ABSTRACT
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan
Disetujui oleh
Diketahui oleh
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian ini ialah Sistem Informasi Geografis, dengan judul Aplikasi
Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk Pemetaan Potensi Perikanan di Perairan
Selat Sunda.
Penulis menyampaikan terimakasih kepada:
1. Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan kesempatan untuk
melaksanakan studi di Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan
(MSP).
2. Dr Ir Yusli Wardiatno, MSc selaku pembimbing akademik yang telah
membimbing serta memberikan saran dan masukan selama studi di
MSP.
3. Dr Ir Achmad Fahrudin, MSi selaku ketua komisi pembimbing
dan Dr Syamsul Bahri Agus, SPi, MSi selaku anggota komisi
pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingannya
dalam penyusunan dan perbaikan skripsi ini.
4. Dr Ir Rahmat Kurnia, Msi selaku penguji tamu dan
Dr Majariana Krisanti, SPi, MSi selaku komisi pendidikan Departemen
Manajemen Sumberdaya Perairan atas saran dan masukan dalam
penulisan skripsi ini.
5. Papa Akmal, Mama Desnita, dan Cynthia De Mayang, serta seluruh
keluarga tercinta, atas segala doa dan kasih sayangnya.
6. Dr Yonvitner, MSi dan Prof Dr Ir Mennofatria Boer, DEA yang telah
banyak memberi saran dan motivasi kepada Penulis.
7. Dr Ir M Mukhlis Kamal, MSc, Dr Ir Yunizar Ernawati, MS,
Dr(c) Ali Mashar, SPi, MSi, Dr Ir Luky Adrianto, MSc,
Dr Majariana Krisanti, SPi, MSi, Dr Ir Ario Damar, MSc, dan seluruh
Dosen-Dosen MSP yang selalu terus memotivasi Penulis dalam
penyelasaian studi di MSP.
8. Ibu Mery Rusmini, Mbak Widaryanti dan Novita MZ, SPi, MSi atas
segala motivasi, nasehat dan masukan yang diberikan kepada Penulis
untuk terus maju ke arah yang lebih baik.
9. Seluruh Staff Kependidikan Departemen MSP yang selalu melayani
dengan sepenuh hati.
10. Seluruh kawan-kawan MSP angkatan 49 dan MSP angkatan 48 atas doa,
dukungan, dan kebersamaannya.
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
METODE 3
Lokasi dan Waktu Penelitian 3
Pengumpulan Data 3
Penyusunan Basis Data 3
Prosedur Analisis Data 4
Pendugaan Potensi Perikanan dan Wilayah Prioritas Penangkapan 6
HASIL DAN PEMBAHASAN 8
Hasil 8
Pembahasan 25
KESIMPULAN DAN SARAN 29
Kesimpulan 29
Saran 29
DAFTAR PUSTAKA 29
LAMPIRAN 32
RIWAYAT HIDUP 38
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
1. Kerangka pemikiran penelitian 2
2. Diagram sistem untuk ilustrasi SIG 5
3. Proses SIG dalam pemetaan dan analisa kelimpahan ikan berdasarkan
data survei akustik 5
4. Sebaran densitas ikan di bulan Mei pada kedalaman 4-24 meter 8
5. Sebaran densitas ikan di bulan Mei pada kedalaman 24-44 meter 9
6. Sebaran densitas ikan di bulan Mei pada kedalaman 44-64 meter 9
7. Sebaran densitas ikan di bulan Mei pada kedalaman 64-84 meter 10
8. Sebaran densitas rata-rata ikan di bulan Mei pada kedalaman 4-84 m 10
9. Fluktuasi densitas ikan pada bulan Mei berdasarkan kedalaman 11
10. Sebaran densitas ikan di bulan Juni pada kedalaman 4-24 meter 12
