Anda di halaman 1dari 20

PROPOSAL PENELITIAN

INVENTARISASI JENIS KUPU-KUPU DI KAWASAN HUTAN


KOTA DESA KUWIL, KABUPATEN MINAHASA UTARA

FEBYOLA KURNIA ANGKOW


19101102033

Dosen Pembimbing:
1. Dr. Eva L. Baideng, S.P, Msi
2. Dr. Farha N. J. Dapas, S.Si., M.Env.Stud

PROGRAM STUDI S1 BIOLOGI


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MEI 2023
ABSTRAK

FEBYOLA KURNIA ANGKOW. Iventarisasi jenis Kupu-kupu di Kawasan Hutan Kota


Desa Kuwil, Kabupaten Minahasa Utara. Dibimbing oleh EVA L. BAIDENG dan
FARHA N.J DAPAS.

Inventarisasi jenis dilakukan dalam rangka menjaga dan melestarikan keanekaragaman


dan ekosistem. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keanekaragaman
jenis flora dan fauna yang tinggi secara biogeografis. Salah satunya kupu-kupu, Kupu-
kupu di Pulau Sulawesi berjumlah sekitar 557 jenis, secara ekologis kupu-kupu berperan
dalam mempertahankan keseimbangan ekosistem dan memperkaya keanekaragaman
hayati selain itu kupu-kupu juga merupakan pollinator yang membantu penyerbukan
tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis kupu-kupu yang ada di Hutan
Kota, Desa Kuwil, Minahasa Utara. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode transek dan metode titik dengan atraktan. Penelitian
dilaksanakan di Hutan Kota, Desa Kuwil, Kecamatan Minahasa Utara. Hutan kota
berfungsi untuk memperbaiki dan menjaga iklim mikro dan nilai estetika, meresapkan air,
menciptakan keseimbangan serta hutan kota juga berpotensi sebagai sarana pelestarian
keanekaragaman hayati termasuk di antaranya kupu-kupu. Kawasan Hutan Kota Kuwil
memiliki berbagai tipe ekosistem seperti ekosistem sungai, ekosistem hutan dan di luar
kawasan terdapat ekosistem kebun.

Kata kunci: Iventarisasi; Kupu-kupu; Hutan Kota; Keanekaragaman hayati; Ekosistem


hutan.

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Iventarisasi jenis Kupu-kupu di Kawasan Hutan Kota Desa Kuwil,


Kabupaten Minahasa Utara.

Nama : Febyola Kurnia Angkow

NIM : 19101102033

Program Studi : S1 Biologi

Manado, Mei 2023

Menyetujui,

Pembimbing 1, Pembimbing 2,

Dr. Eva L. Baideng, S.P, MSi Dr. Farha N. J. Dapas,S.Si,M.Env.Stud


NIP. 197706102008012017 NIP. 197411062000032001

Mengetahui,
Koordinator Program Studi

Dr. Parluhutan Siahaan, M.Si.


NIP. 196708201996031001

iii
DAFTAR ISI

ABSTRAK .................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................... iv
I. Pendahuluan .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 2

II. Tinjauan Pustaka .................................................................................... 3


2.1 Klasifikasi Kupu-kupu................................................................................... 3
2.2 Siklus hidup Kupu-kupu................................................................................ 3
2.3 Morfologi dan Karakteristik Kupu-kupu....................................................... 6
2.4 Perilaku Kupu-kupu .................................................................................... 7

III. Metode Penelitian .................................................................................... 9


3.1 Waktu dan Tempat Penelitian........................................................................ 9
3.2 Alat dan Bahan .................................................................................... 9
3.3 Metode Pengamatan .................................................................................... 10
3.4 Variabel Pengamatan .................................................................................... 10
3.5 Prosedur Penelitian .................................................................................... 11
3.5.1 Survei Lokasi Penelitian...................................................................... 11
3.5.2 Tahap Persiapan Penelitian................................................................. 11
3.5.3 Pengambilan Sampel........................................................................... 11

