Anda di halaman 1dari 37

SEBARAN VEGETASI MANGROVE DAN

KETERKAITANNYA DENGAN KARAKTERISTIK


LINGKUNGAN PERAIRAN PESISIR MAKASSAR,
SULAWESI SELATAN

MUHAMMAD SYARIF HIDAYATULLAH

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Sebaran Vegetasi


Mangrove dan Keterkaitannya dengan Karakteristik Lingkungan Perairan Pesisir
Makassar, Sulawesi Selatan” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, November 2019

Muhammad Syarif Hidayatullah


NIM C54150019
ABSTRAK
MUHAMMAD SYARIF HIDAYATULLAH. Sebaran Vegetasi Mangrove dan
Keterkaitannya dengan Karakteristik Lingkungan Perairan Pesisir Makassar,
Sulawesi Selatan. Dibimbing oleh DIETRIECH GEOFFREY BENGEN dan
ENDANG SUNARWATI SRIMARIANA.

Mangrove memiliki kemampuan hidup dalam beradaptasi dengan


lingkungan pasang surut di wilayah pesisir. Pertumbuhan dan perkembangan
mangrove dipengaruhi oleh karakteristik fisika dan kimiawi perairan. Penelitian
dilakukan pada tiga stasiun menggunakan transek garis sebanyak tiga kali ulangan
dalam satu stasiun. Pengambilan data kualitas lingkungan perairan dilakukan setiap
satu sub stasiun dengan tiga kali ulangan masing-masing stasiun. Analisis
hubungan sebaran vegetasi mangrove dan keterkaitannya dengan karakteristik
lingkungan dilakukan menggunakan metode Analisis Komponen Utama dan
Analisis Koresponden. Pada lokasi penelitian ditemukan lima jenis mangrove,
Avicennia marina, Aegiceras corniculatum, Rhizophora apiculata, Rhizophora
mucronata, dan Sonneratia alba dengan kerapatan berkisar antara 22-1322 ind ha-
1
. Jenis A. marina dapat tumbuh pada substrat lempung sedangkan R. mucronata
pada substrat lempung berliat. A. corniculatum dapat tumbuh dengan kondisi
salinitas dan pH sedimen yang rendah.

Kata kunci: Kondisi Lingkungan, Mangrove, Vegetasi

ABSTRACT
MUHAMMAD SYARIF HIDAYATULLAH. Distribution of Mangrove
Vegetation and its Relation to Environmental Characteristics of the Coastal Waters
of Makassar, South Sulawesi. Supervised by DIETRIECH GEOFFREY BENGEN
and ENDANG SUNARWATI SRIMARIANA.

Mangroves can adapt to tidal environments in coastal areas. The growth and
development of mangroves are influenced by the physical and chemical
characteristics of the waters. The study was conducted at three stations using a line
transect, and using three replication in each station. The data of the coastal
environmental quality were collected at every one substation with three replications
of each station. The relationship between mangrove distribution and environmental
characteristics was analyzed using the Principal Component Analysis and
Correspondence Analysis. Five mangroves were found at the study site i.e.
Avicennia marina, Aegiceras corniculatum, Rhizophora apiculata, Rhizophora
mucronata, and Sonneratia alba with densities ranging from 22-1322 ind ha-1. A.
marina can grow on clay substrate while R. mucronata on the clay-sand substrate.
A. corniculatum can grow with conditions of low salinity and low sediment pH.

Keywords: Environmental Conditions, Mangroves, Vegetation


SEBARAN VEGETASI MANGROVE DAN
KETERKAITANNYA DENGAN KARAKTERISTIK
LINGKUNGAN PERAIRAN PESISIR MAKASSAR,
SULAWESI SELATAN

MUHAMMAD SYARIF HIDAYATULLAH

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ilmu Kelautan
pada
Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
Judul Skripsi : Sebaran Vegetasi Mangrove dan Keterkaitannya dengan
Karakteristik Lingkungan Perairan Pesisir Makassar,
Sulawesi Selatan
Nama : Muhammad SYarif HidaYatullah
NIM : C54150019

Menyetujui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr.'[r. Dietriech G. Bengen.- Ir. Endang S. Srimariana. M.Si


NrP. 19590105 198312 1 001 NrP. 19611012 1986012 002

rNuriava.
#- M.Sc
1 198303 1 001

ranggar Lutus:
I I t{QV 2SlS
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Sebaran
Vegetasi Mangrove dan Keterkaitannya dengan Karakteristik Lingkungan Perairan
Pesisir Makassar, Sulawesi Selatan.” Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat
mendaptkan gelar sarjana di Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Prof Dr Ir Dietriech Geoffrey Bengen, DEA selaku dosen pembimbing
pertama, Ir. Endang S. Srimariana, M.Si selaku dosen pembimbing kedua,
Dr. Meutia Samira Ismet, S.Si, M.Si selaku dosen penguji, dan Risti
Endriani Arhatin, S.Pi, M.Si selaku perwakilan komisi pendidikan atas
bimbingan, kritik, dan sarannya dalam penyusunan skripsi ini.
2. Ir. Adhy Cahya Slamet, M.Si dan Ir. Sitti Chadidjah, M.Si yang telah
membantu dalam melaksanakan penelitian ini.
3. Bapak Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Sulawesi Selatan,
Bapak Kepala Konservasi Mangrove Lantebung, dan Bapak Kepala
Pelabuhan Untia yang telah memberikan izin dalam pelaksanaan penelitian
di lapang.
4. Ibu Tatik Hayati dan Bapak Syaifullah selaku orang tua serta keluarga yang
selalu mendoakan dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Teman seperbimbingan Berylia Khairini, Siti Zahrah Utami, Ajeng
Andriani, Samuel Sembiring dan Rahmah Aprilian yang saling menguatkan
satu sama lain.
6. Teman seperjuangan Hendri Nur Hasan, Tamyizul Muchtar dan Liantiame
yang menemani masa perkuliahan.
7. Teman-teman di Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan angkatan 52 dan
Indonesian Green Action Forum LC IPB yang telah mengisi dunia
perkuliahan dan memberikan pelajaran berharga.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini.
Segala bentuk kritik, masukan, dan saran sangat penulis harapkan untuk kajian
evaluasi serta perbaikan agar mendapatkan hasil yang lebih baik. Semoga karya
tulis ini dapat memberikan manfaat untuk kedepannya.