11. Sebaran densitas ikan di bulan Juni pada kedalaman 24-44 meter 12
12. Sebaran densitas ikan di bulan Juni pada kedalaman 44-64 meter 13
13. Sebaran densitas ikan di bulan Juni pada kedalaman 64-84 meter 13
14. Sebaran densitas rata-rata ikan di bulan Juni pada kedalaman 4-84 m 14
15. Fluktuasi densitas ikan pada bulan Juni berdasarkan kedalaman 14
16. Sebaran densitas ikan di bulan Juli pada kedalaman 4-24 meter 15
17. Sebaran densitas ikan di bulan Juli pada kedalaman 24-44 meter 16
18. Sebaran densitas ikan di bulan Juli pada kedalaman 44-64 meter 16
19. Sebaran densitas ikan di bulan Juli pada kedalaman 64-84 meter 17
20. Sebaran densitas rata-rata ikan di bulan Juli pada kedalaman 4-84 m 17
21. Fluktuasi densitas ikan pada bulan Juli berdasarkan kedalaman 18
22. Sebaran densitas ikan di bulan Agustus pada kedalaman 4-24 meter 19
23. Sebaran densitas ikan di bulan Agustus pada kedalaman 24-44 meter 19
24. Sebaran densitas ikan di bulan Agustus pada kedalaman 44-64 meter 20
25. Sebaran densitas ikan di bulan Agustus pada kedalaman 64-84 meter 20
26. Sebaran densitas rata-rata ikan bulan Agustus pada kedalaman 4-84 m 21
27. Fluktuasi densitas ikan pada bulan Agustus berdasarkan kedalaman 21
28. Peta prioritas penangkapan bulan Mei 22
29. Peta prioritas penangkapan bulan Juni 23
30. Peta prioritas penangkapan bulan Juli 24
31. Peta prioritas penangkapan bulan Agustus 25
DAFTAR LAMPIRAN
1. Posisi stasiun pengamatan pengambilan data bulan Mei 32
2. Posisi stasiun pengamatan pengambilan data bulan Juni 32
3. Posisi stasiun pengamatan pengambilan data bulan Juli 33
4. Posisi stasiun pengamatan pengambilan data bulan Agustus 33
5. Data atribut prioritas penangkapan ikan 34
6. Data atribut potensi penangkapan pada bulan Mei 35
7. Dendogram cluster analysis bulan Mei pada kedalaman 4-44 meter 336
8. Dendogram cluster analysis bulan Juni pada kedalaman 4-44 meter 336
9. Dendogram cluster analysis bulan Juli pada kedalaman 4-44 meter 336
10. Dendogram cluster analysis bulan Agustus pada kedalaman 4-44 m 347
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Potensi perikanan merupakan salah satu faktor penting yang perlu dikaji
sebagai dasar penentu stok perikanan di suatu perairan. Namun, pengkajian
potensi perikanan setiap wilayah belum dilakukan secara menyeluruh, sehingga
data potensi perikanan yang tersedia belum menggambarkan seluruh potensi
perikanan di Indonesia. Selain itu, data potensi perikanan wilayah masih disajikan
dalam bentuk data statistik, sehingga belum tentu dapat dipahami oleh semua
kalangan. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengkajian dan penyajian potensi
perikanan suatu wilayah dengan mentransformasi data statistik yang dilengkapi
dengan data survei akustik ke dalam bentuk peta, sehingga diharapkan mampu
dipahami dengan mudah oleh semua kalangan. Salah satu bentuk penyajian
potensi perikanan wilayah dalam bentuk peta adalah dengan melibatkan Sistem
Informasi Geografis (SIG).
