Dosen Pembimbing:
1. Dr. Eva L. Baideng, S.P, Msi
2. Dr. Farha N. J. Dapas, S.Si., M.Env.Stud
ii
HALAMAN PENGESAHAN
NIM : 19101102033
Menyetujui,
Pembimbing 1, Pembimbing 2,
Mengetahui,
Koordinator Program Studi
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................... iv
I. Pendahuluan .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 2
iv
I. Pendahuluan
1
hayati termasuk di antaranya kupu-kupu. Kawasan Hutan Kota Kuwil memiliki berbagai
tipe ekosistem seperti ekosistem sungai, ekosistem hutan dan di luar kawasan terdapat
ekosistem kebun yang dikelolah oleh masyarakat.
Penelitian mengenai kupu-kupu jenis Nymphalidae di Hutan Kota Kuwil pernah
dilaksanakan pada bulan September sampai dengan November 2019. Lokasi penelitian
bertempat di Hutan Kota Kuwil, Desa Kuwil, Kecamatan Kalawat, Kabupaten Minahasa
Utara. Habitat yang dijadikan sebagai tempat pengambilan sampel adalah habitat pinggir
sungai, habitat hutan dan habitat kebun. Teknik pengambilan sampel menggunakan
metode transek. Hasil penelitian ditemukan sebanyak 21 spesies Nymphalidae dengan
jumlah individu sebanyak 208 Individu. Spesies paling banyak didapatkan adalah
Parthenos shylvia sebanyak 42 individu. Spesies Parthenos shylvia yang ditemukan
memiliki ciri-ciri bagian dorsal dan ventral dominan berwarna orange, mempunyai corak
hitam dan corak putih pada bagian pangkal dan ujung sayap. Spesies tersebut dominan
didapatkan pada semua habitat. Spesies berikutnya yang banyak ditemukan adalah Idea
blanchardii 22 individu. Idea blanchardii memiliki ciri-ciri bagian ventral dan dorsal
dominan berwarna putih gading dan mempunyai corak hitam bergaris. Spesies yang
paling sedikit ditemukan adalah Neptis ida dengan jumlah 2 individu. Neptis ida dengan
ciri-ciri bagian dorsal berwarna dominan cokelat kehitaman mempunyai corak putih dan
warna hitam pada bagian ujung sayap.
Penelitian kupu-kupu tentang inventarisasi yang ada di kawasan Hutan Kota Desa
Kuwil belum pernah diteliti. Berdasarkan permasalahan tersebut maka perlu dilakukan
penelitian tentang Inventarisasi jenis kupu-kupu agar dapat memberikan informasi kepada
masyarakat dan menambah ilmu pengetahuan untuk mengetahui jenis kupu-kupu yang
ada di kawasan Hutan Kota, Desa Kuwil, Kabupaten Minahasa Utara.
Jenis kupu-kupu apa saja yang ada di Kawasan Hutan Kota Desa Kuwil ,
Kabupaten Minahasa Utara?
Manfaat dari penelitian ini yaitu untuk memberikan informasi kepada masyarakat
2
dan agar menambah ilmu pengetahuan untuk mengetahui jenis kupu-kupu yang ada di
kawasan Hutan Kota, Desa Kuwil, Kabupaten Minahasa Utara.
II. Tinjauan Pustaka
3
1. Telur
Menurut Mastrigt (2005) tergantung pada jenisnya kupu-kupu memiliki ukuran telur
dengan bentuk yang berbeda-beda, secara terpisah maupun kelompok. Kupu-kupu
betina biasanya meletakkan telurnya di daun yang lebih muda yaitu pada bagian
bawah daun. Kupu-kupu memiliki telur dengan bentuk dan ukuran berbeda-
beda, tergantung pada jenisnya. Perbedaan bentuk dan ukuran telur dapat
digunakan sebagai petunjuk dalam identifikasi (Wafa 2018).
Jumlah telur yang dihasilkan kupu-kupu betina sangat menentukan kelestarian
hidup kupu-kupu. Apabila jumlah yang dihasilkan sangat banyak maka
kemungkinan kupu-kupu yang tersedia di alam juga banyak. Faktor-faktor
yang mempengaruhi kelestarian spesies kupu-kupu tidak hanya dilihat dari
banyaknya telur yang dihasilkan melainkan ada ancaman alami yang harus
dihadapi kupu-kupu seperti adanya pemangsa dan parasit yang tentunya hanya
menyisakan sedikit telur yang akan berhasil menetas hingga tahap larva, pupa,
dan imago.