Bogor, November 2019

Muhammad Syarif Hidayatullah


i

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ii
DAFTAR GAMBAR ii
DAFTAR LAMPIRAN ii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 1
METODE 2
Waktu dan Tempat 2
Alat dan Bahan 2
Prosedur Penelitian 3
Analisis Data Vegetasi Mangrove 4
HASIL DAN PEMBAHASAN 6
Kondisi Umum Lingkungan Penelitian 6
Karakteristik Fisika Kimiawi Lingkungan Perairan 6
Struktur Vegetasi Mangrove 8
SIMPULAN DAN SARAN 14
Simpulan 14
Saran 14
DAFTAR PUSTAKA 15
LAMPIRAN 17
RIWAYAT HIDUP 22
ii

DAFTAR TABEL
1. Parameter lingkungan perairan dan sedimen yang diukur 4
2. Kondisi karakteristik fisika kimiawi lingkungan perairan Pesisir Makassar 6

DAFTAR GAMBAR
1. Lokasi dan stasiun penelitian di Pesisir Makassar, Sulawesi Selatan 2
2. Ilustrasi transek garis kuadrat untuk pengambilan data vegetasi mangrove 3
3. Hasil pengukuran fraksi sedimen di setiap stasiun penelitian 8
4. Peta sebaran mangrove di Pesisir Makassar, Sulawesi Selatan 9
5. Kerapatan jenis mangrove kategori pohon di lokasi penelitian 10
6. Kerapatan jenis mangrove kategori anakan di lokasi penelitian 10
7. Kerapatan jenis mangrove kategori semai di lokasi penelitian 11
8. Indeks nilai penting mangrove di lokasi penelitian 12
9. Hasil Analisis Komponen Utama sebaran spasial karakteristik lingkungan
pada sumbu F1, F2 dan F3 13
10. Hasil Analisis Koresponden sebaran spasial mangrove pada sumbu F1, F2,
dan F3 14

DAFTAR LAMPIRAN
1. Dokumentasi 17
2. Hasil analisis struktur vegetasi mangrove tingkat pohon, anakan, dan semai
di Perairan Pesisir Makassar, Sulawesi Selatan 18
3. Hasil analisis PCA 19
4. Hasil analisis CA 20
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Mangrove merupakan tumbuhan khas yang hidup di daerah pesisir pada


wilayah subtropis dan tropis yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut serta
mampu beradaptasi dengan perairan payau (Utomo et al. 2017). Mangrove
memiliki beberapa fungsi ekologi dan fungsi ekonomi. Fungsi ekologi mangrove
antara lain; mencegah instrusi air laut, pelindung garis pantai, tempat tinggal
berbagai macam biota, tempat mencari makan (feeding ground), tempat asuhan dan
pembesaran (nursery ground), serta tempat pemijahan (spawning ground) bagi
aneka biota perairan. Sedangkan fungsi ekonomi mangrove antara lain; penghasil
keperluan rumah tangga dan industri, serta sebagai tempat wisata. Fungsi-fungsi ini
akan mengakibatkan dampak terhadap ekosistem lingkungan pesisir (Schaduw et
al. 2011).
Kemampuan adaptasi dari tiap jenis mangrove terhadap keadaan lingkungan
menyebabkan terjadinya perbedaan komposisi hutan mangrove dengan batasan
yang khas. Hal ini merupakan akibat adanya pengaruh dari kondisi tanah, kadar
garam, lamanya penggenangan dan arus pasang surut. Sebaran jenis tumbuhan
mangrove menghasilkan klasifikasi habitat dimana setiap zona diidentifikasi
berdasarkan individu atau kelompok jenis tumbuhan mangrove yang dominan.
Tidak semua jenis tumbuhan mangrove terdapat di setiap tipe komunitas. Selain itu,
kelimpahan jenis pada setiap komunitas memiliki nilai yang berbeda. Hal ini
tergantung pada faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Pertumbuhan dan
perkembangan dalam ekosistem mangrove dipengaruhi oleh karakteristik fisika dan
kimiawi perairan yang meliputi suhu, salinitas, derajat keasaman (pH), dan oksigen
terlarut (DO) (Ulqodry et al. 2010).
Kota Makassar merupakan ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan yang
memiliki potensi sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil. Kawasan ekosistem
mangrove Kota Makassar mengalami penambahan luas akibat dari rehabilitasi
mangrove oleh pemerintah sebesar 58,34 ha atau sebesar 16% (Bando et al. 2017).
Namun secara geografis, kawasan ekosistem mangrove di sebelah utara Pesisir
Makassar berbatasan langsung dengan pemukiman penduduk dan aktivitas
kehidupan masyarakat yang dapat mengganggu keseimbangan alam perairan
tersebut. Hal ini terbukti perairan tersebut mendapat ancaman dari pembuangan
limbah rumah tangga, konversi lahan menjadi tambak, dan pencemaran perairan
dari pelabuhan. Ekosistem mangrove yang sehat dapat memberikan manfaat yang
maksimal bagi keanekaragaman hayati. Oleh karena itu penelitian ini perlu
dilakukan untuk mengetahui sebaran vegetasi mangrove dan juga kondisi
lingkungan pada ekosistem mangrove.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran vegetasi mangrove dan


keterkaitannya dengan kondisi lingkungan di Perairan Pesisir Makassar, Sulawesi
Selatan.
2

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada 27-29 Februari 2019 di wilayah Pesisir


Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan. Pengambilan data vegetasi mangrove
dan parameter fisika kimiawi dilakukan pada saat pasang surut terendah. Lokasi
penelitian terbagi menjadi tiga stasiun dengan karakteristik lingkungan yang
berbeda yaitu Stasiun 1 merupakan stasiun yang berada di dekat dengan
pemukiman penduduk, Stasiun 2 merupakan lokasi ekowisata dan konservasi
mangrove yang berbatasan langsung dengan sungai, dan Stasiun 3 merupakan
stasiun yang berada di dekat dengan tambak dan pelabuhan. Lokasi penelitian dapat
dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Lokasi dan stasiun penelitian di Pesisir Makassar, Sulawesi Selatan


Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu yaitu, water
quality checker, refraktometer, GPS hand, roll meter, meteran jahit, alat tulis,
kamera, akuades, buku identifikasi mangrove (Wetlands International),
gunting/pisau, plastik strap, software ArcGis, Xlstat 2014, Microsoft Word, dan
Microsoft Excel.
3

Prosedur Penelitian

Pengambilan Data Vegetasi Mangrove


Pengambilan data vegetasi mangrove dilakukan dengan meletakkan
transek secara tegak lurus garis pantai menuju daratan. Stasiun penelitian
ditentukan pada tiga zona berdasarkan karakteristik lingkungan yang berbeda
dimana satu stasiun terdapat tiga sub stasiun. Pengambilan data dilakukan sebanyak
3 kali ulangan dalam satu stasiun yang terbagi atas tiga klasifikasi ukuran yaitu,
klasifikasi pohon dengan diameter batang >4 cm dan tinggi >1 m menggunakan
petakan 10 m x 10 m, klasifikasi anakan dengan diameter batang <4 cm dan tinggi
>1 m menggunakan petakan 5 m x 5 m dan klasifikasi semai dengan tinggi <1 m
menggunakan petakan 1 m x 1 m (Bengen 2004). Data vegetasi mangrove yang
diambil meliputi kerapatan jenis dan kerapatan relatif, frekuensi jenis dan frekuensi
relatif, penutupan jenis dan penutupan relatif, dan indeks nilai penting. Ilustrasi
transek pengambilan data mangrove dapat dilihat pada Gambar 2.
10 m 10 m

5m 5m

1m 1m

m m
35 m 35 m

1m

5m

m 10 m
5m
Gambar 2 Ilustrasi transek garis kuadrat untuk pengambilan data vegetasi mangrove

Pengambilan Data Parameter Fisika dan Kimiawi


Pengambilan data kualitas lingkungan perairan meliputi parameter fisika
dan kimiawi yang dilakukan setiap satu sub stasiun pada tiga kali ulangan masing-
masing stasiun. Pengambilan sampel sedimen diambil dengan cara menancapkan
pipa paralon secara vertikal dengan kedalaman 30 cm. Parameter yang diukur
secara in situ yaitu, salinitas, dan DO. Parameter yang diukur secara ex situ yaitu
redoks potensial (Eh), dan pH sedimen di Laboratorium Lingkungan Perairan,
Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor. Fraksi sedimen dilakukan di Laboratorium Produktivitas dan
Lingkungan Perairan, Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Berikut merupakan parameter lingkungan
perairan yang disajikan oleh Tabel 1.
4