SIG merupakan salah satu sistem informasi yang sedang berkembang pesat
saat ini dan banyak dimanfaatkan untuk analisis dan pemetaan sumberdaya alam,
termasuk di dalamnya melakukan penyajian data potensi perikanan berbasis data
spasial. Star dan Estes (1990) mengemukakan bahwa pengembangan SIG
dilandasi oleh dua faktor penting, yaitu: (1) Suatu keinginan untuk pengelolaan
lingkungan perkotaan terutama dalam kaitannya dengan perencanaan peremajaan
(renewal), (2) Suatu keinginan untuk mengembangkan kompetisi penggunaan
sumberdaya lingkungan. SIG banyak digunakan karena kemampuannya
menyajikan informasi secara lengkap, akurat, murah dan mudah diakses. Hasil
survei tidak hanya dapat dipetakan secara spasial dengan SIG saja, tapi dapat juga
digabung dengan berbagai informasi penunjang lainnya sehingga mampu
memberikan gambaran dan analisis suatu wilayah perairan secara cepat dan
lengkap. SIG dapat digunakan untuk inventaris, analisis, modeling, dan
pengelolaan lingkungan sumberdaya alam (Goodchild 1993). Penggunaan
teknologi ini didasarkan pada pentingnya hasil perhitungan secara statistik dan
hasil survei akustik untuk dapat dinikmati oleh masyarakat luas melalui penyajian
data yang mudah diakses dan mampu memberikan informasi lengkap termasuk
analisis kelimpahan secara spasial.
Perumusan Masalah
Pemetaan
Pemetaan wilayah
wilayah
perikanan
perikanan kurang
kurang
tertata
tertata baik
baik Informasi
Informasi potensi
potensi Penyajian
Penyajian data
data dan
dan
perikanan
perikanan kurang
kurang informasi
informasi potensi
potensi
tepat
tepat perikanan
perikanan
Tangkapan
Tangkapan multi
multi Aplikasi
Aplikasi Sistem
Sistem
jenis
jenis Informasi
Informasi
Geografis
Geografis untuk
untuk
Pemetaan
Pemetaan dan
dan
Perkembangan
Perkembangan Penyajian
Penyajian Data
Data
teknologi
teknologi Potensi
Potensi Perikanan
Perikanan
informasi
informasi Berbasis
Berbasis pemetaan
pemetaan
Informasi
Informasi berbasis
berbasis sapasial
sapasial dengan
dengan
teknologi
teknologi
Kemudahan
Kemudahan SIG
SIG
informasi
informasi potensi
potensi
perikanan
perikanan
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah menyajikan hasil analisis survei akustik dalam
pendugaan potensi perikanan di perairan Selat Sunda dengan menggunakan SIG.
Manfaat Penelitian
METODE
Pengumpulan Data
Menurut Nurwadjedi (1996), basis data merupakan kumpulan satu atau lebih file
data atau tabel yang disimpan secara terstruktur sedemikian rupa sehingga
hubungan keterkaitan antara item yang berbeda atau kumpulan data yang berbeda
dapat digunakan untuk tujuan manipulasi dan penyajian kembali (retrieval) dan
secara umum akan melayani ketersedian data dari berbagai pengguna. Secara
garis besar, Nurwadjedi (1996) membagi basis data ke dalam tiga model yang
dibentuk dari data spasial yaitu model basis data hierarki, model basis data
jaringan (network) dan model basis data relasional.
Nurwadjedi (1996) menyatakan bahwa perancangan basis data dengan
menggunakan SIG terdiri dari: (1) Data yang digunakan mempunyai sistem
georeferensi, (2) Dalam membangun basis data spasial perlu diperhatikan batas-
batas kesalahan yang diperbolehkan agar topologi dapat dibangun secara tepat, (3)
Menggunakan model data relasional untuk merancang basis data, (4)
Mendefinisikan field data atribut secara benar, (5) Apabila dimungkinkan, setiap
field data atribut perlu dirumuskan dengan benar, (6) Setiap variabel untuk
kepentingan manipulasi data harus terwakili dalam basis data.
4
Pengelolaan data dalam SIG harus didukung oleh fasilitas pengelolaan basis
data yang dikenal sebagai Data Base Management System (DBMS) agar berfungsi
sebagai sistem informasi. DBMS ini berperan penting dalam manipulasi, analisis,
dan penyajian data spasial. Nurwadjedi (1996) mendefinisikan DBMS sebagai
paket perangkat lunak untuk penyimpanan, manipulasi, dan penyajian data. Salah
satu perangkat lunak yang banyak dikenal adalah software ArcGIS.
