Anda di halaman 1dari 77

SKRIPSI

KEANEKARAGAMAN DAN PEMANFAATAN GASTROPODA DI


EKOSISTEM MANGROVE PANTAI KATEWEL DESA LETE KONDA
KECAMATAN LOURA KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains
Biologi

MARSELINA DENDO
1637050037

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2022
HALAMAN PERSETUJUAN
Naskah skripsi dengan judul “Keanekaragaman Dan Pemanfaatan
Gastropoda Di Ekosistem Mangrove Pantai Katewel Desa Lete Konda
Kecamatan Loura Kabupaten Sumba Barat Daya” yang disusun dan diajukan
oleh Marselina Dendo, Nim 1637050037 telah diperiksa dan disetujui oleh Tim
pembimbing.
Disetujui oleh:

Ketua Penguji Anggota Penguji 1 Anggota Penguji 2

Dr. Ir. Alfred O.M Dima, M.Si. Andriani N. M. Nope, S.Si, M.P. Ikke Septa F.M, S.Si, M.Sc.
NIP : 19700410 2012 1 001 NIP.19820928 200812 2 001 NIP :19770901 200604 2 001

Pembimbing 1 Pembimbing II

Drs. Fransiskus Kia Duan, M.Si. Ermelinda D. Meye, S. Si, M.Sc.


NIP :19610727 1999003 1 001 NIP. 19781005 200501 2 001

Mengetahui

koordinator program Studi Biologi


Fakultas Sains dan Teknik
Universitas Nusa Cendana

Dr. Refli, M.Sc.


NIP. 19650526 199103 1 002

i
HALAMAN PENGESAHAN

Naska skripsi dengan judul “Keanekaragaman Dan Pemanfaatan


Gastropoda Di Ekosistem Mangrove Pantai Katewel Desa Lete Konda
Kecamatan Loura Kabupaten Sumba Barat Daya” yang disusun dan diajukan
oleh Marselina Dendo, Nim 1637050037 pada tanggal 17 Maret 2022 di
hadapan Tim Penguji dan dinyatakan secara sah memenuhi syarat/tidak
memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains di Program Studi
Biologi Fakultas Sains Dan Teknik Universitas Nusa Cendana.
Disahkan oleh

KetuaPenguji Dr. Ir. Alfred O.M Dima, M.Si.


NIP : 19700410 2012 1 001

Anggota Penguji l Adriani Ninda Momo, S.Si, M.P.


NIP :19820928 200812 2 001

Anggota Penguji ll Ikke Septa F.M, S.Si,M.Sc.


NIP :19770901 200604 2 001

Mengetahui:

Dekan Fakultas Sains Dan Teknik Koordinator Program Studi Biologi


Universitas Nusa Cendana Fakultas Sains Dan Teknik
Universitas Nusa Cendana

Dr. Hery Leo Sianturi, M.Si. Dr. Refli. M.Sc.


NIP. 19651205 199103 1 006 NIP. 19650526 199103 1 002

ii
ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan di ekosistem mangrove pantai Katewel Desa Lete


Konda Kecamatan Loura Kabupaten Sumba Barat Daya yang berlangsung selama
dua bulan yaitu pada bulan April-Mei tahun 2021. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui jenis-jenis gastropoda, keanekaragaman jenis-jenis gastropoda dan
pemanfaatan gastropodadi ekosistem mangrove pantai Katewel Desa Lete Konda
Kecamatan Loura Kabupaten Sumba Barat Daya. Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode transek kuadrat dan plot yang
terdiri dari stasiun I substrat berlumpur dan stasiun II substrat berpasir di mana
pada lokasi penelitian dibuat garis transek dan meletakan plot sepanjang garis
transek yang ditetapkan. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan 9 spesies
gastropoda yaitu Cerithidea cingulata, Cerithidea djadjarensis, Tereblaria
sulcata, Rhinoclavis diadema, Conus papiliferus, Strombus labiatus, Nerita
turruti, Nerita ambicilla, Nerita semiconica.Indeks keanekaragaman tergolong
rendah yaitu 0,232 untuk stasiun 1 dan stasiun II yaitu 0,237 sedangkan
gastropoda yang dimanfaatkan sebagai bahan pangan oleh masyarakat disekitar
Pantai Katewel ada 2 jenis yaitu Cerithidea cingulata dan Strombus labiatus.

Kata kunci : Gastropoda, Keanekaragaman, Pemanfaatan, Mangrove,

iii
ABSTRACT

This research was conducted in the mangrove ecosystem of Katewel Beach,


Lete Konda Village, Loura District, Southwest Sumba Regency which lasted for
two months, from April to May 2021.This study aims to determine the types of
gastropods, the diversity of gastropod species and the utilization of gastropods in
the mangrove ecosystem of Katewel Beach, Lete Konda Village, Loura District,
Southwest Sumba Regency.The research method used in this study is the
quadratic transect method and plot consisting of a muddy substrate station I and a
sandy substrate II station where a transect line is made at the research location and
plots are laid along the specified transect line.Based on the results of the study
found 9 species of gastropods namely Cerithidea cingulata, Cerithidea
djadjarensis, Tereblaria sulcata, Rhinoclavis diadema, Conus papiliferus,
Strombus labiatus, Nerita turruti, Nerita ambicilla, Nerita semiconica. The
diversity index is low, namely 0.232 for station 1 and station II, which is 0.237,
while the gastropods used as food by the community around Katewel Beach are 2
types, namely Cerithidea cingulata and Strombus labiatus.

Keywords : Gastropods, Diversity, Utilization, Mangrove.

iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,
karena atas rahmat dan penyertaanNya penulis diberi kesempatan untuk bisa
menyelesaikan penulisan proposal penelitian yang berjudul “Keanekaragaman
Dan Pemanfaatan Gastropoda Di Ekosistem Magrove Pantai Katewel Desa Lete
Konda Kecamatan Loura Kabupaten Sumba Barat Daya”.
Penulis menyadari bahwa betapa besarnya dukungan dari sesama yang
membantu serta membimbing penulis selama penyelesaian proposal. Untuk itu,
pada kesempatan ini penulis mengucapkan limpah terima kasih yang setulusnya
dan rasa hormat yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Drs. Hery Leo Sianturi, M.Si sebagai Dekan Fakultas Sains
dan Teknik beserta Civitas Akademik yang telah membantu selama
penulisan skripsi ini.
2. Bapak Dr. Refli, M.Sc sebagai Ketua Program Studi Biologi Fakultas
Sains dan Teknik beserta staf yang telah banyak membantu penulis.
3. Bapak Dr. Drs. Fransiskus Kia Duan, M.Si sebagai pembimbing 1
yang telah banyak membimbing dan mengarahkan penulis sejak awal
penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.
4. Ibu Ermelinda D. Meye, S.Si, M.Si sebagai pembimbing II yang telah
meluangkan waktu untuk menuntun penulis sejak awal dan sampai
penyusunan skripsi ini.
5. Bapak Dr. Alfred O. M. Dima. M.Si, Ibu Andriani Ninda Momo, S.Si,
M.P dan Ikke Septa F.M. S.Si, M.Sc. Selaku penguji yang memberikan
masukan untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini.
6. Ibu Andriani Ninda Momo Nope, S.Si, M.P sebagai Dosen Penasehat
Akademik, yang selalu memberikan nasehat, motivasi, dan masukan
kepada penulis selama penulisan skripsi.
7. Seluruh staf dosen Program Studi Biologi yang telah memberikan
bekal pengetahuan kepada penulis selama mengikuti kuliah sehingga
dapat diaplikasikan dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

v
8. Keluarga besar tercinta Bapak Daud Dawu Napu, Mama Yublina Dada
Gole, Bapak Metusalak B. Lodo, Mama Yuliana Pora Ina, Yusuf, Via,
Okta, Vince, Rinus, Umbu, Lita, Iren, Uken, Indah, No, Inko yang
selalu mendukung dan mendoakan penulis dalam menempuh
pendidikan.
9. Teman-teman seperjuangan Biologi angkatan 2016 (Sarlin, Ati, Adri,
Markus, Linus, Bobby, Jeni, Rensi, Ita, Erwin, Devid, Eki, Lian,Yanti,
Meri, Emus, Fales, Susan, Ewi, Del Tonda, Del Ina, Titin, Iwin, Alin,
Asti, Nita, Delsi, Ferlin, lodong, Cince) yang selalu memberikan
semangat dan motivasi serta semua pihak yang telah banyak
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi yang disusun masih
memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan saran yang bersifat perbaikan dari pembaca. Atas
bantuan dan kerja sama yang baik dari semua pihak, penulis
mengucapkan terimakasih.

Kupang, 22 April 2022

Penulis

vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN............................................. i
LEMBAR PENGESAHAN.................................................. ii
ABSTRAK........................................................................... iii
ABSTRACT......................................................................... iv
KATA PENGANTAR ........................................................ v
DAFTAR ISI ....................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .......................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................... xi
DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN....................... xii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................... 1
B. Rumusan Masalah....................................................... 2
C. Tujuan Penelitian........................................................ 3
D. Manfaat Penelitian ..................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka............................................................ 4
1. Gastropoda............................................................ 4
2. Morfologi Gastropoda........................................... 5
3. Anatomi................................................................. 6
4. Klasifikasi Gastropoda.......................................... 7
5. Ekologi gastropoda............................................... 8
6. Keanekaragaman gastropoda................................ 9
7. Faktor-faktor yang mempengaruhi keanekaraman jenis 11
8. Indeks keanekaragaman........................................ 11
9. Manfaat Gastropoda.............................................. 12
10. Gastropoda pada ekosistem mangrove.................. 13
11. Faktor lingkungan yang mempengaruhi gastropoda 14

vii
12. Pengertian Mangrovedan peranan mangrove........ 14
B. Penelitan Relevans...................................................... 16
BAB III METODE PENELITIAN
A. Waktu dan tempat penelitian...................................... 20
B. Alat dan bahan.......................................................... 20
C. Metode penelitian..................................................... 21
D. Prosedur kerja........................................................... 21
E. Variabel penelitian.................................................... 23
F. Analisis data............................................................. 24
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitiaan......................... 25
B. Jenis–jenis gastropoda yang di temukanDi Pantai Katewel 27
C. Indeks Keanekaragaman Jenis Gastropoda Di Pantai Katewel 37
D. Pemanfaatan Gastropoda ........................................... 41
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................. 45
B. Saran ........................................................................ 45
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

viii
DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 2.1.Penelitian Yang Relevans Dan Sudah Dilaksanakan..... 15


Tabel 4.1.Jenis-Jenis Gastropoda Di Pantai Katewel.................... 28
Tabel 4.2.Klasifikasi Jenis Gastropoda ......................................... 34
Tabel 4.3.Indeks Keanekaragaman Jenis Gastropoda .................. 37

ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Morfologi Gastropoda............................................... 6
Gambar 2.2. Anatomi Gastropoda................................................. 8
Gambar 3.1. Posisi Geografis Penelitian....................................... 22
Gambar 3.3. Plot Pengamatan........................................................ 24
Gambar 4.1. Jenis-Jenis Mangrove................................................ 25
Gambar 4.2. Aktivitas Masyarakat................................................ 26
Gambar 4.3. Keadaan Stasiun I..................................................... 27
Gambar 4.4. Sampah Anorganik.................................................... 27
Gambar 4.5. Jenis Gastropoa Yang Dimanfaatkan ....................... 42

x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman

Lampiran 1 Gambar Peta Lokasi................................................... 52


Lampiran 2 Foto Kegiatan Pengukuran Dan Pembuatan Plot....... 53
Lampiran 3 Foto Penelitian ........................................................... 54
Lampiran 4 Jenis Gastropoda Yang Ditemukan ........................... 55
Lampiran 5 Data Mentah............................................................... 56
Lampiran 6 Rekap Parameter Lingkungan.................................... 62
Lampiran 7 Kuisioner ................................................................... 64
Lampiran 8 Surat Ijin Penelitian.................................................... 65

xi
DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN

0
C Derajat celcius
dkk dan kawan-kawan
m meter
cm Centimeter
LS Lintang selatan
LU Lintang utara
m2 meter persegi
km kilometer
% persen
= sama dengan
pH Derajat Keasaman

xii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kabupaten Sumba Barat Daya adalah salah satu kabupaten yang berada
di Provinsi Nusa Tenggara Timur yangmempunyai letak dan wilayah strategis
ditinjau dari pendekatan ekonomi. Kabupaten ini terdapat sumberdaya hayati
seperti ikan, molusca, krustacea dan sumber daya non hayati seperti
berbatuan, pasir, dan hutan mangrove.
Ekosistem mangrove adalah lingkungan yang memiliki vegetasi khas
disepanjang pantai atau muara sungaiyang telah menyesuaikan diri dari
terpaan ombak kuat dengan tingkat salinitas tinggi serta tanah senantiasa
digenangi air (Fachrul, 2007). Ekosistem ini menjadi habitat banyak hewan
invertebrata, salah satunya gastropoda. Gastropoda di ekosistem mangrove
jumlahnya sangat melimpah, hal ini karena gastropoda mampu menyesuaikan
diri di ekosistem mangrove dari kondisi lingkungan yang ekstrim (Putri,
2018).
Gastropoda beradaptasi baik di mangrove, jika memiliki
keanekaragaman dan jumlah individu rendah, maka dapat dipastikan
ekosistem hutan mangrove terganggu. Berkurangnya gastropoda akan
mengurangi proses dekomposisi dihutan mangrove, yang berdampak pada
berkurangnya sedimentasi yang didapat dari sisa-sisa konsumsi gastropoda
(Chaniago, 2015). Gastropoda dapat menjadi bioindikator dari kerusakan
hutan mangrove, apabila kondisi mangrove bagus maka keanekaragaman dan
jumlah individu gastropoda tinggi, begitu juga sebaliknya.
Keberadaan dan keanekaragaman gastropoda sangat ditentukan oleh
kondisi lingkungan sekitarnya. Gastropoda merupakan hewan yang memiliki
mobilitas yang lambat dan cenderung menetap, karena sifat inilah maka
kondisi lingkungan akan sangat mempengaruhi kehidupan gastropoda. Pada
saat ini kondisi lingkungan ekosistem mangrove di pesisir DesaLete Konda
kian hari semakin mengalami kemunduran.