Tabel 1 Parameter lingkungan perairan dan sedimen yang diukur


Parameter Unit Alat Keterangan
Salinitas ‰ Refraktometer In situ
DO mg l-1 Water Quality Checker In situ
Eh mV Eh meter Laboratorium
pH sedimen - pH meter Laboratorium
Fraksi sedimen % Saringan bertingkat Laboratorium

Analisis Data Vegetasi Mangrove

Indeks Nilai Penting (INP)


Indeks Nilai Penting adalah jumlah nilai kerapatan relatif jenis (RDi),
frekuensi relatif jenis (RFi), dan penutupan relatif jenis (RCi). Menurut Romadhon
(2008), indeks nilai penting suatu jenis mangrove yaitu berkisar antara 0-300.
Indeks nilai penting memberikan gambaran mengenai peranan dan pengaruh suatu
jenis mangrove dalam ekosistem tersebut.

INP = RD𝑖 + RF𝑖 + RC𝑖


Keterangan :
RD𝑖 : Kerapatan relatif jenis ke-i
RF𝑖 : Frekuensi relatif jenis ke-i
RCi : Penutupan relatif jenis ke-i

Kerapatan jenis dan kerapatan relatif jenis


Kerapatan jenis (Di) adalah jumlah tegakan jenis i dalam suatu unit (English
et al. 1997).
n𝑖
D𝑖 =
A
Keterangan :
D𝑖 : Kerapatan jenis ke-i
n𝑖 : Jumlah total tegakan ke-i
A : Total luas area pengambilan contoh

Kerapatan relatif jenis (RDi) adalah perbandingan antara jumlah tegakan


jenis i dan jumlah total tegakan seluruh jenis (∑n) (English et al. 1997).

n𝑖
RD𝑖 = × 100%
∑n
Keterangan :
RD𝑖 : Kerapatan relatif jenis ke-i
n𝑖 : Jumlah total tegakan jenis ke-i
∑ n : Jumlah total tegakan seluruh jenis
5

Frekuensi jenis dan frekuensi relatif jenis


Frekuensi jenis (Fi) adalah peluang ditemukannya jenis i dalam suatu plot
area yang diamati (English et al. 1997).
P𝑖
F𝑖 =
∑P
Keterangan :
F𝑖 : Frekuensi jenis ke-i
P𝑖 : Jumlah plot ditemukannya jenis ke-i
∑P : Jumlah plot pengamatan

Frekuensi relatif jenis (RFi) adalah perbandingan antara frekuensi jenis i


(Fi) dan jumlah frekuensi seluruh jenis (∑F) (English et.al 1997).

F𝑖
RF𝑖 = × 100%
∑F
Keterangan :
RF𝑖 : Frekuensi relatif jenis ke-i
F𝑖 : Frekuensi jenis ke-i
∑F : Jumlah frekuensi seluruh jenis

Penutupan jenis dan penutupan relatif jenis


Penutupan jenis (Ci) adalah jumlah penutupan jenis i dalam suatu area
(English et al. 1997).
∑ BA
C𝑖 =
A
Keterangan :
Ci : Luas penutupan jenis ke-i
BA : 𝜋DBH 2
; 𝜋 = 3.1416
A
A : Total luas area pengambilan contoh

Penutupan relatif jenis (RCi) adalah perbandingan antara luas area


penutupan jenis i (C dan luas area total dan jumlah total tegakan seluruh jenis (∑n)
(English et al. 1997).
C𝑖
RC𝑖 = x 100 %
∑C
Keterangan :
RCi : Penutupan relatif jenis ke-i
Ci : Luas penutupan jenis ke-i
∑C : Total luas area penutupan seluruh jenis

Sebaran Vegetasi Mangrove dan Keterkaitannya dengan Karakteristik


Lingkungan
Sebaran spasial karakteristik lingkungan dianalisis dengan menggunakan
metode Analisis Komponen Utama (Principal Component Analysis) sedangkan
sebaran spasial mangrove dianalisis dengan menggunakan Analisis Koresponden
(Correspondence Analysis) berdasarkan lokasi penelitian (Bengen 2000).
HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Lingkungan Penelitian

Kawasan Pesisir Perairan Makassar merupakan kawasan industri dan


pemukiman yang cukup padat. Daerah lokasi penelitian ini berada di bagian utara
Pesisir Makassar dengan dua wilayah kelurahan yang berbeda yaitu, Kelurahan
Bira dan Kelurahan Untia. Kelurahan Bira merupakan wilayah yang memiliki
Kawasan Mangrove Lantebung yang ditetapkan sebagai kawasan konservasi dan
perlindungan ekosistem pesisir berupa kawasan mangrove (BPPD 2015). Kawasan
ini berada di dekat dengan pemukiman penduduk dan memiliki sungai kecil sebagai
jalur transportasi kapal nelayan. Kegiatan tersebut dapat mengancam
keberlangsungan hidup dari ekosistem karena mendapatkan intrusi dari buangan
limbah rumah tangga dan pencemaran dari kapal nelayan.
Kelurahan Untia memiliki hutan mangrove yang belum dimanfaatkan oleh
masyarakat sebagai objek wisata. Kawasan hutan mangrove ini berbatasan
langsung dengan pemukiman nelayan dimana hasil buangan limbah rumah tangga
dibuang langsung ke wilayah pesisir tanpa diolah lebih lanjut. Secara umum hutan
mangrove wilayah tersebut telah mengalami konversi lahan menjadi tambak
bandeng oleh masyarakat dan sebagian kawasan dialihfungsikan oleh pemerintah
menjadi Akademi Teknik dan Keselamatan Penerbangan (ATKP) dan Politeknik
Ilmu Pelayaran (PIP) serta Pelabuhan Perikanan Untia. Hal ini mengakibatkan
keberlangsungan hidup spesies baik tumbuhan dan hewan mengalami ancaman.

Karakteristik Fisika Kimiawi Lingkungan Perairan

Pengambilan data parameter fisika kimiawi perairan yang dilakukan di


kawasan mangrove Pesisir Makassar antara lain, salinitas, dan DO. Parameter fisika
kimiawi sedimen yang dilakukan antara lain, pH, Eh, dan fraksi sedimen. Hasil
pengukuran setiap parameter lingkungan tersebut ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2 Kondisi karakteristik fisika kimiawi lingkungan perairan Pesisir Makassar


Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3
Parameter Satuan
Rerata ± SD Rerata ± SD Rerata ± SD
Salinitas ‰ 31.27 ± 0.13 30.27 ± 0.09 22 ± 0.36
DO mg l-1 5.63 ± 0.12 5.35 ± 0.93 6.3 ± 1.61
pH sedimen (-) 7.36 ± 0.09 7.10 ± 0.10 7.00 ± 0.56
Eh mV 195.43 ± 3.81 153.67 ± 80.55 51.43 ± 67.73