IV. Jadwal Penelitian .................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 13

iv
I. Pendahuluan

I.1 Latar Belakang

Kupu-kupu termasuk ordo Lepidoptera. Variasi warna sayap kupu-kupu


digunakan sebagai salah satu karakter penting dalam identifikasi kupu-kupu (Borror et
al., 1992). Kupu-kupu merupakan bagian kecil dari 170.000 jenis Lepidoptera yang ada di
dunia dan jumlah jenis kupu-kupu yang telah diketahui di seluruh dunia diperkirakan ada
sekitar 13.000 jenis, dan mungkin beberapa ribu jenis lagi yang belum diidentifikasi
(Peggie et al., 2006). Keanekaragaman jenis kupu-kupu hanya sekitar 17.500-20.000
spesies Lepidoptera yang sudah diketahui di dunia. (Koneri, 2020) , sekitar 2.000 spesies
Lepidoptera yang tersebar di Indonesia. Kupu-kupu di Pulau Sulawesi berjumlah sekitar
557 jenis. (Peggie, 2014) , jumlah kupu-kupu di Sulawesi lebih banyak jika dibandingkan
dengan Nusa Tenggara (350 jenis) , dan Maluku (400 jenis).
Inventarisasi jenis dilakukan dalam rangka menjaga dan melestarikan
keanekaragaman dan ekosistem. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki
keanekaragaman jenis flora dan fauna yang tinggi secara biogeografis (Widjaja et al.,
2014). Keberadaan populasi kupu-kupu pada habitat bergantung pada keanekaragaman
inang dan ketersediaan makanan sehingga memberikan korelasi yang positif antara
keanekaragaman dengan kondisi habitatnya (Koneri dan Maabuat, 2016).
Keberadaan kupu-kupu dapat digunakan sebagai indikator kualitas lingkungan
yang baik. Kupu-kupu juga merupakan pollinator dalam membantu penyerbukan tanaman
(Dwi, 2011). Hal ini secara ekologis turut berperan dalam mempertahankan
keseimbangan ekosistem dan memperkaya keanekaragaman hayati (Syaputra et al.,
2009). Pada sistem rantai makanan, kupu-kupu juga mempunyai peran untuk menjaga
kestabilannya, sedangkan nilai estetika dari warna dan corak kupu-kupu bisa menjadi
obyek wisata yang menarik. (Dendang, 2009).
Hutan Kota Kuwil merupakan salah satu hutan kota yang terletak di Desa Kuwil
Kecamatan Kalawat, Minahasa Utara, Sulawesi Utara. Hutan Kuwil yang dijadikan
sebagai hutan kota telah ditetapkan melalui Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten
Minahasa Utara Nomor 2 tahun 2012 dengan luas kawasan ±43 Ha. Hutan kota berfungsi
untuk memperbaiki dan menjaga iklim mikro dan nilai estetika, meresapkan air,
menciptakan keseimbangan dan mendukung pelestarian keanekaragaman hayati (Azahra
et al,2016). Hutan kota ini juga berpotensi sebagai sarana pelestarian keanekaragaman

1
hayati termasuk di antaranya kupu-kupu. Kawasan Hutan Kota Kuwil memiliki berbagai
tipe ekosistem seperti ekosistem sungai, ekosistem hutan dan di luar kawasan terdapat
ekosistem kebun yang dikelolah oleh masyarakat.
Penelitian mengenai kupu-kupu jenis Nymphalidae di Hutan Kota Kuwil pernah
dilaksanakan pada bulan September sampai dengan November 2019. Lokasi penelitian
bertempat di Hutan Kota Kuwil, Desa Kuwil, Kecamatan Kalawat, Kabupaten Minahasa
Utara. Habitat yang dijadikan sebagai tempat pengambilan sampel adalah habitat pinggir
sungai, habitat hutan dan habitat kebun. Teknik pengambilan sampel menggunakan
metode transek. Hasil penelitian ditemukan sebanyak 21 spesies Nymphalidae dengan
jumlah individu sebanyak 208 Individu. Spesies paling banyak didapatkan adalah
Parthenos shylvia sebanyak 42 individu. Spesies Parthenos shylvia yang ditemukan
memiliki ciri-ciri bagian dorsal dan ventral dominan berwarna orange, mempunyai corak
hitam dan corak putih pada bagian pangkal dan ujung sayap. Spesies tersebut dominan
didapatkan pada semua habitat. Spesies berikutnya yang banyak ditemukan adalah Idea
blanchardii 22 individu. Idea blanchardii memiliki ciri-ciri bagian ventral dan dorsal
dominan berwarna putih gading dan mempunyai corak hitam bergaris. Spesies yang
paling sedikit ditemukan adalah Neptis ida dengan jumlah 2 individu. Neptis ida dengan
ciri-ciri bagian dorsal berwarna dominan cokelat kehitaman mempunyai corak putih dan
warna hitam pada bagian ujung sayap.
Penelitian kupu-kupu tentang inventarisasi yang ada di kawasan Hutan Kota Desa
Kuwil belum pernah diteliti. Berdasarkan permasalahan tersebut maka perlu dilakukan
penelitian tentang Inventarisasi jenis kupu-kupu agar dapat memberikan informasi kepada
masyarakat dan menambah ilmu pengetahuan untuk mengetahui jenis kupu-kupu yang
ada di kawasan Hutan Kota, Desa Kuwil, Kabupaten Minahasa Utara.