Pembuatan peta-peta tematik secara digital dilakukan dalam SIG. Data
spasial yang didigitasi terdiri dari peta Selat Sunda, dan titik-titik koordinat posisi
stasiun pengambilan data akustik.
1. Digitasi
Proses digitasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah menggunakan
metode digitasi secara on-screen digitizing, sehingga membutuhkan scanner peta
yang sudah tergeoreferensi. Proses digitasi memegang peranan penting dalam
pemetaan digital, karena melalui tahap inilah data (kenampakan di peta/bentuk
analog) dipindahkan dalm bentuk digital.
INPUT OUTPUT
Gambar 3 Proses SIG dalam pemetaan dan analisa kelimpahan ikan berdasarkan
data survei akustik
6
Sa
ρa = σB (fish/nm2 ) (1)
keterangan:
ρa = densitas ikan menurut spesies
Sa = backscaterring coefficient suatu unit area
σB = backscaterring coefficient individu ikan dari suatu spesies.
TS = 10 log σB (2)
7
keterangan:
D(j,k) = distance antara nilai sampling unit (SU) j dan k
α dan β = merupakan nilai koefisien tertentu dari distance tertentu
Hasil
Gambar 4 Sebaran densitas ikan di bulan Mei pada kedalaman 4-24 meter
9
Gambar 5 Sebaran densitas ikan di bulan Mei pada kedalaman 24-44 meter
Gambar 6 Sebaran densitas ikan di bulan Mei pada kedalaman 44-64 meter
10
Gambar 7 Sebaran densitas ikan di bulan Mei pada kedalaman 64-84 meter
Gambar 8 Sebaran densitas rata-rata ikan di bulan Mei pada kedalaman 4-84 m
11
12000
9653
10000
Densitas (F/1000m^3)
8000
6000
3719
4000 2316
2000 902
0
4-24m 24-44m 44-64m 64-84m
Strata Kedalaman (meter)
Gambar 10 Sebaran densitas ikan di bulan Juni pada kedalaman 4-24 meter
Gambar 11 Sebaran densitas ikan di bulan Juni pada kedalaman 24-44 meter
13
Gambar 12 Sebaran densitas ikan di bulan Juni pada kedalaman 44-64 meter
Gambar 13 Sebaran densitas ikan di bulan Juni pada kedalaman 64-84 meter
14
Gambar 14 Sebaran densitas rata-rata ikan di bulan Juni pada kedalaman 4-84 m
10000 8605
9000
8000 6567
Densitas (F/1000m³)
7000
6000
5000
2997 2896
4000
3000
2000
1000
0
4-24m 42-44m 44-64m 64-84m
Strata Kedalaman (meter)
Gambar 16 Sebaran densitas ikan di bulan Juli pada kedalaman 4-24 meter
16
Gambar 17 Sebaran densitas ikan di bulan Juli pada kedalaman 24-44 meter
Gambar 18 Sebaran densitas ikan di bulan Juli pada kedalaman 44-64 meter
17
Gambar 19 Sebaran densitas ikan di bulan Juli pada kedalaman 64-84 meter
Gambar 20 Sebaran densitas rata-rata ikan di bulan Juli pada kedalaman 4-84 m
18
25000
19167
Densitas (F/1000m3) 20000
15000 9705
7170 7289
10000
5000
0
4-24m 24-44m 44-64m 64-84m
Strata Kedalaman (meter)
Gambar 22 Sebaran densitas ikan di bulan Agustus pada kedalaman 4-24 meter
Gambar 23 Sebaran densitas ikan di bulan Agustus pada kedalaman 24-44 meter
20
Gambar 24 Sebaran densitas ikan di bulan Agustus pada kedalaman 44-64 meter
Gambar 25 Sebaran densitas ikan di bulan Agustus pada kedalaman 64-84 meter
21
Gambar 26 Sebaran densitas rata-rata ikan bulan Agustus pada kedalaman 4-84 m
10000 9497
9000
8000
Densitas (F/1000m³)
7000
6000
5000
4000 2483
3000
2000 302 173
1000
0
4-24m 24-44m 44-64m 64-84m
Strata Kedalaman (meter)
Pembahasan
bermanfaat bagi masyarakat. Data yang didapat dari hasil survei akustik maupun
metode hasil tangkap dapat di manfaatkan dalam bentuk informasi yang
bereferensi geografis dengan teknologi SIG.
