RISAH PALEVI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Traceability dan
Prospek Penerapannya untuk Perikanan Udang di Cilacap adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Risah Palevi
NIM C44140014
ABSTRAK
RISAH PALEVI. Traceability dan Prospek Penerapannya untuk Perikanan Udang
di Cilacap. Dibimbing oleh BUDY WIRYAWAN dan PRIHATIN IKA
WAHYUNINGRUM.
Cilacap adalah salah satu daerah pengekspor udang. Udang yang diekspor
dari Cilacap adalah udang yang berasal dari budidaya dan penangkapan. Namun
di Cilacap, traceability untuk penangkapan udang belum diterapkan karena masih
rumit dalam hal informasi mengenai daerah penangkapan udang dan data hasil
tangkapan dari supplier udang. Perikanan udang di Cilacap merupakan perikanan
skala kecil, sehingga tidak bisa menerbitkan sertifikat hasil tangkapan ikan yang
dapat mempengaruhi kelancaran kegiatan perdagangan internasional. Berdasarkan
hal tersebut maka perlu dilakukan kajian mengenai kesiapan penerapan
traceability dan merumuskan strategi yang tepat untuk perikanan udang di Cilacap
sebagai titik awal pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap yang lebih baik dan
upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan udang. Penelitian
ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesiapan penerapan traceability dan
merumuskan strategi untuk mendukung penerapan traceability di Cilacap di masa
depan. Metode yang digunakan dalam penelitian yaitu metode purposive sampling
dan accidental sampling. Analisis data yang digunakan yaitu analisis deskriptif,
analisis isi dan gap, dan analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukkan kesiapan
dalam penerapan traceability di Cilacap masih dalam tahap persiapan konsep.
Nilai standar penanganan dan pengolahan udang sesuai dengan Standar Nasional
Indonesia. Fasilitas yang mendukung traceability berfungsi dengan baik.
Penerapan sistem intervensi enumerasi di Cilacap dapat digunakan untuk
mendukung penerapan traceability pada perikanan skala kecil. Strategi untuk
menerapkan traceability di Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap yaitu
mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya perikanan udang dan melakukan
pengembangan perikanan udang dengan sistem traceability.
RISAH PALEVI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Risah Palevi
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN ix
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 3
METODE 3
Lokasi dan Waktu Penelitian 3
Batasan Penelitian 4
Bahan dan Alat 4
Metode Pengumpulan, Jenis dan Sumber Data 4
Analisis Data 5
HASIL DAN PEMBAHASAN 8
Kesiapan dan Prospek Penerapan Traceability untuk Perikanan Udang di
PPS Cilacap 8
Perumusan Strategi untuk Mendukung Penerapan Traceability untuk
Perikanan Udang di PPS Cilacap 23
SIMPULAN DAN SARAN 29
Simpulan 29
Saran 29
DAFTAR PUSTAKA 30
RIWAYAT HIDUP 37
DAFTAR TABEL
1 Tujuan, data, teknik pengumpulan, dan analisis data 5
2 Penilaian bobot faktor-faktor strategi 6
3 Skala banding pada matriks berpasang 7
4 Model matriks analisis SWOT 8
5 Nilai kesenjangan penanganan udang di atas kapal 16
6 Nilai kesenjangan penanganan dan pengolahan udang beku berdasarkan
SNI 01-2705.3-2006 17
7 Manfaat data enumerasi bagi stakeholder 23
8 Matriks internal factor evaluation (IFE) 25
9 Matriks external factor evaluation (EFE) 26
10 Perumusan strategi untuk penerapan traceability di PPS Cilacap 27
DAFTAR GAMBAR
1 Peta lokasi penelitian 3
2 Proses penangkapan udang menggunakan trammel net di Cilacap 10
3 Peta daerah penangkapan udang di Perairan Cilacap 12
4 Grafik produksi udang penaeid di PPS Cilacap Tahun 2013-2017 13
5 Alur distribusi udang di PPS Cilacap 14
6 Grafik volume ekspor udang di PPS Cilacap tahun 2013-2017 15
7 Harga udang penaeid di PPS Cilacap tahun 2013-2017 15
8 Nilai tukar rupiah terhadap dollar 15
9 Status prospek penerapan traceability di PPS Cilacap 28
DAFTAR LAMPIRAN
1 Daerah penangkapan udang di Perairan Cilacap 34
2 Unit penangkapan udang di PPS Cilacap 35
3 Udang hasil tangkapan trammel net 36
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
METODE
Batasan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuisioner, data
literatur pendukung penelitian, dan data sekunder jumlah kapal trammel net. Alat
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu alat tulis, alat dokumentasi (kamera
digital), dan Software Microsoft Excel 2013 untuk mengolah data.