I.2 Rumusan Masalah

Jenis kupu-kupu apa saja yang ada di Kawasan Hutan Kota Desa Kuwil ,
Kabupaten Minahasa Utara?

I.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan menginventarisasi jenis kupu-kupu di kawasan Hutan


Kota Desa Kuwil , Kabupaten Minahasa Utara.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini yaitu untuk memberikan informasi kepada masyarakat

2
dan agar menambah ilmu pengetahuan untuk mengetahui jenis kupu-kupu yang ada di
kawasan Hutan Kota, Desa Kuwil, Kabupaten Minahasa Utara.
II. Tinjauan Pustaka

2.1 Klasifikasi Kupu-kupu

Klasifikasi kupu-kupu menurut Dewi et al., (2020) adalah sebagai berikut:


Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Lepidoptera
Sub ordo : Rhopalocera
Superfamili : Papilionoidea
Famili : Papilionidae, Pieridae, Riodinidae, Lycaenidae, Hesperiidae dan
Nymphalidae

Kupu-kupu termasuk ke dalam ordo Lepidoptera. Lepidoptera berasal dari kata


lepido yang artinya sisik, dan ptera yang artinya sayap (bahasa yunani). Serangga ini
memilki dua pasang sayap, sayap belakang biasanya sedikit kecil dari pada sayap
depan. Sayapnya ditutupi oleh bulu-bulu. (Jumar, 2000).

2.2 Siklus hidup Kupu-kupu

Siklus hidup kupu-kupu menunjukan metamorfosis sempurna yaitu terdiri telur,


ulat atau larva, kepompong atau pupa dan kupu-kupu dewasa atau imago (Santra et
al.,2018). Siklus hidup kupu-kupu dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
adalah suhu dan cahaya matahari (Islam et al.,2019). Suhu dapat mempengaruhi
kupu-kupu secara langsung ataupun tidak langsung. Secara langsung, suhu dapat
mempengaruhi tingkat kecepatan bertelur, peletakan telur, dan perkembangan larva
serta distribusinya (Davies et al.,2006). Sedangkan dampak tidak langsung dari
perubahan suhu adalah dapat mempengaruhi kondisi dari tumbuhan inang dan
nektarnya (Swaay et al.,2010).
Kupu-kupu Lepidoptera merupakan kelompok serangga holometabola sejati yaitu
mengalami empat fase yaitu fase telur, fase larva, fase pupa, dan fase imago (Peggie,
2006).