1
Kawasan mangrove yang ada di pesisir Desa Lete Konda ini merupakan
salah satu lokasi kerusakan mangrove yang semakin hari semakin banyak
dimanfaatkan oleh masyarakat, pemanfaatan mangrove tersebut digunakan
sebagai kayu bakar dalam proses pemasakan garam tradisional disekitar
pesisir pantai. Selain itu juga dikarenakan adanya perambahan dan alih fungsi
lahan oleh sebagian masyarakat dalam pembangunan infrastruktur,
pemukiman, penebangan liar dan banyak manusia yang mengambil mangrove
untuk dijadikan sebagai alternatif pengganti makanan ternak yaitu sapi,
kerbau dan kambing, sehingga berdampak abrasi terus menerus di pantai
tersebut. Dengan rusaknya ekosistem mangrove maka hewan yang terdapat di
ekosistem tersebut terganggu, salah satunya adalah gastropoda.
Sampai saat ini belum pernah ada peneliti yang meneliti tentang
keanekaragaman dan pemanfaatan gastropoda di ekosistem mangrove Desa
Lete Konda Kabupaten Sumba Barat Daya sehingga informasi jenis-jenis
gastropoda disana belum diketahui, padahal ekosistem mangrove diarea
tersebut sebagian besar telah rusak dan hingga saat ini kerusakan tersebut
masih berlangsung. Sehubungan dengan hal tersebut maka peneliti ingin
melakukan penelitian mengenai “Keanekaragaman dan Pemanfaatan
Gastropoda di Ekosistem Mangrove Pantai Katewel Desa Lete Konda
Kecamatan Loura Kabupaten Sumba Barat Daya”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah adalah:
1. Jenis-jenis gastropada apa saja yang terdapat di ekosistem mangrove
Desa Lete Konda Kecamatan Loura Kabupaten Sumba Barat Daya?
2. Bagaimanakah tingkat keanekaragaman gastropoda di ekosistem
mangrove Desa Lete Konda Kecamatan Loura Kabupaten Sumba
Barat Daya?
3. Bagaimana pemanfaatan gastropoda di ekosistem mangrove Desa Lete
Konda Kecamatan Loura Kabupaten Sumba Barat Daya.

2
C. Tujuan
Adapun Tujuan dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui jenis-jenis gastropada apa saja yang terdapat di
ekosistem mangrove Desa Lete Konda Kecamatan Loura Kabupaten
Sumba Barat Daya.
2. Untuk mengetahui tingkat keanekaragaman gastropoda di ekosistem
mangroveDesa Lete Konda Kecamatan Loura Kabupaten Sumba
Barat Daya.
3. Untuk mengetahui pemanfaatan gastropoda di ekosistem mangrove
Desa Lete Konda Kecamatan Loura Kabupaten Sumba Barat Daya.

D. Manfaat
Adapun manfaat penulisan dari pembuatan skripsi ini adalah sebagai
berikut:
1. Sebagai sumber informasi bagi masyarakat sekitar tentang manfaat
dan pentingnya gastopoda di pantai Katewel Kabupaten Sumba
Barat Daya.
2. Bagi pemerintah (khususnya Kabupaten Sumba Barat Daya) dapat
digunakan sebagai acuan dalam menjaga, melestarikan, dan
memberdayakan gastropoda di Pantai Katewel Kabupaten Sumba
Barat Daya.
3. Sebagai bahan informasi bagi mahasiswa atau peneliti selanjutnya
tentang keanekaragaman dan pemanfaatan gastropoda khususnya di
ekosistem mangrove Kabupaten Sumba Barat Daya Kecamatan
Loura Desa Lete Konda.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajiaan Pustaka
1. Gastropoda
Gastropoda merupakan hewan moluska yang berjalan dengan bagian kaki
perut, berasal dari bahasa Yunani (gaster= perut; podas = kaki) artinya hewan
yang memiliki kaki perut. Gastropoda sering disebut dengan siput, meskipun
gastropoda juga memiliki anggota lain seperti limpet, abalon, dan nudibrankia.
Gastropoda memiliki jumlah spesies sekitar 70.000, dan sebagian besar
terdapat di laut. Ciri–ciri umum gastropoda memiliki cangkang yang berfungsi
untuk melindungi organ vital dan terletak diposisi dorsal tubuh,sedangkan pada
bagian ventral terdapat kaki yang bisa menggulung/melipat dan tersusun oleh
otot–otot ventralperut.Gastropoda sebagian besar hidup di perairan laut,
meskipun ada pula yang hidup di air tawar bahkan di daratan, akan tetapi
seluruh jenis moluska yang hidup di daratan merupakan jenis dari gastropoda.
Gastropoda diketahui juga berasosiasi dengan ekosistem lamun. Komunitas
gastropoda merupakan komponen yang penting dalam rantai makanan
dipadang lamun, dimana gastropoda merupakan hewan dasar pemakan detritus
(detritus feeder).
Kebanyakan gastropoda memiliki satu cangkang spiral tunggal yang
menjadi tempat persembunyian hewan apabila terancam. Cangkang seringkali
berbentuk kerucut namun berbentuk pipih pada abalon dan limpet. Kebanyakan
gastropoda memiliki kepala yang jelas dengan mata pada ujung tentakel.
Gastropoda benar-benar bergerak selambat bekicot secara harafiah dengan
gerakan kaki yang bergelombang atau dengan silia, seringkali meninggalkan
jejak lendir ketika lewat, kebanyakan gastropoda menggunakan radulanya
untuk memakan alga atau tumbuhan. (Campbell et.al., 2008)

4
2. Morfologi Gastropoda
Gastropoda adalah hewan yang bertubuh lunak, berjalan dengan perut
yang dalam hal ini disebut kaki. Gerakan gastropoda disebabkan oleh
kontraksi-kontraksi otot seperti gelombang, dimulai dari belakang menjalar
kedepan. Pada waktu bergerak, kaki bagian depan memiliki kelenjar untuk
menghasilkan lendir yang berfungsi untuk mempermudah berjalan, sehingga
jalannya meninggalkan bekas. Hewan ini dapat bergerak secara mengagumkan
yaitu memanjat kepohon tinggi atau memanjat kebagian pisau cukur tanpa
teriris. Sebagian besar gastropoda mempunyai cangkok (rumah) dan berbentuk
kerucut terpilin (spiral). Bentuk tubuhnya sesuai dengan bentuk cangkok.
Padahal waktu larva bentuk tubuhnya simetris bilateral. Namun ada pula
gastropoda yang tidak memiliki cangkok, sehingga sering disebut siput
telanjang (vaginula). Hewan ini terdapat di laut dan ada pula yang hidup di
darat. Gastropoda ini menggendong cangkang, kakinya besar untuk merayap di
batu atau menggedup pasir atau lumpur. Pada kelas hewan ini telah terjadi
reduksi beberapa organ tubuh untuk menyesuaikan ukuran cangkangnya,
seperti mereduksi satu ginjal dan beberapa jenis sudah mereduksi menjadi satu
insang (Pechenik , 2000).
Gastropoda ini merupakan kelompok molusca yang telah berhasil
menduduki berbagai habitat. Terdapat di darat, perairan tawar, dan yang
terbanyak yaitu di laut. Bentuk tubuhnya beranekaragam, terdapat lebih dari
60.000 spesies hidup dan 15.000 spesies fosil. Dalam banyak hal, gastropoda
hanya mengalami sedikit perubahan dari bentuk nenek moyangnya. Modifikasi
yang nyata adalah torsi, torsi adalah peristiwa memutarnya cangkang beserta
mantel, rongga mantel dan masa visceral ke arah berlawanan arah jarum jam
terhadap kaki dan kepala. Torsi bukanlah hipotesa evolusi sebab dapat
dibuktikan dengan perkembangan embrio gastropoda hidup (Sugiarti, 2005).
Morfologi gastropoda terwujud dalam morfologi cangkangnya, sebagianbesar
cangkangnya terbuat dari bahan kalsium karbonat yang dibagian
luarnyadilapisi periostrakum dan zat tanduk. Cangkang gastropoda yang
berputar kearah belakang searah dengan jarum jam disebut dekstral, sebaliknya

5
bila cangkangnya berputar berlawanan arah dengan jarum jam disebut sinistral,
siput-siput gastropoda yang hidup di laut umumnya berbentuk dekstral dan
sedikit sekali ditemukan dalam bentuk sinistral.

Gambar 2.1. Morfologi Gastropoda (Bengen, 2004)


3. Anatomi
Bentuk cangkang siput pada umumnya seperti kerucut dari tabung yang
melingkar seperti konde (gelung). Puncak kerucut merupakan bagian yang
tertua, disebut apex. Gelung terbesar disebut body whorld dan gelung keci-
kecil diatasnya disebut spire (ulir). Diantara bibir dalam dan gelung terbesar
terdapat umbilicus yaitu ujung columella, yang berupa celah sempit sampai
lebar dalam. Apabila umbilicus tertutup, maka cangkang disebut imperforate.
Cangkang gastropoda terdiri atas 4 lapisan, paling luar adalah periostraktum,
yang merupakan lapisan tipis terdiri dari bahan protein seperti tanduk disebut
conchiolin atau conchin. Pada lapisan ini terdapat endapan pigmen beraneka
warna, yang menjadikan banyak cangkang siput terutama spesies laut sangat
indah warnanya, kuning, hijau cemerlang dengan bercak–bercak merah dan
garis garis cerah.
a. Kepala
Pada kepala gastropoda terdapat sepasang alat peraba yang dapat
dipajang pendekan, pada alat peraba ini terdapat titik mati untuk
membedakan terang dan gelap, pada mulut terdapat lidah parut dan gigi
rahang.

6
b. Badan
Badan gastropoda terdapat alat-alat penting untuk hidupnya di antaranya
ialah alat pencernaan, alat pernafasan serta alat genetalis untuk
pembiakanya. Saluran pencernaan terdiri dari atas mulut, pharynx yang
berotot, kerongkongan, lambung, usus, dan anus.
c. Alat gerak
Alat gerak mengeluarkan lendir, untuk memudahkan pergerakanya.
Cangkang gastropoda terdiri atas 4 lapisan, paling luar adalah
periostraktum, yang merupakan lapisan tipis terdiri dari bahan protein
seperti zat tanduk.

Gambar 2.2. Anatomi Gastropoda (Bengen, 2004).

4. Klasifikasi Gastropoda
Gatropoda termasuk kedalam binatang yang tidak mempunyai tulang
belakang, yang biasa disebut avertebrata. Berikut sistem klasifikasi dari
gastropoda, yaitu:
Kingdom : Animalia
Phylum : Molluska
Kelas : Gastropoda (Pechenik, 2005)

Gastropoda dibagi lagi menjadi 3 (tiga) subkelas, yaitu:

7
a. Subkelas Prosobranchia (Streptoneura)
Prosobranchia merupakan subkelas terbesar pada kelas gastropoda,
jenis kelamin dari hewan ini termasuk jenis kelamin yang terpisah.
Prosobranchia menurut Handayani, (2006) memiliki dua buah
insang yang terletak di anterior, sistem saraf terpilin membentuk
angka delapan, tentakel berjumlah dua buah. Cangkang umumnya
tertutup oleh operkulum, kebanyakan hidup di laut tetapi ada
beberapa yang di daratan seperti famili Cyclophoridae dan
Pupinidae bernapas dengan paru-paru dan yang hidup di air tawar
seperti famili Thiaridae.
b. Subkelas Opisthobranchia
Menurut (Pechenik, 2005) opisthobranchia merupakan hewan yang
jumlahnya relatif kecil pada kelas gastropoda. Kelompok
gastropoda inimemiliki dua buah insang yang terletak di posterior,
cangkang umumnya tereduksi dan terletak di dalam mantel,
nefridia berjumlah satu buah, jantung saturuang dan organ
reproduksi berumah satu, kebanyakan hidup di laut.
c. Subkelas Pulmonata
Pulmonata bernapas dengan paru-paru, cangkang berbentuk spiral,
kepala dilengkapi dengan satu atau dua pasang tentakel, sepasang
di antaranya mempunyai mata, rongga mentel terletak, di interior,
organ reproduksi hermaprodit atau berumah satu.

5. Ekologi Gastropoda
Habitat dari gastropoda adalah hutan mangrove dan secara ekologis
gastropoda memiliki peran yang besar dalam kaitannya dengan rantai makanan
komponen biotik di kawasan hutan mangrove, karena disamping sebagai
pemangsa detritus, gasstropoda juga berperan dalam merobek atau
memperkecil serasa yang jatuh. Gastropoda merupakan organisme yang
memiliki pergerakan lambat dan cenderung menetap pada suatu ekosistem,
namun gastropoda dapat dijadikan sebagai indikator ekologis untuk

8
mengetahui kondisi ekosistem. Hal ini dikarenakan gastropoda merupakan
organisme yang hidup cenderung menetap didasar perairan sehinggga tidak
memiliki kemampuan untuk berpindah apabila kondisi ekosistem mengalami
perubahan. Sifat gastropoda yang cenderung menetap menyebabkan gastropoda
menerima setiap perubahan yang terjadi baik perubahan lingkungan maupun
dari dalam maggrove itu sendiri.
Menurut Rahkmanda, (2011), hewan yang hidup di dasar perairan adalah
makrobentos. Makrobentos merupakan salah satu kelompok terpenting dalam
ekosistem perairan sehubungan dengan peranannya sebagai organisme kunci
dalam jaring makanan. Selain itu tingkat keanekaragaman yang terdapat
dilingkungan dapat digunakan sebagai indikator pencemaran. Hewan bentos
digunakan sebagai petunjuk bagi penilaian kualitas air. Jika ditemukan limpet
air tawar, kijing, kerang, cacing pipih, siput memiliki operkulum dan siput
tidak beroperkulum yang hidup perairan tersebut maka dapat digolongkan
dalam perairan yang berkulitas sedang makro bentos memiliki peranan
ekologis dan struktur spesifik dihubungkan dengan makro vita air yang
merupakan materi autochthon. Karakteristik dari masing-masing bagian makro
vita oquatik ini bervariasi, sehingga membentuk subsratum dinamis yang
komplek yang membantu pembentukan interaksi-interaksi makro invertebrata
terhadap kepadatan dan keseragamannya sebagai sumber energi rantai
makanan pada perairan.

