Anda di halaman 1dari 29

USULAN PENELITIAN

EKSPLORASI DAN IDENTIFIKASI TANAMAN PURUN


BAJANG DI KECAMATAN KAUBUN KABUPATEN KUTAI
TIMUR

Oleh
IDWAN JUL ULUM
NIM. 1703015092

Pembimbing I : Dr. Odit Ferry Kurniadinata, S.P., M.Si.

Pembimbing II : Prof. Dr.sc.agr. Nurhasanah, S.P., M.Si.

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2020
USULAN PENELITIAN

EKSPLORASIDAN IDENTIFIKASI TANAMAN PURUN


BAJANG DI KECAMATAN KAUBUN KABUPATEN KUTAI
TIMUR

Oleh
IDWAN JUL ULUM
NIM. 1703015092

Pembimbing I : Dr. Odit Ferry Kurniadinata, S.P., M.Si.

Pembimbing II : Dr.sc.agr. Nurhasanah, S.P., M.Si.

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Usulan Penelitian : Identifikasi dan Eksplorasi Tanaman Purun Bajang


Di Kecamatan Kaubun Kabupaten Kutai Timur
Nama Mahasiswa : Idwan Jul Ulum

NIM : 1703015092

Jurusan : Agronomi

Program Studi : Agroekoteknologi

Menyetujui

Pembimbing I
Pembimbing II

Dr. Odit Ferry Kurniadinata, SP,


Dr. sc. Agr., Nurhasanah, SP,MSi
MSiNIP. 19810226 200501 1 003
NIP. 19751027 200501 2 002
Tanggal :
Tanggal :

Mengetahui

Ketua Jurusan Program Studi

Dr. Ir. H. A. Syamad Ramayana , MP


NIP. 19610821 198503 1 004
Tanggal:
DAFTAR ISI

Halaman
Lembar Judul i

Lembar Pengesahan ii

Daftar Isi iii

Daftar Gambar iv

I. PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................2
C. Tujuan Penelitian.......................................................................................2
D. Manfaat penelitian.....................................................................................3
II. TINJAUAN PUSTAKA 4

A. Potensi dan Manfaat Tanaman Purun.....................................................4


B. KarakteristikMorfologi Tanaman Purun................................................5
1. Akar (Radix).............................................................................................6
2. Batang (Caulis).........................................................................................6
3. Daun (Folium)..........................................................................................7
4. Bunga........................................................................................................8
C. Karakteristik agronomi.............................................................................9
D. Karakter Anatomi......................................................................................9
a. Akar (Radix)...........................................................................................10
b. Batang (Caulis).......................................................................................10
c. Daun (Folium)........................................................................................11
d. Bunga (Flower).......................................................................................11
E. Habitat Tanaman Purun.........................................................................12
III. KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS 13

A. Kerangka Berpikir...................................................................................13
B. Hipotesis....................................................................................................16
IV. METODE PENELITIAN 17
A. Waktu dan Tempat..................................................................................17
B. Bahan dan Alat.........................................................................................17
C. Metode Pengumpulan Data.....................................................................17
D. Metode Pengambilan Sampel..................................................................17
E. Definisi Variabel dan Pengukurannya...................................................18
a. Karakter morfologi.................................................................................18

1. Diameter akar terbesar per satuan luas……………………………....18


2. diameter batang……………………………………………………...18

3. panjang dan diameter bunga…………………………………………18

b. Karakter agronomi..................................................................................18
1. Panjang daun tertinggi dan diameter daun..........................................18
2. Jumlah anakan per rumpun.................................................................18
c. Karakter anatomi....................................................................................19
1. Bentuk dan Susunan Sel Pada Bagian Daun.......................................19
d. Habitat………...……………………………………………....……….19

1. Potensi of hydrogen…………………………………….………….19

2. Tinggi permukaan air……………………………………………….19

F. Metode Analisis Data...............................................................................20


G. Jadwal Penelitian.....................................................................................20
DAFTAR GAMBAR
Halaman

