menurut Sukandarrumidi (2012),
observasi dilakukan dengan cara pengamatan langsung, dalam penelitian ini
pengamatan dilakukan di lapangan tepatnya Pelabuhan Perikanan (PP) Tanjung
Adhikarta Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta.
Wawancara mendalam pada penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan
respon atau persepsi responden terkait faktor pendorong pemanfaatan pelabuhan.
Responden diberikan kuesioner dengan pilihan jawaban meliputi sangat tidak
puas, tidak puas, kurang puas, puas, dan sangat puas.
Pengolahan data dilakukan dengan menguraikan data dalam bentuk kalimat
teratur, runtun, logis, tidak tumpang tindih dan efektif sehingga memudahkan
pemahaman dan interpretasi data. Diantaranya melalui tahpa pemeriksaan data
(editing), klasifikasi (classifying), verifikasi (verifying), analisis (analysing) dan
pembuatan kesimpulan (concluding) (Ahmadi dan Narkubo, 2005).
Menurut Yusni dan Santoso (2017), faktor-faktor yang mempengaruhi
perikanan tangkap dengan konsep pengembangan ekonomi lokal, dipengaruhi
oleh faktor klaster, manfaat ekonomi, SDM, SDA lokal, pemasaran, teknologi
perikanan, proses produksi, modal, sarana dan prasarana serta pengolahan ikan.
Dalam rangka identifikasi faktor pendorong tersebut dilakukan dengan
mengekplorasi data yang meliputi jenis dan jumlah alat tangkap, jumlah nelayan
sekitar pelabuhan, metode pengoperasian, jenis hasil tangkapan daerah
penangkapan, produksi perikanan unit usaha, sarana dan prasarana PP.

2.4 Metode Penelitian Tujuan 2

Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi lapang


menggunakan teknik wawancara mendalam berdasarkan acuan kuesioner yang
telah disusun. Metode pengumpulan pada tujuan dua ini digunakan untuk
mengidentifikasi faktor-faktor penghambat bagi nelayan dalam kegiatan perikanan
tangkap di PPTA Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta. Data yang diperoleh
berupa faktor yang menghambat yang menyebabkan nelayan tidak dapat
memanfaatkan PPTA dengan optimal.
Pengambilan data ini diperoleh berdasarkan observasi lapang melalui
wawancara mendalam dengan acuan kuesioner yang telah disusun berdasarkan isu
yang diperoleh pada penelitian pendahuluan dan studi literatur. Wawancara
mendalam pada penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan respon atau persepsi
responden terkait faktor penghambat pemanfaatan pelabuhan. Responden
diberikan kuesioner dengan pilihan jawaban meliputi sangat tidak puas, tidak
puas, kurang puas, puas, dan sangat puas.

2.5 Metode Penelitian Tujuan 3

Metode penelitian ketiga bersifat kuantitatif bertujuan untuk mendapatkan


informasi terkait analisis animo nelayan dalam kegiatan perikanan tangkap di
PPTA Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta. Riset pada tahap ketiga ini berbasis
7

pada hasil identifikasi faktor pedorong dan faktor penghambat nelayan dalam
kegiatan perikanan tangkap di PPTA Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta yang
telah didapatkan pada tahap sebelumnya.
Dalam rangka upaya menganalisis animo masyarakat dilihat dari antusiasme
dan pesimisme dalam memanfaatkan atau melakukan kegiatan perikanan tangkap
di Pelabuhan Tanjung Adhikarta Kabupaten Kulon Progo.

2.6 Analisis Data

Analisis diagram fishbone atau diagram tulang ikan digunakan untuk


menentukan faktor-faktor sumber permasalahan dari pemanfaatan PPTA yang
minim dari perspektif perdagangan ikan, pengolahan ikan, pengelolaan pelabuhan
(administrasi) dan aspek teknis (Gambar 2). Diagram tulang ikan memperlihatkan
sebab akibat untuk mencari atau menganalisis sebab-sebab timbulnya masalah
sehingga dapat lebih mudah untuk mengidentifikasi cara mengatasinya (Bank
1992). Penggunaan diagram tulang ikan dilakukan untuk menganalisis beberapa
kondisi sebagai berikut : 1) untuk mengenal penyebab penting suatu kejadian 2)
untuk mengetahui penyebab dan akibat 3) untuk membandingkan prosedur kerja
4) untuk menemukan pemecahan masalah yang paling tepat 5) untuk mengetahui
langkah yang harus diilakukan 6) untuk mengembangkan proses 7) Untuk
mengetahui sebab akibat riil yang dapat diiliustrasikan dalam sebuah diagram
tulang ikan, dimana sebab sama dengan faktor dan akibat sama dengan
karakteristk kualitas. Langkah-langkah membuat diagram sebab akibat adalah
sebagai berikut:
Langkah 1: Menggambar sebuah garis horizontal dengan suatu tanda panah pada
ujung sebelah kanan dan suatu kotak didepannya. Akibat atau
masalah yang ingin Dianalisis ditempatkan dalam kotak
Langkah 2: Menulis penyebab utama (manusia, bahan, mesin dan metode) dalam
kotak yang ditempatkan sejajar dan agak jauh dari garis panah
utama. Hubungan kotak tersebut dengan garis panah yang miring ke
arah garis panah utama. Mungkin diperlukan untuk menambahkan
lebih dari empat macam penyebab utama.
Langkah 3: Menulis penyebab kecil pada diagram tersebut di sekitar penyebab
utama, yang penyebab kecil tersebut mempunyai pengaruh terhadap
penyebab utama. Hubungkan penyebab kecil tersebut dengan sebuah
garis panah dari penyebab utama.
8

Gambar 2 Diagram fishbone (tulang ikan)

Setelah menentukan faktor yang berpengaruh pada penggunaan pelabuhan


selanjutnya dianalisis menggunakan analisis deskriptif kualitatif guna menentukan
secara spesifik terkait faktor pendorong dan faktor penghambat. Analisis ini terdiri
dari 3 (tiga) tahapan. Tahap pertama adalah identifikasi faktor yang ada sesuai
dengan kondisi eksisting di lapangan. Tahap selanjutnya adalah mengelompokan
faktor-faktor tersebut dalam dua kelompok, yaitu faktor pendorong dan faktor
penghambat. Kelompok faktor pendorong merupakan faktor yang dapat
mengoptimalkan aktifitas nelayan dalam penggunaan pelabuhan. Sebaliknya
faktor penghambat adalah faktor yang dapat mengurangi aktifitas nelayan dalam
penggunaan pelabuhan.
Proses penyusunan faktor pendorong dan faktor penghambat menggunakan
analisis deskriptif kualitatif didasarkan pada metode dari Mathew B. Miles dan A.
Michael Huberman yang menyebutkan bahwa terdapat tiga alur kegiatan yang
terjadi secara bersamaan yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan
kesimpulan atau verifikasi (Miles dan Huberman 2009).
Penjelasan dari tiga komponen di atas adalah:
a. Reduksi Data: Reduksi faktor pendorong dan faktor penghambat. Data adalah
bukan hanya membuang data yang tidak diperlukan, melainkan merupakan
upaya yang dilakukan oleh peneliti selama analisis data dilakukan dan
merupakan langkah yang tidak terpisahkan dari analisis data.
b. Penyajian Data : Penyajian data melibatkan langkah mengorganisasikan data
yaitu menjalin data yang satu dengan data yang lain sehingga seluruh data yang
dianalisis dalam satu kesatuan.
c. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing/verification): Peneliti pada
dasarnya mengimplementasikan induksi dengan mempertimbangkan pola–pola
yang ada atau kecenderungan dari display data yang di buat. (Edisi kedua).
9

2.7 Analisis Data Animo Nelayan dalam Kegiatan Perikanan Tangkap

Pengukuran kinerja dilakukan dengan menggunakan metode Importance


Performance Analysis (IPA). Metode IPA pertama kali diperkenalkan oleh
Martilla dan James (1977) dengan tujuan untuk mengukur tingkat kepuasan
nelayan dan prioritas peningkatan kualitas produk/jasa.
Importance Performance Analysis (IPA) yang dikenal pula dengan quadrant
analysis (Brandt, 2000 dan Latu & Everett, 2000). Dalam kuisioner IPA terdapat
pilihan sangat puas, puas, kurang puas, tidak puas dan sangat tidak puas. Menjadi
faktor penghambat ketika hasil kuisioner kinerja pelabuhan rata-rata rendah
apalagi jika hasil rata-rata kuisioner harapan pelabuhan tinggi. Kemudahan dalam
penerapan dan tampilan hasil analisis yang memudahkan usulan perbaikan kinerja
adalah salah satu alasan mengapa IPA dipergunakan pada berbagai bidang kajian
dan telah diterima secara umum (Martinez, 2003). Hasil analisis menghasilkan
analisis kesenjangan (Gap Analysis) dan pemetaan variabel/pertanyaan/pernyataan
mana yang menurut responden perlu ditingkatkan, dipertahankan, dikurangi dan
diwaspadai. Gap analisis merupakan hasil pengurangan antara nilai kinerja
(kepuasan) dengan harapan (kepentingan) para responden. Jika hasilnya negative
tentu diartikan bahwa responden menuntut berbagai perbaikan maupun intervensi
kebijakan seperlunya. Demikian juga sebaliknya jika hasilnya positif berarti
responden merasakan kepuasan atas kinerja yang diberikan. Pada metode IPA,
rata-rata tingkat kepentingan (importance) dilambangkan dengan Y dan rata-rata
tingkat kepuasan (performance) yang dilambangkan dengan X. variabel ini akan
diplotkan ke dalam kuadran Kartesius yang terdiri dari 4 kuadran. Keempat
kuadran Kartesius memiliki arti seperti pada Gambar 3.