Analisis Data
1) Analisis deskriptif
Analisis deskriptif merupakan analisis yang digunakan untuk
mendeskripsikan hasil pengamatan sesuai dengan kenyataan yang dijumpai
langsung di lapangan mengenai sesuatu yang diteliti. Analisis deskriptif
digunakan untuk mendeskripsikan aspek-aspek fungsional, antara lain: kondisi
perikanan di PPS Cilacap, kondisi lingkungan di PPS cilacap (fasilitas pelabuhan
yang mendukung traceability), dan aplikasi traceability. Selain itu, analisis
deskriptif juga digunakan untuk menginterpretasikan hasil analisis data sehingga
memudahkan penulis dalam menarik kesimpulan.
menunjukan bahwa nilai penanganan dan pengolahan udang sesuai dengan standar
SNI. Menurut Ihsan (2017), kesenjangan dapat dihitung dengan rumus:
Kesenjangan (gap) = Y-X
Aturan Tercapai = (∑X ∕ ∑Y) x 100%
Keterangan:
X : Nilai standar penanganan saat ini
Y : Nilai standar penanganan yang dibutuhkan
dari bahan kayu dan fiber. Mesin yang digunakan memiliki kekuatan sebesar 30
PK untuk kapal kayu dan 15-18 PK untuk kapal fiber. Jumlah kapal trammel net
yang terdapat di PPS Cilacap sebanyak 110 buah. Berdasarkan Undang-undang
No.7 tahun 2016, nelayan yang melakukan penangkapan ikan untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari dan beroperasi tanpa atau dengan perahu nelayan dibawah
10 GT merupakan nelayan skala kecil. Kapal trammel net yang ada di PPS
Cilacap dapat dilihat pada Lampiran 2.
Satu kapal trammel net terdiri dari 3-5 nelayan, terdiri dari satu juru mudi
yang bertugas sebagai pengendali kapal (nahkoda) dan ABK sebagai pelaksana
teknis seperti pengoperasian alat tangkap. Berdasarkan data statistik di PPS
Cilacap pada tahun 2017, nelayan trammel net di PPS Cilacap sebanyak 9,78%
atau 550 nelayan dari total nelayan yang ada di PPS Cilacap. Sebagian besar
nelayan trammel net merupakan penduduk lokal yang tinggal di sekitar PPS
Cilacap. Tingkat pendidikan nelayan yang ada di PPS Cilacap sebagian besar
hanya lulusan Sekolah Dasar (SD). Nelayan di Cilacap merupakan pekerjaan
informal tanpa persyaratan. Pengetahuan nelayan mengenai unit penangkapan
udang masih minim. Selain itu, kebanyakan nelayan trammel net masih memiliki
keterkaitan dengan pengumpul (bakul) dalam penjualan hasil tangkapan.
500
Produksi (Ton)
400
300
200
100
0
2013 2014 2015 2016 2017
Tahun
Udang Tiger Udang Krosok Udang Jerbung
Udang Dogol Udang Barat
5) Distribusi udang
Pasar udang dalam negeri semakin meningkat setiap tahunnya. Hal ini
dikarenakan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya
14
protein ikan dan meningkatnya kemampuan serta gaya hidup masyarakat (Ashari
2016). Udang yang didaratkan di PPS Cilacap, oleh nelayan langsung dijual ke
pengumpul jika hasil tangkapan yang diperoleh sedikit. Jika hasil tangkapannya
banyak, maka udang akan dilelang di TPI. Pedagang eceran dan konsumen akhir
membeli udang dari pengumpul. Pelelangan di TPI akan masuk ke perusahaan
untuk diolah dan di ekspor. Jenis udang yang diekspor yaitu udang jerbung, udang
dogol, dan udang tiger. Udang tersebut diolah menjadi udang beku (frozen
shrimp) yang nantinya akan diekspor ke Jepang.
