Anda di halaman 1dari 33

PROPOSAL PENELITIAN

EFEKTIVITAS PEMBANGUNAN SENTRA KELAUTAN DAN


PERIKANAN TERPADU NATUNA

MUHAMMAD ARIFNUR

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP


DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2020
EFEKTIVITAS PEMBANGUNAN SENTRA KELAUTAN DAN
PERIKANAN TERPADU NATUNA

MUHAMMAD ARIFNUR

Usulan Penelitian

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Melaksanakan Penelitian Sarjana


Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap
Pada
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP


DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2020
Judul Penelitian : Efektivitas Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan
Terpadu Natuna
Nama : Muhammad Arifnur
NIM : C44160024
Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Tri Wiji Nurani MSi Dr Iin Solihin SPi MSi


Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Mochammad Riyanto SPi MSi


Ketua Program Studi

Tanggal Disetujui:
v

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala yang
telah memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga usulan proposal yang
berjudul “Efektivitas Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu
Natuna” berhasil diselesaikan. Usulan proposal ini disusun sebagai salah satu syarat
untuk melakukan penelitian pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.
Terimakasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Tri Wiji Nurani MSi dan Dr
Iin Solihin SPi MSi selaku pembimbing serta semua pihak yang membantu dan
memberikan saran dan koreksi sehingga usulan penelitian ini dapat diselesaikan.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2020

Muhammad Arifnur
Nim.C44160024
vi

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii


DAFTAR GAMBAR vii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Penelitian Terdahulu 2
Tujuan Penelitian 4
Manfaat Penelitian 4
TINJAUAN PUSTAKA 4
SKPT Natuna 4
Efektivitas 5
Fasilitas Pelabuhan Perikanan 5
Kegiatan Operasional Pelabuhan Perikanan 7
METODE 8
Waktu dan Tempat Penelitian 8
Peralatan Penelitian 8
Metode Penelitian 9
Metode Pengumpulan Data 9
Analisis Data 10
RENCANA DAN ANGGARAN PENELITIAN 17
DAFTAR PUSTAKA 20
vii

DAFTAR TABEL

1 Peralatan yang digunakan dalam penelitian 8


2 Jenis data berdasarkan tujuan 9
3 Parameter dan subparameter pengukuran 12
kinerja aktivitas SKPT Natuna
4 Bobot masing-masing parameter dan subparameter 13
5 Rumus menghitung nilai keberhasilan 13
6 Kriteria skala tingkat 5 pada kuisioner kepuasan nelayan 15
7 Penetuan skor untuk nilai keberhasilan 15
8 Perhitungan aktivitas Kinerja SKPT Natuna 15
9 Penilaian skor aktivitas kinerja 16
10 Matriks analisis SWOT 18
11 Rencana penelitian 18
12 Rincian anggaran biaya 19

DAFTAR GAMBAR

1 Peta lokasi penelitian 8


1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembagunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu atau SKPT adalah salah
satu program prioritas Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kelautan dan
Perikanan yang difokuskan di Pulau-Pulau Kecil Terluar (PPKT) dan/atau Kawasan
Perbatasan sebagai roda penggerak utama dalam mengintegrasikan sektor kelautan
dan perikanan di hulu dan hilir serta kelembagaan dalam suatu proses pembagunan
kelautan dan perikanan. Pembangunan SKPT bertujuan untuk membangun dan
menintegrasikan proses bisnis kelautan dan perikanan berbasis masyarakat melalui
optimalisasi pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan di pulau-pulau kecil
dan/atau Kawasan Perbatasan secara berkelanjutan (Permen - KP No. 48 Tahun
2015). Program SKPT nantinya akan meningkatkan konetivitas dan aksesibilitas
dalam pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan dengan pasar (KKP 2018).
Pelaksanaan SKPT merupakan implementasi dari Instruksi Presiden Nomor
7 Tahun 2016 tentang “Percepatan Pembagunan Industri Perikanan Nasional” yang
ditujukan kepada seluruh kementerian terkait untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat baik nelayan, pembudidaya, pengolah maupun pemasar hasil perikanan,
meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan meningkatkan devisa negara.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia No. 51
Tahun 2016 terdapat 20 lokasi strategis pembangunan SKPT di Pulau-Pulau Kecil
Terluar (PPKT) dan/atau Kawasan Perbatasan menetapkan Natuna yang terletak di
Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau menjadi salah satu lokasi strategis
sebagai prioritas yang potensial bagi percepatan pengembangan sektor industri
perikanan dan posisi kedaulatan perbatasan melalui skema pembangunan Sentra
Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT).
Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu Natuna difokuskan pada
pembangunan Pelabuhan Perikanan (PP) di Selat Lampa, Kabupaten Natuna,
Kepulauan Riau. Pembangunan SKPT Natuna dilakukan selama periode 2015
sampai 2019 di atas lahan seluas 5,8 hektar. Area seluas 3 hektar didapatkan melalui
reklamasi, sedangkan 2,8 hektar sisanya memanfaatkan area daratan yang sudah
ada. Alokasi dana untuk penyediaan sarana dan prasarana di Pelabuhan Perikanan
Selat Lampa mencapai Rp 221,7 miliar meliputi fasilitas pokok, fasilitas fungsional
dan fasilitas penunjang untuk mengintegrasikan berbagai kegiatan kelautan dan
perikanan dari pendaratan hasil kelautan dan perikanan, pengolahan, hingga
pemasaran (Kemaritiman dan Investasi 2019 ).
Keberadaan Pelabuhan Perikanan Natuna di Selat Lampa, sangat penting
dalam pengembangan perikanan di Kabupaten Natuna yang memiliki potensi yang
sangat besar dengan produksi perikanan laut yang meningkat dari 65.180,34 ton
menjadi 86.141,74 ton pada 2017 (BPS Kab. Natuna 2018). Adanya potensi
perikanan tangkap tersebut menjadikan pelabuhan perikanan sangat penting dan
berperan: sebagai sentra bisnis perikanan Kabupaten Natuna, meningkatkan daya
saing dan memperkuat efisiensi perdagangan ikan hasil tangkapan ikan dari WPP
711 perairan Laut Natuna (Zulham et al. 2017).
Menurut Lubis (2006) bahwa untuk menunjang peningkatan produksi
perikanan laut, maka tersedianya prasarana “Pelabuhan Perikanan” memiliki arti
2