Gambar 3 Diagram Kartesius IPA

Keterangan:
a) Kuadran I (kuadran pertama), “Tingkatkan Kinerja” (high importance & low
performance). Kuadran ini terletak di sebelah kiri atas, yang berarti prioritas
utama peningkatan kinerja (Performance Improvement). Kuadran ini memuat
indikator kepuasan yang dianggap penting tetapi pada kenyataannya kinerja
indikator tersebut belum sesuai dengan harapan para pengguna pelabuhan.
10

Kinerja dari indikator tersebut lebih rendah dari pada harapan para pengguna
pelabuhan terhadap indikator tersebut. Indikator yang terdapat dalam kuadran
ini harus lebih ditingkatkan lagi kinerjanya agar dapat memenuhi harapan
pemangku kepentingan atau dalam kasus ini adalah pengguna pelabuhan.
Caranya adalah melakukan perbaikan secara terus menerus terhadap indikator
yang masih rendah kinerjanya, sehingga performance yang ada dalam kuadran
ini akan meningkat.
b) Kuadran II (kuadran kedua), “Pertahankan Kinerja” (high importance & high
performance). Kuadran ini terletak di sebelah kanan atas, yang berarti kinerja
sudah dapat memenuhi harapan dari pengguna pelabuhan dan berusaha untuk
mempertahankan kinerja tersebut. Kuadran ini memuat indikator kepuasan
yang dianggap penting dan kinerjanya dianggap sudah sesuai dengan yang
dirasakan oleh pengguna pelabuhan, sehingga tingkat kepuasannya relatif
tinggi. Indikator kepuasan yang termasuk dalam kuadran ini harus tetap
dipertahankan karena semua indikator kepuasan ini menjadikan produk/jasa
tersebut unggul dimata pemangku kepentingan/pengguna pelabuhan.
c) Kuadran III (kuadran ketiga), “Prioritas Rendah” (low importance & low
performance). Kuadran ini terletak disebelah kiri bawah, yang berarti prioritas
rendah. Kuadran ini memuat indikator kepuasan yang dianggap kurang penting
oleh peserta webinar dan pada kenyataannya kinerja indikator ini tidaklah
terlalu istimewa.
d) Kuadran IV (kuadran keempat), “Cenderung Berlebihan” (low importance &
high performance). Kuadran ini terletak di sebelah kanan bawah, yang berarti
kinerjanya berlebihan sementara pengguna pelabuhan menganggap kurang
penting. Kuadran ini memuat indikator kepuasan yang dianggap kurang
penting oleh pemangku kepentingan/pengguna pelabuhan. Indikator kepuasan
yang termasuk dalam kuadran ini dapat dikurangi agar satuan kerja pemilik
indeks dapat melakukan penghematan sumber daya.
Pertanyaan yang diajukan pada kuesioner:
a) K1: Seberapa penting/puaskah tentang birokrasi pemanfaatan pelayanan di
PPTA?
b) K2: Seberapa penting/puaskah rendahnya praktik KKN (Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme) pada PPTA?
c) K3: Seberapa penting/puaskah pasar ikan di dalam lingkungan PPTA?
d) K4: Seberapa penting/puaskah tempat pelelangan ikan di dalam lingkungan
PPTA?
e) K5: Seberapa penting/puaskah ketersediaan bahan baku pengolahan ikan di
dalam lingkungan PPTA?
f) K6: Seberapa penting/puaskah stabilitas harga ikan di dalam lingkungan
PPTA?
g) K7: Seberapa penting/puaskah bengkel kapal di dalam lingkungan PPTA?
h) K8: Seberapa penting/puaskah alat dan bahan untuk memperbaiki kapal di
dalam PPTA?

Penjelasan singkat jenis data yang dikumpulkan, metode pengolahan dan


analisis data disajikan pada Tabel 1.
11

1 Tabel 1 Jenis dan metode pengumpulan, pengolahan dan analisis data


Tujuan Jenis dan sumber data Metode pengumpulan Pengolahan dan analisis data
data

Mengidentifikasi faktor- Data kualitatif dengan sumber Observasi lapang Data yang terkumpul dilakukan pereduksian data,
faktor pendorong nelayan dari para pemangku kepentingan dengan teknik penyajian data dan penarikan kesimpulan yang
dalam kegiatan perikanan antara lain nelayan, pedagang wawancara mendalam selanjutnya akan dideskripsikan. Kemudian dilakukan
tangkap di PPTA Kabupaten ikan, teknisi perkapalan, analisis deskriptif kualitatif terkait hasil yang didapatkan
Kulon Progo Yogyakarta. pengusaha pengelolaan untuk mengetahui faktor-faktor pendorong nelayan
perikanan, dinas perikanan, studi menggunakan analisis Fishbone di PPTA.
literatur terhadap (data statistik
perikanan setempat).

Mengidentifikasi faktor- Data kualitatif dengan sumber Observasi lapang Data yang terkumpul dilakukan pereduksian data,
faktor penghambat nelayan dari para pemangku dengan teknik penyajian data dan penarikan kesimpulan yang
dalam kegiatan perikanan kepentingan antara lain nelayan, wawancara mendalam selanjutnya akan dideskripsikan. Kemudian dilakukan
tangkap di PPTA Kabupaten pedagang ikan, teknisi analisis deskriptif kualitatif terkait hasil yang didapatkan
Kulon Progo Yogyakarta perkapalan, pengusaha untuk mengetahui faktor-faktor penghambat nelayan
pengelolaan perikanan, dinas menggunakan fishbone di PPTA.
perikanan, studi literatur
terhadap (data statistik
perikanan setempat).

Mengetahui animo nelayan Data bersifat kuantitatif dan Survei Data hasil survei kemudian dilakukan analisis kesenjangan
dalam kegiatan perikanan bersumber dari para nelayan dan Importance Performance Analysis (IPA) guna
tangkap di PPTA Kabupaten mendapatkan simpulan terkait animo nelayan dalam
Kulon Progo Yogyakarta. berkegiatan di PPTA.
12

III HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Karakteristik Nelayan

Karakteristik nelayan yang menjadi responden penelitian secara keseluruhan


dapat dilihat dari Tabel 2 sampai Tabel 6. Nelayan yang masih beroperasi di wilayah
PPTA Sebagian besar masuk dalam usia produktif yaitu rentang usia 26-35 tahun
(Tabel 2). Tingkat pendidikan yang diperoleh oleh nelayan PPTA tergolong rendah
dikarenakan sebagian besar hanya menempuh pada jenjang pendidikan Sekolah
Menengah Pertama (SMP) (Tabel 3). Nelayan yang beroperasi di kawasan PPTA
sebagian besar berasal dari Kecamatan Karangwuni (11 orang), Kecamatan Temon (9
orang), Kecamatan Panjatan (6 orang) serta 11 orang lainnya berasal dari luar wilayah
Kabupaten Kulon Progo (Tabel 4).
Disisi lain kehidupan masyarakat yang bekerja sebagai nelayan juga memiliki
pekerjaan sampingan lainnya (Tabel 6). Hal tersebut dilakukan guna mendapatkan
penghasilan tambahan. Kategori pengelompokan nelayan pada PPTA terbagi menjadi
nelayan pemilik dan ABK.