6. Keanekaragaman Gastropoda
Keanekaragaman adalah suatu makhluk hidup yang satu dengan yang
lainnya tidak memiliki kesamaan, baik dari ciri-ciri, sifat, bentuk, ukuran dan
warna. Jika ciri dari keanekaragaman telah dipenuhi oleh suatu populasi maka
populasi tersebut dapat dikatakan seimbang. Oleh karena itu keadaan yang
seimbang akan membentuk suatu ekosistem (Lihawa, 2013). Keanekaragaman
biota dalam suatu perairan sangat tergantung pada banyaknya spesies dalam
komunitasnya. Semakin banyak jenis yang ditemukan maka keanekaragaman

9
akan semakin tinggi, meskipun nilai ini sangat tergantung dari jumlah individu
masing-masingjenis (Syafikri, 2008).
Keanekaragaman gastropoda digambarkan dengan banyaknya spesies
gastropoda yang di temukan dalam komunitasnya, keanekaragaman gastropoda
juga bergantung pada faktor lingkungan berupa salinitas, suhu, pH, dan jenis
substrat, serta kaitannya dengan kondisi lingkungan ekosistem yang di tempati
gastropoda, sehingga keanekaragaman identik dengan kestabilan suatu
eksosistem, yaitu jika keanekaragaman suatu ekositem relatif tinggi maka
kondisi eksosistem tersebut cenderung stabil. Lingkungan ekosistem yang
memiliki gangguan keanekaragaman cenderung sedang, pada kasus lingkungan
ekosistem yang tercemar keanekaragaman cenderung rendah (Lihawa,2013).
Keanekaragaman adalah jumlah absolut jenis dalam suatu daerah,
komunitas, atau cuplikan. Keanekaragaman jenis adalah menunjuk pada jumlah
jenis dan jumlah individu setiap jenis serta sebagai suatu karakteristik tingkatan
komunitas berdasarkan organisasi biologisnya. Keanekaragaman spesies suatu
komunitas terdiri dari berbagai macam organisme berbeda yang tersusun oleh
dua komponen. Komponen pertama adalah kekayaan spesies dan jumlah
spesies berbeda dalam komunitas. Komponen yang kedua adalah kelimpahan
relatif spesies yang berbeda– beda, yaitu proporsi yang direpresentasikan oleh
masing – masingspesies dari seluruh individu dalam komunitas. Penting
untukdiketahui bahwa keanekaragaman jenis itu mempunyaisejumlah
komponen yang dapat memberi reaksi secara berbeda-beda terhadap faktor–
faktor geografi, perkembangan atau fisik. Satu komponen utama dapat disebut
sebagai kekayaan jenis atau komponen varietas (Syafikri, 2008)..
Indeks keanekaragaman jenis (H’) menggambarkan keadaan populasi
organisme secara matematis untuk mempermudah dalam menganalisa
informasi-informasi jumlah individu masing-masing jenis dalam suatu
komunitas, ini merupakan ciri yang unik untuk menggambarkan struktur
komunitas didalam organisasi kehidupan. Suatu komunitas dikatakan
mempunyai keragaman jenis tinggi, jika kelimpahan masing-masing jenis

10
tinggi dan sebaliknya keragaman jenis rendah jika hanya terdapat beberapa
jenis yang melimpah (Lihawa, 2013).

7. Faktor-Faktor yang mempengaruhi keanekaragaman jenis


Segala perbedaan yang ada pada mahkluk hidup antar jenis atau antar
spesies perbedaan antara spesies organisme dalam satu keluarga lebih
mencolok, sehingga lebih mudah diamati dari pada perbedaan antar individu
dalam satu spesies (keanekaragamn gen). Keanekaragaman jenis adalah
perbedaan mahkluk hidup antar speies. Contohnya, pada keluarga tanaman
kacang–kacangan dengan mudah dapat membedahkannya karena ukuran
batang, kebiasaan hidup, bentuk buah dan biji, serta rasanya berbeda.Contoh
lainnya terlihat jelas keanekaragam jenis tanaman kelapa (kelapa hibrida,
gading, genjak, kopyor, dan lain-lain), palem dan lain-lain. Dengan mengetahui
adanya keanekaragaman jenis tumbuhan/hewan alternatif guna dimanfaatkan
sebagai bahan pangan, sandang, perumahan, obat-obatan, dan lain-lain (Arini,
2018). Beberapa contoh:
a. Ketersediaan Energi
Peningkatan radiasi matahari di daerah tropis meningkatkan
aktivitas fotosintesis tumbuhan yang menyebabkan peningkatan
dasar sumber daya untuk organisme lain, sehingga mendukung
peningkatan keanekaragaman jenis.
b. Heterogenitas Habitat
Daerah tropis sering mengalami gangguan dan memiliki
ketidakseragaman lingkungan yang lebih besar dibandingkan dengan
daerah lain. Daerah ini memungkinkan keanekaragaman yang lebih
besar pada spesies turunan untuk membentuk sumber daya bagi
komunitas hewan yang sangat beragam.

8. Indeks Keanekaragaman
Keanekaragaman adalah jumlah total spesies dalam suatu area
sebagai jumlah spesies antar jumlah total individu dari spesies yang ada

11
didalam suatu komunitas, keanekaragaman spesies dapat ditandakan
sebagai jumlah spesies dalam suatu area atau sebagai jumlah spesies
antar jumlah total individu dari spesies yang ada. Ratnasari, (2015).
Keanekaragaman berisi individu dan kumpulan individu merupakan
populasi yang menempati suatu tempat tertentu. Ada dua komponen
dalam keanekaragaman spesies yaitu kekayaan spesies (species richness)
yang merupakan jumlah spesies berbeda dalam komunitas, lalu
komponen kedua adalah kelimpahan relatif (relativea bundance), yaitu
proporsi yang direpresentasikan oleh masing-masing spesies dari seluruh
individu dalam komunitas. Berdasarkan pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa keanekaragaman adalah jumlah total spesies yang
bermacam-macam yang menempati suatu lokasi tertentu.

9. Manfaat Gatropoda
Gastropoda yang dikenal sebagai siput, telah dikenal lama oleh
masyarakat. Sebagian besar gastropoda dimanfaatkan bagian cangkangnya
yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Daerah Maluku dan Irian memanfaatkan
jenis gastropoda Cypraea annulus dan Cypraea moneta yang berukuran besar.
Gastropoda yang berukuran kecil dianyam menggunakan kulit kayu yang dapat
digunakan sebagai baju, dompet, ikat pinggang, ikat kepala, gelang, selendang
dan sebagainya. Segala macam cangkang gastropoda yang dapat digunakan
sebagai bahan tambahan makanan ternak terutama untuk ayam petelur dengan
cara digiling halus, cangkang gastropoda tersebut sangat bermanfaat karena
mengandung kalsium tinggi dalam pembuatan kulit telur. Selain digunakan
sebagai bahan tambahan makanan ternak, cangkang gastropoda yang
mengandung kalsium ini juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan utama
pembuatan portland cement yang biasa digunakan dalam konstruksi bangunan.
Selain dimanfaatkan cangkangnya, bagian tubuh (daging) gastropoda
juga dimanfaatkan sebagai bahan makanan yang mengandung protein tinggi.
Misalnya, pada abalone (Haliotis sp.) yang merupakan jenis siput laut yang
hidupnya menempel pada karang, gastropoda ini dimanfaatkan dagingnya

12
sebagai makanan mewah dalam kaleng. Para penduduk pesisir pantai
mengkonsumsi berbagai jenis siput misalnya mata bulan (Turbo sp.) dan limpet
(Patella sp.) yaitu siput yang berbentuk seperti piring kecil yang melekat pada
karang-karang, biasanya kedua jenis ini dicari pada saat laut surut (Ernanto,
2013).

10. Gastropoda pada Ekosistem Mangrove


Ekosistem mangrove merupakan tempat atau habitat yang cocok bagi
kehidupan gastropoda. Gastropoda dapat dijumpai mulai dari akar sampai
permukaan dari vegetasi mangrove. Gastropoda penghuni ekosistem mangrove
menurut (Tuheteru dkk., 2014) terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu sebagai
berikut:
a. Kelompok gastropoda asli mangrove, yaitu jenis gastropoda yang
seluruhatau sebagian besar hidupnya dihabiskan di ekosistem
mangrove sehingga kepadatanya cukup tinggi. Jenis-jenis
gastropoda tersebut sangat jarang ditemukan diluar ekosistem.
Sebagaian besar gastropoda tersebut merupakan pemakan serasah
dan banyak dijumpai dibangian tengah dan belakang hutan
mangrove. Contoh, yaitu Cerithidae cingulate,Telescopium
telescopium, Terebralisa sulcata, dan Terebralia palustris.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan (Lihawa, 2013), bahwa ada
beberapa jenis gastropoda yang hanya ditemukan sebagai epifauna
yaitu jenis Telescopium-telescopium, Cerithidea cingulata, dan
Terebralia sulcata. Ketiga jenis ini merupakan gastropoda asli
ekosistem mangrove, dimana mereka lebih menyukai permukaan
yang berlumpur atau daerah dengan genangan air yang cukup luas
b. Kelompok gastropoda fakultatif adalah jenis-jenis gastropoda yang
menggunakan ekosistem mangrove sebagai salah satu tempat
hidupnya. Jenis-jenis gastropoda tersebut memiliki frekuensi dan
kepadatan tinggihanya apabila kondisi memungkinkan untuk
hidupnya, contohnya Littorina scabra. Berdasarkan penelitian yang

13
dilakukan (Ayunda, 2011), bahwa gastropoda yang ditemukan
salah satunya yaitu famili Littorinidae (Littorina scabra dan
littorina undulata) dimasukkan dalam kelompok gastropoda
fakultatif karena dapat ditemukan dalam jumlah yang besar baik di
dalam maupun di luar ekosistem mangrove, didukung dengan
kemampuan samabaik yang dimiliki famili Littorinidae untuk
hidup di dalam ekosistem mangrove maupun diluar.
c. Kelompok gastropoda pengunjung yaitu gastropoda yang secara
tidak sengaja ada di dalam ekosistem mangrove sehingga memiliki
frekuensi dankepadatan yang rendah. Kelompok tersebut
umumnyahidup di area sempit disekitar pembatasan dengan
ekosistem lain, yaitu dibagian muka hutan yang berbatasan dengan
daratan. (Barnes,1987), menyatakan bahwa beberapa jenis
gastropoda hidup menempel pada substrat yang keras dan ada pula
yang hidup pada substrat yang lunak yaitu pada lumpur, contohnya
Nerita undata dan Nerita signata. 

11. Faktor Lingkungan Yang Mempengaruhi Kehidupan Gastropoda


Keberadaan gastropoda laut sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan
yang terdiri dari faktor biotik dan abiotik. Faktor biotik terdiri dari pohon
mangrove dan fitoplankton yang merupakan sumber makanan utama bagi
gastropoda. Faktor abiotik terdiri dari suhu, salinitas, substrat dasaran, pH, dan
kandungan bahan organik. Tiap jenis gastropoda memerlukan suatu kombinasi
faktor abiotik yang optimum agar jenis tersebut dapat hidup, tumbuh, dan
berkembang dengan baik (Ayunda, 2011).

12. Pengertian Mangrove dan Peranan Mangrove


Istilah mangrove tidak diketahui secara pasti asal usulnya, ada yang
mengatakan bahwa istilah tersebut kemungkinan merupakan kombinasi dari
bahasa Portugis dan Inggris. Bangsa Portugis menyebut salah satu jenis pohon
mangrove sebagai mangue dan istilah Inggris grove, bila disatukan akan

14
menjadi mangrove atau mangrave. Ada kemungkinan pula berasal dari bahasa
Malay, yang menyebut jenis tanaman ini dengan mangi-mangi atau mangin.
Mangrove adalah tanaman pepohonan atau komunitas tanaman yang hidup di
antara laut dan daratanyang dipengaruhi oleh pasang surut.
Mangrove merupakan suatu komunitas vegetasi pantai tropis yang
didominasi oleh beberapa spesies pohon-pohonan yang khas atau semak yang
memiliki kemampuan untuk tumbuh di lingkungan laut (Putra, 2018). Bengen,
(2004) mendefinisikan hutan mangrove sebagai formasi tumbuhan litoral yang
tumbuh di daerah pantai yang terlindung dari ombak besar dan umumnya
tersebar di daerah tropis dan subtropis, sedangkan pengertian dari kata
mangrove menurut (Setiawan, 2013) adalah vegetasi hutan yang tumbuh
diantara garis pasang-surut tetapi mereka juga terdapat pada pantai karang dan
daratan koralmati yang di atasnya ditimbuni selapis pasir (lumpur) atau pada
pantai berlumpur.
Mangrove merupakan contoh ekosistem yang banyak ditemui di
sepanjang pantai tropis dan estuari. Ekosistem ini memiliki fungsi sebagai
penyaring bahan nutrisi dan penghasil bahan organik, serta berfungsi sebagai
daerah penyangga antara daratan dan lautan. (Bengen, 2004) menyatakan
bahwa hutan mangrove memiliki fungsi dan manfaat, antara lain sebagai
peredam gelombang dan angin badai, pelindung dari abrasi, penahan lumpur
dan perangkap sedimen, penghasil sejumlah besar detritus dari daun dan pohon
mangrove, daerah asuhan (nurserygrounds), daerah mencari makan (feeding
grounds) dan daerah pemijahan (spawning grounds) berbagai jenis ikan,
udang, dan biota laut lainnya; penghasil kayu untuk bahan konstruksi, kayu
bakar, bahan baku arang, dan bahan baku kertas (pulp); pemasok larva ikan,
udang, dan biota laut lainnya; dan sebagai tempat pariwisata.
B. Tabel Penelitian Relevan
Jurnal relevan adalah jurnal yang digunakan dalam uraian latar belakang
dan kajian pustaka di atas dan juga merupakan referensi dasar dalam menyusun
penelitian. Jurnal yang digunakan ada 15 jurnal dan semua jurnal memiliki
tahun terbit 10 tahun terakhir untuk mengetahui sejauh mana informasi ilmiah