yang sangat penting sebagai pusat pengembangan ekonomi perikanan yang ditinjau
dari aspek produksi, pengolahan dan pemasaran baik berskala lokal, nasional
maupun internasional. Dengan pengelolaan pelabuhan perikanan yang baik, maka
kelancaran aktivitas operasi penangkapan, pengolahan maupun pemasarannya
menjadi lebih terjamin. Kinerja aktivitas di Pelabuhan Perikanan meliputi kegiatan
pendaratan ikan; penanganan hasil tangkapan, pengolahan dan pemasaran ikan;
serta menyediakan perbekalan untuk melaut (Widiastuti 2010).
Efektivitas suatu pelabuhan perikanan dipengaruhi oleh pengelolaan kinerja
yang baik dan penggunaan fasilitas yang sesuai fungsi dan kapasitasnya (Wibowo
et al. 2019). Hal ini berkaitan dengan seberapa besar ketercapaian yang didapatkan
pelabuhan perikanan berdasarkan tujuan yang telah di tetapkan sejak awal
pembagunan pelabuhan perikanan atau dalam hal ini tujuan pembangunan SKPT
Natuna. Tujuan pembagunan suatu pelabuhan perikanan dikatakan berhasil apabila
pengelolaan kinerja di suatu pelabuhan dapat berjalan dengan baik. Salah satu
kriteria keberhasilan tersebut yaitu adanya kerjasama yang terorganisir antara
pelaku industri (stakeholder), organisasi dan lembaga-lembaga yang berperan
didalamnya (Riyandi 2015).
Namun pada kenyataannya saat ini momentum tersebut belum dimanfaatkan
dengan baik, karena kemampuan dan fungsi entitas bisnis yang ada di Natuna belum
dipetakan dengan baik (Zulham 2018). Fungsi dan peranan dari pelabuhan
perikanan merupakan pengembangan dari tujuan awal pembangunan pelabuhan
perikanan dimana tujuan tersebut dibuat atau dirancang agar pembangunan
pelabuhan perikanan memiliki arah yang jelas dalam menjalankan fungsi dan
peranannya. Untuk mengetahui sejauh mana SKPT Natuna menjalankan fungsi dan
peranannya sehingga tujuan awal tercapai, maka perlu dilakukan pengukuran
mengenai fasilitas pelabuhan dan kinerja aktivitas pelaku industri di SKPT Natuna,
yaitu industri penangkapan, pengolahan dan pemasaran. Melalui pengukuran
tersebut, maka akan dapat diketahui sebatas mana atau sejauh mana pencapaian
SKPT Natuna dalam jangka waktu tertentu guna menuju kepada tujuan utama yang
telah dirancang. Kinerja yang perlu diperhatikan dalam hal ini adalah kinerja
aktivitas operasional dari pelabuhan perikanan tersebut (Gigentika 2010).
Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data primer dan sekunder serta
dilakukan wawancara kepada pihak-pihak terkait. Analisis data dilakukan dengan
mendeskripsikan dan menilai langsung untuk mengetahui fasilitas dan kapasitas
operasional di SKPT Natuna dan aktivitas operasional SKPT Natuna melalui
metode deskriptif kualitatif, metode skoring (scoring method) dan dirumuskan
strategi peningkatan efektivitas pembangunan dengan metode SWOT.

Penelitian Terdahulu

Gigentika (2010) dalam penelitiannya tentang kinerja operasional PPP


Labuhan Lombok menggunakan metode skoring (scoring method). Hasil yang
didapatkan adalah kinerja operasional PPP Labuhan Lombok pada tahun 2010
cukup baik dengan nilai keberhasilan jumlah produksi ikan sebesar 63,79%, jumlah
kunjungan kapal sebesar 43,33%, penyediaan perbekalan melaut sebesar 57,98%,
pemasaran secara lokal sebesar 36,75%, pemasaran ke luar kota sebesar 63,25%,
dan rata-rata kepuasan nelayan responden sebesar 78,48%. Saran dari penelitian
3

tersebut adalah adanya peningkatan penyaluran perbekalan melaut dan


memperhatikan fasilitas perbaikan yang ada di pelabuhan.
Khaerunnisa (2017) dalam penelitiannya tentang Efektivitas Pengelolaan
Pelabuhan Perikanan Pantai Labuhan Lombok Kabupaten Lombok Timur. Analisis
yang digunakan adalah metode skoring (scoring method) dan merumuskan strategi
dengan metode SWOT dan metode USG (urgency, seriousness, growth) sebagai
cara menentukan prioritas strategi. Hasil penelitian adalah tingkat efektivitas
pengelolan PPP Labuhan Lombok tergolong efektif. Strategi peningkatan
efektivitas pengelolaan dapat dilakukan dengan penambahan jumlah SDM dalam
bidang penyuluhan dan pelayanan aktivitas dalam menunjang kegiatan revitalisasi
perikanan tuna, optimalisasi penggunaan lahan untuk meningkatkan ruang investasi
di pelabuhan, peningkatan publikasi potensi pelabuhan untuk menarik investor
dalam penanaman modal di pelabuhan, penyediaan informasi daerah penangkapan
dan pemasaran ikan, serta perbaikan fasilitas yang rusak untuk menunjang kegiatan
ekspor langsung dari pelabuhan.
Zulham (2018) melakukan penelitian dengan judul Penilaian Sosial dalam
Membangun Entitas Bisnis Perikanan Pada SKPT Selat Lampa, Natuna. Informasi
diperoleh melalui Focus Group Discussion (FGD) di Ranai. Hasil penelitian
tersebut menyatakan bahwa pembangunan SKPT Selat Lampa di Natuna belum
termanfaatkan dengan baik, karena kemampuan dan fungsi entitas bisnis yang ada
di Natuna kapasitasnya belum dipetakan dengan baik. Sehingga perlu rekomendasi
pedagang besar pada jaringan bisnis ikan di Natuna harus diintegrasikan dalam
entitas bisnis usaha patungan, sebagai wadah pedangang tersebut berperan di SKPT
Selat Lampa.
Nurani et al. (2017) melakukan penelitian tentang Analisis Ekonomi Value
Chain untuk Mendukung Percepatan Pembangunan Industri Perikanan Nasional:
Studi Kawasan Natuna, Bitung dan Mimika. Analisis data yang digunakan adalah
analisis situasi, analisis dampak ekonomi dan analisis value chain. Hasil penelitian
yang didapatkan adalah idenfitikasi beberapa permasalahan pada industri perikanan
di Natuna, diantaranya yaitu usaha penangkapan ikan masih skala kecil, usaha
pengolahan ikan umumnya masih skala rumah tangga dan terbatas pada olahan
tradisional, tempat pendaratan ikan tersebar di beberapa lokasi sehingga sulit untuk
pemusatan pemasaran, terbatasnya ketersediaan es untuk melaut, rendahnya
pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh nelayan, terbatasnya kapasitas
tenaga kerja di industri pengolahan ikan, mahalnya biaya pengemasan, terbatasnya
aksesibilitas untuk pemasaran; rendahnya koordinasi pemerintah dan antar lembaga,
serta belum adanya komunikasi yang baik antara pemerintah pusat dengan
pemerintah daerah mengenai keberadaan SKPT.

Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan fasilitas dan kapasitas operasional di SKPT Natuna


2. Menilai kinerja aktivitas operasional di SKPT Natuna
3. Menyusun strategi untuk peningkatan aktivitas operasional SKPT Natuna
4

Manfaat Penelitian

Memberikan informasi kepada pihak pengelola SKPT Natuna, terkait


strategi yang dapat diterapkan dalam kebijakan peningkatan efektivitas
pembangunan SKPT Natuna.