Tabel 2 Distribusi frekuensi nelayan berdasarkan usia


No Usia Jumlah Porsi (%)
1 15-25 9 24,32
2 26-35 20 54,05
3 36-45 6 16,22
4 46 ke atas 2 5,41
Total 37 100,00

Tabel 3 Distribusi frekuensi nelayan berdasarkan tingkat pendidikan


No Tingkat Jumlah Porsi (%)
1 Tidak sekolah/SD 5 13.51
2 SMP 26 70,27
3 SLTA 6 16,22
Total 37 100,00

Tabel 4 Distribusi frekuensi nelayan berdasarkan tempat tinggal


No Kecamatan Jumlah Porsi (%)
1 Panjatan 6 16,22
2 Karangwuni 11 29,73
3 Temon 9 24,32
4 Luar Kabupaten 11 29,73
Total 37 100,00

Tabel 5 Distribusi frekuensi nelayan berdasarkan status pekerjaan nelayan


No Status Jumlah Porsi (%)
1 Nelayan 33 89,19
2 Nelayan Musiman 4 10,81
Total 37 100,00
13

Tabel 6 Distribusi frekuensi nelayan berdasarkan pekerjaan sampingan


No Pekerjaan lain sampingan nelayan Jumlah Porsi (%)
1 Petani 25 67,57
2 Pedagang 8 21,62
3 Lainnya 4 10,81
Total 37 100,00

Tabel 7 Distribusi frekuensi nelayan berdasarkan peran pelayaran


No Peran Pelayaran Jumlah Porsi (%)
1 ABK 25 67,57
2 Pemilik kapal tanpa berlayar 1 2,70
3 Pemilik kapal sekaligus nelayan 11 29,73
Total 37 100,00

3.2 Penentuan Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Pemanfaatan PPTA

Penentuan faktor yang berpengaruh terhadap penggunaan PPTA dilakukan


menggunakan analisis diagram fishbone guna memperoleh data yang lebih spesifik.
Data yang dihasilkan berupa ketersediaan bahan baku, kondisi TPI, kondisi pasar
ikan, kondisi area perbengkelan, alat dan bahan perbengkelan, pelayanan pelabuhan,
stabilitas harga dan praktik KKN.

Gambar 4 Hasil identifikasi faktor-faktor pendorong dan penghambat pemanfatan


PPTA oleh nelayan dan masyarakat dengan analisis diagram tulang ikan
(fishbone)
14

Berdasarkan diagram diatas dapat diketahui bahwa terdapat 8 (delapan) faktor


yang berkaitan erat dengan kondisi nelayan dalam menggunakan PPTA. Hasil
analisis ini kemudian dijadikan dasar untuk membuat pedoman wawancara dalam
penelitian ini (Lampiran 1). Faktor-faktor tersebut kemudian dianalisis menggunakan
analisis deskriptif guna mengelompokan menjadi faktor pendorong maupun faktor
penghambat nelayan dalam menggunakan PPTA.

3.3 Faktor-Faktor Pendorong Nelayan dalam Kegiatan Perikanan Tangkap di


PPTA Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa nelayan akan terdorong untuk


melakukan kegiatan mereka di PPTA disebabkan oleh 4 (empat) hal. Keempat hal
tersebut meliputi: (1) harga ikan yang relatif stabil, (2) kemudahan untuk
memanfaatkan pelayanan , (3) tempat pelelangan ikan yang beroperasi secara normal,
dan (4) tidak ada korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) (Tabel 8). Berikut adalah
penjelasan singkat untuk setiap faktor pendorong tersebut.
Harga ikan dalam transaksi di antara nelayan dan pengepul ikan di PPTA relatif
stabil, meskipun ada musim paceklik ikan dan musim panen raya. Kesepakatan harga
ikan ini sangat dipengaruhi oleh kedekatan di antara 3 pelaku atau stakeholders, yaitu
nelayan, pengepul ikan dan petugas pelabuhan. Peran pengepul ikan dalam
menentukan harga lebih dominan namun namun nelayan tetap memiliki posisi yang
yang baik untuk mendapatkan harga yang baik. Jumlah nelayan yang relatif sedikit
menyebabkan interaksi mereka lebih intensif dan hubungan pribadi yang lebih erat
terbangun sehingga sudah saling kenal.
Saat penelitian dilakukan, PPTA bukanlah pelabuhan perikanan yang sibuk
seperti pelabuhan perikanan di Palabuhan Ratu dan Cilacap. Minimnya aktivitas ini
menyebabkan beban kerja petugas PPTA relatif rendah dan mereka dapat melayani
nelayan yang sedikit tersebut lebih baik. Proses pelayanan berlangsung tanpa
birokrasi yang rumit karena ada nelayan dan petugas mudah berinteraksi sehingga
komunikasi di antara mereka sangat lancar. Kemudahan-kemudahan tersebut
diungkapkan secara baik oleh semua responden nelayan, mulai dari anak buah kapal
(ABK) hingga pemilik kapal.
Salah satu indikator berfungsinya sebuah pelabuhan perikanan adalah
operasional tempat pelelengan ikan (TPI). TPI adalah sarana dimana penjual (dalam
hal ini nelayan) dan pembeli ikan (dalam hal ini pengepul ikan) bertransaksi. Dari
TPI ini distribusi ikan hasil tangkapan nelayan berawal dan terhubung dengan rantai
pasok ikan (supply chain). Aktivitas pelelangan ikan ini berfluktuasi sesuai jumlah
ikan yang didaratkan; sangat sibuk pada saat panen raya dan lenggang pada saat
musim paceklik ikan.
Para nelayan responden menyatakan bahwa di PPTA tidak terjadi penarikan
uang yang tidak sah atau mencurigakan sebagai praktek KKN. Nelayan merasa
nyaman dan aman dalam beraktivitas di kawasan PPTA. Biaya ekstra yang tidak sah
merupakan beban bagi nelayan karena akan mengurangi keuntungan.
15

Tabel 8 Hasil reduksi data terkait faktor pendorong pemanfaatan pelabuhan


Ketua Anak
Pemilik Pembeli Pegawai
Faktor pendorong Paguyuban Buah
Kapal Ikan Pelabuhan
Nelayan Kapal
Birokrasi pemanfaatan pelayanan 1 20 11 2 4
Tidak ada kasus KKN yang terjadi 1 19 7 4 4
TPI beroperasi secara normal 1 22 10 3 4
Harga yang stabil. 1 17 8 3 4

Tabel 8 menunjukan reduksi data yang diperoleh dari hasil wawancara


mendalam kepada responden. Nilai yang diperoleh menunjukan bahwa sebagian
besar responden berasumsi bahwa ada 4 (empat) faktor yang menjadi pendorong
nelayan untuk menggunakan PPTA.

Tabel 9 Reduksi informasi faktor pendorong pemanfaatan pelabuhan


REDUKSI
NO HASIL REDUKSI I FAKTOR
PENDORONG
1 Responden 1: Ketua Paguyuban 1. Birokrasi 1. Harga ikan relatif
Nelayan pemanfaatan stabil
…pemanfaatan pelayanan di pelayanan 2. Birokrasi
Pelabuhan Adhikarta relatif mudah 2. Tidak ada kasus pemanfaatan
serta petugas yang sangat komunikatif KKN yang terjadi pelayanan
terhadap nelayan sekitar tetang kendala 3. TPI beroperasi 3. TPI beroperasi
kami ketika melaut tanpa memungut secara normal normal
uang seperserpun atau KKN, walaupun dan lancar ketika 4. Tidak ditemukan
secara umum ketika tidak musim ikan musim panen KKN
kami kesulitan mendapatkan ikan. raya dan
Terkait dengan penjualan ikana mendapatkan
tangkap, pembeli ikan akan rutin hasil tangkapan
datang ketika musim ikan atau ketika yang dapat dijual
nelayan mendapatkan hasil tangkapan ke pembeli ikan.
yang dapat dijual dengan harga yang 4. Harga yang
cukup stabil tanpa ada kenaikan dan stabil.
penurunan harga ikan yang signifikan.
Namun para nelayan sangat
mengharapkan adanya tempat
perbengkalan kapal yang layak dengan
alat untuk membaiki kapal maupun
mesin yang memadai….
2 Responden 2: Anak Buah Kapal 1. Birokrasi
…administrasi pemanfaatan pelayanan pemanfaatan
sangat mudah karena petugas pelayanan
pelabuhan yang kooperatif dengan 2. Tidak ada kasus
nelayan. Tidak ada penarikan uang KKN yang terjadi.
yang mencurigakan di area PPTA
sehingga nelayan senang mendaratkan
ikan di sekitar PPTA. Hasil tangkapan
16

REDUKSI
NO HASIL REDUKSI I FAKTOR
PENDORONG
dapat sangat melimpah ketika musim
panen raya, ketika musim paceklik
ikan jangankan ABK bahkan pemilik
kapal pun tidak dapat hasil dari
penangkapan…
3 Responden 3: (Pemilik Kapal)
…kami sulit mencari komponen kapal
maupun mesin kapal dan alat
perbengkelan kapal karena area
perbengkelan kapal yang tidak
berfungsi secara baik sehingga biaya
perawatan kapal dan mesin kapal
menjadi membengkak. Dibutuhkan alat
memadahi untuk melakukan perbaikan
kapal maupun mesin kapal. Sistem
pembagian hasil tangkapan dengan
persentase sebanyak 50% untuk
pemilik kapal 40% untuk ABK dan
10% untuk pendorong kapal setelah
dikurangi biaya perbekalan dan
perawatan kapal, bila terjadi kerugian
setelah oprasi penangkapan ikan maka
pemilik kapal yang akan menanggung
kerugian tersebut secara utuh tanpa
terkecuali…
4 Responden 4: (Pembeli Ikan) 1. TPI berfungsi
…nelayan masih secara tradisional secara normal.
menangkap ikan sehingga hasilnya
tidak optimal karna terganggu cuaca
dan musim yang mempengaruhi
jumlah bahan baku ikan, serta hasil
tangkapan dijual ke pembeli ikan yang
datang saat nelayan mendapat hasil
tangkapan di TPI. Pembelian ikan
hanya bisa dilakukan di TPI karena
tidak berfungsinya pasar ikan yang
berada pada PPTA, dibutuhkan armada
yang lebih besar dari nelayan untuk
memenuhi permintaan pasar.
Pembelian ikan di TPI ditemani oleh
nelayan penjual, petugas Pelabuhan
dan ketua paguyuban nelayan setempat
yang diambil menggunakan truk oleh
pembeli ikan yang akan
didistrubusikan menuju Kota
Yogyakarta serta Provinsi Jawa
17