15
yang telah dilakukan dan sekaligus membedakan dengan riset yang akan
dilakukan .
Tabel 2.1. penelitian relevan
No Peneliti dan tahun Judul penilitian Hasil atau kesimpulan penilitian
terbit
1. Osni Sesfao Kelimpahan  Dan Keanekaragaman Gastropoda yang  terdapat pada lokasi
(2019) Jenis Jenis Gastropoda Pada Zona penilitian terdiri atas 8 jenis yaitu
Intertidal Pantai Oebon Desa Oebon Littoraria  scabra,  Engina mendicaria, Cyp
Kecamatan Kualin Kabupaten Timor raea annulus, Morula margariticola, Conus 
Tengah Selatan parvulus, Nerita balteata, Morula glanula,
Scaphella junonia.
2. Yohanis Lopo Diversitas Jenis Gastropoda Gastropoda yang ditemukan di perairan
(2013) Sebagai Bioindikator Kualitas pantai kecamatan kota lama kota kupang
Perairan Pantai Kecamatan Kota yang terdiri dari 10 jenis yaitu: Nasarius
Lama Kota Kupang. clarus, Marginella cincta, Tonna perdix L,
Nerita polita, Nerita plicata, Columbella
melanozoa, Nassarium pauperus, Conus
dorreensis, Thais echinata dan Siphanalia
varicosus yang tergolong dalam 3 ordo dan
7 famili.
3. Elisabeh Identifikasi Keanekaragaman Jenis Berdasarkan penelitian yang dilakukan
nogotoby (2017) Gastropoda Di Pantai Baobolak di pantai Baobolak, Kabupaten Lembata,
Kabupaten Lembata Nusa Nusa Tenggara Timur pada bulan Desember
Tenggara Timur 2016 dan Januari 2017, maka dapat
disimpulkan bahwa Pantai Baobolak
terdapat 40 jenis Gastropodadari 24
famili.Kemelimpahan Kerapatan tertinggi
pada bulan Desember 2016 yaitu Oliva
reticulata dengan 1,13 dan tertinggi pada
bulan Januari 2017 adalah Oliva reticulata
yakni 0,08.
4. Takeltanu D, Keanekaragaman Dan Kelimpahan Di pantai Sahan terdapat 12 jenis
Ngginak, James Jenis Gastropoda Di Pantai Gastropoda yaitu N. albicila, L. scabra, T.
Manu, T. S. N Sahan Kabupaten Timor Tengah fenestratus, N. gualteriana, C. semigronosa,
(2018) Selatan O. granitella, T. telescopium, O. Lignaria,
Cyprae sp., C. moneta, V. rugosum, dan C.
scalata dengan total semua individu
berjumlah 2119 Individu. Nilai indeks
keanekaragaman pada bulan Mei-Juli 2017
antara 2.08-2.24, dan nilai indeks
kelimpahan antara 38.75-54.31. Faktor
adaptasi, lingkungan dan aktivitas
manusiamempengaruhi tingkat
keanekaragaman dan kelimpahan
Gastropoda di Pantai sahan.
5 1. Muhammad Komposisi Jenis,Keanekaragaman, Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Masrur Islami. dan Pemanfaatan Moluska di Pesisir perairan Saparua adalah perairan yang
2. Idha Yulia Ikhsa Pulau Saparua, Maluku Tengah cukup subur, ditunjukkan dengan

16
ni konsentrasi nutrien di perairan Pulau
3. Terry Indrabudi Saparua yang cukup tinggi yaitu 0,001-
4.Iskanda A.H.Pelu 0.114 mg L -1 untuk fosfat; 0,012-0,023 mg
pessy. (2018) L -1 untuk nitrat, dan 0,140-0,443 mg L -1
untuk silikat. Konsentrasi nutrien
dipengaruhioleh adanya beban masukan
zat hara dari daratan melalui sungai maupun 
banyaknya aktivitas antropogenik di
perairan tersebut.
6 Yunita  Keanekaragaman Jenis Dan Pola Kesimpulan yang dapat diambil yaitu
Valentini Olin Distribusi GastropodaDi Zona bahwa jenis Gastropoda yang terdapat di
(2015) Intertidal Pantai Manikin Desa Mata Pantai Manikin, Desa Mata Air, Kecamatan
Air Kecamatan Kupang Kupang Tengah Kabupaten Kupang
TengahKabupaten Kupang Sebanyak 20 jen dengan Indeks
Keanekaragaman dan Pola Distribusi
Gastropoda berada pada tingkat sedang
sampai tinggi. Oleh karena itu hendaknya
usaha untuk melestarikan tetap mendapat
perhatiaan yang cukup, agar kelestarian
gastropoda di Pantai Manikin dapat
dipertahankan yaitu dangan cara
mengurangi segala bentuk usaha yang dapat
merusak atau mengganggu lingkungan
perairan Pantai Manikin.
7 Susanti Maria Karakteristik Bioekologi Gastropoda Berdasarkan hasil penelitian dapat
Yosefa Salu Pada Ekosistem Mangrove Di disimpulkan bahwa kondisi habitat di
(2019) Perairan Kabupaten Belu Provinsi perairan Kabupaten belu masih tergolong
Nusa Tenggara Timur baik tetapi komunitas siput Terebralia
palustris terganggu akibat aktivitas
penangkapan yang dilakukan secara terus
menerus pada semua ukuran yang
menyebabkan populasi siput Terebralia
palustris di perairan Belu mulai menurun.
Strategi pengelolaan sangat diperlukan
untuk memperbaiki struktur
komunitas gastropoda khususnya siputTereb
ralia palustris melalui pengaturan ukuran
tangkap, waktu penangkapan dan budidaya.
8 Nila Lasalu Komposisi dan Keanekaragaman Gastropoda di lokasi penelitian terdiri
Nikè (2015) Gastropoda Ekosistem Mangrove di dari 10 jenis. Spesis yang memiliki nilai 
Wilayah Pesisir Teluk Tomini sekitar komposisi tertinggi dimiliki yaitu Littorina
Desa Tabulo Selatan Kecamatan scabra (treefauana) dengan nilai 39.52%,
Mananggu Kabupaten Boalemo terendah di miliki oleh spesis  Chicoreus capu
Provinsi Gorontalo cinus (epifauna) dengan nilai 1,52%. Indeks k
eanekaragaman (D’) gastropoda ekosistem
mangrove di wilayah pesisir Teluk Tomini
sekitar Desa Tabulo Selatan masuk dalam
kategori sedang.
9 Gonsianus Studi Komunitas Filum Mollusca Berdasarkan hasil penelitian ini dapat
Pakaenoni Di Zona Intertidal Pantai Sukaerlaran disimpulkan bahwa perbedaan  karakteristik

17
(2019) Desa Kenebibi Kecamatan Kakuluk fisik dan variasi substrat akan memberikan
Mesak Kabupaten Belu pengaruh pada organisme yang ada
di dalamnya. Hal inilah yang 
mempengaruhi  kepadatan spesies, keanekara
gaman spesies dan dominasi spesies pada
suatu habitat. Namun kemampuan
beradaptasi dari suatu spesies juga sangat
berpengaruh terhadap keberadaan suatu
organisme.
10 Suprapto (2017) Struktur Komunitas Bentos Dan Jenis organisme makrozoobentos di perairan
Distribusinya Di Dasar Perairan Selat Malaka didominasi oleh kelompok
Selat Malaka Filum Moluska terutama dari Klas
Gastropoda dan Bivalvia, sedangkan
kelompok filum lainnya Annelida dan
Arthropoda relatif sedikit. Jenis
makrozoobentos yang paling berlimpah
adalah Tellina sp., Codakrb sp., Samarangia
sp. (Klas Bivalvia, Filum Moluska),
Dentalium sp., Turitella sp., Vaicospira sp.
(Klas Gastropoda, Filum Moluska), dan
Nereis sp. (Klas Polychaeta, Filum
Annelida). Kepadatan total individu
makrozoobentos berkisar 6,25x10'-7,79x1 0"
individu m-r. Nilai
indeks keanekaragaman jenis makrozoobento
s cenderung tinggi disebelah barat laut
perairan Selat Malaka dimana dasar
perairannya didominasi oleh sedimen
bertekstur kasar (berpasir), sebaliknya dasar
perairan sebelah tenggara yang didominasi
oleh sedimen bertekstur halus (liat dan
lumpur padat) keragaman
jenisnya cenderung rendah.  Secara keseluruh
an rata-rata keragamaman jenis
makrozoobentos di Selat Malaka relatif
rendah (H= 1,94) yang dapat
dikategorikan sebagai perairan tercemar ringa
n. Demikian pula kekayaanjenisnya
termasuk rendah (indeks R rata-rata 1,01), se
dangkan indeks kemerataannya (E) rata-rata
mendekati nilai satu (0,71) yang berarti
kelimpahan relatif diantara jenis-jenis
tersebut cenderung merata.
11 Maria Imaculata Keanekaragaman Makrozoobenthos  Kesimpulan yang dapat diperoleh dari hasil
Rume dan Sofia Di Perairan Pantai Krokowolon penelitian ini yakni diperoleh bahwa jenis
Dhengi (2018) Desa Waiara, Kecamatan Kewapante makrozoobentos yang ditemukan di perairan
Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa pantai krokowolon untuk tiga stasiun
Tenggara Timur penelitian terdiri dari 2 filum yakni
filum Mollusca dan filum Echinodermata.
Dari filum Mollusca terdapat 2 kelas yakni

18
kelas gastropoda dan bivalvia. Kelas
Gastropoda terdiri dari 8 spesies yakni,
Pisania striata, Nerita costata, Strombus sp,
Viviparus sp, Valvata piscinalis,Rhinocavis
vertagus dan Chicoreus palmarosae. Kelas
Bivalvia.
12 Rafki Ernanto,Fitri Struktur Komunitas Gastropoda Pad Ditemukan pada ekosistem mangrove di
Agustriani dan a Ekosistem Mangrove di Muara muara Sungai Batang sebanyak 10 spesies
Riris Aryawati Sungai Batang Ogan Komering Ilir dari 7 famili, yaitu Neritidae (1 spesies),
(2010) Sumatera Selatan Littorinidae (2 spesies),Synceriidae (1spesies
), Muricidae(1 spesies), Columbeladae (1
spesies), Potamididae (3spesies), dan
Ellobiidae (1 spesies) dimana kepadatan
tertinggi yaitu Syncera brevicula (119,07
ind/m²). Komposisi vegetasi mangrove di
daerah  penelitian terletak di muara desa
Sungai Batang ditemukan enam spesies
dari tiga famili. Yaitu: Rhizophora apiculata, 
Rhizophora mucronata, Ceriops decandra, Ex
coecaria agallocha, Avicennia alba, dan
Avicennia officinalis, dimana famili
Rhizoporaceae merupakan famili mangrove
yang mendominasi di ekosistem mangrove
muara Desa Sungai Batang dan selalu ada
pada tiap lokasi penelitian.
13 Tengku Hannifa Identifikasi Jenis Gastropoda di Terdapat 247 individu yang terdiri dari 17
Husny (2018) Ekosistem Lamun Pantai Pandaratan  famili dan 21 spesies Gastropoda di Pantai
Kabupaten Tapanuli Tengah Provinsi Pandaratan, Kecamatan Sarudik, Kabupaten
Sumatera Utara Tapanuli Tengah yang memiliki indeks
keanekaragaman (H’) dengan kategori sedang
(2,28-2,34), indeks keseragaman (E) yang
stabil pada ketiga stasiun (0,74-0,76),
sedangkan indeks dominansi (D) pada ketiga
stasiun termasuk dalam kategori rendah
(0,14-0,15).
14 1. Florensia KenekaIdentifikasi Jenis Gastropoda Pada Berdasarkan hasil yang didapatkan pada
Hawan Zona Intertidal Pantai Deri penelitian ini, maka ditarik kesimpulan yaitu
2. Novi vone Bullu Dan Pantai Watotena Kecamatan Ile spesies yang paling banyakditemukan dan
3. Apriliana Boleng Kabupaten Flores Timur kepadatan tertinggi terdapat pada jenis
Ballo(2020) Morula granulate
15 1. Suhendra Pola Persebaran Gastropoda Di Eko Pola persebaran Gastropoda di ekosistem
Putra sistem Mangrove Sungai mangrove Sungai Reuleung Leupung
2. M. Ali S. Dan Reuleung Leupung Kabupaten Aceh Kabupaten Aceh Besar secara berkelompok,
3. Ismul Huda Besar random danberaturan.
(2018)

19
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian inidilakukan selama 2 bulan, yaitu bulan April-Mei 2021 di
Pantai Ketewel Desa Lete Konda Kecamatan Loura Kabupaten Sumba Barat Daya
dan diidentifikasi di lapangan seperti pada gambar posisi geografis berikut ini

Gambar 3.1 Posisi Geografis Penelitian

B. Alat Dan Bahan


1. Alat
Alat yang digunakan untuk membantu penelitian ini adalah roll meter
untuk mengukur panjang dan jarak antar transek, GPS ( Global positioning
System) untuk menentukan posisi geografis lokasi penilitian, kamera untuk
mengambil gambar atau foto objek penilitian dalam hal ini filum mollusca,
ember untuk menyimpan sementara jenis gastropoda yang ditemukan, patok
dan bambu untuk peletakan transek dan plot, paku dan hamar untuk
membuat plot, pH-meter untuk mengukur substrat, ATK untuk menulis
semua hal menyangkut penilitian, stoples untuk menyimpan jenis-jenis

20
mollusca sesuai jenis yang diperoleh, thermometer untuk mengukur suhu,
refraktometer untuk mengukur kadar salinitas air laut.

2. Bahan
Gastropoda sebagai sampel penelitian, air bersih untuk membersikan
sampel gastropoda, alkohol 70% untuk mengawetkan sampel gastropoda,
kertas label untuk memberikan kode pada setiap stoples sampel berdasarkan
plot, transek dan stasiun pengamatan.

C. Metode Penelitian
1. Penelitian dilakukakan dengan menggunakan metode transek
kuadrat (Yusron, 2006).
2. Pengumpulan data pemanfatan gastropoda dilakukan In-Depth
Interview melalui wawacara secara mendalam dengan panduan
kuisioner terhadap nelayan yang mengambil gastropoda di
ekosistem mangrove pantai katewel, pada wawancara tersebut
membutuhkan responden 15 orang nelayan dan masyarakat untuk
ditanyakan manfaat gastropoda. Lembar kuisioner dapat dilihat
pada gambar lampiran.

D. Prosedur Kerja
Penelitian ini terdri dari tiga tahap yaitu pengambilan data gastropoda,
pengukuran parameter lingkungan dan identifikasi sampel.
1. Persiapan Alat Dan Bahan
Menyiapkan alat dan bahan yang akan di gunakan serta mengecek
apakah alat dan tersebut berfungsi dengan baik.
2. Observasi Lapangan
Dalam tahap penelitian dilakukan survei lokasi Pantai Katewel
tujuan untuk menjelajah dan mengetahui gambaran umum lokasi
penelitian serta keadaan pasang surut dan menentukan lokasi
pengambilan sampel

21
3. Penentuan Lokasi Dan Pembuatan Plot
1). Titik koordinat ditentukan dengan menggunakan GPS baik di
stasiun I maupun stasiun II.
2). Pengambilan sampel dilakukan pada substrat yang berbeda dalam
2 stasiun: yaitu stasiun I pada substrat berlumpur dan stasiun II
pada substrat berpasir Panjang garis pengamatan 100 m, lebar
mangrove 30 m, jarak antara stasiun I dan stasiun II adalah 20
meter dan setiap stasiun diletakkan 4 garis transek didalam
ekosistem mangrove, panjang garis transek 30 meter dan jarak
transek I ke transek yang lain 10 meter, pada masing-masing garis
transek diletakan 4 plot dengan ukuran plot 1m x 1m dan jarak
antara plot 1 ke plot yang lain 5 meter sedangkan jarak dari titik
tepi pantai ke plot pertama 20 meter.