TINJAUAN PUSTAKA

SKPT Natuna

SKPT Natuna memiliki beberapa fasilitas pokok dan fungsional untuk


mengintegrasikan berbagai kegiatan kelautan dan perikanan. Mulai dari fasilitas
pendaratan hasil kelautan dan perikanan, pengolahan, hingga pemasaran. Fasilitas
pokok dari SKPT Natuna ini antara lain dermaga berukuran 8 x 100 meter untuk
tempat bersandar kapal di bawah 30 gross ton (GT): dermaga berkuran 8 x 120
meter untuk tempat bersandar kapal di atas 30 GT; causeway (jalan lintas ke
dermaga); jalan kawasan; sistem drainase; dan trotoar. Selain itu, sebagai fasilitas
fungsional dibangun Kantor Pengelola Pelabuhan; Tempat Pemasaran Ikan (TPI);
Integrated Cold Storage (ICS) berkapasitas 200 ton; Kios Bahan Bakar Minyak
(BBM) berkapasitas 12 KL; Pengolahan air bersih Backrish Water Reserve
Osomosis (BRWO) berkapasitas 250 ton; Tempat Perbaikan Jaring; dan Kios
Perbekalan Melaut. Untuk mendukung kegiatan masyarakat di sekitar SKPT
Natuna, dibangun pula empat unit kios perbekalan nelayan; satu unit pos jaga; dua
unit toilet umum; satu unit masjid; dan enam unit rumah pegawai. Selain itu, sarana
akomodasi dan operasional berupa truk sampah, truk tangki air bersih, truk mini
crane, kendaraan roda dua, dan keandaraan roda empat juga disediakan
(Kemaritiman dan Investasi 2019).
SKPT Natuna termasuk klasifikasi PPP (Pelabuhan Perikanan Pantai).
Kriteria teknis untuk PPP (Pelabuhan Perikanan Pantai) berdasarkan Peraturan
Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER. 08/MEN/2012 tentang kepelabuhan
perikanan, yaitu:
a. Mampu melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di
perairan Indonesia;
b. Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang-
kurangnya 10 GT;
c. Panjang dermaga sekurang-kurangnya 100 m, dengan kedalaman kolam
sekurang-kurangnya minus 2m;
d. Mampu menampung kapal sekurang-kurangnya 30 unit atau jumlah
keseluruhan sekurang-kurangnya 300 GT kapal perikanan sekaligus.
e. Memanfaatkan dan mengelola lahan sekurang-kurangnya 5 ha
f. Terdapat aktivitas bongkar muat ikan dan pemasaran hasil perikanan rata-rata 5
ton per hari; dan
g. Terdapat industri pengolahan ikan dan industri penunjang lainnya.
5

Efektivitas

Efektivitas berasal dari kata efektif yang mengandung pengertian selalu


berkaitan dengan hubungan antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang
sesungguhnya dicapai. Efektivitas memiliki arti berhasil atau tepat guna. Efektif
merupakan kata dasar, sementara kata sifat dari efektif adalah efektivitas.
Efektivitas berfokus pada akibatnya, pengaruhnya atau efeknya. Efektivitas secara
singkat mengandung pengertian melakukan atau mengerjakan sesuatu tepat pada
sasaran (doing the right things). Tingkat efektivitas itu sendiri dapat ditentukan oleh
terintegrasinya sasaran dan tujuan serta kegiatan yang terjadi di sebuah pelabuhan
perikanan secara menyeluruh (Mingkid et al. 2017).
Fasilitas Pelabuhan Perikanan

Pelabuhan perikanan harus dilengkapi oleh berbagai fasilitas agar dapat


menjalankan fungsinya dengan baik. Menurut Lubis (2006), fasilitas yang terdapat
pada pelabuhan perikanan terdiri dari tiga jenis yaitu fasilitas pokok, fasilitas
fungsional dan fasilitas tambahan/penunjang:
1. Fasilitas Pokok
Fasilitas pokok adalah fasilitas dasar atau pokok yang dibutuhkan dalam
kegiatan di suatu pelabuhan perikanan. Fasilitas pokok di pelabuhan perikanan
antara lain (Lubis 2006):
a. Dermaga
Dermaga adalah suatu bangunan kelautan yang berfungsi sebagai tempat
labuh dan tambatnya kapal ikan, bongkar muat hasil tangkapan ikan dan
mengisi bahan perbekalan untuk keperluan operasi penangkapan ikan di laut.
b. Kolam Pelabuhan
Kolam pelabuhan adalah daerah perairan pelabuhan untuk masuknya kapal
ikan yang akan bersandar di dermaga.
c. Alat Bantu Navigasi
Alat bantu navigasi adalah alat yang berfungsi:
- Memberikan peringatan atau tanda-tanda terhadap bahaya yang
tersembunyi misalnya batu karang di suatu perairan;
- Memberikan petunjuk/bimbingan agar kapal dapat berlayar dengan aman
di sepanjang pantai, sungai dan perairan lainnya;
- Memberikan petunjuk dan bimbingan pada waktu kapal akan keluar
masuk pelabuhan atau ketika kapal akan merapat dan membuang
jangkar.
d. Breakwater atau Pemecah Gelombang
Breakwater suatu struktur bangunan kelautan yang berfungsi khusus untuk
melindungi pantai atau daerah sekitar pantai terhadap pengaruh gelombang
laut dan abrasi.
2. Fasilitas Fungsional
Fasilitas fungsional dikatakan juga suprastruktur adalah fasilitas yang
berfungsi untuk meningkatkan nilai guna dari fasilitas pokok sehingga dapat
menunjang aktivitas di pelabuhan. Fasilitas-fasilitas ini tidak harus ada di
pelabuhan perikanan namun fasilitas ini disediakan sesuai dengan kebutuhan
operasional pelabuhan perikanan tersebut. Fasilitas fungsional dikelompokkan
menjadi (Lubis 2006):
6

a. Penanganan hasil tangkapan dan pemasaran, yaitu:


- Tempat pelelangan ikan (TPI), berfungsi untuk melelang ikan, guna
terjadi pertemuan antara penjual (nelayan atau pemilik kapal) dengan
pembeli (pedagang atau agen perusahaan perikanan);
- Fasilitas untuk pemeliharaan dan pengolahan hasil tangkapan ikan,
seperti gedung pengolahan, tempat penjemuran ikan dan lain-lain;
- Pabrik dan gudang es, dipergunakan untuk mempertahankan mutu ikan
pada saat operasi penangkapan dan pengangkutan ke pasar atau pabrik;
- Gudang produksi es, diperlukan apabila produksi kemungkinan tidak
terserap pasar secara keseluruhan, pabrik es jauh dari dermaga
perbekalan (out fitting) atau kemungkinan mendatangkan es dari luar;
- Refrigerasi/fasilitas pendinginan untuk mempertahankan mutu ikan,
seperti cool room, cold storage;
- Gedung-gedung pemasaran, dimana tempat ini biasanya dilengkapi
dengan fasilitas-fasilitas seperti alat sortir, timbangan, pengepakan dan
lain-lain.
b. Fasilitas pemeliharaan dan perbaikan armada dan alat penangkap ikan,
yaitu:
- Lapangan perbaikan alat penangkapan ikan;
- Ruangan untuk mesin;
- Tempat penjemuran alat penangkap ikan;
- Bengkel: fasilitas untuk memperbaiki mesin kapal;
- Slipway: tempat untuk memperbaiki bagian lunas kapal;
- Gudang jaring: tempat untuk penyimpanan jaring;
- Vessel lift: fasilitas untuk mengangkat kapal dari kolam pelabuhan ke
lapangan perbaikan kapal.
c. Fasilitas perbekalan: tangki dan instalasi air minum, tangki bahan bakar.
d. Fasilitas komunikasi: stasiun jaringan telepon, radio SSB.
3. Fasilitas Penunjang
Fasilitas penunjang adalah fasilitas yang secara tidak langsung dapat
meningkatkan peranan pelabuhan atau para pelaku mendapatkan kenyamanan
melakukan aktivitas di pelabuhan. Fasilitas ini berupa (Lubis 2006):
- Fasilitas kesejahteraan antara lain MCK, poliklinik, mess, kantin, musholla;
- Fasilitas administrasi meliputi kantor pengelola pelabuhan, ruang operator,
kantor syahbandar, kantor beacukai dan lainnya.