Distribusi udang di PPS Cilacap tergantung pada kualitas udang. Udang
yang memiliki kualitas yang bagus didistribusikan ke pasar ekspor. Sedangkan
udang yang memiliki kualitas kurang bagus dipasarkan ke konsumen lokal. Aliran
distribusi udang di PPS Cilacap dapat dilihat pada Gambar 5.
Pengumpul Konsumen
Pengecer
Nelayan
1600 14000000
1400 12000000
Volume (ton)
1200 10000000
1000 8000000
800
Nilai
600 6000000
400 4000000
200 2000000
0 0
2013 2014 2015 2016 2017
Tahun
Volume ekspor Nilai ekspor
Gambar 6 Grafik volume ekspor udang di PPS Cilacap tahun 2013-2017
300,00
Harga per ton (juta Rp)
250,00
200,00
150,00
100,00
50,00
-
2013 2014 2015 2016 2017
Tahun
udang barat udang dogol udang jerbung
udang krosok udang tiger
Gambar 7 Harga udang penaeid di PPS Cilacap tahun 2013-2017
Berdasarkan Gambar 7, harga udang penaeid di PPS Cilacap membentuk
grafik yang fluktuatif. Jenis udang yang memiliki harga tertinggi yaitu udang tiger.
Harga udang tiger mencapai Rp 213.640,00 /Kg, harga udang jerbung Rp
212.220,00 /Kg, dan harga udang dogol 28.430,00/Kg.
16000
15000
Nilai tukar (rupiah)
14000
13000
12000
11000
10000
2013 2014 2015 2016 2017 2018
Tahun
Gambar 8 Nilai tukar rupiah terhadap dollar
Berdasarkan Gambar 8, nilai tukar rupiah terhadap dollar dari tahun 2013-
2018 cenderung meningkat mencapai Rp 15.227,00 (Kemendag 2018). Faktor-
faktor yang mempengaruhi nilai tukar rupiah terhadap dollar yaitu tingkat suku
bunga deposito Indonesia, jumlah uang beredar Indonesia, dan PDB riil Indonesia
(Setyowati 2003). Menurut Muchlas et al. (2015), perubahan nilai tukar mata
16
uang dapat terjadi karena tingkat inflasi, suku bunga, jumlah uang yang beredar,
pendapatan nasional, posisi neraca pembayaran internasional Indonesia (BOP).
6) Penanganan udang hasil tangkapan
Udang merupakan salah satu bahan makanan yang mudah membusuk. Hal
ini dikarenakan adanya pembuluh darah dan kotoran di bagian kepala. Kecepatan
pembusukan udang setelah penangkapan sangat dipengaruhi oleh teknik
penangkapan, kondisi biologis udang, dan teknik penanganan dan penyimpanan di
atas kapal. Penanganan udang yang dilakukan dengan suhu tinggi dapat
menyebabkan terjadinya autolisis protein dan lemak yang sangat cepat, serta
timbul bercak hitam. Oleh karena itu, udang harus diberi penanganan yang baik
agar menghambat penurunan mutu pada udang tersebut. Cara penanganan yang
baik dan tepat akan menghasilkan produk yang berkualitas tinggi dan tidak mudah
rusak dan aman untuk dikonsumsi (Zulfikar 2016). Penanganan udang di atas
kapal menurut Astawan (2008) dapat dilihat pada Tabel 5.
Traceability Perikanan
1) Aplikasi traceability
Tujuan utama dari sistem traceability adalah mencatat dan
mendokumentasikan suatu produk (Sudibyo 2012). Sebuah produk perikanan
dinyatakan baik jika produk tersebut dapat dilacak asal-usulnya sejak mulai
penangkapan di laut sampai ke tangan konsumen. Pencatatan yang dilakukan
secara detail pada produk perikanan terhadap kegiatan-kegiatan yang menyangkut
produk, seperti cara penangkapan, daerah penangkapan ikan, aktivitas kapal dan
alat tangkap yang digunakan, penanganan hasil tangkapan yang dapat
mempengaruhi mutu ikan, transportasi, penyimpanan, dan distribusi dapat
mencegah terjadinya praktek IUU Fishing.