3
1. Telur

Menurut Mastrigt (2005) tergantung pada jenisnya kupu-kupu memiliki ukuran telur
dengan bentuk yang berbeda-beda, secara terpisah maupun kelompok. Kupu-kupu
betina biasanya meletakkan telurnya di daun yang lebih muda yaitu pada bagian
bawah daun. Kupu-kupu memiliki telur dengan bentuk dan ukuran berbeda-
beda, tergantung pada jenisnya. Perbedaan bentuk dan ukuran telur dapat
digunakan sebagai petunjuk dalam identifikasi (Wafa 2018).
Jumlah telur yang dihasilkan kupu-kupu betina sangat menentukan kelestarian
hidup kupu-kupu. Apabila jumlah yang dihasilkan sangat banyak maka
kemungkinan kupu-kupu yang tersedia di alam juga banyak. Faktor-faktor
yang mempengaruhi kelestarian spesies kupu-kupu tidak hanya dilihat dari
banyaknya telur yang dihasilkan melainkan ada ancaman alami yang harus
dihadapi kupu-kupu seperti adanya pemangsa dan parasit yang tentunya hanya
menyisakan sedikit telur yang akan berhasil menetas hingga tahap larva, pupa,
dan imago.

Gambar 1. Telur kupu-kupu (https://www.orami.co.id/magazine/metamorfosis-


kupu-kupu)

2. Ulat (Larva)

Setelah 5 hingga 7 hari, telur kemudian akan menetas menjadi larva. Larva
yang baru menetas dari telur kemudian memakan cangkang atau kulit telur
sebagai makanan pertamanya. Larva kemudian akan memakan daun, terutama

4
daun yang muda atau pinggiran dari daun. Kupu-kupu pada fase larva
merupakan fase kupu-kupu aktif makan dan tumbuh. Larva mempunyai
bentuk dasar silindris yaitu terdiri dari kepala, toraks dan abdomen. Kepala
kupu-kupu terdapat mata dan mulut (Busnia, 2006).
Larva akan mengalami pembesaran secara bertahap dan terjadi dalam waktu yang
cepat. Larva akan menghentikan aktifitas makan selama 1 atau 2 hari. Kulit bagian
luar larva akan memisah, kemudian larva akan keluar dari lapisan kulit tersebut dan
memiliki ukuran yang lebih besar. Peristiwa ini dikenal dengan nama pergantian
instar (moulting).

Gambar 2. Larva kupu-kupu (https://rumusbilangan.com/metamorfosis-kupu-


kupu/)

3. Kepompong (Pupa)

Pada tahap kepompong , pupa sering berkamuflase menyesuaikan dengan


lingkungan sekitar agar tidak mudah dilihat oleh predator. Umumnya
pembentukan pupa terjadi selama 7-20 hari tergantung spesies (Soekardi,
2007)
Stadia pupa adalah stadia dorman dimana pupa akan berubah menjadi kupu-
kupu. Pupa akan melepaskan zat kimia yang kemudian membantu mengubah
morfologi secara keseluruhan untuk menjadi imago. Bentuk, warna dan
struktur pupa memiliki variasi yang beragam sebagian pupa ditutupi oleh
benang sutra. Umumnya pupa terletak menggantung pada bagian tumbuhan
seperti tangkai atau daun.

5
Gambar 3. Pupa kupu-kupu (https://rumusbilangan.com/metamorfosis-kupu-kupu/)

4. Dewasa (Imago)

Proses keluarnya kupu-kupu dari pupa dipengaruhi oleh faktor abiotik seperti
kelembaban, suhu, dan cahaya matahari. Kupu-kupu dewasa akan keluar dari
pupa terjadi setelah matahari terbit atau di siang hari. Tujuannya membantu
proses pengeringan sayap kupu-kupu agar dapat terbang dengan baik saat
mencari makan. Saat siap terbang, kupu-kupu dewasa akan merentangkan
sayapnya untuk mencari makan berupa nektar. Selain itu, kupu-kupu dewasa
akan berkembang biak untuk menemukan pasangan dan melanjutkan
keturunannya.

Gambar 4. Imago kupu-kupu (https://sudutpintar.com/daur-hidup-kupu-


kupu/)