1x 1M

5M

30M 10 M 10 M 10 M 10 M
Garis pantai
Gambar 3.3 Plot Pengamatan.
3. Pengambilan sampel di lapangan
1) Pengambilan sampel gastropoda dilakukan pada saat surut
terendah dengan purposive sampling method

22
2) Mengambil satu biota dari masing-masing spesies gastropoda
untuk diidentifikasi nama spesiesnya dan menghitung jumlah
gastropoda yang terdapat dalam setiap plot.
3) Memotret biota yang ditemukan
4) Membersihkan sampel gastropoda dengan menggunakan air
bersih kemudian dimasukan ke dalam stoples sampel yang
telah diberi label dan diawetkan menggunakan larutan
alkohol 70% kemudian diidentifikasi.
4. Pengukuran Parameter Lingkungan
Parameter lingkungan dan parameter fisika yang diukur adalah:
suhu, pH, salinitas, pengukuran parameter dilakukan di lapangan,
pengukuran parameter lingkungan dan pengukuran parameter fisika
tersebut untuk  melihat adanya pengaruh faktor lingkungan terhadap
keanekaragaman gastropoda Pengukuran parameter lingkungan
dilakukan sebanyak 3 kali yaitu pada pagi hari jam 07.00 Wita, siang
hari jam 12.00 Wita, dan sore hari jam 17.00 Wita
1) Mengukur suhu air laut menggunakan thermometer dengan cara
memasukan themometer ke dalam medium.
2) pH (Derajat Keasaman) diukur menggunakan pH meter dengan
cara memasukan pH meter ke dalam air sampai pada alat konstan
dan dibaca angka yang tertera pada pH meter.
3) Mengambil sampel air laut kurang lebih dua tetes dan diteteskan
kepermukaan kaca refraktometer dan ditutup dengan penutupnya
untuk melihat skalanya maka refraktometer diarahkan ketempat
yang terang dan dilihat dengan lensa okuler.
5. Identifikasi sampel
1) Mengamati dan mencatat ciri–ciri morfologi gastropoda.
2) Identifikasi jenis gastropoda dilakukan dengan bantuan buku
identifikasi (Dance, 1992). A Dorling Kindersley Book dan
Jurnal-jurnal relevan.

23
E. Variabel penelitian.
1. Jenis–jenis gastropoda yang ditemukan dalam penilitian
2. Indeks keanekaragaman
Data yang diperoleh, kemudian dianalisis dengan
menggunakan rumus, menurut Magurran, (2004:107). Indeks
keanekaragaman jenis Shannon Wienner dihitung menggunakan
rumus:
¿ ¿
H’=-∑- N ln N

Keterangan:
H’ = indeks keanekaragaman Shannon Wienner
ni = jumlah jenis individu dari suatu jenis i
N = jumlah total individu dari seluruh jenis
dengan kriteria sebagai berikut:
Jika nilai H’ > 3 maka keanekaragaman jenis tinggi
Jika nilai 1 < H’ < 3 maka keanekaragaman jenis sedang
Jika nilai H’ < 1 maka keanekaragaman jenis rendah
3. Pemanfaatan Gastropoda
4. Parameter Lingkungan
Parameter lingkungan yang diukur meliputi: suhu, pH dan salinitas air.
F. Analisis Data
Data hasil penelitiaan ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif kuantitatif.

24
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian bertempat di Pantai Katewel Desa Lete Konda
Kecamatan Loura Kabupaten Sumba Barat Daya Provinsi Nusa Tenggara
Timur. Lokasi penelitian secara geografis terletak di 9⁰22’37. 90”LS dan
119⁰ 20’39.91”Euntuk stasiun I, dan 9⁰22’38.54”LS dan 119⁰20’40.55”E
untuk stasiun II. Stasiun I terletak didekat pertambangan pasir dengan
substrat yang didominasi oleh substrat berlumpur dan stasiun II letaknya
dekat muara dengan daerah substrat pasir. Kawasan mangrove ini dahulu
menjadi tempat tambatan perahu para nelayan namun karena libasan ombak
yang begitu kuat maka pemeritah dan masyarakat Desa Lete Konda
melakukan berbagai penyelamatan dengan cara penanaman pohon
mangrove. Sedangkan jenis-jenis mangrove yang ada di pantai Katewel
tersebut yaitu Ceriops tagal, Rhizophora apiculata, Avecennia marina dan
sonneratia alba.

Ceriops Tagal Rhizophora apiculata

Avecennia marina sonneratia alba

25
Gambar 4.1. Jenis Mangrove
Aktivitas masyarakat di Pantai Katewel yaitu pengelolaan tambak
garam, pengambilan biota laut, pengambilan batang mangrove, serta
pembuatan kapal nelayan,sedangkan yang dilakukan secara berlebihan yaitu
pengambilan batang mangrove yang dijadikan sebagai kayu bakar untuk
pemasakan garam tradisional.

Gambar 4.2. Aktivitas Masyarakat

Stasiun I Berlumpur Stasiun II Berpasir


Gambar 4.3. Keadaan Stasiun I dan II

Keberadaan hutan mangrove di Desa Lete Konda Kecamatan Loura


sangat bermanfaat bagi kehidupan masyarakat terutama yang berada
disekitar hutan mangrove. Hutan mangrove dari sisi ekologis memberikan
manfaat sebagai pelindung garis pantai dari abrasi, tempat berpijah aneka
biota laut, sedangkan dari sisi ekonomis hutan mangrove memberikan
manfaat sebagai penghasil keperluan rumah tangga seperti kayu bakar,
arang dan bahan bangunan.

26
Namun masyarakat tidak menjaga kelestariannya karena saat
masyarakat mengambil biota-biota laut di dalam ekosistem mangrove
banyak dahan mangrove yang ditebang, membuang sampah sembarangan,
menginjak gastropoda di dalam area tersebut. Hal ini dapat mengakibatkan
kerusakan ekosistem mangrove dan kerusakan hewan yang ada termasuk
populasi gastropoda. Pada area mangrove terdapat banyak sampah
anorganik karena sampah anorganik tidak terbiodegradasi yang
menyebabkan lapisan tanah tidak dapat ditembus akar tanaman dan tidak
dapat tembus air sehingga peresapan air dan mineral yang dapat
menyuburkan tanah hilang dan jumlah akan berkurang.

Gambar 4.4. Sampah Anorganik

B. Jenis-Jenis Gastropoda Yang Ditemukan Di Pantai Katewel Desa Lete
Konda Kecamatan Loura Kabupaten Sumba Barat Daya.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Pantai Katewel
terdapat 9 jenis gastropoda yaitu Cerithidea cingulata berjumlah 72
individu, Cerithidea djadjarensis berjumlah 34 individu, Tereblaria sulcata
berjumlah 35 individu, Rhinoclavis diadema berjumlah 14 individu, Conus
papiliferus berjumlah 4 individu, dan Strombus labiatus berjumlah 3
individu pada stasiun I sedangkan pada stasiun II terdapat Cerithidea
cingulata berjumlah 14 individu, Cerithidea djadjarensis berjumlah 3
individu, Rhinoclavis diadema berjumlah II individu, Conus papiliferus
berjumlah 12 individu, Strombus labiatus berjumlah 17 individu,Nerita
turruti berjumlah 23 individu, Nerita ambicilla berjumlah 34 individu, dan
Nerita semiconica berjumlah 38 individu.

27
Identifikasi dilakukan berdasarkan pada ciri-ciri morfologi gastropada
dan dicocokan dengan ciri-ciri morfologi berdasarkan kajian pustaka. Hasil
identifikasi ciri-ciri morfologi gastropoda yang ditemukan pada daerah
mangrove Pantai Katewel Desa Lete Konda Kecamatan Loura Kabupaten
Sumba Barat Daya seperti terlihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2. Jenis-Jenis Gastropoda Di Pantai Katewel Desa Lete Konda Kecamatan Loura
Kabupaten Sumba Barat Daya.
No Gambar dokumen Gambar  Ciri Morfologi Gastropoda
pribadi dan Nama Pembanding
Jenis Pustaka
1. Berdasakan hasil identifikasi bentuk tubuh
Cerithidea cingulata yaitu kerucut dengan sisi
cangkang cembung sehingga terlihat
meruncing berwarna coklat dengan garis spiral
bagian dorsal yang sangat menonjol ukuran
panjang 5 cm seringkali ditemukan pada
substrat berlumpur di area mangrove.
Cerithidea cingulata ditemukan melimpah
pada substrat berlumpur memiliki cangkang
tinggi berbentuk kerucut dengan sisi cangkang
cembung sehingga terlihat meruncing.
Permukaan cangkang umumnya berwarna
coklat dan bertitik putih dan garis spiral bagian
dorsal yang sangat menonjol. (Laksmana,
Cerithidea cingulata (Laksmana, 2011) 2011).
2. Berdasarkan hasil identifikasi Cerithidea
djadjarensis membentuk conical memanjang
dengan sulur yang warna cangkang cokelat
tua. Permukaan luar cangkang dihiasi oleh
ornamen garis-garis aksial dalam yang
berpotongan dengan garis-garis spiral yang
lebih halus sehingga membentuk bintil-bintil
kecil yang beraturan. Suture cukup dalam
dengan tepi cangkang mencembung. Tinggi
ukuran berkisar 7 cm.
Cerithidea djadjariensis memiliki
cangkang berbentuk conical memanjang
dengan sulur yang tinggi dan apex yang agak
Ce tumpul. Cangkang berwarna cokelat muda
hingga cokelat tua. Permukaan luar cangkang
rithidea  djadjarensis (Robert et al.,198 dihiasi oleh ornamen garis-garis aksial dalam
2) yang berpotongan dengan garis-garis spiral

28
yang lebih halus sehingga membentuk bintil-
bintil kecil yang beraturan. Suture cukup
dalam dengan tepi cangkang mencembung
(membulat). Aperture berbentuk oval dan agak
lebar. Warna dinding dalam aperture sama
dengan warna dinding luar cangkang dan
bertekstur halus. Operkulum tipis dan sedikit
transparan, serta memiliki inti di tengah.
(Robert et al., 1982).
3. Berdasarkan hasil penelitian jenis
Terebralia sulcata mempunyai karekteristik
atau bentuk cangkang tebal, padat, runcing,
kerucut, warna cangkang bagian luar coklat
kehitaman ukuran 5 cm habitat di substrat
berlumpur dan berpasir berlumpur.
Terebralia sulcata mempunyai yang
tebal, padat, runcing, kerucut, pinggiran
cangkang bergaris. Warna cangkang bagian
luar coklat kehitaman sering dijumpai secara
berkelompok di bawah naugan hutan
manggrove pada subtrat lumpur dan pasir
Terebralia sulcata
( Dance, 1992) berlumpur. Ciri-ciri tersebut sesuai dengan
pendapat. ( Dance, 1992 ).
4 Hasil identifikasi Rhinoclavis diadema
bentuk cangkang kerucut pada bagiang spire
bergerigi yang melingkari cangang sehingga
tampak seperti cincin bergerigi pada bagian
apex berbentuk kerucut dan lancip warna
putih dan memiliki bintik-bintik hitam
berukuran 4 cm habitanya di area berlumpur,
berpasir dan di batang mangrove.
Rhinoclavis diadema ditemukan ciri-ciri
morfologi cangkang berwarna coklat gelap
berukuran 5cm, mempunyai spire yang
bergerigi bentuk apek lancip menggerucut.
Memiliki body whorl dasar yang bulat dan
lebar. Banyak ditemukan di hutan mangrove
Rhinoclavis diadema dengan jenis substrat berlumpur, berpasir, dan
(Poutiers, 1998),
juga memanjat pada daun mangrove.
5. Berdasarkan hasil identifikasi bentuk
tubuh Conus papillierus spiral dari pangkal
sampai apex. Warna cangkang kekuningan
dengan bintik coklat tidak rata terkadang cerah
apex halus kekuningan. Dengan whorls yang
perlahan meningkat mempunyai warna kuning
yang tipis saat masih muda. Variasi panjang

29
spesias ini 2 cm. habitat Conus papilliferus di
daerah berpasir dan perairan dangkal.
Bentuk tubuh Conus papilliferus
cembung warna cangkang pudar tekstur
cangkang bergerigi melingkari seluruh tubuh
sampai pada ujung cangkang mengerucut.
Spesies jenis ini tersebar di daerah berpasir
dan perairan dangkal.
Conus papiliferus (Oemarjati & Wardhan, 1990)
(Oemarjati &
Wardhan,
1990)
6 Berdasarkan hasil identifikasi Strombus
labiatus memiliki bentuk cangkang pendek
.
dan memiliki warna dominan putih dan hitam.
Spesies ini memiliki apeks yang runcing
dengan lekuk sifon yang agak lebar serta
permukaan cangkang yang kasar bertonjolan,
panjang antara 3 cm, habitanya di area
berlumpur dan berpasir.
Cangkang Strombus labiatus memiliki
bentuk panjang bagian sisi depan banyak tali
spiral yang lemah. Terdapat axial ribs
Strombus labiatus (Ishak, 2018) dicangkang luar seperti lipatan-lipatan. Pada
batas bibir bagian luar sedikit menebal, banyak
garis-garis menebal di dalamnya. Bibir bagian
dalam berwarna oranye dengan jarak
colummelar fold satu sama lain hampir sama. 
Cangkang  luar  dengan  warna  dasar  putih 
terdapat garis (band) abu-abu atau coklat
gelap melingkar Ishak, (2018).
Berdasarkan hasil identifikasi bentuk
tubuh Nerita turritta pendek terdapat warna
7.
coklat pucat dengan warna coklat gelap garis
hitam diselingi baris kuning dan spire cokelat
kehitaman ukuran 2 cm lebar . Berdasarkan
hasil identifikasi Nerita turrita memiliki
bentuk pendek. Bertahan hidup di berpasir dan
air payau
Nerita turrita (Mujiono, 2016) Nerita turrita memiliki bentuk cangkang
pendek sedikit memanjang dan terdapat garis
hitam di selingi baris kuning dan spire coklat
kehitaman dan juga menunjukan tubuh coklat
pucat, coklat gelap kadang-kadang kecoklatan
dan kemerahan di tandai dengan pita hitam

30
dengan lebar bervariasi. Kepala memiliki dua
antene pendek yang menonjol dari bawah
cangkang masing-masing dengan mata kecil di
dasarnya (umumnya tidak terlihat di bawah
cangkang) hanya bertahan hidup di air payau
ukuran 5 cm untuk yang dewasa. (Mujiono,
2016)
8. Berdasarkan hasil identifikasi
Nerita ambicilla memiliki bentuk tubuh
pendek dengan posisi apex di tengah dan
tumpul, berwarna putih dengan semburat
coklat kemerahan yang semakin ke dorsal
semakin tebal, Nerita ambicilla memiliki
bentuk cangkang bulat dengan tekstur padat
dan puncak menara yang cukup rendah serta
sangat besar. Columella membentuk datar oper
Ne culum berbentuk setengah lingkaran  dengan 
rita albicilla ( Dance, 1992 ) tentakel memiliki  bentuk  yang  ramping.
panjang berkisar antara 3cm.  
Nerita ambicilla memiliki cangkang
tebal, bibir luar menebal dan seringkali
terdapat gigi. Apex tumpul; permukaan
cangkang dengan banyak alur spiral yang
jelas. Bibir luar agak rata dengan gigi kecil
pada pinggiran bagian dalam. Aperture
berbentuk setengah lingkaran dan tanpa sifon.
Ukuran panjang cangkang maksimum 4 cm.
Hidup menyebar di bebatuan pantai,
membentik koloni padat di genangan daerah
pasang surut. (Dance, 1992)
9. Berdasarkan hasil identifikasi Nerita
semiconica ini memiliki bentuk cangkang
pendek sedikit memannjang panjang 3 cm,
warna cangkang kuning dan tanda hitam kecil
melingkar. bertahan hidup di berpasir.
Nerita semiconica memiliki bentuk
cangkang pendek sedikit memannjang menarik
perhatian dan pola yang benar unik dan indah.
Warna kuning gelap yang indah dengan tanda
Nerita semiconica (Lamarck, 1822)
hitam kecil yang membentuk garis melingkar.
Bertahan hidup di berpasir dan air payau.