Kegiatan Operasional Pelabuhan Perikanan

Menurut Direktorat Jenderal Perikanan (1994), terdapat beberapa kegiatan


operasional yang berlangsung di pelabuhan perikanan. Kegiatan operasional
tersebut antara lain:
a. Pendaratan Ikan
Aktivitas pendaratan ikan di sebuah pelabuhan perikanan terdiri dari
pembongkaran, penyortiran dan pengangkutan hasil tangkapan ikan ke TPI
(Tempat Pelelangan Ikan). Pendaratan ikan di Pelabuhan Perikanan berasal
dari kapal penangkap ikan yang berasal dari penangkapan di laut, hanya
sebagian kecil ikan yang berasal dari pangkalan pendaratan ikan atau
7

pelabuhan dibawa ke pelabuhan itu dengan menggunakan sarana transportasi


darat.
b. Penanganan Ikan
Sesuai dengan salah satu fungsi pelabuhan perikanan yaitu sebagai tempat
pembinaan dan pengawasan mutu hasil perikanan. Penanganan ikan segar di
pelabuhan perikanan dilakukan dengan metode rantai dingin yang dapat
dilakukan dengan menggunakan media es yang bertujuan untuk
mempertahankan kesegaran dan mutu ikan sehingga waktu pemasaran dan
pendistribusian menjadi tahan lebih lama.
c. Pengolahan Ikan
Aktivitas yang dilakukan dengan cara mengolah ikan hasil tangkapan untuk
menjadi bentuk produk yang lain atau biasanya dilakukan pada saat musim ikan
untuk menampung produksi perikanan yang tidak habis terjual dalam bentuk
segar.
d. Pemasaran
Salah satu tindakan atau keputusan yang berhubungan dengan pergerakan
barang dan jasa dari produsen sampai konsumen. Tujuan pemasaran ikan yang
didaratkan di pelabuhan perikanan bersifat lokal, nasional, dan ekspor.
e. Penyaluran Perbekalan
Penjualan atau pengisian perbekalan yang berkaitan dengan fasilitas pelabuhan
perikanan saat ini adalah penjualan es, air bersih, penyaluran BBM dan suku
cadang. Pelayanan perbekalan umumnya diadakan oleh pihak UPT pelabuhan,
KUD, koperasi pegawai dan pihak swasta.

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Januari 2020 yang bertempat di


Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu Natuna di Selat Lampa, Kabupaten Natuna,
Provinsi Kepulauan Riau. Berikut adalah peta lokasi penelitian yang dapat dilihat
pada Gambar 1
8

Gambar 1 Peta lokasi penelitian

Peralatan Penelitian

Peralatan yang digunakan dalam penelitian disajikan pada Tabel 1.


Tabel 1 Peralatan yang digunakan dalam penelitian
No Alat Kegunaan
1 Kuesioner Daftar pertanyaan yang dibutuhkan dalam pengumpulan
data penelitian
2 Alat tulis Mencatat hal-hal penting saat proses wawancara dengan
responden
3 Alat perekam Merekam setiap proses wawancara dengan responden
4 Kamera digital Mendokumentasikan setiap kegiatan pengambilan data
penelitian
5 Software IBM SPSS Aplikasi pengolahan data hasil wawancara yang akan
ditampilkan berbentuk table atau persentase
6 Microsoft Office 2019, Pengola data, penyajian dan penyusun laporan
Microsoft Excel 2019
7 Flashdisk dan Harddisk Penyimpanan data

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode


penelitian survei. Menurut Singarimbun dan Effendi (1995), penelitian survei
adalah penelitian dengan mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan
kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok. Metode survei juga dilakukan
sebagai evaluasi dan perbandingan-perbandingan terhadap hal-hal yang telah
dikerjakan orang dalam menangani situasi atau masalah yang serupa dan hasilnya
dapat digunakan dalam pembuatan rencana dan pengambilan keputusan di masa
mendatang (Nazir 1988). Data yang digunakan untuk keperluan penelitian ini
mencakup data primer dan data sekunder.
9

Pengambilan data primer dilakukan melalui pengamatan langsung dilapangan


(observasi dan survei), wawancara kepada responden dan pengisian kuesioner
dengan stakeholder di SKPT Natuna sehingga dapat dilakukan analisis untuk
mengetahui tingkat efektivitas pembangunan SKPT tersebut. Data sekunder di
peroleh dari instansi-instansi terkait, studi pustaka dan dari berbagai sumber data
yang diperoleh melalui internet. Aspek yang diteliti dalam melakukan penilaian
tingkat efektivitas yang berkaitan dengan pembangunan SKPT Natuna adalah
penggunaan fasilitas dan kapasitas operasional di SKPT Natuna dan aktivitas
operasional SKPT Natuna.

Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan secara langsung,


pengisian kuesioner dan wawancara. Pengambilan data primer dilakukan dengan
wawancara terhadap responden yang berpedoman pada kuesioner yang telah
disiapkan. Penentuan jumlah responden dalam penelitian ini dilakukan secara
purposive sampling. Menurut Narbuko dan Achmadi (2013) metode purposive
sampling merupakan teknik pengambilan sampel berdasarkan kesamaan sifat-sifat
dan ciri-ciri dengan populasi. Sehingga sampel tersebut dapat mewakili tujuan
penelitian yang dilakukan. Responden dalam penelitian ini terdiri dari nelayan
penangkap ikan, pengusaha pengolahan, pedagang pemasaran, petugas SKPT dan
pengusaha yang melakukan aktivitas di wilayah SKPT Natuna.
Table 2 Jenis data berdasarkan tujuan
Tujuan penelitian Data dibutuhkan Pengumpulan Sumber data Analisis data
data

Mendeskripsikan Penyediaan Primer dan Pengelola Analisis


fasilitas dan fasilitas pokok, sekunder SKPT Natuna, deskriptif
kapasitas fungsional dan nelayan,
penunjang yang pengusaha dan
operasional di SKPT
ada di SKPT pedagang
Natuna Natuna
Menilai kinerja • Kegiatan Primer dan Pengelola Analisis
aktivitas operasional operasional sekunder SKPT Natuna, deskriptif dan
di SKPT Natuna SKPT Natuna nelayan, Metode skoring
• Data pengusaha dan (scoring
kunjungan pedagang menthod)
kapal
• Data produksi
ikan hasil
tangkapan
yang di
daratkan
(ton/bulan)
• Nilai produksi
hasil tangkapan
• Penyediaan
perbekalan
BBM dan air
bersih
(liter/bulan)
10

Lanjutan 2 Jenis data berdasarkan tujuan


• serta es
(kg/bulan)
• Keberadaan
pelelangan,
pengolahan
dan pemasaran
ikan
• Fasilitas yang
digunakan
dalam aktivitas
operasional
Menyusun strategi Faktor internal Primer dan Pengelola SWOT
untuk peningkatan (kekuatan dan Sekunder SKPT Natuna,
aktivitas operasional kelemahan) dan nelayan,
SKPT Natuna faktor eksternal pengusaha dan
(peluang dan pedagang
ancaman)

Analisis Data

Penelitian yang dilakukan terdiri dari tiga analisis yaitu analisis deskriptif
untuk fasilitas, kapasitas dan kegiatan operasional di SKPT Natuna, scoring method
dengan pemberian bobot nilai pada setiap pertanyaan mengenai parameter dan sub
parameter penilaian tingkat efektivitas pengelolaan SKPT Natuna, serta analisis
SWOT untuk menciptakan strategi operasional SKPT Natuna.