IUU Fishing merupakan masalah global yang menyebabkan hilangnya ikan
karena praktek penangkapan yang ilegal, tidak dilaporkan, atau diatur. Hal
tersebut dapat menyebabkan kerugian perekonomian suatu negara. Penangkapan
yang ilegal dan tidak dilaporkan mendapatkan hasil tangkapan yang lebih banyak
daripada penangkapan yang legal. Penangkapan ikan yang ilegal juga dapat
menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati yang dapat mengancam
kelestarian sumberdaya perikanan dan kelautan (Lewis dan Boyle 2017).
Negara-negara mulai mengembangkan dan menerapkan peraturan tentang
traceability yang lebih terperinci pada produk perikanan yang masuk ke negara
tersebut terkait praktek IUU Fishing. Uni Eropa memberlakukan ketentuan
penerapan catch certificate yang didasarkan pada Council Regulation (EC)
1005/2008 untuk membangun comunity untuk mencegah IUU Fishing. Sedangkan
pemerintah Amerika Serikat telah menetapkan ketentuan baru U.S. Seafood
traceability program yang mengulas impor produk perikanan yang sesuai dengan
persayaratan pelaporan dan pencatatan untuk mencegah IUU Fishing (KKP 2016).
Indonesia juga telah menerapkan peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
Republik Indonesia Nomor. PER 13/MEN/2012 tentang Sertifikat Hasil
Tangkapan Ikan (SHTI). Peraturan ini diterapkan untuk memenuhi persyaratan
ekspor produk perikanan ke Uni Eropa dan untuk mencegah, mengurangi, dan
memberantas IUU Fishing.
Berdasarkan peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia
Nomor PER.13/MEN/2012 pasal 5(1) menjelaskan bahwa SHTI diterbitkan untuk
hasil tangkapan ikan yang berasal dari kapal penangkap ikan dengan ukuran di
atas 20 GT. Pasal 10 menjelaskan bahwa syarat dan tata cara penerbitan SHTI
20
adalah nahkoda, pemilik kapal, atau yang ditunjuk oleh pemilik kapal untuk
mendapatkan SHTI-Lembar Awal, mengajukan permohonan kepada Otoritas
Kompeten Lokal dengan melampirkan persyaratan yaitu draft SHTI-Lembar Awal,
fotokopi identitas pemohon, fotokopi Surat Tanda Bukti Kedatangan Kapal,
fotokopi Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI), laporan hasil verifikasi pendaratan
ikan, dan Surat Keterangan Pendaratan Ikan (SKPI) bagi kapal penangkap ikan
yang mendaratkan ikan hasil tangkapan pada pelabuhan perikanan atau pelabuhan
umum yang tidak ditetapkan sebagai otoritas kompeten lokal. SKPI dapat
diterbitkan setelah dilakukan verifikasi terhadap: fotokopi identitas nahkoda,
pemilik kapal, atau yang ditunjuk oleh pemilik kapal, SIPI/surat pendaftaran kapal
bagi kapal yang dioperasikan oleh nelayan kecil, Logbook penangkapan ikan, dan
Surat Persetujuan Berlayar (SPB). Jika ada syarat yang belum terpenuhi maka
SHTI tidak bisa diterbitkan.
Perikanan udang di PPS Cilacap, merupakan perikanan skala kecil. Kapal
penangkap udang yang digunakan nelayan di PPS Cilacap sebesar >10 GT.
Pemerintah Indonesia memberlakukan UU No. 7 tahun 2016 tentang Perlindungan
dan Pemberdayaan Nelayan, Petani Ikan dan Petani Garam. Definisi nelayan skala
kecil menurut undang-undang ini yaitu nelayan yang melakukan penangkapan
ikan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan beroperasi tanpa atau dengan
perahu nelayan di bawah 10 GT. Pemberlakuan undang-undang tersebut bertujuan
untuk mensejahterakan rakyat, termasuk kebutuhan untuk melindungi dan
memberdayakan nelayan, pembudidaya ikan, dan petani garam dengan cara yang
terencana, terfokus, dan berkesinambungan. Perikanan skala kecil sering
dikeluarkan dari program pemantauan pemerintah. Perubahan definisi tersebut
telah meningkatkan jumlah kumulatif armada penangkapan ikan yang tidak diatur
di Indonesia pada tahun 2014 dari 917.115 GT menjadi 1.278.240 GT. Ini
bertentangan dengan kebijakan dan upaya Kementerian Kelautan dan Perikanan
saat ini untuk memberantas Illegal, Unreported, dan Unregulated (IUU) fishing
(Halim, et al.2018).