Salinitas merupakan kadar garam dalam suatu perairan yang dapat


mempengaruhi kehidupan dan pertumbuhan mangrove. Pada umumnya, perairan
pesisir memiliki nilai salinitas yang dipengaruhi oleh air tawar. Salinitas di lokasi
penelitan berkisar 22-31.27 ‰. Kondisi salinitas di lokasi penelitian berada pada
kondisi baik. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51 (2004)
menyatakan bahwa salinitas yang sesuai untuk pertumbuhan ekosistem mangrove
tidak lebih dari 34 ‰. Perbedaan salinitas sangat terlihat pada Stasiun 1 dan 3.
7

Stasiun 1 mendapatkan masukan pasang surut air laut sedangkan Stasiun 3


berbatasan langsung dengan tambak bandeng. Sistem tambak bandeng yang
terdapat di Stasiun 3 merupakan sistem tambak tertutup yang terdapat pintu air yang
dimanfaatkan pada kondisi pasang surut. Intrusi air laut masuk ke dalam tambak
pada kondisi pasang sedangkan pasokan air keluar pada kondisi surut. Menurut
Daimalindu (2019), perairan tambak bandeng berkisar antara 15-25 ‰. Kondisi
salinitas yang terlalu rendah dapat menggangu tekanan osmotik pada biota perairan
sebaliknya kondisi salinitas yang terlalu tinggi dapat menurunkan daya larut
oksigen.
DO dapat meningkat atau menurun yang disebabkan oleh pencampuran,
pergerakan massa air, aktivitas fotosintesis, respirasi, dan limbah serta fluktuasi ini
dapat terjadi secara harian atau musiman. Oksigen di perairan berasal dari hasil
proses fotosintesis dan difusi langsung dari udara. Kehilangan oksigen disebabkan
oleh respirasi biota, oksidasi bahan organik baik di kolom perairan maupun di
sedimen (Effendi 2003). DO di lokasi penelitian berkisar 5.35-6.3 mg l-1.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51 (2004) menyatakan bahwa
kadar DO yang sesuai untuk pertumbuhan ekosistem mangrove >5 mg l-1. Oksigen
merupakan salah satu faktor pembatas dalam proses dekomposisi bahan organik.
Proses dekomposisi bahan organik dapat mempengaruhi ketersediaan oksigen
terlarut di perairan. Hal ini sesuai dengan kondisi lokasi penelitian. Stasiun 1 dan
Stasiun 2 memiliki nilai DO yang lebih rendah daripada Stasiun 3 karena intrusi
limbah organik rumah tangga yang berpengaruh terhadap berkurangnya oksigen
perairan. Kondisi proses dekomposisi yang tinggi oleh dekomposer cenderung akan
menyebabkan penurunan DO pada lingkungan perairan (Sari et.al 2016).
Tingkat keasaman sedimen dapat diukur menggunakan nilai pH. pH
sedimen menjelaskan keseimbangan antara asam dan basa dalam sedimen. Nilai pH
dalam sedimen berkisar 7.0-7.36. Hal ini sesuai dengan Setiawan (2013) pH tanah
yang paling optimal untuk mendukung kehidupan tanaman berkisar 6.6-7.5.
Kondisi tersebut memudahkan tanaman dalam menyerap unsur hara. pH pada
permukaan tanah lebih tinggi dari pada lapisan dibawahnya akibat dari tingginya
bahan organik yang mengalami dekomposisi yang menyebabkan sedimen tanah
menjadi masam (Kushartono 2009).
Eh merupakan parameter kimia yang dapat digunakan untuk mengukur
tingkat reduksi tanah dalam pertumbuhan vegetasi (Hartatik et.al 2007). Menurut
Odum (1993), kondisi Eh dengan nilai yang positif menunjukkan kondisi
lingkungan oksidatif, sebaliknya Eh dengan nilai yang negatif menunjukkan
kondisi reduktif. Nilai Eh sedimen di lokasi penelitian berkisar antara 51.43-195.43
mV. Nilai tersebut menyatakan bahwa Eh tanah di lokasi penelitian bersifat
oksidatif, sehingga dapat dikatakan bahwa proses dekomposisi bahan-bahan
organik oleh mikroorganisme aerob di dalam sedimen berlangsung pada keadaan
oksidasi.
Substrat adalah salah satu sifat fisik sedimen yang memberikan gambaran
tentang ukuran partikel penyusun tanah yang dominan. Karakteristik substrat pada
Stasiun 1 memiliki kandungan lempung sebesar 93.36% dan liat sebesar 6.62%.
Karakteristik substrat pada Stasiun 2 memiliki kandungan lempung sebesar 87.71%
dan liat sebesar 12.27%. Substrat Stasiun 2 mempengaruhi kondisi DO yang lebih
rendah. Hal itu disebabkan oleh kandungan liat yang lebih tinggi daripada Stasiun
1 dan 3. Karakteristik substrat pada Stasiun 3 memiliki kandungan lempung sebesar
8

91.66% dan liat sebesar 8.32%. Kandungan pasir ketiga stasiun memiliki jumlah
yang sama sebesar 0.02% (Gambar 3). Substrat lempung mendominasi di setiap
stasiun penelitian. Hal ini dapat disebabkan karena letak lokasi kawasan mangrove
memiliki arus yang lemah serta substrat lempung dengan ukuran butir sedimen
yang relatif kecil sehingga menyebabkan mudah mengendap dalam perairan. Hal
ini sesuai dengan penelitian Rifardi (2008) yang menyatakan pergerakan sedimen
dipengaruhi oleh kecepatan arus dan ukuran butir sedimen. Semakin besar
kecepatan arus yang bergerak, maka semakin besar ukuran butiran sedimen yang
dipindahkan.

100%
Presentasi Fraksi Sedimen

80%

60%

40%

20%

0%
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3

Pasir Lempung Liat

Gambar 3 Hasil pengukuran fraksi sedimen di setiap stasiun penelitian


Struktur Vegetasi Mangrove

Kerapatan Mangrove
Kondisi kelimpahan vegetasi mangrove dapat digambarkan dalam nilai
kerapatan jumlah pohon per satuan luas. Kerapatan mangrove dapat digunakan
sebagai salah satu indikator tingkat kerusakan suatu kawasan mangrove (Kusmana
dan Ningrum). Hasil pengamatan secara keseluruhan terdapat 5 jenis mangrove
yang ditemukan di lokasi penelitian yaitu, Avicennia marina, Aegiceras
corniculatum, Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, dan Sonneratia alba
(Lampiran 1). Jenis yang ditemukan dengan kerapatan masing-masing pada Stasiun
1 yaitu A. marina memiliki kerapatan sebesar 82%, R. mucronata 13%, R. apiculata
3%, dan S. alba 2%. Jenis yang ditemukan dengan kerapatan masing-masing pada
Stasiun 2 yaitu R. mucronata sebesar 71% dan A. marina 29%. Jenis yang
ditemukan dengan kerapatan masing-masing pada Stasiun 3 yaitu A. marina sebesar
57%, R. mucronata 40%, dan A. corniculatum 3%. Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No. 201 (2004) menyatakan bahwa kategori nilai kerapatan
jenis mangrove dibagi menjadi tiga kategori yaitu pada nilai <1000 ind ha-1
termasuk kategori jarang, ≥1000–1500 ind ha-1 termasuk kategori sedang dan ≥1500
ind ha-1 termasuk kategori rapat. Kerapatan sangat dipengaruhi oleh jumlah
ditemukannya spesies dalam daerah penelitian. Semakin banyak suatu spesies,
9

maka kerapatan relatifnya semakin tinggi. Nilai kerapatan suatu jenis menunjukkan
kelimpahan jenis dalam suatu ekosistem yang menggambarkan bahwa jenis dengan
kerapatan tertinggi memiliki pola penyusuaian dengan kondisi lingkungan (Anugra
et al. 2014). Nilai kerapatan mangrove dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Peta sebaran mangrove di Pesisir Makassar, Sulawesi Selatan