6
2.3 Morfologi dan Karakteristik Kupu-kupu

Tubuh kupu-kupu sama seperti tubuh serangga yang lain, terdiri dari tiga bagian
yaitu kepala (caput), dada (toraks), dan perut (abdomen) (Morgan,2007). Menurut
Sastrodiharjo (1989) kepala kupu-kupu berbentuk bulat kecil, terdapat sepasang
antena, mata majemuk, dan alat penghisap nektar.
Sepasang antena pada serangga merupakan organ penerima rangsang seperti bau,
rasa, raba dan panas. Menurut (Noerdjito et al., 2003) pada beberapa famili kupu-
kupu memiliki antena bagian ujung yang membesar (clubbed). Kupu-kupu
mempunyai mata yang cukup tajam terutama untuk jarak dekat, sehingga kupu-kupu
mampu terbang di antara pepohonan (Suhara, 2009). Kupu-kupu mempunyai dua
mata majemuk yang besar dengan 6000 omatidium dan dua mata tunggal atau oceli
(Purnomo et al., 2007).
Toraks merupakan bagian tengah kupu-kupu yang berfungsi sebagai alat
penggerak, tempat kaki dan sayap menempel. Toraks terdiri dari tiga segmen yang
disebut segmen toraks depan (protoraks), segmen toraks tengah (mesotoraks) dan
segmen toraks belakang (metatoraks) (Hadi et al., 2009).
Kebanyakan Lepidoptera mempunyai sayap depan agak segitiga dan sayap
belakang agak membulat, tetapi banyak yang mempunyai sayap-sayap lebih
memanjang (Boror et al., 1992). Sayap merupakan organ yang terpenting bagi
pergerakan kupu-kupu berupa selaput tipis dan dilengkapi dengan vena-vena sehingga
memperkuat melekatnya sayap pada toraks (Noerdjito et al., 2003).

Gambar 5. Morfologi Kupu-kupu (Syahputra, 2011)

2.4 Perilaku Kupu-kupu

7
Perilaku merupakan suatu cara yang dilakukan oleh organisme untuk mengatur
dan berinteraksi dengan seluruh kondisi lingkungan ditempat tinggalnya (Matthews et
al.,2010). Beberapa perilaku kupu-kupu yang dapat diamati antara lain perilaku
berjemur (basking), perilaku hinggap (sheltering), perilaku kawin (mating), perilaku
makan (feeding), perilaku meletakkan telur (ovoposition). Perilaku feeding dari kupu-
kupu merupakan perilaku yang menguntungkan bagi tumbuhan. Feeding pada kupu-
kupu dewasa biasa disebut nectaring , nectaring adalah perilaku kupu-kupu dalam
menghisap nektar dari satu bunga ke bunga lainnya. Ini berarti secara tidak langsung
kupu-kupu menjadi polinator alami bagi tumbuhan (Klass et al.,1992).
Kupu-kupu merupakan serangga yang melakukan aktivitas pada siang hari, pada
malam hari kupu-kupu akan istirahat dan berlindung dibawah daun pepohonan. Kupu-
kupu akan aktif terbang di siang hari dan melakukan aktivitas mencari makan dan
bereproduksi. Kupu-kupu yang rentang sayapnya kecil akan terbang rendah antara 10
cm - 2 m, sedangkan kupu-kupu yang rentang sayap lebih besar terbang lebih tinggi
sampai 10 m. Pada kegiatan mencari makan, kupu-kupu akan hinggap pada bunga-
bunga dan menjulurkan probosisnya (Soekardi, 2007). Kegiatan mencari pasangan
pada kupu-kupu lebih dominan terlihat pada kupu jantan, seperti menari-nari dan
berkeliling untuk menarik perhatian betina. Bila kehadiran jantan diterima oleh
betina, maka kedua kupu-kupu akan menari dan terbang bersama sebelum melakukan
perkawinan. Perkawinan pada kupu-kupu berlangsung sekitar 6-8 jam (Syaputra,
2011). Tiga atau empat hari setelah perkawinan kupu-kupu betina siap bertelur, kupu-
kupu akan bertelur disekitar tumbuhan pakan larva dengan meletakan dibawah
permukaan daun. Selama hidupnya kupu-kupu betina menghasilkan 200 butir telur,
dalam satu hari bisa bertelur 10-15 butir (Sasmita, 2001).
Kelompok insekta seperti kupu-kupu termasuk hewan ektoterm, yaitu hewan yang
mengandalkan suhu lingkungan untuk menaikkan suhu otot sayap (Abram et
al.,2017). Kegiatan yang dilakukan kupu-kupu disebut dengan istilah basking atau
berjemur yang dilakukan dengan cara kupu-kupu berada di bawah sinar matahari
untuk mencapai kestabilan fisiologis agar dapat terbang (Kamrunnahar et al,2018)

8
III. Metode Penelitian

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Hutan Kota , Desa Kuwil , Kabupaten Minahasa
Utara. Pada bulan Juni hingga Juli 2023.