Peningkatan kualitas pencatatan data dan kebenaran dari data tersebut, dapat
digunakan untuk mendukung penerapan traceability terkait persyaratan ekspor
yang terbebas dari praktek IUU Fishing. Program enumerasi berguna untuk
mengumpulkan data bagi negara yang memiliki keterbatasan dalam hal akurasi
dan dapat digunakan sebagai persyaratan untuk memenuhi standar ekspor (Bush et
al. 2017). Selain itu, upaya pemerintah untuk mendata hasil tangkapan perikanan
skala kecil yang tidak didaratkan di PPS Cilacap dengan memasukan dalam
kerangka SHTI. SKPI adalah inisiatif pemerintah Indonesia untuk dimasukan
dalam skema SHTI sebagai bagian dari ketelusuran pendaratan ikan bagi ikan
yang di daratkan di luar pelabuhan perikanan yang telah ditunjuk sebagai otoritas
kompeten lokal/pemvalidasi SHTI, dikeluarkan Surat Keterangan Pendaratan Ikan.
Faktor Internal
Faktor Eksternal
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Aji IN, Wibowo BA, Asriyanto. 2013. Analisis faktor produksi hasil tangkapan
alat tangkap cantrang di Pangkalan Pendaratan Ikan Bulu Kabupaten Tuban.
Fisheries Resources Utilization Management and Technology. 2(4): 50-58.
Aristiyani R. 2017. Analisis daya saing udang Indonesia di pasar internasional
[skripsi]. Bandar Lampung (ID): Universitas Lampung.
Asensio L, Gonzalez I, Gracia T, Martin R. 2008. Determination of food
authenticity by enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA). Food
Control. 19(2008): 1-8.
Ashari U, Sahara, Hartoyo S. 2016. Daya saing udang segar dan udang beku
Indonesia di negara tujuan ekspor utama. Jurnal Manajemen dan Agribisnis.
13(1): 1-13.
Ashari U. 2016. Integrasi pasar dan daya saing udang Indonesia di pasar
internasional [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Astawan M. 2008. Penanganan dan Pengolahan Hasil Perikanan. Tangerang
Selatan (ID): Universitas Terbuka.
Bailey M, Bush SR, Miller A, Kochen M. 2016. The role of traceability in
transforming seafood governance in the global South. Current Opinion in
Environmental Sustainability. 18:25-32.
Baroqi R. 2016. Spot tracer as a verification tool for fishing ground data. MDPI
[Internet]. [diunduh 2018 Nov 27]. Tersedia pada: http://mdpi.or.id/spot-
tracer-as-a-verification-tool-for-fishing-ground-data/
Bush SR, Bailey M, Zwieten P, Kochen M, Wiryawan B, Doddema A,
Mangunsong SC. 2017. Private provision of public information in tuna
fisheries. Marine Policy. 77(2017): 130-135.
Doddema M, Spaargaren G, Wiryawan B, Simon RB. 2018. Fisher responses to
private monitoring interventions in an Indonesian tuna handline fishery.
Fisheries Research. 208(2018):49-57.
Fachrussyah ZC. 2017. Dasar-Dasar Penangkapan Ikan. Gorontalo (ID):
Universitas Negeri Gorontalo Press.
Faiqoh U. 2012. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor udang Jawa
Tengah tahun 1985-2010. Economics Development Analysis Journal.
1(2):1-8.
Furqon MN. 2017. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil tangkapan pada alat
tangkap jaring milinium di unit Pengelola Pelabuhan Perikanan (PPP)
Lekok Kabupaten Pasuruan Jawa Timur [tesis]. Malang (ID): Universitas
Brawijaya.