2. Ulat (Larva)
Setelah 5 hingga 7 hari, telur kemudian akan menetas menjadi larva. Larva
yang baru menetas dari telur kemudian memakan cangkang atau kulit telur
sebagai makanan pertamanya. Larva kemudian akan memakan daun, terutama
4
daun yang muda atau pinggiran dari daun. Kupu-kupu pada fase larva
merupakan fase kupu-kupu aktif makan dan tumbuh. Larva mempunyai
bentuk dasar silindris yaitu terdiri dari kepala, toraks dan abdomen. Kepala
kupu-kupu terdapat mata dan mulut (Busnia, 2006).
Larva akan mengalami pembesaran secara bertahap dan terjadi dalam waktu yang
cepat. Larva akan menghentikan aktifitas makan selama 1 atau 2 hari. Kulit bagian
luar larva akan memisah, kemudian larva akan keluar dari lapisan kulit tersebut dan
memiliki ukuran yang lebih besar. Peristiwa ini dikenal dengan nama pergantian
instar (moulting).
3. Kepompong (Pupa)
5
Gambar 3. Pupa kupu-kupu (https://rumusbilangan.com/metamorfosis-kupu-kupu/)
4. Dewasa (Imago)
Proses keluarnya kupu-kupu dari pupa dipengaruhi oleh faktor abiotik seperti
kelembaban, suhu, dan cahaya matahari. Kupu-kupu dewasa akan keluar dari
pupa terjadi setelah matahari terbit atau di siang hari. Tujuannya membantu
proses pengeringan sayap kupu-kupu agar dapat terbang dengan baik saat
mencari makan. Saat siap terbang, kupu-kupu dewasa akan merentangkan
sayapnya untuk mencari makan berupa nektar. Selain itu, kupu-kupu dewasa
akan berkembang biak untuk menemukan pasangan dan melanjutkan
keturunannya.
6
2.3 Morfologi dan Karakteristik Kupu-kupu
Tubuh kupu-kupu sama seperti tubuh serangga yang lain, terdiri dari tiga bagian
yaitu kepala (caput), dada (toraks), dan perut (abdomen) (Morgan,2007). Menurut
Sastrodiharjo (1989) kepala kupu-kupu berbentuk bulat kecil, terdapat sepasang
antena, mata majemuk, dan alat penghisap nektar.
Sepasang antena pada serangga merupakan organ penerima rangsang seperti bau,
rasa, raba dan panas. Menurut (Noerdjito et al., 2003) pada beberapa famili kupu-
kupu memiliki antena bagian ujung yang membesar (clubbed). Kupu-kupu
mempunyai mata yang cukup tajam terutama untuk jarak dekat, sehingga kupu-kupu
mampu terbang di antara pepohonan (Suhara, 2009). Kupu-kupu mempunyai dua
mata majemuk yang besar dengan 6000 omatidium dan dua mata tunggal atau oceli
(Purnomo et al., 2007).
Toraks merupakan bagian tengah kupu-kupu yang berfungsi sebagai alat
penggerak, tempat kaki dan sayap menempel. Toraks terdiri dari tiga segmen yang
disebut segmen toraks depan (protoraks), segmen toraks tengah (mesotoraks) dan
segmen toraks belakang (metatoraks) (Hadi et al., 2009).
Kebanyakan Lepidoptera mempunyai sayap depan agak segitiga dan sayap
belakang agak membulat, tetapi banyak yang mempunyai sayap-sayap lebih
memanjang (Boror et al., 1992). Sayap merupakan organ yang terpenting bagi
pergerakan kupu-kupu berupa selaput tipis dan dilengkapi dengan vena-vena sehingga
memperkuat melekatnya sayap pada toraks (Noerdjito et al., 2003).