Wilayah perairan Selat Sunda memiliki keunikan tersendiri karena
merupakan daerah percampuran massa air dari Samudera Hindia dan Laut Jawa.
Pada perairan Selat sunda telah banyak dilakukan penelitian dalam menduga dan
menganalisis sumberdaya ikan dan potensi perikanan yang ada di perairan
tersebut. Hasil riset tahun 2013 menunjukkan bahwa densitas ikan di perairan
Selat Sunda sangat bervariasi. Variasi ini diduga karena karakteristik dari ikan itu
sendiri dan faktor oseanografi Selat Sunda. Namun pengkajian potensi perikanan
belum dilengkapi dengan pemetaan potensi perikanan dan daerah prioritas
penangkapan. Pemetaan dapat dilakukan dengan memasukkan rekaman titik
koordinat kedalam bentuk georeferensi.
Pemetaan potensi perikanan dilakukan dengan menggunakan data akustik
pada 4 bulan pengamatan, yakni bulan Mei-Agustus. Harapannya dengan data
yang terbatas tersebut dapat memberikan gambaran kasar tentang potensi
perikanan pada perairan Selat Sunda. Pengkajian potensi perikanan dilakukan
pada beberapa strata kedalaman, dari kedalaman 4-84 meter. Hal ini menjadi
pertimbangan karena adanya perbedaan suhu, tekanan, dan salinitas. Ikan akan
cenderung melimpah pada lapisan atas dan akan menurun pada lapisan bawah.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Mac Lennan (1990) yang menyatakan bahwa
target strength ikan sangat bervariasi, karena dipengaruhi oleh waktu atau tingkah
laku ikan atau kondisi fisik yang tidak diketahui, sehingga pada saat survei
populasi ikan tidak dianggap sebagai sesuatu yang konstan. Secara umum diketahui
bahwa sebaran kelimpahan ikan berhubungan erat dengan karakteristik
lingkungannya. Sebaran pada suatu musim digambarkan melalui beberapa kategori,
dimana hasilnya memperlihatkan pola yang berbeda (Nugroho et al. 1993).
Perubahan densitas ikan pada 4 bulan yang berbeda terlihat bahwa densitas
terbesar terdapat pada bulan Juli yang merupakan musim timur kemudian diikuti
oleh bulan Juni yang juga merupakan musim timur. Hasil penelitian Supangat et
al (2004) menyatakan pada bulan Juni (musim timur), sebaran temperatur
permukaan berkisar antara 29,3-29,7 °C, yang merupakan suhu ideal bagi ikan
pelagis dalam mencari makanan, serta suhu yang ideal pula untuk tumbuhnya
berbagai jenis plankton.
Hasil penelitian Genisa (2003) yang meneliti tentang struktur komunitas
ikan dan sebarannya di perairan Selat Sunda diketahui bahwa ikan yang terkumpul
dari stasiun-stasiun pengamatan di Selat Sunda berjumlah 3074 ekor, terdiri dari
49 jenis dan 27 famili. Jenis ikan yang dominan adalah Sthelophorus tri,
Leiognathus elongatus dan Therapon theraps. Sebaran jenis atau spesies di
semua stasiun tidak merata. Sumberdaya ikan pelagis di Selat Sunda terdiri dari
ikan pelagis pantai (Sardinella spp., Rastreliger brachysoma, Dusumieria acuta,
Selar spp., dan lain-lain) yang memiliki nilai ekonomis tinggi (Atmaja et al. 2003).
Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa ikan-ikan yang terekam oleh perangkat
akustik pada setiap stasiun, lebih banyak terdapat pada rata-rata kedalaman 24-44
meter. Hal ini sesuai dengan penelitian Octoriani (2014) bahwa informasi
komposisi hasil tangkapan ikan di selat sunda lebih di dominasi oleh ikan pelagis,
diantaranya: Tongkol, Tembang, Kembung, Tenggiri, Kurisi, Peperek, Layang,
Biji Nangka, Selar Kuning, Teri, dan lain-lain. Terdapat 14 jenis ikan demersal
27
terlindung dari arus musim barat seperti daerah perairan Teluk Panaitan,
Kepulauan Rakata, Sebuku/Sebesi, perairan Teluk Labuan, dan beberapa perairan
yang terhindar dari angin barat seperti Tanjung Lesung.
Menurut Amin dan Nugroho (1992), tingginya produksi ikan pelagis pada
musim timur disebabkan kondisi lingkungan yang memungkinkan untuk
melakukan kegiatan penangkapan sehingga frekuensi nelayan untuk melaut juga
cukup tinggi. Angin yang bertiup lemah pada musim timur kemungkinan besar
menyebabkan beberapa jenis ikan melakukan penjelajahan wilayah untuk migrasi
secara leluasa atau berkembang biak. Dengan demikian ikan-ikan yang menyebar
di perairan Selat Sunda berada dalam jumlah besar dan tersebar hampir di seluruh
perairan. Keadaan ini juga sesuai dengan penelitian Nurhakim et al. (1987) yang
mengemukakan bahwa menjelang masuknya musim timur, ikan-ikan pelagis kecil
menyebar di sekitar Selat Sunda.
Penelitian ini diberikan beberapa alternatif prioritas penangkapan,
berdasarkan hasil survei dan pengelompokan nilai kelimpahan yang telah
dilakukan untuk mengantisipasi perubahan kondisi lingkungan. Menurut Suwarso
et al. (1995), kondisi lingkungan tempat hidup ikan berpengaruh kuat terhadap
pertumbuhan ikan. Keadaan lingkungan perairan yang buruk akan mempengaruhi
ikan yang tertangkap dalam kaitannya dengan ketersediaan makanan yang
diperlukan oleh ikan tersebut untuk tumbuh (Birowo 1983).
Ikan akan melakukan migrasi ke daerah yang banyak makanannya atau
memiliki kondisi lingkungan yang cocok dengan siklus hidupnya. Menurut
Nikolsky (1967) in Aprilianty (2000), faktor-faktor yang mempengaruhi ikan
bermigrasi adalah usaha untuk mencari daerah yang banyak makanannya, usaha
untuk mencari daerah tempat memijah (spawning), dan adanya perubahan
beberapa faktor lingkungannya seperti temperatur dan salinitas. Daerah tujuan
migrasi ikan di Selat Sunda diduga adalah laut Jaw, hal ini karena terdapatnya
arus salinitas ke arah Laut Jawa. Menurut Djamali (1995), ikan pelagis sangat
menyukai perairan dengan kadar salinitas sekitar 32-34 promil. Pada musim timur
ikan pelagis akan bergerak mengikuti massa air bersalinitas tinggi antara 32-34
promil yang mengalir dari Laut Flores dan Selat Makasar masuk ke Laut Jawa
(Djamali 1971).
Menurut hasil wawancara dengan nelayan kecil yang beroperasi di Selat
Sunda dan berada di pesisir barat Jawa (PPN Pelabuhan Ratu, PPP Labuan, PPP
Karangantu), diketahui bahwa kebanyakan dari mereka menggunakan alat tangkap
mini purse seine dan gillnet dalam menangkap ikan. Prinsip penangkapan ikan
dengan pukat cincin adalah dengan melingkari suatu gerombolan ikan dengan
jaring, setelah itu jaring bagian bawah dikerucutkan, sehingga ikan-ikan
terkumpul pada bagian kantong (Nurhakim 1993). Dengan kata lain memperkecil
ruang gerak ikan yang akhirnya tertangkap. Kapal pukat cincin mini berukuran
panjang antara 10-15 m dan hampir sebagian besar menggunakan mesin tempel
dengan panjang jaring maksimal 300 m. Sedangkan kapal pukat cincin besar
berukuran panjang 15-30 m dengan menggunakan mesin motor diesel untuk
panjang jaring lebih dari 400 m.