REDUKSI
NO HASIL REDUKSI I FAKTOR
PENDORONG
Tengah tergantung komoditas hasil
tangkapan serta permintaan pasar...
5 Responden 5: (Pegawai Pelabuhan) 1. Birokrasi
…Dilakukan pengecekan lapang setiap pemanfaatan
dua kali dalam satu minggu ke pelayanan
lapangan untuk memastikan kebutuhan
nelayan dengan kebutuhan terbesar
yaitu pemanfaatan pelayanan saat
pelelangan yang ditemani oleh petugas
pelabuhan. Nelayan kerap mengalami
kendala pada keberadaan area
perbaikan kapal serta bahan perawatan
kapal dan mesin kapal, petugas
Pelabuhan masih mengupayakan
terpenuhinya kebutuhan tersebut.
Penangkapan ikan yang dilakukan
nelayan pada umumnya secara one day
fishing tergantung musimnya, ketika
musim paceklik maka hanya dilakukan
selama tiga sampai empat jam saja
namun ketika musim panen raya dapat
dilakukan selama dua belas hingga
empat belas jam karna banyaknya
muatan dan sulitnya oprasi
penangkapan…

3.4 Faktor-Faktor Enghambat Nelayan dalam Kegiatan Perikanan Tangkap di


PPTA Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa nelayan tidak akan melakukan kegiatan


mereka di PPTA karena 4 (empat) hal. Keempat hal penghambat tersebut adalah: (1)
pasar ikan yang tidak beroperasi secara maksimal, (2) pasokan ikan yang sedikit, (3)
tidak ada layanan bengkel kapal, (4) akses ke lokasi perbengkelan terhambat (Tabel
10). Berikut adalah penjelasan singkat untuk setiap faktor penghambat tersebut.
Pada saat penelitian dilakukan, infrastuktur pasar yang tersedia di PPTA tidak
berfungsi. Hal ini terjadi karena pasokan ikan yang sedikit dan rendahnya minat
masyarakat di sekitar untuk membeli ikan di PPTA. Nelayan cenderung menjual ikan
ke kawasan wisata yang terletak tidak jauh dari PPTA.
Pembeli ikan lebih prihatin dengan infrastruktur pasar yang tidak bergfungsi
dan pasokan ikan yang sedikit. Sebagai pembeli, dia berharap banyak ikan tersedia di
tempat yang mudah bertransaksi (yaitu pasar). Hal ini berkaitan erat dengan
karakteristik unit penangkapan ikan yang dioperasikan nelayan lokal. Jenis alat
penangkapan ikan yang tidak variatif dengan jumlah yang sedikit merupakan kendala
18

bagi nelayan untuk mendapat ikan secara kontinyu sepanjang tahun. Semakin banyak
jenis alat tangkap semakin besar peluang nelayan tetap produktif karena jenis ikan
yang berbeda dapat diperoleh dengan alat tangkap yang berbeda. Itulah sebabnya
ikan yang didaratkan sangat minim pada musim paceklik karena nelayan tidak
memiliki alat tangkap alternatif selain alat tangkap yang mereka gunakan pada musim
panen raya.
Pemilik kapal sangat prihatin dengan layanan dan infrastruktur perbaikan kapal.
Semua kapal ikan yang dimiliki nelayan lokal terbuat dari bahan kayu. Kapal kayu
tersebut mengalami degradasi akibat pelapukan dan menipisnya kulit lambung kapal.
Harga kayu semakin mahal, tidak saja karena sulit diperoleh tetapi juga karena
semakin meningkat permintaan kayu akibat dari semakin banyak kapal yang harus
diperbaiki. Degradasi kapal ini menyebabkan operasional kapal ikan terhambat – trip
operasi berkurang karena memerlukan waktu untuk perbaikan kapal. Layanan untuk
perbaikan atau pemeliharaan kapal di PPTA sangat minim karena alat dan bahan
perbaikan dan pemelihaaran kapal tidak tersedia.
Area untuk perbaikan kapal atau area perbengkelan kapal telah dialokasikan di
bagian utara dari kawasan PPTA. Namun area ini sulit diakses kapal karena
pendangkalan akibat sedimentasi yang cukup berat sehingga sesungguhnya sudah
lama tidak dipakai. Selama ini, nelayan memperbaiki dan memelihara kapal ikan
mereka di pantai yang berada di selatan PPTA.
Konsekuensi dari minimnya alat dan bahan perbaikan kapal serta area
perbengkelan yang tidak dapat diakses karena pendangkalan adalah semakin
mahalnya biaya perawatan dan perbaikan kapal ikan. Hambatan ini bukan hanya
untuk nelayan yang sudah menggunakan PPTA, tetapi juga bagi mereka yang masuk
kategori calon pengguna PPTA.

Tabel 10 Hasil reduksi data terkait faktor pendorong dan penghambat pemanfaatan
pelabuhan
Ketua Anak
Pemilik Pembeli Pegawai
Faktor penghambat Paguyuban Buah
Kapal Ikan Pelabuhan
Nelayan Kapal
Suplai ikan sedikit 0 17 9 4 4
Pasar ikan tidak berfungsi 1 15 7 3 2
Area perbengkelan kapal 1 22 10 1 2
tidak dimanfaatkan
Peralatan perbengkelan 1 21 11 0 1
tidak tersedia di area
perbengkelan

Tabel 10 menunjukan reduksi data yang diperoleh dari hasil wawancara


mendalam kepada responden. Nilai yang diperoleh menunjukan bahwa sebagian
besar responden berasumsi bahwa ada 4 (empat) faktor yang menjadi penghambat
nelayan untuk menggunakan PPTA.
19

Tabel 11 Reduksi faktor penghambat


REDUKSI
NO HASIL REDUKSI I FAKTOR
PENGHAMBAT
1 Responden 1: Ketua Paguyuban Nelayan 1. Tidak layaknya 1. Bahan baku minim
…pemanfaatan pelayanan di Pelabuhan area didapatkan
Adhikarta relatif mudah serta petugas yang perbengkelan (Penghambat)
sangat komunikatif terhadap nelayan sekitar kapal sudah
tetang kendala kami ketika melaut tanpa 2. Kesulitan 2. Tidak
memungut uang seperserpun atau KKN, mencari alat dan berfungsinya pasar
walaupun secara umum ketika tidak musim bahan perbaikan ikan.
ikan kami kesulitan mendapatkan ikan. Terkait kapal dan mesin 3. Area peruntukan
dengan penjualan ikana tangkap, pembeli ikan Perbengkelan
akan rutin datang ketika musim ikan atau Kapal tidak
ketika nelayan mendapatkan hasil tangkapan termanfaatkan
yang dapat dijual dengan harga yang cukup (penghambat)
stabil tanpa ada kenaikan dan penurunan harga sudah
ikan yang signifikan. Namun para nelayan 4. Tidak ada alat
sangat mengharapkan adanya tempat peralatan
perbengkalan kapal yang layak dengan alat perbengkelan di
untuk membaiki kapal maupun mesin yang lokasi bengkel
memadai…. (penghambat)
2 Responden 2: Anak Buah Kapal
…administrasi dan pelayanan yang baik
karena petugas pelabuhan yang kooperatif
dengan nelayan. Tidak ada penarikan uang
yang mencurigakan di area PPTA sehingga
nelayan senang mendaratkan ikan di sekitar
PPTA. Hasil tangkapan dapat sangat melimpah
ketika musim ikan namun akan mempengaruhi
waktu operasi penangkapan ikan akan lebih
lama daripada biasanya, ketika musim paceklik
ikan jangankan ABK bahkan pemilik kapal
pun tidak dapat hasil dari penangkapan…
3 Responden 3: (Pemilik Kapal) 1. Sulit
…kami sulit mencari komponen kapal maupun mendapatkan
mesin kapal dan alat perbengkelan kapal komponen
karena area perbengkelan kapal yang tidak perbaikan kapal
berfungsi secara baik sehingga biaya dan mesin kapal.
perawatan kapal dan mesin kapal menjadi
2. Area
membengkak. Dibutuhkan alat memadahi
perbengkalan
untuk melakukan perbaikan kapal maupun
tidak berfungsi
mesin kapal. Biaya perbekalan dan perawatan
secara baik.
kapal, bila terjadi kerugian setelah oprasi
penangkapan ikan maka pemilik kapal yang
akan menanggung kerugian tersebut secara
utuh tanpa terkecuali…
4 Responden 4: (Pembeli Ikan) 1. Bahan baku
…nelayan masih secara tradisional menangkap ikan yang
ikan sehingga hasilnya tidak optimal karna minimum.
terganggu cuaca dan musim yang 2. Tidak
mempengaruhi jumlah bahan baku ikan, serta berfungsinya
hasil tangkapan dijual ke pembeli ikan yang pasar ikan.
20