Kerapatan jenis mangrove pada setiap stasiun memiliki kerapatan yang
berbeda. Pada tingkat pohon kerapatan jenis mangrove tertinggi yaitu, A. marina
sebanyak 989 ind ha-1 pada Stasiun 1, R. mucronata sebanyak 1322 ind ha-1 pada
Stasiun 2, dan A. marina sebanyak 656 ind ha-1 pada Stasiun 3. Pada tingkat pohon
kerapatan jenis mangrove terendah yaitu S. alba sebanyak 22 ind ha-1 pada Stasiun
1, A. marina sebanyak 533 ind ha-1 pada Stasiun 2, dan A. corniculatum sebanyak
33 ind ha-1 pada Stasiun 3 (Gambar 5). Berdasarkan kondisi kerapatan jenis
mangrove tingkat pohon pada Stasiun 2 (1855 ind ha-1) termasuk dalam kategori
rapat dengan nilai kerapatan ≥1500 ind ha-1 sedangkan kerapatan jenis mangrove
pada Stasiun 1 (1200 ind ha-1) dan 3 (1156 ind ha-1) termasuk dalam kategori sedang
dengan nilai kerapatan ≥1000–1500 ind ha-1. Jenis A. marina mendominasi Stasiun
1 dan Stasiun 3 karena jenis ini mampu hidup pada kondisi substrat lempung yang
tinggi dan memiliki akar pneumatophore yaitu akar yang muncul dari tanah, dan
memiliki celah-celah kecil pada kulit akar untuk pernapasan. Jenis R.mucronata
ditemukan dominan di Stasiun 2 yang memiliki substrat sedimen liat yang tinggi.
Jenis ini mampu bertahan hidup karena memiliki akar tunjang yang keluar dari
batang dan tumbuh kedalam substrat (Noor et. al 2006).
Jenis mangrove tingkat anakan memiliki kerapatan tertinggi yaitu, A.
marina sebanyak 356 ind ha-1 pada Stasiun 1, R. mucronata sebanyak 756 ind ha-1
pada Stasiun 2, dan R. mucronata sebanyak 533 ind ha-1 pada Stasiun 3. Jenis
mangrove tingkat anakan memiliki kerapatan terendah yaitu, R. mucronata
sebanyak 89 ind ha-1 pada Stasiun 1, A. marina sebanyak 311 ind ha-1 pada Stasiun
10

2, dan A. corniculatum sebanyak 400 ind ha-1 pada Stasiun 3 (Gambar 6). Jenis A
corniculatum hanya ditemukan pada Stasiun 3 yang berada di dekat dengan bekas
lokasi tambak karena jenis ini mampu bertoleransi dengan salinitas yang rendah.
Menurut Patel dan Pandey (2009) menyatakan A. corniculatum dapat
dikelompokkan di antara tanaman yang toleran garam dimana pertumbuhan benih
A. corniculatum dapat beradaptasi dengan salinitas rendah dan pertumbuhan
optimal berada pada salintas 24 ‰.

1400

1200
Kerapatan jenis mangrove

1000

800
(ind ha-1)

600

400

200

0
Rm Am Ra Sa Rm Am Rm Am Ac
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3

Gambar 5 Kerapatan jenis mangrove kategori pohon di lokasi penelitian. A. marina


(Am); A. corniculatum (Ac); R. apiculata (Ra); R. mucronata (Rm); S.
alba (Sa).

800
Kerapatan jenis mangrove

600
(Iind ha-1)

400

200

0
Rm Am Rm Am Rm Am Ac
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3

Gambar 6 Kerapatan jenis mangrove kategori anakan di lokasi penelitian. A. marina


(Am); A. corniculatum (Ac); R. mucronata (Rm).
11

Kerapatan jenis mangrove tertinggi tingkat semai yaitu, A. marina


sebanyak 37778 ind ha-1 pada Stasiun 1, R. mucronata sebanyak 93333 ind ha-1 pada
Stasiun 2, dan R. mucronata sebanyak 22222 ind ha-1 pada Stasiun 3. Kerapatan
terendah mangrove terendah tingkat anakan yaitu, S. alba sebanyak 4444 ind ha-1
pada Stasiun 1, A. marina sebanyak 8889 ind ha-1 pada Stasiun 2, dan A. marina
sebanyak 16667 ind ha-1 pada Stasiun 3 (Gambar 7). Tingginya kerapatan pada
kategori semai diindikasikan bahwa cahaya matahari yang masuk dapat menyinari
lahan hutan mangrove secara optimal sampai permukaan tanah. Hal ini sesuai
dengan pendapat Supardjo (2008), tinggi atau rendahnya kerapatan semai
disebabkan oleh cahaya matahari yang dibutuhkan untuk berfotosintesis terhalang
atau tidak oleh pohon yang dapat mempengaruhi pertumbuhan semai.

100000

80000
Kerapatan jenis mangrove

60000
(ind ha-1)

40000

20000

0
Rm Am Sa Rm Am Rm Am
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3

Gambar 7 Kerapatan jenis mangrove kategori semai di lokasi penelitian. A. marina


(Am); R. apiculata (Ra); R. mucronata (Rm); S. alba (Sa).
Indeks Nilai Penting
Indeks Nilai Penting (INP) menyatakan kepentingan suatu jenis tumbuhan
dan juga menggambarkan tingkat penguasaan jenis dalam komunitas. Nilai INP
diperoleh dari jumlah nilai kerapatan relatif, frekuensi relatif, dan penutupan relatif.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan menunjukkan bahwa spesies yang
mendominasi di lokasi penelitian adalah A. marina dan R. mucronata. Jenis A.
marina yang dominan ditemukan di Stasiun 1 (220) dan Stasiun 3 (205). Sedangkan
jenis R. mucronata yang dominan ditemukan di Stasiun 2 (201) (Lampiran 2).
Menurut Fachrul (2007) menyatakan bahwa, pengelompokan tiga kategori Indeks
Nilai Penting didapat dari nilai tertinggi dibagi tiga yaitu, tinggi, sedang, dan
rendah. Jenis A. marina dan R. mucronata memiliki peran yang penting dalam
menjaga keberlangsung ekosistem di wilayah tersebut. Faktor zonasi juga sangat
berpengaruh terhadap dominansi suatu jenis. Pola kondisi lapang zonasi mangrove
dari garis pantai ke daratan secara berturut-turut adalah Jenis A. marina, R.
apiculata dan R. mucronata untuk zona terluar, jenis S. alba untuk zona tengah, dan
jenis A. corniculatum untuk zona belakang. Nilai INP mangrove yang diperoleh
dari hasil penelitian disajikan pada Gambar 8.
12