Menurut Atmadja dan Shadotomo (1985), bahwa bobot mati kapal pukat
cincin mengalami evolusi dari tahun ke tahun dengan berbagai kisaran berat kotor
atau gross tonnage (GT). Jenis alat tangkap ini menggunakan jaring sepanjang
250-350 m dan kedalaman jangkauan jaring hanya mencapai 40-50 meter. Inilah
29
Kesimpulan
Saran
Perlu adanya data yang real time agar pendugaan potensi perikanan dan
wilayah prioritas penangkapan menjadi lebih akurat. Jarak antar lokasi
pengamatan dipersempit sehingga sumberdaya ikan di perairan dapat terdeteksi
dan pendugaan potensi perikanan lebih representatif.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina S. 2014. Potensi sumberdya ikan selar kuning, tembang, dan tongkol di
Selat Sunda yang didaratkan di PPP Labuan, Banten [skripsi]. Bogor (ID)
Institut Pertanian Bogor.
Amaya. 1991. Dasar-dasar Akustik. Diktat Kuliah. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan IPB. Bogor.
Amin EM. Nugroho D. 1992. Perubahan Diurnal Densitas Ikan Pelagis di Perairan
ZEE barat Sumatera pada Periode Musim Timur dan Barat. Jurnal Penelitian
Perikanan Laut. (71): 47-59.
Amri K. 2002. Hubungan kondisi oseanografi (suhu permukaan laut, klorofil-a
dan arus) dengan hasil tangkapan ikan pelagis kecil di perairan Selat Sunda
[tesis]. Bogor (ID). Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Aprilianty H. 2000. Beberapa aspek biologi ikan layang, Decapterus russelli
(Ruppel) di Perairan Teluk Sibolga, Sumatera Utara [skripsi]. Bogor (ID).
Institut Pertanian Bogor.
Atmaja SB, John H, dan Akhmad F. 2003. Pendugaan Pertumbuhan Bersih Stok
ikan Pelagis di Laut Jawa dan Sekitarnya. Buletin PSP. Vol XII, No. 2 ISSN
0251-286X.
30
Atmaja SB. And Sadhotomo B. 1985. Optional aspect of pursine fishing in the
java sea. J. Mar. Res. Fish.inst. (32): 1-9.
Bengen D. 2000. Teknik Pengambilan Contoh dan Analisis Data Biofisik
Sumberdaya Pesisir dan Lautan. PKSPL-IPB. Bogor. 87 hal
Birowo S. 1983. Hydro-Oceanographic condition of the Sunda Strait. A Review
Proceeding of Symposium on 100th Year Development of Krakatau and its
Souronding. Volume 1: Natural Science. Jakarta: Lipi. 297-303.
Brown A. 1998. Studi Tentang Zonasi Kelimpahan Sumberdaya Ikan Pelagis
dengan Sistem Akustik Bim Terbagi di Selat Sunda. [tesis]. Bogor (ID).
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Burczynki JJ, Michaeltz PH, and Marrone GM. 1987. Hydroacoustic Assesment
of the Abudance and Distribution of Rainbow Smelt in Lake Oake. North
American J. Fish. Manag. 7:106-116.
DISHIDROS. 1984. Informasi Lingkungan Perairan Selat Sunda. Dinas Hidro-
Oseanografi TNI AL. Jakarta.
Djamali A. 1971. Synopsis Ikan Layang (Decapterus spp.). Jakarta: Lembaga
Penelitian Perikanan Laut Departemen Pertanian. hlm. 3-27
Djamali A. 1995. Sumberdaya ikan Layang (Decapterus spp.) dan
pengelolaannya di perairan Indonesia. Jakarta: Pusat Penelitian dan
Pengembangan Oseanologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 12 hlm.