Berdasarkan Tabel 4.2 hasil pengamatan terhadap ciri morfologi


gastropoda yang ditemukan di Pantai Katewel Desa Lete Konda Kecamatan

31
Loura Kabupaten Sumba Barat Daya terdiri dari 9 spesies dan memiliki ciri
morfologi yang beragam mulai dari ukuran cangkang, warna cangkang,
hingga substrat dasar sebagai habitatnya. Beragamnya ciri morfologi yang
ditunjukan oleh spesies gastropoda tersebut dipengaruhi oleh beberapa
faktor, di antaranya habitat dan keadaan lingkungan sekitar yang berbeda-
beda. Nontji (2007) menyatakan bahwa gastropoda juga dapat dijumpai
jenis lingkungan dan bentuk biasanya telah menyesuaikan diri untuk
lingkungan tersebut, misalnya adanya variasi warna cangkang dari setiap
spesies yang ditemukan, dipengaruhi oleh habitat hidupnya dan akan
menyesuaikan warna cangkangnya dengan tempat hidupnya.
Berdasarkan hasil pengamatan pada Tabel 4.2. jenis gastropoda yang
ditemukan umumnya terdiri dari 1 kelas yaitu kelas gastropoda dan
diperoleh 6 ordo yaitu Caenogastropoda, Neotaenioglossa, Megastropoda,
Neogastropoda, Littorinimorpha, Cycloneritimorpha, 5 Famili yaitu
Potamidae, Cerithidea, Conidae, Strombidae, Neritidae, 7 Genus yaitu
Cerithidea, Terebralia, Rhinoclavis, Conus, Strombus, Vintina, Nerita.
Stasiun I terdapat 6 jenis  gastropoda yaitu Cerithidea cingulata, Cerithidea 
djadjarensis, Tereblaria sulcata,  Rhinoclavis  diadema, Conus papiliferus,
dan Strombus labiatus. Sedangkan stasiun II terdapat 8 jenis gastropoda
yaitu Cerithidea cingulata, Cerithidea djadjarensis, Rhinoclavis diadema,
Conus papiliferus, Strombus labiatus, Nerita turruti, Nerita ambicilla, dan
Nerita seminiconica. Klasifikasi jenis-jenis gastropoda hasil pengamatan
pada daerah mangrove pantai Katewel Desa Lete Konda Kecamatan Loura
Kabupaten Sumba Barat Daya disusun berdasarkan urutan klasifikasi dari
tingkat fillum sampai spesies yang disajikan pada tabel 4.3.
Tabel 4.3. Klasifikasi Jenis Gastropoda Dan Cacah Individu Jenis Gastropoda
Yang Ditemukan di Pantai Katewel Desa Lete Konda Kecamatan Loura
Kabupaten Sumba Barat Daya
Filum Class Ordo Family Genus Spesies Stasiun Stasiun Jumlah
I II
Molusca Gastro Caenogas Potamididae Cerithidea Cerithidea 72 14 86
poda tropoda cingulata
Terebralia Terebralia 35 0 37
sulcata

32
Neotaeni Potamididae Cerithidea Cerithidea 34 3 35
oglossa djadjarensis
Megastr Cerithidea Rhinoclavis Rhinoclavis sp 14 11 25
opoda
Neogastr Conidae Conus Conus 4 12 16
opoda papiliferus
Littorini Strombidae Strombus Strombus 3 17 20
morpha labiatus
Cycloner Neritidae Vintina Nerita turrita 0 23 23
itimorp
ha
Nerita Nerita 0 34 34
albicilla
Nerita Nerita 0 38 38
semiconica
Jumlah 162 152 314

Berdasarkan Tabel 4.3. terdapat 9 jenis gastropoda yang ditemukan di


Pantai Katewel dengan total individu sebanyak 314 individu. Kesembilan
jenis gastropoda tersebut terdapat jenis Cerithidea cingulata yang memiliki
jumlah individu paling banyak. Hal ini diduga karena jenis ini umumnya
hidup di kawasan estuari dan menyukai substrat berlumpur dan juga jenis ini
sangat baik hidup dan berkembang dengan habitat yang ada. Spesies yang
paling sedikit ditemukan di lokasi penelitian adalah Conus papiliferus. Hal
ini diduga karena kondisi substrat pada stasiun berlumpur dan berpasir
tidak memberi kesempatan hidup bagi hewan ini untuk tumbuh dan
berkembang. Hanya jenis gastropoda tertentu yang dapat berkembang pada
substrat berpasir seperti Nerita semiconica dan substrat berlumpur seperti
Ceritidea cingulata, sedangkan gastropoda pada stasiun I dan II yang paling
sedikit ditemukan yaitu Strombus Labiatus dan Cerithidea Djadjarensis
memiliki jumlah yang sama yaitu 3 individu. Hal ini diduga karena kondisi
substrat berlumpur tidak memberi kesempatan hidup bagi hewan Strombus
Labiatus untuk tumbuh dan berkembang dan juga untuk hewan Cerithidea
Djadjarensis.
Berdasarkan penelitian di stasiun 1 dengan substrat berlumpur
terdapat 3 jenis gastropoda yang tidak terdapat di area tersebut namun
terdapat di stasiun 2 substrat berpasir yaitu Nerita turruti, Nerita ambicilla

33
dan Nerita seminiconica sedangkan ada juga jenis gastropoda yang
terdapat di stasiun 1 namun tidak terdapat di stasiun 2 yaitu Tereblaria
sulcata. Hal ini diperkuat oleh (Puspasari et al., 2012), substrat berupa
lumpur memang memiliki sedikit kandungan oksigen dibandingkan pasir.
Tetapi, organisme yang hidup di dalamnya dapat beradaptasi pada keadaan
ini. Selain itu substrat dengan fraksi halus lebih banyak nutrien yang tentu
saja berguna bagi kehidupan hewan gastropoda sebaliknya substrat pasir
cenderung memudahkan untuk bergeser dan bergerak ketempat lain namun,
kandungan nutrien di dalamnya sangat rendah. Kelimpahan dan distribusi
gastropoda dipengaruhi oleh faktor lingkungan setempat, ketersediaan
makanan, pemangsaan dan kompetisi.
Stasiun I merupakan stasiun dengan jumlah individu gastropoda cukup
tinggi, hal ini dibuktikkan dengan ditemukan gastropoda sebanyak 6 jenis
dengan total individu sebanyak 162 individu. Tingginya individu gastropoda
yang ditemukan karena habitat yang masih tergolong baik, sedangkan
stasiun II merupakan stasiun dengan jenis terendah, hal ini dibuktikan
dengan ditemukan 8 jenis gastropoda dengan total individu sebanyak 152
individu.
Gastropoda pada stasiun I dan II yang paling sedikit ditemukan yaitu
Strombus labiatus dan Cerithidea djadjarensis memiliki jumlah yang sama
yaitu 3 individu. Hal ini diduga karena kondisi substrat berlumpur tidak
memberi kesempatan hidup bagi hewan Strombus labiatus untuk tumbuh
dan berkembang demikian juga untuk hewan Cerithidea djadjarensis.
Keberadaan gastropoda disebabkan oleh kondisi tipe substrat, habitat
gastropoda sangat beragam dan suka diberbagai tipe substrat dasar perairan,
gastropoda tidak menyukai perairan yang memiliki arus deras, karena bisa
hanyut terbawa arus sungai (Setyobudiandi, 1997).
Gastropoda dapat bertahan pada kondisi perairan yang kurang baik
sehingga sering digunakan sebagai bioindikator bahan pencemar yang
terakumulasi dalam tubuhnya dapat menandakan seberapa berat pencemaran
perairan tersebut. Pasang surut air laut dapat menyebabkan terjadinya

34
fluktuasi beberapa faktor lingkungan yang besar, terutama suhu dan
salinitas. Oleh karena itu, hewan yang dapat bertahan dan berkembang di
ekosistemmangrove adalah hewan yang memiliki toleransi yang besar
terhadap perubahan ekstrem faktor lingkungan, seperti gastropoda
(Kartawinata et al. 1979).
Berdasarkan penelitian di stasiun I dengan substrat berlumpur terdapat
3 jenis gastropoda yang tidak terdapat di area tersebut namun terdapat di
stasiun II substrat berpasir yaitu Nerita turruti, Nerita ambicilla dan Nerita
seminiconica sedangkan ada juga jenis gastropoda yang terdapat di stasiun I
namun tidak terdapat di stasiun II yaitu Tereblaria sulcata. Hal ini ada
kemungkinan bahwa Nerita turruti, Nerita ambicilla dan Nerita
seminiconica lebih dominan hidup di stasiun I habitat berpasir sedangkan
jenis Tereblaria sulcata lebih dominan hidup di habitat berlumpur.
Kelimpahan dan distribusi gastropoda dipengaruhi oleh faktor lingkungan
setempat, ketersediaan makanan, pemangsaan dan kompetisi. Dalam
penelitian terdapat predator seperti kepiting dalam jumlah sedikit sehingga
tidak mempengaruhi tingkat keberadaan gastropoda pada stasiun I dan
stasiun II.
C. Indeks Keanekaragaman Jenis Gastropoda Di Pantai Katewel
Gastropoda ditemukan dengan jumlah total spesies 314 individu
ketika dilakukan pengambilan sampel di dua stasiun. Nilai keanekaragaman
jenis gastropoda yang diperoleh dari stasiun I adalah sebesar 0,232 dan nilai
untuk stasiun II berkisar antara 0,237 sedangkan nilai rata-rata stasiun I dan
II adalah sebesar 0,235. Indeks keanekaragaman jenis gastropoda pada ke
dua stasiun di Pantai Katewel Desa Lete Konda Kecamatan Loura
Kabupaten Sumba Barat Daya dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4. Indeks Keanekaragaman Jenis Gastropoda Stasiun 1
(Berlumpur) dan Stasiun 2 (Berpasir)
Stasiun Stasiun
No Nama Spesies
1 II
    H’ H’

35
1 Cerithidea cingulata 0,360 0,219
2 Cerithidea Djadjarensis 0,327 0,077
3 Tereblaria Sulcata 0,331 -
4 Rhinoclavis Diadema 0,211 0,190
5 Conus Papiliferus 0,091 0,200
6 Strombus Labiatus 0,073 0,245
7 Nerita Turruti - 0,285
8 Nerita Ambicilla - 0,334
9 Nerita seminiconica - 0,346
Jumlah 1,395 1,757
Rata rata 0,232 0,237
rata-rata stasiun I dan II 0,235

Berdasarkan  data  pada  Tabel  4.4. indeks keanekaragaman di


ekosistem mangrove Pantai Katewel di stasiun I sebesar 0,2326 yang
termasuk dalam kategori indeks keanekaragaman yang rendah. Menurut
Odum (1993) menyatakan bahwa apabila (H’<3) maka indeks
keanekaragaman di wilayah tersebut rendah. Rendahnya nilai indeks
keanekaragaman gastropoda pada stasiun I dikarenakan pola peyebaran
individu dari tiap jenis gastropoda yang ditemukan pada wilayah ekosistem
mangrove Pantai Katewel tidak merata atau kondisi mangrove di wilayah
tersebut tidak seimbang karena jumlah individu dari tiap spesies berbeda
ada jumlah individu yang sedikit dan ada juga jumlah individu yang paling
banyak.
Keanekaragaman jenis-jenis gastropoda pada kedua stasiun ini tidak
beragam/tidak bervariasi dan tidak heterogen serta menunjukkan
ketidakstabilitasnya suatu komunitas gastropoda di lokasi ini. Indeks
keanekaragaman digunakan untuk melihat tingkat stabilitas suatu komunitas
atau menunjukan kondisi struktur komunitas dari keanekaragaman jumlah
organisme yang terdapat dalam suatu area. Keanekaragaman lebih tinggi
berarti rantai-rantai makanan lebih panjang dan lebih banyak terjadi
simbiosis, dan memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk
mengendalikan umpan balik negatif yang mengurangi sehingga