7
Perilaku merupakan suatu cara yang dilakukan oleh organisme untuk mengatur
dan berinteraksi dengan seluruh kondisi lingkungan ditempat tinggalnya (Matthews et
al.,2010). Beberapa perilaku kupu-kupu yang dapat diamati antara lain perilaku
berjemur (basking), perilaku hinggap (sheltering), perilaku kawin (mating), perilaku
makan (feeding), perilaku meletakkan telur (ovoposition). Perilaku feeding dari kupu-
kupu merupakan perilaku yang menguntungkan bagi tumbuhan. Feeding pada kupu-
kupu dewasa biasa disebut nectaring , nectaring adalah perilaku kupu-kupu dalam
menghisap nektar dari satu bunga ke bunga lainnya. Ini berarti secara tidak langsung
kupu-kupu menjadi polinator alami bagi tumbuhan (Klass et al.,1992).
Kupu-kupu merupakan serangga yang melakukan aktivitas pada siang hari, pada
malam hari kupu-kupu akan istirahat dan berlindung dibawah daun pepohonan. Kupu-
kupu akan aktif terbang di siang hari dan melakukan aktivitas mencari makan dan
bereproduksi. Kupu-kupu yang rentang sayapnya kecil akan terbang rendah antara 10
cm - 2 m, sedangkan kupu-kupu yang rentang sayap lebih besar terbang lebih tinggi
sampai 10 m. Pada kegiatan mencari makan, kupu-kupu akan hinggap pada bunga-
bunga dan menjulurkan probosisnya (Soekardi, 2007). Kegiatan mencari pasangan
pada kupu-kupu lebih dominan terlihat pada kupu jantan, seperti menari-nari dan
berkeliling untuk menarik perhatian betina. Bila kehadiran jantan diterima oleh
betina, maka kedua kupu-kupu akan menari dan terbang bersama sebelum melakukan
perkawinan. Perkawinan pada kupu-kupu berlangsung sekitar 6-8 jam (Syaputra,
2011). Tiga atau empat hari setelah perkawinan kupu-kupu betina siap bertelur, kupu-
kupu akan bertelur disekitar tumbuhan pakan larva dengan meletakan dibawah
permukaan daun. Selama hidupnya kupu-kupu betina menghasilkan 200 butir telur,
dalam satu hari bisa bertelur 10-15 butir (Sasmita, 2001).
Kelompok insekta seperti kupu-kupu termasuk hewan ektoterm, yaitu hewan yang
mengandalkan suhu lingkungan untuk menaikkan suhu otot sayap (Abram et
al.,2017). Kegiatan yang dilakukan kupu-kupu disebut dengan istilah basking atau
berjemur yang dilakukan dengan cara kupu-kupu berada di bawah sinar matahari
untuk mencapai kestabilan fisiologis agar dapat terbang (Kamrunnahar et al,2018)
8
III. Metode Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Hutan Kota , Desa Kuwil , Kabupaten Minahasa
Utara. Pada bulan Juni hingga Juli 2023.
Gambar 1. Lokasi Penelitian Kawasan Hutan Kota, Desa Kuwil, Kecamatan Kalawat,
Kabupaten Minahasa Utara.
Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Kawasan Hutan Kota, Desa Kuwil, Kecamatan
Kalawat, Kabupaten Minahasa Utara.
Alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini disajikan pada tabel 1 di
bawah ini.
9
Tabel 1. Alat dan Bahan yang digunakan dalam penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode transek dengan
mengikuti jalur yang sudah ada (jalur setapak dan jalur sungai).
Metode titik dengan atraktan (zat penarik) merupakan zat kimia yang dapat menyebabkan
serangga bergerak mendekati sumber zat (Ryan,2002). Atraktan bertujuan untuk mengamati
jenis kupu-kupu dilokasi Hutan Kota Desa Kuwil. Dan atraktan yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu garam dan terasi karena mengandung mineral.
Variabel pengamatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu mengamati jumlah
spesies kupu-kupu dan mengidentifikasi jenis kupu-kupu.
10
3.5.1 Survei lokasi penelitian
Survei lokasi penelitian dilakukan untuk mengetahui gambaran awal dari lokasi
dilaksanakan penelitian.
Silahkan menuliskan analisis data yang Anda lakukan dalam penelitian ini.