Genisa, AS. 2003. Struktur komunitas ikan dan sebarannya di perairan Selat
Sunda, Jawa Barat. Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan. Torani-UNHAS.
Makasar. 13(3):109-114.
Goodchild MF. 1993. The Stateof GIS for Environmental Problem Solving. In
Goodchild, et al. Environmental Modelling with GIS. Oxford University Press,
New York.
Laevastu T dan Hayes ML. 1980. Fisheries Oceanography and Ecology. Fishing
News Books. Ltd. London. 119 hal.
MacLennan DN. 1990. Acoustical Measurement of Fish Abundance. J.acoust.
Soc.Am. (1)87:1-15.
Meaden GJ dan Kapetsky JM. 1991. Geographical Information System and
Remote Sensing in Inland Fisheries and Aquaculture. FAO Fisheries Technical
Paper, No. 318. Rome. FAO. 262p.
Nugroho D. Mahiswara dan Amin EM. 1993. Survei akustik di perairan selatan
jawa periode musim barat dan timur. Balai Penelitian Perikanan Laut. (82):
82-91
Nurhakim S. 1993. Biology et dynamique du banyar Restrelliger kanagurta
(Teleosteen-Scombridae) dans la pecherie des grands senneurs en mer de java.
These. Univ. Bretagne Occidentale. Brest. French. 106 hal.
Nurhakim S. Atmaja SB. Potier M and Boely T. 1987. Study on Big Purse Seines
Fishery in the Java Sea. The Main Pelagic Caught. Jurnal Penelitian Perikanan
Laut. (39): 1-10.
Nurwandjedi. 1996. Penggunaan SIG untuk Pengelolaan Database Wilayah
Pesisir. Makalah Pelatihan Perencanaan Wilayah Pesisir Secara Terpadu.
PPLH-LP. IPB. Bogor.
Octoriani W. 2014. Potensi dan laju eksploitasi sumberdaya Ikan Kurisi
(Nemipterus japonicus Bloch, 1791) di Selat Sunda yang didaratkan di PPP
Labuan, Banten. [skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.
31
LAMPIRAN
Prioritas 1
Stasiun strata 1 strata 2 4-44m Kategori
25 0 24223 12111,5 Sangat Melimpah
Prioritas 2
Stasiun strata 1 strata 2 4-44m Kategori
6 14343 0 7171,5 Melimpah
7 12814 0 6407 Melimpah
13 16093 0 8046,5 Melimpah
Prioritas 3
Stasiun strata 1 strata 2 4-44m Kategori
9 7321 403 3862 Cukup
5 8551 0 4275,5 Cukup
4 7438 4219 5828,5 Melimpah
11 7893 6839 7366 Melimpah
15 9491 7527 8509 Melimpah
28 12739 7253 9996 Melimpah
Prioritas 4
Stasiun strata 1 strata 2 4-44m Kategori
26 527 5912 3219,5 Cukup
Alternatif prioritas
Stasiun strata 1 strata 2 4-44m Kategori
1 16 0 8 Miskin
8 0 34 17 Miskin
18 0 98 49 Miskin
17 0 501 250,5 Miskin
2 631 0 315,5 Miskin
29 615 75 345 Miskin
27 728 108 418 Miskin
12 0 884 442 Miskin
10 269 736 502,5 Miskin
24 0 1047 523,5 Sedang
19 1228 0 614 Sedang
23 803 627 715 Sedang
16 0 1734 867 Sedang
22 1155 610 882,5 Sedang
21 0 1911 955,5 Sedang
20 2017 431 1224 Cukup
14 2457 0 1228,5 Cukup
3 742 2005 1373,5 Cukup
35
35
36
Lampiran 7 Dendogram cluster analysis bulan Mei pada kedalaman 4-44 meter
Lampiran 8 Dendogram cluster analysis bulan Juni pada kedalaman 4-44 meter
Lampiran 9 Dendogram cluster analysis bulan Juli pada kedalaman 4-44 meter
37
RIWAYAT HIDUP