36
meningkatkan kemantapan stabilitas ekosistem. (Fachrul, 2008 dan Odum,
1994 & 1993).
Berdasarkan Tabel 4.4. nilai indeks keanekaragaman di ekosistem
mangrove Pantai Katewel di stasiun II sebesar 0,2374 yang termasuk dalam
kategori indeks keanekaragaman rendah. Rendahnya nilai indeks
keanekaragaman gastropoda pada stasiun II diakibatkan karena tingkat
kerusakan ekosistem mangrove Pantai Katewel untuk stasiun I dan II sama-
sama mengalami kerusakan. Hal ini dikarenakan masyarakat sekitar Pantai
Katewel sering menebang pohon mangrove untuk dimanfaatkan sebagai
kayu bakar untuk pemasakan garam dan pembangunan rumah-rumah kecil
sebagai tempat peristirahatan para nelayan. Apabila pohon mangrove sering
ditebang terus menerus maka ekosistem mangrove sebagai habitat
gastropoda akan rusak. Nento dkk. (2013) menyatakan bahwa terjadinya
kerusakan hutan mangrove sehingga keanekaragaman gastropodanya
rendah.
Rendahnya indeks keanekaragaman gastropoda juga dipengaruhi oleh
sampah anorganik yang mengandung zat-zat kimia sehingga dapat
mempengaruhi kehidupan gastropoda karena sampah anorganik yang
tertimbun ditanah dapat menyebabkan pencemaran tanah dimana sampah
anorganik tergolong zat yang sulit terurai seperti plastik, botol-botol aqua,
dan kaleng yang akan menyebabkan rusaknya lapisan tanah. Sedangkan
sampah organik seperti kayu, ranting pohon dan daun-daun kering sangat
berguna bagi kehidupan gastropoda karena gastropoda dapat memanfaatkan
daun-daun sebagai suplemen atau sebagai bahan makanan yang menunjang
pertumbuhan dan perkembangbiakan gastropoda tersebut.
Tingkat keanekaragaman gastropoda juga dapat dipengaruhi oleh
faktor yang ada di lingkungan seperti parameter fisika kimia. Menurut
(Persulessi dan Arini, 2018), faktor lingkungan yang sangat berpengaruh
terhadap biodiversitas gastropoda meliputi pH, suhu, salinitas dan tipe
substrat dasaran juga sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup
gastropoda di ekosistem mangrove. Berdasarkan hasil pengukuran kualitas

37
air yang berada di area mangrove Pantai Katewel, diketahui bahwa suhu air
rata–rata pada stasiun I dan stasiun II yaitu 26,59℃ dan pH untuk stasiun 1
dan II menunjukan nilai rata-rata sebesar 7,44. Suhu dan pH air masih
berada dalam kisaran optimum untuk kehidupan gastropoda. Hal tersebut
memenuhi baku mutu di mana baku mutu suhu berkisar antara 25-30 ℃ dan
nilai pH berkisar 6,5-8,5. Sedangkan nilai salinitas rata-rata pada stasiun I
dan stasiun II adalah 34,83% nilai salinitas ini melebihi kisaran optimum
namun nilai baku mutu optimum berkisar 28-34%. Tingginya salinitas di
area mangrove disebabkan karena tinggkat penguapan diekosistem
mangrove tersebut sangat tinggi karena ada perubahan molekul yang
spontan berubah menjadi gas dan juga radiasi matahari sehingga
mengakibatkan kadar garam tinggi. Hal inilah diduga menjadi salah satu
faktor penyebab indeks keanekaragaman di Pantai Katewel rendah. Menurut
Nontji, (2007), salinitas di perairan dipengaruhi oleh penyerapan panas,
curah hujan, aliran sungai, dan pola sirkulasi arus.

D. Pemanfaatan Gastropoda
Berdasakan hasil wawancara dari ke 15 responden yang tinggal disekitar
Pantai Katewel Desa Lete Konda bahwa masyarakat memanfaatkan gastropoda
untuk dikomsumsi sebagai makanan sehari-hari. Mereka percaya bahwa
gastropoda banyak mengandung gizi yang dibutuhkan oleh tubuh manusia dan
beberapa di antaranya dipercaya dapat meningkatkan stamina bagi yang
memakannya. Hal tersebut sejalan dengan Setyono (2006) yang menyatakan
beberapa jenis moluska dipercaya dapat meningkatkan stamina bagi yang
memakannya.

Ceritidea cingulata Strombus labiatus

38
Gambar 4.5. Jenis Gastropoda Yang Dimanfaatkan Oleh
Masyarakat Desa Lete Konda

Berdasarkan hasil penelitian terdapat 9 jenis gastropoda yang ditemukan,


tetapi hanya 2 jenis gastropoda yang dikomsumsi oleh masyarakat yaitu
Cerithidea cingulata dan Strombus labiatus, sedangkan 7 jenis gastropoda
lainnya tidak dikomsumsi oleh masyarakat di antaranya Cerithidea
djadjarensis,Tereblaria sulcata, Rhinoclavis diadema, Conus papiliferus,
Nerita turruti, Nerita ambicilla, Nerita seminiconica. Hal ini dikarenakan
kurangnya pengetahuan masyararakat mengenai ke tujuh gastropoda ini apakah
bisa dikonsumsi atau tidak. Selain itu juga masyarakat di sekitar Pantai
Katewel belum memanfaatkan gastropoda untuk tujuan lain seperti hiasan yang
punya nilai ekonomis tinggi karena dipengaruhi oleh faktor pendidikan yang
sangat rendah atau minim. Padahal jika dikelola dengan baik dan adanya
sosialisasi dari pemerintah daerah tentang potensi ini dapat menjadi nilai
tambah bagi masyarakat, baik secara ekonomi maupun sosial. Sudah banyak
masyarakat di tempat lain memanfaatkan moluska menjadi berbagai macam
hiasan atau aksesori yang dapat menambah pemasukan untuk keluarga mereka.
Para pengrajin hiasan biasanya membentuk cangkang kerang menjadi
kepingan-kepingan kecil, lalu dirangkai menjadi berbagai bentuk hiasan,
seperti lukisan, lampu gantung, hiasan dinding, dan lain-lain (Kusnadi,dkk.,
2008).

BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Hasil penelitian yang telah dilaksanakan di ekosistem mangrove Pantai
Katewel Desa Lete Konda Kecamatan Loura Kabupaten Sumba Barat Daya
maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

39
1. Gastropoda yang ditemukan di pantai Katewel sebanyak 9 spesies dari 5
famili di antara lain: Cerithidea cingulata, Cerithidea djadjarensis,
Tereblaria sulcata, Rhinoclavis diadema, Conus Papiliferus, Strombus
labiatus. Nerita turruti, Nerita ambicilla, dan Nerita seminiconica.
2. Nilai indeks keanekaragaman (H’) gastropoda di pantai Katewel
Kecamatan Loura Kabupaten Sumba Barat Daya tergolong rendah yaitu
nilai rata 0,235.
3. Terdapat 2 jenis gastropoda yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa
Lete Konda untuk dikonsumsi sebagai sumber protein yaitu Cerithidea
cingulata dan Strombus labiatus

B. SARAN
Dari penelitian yang dilaksanakan maka dapat disarankan sebagai berikut:
1. Pihak Depertemen/sektor Kelautan dan Perikanan perlu mengambil suatu
langkah antisipasi dalam kebijakan untuk menjaga kelestarian ekosistem
laut sehingga terhindar dari pembuangan limbah industri/domestik
maupun gangguan lain yang dampaknya mengancam kehidupan
organisme laut.
2. Masyarakat setempat khususnya para nelayan pada Pantai Katewel dan
sekitarnya agar selalu memperhatikan kelestarian lingkungan perairan
agar tidak terjadi kerusakan ekosistem bahari dan kepunahan biota-biota
dengan cara tidak melakukan pengambilan secara berlebihan.
3. Mahasiswa atau peneliti lainnya yang berminat untuk melakukan
penelitian dengan topik yang sama dapat menggunakannya sebagai data
awal serta kajian kandungan protein dari jenis-jenis yang ditemukan.
DAFTAR PUSTAKA

Arizona, M. 2009. Kerusakan Ekosistem Mangrove Akibat Konversi Lahan Di


Kampung Tobati dan Kampung Nafri, Jayapura.

Ayunda, R. 2011. Struktur Komunitas Gastropoda pada Ekosistem Mangrove di


Gugus Pulau Pari, Kepulauan Seribu. Skripsi. Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia. Depok.

40
Barnes,R.D.1987. Invertebrate Zoology 5th Edition. B.Souders College Publishing
: pp.344-377.

Bengen, D. G.2004. “ Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut.


PusatKajian Sumberdaya Pesisir dan Laut Institut Pertanian” Bogor (PKSPL
– IPB):

Bolam, S. G., T. F. Fernandez, dan M. Huxham. 2002. Diversity, biomass, and


ecosystem processin the marine benthos. Ecological Monograph. 72: 599-
615.

Calumpong, H.P. 1992. “The Giant Clam: An Ocean Culture Manual.” Sidney

Chaniago, D. 2015. Diakses pada 1 Agustus 2016. Hutan Mangrove di Jambi Kian
Rusak.http://www. Kompasiana.com/prov-jambi/hutan-mangrove-di-jambi-
kian rusak_5528a66f6ea8342b5f8b4 56e.

Defer, D., N. Bourgougnon, & Y. Fleury. 2009. Screening for antibacterial and
antiviral activities in three bivalve and two gastropod marine molluscs. J.
Aquaculture, 293: 1-7.

Dance S. P., 1992 Shells. London: Dorling Kindersley Handbook.

Dharma, B. 1988. Siput dan Kerang Indonesia (Indonesian Shells). Jakarta: PT.
Sarana Graha.

Dharma, B. 1992. Siput dan Kerang Indonesia II (Indonesian Shells II). Jakarta:
PT. Sarana Graha.

Dharma, B. 2005 Recent dan Fossil Indonesian Shell.Conchbooks.Germany.

Fachrul, 2007. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta: Bumi Aksara.

Firly, M. T. 2008. Struktur Dan Pola Zonasi (Sebaran) Mangrove Serta


Makrozoobenthos yang Berkoeksistensi, Di Desa Tanah Merah Dan Oebelo
Kecil Kabupaten Kupang. Skripsi. Bogor: Program Studi Ilmu Dan
Teknologi Kelautan Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor

Febrita, E., Darmawati. dan J. Astuti. 2015. Keanekaragaman Gastropoda dan


Bivalvia Hutan Mangrove Sebagai Media Pembelajaran Pada Konsep
Keanekaragaman Hayati Kelas X SMA. Jurnal Biogenesis. 11(2): 119-128.

Handayani, E. A. 2006. Keanekaragaman Jenis Gastropoda di Pantai Randusanga


Kabupaten Brebes Jawa Tengah. Skripsi. Program Studi Biologi Fakultas

41
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.
Semarang.

Hickman. Jr. Cleveland et a., eds. Zoology. New Delhi: Tata Mc Graw Hill
Publishing Company Ltd, 1989.

Hitalessy, R. B, lesono, A. S., dan Herawati E. Y. 2015 Stuktur Komonitas Dan


Asosisi Gastropoda Dengan Tumbuhan Lamun Di Perairan Pesisir
Lamingan Jwa Timur J-PAL, 6 (1), 64-73.

Hutabarat, S. dan S. M. Evans.1985. Pengantar Oseanografi. Universitas


Indonesia Press. Jakarta.

Katili, A. S. 2011. Struktur Komunitas Echinodermata Pada Zona Intertidal Di


Gorontalo. Jurnal Penelitian dan Pendidikan, Volume 8 Nomor 1, Maret
2011 , 51-6

Kartawinata, K., S. Adisoemarto, S. Soemodihardjo dan I. G. M. Tantra 1979.


Status pengetahuan hutan bakau di Indonesia Pros. Sem. Ekos. Hutan
Mangrove: 21-39.

Kurita, Y. dan Hiroshi, W. 2011. Evidence that gastropod torsion is driven by


asymmetric cell proliferation activated by TGF-beta signalling. Biology
Letter. 7: 759-762.

Kusnadi, Agus, Teddy Triandiza, and Udhi Eko Hernawan. 2008. “Inventarisasi
Jenis dan Potensi Moluska Padang Lamun di Kepulauan Kei Kecil , Maluku
Tenggara The Inventory of Mollusc Species and Its Potent on Seagrass Bed
in Kei Kecil Islands,.” Biodiversitas 9 (1998): 30–34.
doi:10.13057/biodiv/d090108.

Lihawa, Y. 2013 Keanekaragaman Dan Kelimpahan Gastropada Desa Lamun


Kecamatan Tilamuta Kabupaten Boalemo. Skripsi. Jurusan teknologi
perikanan. Unuversitas negeri goron talo.

Laksmana, S. T. 2011. Lama WaktuPemangsaan dan Ukuran LubangPengeboran


Chicoreus capucinus(Neogastropoda: Muricidae)Terhadap Cerithidea
cingulata(Mesogastropoda: Potamididae).Skripsi. FMIPA UI.

Lariman. 2010. Keanekaragaman Filum Ecinodermata Di Pulau Segajah Kota


Bontang Kalimantan Timur. FMIPA Universitas Mulawarman.

Lariman. 2011. Keanekaragaman Filum Ecinodermata Di Beras Basah Kota


Bontang Kalimantan Timur. FMIPA Universitas Mulawarm

42
Madura. J., 1997 International Financial Management. 8th Edition, Prentice Hall
International, Inc., New York.

Magurran, A., E., 2004. Measuring Biological Diversity. Australia: Blackwell


Publishing.

McLeod RJ, Wing SR. 2008. Influence of an Altered Salinity Regime on the
Population Structure of Two Infaunal Bivalve Species. Journal Estuar
Coast Shelf Sci. 78:529-540.

Mudjiono dan Sudjoko, B. 1994. Struktur Komunitas Biologi Padang Lamun di


Pantai Selatan Lombok dan Kondisi Lingkungannya. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Oseanologi. LIPI. Jakarta.

Mujiono, N. 2016. Gastropoda Mangrove dari PulauLombok, Nusa


TenggaraBarat Mangrove Gastropodsfrom Lombok Island, WestNusa
Tenggara. JurnalOseanologi dan Limnologidi Indonesia.Vol. 1. Nomor3.

Mukai S.W., dan F. Morishita. 2017 Physiological Functions of Gastropoda


Peptides and Neurotransmitters. Dalam Physiology of Molluscs: A

Nontji, A. 1987. Laut Nusantara. Jakarta Djambatan.

Nybakken, J. W., dan M. D. Bertness.2005. Marine Biology an Ecological


Approach, 6thEdition. San Francisco: Pearson Education, Inc.

Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut. Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta : PT.


Gramedia

Odum, E. P. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Diterjemahkan dari Fundamental of


Ecology oleh T. Samingan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Odum, E.P. 1994. Dasar-dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Universitas Gadjah Mada
Press, Yogyakarta (Penerjemah Tjahjono Samingar).

Odum, Eugene P. 1996. Dasar-dasar Ekologi; Edisi Ketiga.Yogyakarta. Gadjah


Mada University Press, Penerjemah Samingan, Tjahjono.

Oemarjati, B. S., Wardhan,W. 1990. Taksonomi Avertebrata Pengantar


Praktikum Laboratorium. Jakarta: Universitas Indonesia press.

Pribadi, R., R. H. Chrisna. A. Suryono. 2009. Komposisi Jenis dan Distribusi


Gastropoda di Kawasan Hutan Mangrove Segara Anakan Cilacap. Jurnal
Ilmu Kelautan. 14(2):102-111.

43
Pringgenies, D. 2010. “Karakteristik Senyawa Bioaktif Bakteri dan Potensi
Pengembangan Kerang Pisau (Solen Spp) di Perairan Kabuapten
Pamekasan, Madura.” Jurnal Perikanan Dan Kelautan 13 (1): 41–51.