11
IV. Jadwal Kegiatan
1 Pengambilan ✓
sampel
2 Persiapan alat ✓
dan bahan
3 Identifikasi ✓
sampel
4 Analisis data ✓
5 Seminar hasil ✓
6 Ujian skripsi ✓
12
DAFTAR PUSTAKA
Abram, P. K., Boivin, G., Moiroux, J., & Brodeur, J. (2017). Behavioural Effects of
Temperature on Ectothermic Animals: Unifying Thermal Physiology and
BehaviouralPlasticity.BiologicalReviews,92(4),1859–1876.
https://doi.org/10.1111/brv.12312
Azahra, S.D., Masyu’ud, B.N., dan Farikah, N. 2016. Perbandingan Komunitas Kupu-
Kupu Pada Berbagai Tipe, Karakteristik dan Gangguan Lingkungan Hutan
Kota. Media Konservasi. 21(2): 108-115.
Borror, D.J., Triplehorn., Johnson, N.F. 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga. Edisi 6.
Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Davies, Z. O. E. G., Wilson, R. J., Coles, S., & Thomas, C. D. (2006). Changing habitat
associations of a thermally constrained species , the silver-spotted skipper
butterfly , in response to climate warming. 247–256. DOI: 10.1111/j.1365-
2656.2006.01044.
Dwi, O. 2011. Biodiversitas Indonesia: Bhineka Flora Fauna Nusantara. Majalah digital.
Vol.01/No.02/2011.
Hadi, H.M; Tarwotjo, U & Rahadian, R. 2009. Biologi Insecta: Entomologi. Yogyakarta:
Graha Ilmu
13
Islam, A., Islam, M. S., Yasmin, M., & Yamanaka, A. (2019). Effect Of Temperature On
The Life Cycle And Pupal Color Of Lime Swallotail Butterfly, Papilio
demoleus (Lepidoptera : Papilionidae). International Journal of
Etnobiology, Volume 4, Issue 5, 42-47
Kamrunnahar, S. A., Rahman, S., Khan, H. R., & Bashar, M. A. (2018). Basking
Behaviour In Some Nymphalid Butterflies of Bangladesh. Journal of
Biodiversity Conservation andBioresource Management, 4, 63-71.
https://doi.org/10.3329/jbcbm.v4i1.37878
Klass C, Dirig R. 1992. Learning About Butterflies. New York: Cornell Cooperative
Extension Publication.
Matthews RW, Matthews JR. 2010. Insect Behavior 2nd Edition. Springer
Science+Business Media.
Noerdjito., Aswari, P., Peggie, D. 2011. Fauna Serangga Gunung Ciremai. Jakarta: LIPI
Press.
14
Noerdjito, W.A & Aswari, P. 2003. Metode Survei dan Pemantauan Populasi Satwa. Seri
Keempat Kupu-kupu Papilionidae. Cibinong: Bidang Zoologi Puslit
Biologi LIPI.
Peggie, D., dan Amir, M. 2006. Panduan Praktis Kupu-kupu di Kebun Raya
Bogor.Cibinong : LIPI. Pusat Penelitian Biologi. Halaman 19-21.
Ryan, M.F.. 2002. Insect Chemoreception fundamental and applied. Kluwer Academic
Publisher. New York, USA
Santra, T. & Mandal, S. (2018). Studies on the life history of Yamfly butterfly (Loxura
atymnus Stoll, 1780) (Lepidoptera: Lycaenidae). Bangabasi Academic Journal.
Vol. 17. 32-42.
Suhara. 2009. Ordo Lepidoptera Ngengat dan Kupu-kupu. Bandung: Jurusan Pendidikan
Biologi Fakultas Pendidikan MIPA Universitas Pendidikan Indonesia.
[online]http://file.upi.edu/JUR./Lepidoptera-Ngengat-Kupukupu-
Entomologi.pdf.[25 Maret 2023].
Swaay, C. Van, Harpke, A., Strien, A. J. Van, & Fontaine, B. (2010). The impact of
climate change on butterfly communities 1990-2009. January. Butterfly
Conservation Europe De Vlinderstichting
15
Syaputra, M; Akbar, R; Firrijal, M; Navy, W.D. 2009. Keanekaragaman Kupu-kupu di
Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya. Laporan PKM. Bogor: Institut
Pertanian Bogor. http://repository.ipb.ac.id. [24 Maret 2023].
Wafa, Yazil. 2018. The First Record of Cyrestis Themire (Lepidoptera: Nymphalidae)
Life Cycle On Streblus Ilicifolius At Kondang Merak Forest, Malang 26.
16