Gambar 1. Lokasi Penelitian Kawasan Hutan Kota, Desa Kuwil, Kecamatan Kalawat,
Kabupaten Minahasa Utara.

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Kawasan Hutan Kota, Desa Kuwil, Kecamatan
Kalawat, Kabupaten Minahasa Utara.

3.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini disajikan pada tabel 1 di
bawah ini.

9
Tabel 1. Alat dan Bahan yang digunakan dalam penelitian

No Alat dan Bahan Kegunaan


1. Jaring serangga Menangkap kupu-kupu
2. Kertas papilot Tempat sampel kupu-kupu
3. Kotak plastik Tempat menyimpan sampel
kupu-kupu
4. Alkohol 70% Pengawet sampel
5. Kamera digital Dokumentasi gambar kupu-
kupu
6. GPS (Global positioning system) Pengambilan data koordinat
titik pengamatan
7. Alat tulis menulis Menulis data di lapangan
8. Tally sheet Mendata jumlah kupu-kupu
9. Garam dan terasi Zat penarik serangga
10. Buku panduan kupu-kupu:
Fatchtur Rohman , Muhammad Ali Efendi ,
Linata Rahma Andriani. 2019. Bioekologi Kupu-
kupu
Buku panduan kupu-kupu:
Bioekologi kupu-kupu (Fatchtur Rohman ,
Muhammad Ali Efendi , Linata Rahma
Andriani , 2019)

3.3 Metode Pengamatan

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode transek dengan
mengikuti jalur yang sudah ada (jalur setapak dan jalur sungai).
Metode titik dengan atraktan (zat penarik) merupakan zat kimia yang dapat menyebabkan
serangga bergerak mendekati sumber zat (Ryan,2002). Atraktan bertujuan untuk mengamati
jenis kupu-kupu dilokasi Hutan Kota Desa Kuwil. Dan atraktan yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu garam dan terasi karena mengandung mineral.

3.4 Variabel Pengamatan

Variabel pengamatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu mengamati jumlah
spesies kupu-kupu dan mengidentifikasi jenis kupu-kupu.

3.5 Prosedur Penelitian

10
3.5.1 Survei lokasi penelitian
Survei lokasi penelitian dilakukan untuk mengetahui gambaran awal dari lokasi
dilaksanakan penelitian.

3.5.2 Tahap persiapan penelitian


Tahap persiapan diawali dengan menyiapkan bahan maupun peralatan yang
digunakan untuk mengambil sampel di lapangan.

3.5.3 Pengambilan Sampel


Pengambilan sampel Kupu-kupu:
1. Pengambilan sampel dilakukan pada pukul 08.00-12.00 dan 13.00-16.00
WITA
2. Mengikuti jalur pengamatan sepanjang 500 meter dengan lebar 5 meter ke
kiri, 5 meter ke kanan.
3. Tally sheet digunakan untuk mendata spesies kupu-kupu yang ditangkap
mengunakan Jaring serangga (sweep net) secara langsung. Spesies yang
ditemukan ditekan bagian toraksnya sampai mati, kemudian disimpan
kedalam kertas papilot dan di beri label yang berisi catatan berupa: waktu,
tanggal pengambilan, dan kondisi habitat.
4. Metode atraktan menggunakan garam dan terasi, ditaburkan diatas pasir ,
tanah atau batu secara acak disekitar Hutan Kota kemudian melakukan
pengamatan untuk pengambilan sampel.

3.6 Analisis Data

Silahkan menuliskan analisis data yang Anda lakukan dalam penelitian ini.