Fasilitas dan kapasitas operasional di SKPT Natuna


Pengamatan langsung dilakukann terhadap fasilitas-fasilitas dan kapasitas
operasional di SKPT Natuna serta kondisi terkininya. Metode analisis yang
digunakan adalah analisis deskriptif yang dilakukan dengan cara pengamatan secara
langsung dan wawancara kepada pengelola unit fasilitas yang tersedia dan mencatat
seberapa kapasitas yang bisa di sanggupkan untuk ditampung oleh masing-masing
fasilitas yang ada.

Aktivitas operasional SKPT Natuna


Tingkat operasional SKPT Natuna dinilai dengan menggunakan analisis
deskriptif terhadap aktivitas operasional di SKPT Natuna. Adapun data yang
digunakan untuk melakukan analisis aktivitas operasional SKPT Natuna adalah
data sekunder yang berhubungan dengan kegiatan operasional SKPT Natuna pada
oktober 2019 – januari 2020. Data-data tersebut berbentuk tabel dan grafik yang
kemudian akan dideskripsikan. Adapun pada penelitian ini, terdapat beberapa
aktivitas yang akan diamati antara lain:
a. Aktivitas tambat labuh/pendaratan ikan: jumlah produksi, jumlah kunjungan
kapal per bulan;
b. Aktivitas pelelangan hasil tangkapan: keberadaan pelaksanaan pelelangan hasil
tangkapan;
c. Aktivitas pelayanan kebutuhan melaut: pelayanan kebutuhan es, BBM (solar),
dan air bersih;
11

d. Aktivitas pengolahan hasil tangkapan menjadi sebuah produk perikanan.


e. Aktivitas pemasaran/pendistribusian hasil tangkapan: distribusi pemasaran lokal
dan luar kota.

Kinerja aktivitas operasional pelabuhan perikanan


Analisis kinerja aktivitas operasional pelabuhan perikanan menggunakan
pembobotan atau dikenal dengan scoring method, menggunakan asumsi yang
digunakan adalah semua parameter yang digunakan mempunyai tingkat
kepentingan yang berbeda. Hal tersebut menyebabkan bobot dari masing-masing
parameter juga berbeda. Skor yang akan digunakan untuk setiap jenis parameter
adalah skala 1 – 5. Semakin tinggi jumlah skor untuk semua parameter maka kinerja
semakin baik.
Analisis kinerja aktivitas operasional pelabuhan perikanan diawali dengan
mencari informasi mengenai tujuan pembangunan SKPT Natuna. Kemudian,
berdasarkan informasi tersebut, akan diketahui parameter apa saja yang akan diukur
untuk melakukan analisis tersebut. Parameter-parameter tersebut akan diberikan
skor dan bobot masing-masing. Sehingga akhirnya akan dapat ditentukan penilaian
skor untuk kinerja aktivitas di SKPT Natuna. Berikut merupakan tahap-tahap
analisis kinerja operasional pelabuhan perikanan:
1. Penentuan tujuan pembangunan SKPT Natuna
Tujuan pembangunan SKPT Natuna akan di peroleh dari data sekunder yang
diperoleh dari pihak pengelola SKPT Natuna.

2. Penentuan parameter pengukuran kinerja aktivitas SKPT Natuna


Penentuan parameter dan sub parameter dilakukan berdasarkan pedoman
yang terdapat pada Surat Keputusan Direktur Jenderal Perikanan Tangkap Nomor
20/KEP-DJPT/2015 tentang Pedoman Evaluasi Kinerja Operasional Pelabuhan
Perikanan, kemudian disesuaikan dengan kondisi lapangan. Berikut daftar
parameter dan sub parameter dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Parameter dan sub parameter pengukuran kinerja aktivitas SKPT Natuna
Dasar Penentuan
No. Parameter Subparameter Parameter dan
Subparameter
1 Produksi Jumlah produksi ikan Keputusan Direktur
(ton) Jenderal Perikanan
Tangkap No.
20/KEP-DJPT/2015
2 Frekuensi kunjungan Jumlah kunjungan Keputusan Direktur
kapal perhari (unit) kapal (unit) Jenderal Perikanan
Tangkap No.
20/KEP-DJPT/2015
3 Penyediaan perbekalan - Penyediaan BBM Keputusan Direktur
melaut - Penyediaan es Jenderal Perikanan
- Penyediaan air bersih Tangkap No.
20/KEP-DJPT/2015
12

Lanjutan tabel 3 Parameter dan sub parameter pengukuran kinerja aktivitas SKPT Natuna

4 Pemasaran - Pemasaran secara Peraturan Menteri


Lokal Kelautan dan
- pemasaran ke luar Perikanan Nomor
kota PER.08/MEN/2012
5 Kepuasan nelayan - Penyediaan fasilitas Pada dasarnya
perbekalan pelabuhan perikanan
- Penyediaan fasilitas merupakan sektor
perbaikan publik sehingga tidak
- Penyediaan fasilitas bisa terlepas dari
pendaratan kepentingan umum
- Penyediaan fasilitas dan penilaian orang
Pemasaran yang menggunakan
barang dan jasanya

3. Penentuan parameter dan sub parameter


Penentuan bobot parameter dan bobot subparameter untuk mungukur
kinerja aktivitas operasional pelabuhan perikanan akan di berikan bobot masing-
masing karena kepentingan dari setiap parameter dan subparameter yang ada
berbeda-beda. Adapun bobot yang akan digunakan tersebut merupakan hasil
kuesioner yang diisi oleh lima orang ahli Pelabuhan Perikanan di Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor dan satu orang ahli Pelabuhan Perikanan dari
Departemen Kelautan dan Perikanan (Yuliastuti 2010). Tabel 4 akan
memperlihat bobot yang telah diberikan oleh lima orang ahli Pelabuhan
Perikanan tersebut:
Tabel 4 Bobot masing-masing parameter dan subparameter
No. Parameter Bobot Subparameter Bobot
parameter subparameter
(%) (%)
(A) (B)
1 Produksi 30 Jumlah produksi ikan 100
(ton/hari)
2 Frekuensi 17,8 Jumlah kunjungan kapal 100
kunjungan kapal rata-karata perhari (unit)
3 Penyediaan 18,9 BBM 46
perbekalan Es 25
melaut Air bersih 29
4 Pemasaran 18,9 Lokal 46
Luar kota 54
5 Kepuasan 14,4 (Penyediaan)
nelayan Fasilitasperbekalan 23
Fasilitas perbaikan 15
Fasilitas pendaratan 37
13

Fasilitas pemasaran 25

4. Penentuan nilai keberhasilan


Penghitungan nilai keberhasilan didasarkan pada nilai realitas yang terjadi
di lapangan dan nilai indikator yang telah ditetapkan oleh pihak Kementerian
Kelautan dan Perikanan (KKP). Nilai indikator pada masing-masing parameter
dan subparameter berbeda-beda untuk masing-masing tipe pelabuhan perikanan.
Pada penelitian ini, indikator yang digunakan adalah indikator untuk pelabuhan
perikanan tipe C atau Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP). Rumus yang
digunakan untuk menghitung nilai keberhasilan dalam penelitian ini dapat
terlihat pada Tabel 5 berikut:
Tabel 5 Rumus menghitung nilai keberhasilan
No. Parameter Subparameter Cara menghitung
𝑋1
1 Produksi Jumlah produksi ikan x 100%
𝑁1