250

200
Indeks Nilai Penting

150

100

50

0
Rm Am Ra Sa Rm Am Rm Am Ac
Stasiun 1 Stasiun2 Stasiun 3
Gambar 8 Indeks nilai penting mangrove di lokasi penelitian. A. marina (Am);
A. corniculatum (Ac); R. apiculata (Ra); R. mucronata (Rm); S. alba
(Sa).
Indeks Nilai Penting dari setiap jenis sangat tergantung pada pertumbuhan
mangrove. Menurut Warongan (2009), peranan suatu jenis terhadap suatu
komunitas dapat menunjukkan kondisi pertumbuhan mangrove dalam komunitas
tersebut. Perbedaan indeks nilai penting vegetasi mangrove ini dikarenakan adanya
kompetisi pada setiap jenis untuk mendapatkan unsur hara dan sinar cahaya
matahari pada suatu lokasi. Nilai yang tinggi menunjukkan bahwa jenis tersebut
mampu bersaing dengan lingkungan sekitarnya, sebaliknya jika nilai yang rendah
menandakan jenis tersebut kurang mampu bersaing dengan lingkungan sekitarnya
dan jenis yang lain. Jenis mangrove yang ditemukan pada setiap stasiun mampu
hidup dengan substrat dominan lempung. Jenis S. alba dapat hidup pada campuran
lempung dan pasir serta dapat berasosiasi dengan A. marina pada kondisi
lingkungan yang sama. Jenis R. apiculata dapat hidup pada tanah berlempung dan
R. mucronata lebih toleran terhadap subtrat yang lebih keras dan pasir. Jenis A.
corniculatum dapat hidup pada tanah dengan substrat yang beragam (Noor et. al
2006).

Karakteristik Lingkungan dengan Sebaran Mangrove

Hasil Analisis Komponen Utama (Gambar 9) menunjukkan bahwa sebaran


spasial karakteristik lingkungan pada lokasi penelitian terpusat pada 3 sumbu utama
(F1, F2, dan F3) dengan keragaman total sebesar 100% dimana sumbu F1
menggambarkan keragaman sebesar 53.62%, sumbu F2 menggambarkan
keragaman sebesar 25.04%, dan sumbu F3 menggambarkan keragaman sebesar
21.34% (Lampiran 3). Hasil analisis sumbu F1 menunjukkan bahwa Stasiun 1
memiliki habitat yang dicirikan substrat dengan kandungan lempung yang dominan
sebaliknya Stasiun 2 memiliki habitat yang dicirikan substrat dengan kandungan
liat. Kondisi substrat merupakan salah satu faktor yang berperan dalam
pembentukan zonasi mangrove. Jenis substrat yang cocok pada pertumbuhan
mangrove berjenis lempung dan lempung berpasir (Muzaki et al. 2012).
13

Analisis sumbu F2 menunjukkan bahwa Stasiun 3 (sub Stasiun 3.1 dan 3.3)
memiliki habitat dengan ciri Eh yang rendah namun Stasiun 3 (sub Stasiun 3.2)
pada sumbu F3 dicirikan dengan kondisi habitat yang memiliki ph sedimen rendah.
Eh dan pH dapat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman dalam proses
ketersediaan hara. Penggenangan air pada substrat sedimen dapat mempengaruhi
nilai pH dan Eh tanah. Menurut Cyio (2008), pada saat kondisi genangan air tinggi
dapat meningkatkan pH sedimen namun hal tersebut berbanding terbalik dengan
nilai Eh

F1 dan F2: 78.66 % F1 dan F3: 74.96 %


2 3

EH
2.1 3.2
1.1 1.3 2
1 1.2
PH
F2 (25.04 %)

F3 (21.34 %)
SEDIMEN
1
LIAT EH 3.1 1.2
0
LEMPUNG LEMPUNG
2.2 0
2.3 2.1 1.1
3.1
LIAT 2.2 1.3
-1
-1 2.3 PH
3.2 SEDIMEN
3.3 3.3
-2 -2
-3 -2 -1 0 1 2 3 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3
F1 (53.62 %) F1 (53.62 %)

Gambar 9 Hasil Analisis Komponen Utama sebaran spasial karakteristik


lingkungan pada sumbu F1, F2 dan F3

Hasil Analisis Koresponden (Gambar 10) menunjukkan bahwa sebaran


spasial mangrove berdasarkan stasiun penelitian terpusat pada tiga sumbu utama
(F1, F2, dan F3) dengan keragaman total sebesar 100% (Lampiran 4). Sumbu F1
mengambarkan keragaman sebesar 63% yang didominasi oleh jenis A. marina dan
R. mucronata. Jenis mangrove A. marina dominan ditemukan pada Stasiun 1 (sub
Stasiun 1.1 dan 1.2) yang dicirikan dengan kandungan substrat jenis lempung dan
Stasiun 3 (sub Stasiun 3.1) yang dicirikan dengan Eh yang rendah sedangkan jenis
mangrove R. mucronata dominan ditemukan pada Stasiun 2 yang dicirikan dengan
kandungan substrat jenis liat dan Stasiun 3 (sub Stasiun 3.3) dengan Eh yang
rendah. Hal ini membuktikan bahwa A. marina dapat beradaptasi dengan
lingkungan yang bersubstrat lempung. Menurut Hapsari et.al (2017), komposisi
sedimen yang cocok untuk mangrove jenis Rhizophora sp. kaya akan lempung
sedangkan komposisi sedimen yang cocok untuk jenis Avicennia sp. kaya akan liat.
Namun jenis Avicennia sp. dapat beradaptasi dengan substrat lempung berdasarkan
kandungan yang mendominasi pada lokasi pengamatan. Sumbu F2
menggambarkan keragaman sebesar 22.64% yang ditemukan jenis R. apiculata dan
S. alba pada sub Stasiun 1.3 yang dicirikan dengan kandungan substrat jenis
lempung. Sumbu F3 menggambarkan keragaman sebesar 14.35% yang ditemukan
jenis A. corniculatum pada sub Stasiun 3.2.
14

F1 dan F2: 85.65 % F1 dan F3: 77.36 %


1 Ac 1
2.2 2.3 1.1 2.3 3.3 3.1 1.2 1.1
3.2 1.2 2.2
3.3 Am 3.1 2.1 Am
0 2.1 0
Rm Rm 1.3
Ra

F3 (14.35 %)
F2 (22.64 %)

Sa
-1 -1 3.2
1.3

-2 -2

Sa
-3 -3
Ra
Ac

-4 -4
-4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5
F1 (63.00 %) F1 (63.00 %)

Jenis Mangrove Stasiun Jenis Mangrove Stasiun

Gambar 10 Hasil Analisis Koresponden sebaran spasial mangrove pada sumbu F1,
F2, dan F3
Jenis mangrove A. corniculatum ditemukan pada Stasiun 3 yang dicirikan dengan
kondisi pH sedimen yang rendah. Menurut Patang (2013), pH sedimen yang
berkisar antara 6,4– 6,8 masih sangat cocok untuk pertumbuhan hampir semua jenis
mangrove.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Pada lokasi penelitian ditemukan 5 jenis mangrove yaitu, Avicennia marina,


Aegiceras corniculatum, Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, dan
Sonneratia alba. Kerapatan tertinggi dijumpai pada jenis A. marina pada tingkat
pohon dan R. mucronata pada tingkat anakan serta semai. Jenis A. marina dapat
tumbuh pada substrat sedimen lempung sedangkan R. mucronata dapat beradaptasi
dengan substrat sedimen lempung berliat. A. corniculatum dapat tumbuh pada
kondisi lingkungan dengan salinitas dan pH sedimen yang rendah.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai kandungan karbon, nitrat, dan


fosfor dalam sedimen untuk mengetahui ketersediaan nutrien serta produksi serasah
setiap jenis dalam sebaran vegetasi mangrove.
15