11
IV. Jadwal Kegiatan

No Kegiatan April Mei Juni Juli Agustus

1 Pengambilan ✓
sampel

2 Persiapan alat ✓
dan bahan

3 Identifikasi ✓
sampel

4 Analisis data ✓

5 Seminar hasil ✓

6 Ujian skripsi ✓

12
DAFTAR PUSTAKA

Abram, P. K., Boivin, G., Moiroux, J., & Brodeur, J. (2017). Behavioural Effects of
Temperature on Ectothermic Animals: Unifying Thermal Physiology and
BehaviouralPlasticity.BiologicalReviews,92(4),1859–1876.
https://doi.org/10.1111/brv.12312

Azahra, S.D., Masyu’ud, B.N., dan Farikah, N. 2016. Perbandingan Komunitas Kupu-
Kupu Pada Berbagai Tipe, Karakteristik dan Gangguan Lingkungan Hutan
Kota. Media Konservasi. 21(2): 108-115.

Borror, D.J., Triplehorn., Johnson, N.F. 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga. Edisi 6.
Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Busnia, M. 2006. Entomologi. Padang: Andalas University Press. Halaman 1-350


Chahyadi, E., dan Bibas, E. 2016. Jenis-jenis Kupu-kupu (Sub Ordo
Rhopalocera) yang Terdapat di Kawasan Hapanasan, Kabupaten Rokan
Hulu, Provinsi Riau. Jurnal Riau Biologia. ISSN Online : 2527-6409.Vol
1(8) : 50-56.

Davies, Z. O. E. G., Wilson, R. J., Coles, S., & Thomas, C. D. (2006). Changing habitat
associations of a thermally constrained species , the silver-spotted skipper
butterfly , in response to climate warming. 247–256. DOI: 10.1111/j.1365-
2656.2006.01044.

Dewi, B. A. 2020. Keanekaragaman KupuKupu Di Kabupaten Kerinci Dan Sekitarnya. In


SENASTER" Seminar Nasional Riset Teknologi Terapan", 1(1).

Dwi, O. 2011. Biodiversitas Indonesia: Bhineka Flora Fauna Nusantara. Majalah digital.
Vol.01/No.02/2011.

Dendang, B. 2009. Keragaman Kupu-kupu di Resort Selabintana Taman Nasional


Gunung Gede, Pangrango Jawa Barat. Jurnal Penelitian Hutan dan
Konservasi Alam Vol. VI No. 1 : 25-36.

Hadi, H.M; Tarwotjo, U & Rahadian, R. 2009. Biologi Insecta: Entomologi. Yogyakarta:
Graha Ilmu

13
Islam, A., Islam, M. S., Yasmin, M., & Yamanaka, A. (2019). Effect Of Temperature On
The Life Cycle And Pupal Color Of Lime Swallotail Butterfly, Papilio
demoleus (Lepidoptera : Papilionidae). International Journal of
Etnobiology, Volume 4, Issue 5, 42-47

Jumar. 2000. Entomologi Pertanian. Jakarta: Rineka Cipta.

Kamrunnahar, S. A., Rahman, S., Khan, H. R., & Bashar, M. A. (2018). Basking
Behaviour In Some Nymphalid Butterflies of Bangladesh. Journal of
Biodiversity Conservation andBioresource Management, 4, 63-71.
https://doi.org/10.3329/jbcbm.v4i1.37878

Klass C, Dirig R. 1992. Learning About Butterflies. New York: Cornell Cooperative
Extension Publication.

Koneri R, Saroyo. 2012 Distribusi dan keanekaragaman kupu-kupu (Lepidoptera) di


Gunung Manado Tua, Kawasan Taman Nasional Laut Bunaken, Sulawesi
Utara. Jurnal Bumi Lestari, 12 (2): 357-365.

Koneri, R & Maabuat, P.V. (2016). Diversity of Butterflies (Lepidoptera) in Manembo-


Nembo Wildlife Reserve, North Sulawesi, Indonesia. Pakistan Journal of
Biological Sciences. Vol. 19 (5):202-210.

Koneri, R. 2020. Konservasi Kupu-Kupu Sebagai Serangga Polinator Di Sulawesi Utara.


https://www.scribd.com/document/465776979/2-Roni-Koneri-
WebinarKupu-Kupu-12-Juni-2020.