REDUKSI
NO HASIL REDUKSI I FAKTOR
PENGHAMBAT
datang saat nelayan mendapat hasil tangkapan
di TPI. Pembelian ikan hanya bisa dilakukan di
TPI karena tidak berfungsinya pasar ikan yang
berada pada PPTA, dibutuhkan armada yang
lebih besar dari nelayan untuk memenuhi
permintaan pasar. Pembelian ikan di TPI
ditemani oleh nelayan penjual, petugas
Pelabuhan dan ketua paguyuban nelayan
setempat yang diambil menggunakan truk oleh
pembeli ikan yang akan didistrubusikan
menuju Kota Yogyakarta serta Provinsi Jawa
Tengah tergantung komoditas hasil tangkapan
serta permintaan pasar...
5 Responden 5: (Pegawai Pelabuhan) 1. Keberadaan
…Dilakukan pengecekan lapang setiap dua area
kali dalam satu minggu ke lapangan untuk perbengkelan
memastikan kebutuhan nelayan dengan kapal kurang
kebutuhan terbesar yaitu pemanfaatan memadai
pelayanan pelelangan yang ditemani oleh 2. Bahan
petugas pelabuhan. Nelayan kerap mengalami
perbaikan kapal
kendala pada keberadaan area perbaikan kapal
sulit dicari.
serta bahan perawatan kapal dan mesin kapal,
petugas Pelabuhan masih mengupayakan
terpenuhinya kebutuhan tersebut. Penangkapan
ikan yang dilakukan nelayan pada umumnya
secara one day fishing tergantung musimnya,
ketika musim paceklik maka hanya dilakukan
selama tiga sampai empat jam saja namun
ketika musim panen raya dapat dilakukan
selama dua belas hingga empat belas jam
karna banyaknya muatan dan sulitnya oprasi
penangkapan…

3.5 Animo Nelayan dalam Melakukan Kegiatan Perikanan Tangkap di PPTA


Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta

Pelabuhan perikanan pada dasarnya memiliki atribut yang mempengaruhi


kepuasan pengguna pelabuhan yang perlu untuk diperbaiki ataupun dipertahankan.
Berdasarkan hasil kepuasan konsumen yang masih di bawah 100%, maka petugas
pelabuhan masih perlu untuk meningkatkan kepuasan konsumen-nya.

3.5.1 Operasional Importance Performance Analysis (IPA)

Importance and Performance Analysis (IPA) atau dapat disebut juga dengan
analisis tingkat kepentingan dan kepercayaan (kinerja) merupakan suatu teknik
penerapan yang mudah untuk mengukur atribut dari tingkat kepentingan dan
kinerja yang berguna untuk pengembangan program pemasaran yang efektif,
21

artinya produsen harus memperhatikan apa yang penting bagi konsumen. Model
ini membantu untuk mengukur hubungan antara kinerja pelayanan dengan harapan
konsumen. Untuk menilai kinerja dan kepentingan konsumen digunakan skor
seperti pada Tabel 12.

Tabel 12 Skor penilaian tingkat kepuasan dan kepentingan


NO PERTANYAAN x y
1 Birokrasi pemanfaatan pelayanan 3,84 4,36
2 Praktik KKN 3,69 3,51
3 Keberadaan pasar Ikan 3,45 4,31
4 Keberadaan TPI 4,13 4,51
5 Pengelolaan Ikan Ketersediaan Bahan Baku 3,24 4,51
6 Stabilitas Harga 3,40 4,47
7 Ketersediaan Bengkel Kapal 2,96 4,67
8 Ketersedian sarpras bengkel kapal 2,96 4,64

Tabel 12 memperlihatkan hasil perhitungan nilai rata-rata tingkat kepuasan dan


rata-rata tingkat kinerja untuk setiap kuadran. Hasil perhitungan ditampilkan berupa
dua macam grafik IPA. Grafik yang pertama mempergunakan nilai rata-rata pada
skala pengukuran tingkat kepuasan dan tingkat kinerja sebagai garis pemisah antar
kuadran seperti terlihat pada Gambar 5.

4,80
7
8
4,60
5 6 4
IMPORTANT

4,40 1
3
4,20
4,00
3,80
3,60
2
3,40
2,90 3,40 3,90
PERFORMANCE

Gambar 5 Skor penilaian tingkat kepuasan dan kepentingan

Kuadran I (Concentrate Here)


Kuadran I adalah Prioritas Utama dimana atribut - atribut yang di plotting ke
dalam kuadran ini harus mendapatkan perhatian lebih atau harus diperbaiki. Hal
tersebut menunjukkan bahwa nelayan merasakan ketidakpuasan terhadap atribut atau
dimensi layanan yang telah diberikan pihak pelabuhan, sehingga perlu adanya
perbaikan pada atribut tersebut perlu diprioritaskan. Atribut-atribut tersebut antara
lain atribut pertanyaan tentang ketersediaan bengkel kapal (7), atribut pertanyaan
tentang ketersedian sarpras bengkel kapal (8), atribut pertanyaan tentang ketersediaan
22

bahan baku (5) dan atribut pertanyaan tentang stabilitas harga (6) (Tabel 13). Karena
atribut tersebut dianggap sangat mempengaruhi kepuasan pelanggan karena
menunjukkan unsur jasa pokok namun dari pihak PPTA belum melaksanakannya
sesuai harapan dari para konsumen, sehingga nelayan kecewa/kurang puas. Sebaiknya
dari pihak PPTA secepatnya melakukan perbaikan pada atribut atribut pada kuadran
ini supaya nelayan bisa merasa puas dan mengurangi rasa kecewa dari nelayan.

Tabel 13 Atribut atribut kuadran I


Kuadran I Atribut Dimensi
5 Bahan Baku Pengelolaan Ikan
6 Stabilitas Harga Pengelolaan Ikan
7 Ketersediaan Bengkel Kapal Bengkel Perkapalan
8 Sarpras Bengkel Kapal Bengkel Perkapalan

Kuadran II (Keep Up The Good Work)


Kuadran II adalah “Pertahankan Prestasi” dimana pada kuadran ini memiliki
tingkat skor yang paling tinggi baik dari segi tingkat kepentingan pelanggan dan
tingkat kinerjanya, sehingga atribut yang berada pada kuadran II dapat dikatakan
aman dan harus dipertahankan kinerjanya. Atribut yang di plotting ke dalam kuadran
ini antara lain atribut pertanyaan nomor (4) (lebih jelasnya pada Tabel 14 berikut)

Tabel 14 Atribut atribut kuadran II


Kuadran II Atribut Dimensi
4 Keberadaan TPI Pedagang Ikan

Kuadran III (Low Priority)


Kuadran III adalah “Prioritas Rendah”, dimana atribut ini dianggap kurang
penting pengaruhnya bagi nelayan dan pada kenyataannya kinerjanya tidak terlalu
istimewa. Bagi pihak PPTA sebaiknya perlu dipertimbangkan lagi pada atribut ini
karena atribut yang masuk pada kuadran ini dianggap kurang penting dan kurang
memuaskan bagi nelayan. Atribut yang di plotting ke dalam kuadran ini antara lain
atribut pertanyaan tentang keberadaan pasar ikan (3) (lebih jelasnya pada Tabel 15.

Tabel 15 Atribut atribut kuadran III


Kuadran III Atribut Dimensi
3 Keberadaan Pasar Ikan Pedagang Ikan

Kuadran IV (Possible Overskill)


Kuadran IV adalah “Berlebihan”, ini menunjukkan bahwa atribut pada kuadran
ini dinilai memiliki tingkat kepentingan yang rendah namun tingkat kinerja yang
diberikan tinggi. Dianggap kurang penting tetapi pelayanan yang diberikan sangat
memuaskan 37 nelayan di PPTA. Atribut yang di plotting kuadran ini antara lain
atribut pertanyaan tentang praktik KKN (2) (Tabel 16).
23

Tabel 16 Atribut atribut kuadran IV


Kuadran III Atribut Dimensi
2 Praktik KKN Administrasi Pelabuhan

3.5.2 Analisis Kesenjangan

Kesenjangan yang dimaksud disini adalah selisih antara kepuasan pelanggan


dengan kepentingan di PPTA. Nilai kepuasan dan kepentingan didapatkan dari
nilai rata-rata setiap variabel. Perhitungan analisis kesenjangan dilakukan untuk
mengetahui nilai-nilai kesenjangan (gap) terhadap masing-masing variabel
indikator pada variabel dimensi layanan dengan menghitung selisih antara persepsi
dan harapan nelayan terhadpa pelabuhan. Dari hasil perhitungan analisis
kesenjangan yang terlihat pada Tabel 17, perhitungan analisis kesenjangan
merupakan perhitungan selisih antara skor persepsi dan harapan nelayan PPTA
dengan hasil perhitungan semuanya bernilai negatif, yang berarti bahwa semua
pelayanan yang diberikan oleh PPTA berada di bawah harapan nelayan.