Garcia S, Reste LL. 1981. Life Cycles, Dynamic, Exploitation and Management of
Coastal Penaeid Shrimp Stocks. Rome (IT): FAO Fish Technical Papers
(203). 215 p.
Halim, A, Wiryawan B, Lorenagan NR, Hordyk A, Sondita M, White AT,
Koeshendrajana S, Ruchimat T, Pomeroy RS, Yuni C. 2018. Developing a
funcitonal definition of small-scale fisheries in support of marine capture
fisheries management in Indonesia. Marine Policy (in prep).
Hizbulloh L. 2017. Internal traceability system for small and medium sized tuna
processor: tally-o. MDPI [Internet]. [diunduh 2018 Nov 27]. Tersedia pada:
31
http://mdpi.or.id/internal-traceability-system-for-small-and-medium-sized-
tuna-processor-tally-o/
Hosch G, Blaha F. 2017. Seafood traceability for fisheries compliance: country-
level support for catch documentation schemes. FAO Fisheries and
Aquaculture Technical Paper. 619.
Ihsan MK. 2017. Kebutuhan kompetensi nelayan kapal rawai tuna yang berbasis
di Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap Jawa Tengah [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2016. SHTI jadi ‘pagar’ hasil laut
Indonesia. [Internet]. [diunduh 2018 Jul 24]. Tersedia pada:
http://www.djpt.kkp.go.id/read/shti-jadi-pagar-hasil-laut-indonesia
[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2017. Produktivitas perikanan
Indonesia [Internet]. [diunduh 2018 Okt 3]. Tersedia pada:
https://kkp.go.id/wp-content/uploads/2018/01/KKP-Dirjen-PDSPKP-FMB-
Kominfo-19-Januari-2018.pdf
Lewis SG, Boyle M. 2017. The expanding role of traceability in seafood: tools
and key initiatives. Jurnal of food science. 82: 13-21.
Martasuganda S. 2008. Jaring Insang (Gill net). Bogor (ID): IPB Press.
Madduppa H, Zairion, Nurani S, Nugroho K, Nugraha BA. 2016. Setting up
traceability tools for the Indonesian blue swimming crab fishery: A case
study in Southeast Sulawesi. Fisheries and Aquaculture in the Modern
World. 7:143-157.
[MDPI] Yayasan Masyarakat dan Perikanan Indonesia. 2015. Laporan Tahunan
MDPI 2015 [Internet]. [diunduh 2018 Nov 12]. Tersedia pada:
http://mdpi.or.id/images/pdf_list/annualreport/MDPI_Annual_Report_2015
_INDONESIAN_ONLINE.pdf
Muchlas Z, Alamsyah AR. 2015. Faktor-faktor yang mempengaruhi kurs rupiah
terhadap dolar Amerika pasca krisis (2000-2010). Jurnal JIBEKA. 9(1):76-
86.
Nasution R. 2003. Teknik Sampling. Sumatera(ID): USU Digital Library.
Ngingi LN, Odiyo W. 2017. The influence of strategy implementation on the
performance of micro enterprises in Ruiru sub county, Kiambu county,
Kenya. Management and Sustainability. 6(1):1-7.
Nontji A. 1987. Laut Nusantara. Jakarta (ID): Djembatan.
Nugraha A. 2018. Adaptasi nelayan trammel net di Pelabuhan Perikanan
Samudera Cilacap terhadap perubahan musim [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Pramono YE, Fathoni M, Marpaung H, Wiropurnomo H, Hanifah T, Robiyanto S,
Aida N. 2015. Pedoman Ekspor Perikanan ke Negara Mitra (Belanda,
Thailand dan Jepang). Jakarta (ID): KKP.
Prianto T. 2018. Perikanan tuna handline skala kecil dan persepsi nelayan
terhadap penerapan program fair trade di Parigi, Maluku Tengah [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Rangkuti F. 2006. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta (ID):
PT Gramedia Pustaka Utama.
Ringsberg H. 2014. Prespectives on food traceability: a systematic literature
review. Supply Chain Management. 19: 558-576.
32
LAMPIRAN
34
Kapal kayu trammel net yang ada di Kapal fiber trammel net yang ada di
PPS Cilacap PPS Cilacap
RIWAYAT HIDUP