𝑋2
2 Frekuensi kunjungan Jumlah kunjungan kapal x 100%
𝑁2
kapal perhari (unit)

3 Penyediaan perbekalan - Penyediaan BBM 𝑋3


x 100%
𝑁3
melaut
- Penyediaan es 𝑋4
x 100%
𝑁4
- Penyediaan air bersih 𝑋5
x 100%
𝑁5

4 Pemasaran 𝑋6
- Pemasaran lokal x 100%
𝑌

- Pemasaran ke luar kota 𝑋7


x 100%
𝑌

5 Kepuasan nelayan - Penyediaan fasilitas Rata-rata pendapat


perbekalan responden yang
- Penyediaan fasilitas diwawancarai
perbaikan
- Penyediaan fasilitas
pendaratan
- Penyediaan fasilitas
pemasaran

Keterangan:
X1 = jumlah produksi ikan di SKPT Natuna
X2 = jumlah kunjungan kapal di SKPT Natuna
X3 = jumlah penyediaan BBM di SKPT Natuna
X4 = jumlah penyediaan es di SKPT Natuna
X5 = jumlah penyediaan air bersih di SKPT Natuna
X6 = jumlah hasil tangkapan yang dipasarkan secara lokal di SKPT Natuna
X7 = jumlah hasil tangkapan yang dipasarkan ke luar kota di SKPT Natuna
N1 = nilai indikator yang telah ditetapkan KKP untuk produksi ikan di PPP
N2 = nilai indikator yang telah ditetapkan KKP untuk jumlah kunjungan kapal
di PPP
N3 = nilai indikator yang telah ditetapkan KKP untuk penyediaan BBM di PPP
14

N4 = nilai indikator yang telah ditetapkan KKP untuk penyediaan es di PPP


N5 = nilai indikator yang telah ditetapkan KKP untuk penyediaan air bersih
di PPP
Y = jumlah hasil tangkapan yang dipasarkan di SKPT Natuna

Penghitungan nilai keberhasilan untuk parameter produksi, frekuensi


kunjungan kapal, penyediaan perbekalan melaut dan pemasaran didasarkan pada
data sekunder yang diperoleh dari SKPT Natuna. Namun, penghitungan nilai
keberhasilan untuk parameter kepuasan nelayan didasarkan rata-rata pendapat
responden yang diwawancarai menggunakan kuesioner yang berisi mengenai
pendapat responden terhadap penyediaan dan pelayanan fasilitas operasional yang
terdapat di SKPT Natuna.
Pengisian kuesioner untuk mengetahui pendapat responden yang
diwawancarai terhadap penyediaan dan pelayanan fasilitas perbekalan,
pemeliharaan dan perbaikan, pendaratan dan pembongkaran serta pemasaran
menggunakan skala tingkat 5 dimana nilai 1 hingga 5 menunjukkan pengertian yang
berbeda-beda, mulai dari tidak puas hingga sampai sangat puas. Adapun besarnya
nilai keberhasilan dilihat dari jumlah responden yang puas dan sangat puas terhadap
penyediaan dan pelayanan fasilitas operasional yang terdapat di SKPT Natuna.
Penjelasan lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 6 berikut:
Tabel 6 Kriteria skala tingkat 5 pada kuisioner kepuasan nelayan
Skala Pengertian Penjelasan
1 Tidak puas Apabila nelayan berpendapat bahwa fasilitas yang disediakan pihak
SKPT Natuna tidak memenuhi kebutuhan nelayan (tidak terdapat
fasilitas yang dibutuhkan oleh nelayan)
2 Kurang puas Apabila nelayan berpendapat bahwa fasilitas yang disediakan pihak
SKPT Natuna kurang memenuhi kebutuhan nelayan
3 Cukup puas Apabila nelayan berpendapat bahwa fasilitas yang disediakan pihak
SKPT Natuna cukup memenuhi kebutuhan nelayan
4 Puas Apabila nelayan berpendapat bahwa fasilitas yang disediakan pihak
SKPT Natuna telah memenuhi kebutuhan nelayan
5 Sangat puas Apabila nelayan berpendapat bahwa fasilitas yang disediakan pihak
SKPT Natuna sangat memenuhi kebutuhan nelayan

5. Penentuan skor/nilai
Parameter dan subparameter yang telah diketahui nilai keberhasilannya
akan diberikan skor/nilai berdasarkan keberhasilan tersebut. Berikut adalah
tahap-tahap pemberian skor/nilai tersebut:
1. Penetuan nilai 1 yang merupakan penilaian skor dari nilai keberhasilan dari
masing-masing parameter dan subparameter. Nilai keberhasilan yang tinggi
(lebih dari 80%) akan mendapatkan nilai 1 sebesar 5 sedangkan nilai
keberhasilan yang rendah (kurang dari 20%) akan mendapatkan nilai 1
sebesar 1. Tabel 7 berikut akan memperlihatkan lebih rinci mengenai
pemberian nilai 1 pada rentang nilai keberhasilan tertentu:

Tabel 7 Penetuan skor untuk nilai keberhasilan


Nilai Keberhasilan (C) Nilai 1 (D)
C ≥ 80% 5
60% ≤ C < 80% 4
40% ≤ C < 60% 3
15

20% ≤ C < 40% 2


C < 20% 1

2. Perhitungan nilai 2 yang merupakan hasil perkalian nilai 1, bobot dari masing masing
parameter dan bobot dari masing-masing subparameter.
3. Seluruh nilai 2 dari masing-masing parameter dan subparameter kemudian
dijumlahkan untuk memperoleh nilai riil jumlah skor.
4. Penentuan penilaian kinerja berdasarkan nilai riil jumlah skor.

Tabel 8 Perhitungan aktivitas Kinerja SKPT Natuna


No. Parameter Bobot Subparameter Bobot Nilai Nilai 1 Nilai 2
Parameter Subparameter keberhasilan (D) (AxBxC)
(%) (%) (%)
(A) (B) (C)
1 Produksi 30 Jumlah 100 ………. ………. ……….
produksi ikan
(ton/hari)
2 Frekuensi 17,8 Jumlah 100 ………. ………. ……….
kunjungan kunjungan
kapal kapal rata-rata
perhari (unit)
3 Penyediaan 18,9 BBM 46 ………. ………. ……….
perbekalan Es 25 ………. ……….. ……….
melaut Air bersih 29 ………. ………. ……….
4 Pemasaran 18,9 Lokal 46 ………. ………. ……….
Luar kota 54 ………. ………. ……….
5 Kepuasan 14.4 (Penyediaan
nelayan dan pelayanan)
Fasilitas 23 ………. ………. ……….
perbekalan
Fasilitas 15 ………. ………. ……….
perbaikan
Fasilitas
pendaratan/ 37 ………. ……….. ………..
bongkar
Fasilitas
pemasaran 25 ………… ……….. ………..
Jumlah 100 ……….
Keterangan: Nilai 1 merupakan penilaian skor untuk nilai keberhasilan berdasarkan pada
Tabel 4

6. Penentuan penilaian kinerja SKPT Natuna


Penentuan penilaian skor/nilai untuk mengetahui aktivitas kinerja di SKPT
Natuna dilakukan setelah diketahui selang penilaian kerja. Untuk mendapatkan
selang tersebut, skor minimum dan skor maksimum dari semua parameter
dijumlahkan lalu dibagi dengan jumlah kelas yang diinginkan:
• Jumlah minimum skor =1
• Jumlah maksimum skor =5
• Kelas =5
5−1
Selang penilaian kerja = 5 = 0,8
1 → 1,8 → 2,6 → 3,4 → 4,2 → 5
16