Mastrigt,Van.H, dan Rosariyanto,E.2005.Buku Panduan Lapangan:Kupu-kupu untuk


Wilayah Mamberamo Sampai Pegununga Cyclops. Jakarta: Conservation
International Indonesia Program. Halaman 1-145.

Matthews RW, Matthews JR. 2010. Insect Behavior 2nd Edition. Springer
Science+Business Media.

Morgan, S. 2007. Kupu-kupu. Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.

Noerdjito., Aswari, P., Peggie, D. 2011. Fauna Serangga Gunung Ciremai. Jakarta: LIPI
Press.

14
Noerdjito, W.A & Aswari, P. 2003. Metode Survei dan Pemantauan Populasi Satwa. Seri
Keempat Kupu-kupu Papilionidae. Cibinong: Bidang Zoologi Puslit
Biologi LIPI.

Peggie, D., dan Amir, M. 2006. Panduan Praktis Kupu-kupu di Kebun Raya
Bogor.Cibinong : LIPI. Pusat Penelitian Biologi. Halaman 19-21.

Peggie, D. 2014. Mengenal kupu-kupu. Panduan Aksara Publishing. Jakarta, Indonesia.

Purnomo, H & Haryadi, N. 2007. Entomologi. Jember: PT CSS Surabaya.

Ryan, M.F.. 2002. Insect Chemoreception fundamental and applied. Kluwer Academic
Publisher. New York, USA

Sasmita, K. 2001. Studi Penangkaran Kupu-kupu di Wana Wisata Curug Cilember


Cisarua RPH Cipayung BKPH Bogor KPH Bogor Perum Perhutani unit
III Jawa Barat. Skripsi. Bogor: Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan dan
Ekowisata Fakultas kehutanan. Institut Pertanian Bogor. http://repository.
ipb.ac.id. [25 Maret 2023].

Santra, T. & Mandal, S. (2018). Studies on the life history of Yamfly butterfly (Loxura
atymnus Stoll, 1780) (Lepidoptera: Lycaenidae). Bangabasi Academic Journal.
Vol. 17. 32-42.

Salmah, S. I. Abbas, dan Dahelmi. 2002. Kupu-Kupu Papilionidae di Taman Nasional


Kerinci Seblat. KEHATI Departemen Kehutanan. Jakarta.

Sastrodiharjo. 1989. Pengantar Entomologi Terapan. Bandung: ITB.

Suhara. 2009. Ordo Lepidoptera Ngengat dan Kupu-kupu. Bandung: Jurusan Pendidikan
Biologi Fakultas Pendidikan MIPA Universitas Pendidikan Indonesia.
[online]http://file.upi.edu/JUR./Lepidoptera-Ngengat-Kupukupu-
Entomologi.pdf.[25 Maret 2023].

Soekardi, H. 2007. Kupu-kupu di Kampus Unila. Lampung: Universitas Lampung.

Swaay, C. Van, Harpke, A., Strien, A. J. Van, & Fontaine, B. (2010). The impact of
climate change on butterfly communities 1990-2009. January. Butterfly
Conservation Europe De Vlinderstichting

15
Syaputra, M; Akbar, R; Firrijal, M; Navy, W.D. 2009. Keanekaragaman Kupu-kupu di
Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya. Laporan PKM. Bogor: Institut
Pertanian Bogor. http://repository.ipb.ac.id. [24 Maret 2023].

Syaputra, M. 2011. Pengelolaan Penangkaran Kupu-kupu PT Ikas Aboina dan Bali


Butterfly Park Tabanan Bali. Skripsi. Bogor: Departemen Konservasi
Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Fakultas Kehutanan IPB.
http://repository.ipb.ac.id. [24 Maret 2023].

Wafa, Yazil. 2018. The First Record of Cyrestis Themire (Lepidoptera: Nymphalidae)
Life Cycle On Streblus Ilicifolius At Kondang Merak Forest, Malang 26.

Widjaja, E.A., Y. Rahayuningsih, J.S. Rahajie, R. Ubaidillah, I. Maryanto, E.B. Walujo,


dan G. Semiadi. 2014. Kekinian Keanekaragaman Hayati Indonesia. LIPI
Press. Jakarta

16

Anda mungkin juga menyukai