Puspasari, R., Marsoedi, A. Sartimbul dan Suhartati. 2012.Kelimpahan


Foraminifera Bentik Pada SedimenPermukaan Perairan Dangkal Pantai
TimurSemenanjung Ujung Kulon,Kawasan Taman NasionalUjung Kulon,
Banten. Jurnal Penelitian Perikanan.1(1): 1-9.

Rakhmanda, 2011. Estimasi Populasi Gastropoda di Sungai Tambak Bayan


Yogyakarta. Jurnal Ekologi Perairan Laboratorium Ekologi Perairan Jurusan
Perikanan Fakultas Pertanian UGM Th 2011 No. 1: 1-7.

Rejeki, S., Irwani, dan Hisyam, F.M. 2013. Struktur Komunitas Ikan pada
Ekosistem Mangrove di Desa Bedono, Sayung, Demak. Buletin Oseanografi
Marina. 2: 78-86.

Ridwan M, Fathoni R, Fatihah I, Pangestu DA. 2016. Struktur Komunitas


Makrozoobenthos Di Empat Muara Sungai Cagar Alam Pulau Dua, Serang,
Banten. Al-Kauniyah Jurnal Biologi, 9 (1):57-65.

Riniatsih, I. & Edi, W. K. 2009. Substrat Dasar dan Parameter Oseanografi


Sebagai Penentu Keberadaan Gastropoda dan Bivalvia di Pantai Sluke
Kabupaten Rembang. Ilmu Kelautan, 14(1), 50-59.

Romdhani, A. M., Sukarsono, dan Rr. E. Susetyarini. 2016. Keanekaragaman


Gastropoda Hutan Mangrove Desa Baban Kecamatan Gapura Kabupaten
Sumenep Sebagai Sumber Belajar Biologi. Jurnal Pendidikan Biologi
Indonesia. 2(2): 161-167.

Romimohtarto. 2001. Biologi laut: Ilmu Pengetahuan tentang Biota Laut: Jakarrta.
Penebar Swadaya.

Romimohtarto, K., and S. Juwana. 2005. Biologi Laut, Ilmu Pengetahuan Ten-
tang Biota Laut. Jakarta: Djambatan.

Roziaty, E., A. I. Kusumadani, I. Aryani. 2017. Biologi Lingkungan. Surakarta:


Muhammadiyah University Press.

Setyobudiandi, I. 1997. Makrozoobentos. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Tirsa, 2010. Kerapatan, Keanekaragaman dan Pola Penyebaran Gastropoda Air


Tawar Di Perairan Danau Poso. Media Litbang Sulteng,3(2) :137 – 143.

44
Pandey, A., Pandey, S., Pathak, J., Ahmed, H., Singh, V., Singh, S. P., & Sinha,
R. P. (2017). Mycosporine-like amino acids (MAAs) profile of two marine
red macroalgae, Gelidium sp. and Ceramium sp. International Journal of
Applied Sciences and Biotechnology, 5, 12−21.

Pechenik, Jan A. 2005. Biologi Of The Invertebrates Fifth Edition. Newyourc:


megraw-hill.

Pechenik, J. A. 2000. Biology of The Invertebrates. McGraw-Hill Book


Company, Inc.
Poutiers J.M.1998. Gastropods. In KE Carpenter, VH Niem, eds. The living arine
resources of the Western Central Pacific. Fao Species Identcation guide for
fishery purposes. Rome: food and Organization of the United Nations, Vol.
1, pp. 363-646.

Putra, S. 2018. Pola Persebaran Gastropoda Di Ekosistem Mangrove Sungai


Reuleung Leupung Kabupaten Aceh Besar

Putra, Y. A., M. Zainuri, H. Endrawati. 2014. Kajian Morfometri Gastropoda di


Perairan Pantai Desa Tapak Kecamatan tugu Kota Semaranag. Journal of
Marine Research. 3(4): 566-577.
Putra, I. S., dan A. Pratiwi., (2004), Strategi Sukses di Kampus, Penerbit ITB
Press, Bandung.

Putri, N. E. 2018. Keanekaragaman Gastropoda Di Ekosistem MangroveDesa


Lambur Kabupaten Tanjung Jabung Timur

Salmin. 2005 . Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD)
sebagai Salah Satu Indikator Menentukan Kualitas Perairan. Oseana.
XXX(3): 21-26.

Santhiya, N,. S. Baskara Sanjeevi, M. Gayathri, and M. Dhanalakshmi. 2013.


“Economic Importance of Marine Molluscs.” Research in E nviroment and
life Sciences6 (4):129-32.

Setiawan, H. 2013. Status Ekologi Hutan Mangrove pada Berbagai Tingkat


Ketebalan. Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea vol. 2 No. 2. Balai
Penelitian Kehutanan Makassar.

Simanjuntak, M. 2013. Kualitas perairan Gresik, Jawa Timur: kandungan Nutrien,


Oksigen Terlarut dan Derajat Keasaman. Jurnal Oseanologi dan Limnologi,
39(2), 125-262.

Sugiarti. 2005 “ Ekologi Kuantitatif Metode Analisis Populasi dan Komunitas”


Surabaya : Usaha Nasional, 2005.

45
Supriharyono. 2000. Pelestarian dan Pengelolaan Sumberdaya Alam di Wilayah
Pesisir Tropis. PT Gramedia pustaka utama. Jakarta.

Suwondo. 2002. Komposisi dan Keanekaragaman Mikroarthopoda Tanah


sebagai Bioindikator karakteristik Biologi Pada Tanah Gambut. PMIPA,
FKIP: Universitas Riau.

Syafikri, D. 2008. Studi Struktur Komonitas Bivalvia dan Gastropoda DI perairan


Muara Sungai Kerian dan Sungai Simbat Kecamatan Kaliwangu Kabupaten
Kendal. Skripsi. Jurusan Ilmu Kelautan. Fakultas perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Diponegoro. Semarang.

Tuheteru, M., Notosoedarmo, S., Martosupono, M., 2014. Distribusi Gastropoda


Di Ekosistem Mangrove. Raja Ampat and Future of Humanity (As A World
Haritage), hal. 151-156., Waisai.

Wijayanti, H. 2007. Kajian Kualitas Perairan Di Pantai Kota Bandar Lampung


Berdasarkan Komunitas Hewan Makrobenthos .(Tesis Semarang.
Universitas Diponegoro).

Yusron, E. 2006. Beberapa Catatan Fauna Ecinodermata Dari Perairan Sekotong


Lombok Barat Nusa Tenggara Barat. Prosiding Seminar Riptek Kelautan
Nasional. Jakarta.

Wicaksono, C. W. 2002. Studi Beberapa Aspek Reproduksi Keong Macan


(Babylonia sprita L) yang di pelihara Pada Substrat, Suhu dan Salinitas yang
Berbeda. Skripsi Sarjana. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor.

LAMPIRAN
Lampiran 1.
Peta Lokasi Penelitian

46
Stasiun I
Stasiun II

PETA LOKASI PENELITIAN

LAMPIRAN II
Foto Kegiatan Pembuatan Plot

47
Stasiun 1 Berlumpur

Stasiun II Berpasir

48
LAMPIRAN III

Foto Penelitian

49
LAMPIRAN IV
Jenis Gastropoda Yang Di Temukan Di Ekosistem Mangrove

50
Cerithidea Cingulata Cerithidea Djadjarensis Tereblaria sulcata

Conus Papiliferus Rhinoclavis diadema Strombus labiatus

Nerita turutti Nerita Ambicilla Nerita Semiconica

51
LAMPIRAN V
DATA MENTAH
Jenis-Jenis Gastrooda Yang Ditemukan Di Setiap Stasiun Dan Plot Pengamatan
1. Minggu Pertama
STASIUN 1
TRANSEK 1 TRANSEK II TRANSEK III TRANSEK IV JUMLAH
NO Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot
1 II III Iv 1 II III IV 1 II III IV 1 II III IV
1 Jenis A 2 0 1 1 0 2 1 0 2 1 0 2 0 2 1 0 15
2 Jenis B 1 2 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 1 0 2 8
3 Jenis C 2 0 0 0 2 0 1 0 0 0 2 0 0 0 1 0 8
4 Jenis D 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 2
5 Jenis E 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
6 Jenis F 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 3
6 2 2 1 2 3 3 2 2 1 3 3 0 3 2 2 37

STASIUN II
TRANSEK 1 TRANSEK II TRANSEK II TRANSEK IV JUMLAH
NO Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot
1 II III Iv 1 II III IV 1 II III IV 1 II III IV
1 Jenis A 0 2 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 3
2 Jenis B 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 2

52
3 Jenis D 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
4 Jenis E 0 0 0 1 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 3
5 Jenis F 0 0 0 2 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 3
6 Jenis G 1 1 0 0 0 1 0 0 3 0 1 0 1 0 0 0 8
7 Jenis H 2 0 2 0 1 0 0 2 0 0 0 2 0 0 0 1 10
8 Jenis I 0 3 0 1 0 0 2 0 0 1 1 0 2 0 1 0 11
JUMLAH 3 6 4 4 1 1 3 4 5 1 2 2 3 1 1 2 42
Minggu kedua
Stasiun 1
TRANSEK 1 TRANSEK II TRANSEK III TRANSEK IV JUMLAH
NO Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot
1 II III Iv 1 II III IV 1 II III IV 1 II III IV
1 Jenis A 2 0 5 1 0 2 1 0 2 1 0 4 0 2 1 0 21
2 Jenis B 1 2 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 2 7
3 Jenis C 2 0 0 0 2 0 1 0 0 0 2 0 3 0 1 0 11
4 Jenis D 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 2
5 2 5 1 2 2 3 1 2 1 3 4 3 3 2 2 41
Stasiun II
TRANSEK 1 TRANSEK II TRANSEK II TRANSEK IV JUMLAH

53
NO Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot
1 II III Iv 1 II III IV 1 II III IV 1 II III IV
1 Jenis A 0 2 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 3
2 Jenis D 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
5 Jenis E 0 0 0 1 0 0 0 2 0 0 0 0 1 0 0 0 4
6 Jenis F 0 0 0 2 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 3
3 Jenis G 0 0 1 0 0 1 0 3 0 0 0 1 0 2 0 0 8
4 Jenis H 1 1 0 0 0 1 0 0 0 3 1 0 1 0 2 0 10
5 Jenis I 2 0 2 1 1 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 1 9
JUMLAH 3 3 5 1 1 2 0 3 1 3 1 3 1 2 2 2 39
Minggu ke tiga
Stasiun 1
TRANSEK 1 TRANSEK II TRANSEK III TRANSEK IV JUMLAH
NO Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot
1 II III Iv 1 II III IV 1 II III IV 1 II III IV
1 Jenis A 2 0 3 1 0 2 1 0 2 1 0 2 0 2 1 0 17
2 Jenis B 1 2 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 1 0 2 8
3 Jenis C 2 0 1 0 2 0 1 0 0 0 2 0 1 0 1 0 10
4 Jenis D 0 0 0 0 0 1 1 0 2 0 1 0 0 0 0 0 5
5 Jenis E 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2

54
JUMLAH 5 2 4 2 2 3 3 3 4 1 3 2 1 3 2 2 42

Stsiun II
TRANSEK 1 TRANSEK II TRANSEK II TRANSEK IV JUMLAH
NO Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot
1 II III Iv 1 II III IV 1 II III IV 1 II III IV
1 Jenis A 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 2
2 Jenis D 0 0 2 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 4
3 Jenis E 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 3
4 Jenis F 0 0 0 2 0 0 0 0 1 0 0 2 0 1 0 0 6
5 Jenis G 1 2 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 6
6 Jenis H 2 0 2 0 1 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 1 8
7 Jenis I 0 1 0 2 0 0 2 0 0 1 0 0 0 0 1 0 7
JUMLAH 3 4 5 4 1 2 2 1 2 1 1 5 1 2 1 1 36

Minggu ke empat
TRANSEK 1 TRANSEK II TRANSEK III TRANSEK IV JUMLAH

55
NO Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot
1 II III Iv 1 II III IV 1 II III IV 1 II III IV
1 Jenis A 3 0 1 1 0 2 2 0 2 1 1 2 0 2 1 1 19
2 Jenis B 1 2 0 0 2 0 0 2 0 0 0 0 1 1 0 2 11
3 Jenis C 2 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2 0 0 0 0 1 6
4 Jenis D 0 0 3 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 5
5 Jenis E 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
JUMLAH 6 3 4 1 2 2 4 2 2 1 4 2 1 3 1 4 42

TRANSEK 1 TRANSEK II TRANSEK II TRANSEK IV JUMLAH


NO Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot
1 II III Iv 1 II III IV 1 II III IV 1 II III IV
1 Jenis A 0 2 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 6
3 Jenis D 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3
5 Jenis E 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
6 Jenis F 0 0 0 2 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 4
4 Jenis G 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 3 6
5 Jenis H 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 8
6 Jenis I 2 0 2 0 1 0 0 1 0 0 0 2 0 1 0 1 10
JUMLAH 4 3 5 4 1 2 1 1 2 2 1 3 1 2 2 4 38

56
57
LAMPIRAN VI
Rekap parameter lingkungan
Parameter Waktu Stasiun 1 Stasiun
pengukuran II
Minggu Suhu Pagi 27 28
pertama Siang 28 28
Sore 27 27
Minggu ke 2 Suhu Pagi 27 27
Siang 28 28
Sore 28 28
Minggu ke 3 Suhu Pagi 27 27
Siang 29 29
Sore 28 28
Minggu ke 4 Suhu Pagi 27 29
Siang 28 28
Sore 28 28
Minggu Salinitas Pagi 35 35
pertama Siang 39 39
Sore 38 38
Minggu ke 2 Salinitas Pagi 28 28
Siang 38 37
Sore 38 38
Minggu ke 3 Salinitas Pagi 28 28
Siang 39 38
Sore 37 36
Minggu ke 4 Salinitas Pagi 27 28
Siang 39 39
Sore 36 37
Minggu Ph Pagi 7.3 7.4
pertama Siang 7.5 7.7

58
Sore 7.3 7.4
Minggu ke 2 Ph Pagi 7.4 7.5
Siang 7.5 7.7
Sore 7.2 7.3
Minggu ke 3 Ph Pagi 7.4 7.6
Siang 7.6 7.8
Sore 7.2 7.4
Minggu ke 4 Ph Pagi 7.3 7.5
Siang 7.4 7.7
Sore 7.2 7.3

59
LAMPIRAN VII
Dari Kuesioner terdapat 15 responden yang diwawancarai

60
61
62
63
65

Anda mungkin juga menyukai