Tabel 17 Perhitungan analisis kesenjangan


Variabel Total Total Skor Skor
GAP
Indikator Presepsi Harapan Presepsi Harapan
1 173 196 3,84 4,36 -0,51
2 166 158 3,69 3,51 0,18
3 156 194 3,47 4,31 -0,84
4 186 203 4,13 4,51 -0,38
5 146 203 3,24 4,51 -1,27
6 153 201 3,40 4,47 -1,07
7 133 210 2,96 4,67 -1,71
8 133 209 2,96 4,64 -1,69
Jumlah 27,69 34,98
Rata-rata 3,46 4,37

Tabel 17 menyajikan juga dapat dilihat skor persepsi dan skor harapan tiap
variabel indikator. Nilai-nilai tersebut menggambarkan koordinat masing-masing
variabel indikator dalam diagram kartesius. Variabel indikator 1 terletak di titik
(3,84;4,35), variabel indikator 2 terletak di titik (3,68;3,51), dan seterusnya. Dan
untuk titik pembatas kuadran adalah rata-rata dari skor persepsi yaitu 3,46 menjadi
titik pembatas berdasarkan sumbu X dan skor harapan yaitu 4,37 menjadi titik
pembatas berdasarkan sumbu Y yang membagi 4 kuadran. Kesenjangan ini juga
disajikan sebagai grafik pada Gambar 6.
24

5,00
4,50
4,00
3,50
3,00
2,50
2,00
1,50
1,00
0,50
0,00
1 2 3 4 5 6 7 8
Persepsi 3,84 3,69 3,47 4,13 3,24 3,40 2,96 2,96
Harapan 4,36 3,51 4,31 4,51 4,51 4,47 4,67 4,64

Gambar 6 Diagram kesenjangan (GAP)

Diagram kesenjangan (GAP) menunjukan selisih angka yang diperoleh dari


besarnya nilai persepsi terhadap nilai harapan. Hasil perhitungan tersebut
menunjukan bahwa persepsi dan harapan nelayan terhadap kualitas pelayanan
PPTA bernilai negatif, yang berarti bahwa pelayanan yang diberikan oleh PPTA
masih berada di bawah harapan pengunjung pelabuhan.
25

IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, didapat kesimpulan sebagai


berikut:
1. Empat faktor pendorong nelayan menggunakan PPTA sebagai tempat penambatan
kapal ikan dan tempat pelelangan ikan, anatara lain a) Harga ikan relatif stabil; b)
Birokrasi pemanfaatan pelayanan; dan c) TPI beroperasi normal; dan d) Tidak
adanya KKN.
2. Empat faktor penghambat nelayan menggunakan PPTA sebagai tempat
penambatan kapal ikan dan tempat pelelangan ikan, anatara lain 1) Operasional
pasar ikan kurang maksimal; 2) Bahan baku ikan minim; dan 3) Tidak ada alat
peralatan perbengkalan di lokasi bengkel kapal; 4) Area perbengkelan kapal tidak
termanfaatkan.
3. Kualitas pelayanan PPTA belum sepenuhnya memenuhi harapan nelayan yang
ditunjukkan oleh beberapa variabel indikator yang masuk ke dalam kuadran A
(prioritas utama) yang menjadi perhatian utama untuk diperbaiki, yaitu koleksi
lengkap, kemudahan menemukan referensi, kepedulian pegawai pelabuhan
terhadap kebutuhan nelayan, terutama pada dimensi perbengkelan kapal. Hasil
perhitungan Service Quality antara persepsi dan harapan nelayan terhadap kualitas
pelayanan PPTA menunjukan sebagian besar variabel indikator bernilai negatif,
yang berarti bahwa pelayanan yang diberikan oleh PPTA masih berada di bawah
harapan pengunjung pelabuhan.

4.2 Saran

Jika mempertimbangkan core business dari pelabuhan perikanan adalah


memberikan layanan kepada kapal-kapal ikan dan stakeholders perikanan tangkap
sehingga bisnis mereka berjalan lancar dan menguntungkan, maka wajar layanan
terhadap kapal-kapal ikan adalah prioritas pertama. Rekomendasi untuk menangani
isu 7 dan isu 8 harus dilakukan secara simultan.
Akumulasi sedimen yang terjadi di dalam area muara (Lampiran 1) merupakan
hasil dari proses yang melibatkan aliran air dari hulu sungai dan transportasi sedimen
di sepanjang pesisir selatan Yogyakarta. Salah satu opsi yang dapat dipertimbangkan
adalah mencegah terjadinya penumpukan sedimen tersebut sehingga kapal ikan dapat
dengan mudah keluar-masuk ke PPTA yang berada agak jauh dari pantai.
Penelitian ini melibatkan respondan dari nelayan dan pihak-pihak yang hingga
saat penelitian dilakukan masih memanfaatkan PPTA. Pada penelitian selanjutnya,
responden ini sebaiknya juga mencakup nelayan dan pihak-pihak lain yang sudah
tidak lagi memanfaatkan PPTA.
26

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi A, Narkubo C. 2005. Metode Penelitian. Jakarta (ID):PT Bumi Aksara.hal:


85
Akoit M Y, Nalle M.2018. Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Berkelanjutan Di
Kabupaten Timor Tengah Utara Berbasis Pendekatan Bioekonomi.Jurnal
Agribisnis Indonesia.6 (2):85-108.
Bank J.1992. The Essence of Total Quality Management.Maldon (UK):Prentice Hall
International.
Brandt D R.2000. An ‘Outside-In’ Approach to Determining Customer-Driven
Priorities for Improvement and Innovation.White Paper Series:2
[DJPT] Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap.2012. Statistik Perikanan Indonesia.
Jakarta (ID): KKPRI.
[DKP] Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kulon Progo.2017. Laporan Kinerja
Instansi Pemerintah DKP Kulon Progo 2017.Yogyakarta (ID): DKP Kulon
Progo.
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi DIY.2019. Profil Potensi Usaha dan Peluang
Investasi Kelautan dan Perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Irma Ul Chusna, Sholih Muadi, Edi Susilo.2018. Persepsi Masyarakat Nelayan
Terkait Revitalisasi Pelabuhan Perikanan Popoh Kabupaten
Tulungagung.6(2):85-108.
Lubis E, Pane AB.2012. An model optimum of fish auction in Indonesia fishing
ports in according with the characteristics of fisherman.Journal of Coastal
Development.15(3): 282-296.
Martinez E, Pina, J M.2003. The Nehative Impact of Brand Extension on Parent
Brand Image. Journal of Product & Brand Image Management.12(7):432-448.
Mile, Matthew B, Huberman.2009.Analisis Data Kualitatif. Jakarta (ID): Universitas
Indonesia.
[Permen] Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 109 Tahun 2021 Tentang
Rencana Induk Pelabuhan Perikanan Nasional.2021
[Perbup] Peraturan Bupati Kulon Progo Nomor 70 Tahun 2016 Tentang Kedudukan
Kedudukan Susunan Organisasi Fungsi dan Tugas Serta Tata Kerja Pada Dinas
Kelautan dan Perikanan.2016.
Renofati Y, Nurani TW, Haluan J.2009. Sistem Usaha Perikanan Tangkap Di
Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.Artikel Buletin PSP.
18(3) : 167-176.
Solihin, I.2003. Pola dan Karakteristik Distribusi Hasil Tangkapan di PPN
Pelabuhan Ratu. Bogor (ID): IPB Press.
Sugiyono.2006.Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif,dan R & D.Bandung (ID):
Alfabeta
Sukandarrumidi.2012.Metodologi Penelitian.Yogyakarta (ID):Gajah Mada
University Press.
27

Wulan ASK.2016. Pengembangan Kampung Nelayan Di Desa Karangwuni,


Kecamatan Wates, Kulon Progo Berbasis Ekokultur. [Skripsi]. Yogyakarta
(ID): Fakultas Teknik Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Yusni M B, Santoso E B.2017. Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi
Pengembangan Subsektor Perikanan Tangkap di Pesisir Selatan Kabupaten
Tulungagung dengan Konsep Pengembangan Ekonomi Lokal.Jurnal Teknik
ITS.6(2):C552-C556.
28

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman wawancara tingkat kepuasan