Setelah itu, maka dapat ditentukan penilaian skor untuk aktivitas kinerja
SKPT Natuna. Berikut penilaian skor tersebut:

Tabel 9 penilaian skor aktivitas kinerja


Nilai rill jumlah skor (x) Penilaian
4,2 ≤ x ≤ 5 Kinerja pelabuhan perikanan sangat baik
3,4 ≤ x < 4,2 Kinerja pelabuhan perikanan baik
2,6 ≤ x < 3,4 Kinerja pelabuhan perikanan cukup baik
1,8 ≤ x < 2,6 Kinerja pelabuhan perikanan kurang baik
1 ≤ x < 1,8 Kinerja pelabuhan perikanan sangat kurang baik
Analisis strategi peningkatan aktivitas operasional SKPT Natuna
Analisis yang digunakan dalam menentukan strategi peningkatan efektivitas
pengelolaan pelabuhan perikanan Labuhan Lombok adalah dengan menggunakan
analisis SWOT. Setelah dilakukan analisis SWOT.
Analisis SWOT
Analisis SWOT merupakan suatu identifikasi terhadap berbagai faktor yang
meliputi faktor internal (kekuatan dan kelemahan) serta faktor eksternal (peluang
dan ancaman) untuk merumuskan suatu strategi yang mampu memberikan
perubahan terhadap suatu permasalahan. Menurut Rangkuti (2015), terdapat
beberapa tahapan yang harus dilaksanakan dalam analisis SWOT. Tahapan tersebut
antara lain:
1. Pengambilan data, dimana dilakukan evaluasi terhadap faktor-faktor internal dan
eksternal. Kegiatan ini meliputi kegiatan pengklasifikasian dan praanalisis
terhadap faktor-faktor internal dan eksternal.
2. Analisis data, merupakan tahapan pembuatan matriks internal dan eksternal.
Data diklasifikasikan menjadi dua yaitu data internal (kekuatan dan kelemahan)
serta data eksternal (peluang dan ancaman). Model matriks yang digunakan
dalam tahapan ini disajikan pada Tabel 6.
3. Pengambilan keputusan, berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan
yaitu melalui analisis hasil matriks internal dan eksternal yang telah dibuat
sebelumnya.
Menurut Marimin (2004), jika perusahaan berada pada kuadran yang tepat
maka dapat diambil keputusan yang sesuai, yaitu posisi perusahaan pada:
1. Kuadran I : menerapkan strategi dengan mendukung kebijakan pertumbuhan
yang bersifat agresif
2. Kuadran II : menerapkan strategi diversifikasi dengan memaksimalkan
kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang
3. Kuadran III : menerapkan strategi dengan memanfaatkan peluang yang ada untuk
mengatasi kelemahan internal
4. Kuadran IV: menerapkan strategi untuk menghadapi ancaman dan juga
menghadapi kelemahan internal.

Analisis dilakukan terhadap faktor-faktor internal yang menggambarkan


kekuatan dan kelemahan yang dimiliki dirangkum ke dalam matriks faktor strategi
internal IFAS (Internal Strategic Factor Analysis Summary), sementara itu faktor-
17

faktor lingkungan yang mencerminkan peluang dan ancaman dituangkan ke dalam


matriks faktor eksternal EFAS (External Internal Strategic Factor Analysis
Summary).

Tabel 10 Matriks analisis SWOT


Eksternal

Internal Opportunities (O)

Strengths (S) Strategi SO Strategi ST

Menciptakan strategi yang Menciptakan strategi dengan


menggunakan kekuatan memanfaatkan kekuatan
untuk memanfaatkan dalam mengatasi ancaman.
peluang.

Weakness (W) Strategi WO Strategi WT

Menciptakan strategi Menciptakan strategi


dengan meminimalkan dengan meminimalkan
kelemahan untuk bisa
kelemahan untuk
menafaatkan peluang yang
ada. menghindari ancaman yang
ada.

RENCANA DAN ANGGARAN PENELITIAN

Rencana Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari 2020, rencana kegiatan yang
akan dilakukan terbagi kedalam beberapa bagian yaitu Persiapan penelitian,
Pelaksanaan penelitian dan Penyelesaian penelitian.

Tabel 11 Rencana penelitian


Bulan (2019 dan 2020)
No Kegiatan penelitian
Nov Des Jan Feb Mar
1 Persiapan penelitian
a. Pembuatan usulan penelitian
b. Administrasi perizinan
c. Survei pendahuluan
2 Pelaksanaan penelitian
a. Pengambilan data primer
b. pengambilan data sekunder
3 Penyelesaian penelitian
a. Pengolahan dan analisis data
b. Penyususnan draft skripsi
c. Seminar
18

Bulan (2019 dan 2020)


No Kegiatan penelitian
Nov Des Jan Feb Mar
d. Ujian skripsi
4 Konsultasi
19

Anggaran Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan membutuhkan beberapa biaya diantaranya


adalah biaya pra penelitian, biaya penelitian dan biaya pasca penelitian. Rincian
anggaran penelitian tesebut dapat dihat pada table 8.

Tabel 12 Rincian anggaran biaya


No Jenis Kegiatan Biaya (Rp.)
I Persiapan Penelitian
1. Studi Literatur 100.000
2. Alat-alat penelitian 300.000
3. Pembuatan dan Penggandaan Proposal 100.000
4. Penyelesaian dan Transportasi 100.000
Jumlah 600.000

II Pelaksanaan Penelitian
1. Transportasi 5.000.000
2. Dokumentasi 100.000
3. Penginapan 700.000
4. Keperluan Lapangan 300.000
Jumlah 6.100.000

III Pelaporan Hasil Penelitian


1. Alat Tulis Kantor 50.000
2. Pengolahan Data 150.000
3. Pengetikan Laporan 100.000
4. Penggandaan Dan Penjilidan skripsi 600.000
5. Seminar 300.000
6. Ujian Skripsi 300.000
Jumlah 1.500.000