1. Bagan alur kerangka


berpikir……………………………………………......14
1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tanaman purun merupakan tanaman sejenis rumput yang biasa hidup dan
dapat ditemukan di dekat rawa (lahan gambut). Tanaman ini termasuk dalam
famili Cyperaceae atau golongan teki. Tanaman purun memiliki potensi untuk
dijadikan anyaman dan kerajinan tangan[1]. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
gulma purun dapat dijadikan kerajinan tangan karena memiliki kandungan lignin
sebanyak 26,4% dan kandungan selulosa sebanyak 32,62% [7].
Tanaman purun banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk kerajinan
tangan. Produk yang dihasilkan yaitu seperti tas, tikar, topi, wadah beras, wadah
nasi, dan masih banyak yang lainnya yang dibuat dengan cara dianyam bisa
menggunakan tanaman purun ini. Beragam bentuk dan warna yang bervariasi
dapat dikreasikan sehingga anyaman tersebut dapat juga dijadikan oleh-oleh atau
cinderamata bagi wisatawan yang berkunjung karena dominan pariwisata
menyukai cinderamata yang berbahan alami atau organik dari tumbuhan [2].
Tanaman ini menjadi salah satu tanaman yang unik karena kekuatannya terhadap
daya tarik dan kerapuhan. Tanaman purun ini tidak akan rapuh dan busuk
meskipun sudah diolah dan mengalami perubahan musim, seperti panas, hujan,
terkena air dan terpanggang matahari. Jika tanaman purun yang kering terkena air
hujan dan menjadi basah maka aroma harum dari tanaman ini akan terasa [2].
Purun banyak dijumpai di daerah rawa yang bertanah masam. Tanaman
ini dapat dikatakan bersifat spesifik lahan masam, karena sifatnya yang tahan
terhadap keasaman tinggi antara pH 2,5 - 3,5 [3]. Oleh sebab itu, tumbuhan ini
dapat dijadikan vegetasi indikator untuk tanah masam [4]. Selain di lahan rawa,
purun ini juga dapat tumbuh dilahan gambut. Tumbuhan ini tumbuh subur di
gambut yang basah dari pada gambut yang kering [5].
Lahan rawa dan gambut banyak terdapat di Kalimantan. Penyebaran lahan
gambut di Pulau Kalimantan terdapat seluas 5,76 juta ha, yang penyebarannya
pada masing-masing provinsi seperti berikut: Kalimantan Tengah 3,010 juta ha
(52,2 % dari luas total gambut), Kalimantan Barat 1,729 juta ha (30,0 %),
Kalimantan Timur 0,697 juta ha (12,1 %), dan Kalimantan Selatan 0,331 juta ha (
2

5,7 %) [6]. Kabupaten Kutai Timur memiliki luas lahan rawa gambut seluas
66.950 Ha [6]. Dilihat dari penyebaran luas lahan rawa gambut yang ada di Kutai
Timur, potensi adanya tanaman purun hidup di daerah tersebut sangat besar,
karena tanaman purun dapat ditemukan di habitat lahan gambut.

Adanya lahan gambut di Kutai Timur merupakan indeks acuan


keberadaan dari tanaman purun. Eksplorasi dan identifikasi merupakan langkah
awal untuk menemukan keberadaan tanaman purun tersebut. Terdapat tiga jenis
tanaman purun yang sudah pernah dieksplorasi sampai saat ini berdasarkan
literatur, yaitu purun tikus (Eleocharis dulcis), purun danau (Lepironia articulata
Retz), dan purun bajang. Hasil eksplorasi dan identifikasi awal yang telah
dilakukan, didapatkan hasil bahwa tanaman purun yang banyak ditemukan di
Kutai Timur yaitu jenis purun bajang. Penyebaran tanaman purun di setiap lokasi
yang berbeda di wilayah Kutai Timur diduga berdampak terhadap perbedaan
karakteristik morfologi, agronomi, dan anatominya. Oleh karena itu peneliti
tertarik untuk melakukan eksplorasi tanaman purun bajang di Kecamatan Kaubun
Kabupaten Kutai Timur, mengidentifikasi karakter agronomi, morfologi, dan
anatomi tanaman purun bajang pada beberapa kondisi lokasi habitat yang berbeda
di wilayah tersebut, serta mengamati kondisi lingkungan yang menjadi penciri
tempat tumbuh dari purun bajang. Sehingga dapat memberikan informasi yang
dapat mendukung pengembangan dan budidaya tanaman purun bajang.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana karakter morfologi, agronomi, dan anatomi tanaman purun


bajang pada beberapa kondisi lokasi habitat yang berbeda?

2. Bagaimana kondisi lingkungan yang menjadi penciri tempat tumbuh purun


bajang?
3

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui karakter morfologi, agronomi, dan anatomi tanaman purun


bajang pada beberapa kondisi lokasi habitat yang berbeda.
2. Mengetahui kondisi lingkungan hidup yang yang menjadi penciri tempat
tumbuh tanaman bajang.

D. Manfaat penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi untuk
pengembangan dan budidaya tanaman purun bajang di wilayah Kutai Timur,
sehingga dapat mendukung penyediaan bahan baku dalam industri kerajinan
tangan dari tanaman purun ataupun untuk riset terkait lainnya. 
4

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Potensi dan Manfaat Tanaman Purun

Tanaman purun termasuk dalam famili Cyperaceae atau golongan teki.