Bersama ini dimohon partisipasinya dalam rangka survei Tingkat Kepuasan terhadap
tingkat kepuasan nelayan dan prioritas peningkatan pelabuhan dengan mengisi
kuesioner berikut:
Data responden (berikan tanda √ pada kotak kecil yang tersedia):
1 Status : □ Pegawai Pelabuhan □ Pedagang Ikan □ Nelayan □ Pengolah
Ikan □ Teknisi
2 Usia : □ ≤ 17 tahun □ 18-55 tahun □ >55
3 Pendidikan : □ ≤ SLTA □ Sarjana □ Pascasarjana
4 Alamat :
Keterangan:
STP: Sangat tidak Puas TP: Tidak Puas KP: Kurang Puas P: Puas
SP: Sangat Puas
STPE: Sangat tidak Pentinng TPE: Tidak Penting KPE: Kurang Penting PE: Penting
SPE: Sangat Penting
Tabel Pertanyaan Kepuasan Nelayan
N0 PERTANYAAN STP TP KP P SP
A Administrasi Pelabuhan
Birokrasi pemanfaatan
pelayanan
Praktik KKN (Korupsi, Kolusi
dan Nepotisme)
B Pedagang Ikan
Keberadaan pasar ikan di
dalam lingkungan pelabuhan
Keberadaan tempat pelelangan
ikan di dalam lingkungan
Pelabuhan
C Pengolahan Ikan
Stabilitas harga ikan di dalam
lingkungan pelabuhan
Ketersediaan bahan baku
pengolahan ikan di dalam
lingkungan pelabuhan
D Teknisi Perkapalan
Ketersediaan bengkel kapal di
dalam lingkungan pelabuhan
Ketersediaan alat dan bahan
untuk memperbaiki kapal di
dalam lingkungan Pelabuhan
29

Tabel Pertanyaan Kepentingan Nelayan


N0 PERTANYAAN STPE TPE KPE PE SPE

A Administrasi Pelabuhan
Birokrasi pemanfaatan
pelayanan

Praktik KKN (Korupsi, Kolusi


dan Nepotisme)

B Pedagang Ikan

Keberadaan pasar ikan di


dalam lingkungan pelabuhan

Keberadaan tempat pelelangan


ikan di dalam lingkungan
Pelabuhan

C Pengolahan Ikan

Stabilitas harga ikan di dalam


lingkungan pelabuhan

Ketersediaan bahan baku


pengolahan ikan di dalam
lingkungan pelabuhan

D Teknisi Perkapalan

Ketersediaan bengkel kapal di


dalam lingkungan pelabuhan

Ketersediaan alat dan bahan


untuk memperbaiki kapal di
dalam lingkungan Pelabuhan
30

Tabulasi Kuesioner Kepuasan


Administrasi Pedagang ikan Pengolahan ikan Teknik perkapalan
No pelabuhan
1 2 1 2 1 2 1 2
1 5 5 5 5 4 4 3 3
2 5 4 4 4 3 3 4 3
3 4 3 5 5 4 4 3 3
4 4 5 4 5 4 5 4 5
5 4 3 5 4 4 2 2 2
6 5 4 4 4 4 2 2 2
7 3 2 4 4 3 3 2 1
8 2 4 5 5 3 3 2 2
9 5 5 4 5 5 4 4 4
10 3 4 1 4 4 4 2 5
11 4 1 2 3 2 1 3 3
12 4 5 5 4 4 3 1 5
13 5 4 5 5 3 2 1 1
14 3 3 3 3 3 3 2 2
15 3 4 1 3 3 1 3 3
16 5 5 3 4 5 3 5 3
17 5 5 5 5 5 5 5 5
18 3 3 3 3 3 3 3 3
19 4 4 4 4 3 4 4 3
20 1 3 5 5 1 1 1 3
21 4 1 4 4 2 4 4 2
22 3 4 4 4 4 3 4 4
23 3 4 4 5 3 1 3 4
24 4 4 5 5 5 5 5 5
25 4 1 4 1 4 2 2 1
26 3 3 4 4 2 5 3 2
27 5 5 2 3 3 4 1 2
28 3 4 1 4 2 4 2 4
29 3 4 2 5 4 4 3 3
30 4 5 4 5 1 4 4 3
31 5 4 1 4 4 5 3 4
32 4 3 2 5 2 4 4 2
33 4 2 3 3 2 3 3 1
34 4 3 3 3 1 4 3 1
35 5 5 1 4 4 5 4 4
36 3 3 4 5 4 5 2 4
37 4 5 3 5 3 4 3 3
38 5 4 5 3 3 2 5 1
39 3 4 5 3 3 5 4 2
40 3 4 4 4 4 3 4 4
41 4 4 2 5 4 4 2 3
42 4 4 2 5 2 2 3 5
43 5 3 3 5 3 4 2 3
44 4 3 4 3 4 4 1 2
45 3 4 3 5 3 3 3 3
Jumlah 173 166 156 186 146 153 133 133
Rata-rata 3,84 3,69 3,47 4,13 3,24 3,40 2,96 2,96
31

Tabulasi Kuesioner Kepentingan


Administrasi Pedagang ikan Pengolahan ikan Teknik perkapalan
No pelabuhan
1 2 1 2 1 2 1 2
1 5 5 5 5 5 5 5 5
2 5 4 5 5 4 3 5 4
3 4 3 4 4 4 4 4 4
4 4 5 5 5 5 5 5 5
5 4 3 4 4 5 5 5 5
6 5 2 4 4 5 5 5 5
7 5 1 5 5 5 5 5 5
8 5 5 3 3 5 3 4 3
9 4 5 4 5 5 4 5 5
10 4 3 5 5 4 4 5 4
11 1 3 1 3 2 1 1 1
12 4 3 5 5 4 3 5 5
13 4 3 5 5 3 2 5 5
14 5 5 5 5 5 5 5 5
15 4 5 5 5 5 5 5 5
16 4 5 5 5 3 5 5 5
17 5 2 5 5 5 5 5 5
18 4 1 1 1 5 5 5 5
19 4 3 4 4 4 4 4 4
20 5 1 5 5 5 5 5 5
21 5 5 5 5 5 5 5 5
22 4 4 4 4 5 5 5 5
23 3 4 4 5 5 5 5 5
24 5 2 5 5 5 5 5 5
25 5 1 4 5 5 4 5 5
26 4 3 5 5 4 4 5 5
27 4 3 4 4 5 5 4 4
28 5 4 4 4 5 5 5 5
29 4 5 5 4 5 5 4 5
30 5 5 5 5 4 5 5 5
31 5 4 4 5 5 5 4 4
32 4 3 4 5 5 5 5 4
33 4 5 5 4 4 5 4 5
34 5 3 4 5 5 5 5 5
35 5 4 5 4 4 5 5 5
36 5 4 5 5 5 5 5 5
37 4 4 3 5 3 4 4 5
38 4 3 5 5 4 4 5 5
39 5 3 4 5 5 4 5 5
40 4 3 4 5 5 5 5 4
41 4 5 5 3 5 4 3 5
42 5 2 5 4 5 5 5 4
43 5 4 4 5 5 5 5 4
44 4 5 5 4 4 4 4 5
45 4 3 2 5 3 5 5 5
Jumlah 196 158 194 203 203 201 210 209
Rata-rata 4,36 3,51 4,31 4,51 4,51 4,47 4,67 4,64
32

Lampiran 2 Uji validitas dan reabilitas kuesioner

DATASET NAME DataSet3 WINDOW=FRONT.


CORRELATIONS
/VARIABLES=PKS1 PKS2 PKS3 PKS4 PKS5 PKS6 PKS7 PKS8 PKT1 PKT2 PKT3 PKT4 PKT5 PKT6 PKT7 PKT8 TOTAL
/PRINT=TWOTAIL NOSIG

/MISSING=PAIRWISE.

Correlations
Notes

Output Created 25-Jul-2022 22:12:29

Comments

Input Active Dataset DataSet3

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data File 37

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.

Cases Used Statistics for each pair of variables are based on all the cases with valid data for that pair.

Syntax CORRELATIONS
/VARIABLES=PKS1 PKS2 PKS3 PKS4 PKS5 PKS6 PKS7 PKS8 PKT1 PKT2 PKT3 PKT4 PKT5 PKT6
PKT7 PKT8 TOTAL
/PRINT=TWOTAIL NOSIG
/MISSING=PAIRWISE.