IV Biaya Tak Terduga 200.000

Total 8.400.000
20

DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau. 2018. Kepulauan Riau Dalam
Angka 2018. Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau.
Direktorat Jenderal Perikanan, 1994. Petunjuk Teknis Pengelolaan Pelabuhan
Perikanan. Direktorat Bina Prasarana. Direktorat Jenderal Perikanan.
Jakarta. 140 halaman.
Gigentika S. 2010. Kinerja operasional pelabuhan perikanan pantai Labuhan
Lombok, kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Instruksi Presiden No. 7 tahun 2016 tentang “Percepatan Pembagunan Industri
Perikanan Nasional”
Kemaritiman dan investasi. 2019. Jadi Garda Depan Utara Indonesia, SKPT Natuna
Diresmikan [Internet]. [diunduh 2019 Desember 15]. Tersedia pada :
https://maritim.go.id/jadi-garda-depan-utara-indonesia-skpt-natuna-
diresmikan/.
Keputusan Direktur Jenderal Perikanan Tangkap No. 20/KEP-DJPT/2015.
Pedoman Evaluasi Kinerja Unit Pelaksanaan Teknis Pelabuhan Perikanan
Jakarta.
Khaerunisa DP. 2017. Efektivitas pengelolaan pelabuhan perikanan pantai Labuhan
Lombok Kabupaten Lombok Timur. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
KKP. 2018. KKP Bangun Indonesia dari Pinggiran Melalui Program Sentra
Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) [internet]. [diunduh 2019
Desember 15]. Tersedia pada: https://kkp.go.id/djprl/artikel/2799-kkp-
bangun-indonesia-dari-pinggiran-melalui-program-sentra-kelautan-dan-
perikanan-terpadu-skpt.
Lubis E. 2006. Pengantar Pelabuhan Perikanan. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Mingkid et al. 2017. Efektivitas Penggunaan Dana Desa Dalam Peningkatan
Pembangunan: Suatu Studi Di Desa Watutumou Dua Kecamatan Kalawat
Kabupaten Minahasa Utara. Jurnal Jurusan Ilmu Pemerintahan. Volome 2
No. 2 Tahun 2017
Narbuko C, Achmadi A. 2013. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta (ID): Bumi
Aksara.
Nazir M. 1988. Metode Penelitian. Bogor (ID): Ghalia Indonesia.
Nurani et al. 2017. Analisis Ekonomi dan Value Chain untuk Mendukung
Percepatan Pembangunan Industri Perikanan Nasional: Studi Kawasan
Natuna, Bitung, dan Mimika. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER. 16/MEN/2006 tentang
pelabuhan perikanan BAB VII pasal 17 – pasal 20.
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia No. 48 Tahun 2015
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia No. 51 Tahun 2016
Riyandi Y. 2015. Kajian kelembagaan terhadap kelancaran kegiatan operasional
PPS Nizam Zachman Jakarta [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Singarimbun M dan Effendi S. 1995. Metode Penelitian Survei. Jakarta (ID): PT
Pustaka LP3ES.
21

Wibowo BE dan Napitupulu YP. 2019. Efektivitas Pengelolaan Pelabuhan


Perikanan Samudera Bungus Dengan Peningkatan Kinerja. Program
Pascasarjana Universitas Bung Hatta; Padang (ID). Vol.2, No.2.
Widiastuti A. 2010. Kinerja operasional pelabuhan perikanan samudera Nizam
Zachman Jakarta [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Yuliastuti R. 2010. Kinerja Operasional Pelabuhan Perikanan Nusantara
Pelabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. Skripsi (tidak dipublikasikan).
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Zulham A, Subaryono, Anggrawangsa RF. 2017. Rekomendasi Pengembangan
Perikanan Tangkap di Natuna dan Sekitarnya. Depok (ID): PT.
RajaGrafindo Persada
Zulham A. 2018. Penilaian Sosial dalam Membangun Entitas Bisnis Perikanan pada
SKPT Selat Lampa, Natuna (Social Assessment on The Development of The
Fishery Business Entity in SKPT Selat Lampa, Natuna). Jurnal Kebijakan
Sosek KP Vol. 8 No. 1 Juni 2018: 1-12.
22

LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Pertanyaan


Identitas responden untuk nelayan
23

1. Nama :.......................................................................
2. Jenis kelamin : L/P
3. Umur :.......................................................................
4. Status :.......................................................................
5. Pendidikan :.......................................................................
• Formal: SD /SMP/SMA/S1
6. Pekerjaan utama :.......................................................................
7. Pekerjaan sampingan :.......................................................................
8. Alamat : ......................................................................
9. NO HP : ......................................................................

Kuisioner untuk kepuasan nelayan

1. Apakah penyediaan dan pelayanan perbekalan untuk es sudah


memenuhi kebutuhan?
• Tidak puas
• Kurang puas
• Cukup puas
• Puas
• Sangat puas
2. Apakah penyediaan dan pelayanan perbekalan untuk BBM sudah
memenuhi kebutuhan?
• Tidak puas
• Kurang puas
• Cukup puas
• Puas
• Sangat puas
3. Apakah penyediaan dan pelayanan perbekalan untuk air bersih
sudah memenuhi kebutuhan?
• Tidak puas
• Kurang puas
• Cukup puas
• Puas
• Sangat puas
4. Apakah penyediaan dan pelayanan fasilitas lapangan perbaikan alat
penangkap ikan sudah memenuhi kebutuhan?
• Tidak puas
• Kurang puas
• Cukup puas
• Puas
• Sangat puas
5. Apakah penyediaan dan pelayanan fasilitas ruang mesin sudah
memenuhi kebutuhan?
• Tidak puas
• Kurang puas
• Cukup puas
• Puas
24

• Sangat puas
6. Apakah penyediaan dan pelayanan fasilitas tempat penjemuran alat
tangkap memenuhi kebutuhan?
• Tidak puas
• Kurang puas
• Cukup puas
• Puas
• Sangat puas
7. Apakah penyediaan dan pelayanan fasilitas bengkel sudah
memenuhi kebutuhan?
• Tidak puas
• Kurang puas
• Cukup puas
• Puas
• Sangat puas
8. Apakah Apakah penyediaan dan pelayanan fasilitas slipway
memenuhi kebutuhan?
• Tidak puas
• Kurang puas
• Cukup puas
• Puas
• Sangat puas
9. Apakah penyediaan dan pelayanan fasilitas gudang jaring sudah
memenuhi kebutuhan?
• Tidak puas
• Kurang puas
• Cukup puas
• Puas
• Sangat puas
10. Apakah penyediaan dan pelayanan fasilitas vessel lift sudah
memenuhi kebutuhan?
• Tidak puas
• Kurang puas
• Cukup puas
• Puas
• Sangat puas
11. Apakah penyediaan dan pelayanan fasilitas dermaga sudah
memenuhi kebutuhan?
• Tidak puas
• Kurang puas
• Cukup puas
• Puas
• Sangat puas
12. Apakah penyediaan dan pelayanan fasilitas kolam pelabuhan sudah
memenuhi kebutuhan?
• Tidak puas
25

• Kurang puas
• Cukup puas
• Puas
• Sangat puas
13. Apakah penyediaan dan pelayanan TPI sudah memenuhi kebutuhan?
• Tidak puas
• Kurang puas
• Cukup puas
• Puas
• Sangat puas

Lampiran 2 Contoh Perhitungan Kinerja Operasional SKPT Natuna


1. Perhitungan nilai keberhasilan dari masing-masing subparameter:
Jumlah produksi ikan

𝑟𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖
Nilai keberhasilan = 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑘𝑎𝑡𝑜𝑟 x 100%
6,379 𝑡𝑜𝑛/ℎ𝑎𝑟𝑖
Nilai keberhasilan = x 100%
10 𝑡𝑜𝑛/ℎ𝑎𝑟𝑖
Nilai keberhasilan = 63,79%

Jadi, nilai keberhasilan untuk subparameter jumlah produksi ikan adalah


63,79%.
2. Penentuan nilai 1 dari masing-masing subparameter
Nilai 1 pada masing-masing subparameter berdasarkan pada Tabel 6,
sehingga diperoleh hasil sebagai berikut:

Subparameter Nilai 1
Jumlah produksi ikan 4

3. Penentuan nilai 2 dari masing-masing subparameter:


Jumlah produksi ikan

Nilai 2 = 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑝𝑎𝑟𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑥 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑢𝑏𝑝𝑎𝑟𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑥 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 1


Nilai 2 = 0,30 x 1 x 4
Nilai 2 = 1,20

Jadi, nilai 2 untuk subparameter jumlah produksi ikan adalah 1,20

4. Penentuan nilai skor kinerja:

Nilai riil jumlah skor = jumlah seluruh nilai 2 pada seluruh subparameter

Selanjutnya nilai riil jumlah skor di simpulkan berdasarkan table 6.

Anda mungkin juga menyukai