DAFTAR PUSTAKA

Aksornkoae S. 1993. Ecology and Management of Mangroves. Bangkok (TH): The


IUCN Wetlands Programme.
Anugra F, Umar H, Toknok B. 2014. Tingkat kerusakan hutan mangrove pantai di
Desa Malakosa Kecamatan Balinggi Kabupaten Parigi Moutong. Warta
Rimba. 2(1): 54-61.
Badan Perencana Pembangunan Daerah Kota Makassar (BPPD). 2015. Peraturan
daerah Kota Makassar Nomor 4 tahun 2015 tentang rencana tata ruang
wilayah Kota Makassar tahun 2015-2034. Makassar (ID): BPPD Kota
Makassar.
Bando AR, Marsoedi, Susilo A, Tamsil A. 2017. The strategy of mangrove forest
management due to mitigation in north coastal area of Makassar. Resources
and Environment. 7(2): 31-39.
Bengen DG. 2000. Sinopsis Teknik Pengambilan Contoh dan Analisis Data Biofisik
Sumberdaya Pesisir. Bogor (ID): PKSPL-IPB.
Bengen DG. 2004. Pedoman Teknis Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem
Mangrove. Bogor (ID): PKSPL-IPB.
Cyio MB. 2008. Efektivitas bahan organik dan tinggi genangan terhadap perubahan
Eh, pH, dan status Fe, P, Al terlarut pada tanah ultisol. J. Agroland. 15(4):
257-263.
Daimalindu ASA. 2019. Studi kelayakan tambak ikan bandeng di Desa Lakuan
Kabupaten Buol Sulawesi Tengah. J.Environtmental Science. 1(2): 8-17.
Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Yogyakarta (ID): Kanisius
English S, Wilkinson C, Baker V. 1997. Survey manual for tropical marine
resource 2nd edition. Australia (AU): Autralian Institute of Marine Science.
Fachrul MF. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta (ID): Bumi Aksara.
Hapsari RW, Hendrarto B, Muskananfola MR. 2017. Pemetaan karakteristik fisik
sedimen di pantai bermangrove di Pesisir Desa Timbulsloko, Kabupaten
Demak. J. Maquares. 6 (3): 283-292.
Hartatik W, Sulaeman, Kasno A. 2007. Perubahan sifat kimia tanah dan ameliorasi
sawah bukaan baru. Di dalam : Santoso D, Agus F, Wahyunto, editor. Tanah
Sawah Bukaan Baru. 2007. Bogor (ID): Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian.
Kushartono EW. 2009. Beberapa aspek biofisik kimia tanah di daerah mangrove
Desa Pasar Banggi Kabupaten Rembang. J. Ilmu Kelautan. 14 (2): 76-83.
Kusmana C, Ningrum DRP. 2016. Tipologi mangrove dan kondisi vegetasi
kawasan mangrove Bulaksetra Kabupaten Pangandaran Provinsi Jawa
Barat. J. Silvikultur Tropica. 7 (2):137-145.
[MENLH] Menteri Negara Lingkungan Hidup. 2004. Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 tentang Pedoman Penetapan
Baku Mutu Lingkungan. Jakarta (ID): Menteri Negara Lingkungan Hidup.
[MENLH] Menteri Negara Lingkungan Hidup. 2004. Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 201 Tahun 2004 tentang Kriteria Baku dan
Pedoman Penentuan Kerusakan Mangrove. Jakarta (ID): Menteri Negara
Lingkungan Hidup
16

Muzaki KF, Saptarini D, Kuswytasari ND, Sulisetyono A. 2012. Menjelajah


Mangrove Surabaya. Surabaya: Pusat Studi Kelautan LPPM ITS.
Noor YR, Khazali M, Suryadipura INN. 2006. Panduan Pengenalan Mangrove di
Indonesia. Bogor (ID): Wetland International – Indonesia Programme.
Odum EP. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University
Press.
Patang. 2013. Pengaruh sifat fisik dan kimia tanah terhadap komunitas hutan
mangrove (kasus di Kabupaten Sinjai). J. Galung Tropika. 2(3): 136-141.
Patel NT, Pandey AN. 2009. Salinity tolerance of Aegiceras corniculatum (L.)
Blanco from Gujarat coasts of India. Anales de Biologia. 31: 93-104
Rifardi. 2008. Ukuran Butir Sedimen Perairan Pantai Dumai Selat Rupat Bagian
Timur Sumatera. Journal Of Environmental Science. 2(2): 12-21.
Romadhon A. 2008. Kajian nilai ekologi melalui inventarisasi dan nilai indeks
penting (INP) mangrove terhadap perlindungan lingkungan Kepulauan
Kangean. J. Embryo. 5 (1): 82-97.
Sari MA, Purnomo PW, Haeruddin. 2016. Analisis kebutuhan oksigen untuk
dekomposisi bahan organik sedimen di Kawasan Mangrove Desa Bedono
Demak. J. Maquares. 5 (4): 285-292.
Schaduw JNW, Yulianda F, Bengen DG, Setyobudiandi I. 2011. Pengelolaan
ekosistem mangrove pulau-pulau kecil Taman Nasional Bunaken berbasis
kerentanan. J.Agrisains. 12 (3): 173-181.
Setiawan H. 2013. Status ekologi hutan mangrove pada berbagai tingkat ketebalan.
J. Penelitian Kehutanan Wallace. 2(2) : 104-120.
Supardjo. 2008. Identifikasi vegetasi mangrove di Segoro Anak Selatan, Taman
Nasional Alas Purwo, Banyuwangi, Jawa Timur. J. Saintek Perikanan. 3 (2):
9-15.
Ulqodry TZ, Bengen DG, Kaswadji RF. 2010. Karakteristik perairan mangrove
Tanjung Api-api Sumatera Selatan berdasarkan sebaran parameter
lingkungan perairan dengan menggunakan analisis komponen utama
(PCA). J. Maspari. 1 : 16-21.
Utomo B, Budiastuti S, Muryani C. 2017. Strategi pengelolaan hutan mangrove di
Desa Tanggul Tlare Kecamatan Kedung Kabupaten Jepara. J. Ilmu
Lingkungan. 15 (2): 117-123.
Warongan CWA. 2009. Kajian Ekologi Ekosistem Mangrove untuk Rehabilitasi di
Desa Tiwoho Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara Prov. Sulawesi
Utara [Tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Dokumentasi

Soneratia alba Stasiun 1

Rhizophora mucronata Stasiun 2

Avicennia marina Stasiun 3

Rhizophora apiculata Aegiceras corniculatum


18

Lampiran 2 Hasil analisis struktur vegetasi mangrove tingkat pohon, anakan, dan
semai di Perairan Pesisir Makassar, Sulawesi Selatan
Pohon
Stasiun Jenis
Jumlah Rdi Rfi Rci INP
A. marina 89 82.41 57.14 80.75 220.30
R. mucronata 14 12.96 28.57 11.37 52.90
1 R. stylosa 3 2.78 7.14 3.73 13.65
S. Alba 2 1.85 7.14 4.15 13.15
Total 108 100 100 100 300
A. marina 48 28.74 41.67 28.68 99.09
2 R. mucronata 119 71.26 58.33 71.32 200.91
Total 167 100 100 100 300
A. marina 59 56.73 53.85 93.95 204.53
R. mucronata 42 40.38 38.46 5.47 84.31
3
A. corniculatum 3 2.88 7.69 0.58 11.16
Total 104 100 100 100 300