Resources Processor Time 00:00:00.062

Elapsed Time 00:00:00.034


33
CORRELATION
PKS1 PKS2 PKS3 PKS4 PKS5 PKS6 PKS7 PKS8 PKT1 PKT2 PKT3 PKT4 PKT5 PKT6 PKT7 PKT8 TOTAL
* *
PKS1 Pearson Correlation 1 .321 -.027 -.038 .402 .292 .351 .020 .004 .135 .085 .176 -.261 -.098 -.037 -.004 .326
Sig. (2-tailed) .053 .875 .825 .014 .080 .033 .908 .981 .425 .616 .297 .118 .564 .829 .981 .054
N 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37
PKS2 Pearson Correlation .321 1 -.009 .503** .399* .341* .195 .546** .156 .328* .256 .173 .005 .160 .287 .262 .648**
Sig. (2-tailed) .053 .960 .001 .014 .039 .247 .000 .358 .048 .126 .305 .977 .345 .085 .117 .000
N 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37
PKS3 Pearson Correlation -.027 -.009 1 .353* .146 -.098 -.020 -.076 .184 -.217 .154 .130 .088 -.146 .235 .208 .342
Sig. (2-tailed) .875 .960 .032 .390 .562 .908 .655 .276 .196 .362 .443 .605 .387 .161 .216 .150
N 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37
PKS4 Pearson Correlation -.038 .503** .353* 1 .157 .318 .222 .420** .086 .242 .253 .232 .017 .054 .147 .106 .542**
Sig. (2-tailed) .825 .001 .032 .354 .055 .187 .010 .613 .149 .131 .166 .920 .752 .386 .534 .001
N 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37
* * **
PKS5 Pearson Correlation .402 .399 .146 .157 1 .249 .253 .488 .058 .026 .151 .071 .109 .074 .164 .163 .521**
Sig. (2-tailed) .014 .014 .390 .354 .137 .130 .002 .733 .877 .372 .677 .519 .662 .332 .336 .001
N 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37
* * * *
PKS6 Pearson Correlation .292 .341 -.098 .318 .249 1 .415 .353 .391 .195 .273 .169 .155 .307 .176 .179 .610**
Sig. (2-tailed) .080 .039 .562 .055 .137 .011 .032 .017 .248 .103 .317 .359 .065 .296 .290 .000
N 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37
* * *
PKS7 Pearson Correlation .351 .195 -.020 .222 .253 .415 1 .337 -.009 .283 .065 .089 -.063 .229 .044 .040 .473**
Sig. (2-tailed) .033 .247 .908 .187 .130 .011 .041 .957 .089 .702 .601 .710 .174 .794 .812 .003

N 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37
PKS8 Pearson Correlation .020 .546** -.076 .420** .488** .353* .337* 1 -.075 .129 .097 .094 .044 .081 .080 .018 .498**
Sig. (2-tailed) .908 .000 .655 .010 .002 .032 .041 .657 .445 .568 .579 .795 .634 .636 .914 .002
N 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37
PKT1 Pearson Correlation .004 .156 .184 .086 .058 .391* -.009 -.075 1 -.045 .519** .308 .565** .514** .669** .560** .537**
Sig. (2-tailed) .981 .358 .276 .613 .733 .017 .957 .657 .790 .001 .064 .000 .001 .000 .000 .001
N 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37

* *
PKT2 Pearson Correlation .135 .328 -.217 .242 .026 .195 .283 .129 -.045 1 .252 .184 -.076 .073 -.052 .018 .354
34

Sig. (2-tailed) .425 .048 .196 .149 .877 .248 .089 .445 .790 .133 .275 .653 .670 .758 .915 .032
N 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37
** ** * ** ** **
PKT3 Pearson Correlation .085 .256 .154 .253 .151 .273 .065 .097 .519 .252 1 .756 .211 .361 .590 .570 .656
Sig. (2-tailed) .616 .126 .362 .131 .372 .103 .702 .568 .001 .133 .000 .210 .028 .000 .000 .000
N 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37
** * * **
PKT4 Pearson Correlation .176 .173 .130 .232 .071 .169 .089 .094 .308 .184 .756 1 .054 .148 .407 .365 .510
Sig. (2-tailed) .297 .305 .443 .166 .677 .317 .601 .579 .064 .275 .000 .752 .384 .012 .027 .001
N 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37
** ** ** ** *
PKT5 Pearson Correlation -.261 .005 .088 .017 .109 .155 -.063 .044 .565 -.076 .211 .054 1 .688 .540 .443 .368
Sig. (2-tailed) .118 .977 .605 .920 .519 .359 .710 .795 .000 .653 .210 .752 .000 .001 .006 .025
N 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37
** * ** ** ** **
PKT6 Pearson Correlation -.098 .160 -.146 .054 .074 .307 .229 .081 .514 .073 .361 .148 .688 1 .562 .659 .518
Sig. (2-tailed) .564 .345 .387 .752 .662 .065 .174 .634 .001 .670 .028 .384 .000 .000 .000 .001
N 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37
** ** * ** ** ** **
PKT7 Pearson Correlation -.037 .287 .235 .147 .164 .176 .044 .080 .669 -.052 .590 .407 .540 .562 1 .837 .627
Sig. (2-tailed) .829 .085 .161 .386 .332 .296 .794 .636 .000 .758 .000 .012 .001 .000 .000 .000
N 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37
** ** * ** ** ** **
PKT8 Pearson Correlation -.004 .262 .208 .106 .163 .179 .040 .018 .560 .018 .570 .365 .443 .659 .837 1 .605
Sig. (2-tailed) .981 .117 .216 .534 .336 .290 .812 .914 .000 .915 .000 .027 .006 .000 .000 .000
N 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37
** ** ** ** ** ** ** * ** ** * ** ** **
TOTAL Pearson Correlation .320 .648 .242 .542 .521 .610 .473 .498 .537 .354 .656 .510 .368 .518 .627 .605 1
Sig. (2-tailed) .054 .000 .150 .001 .001 .000 .003 .002 .001 .032 .000 .001 .025 .001 .000 .000
N 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


35

Reliability
Notes
Output Created 25-Jul-2022 22:19:02
Comments
Input Active Dataset DataSet3
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in
37
Working Data File
Matrix Input
Missing Value Definition of
User-defined missing values are treated as missing.
Handling Missing
Cases Used Statistics are based on all cases with valid data for all variables
in the procedure.
Syntax RELIABILITY
/VARIABLES=PKS1 PKS2 PKS3 PKS4 PKS5 PKS6 PKS7
PKS8 PKT1 PKT2 PKT3 PKT4 PKT5 PKT6 PKT7 PKT8
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL
/MODEL=ALPHA.

Resources Processor Time 00:00:00.000


Elapsed Time 00:00:00.007

Scale: ALL VARIABLES


Case Processing Summary

N %

Cases Valid 37 100.0


a
Excluded 0 .0

Total 37 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items

.784 16
36

Lampiran 3 Dokumentasi kegiatan penelitian

a. Penelitian bersama Ketua PPTA b. Kegiatan tambat kapal ikan di PPTA

c. Hasil tangkapan nelayan PPTA d. Kapal bertambat di PPTA

e. Penelitian bersama nelayan f. Nelayan mengisi daftar pertanyaan


37

g. Kondisi pintu masuk pelabuhan h. Kolam pelabuhan perikanan

Citra satelit tahun 2007 diambil pada tanggal 6 Agustus 2022 pukul 15:34

Citra satelit tahun 2013 diambil pada tanggal 6 Agustus 2022 pukul 15:35
38

Citra satelit tahun 2017 diambil pada tanggal 6 Agustus 2022 pukul 15:37

Citra satelit tahun 2018 diambil pada tanggal 6 Agustus 2022 pukul 15: 37

Citra satelit tahun 2019 diambil pada tanggal 6 Agustus 2022 pukul 15:40
39

Citra satelit tahun 2022 diambil pada tanggal 6 Agustus 2022 pukul 15:41

Citra satelit identifikasi bangunan

Citra satelit Desa Karangwuni tahun 2022 diambil pada tanggal 13 Agustus 2022
40

Citra satelit Kecamatan Temon tahun 2022 diambil pada tanggal 13 Agustus 2022

Citra satelit Kecamatan Purwodadi tahun 2022 diambil pada tanggal 13 Agustus 2022

Citra satelit Kecamatan Panjatan tahun 2022 diambil pada tanggal 13 Agustus 2022
41

Lokasi Fasilitas yang dimiliki PPTA

Sumber: https://jogja.tribunnews.com/2019/02/25/ketua-dprd-kulon-progo-
pelabuhan-tanjung-adikarta-harus-segera-ditangani
42

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di DKI Jakarta pada tanggal 25


November 1997 sebagai anak 1 dari 1 bersaudara dari
pasangan Sutanto dan Azimatuddar. Penulis
menyelesaikan pendidikan tingkat SMA di SMA Negeri 1
Sedayu, Bantul DIY pada tahun 2015 dan melanjutkan
pendidikan di Program Studi Teknologi dan Manajemen
Perikanan Tangkap, Institut Pertanian Bogor melalui jalur
Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri
(SNMPTN).
Sebagai mahasiswa penulis mengikuti beberapa
kegiatan, seperti: menjadi anggota divisi Keamaan di acara
OMI (Olimpiade Mahasiswa IPB) (2017-2018); ketua
divisi logistik Fisheries Marine Festival (2017); dan
anggota divisi Pengembangan Profesi Himpunan Profesi Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan periode 2016-2017. Anggota Badan Pengawas Organisasi (BPO)
Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap Indonesia (HIMPATINDO) periode 2017-
2018.Penulis juga memiliki pengalaman magang Industri Perikanan Tangkap di CV
Cindy Group Indonesia Parung Bogor, magang di kantor Pelabuhan Nizam Zachman
Muara Baru Jakarta 2019.

Anda mungkin juga menyukai