Anakan
Stasiun Jenis
Jumlah Rdi Rfi INP
A. marina 8 80 80 160
1 R. mucronata 2 20 20 40
Total 10 100 100 200
A. marina 7 29.17 33.33 62.50
2 R. mucronata 17 70.83 66.67 137.50
Total 24 100 100 200
A. marina 9 31.03 33.33 64.37
3
R. mucronata 12 41.38 33.33 74.71
A. corniculatum 8 27.59 33.33 60.92
Total 29 100 100 200

Semai
Stasiun Jenis
Jumlah Rdi Rfi INP
1 A. marina 34 73.91 60 133.91
R. mucronata 8 17.39 20 37.39
S. alba 4 8.70 20 28.70
Total 46 100 100 200
2 A. marina 8 8.70 14.29 22.98
R. mucronata 84 91.30 85.71 177.02
Total 92 100 100 200
3 A. marina 15 42.86 40 82.86
R. mucronata 20 57.14 60 117.14
Total 35 100 100 200
19

Lampiran 3 Hasil analisis PCA


F1 F2 F3 F4
Eigenvalue 2.145 1.001 0.854 0.000
Variability (%) 53.621 25.036 21.344 0.000
Cumulative % 53.621 78.656 100.000 100.000
Scree plot
2.5 100

Cumulative variability (%)


2 80
Eigenvalue

1.5 60

1 40

0.5 20

0 0
F1 F2 F3 F4
axis

Squared cosines of the variables:

F1 F2 F3 F4
PH SEDIMEN 0.226 0.069 0.705 0.000
EH 0.015 0.933 0.053 0.000
SAND 0.000 0.000 0.000 0.000
LEMPUNG 0.952 0.000 0.048 0.000
LIAT 0.952 0.000 0.048 0.000

Correlations between variables and factors:

F1 F2 F3 F4
PH SEDIMEN 0.475 0.262 -0.840 0.000
EH -0.120 0.966 0.230 0.000
SAND 0.000 0.000 0.000 0.000
LEMPUNG 0.976 -0.004 0.219 0.001
LIAT -0.976 0.005 -0.219 0.001
20

Squared cosines of the observations:

F1 F2 F3 F4
1.1 0.518 0.478 0.004 0.000
1.2 0.819 0.143 0.038 0.000
1.3 0.540 0.389 0.071 0.000
2.1 0.828 0.172 0.000 0.000
2.2 0.730 0.056 0.214 0.000
2.3 0.807 0.047 0.146 0.000
3.1 0.115 0.452 0.433 0.000
3.2 0.022 0.294 0.684 0.000
3.3 0.182 0.437 0.381 0.000

Factor scores:

Observation F1 F2 F3 F4
1.1 0.961 0.923 0.080 -0.001
1.2 2.151 0.898 0.462 -0.001
1.3 1.139 0.968 -0.413 0.002
2.1 -2.757 1.258 -0.013 0.000
2.2 -0.650 -0.181 -0.352 0.000
2.3 -1.772 -0.430 -0.753 0.000
3.1 0.249 -0.495 0.484 0.000
3.2 -0.366 -1.323 2.019 0.000
3.3 1.045 -1.619 -1.514 0.000

Lampiran 4 Hasil analisis CA


F1 F2 F3
Eigenvalue 0.358 0.128 0.081
Inertia (%) 63.002 22.643 14.355
Cumulative % 63.002 85.645 100.000
Scree plot
0.4 100

0.35
80
0.3
Inertia (%)
Eigenvalue

0.25 60
0.2

0.15 40

0.1
20
0.05

0 0
F1 F2 F3
axis
21

Squared cosines (rows):

F1 F2 F3
1.1 0.969 0.023 0.007
1.2 0.966 0.025 0.009
1.3 0.017 0.969 0.014
2.1 0.964 0.006 0.030
2.2 0.866 0.039 0.095
2.3 0.884 0.032 0.084
3.1 0.965 0.026 0.009
3.2 0.026 0.087 0.887
3.3 0.825 0.055 0.121

Standard coordinates (rows):

F1 F2 F3
1.1 1.591 0.412 0.291
1.2 1.494 0.404 0.297
1.3 0.244 -3.042 -0.460
2.1 -1.237 0.160 0.461
2.2 -0.610 0.216 0.423
2.3 -0.662 0.211 0.427
3.1 1.482 0.403 0.298
3.2 -0.258 0.781 -3.132
3.3 -0.522 0.224 0.418

Squared cosines (columns):

F1 F2 F3
Am 0.990 0.009 0.002
Rm 0.996 0.000 0.004
Ra 0.006 0.972 0.022
Sa 0.006 0.972 0.022
Ac 0.006 0.058 0.935

Standard coordinates (columns):

F1 F2 F3
Am 0.951 0.148 0.083
Rm -1.070 0.040 0.141
Ra 0.409 -8.488 -1.610
Sa 0.409 -8.488 -1.610
Ac -0.432 2.179 -10.973
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 24 Januari


1997. Penulis merupakan anak keempat dari lima bersaudara
pasangan Bapak Syaifullah dan Ibu Tatik Hayati. Pendidikan
penulis diawali di SD Negeri Tugu 4 Depok pada tahun 2003-
2007 serta SD Negeri Srengseng Sawah 12 Pagi Jakarta pada
tahun 2007-2009. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan
di SMP Negeri 98 Jakarta pada tahun 2009-2012 dan SMA
Negeri 109 Jakarta pada tahun 2012-2015. Penulis diterima
di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Nasional
Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) di Departemen Ilmu dan Teknologi
Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan pada tahun 2015.
Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif di berbagai kegiatan
organisasi dan kepanitian baik intra maupun ekstra kampus. Penulis aktif di
organisasi intra kampus yaitu Indonesian Green Action Forum (IGAF) sebagai
Public Relation and Partnership pada tahun 2015-2018. Penulis aktif mengikuti
kepanitian intra kampus seperti Exhibition of Social, Art, and Culture (Essential)
2016, Open House 53 tahun 2016, Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional ke-29 tahun
2016, Kongres Nasional Anti Penyalahgunaan Narkoba 2017, dan Pekan Olahraga
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan 2017.
Penulis pernah menjadi relawan dalam beberapa kegiatan ekstra kampus
di Jakarta antara lain, Conference on Indonesian Foreign Policy (CIFP) 2017, The
4th Indonesian Conference on Tobacco or Health 2017, dan Indonesian Youth
Conference 2017. Penulis pernah menjadi partisipan dalam acara The 3rd
Preparatory Committee of United Nations Habitat III di Surabaya tahun 2016.
Penulis juga mengikuti lomba nasional APRI Youth Innovation 2018 secara
berkelompok.
Dalam rangka menyelesaikan studi di Departemen Ilmu dan Teknologi
Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, penulis
menulis karya tulis ilmiah yang berjudul “Sebaran Vegetasi Mangrove dan
Keterkaitannya dengan Karakteristik Lingkungan Perairan Pesisir Makassar,
Sulawesi Selatan”.

Anda mungkin juga menyukai