Tanaman purun ini memiliki tiga jenis yaitu purun danau (Lepironia articulata
Retz.), purun tikus (Eleocharis dulcis) dan purun bajang. Dari tiga jenis tanaman
purun yang ada masing-masing memiliki karakteristik berbeda-beda baik
karakteristik agronomi maupun morfologi. Dua karakteristik ini dapat
menunjukan perbedaan dengan jelas, karena dapat dilihat dengan kasat mata.
Walaupun memiliki perbedaan karakteristik, namun tanaman purun
memiliki manfaat yang sama, yaitu sebagai inang alternatif hama dan tempat
berlindung atau habitat musuh alami, serta sebagai biopestisida, biofilter,
biofertilizer, dan bahan obat tradisional [8]. Manfaat lain dari tanaman purun
yang memberikan dampak besar bagi perekonomian masyarakat yaitu menjadi
bahan kerajinan tangan. Bagian tanaman yang digunakan untuk bahan kerajinan
yaitu batangnya. Batang tanaman purun cukup kuat dan tidak mudah rapuh
karena memiliki kandungan senyawa selulosa dan lignin. Lignin berfungsi
sebagai perekat untuk mengikat sel-sel secara bersama-sama. Dalam dinding sel,
lignin sangat erat hubungannya dengan selulosa dan berfungsi untuk memberikan
ketegaran pada sel. Lignin juga berpengaruh dalam memperkecil perubahan
dimensi sehubungan dengan perubahan kandungan air, lignin juga mempertinggi
sifat racun kayu yang membuat kayu tahan terhadap serangan cendawan dan
serangga [9].
Selain menjadi kerajinan tangan, tanaman purun juga baru-baru ini

dikembangkan menjadi sedotan yang memanfaatkan bahan alami dan ramah

lingkungan. Hal tersebut memberikan inovasi baru dalam pemanfaatan tanaman

purun yang berdampak pada peningkatan ekonomi bagi masyarakat. Namun

informasi ini masih sedikit diketahui oleh kalangan masyarakat. Tanaman purun

lebih nyaman dan aman dibanding dengan tanaman lainnya untuk dijadikan
5

sedotan karna serat dari batang tidak kasar dan tajam yang dapat membahayakan

pengguna. Selain itu mudah terdekomposisi atau dapat digunakan menjadi pupuk

kompos atau pupuk hijau bila sudah digunakan.

B. Karakteristik Morfologi Tanaman Purun

Morfologi adalah ilmu yang menyelidiki dan membandingkan aspek yang


mengkaji dari bentuk, struktur dan reproduksi yang menjadi dasar dari penafsiran
dari adanya dan perbedaan diantara berbagai tanaman [10]. Sifat –sifat morfologi
ini dapat berupa struktur vegetatif dan struktur generatif. Akar, batang, daun, dan
tunas merupakan struktur vegetatif kemudian bunga, buah, dan biji merupakan
struktur generatif.
Menurut Davis dan Heywood [11] perbedaan sifat morfologi menjadi
beberapa macam, yaitu:
1. Sifat analisis dan sintesis. Sifat analisis, sifat ini disebut juga sifat diagnosis
atau sifat kunci, yaitu sifat yang digunakan untuk identifikasi, pencirian dan
pembatasan suatu takson yang terdapat terbatas dan khas untuk membedakan
suatu takson dan kerabat dekatnya. Sifat sintesis, sifat ini digunakan untuk
pengklasifikasian atau untuk menyatakan kelompok-kelompok menjadi
kelompok yang lebih tinggi tingkatnya secara serba sama dan meluas pada
seluruh anggota suatu takson.
2. Sifat kualitatif dan kuantitatif. Sifat kualitatif, adalah sifat yang meliputi
perwujudan bentuk, sering digunakan pada takson tinggi, misalnya suku.
Sifat kuantitatif, adalah sifat yang meliputi perwujudan ukuran, panjang dan
7 lainnya, sering digunakan pada takson yang lebih rendah misalnya jenis.
Walaupun demikian sifat kualitatif biasanya diwujudkan secara kuantitatif
sehingga sifat-sifat tersebut bisa dinilai langsung dengan menghitung dan
memulai bentuk organ maupun bagian organ tumbuhan.
3. Sifat baik dan buruk. Sifat baik, merupakan sifat yang memiliki kriteria
berikut: bukan sifat variasi yang meluas, bukan sifat yang memiliki
variabilitas genetik, tidak mudah dipengaruhi lingkungan dan menunjukkan
keruntutan atau hubungan dengan sifat lain. Sedangkan sifat buruk,
merupakan sifat yang sangat dipengaruhi lingkungan.
6

1. Akar (Radix)

Akar merupakan salah satu organ tanaman yang berfungsi untuk mencari
makanan baik unsur hara, air, menegakan tanaman atau penopang bagi tanaman
agar tidak mudah rebah. Jenis akar setiap tanaman berbeda sesuai dengan
lingkungan tempat hidupnya, ada beberapa jenis akar pada tanaman yaitu akar
tunggang, akar serabut, akar gantung, akar napas, akar pelekat, dan masih banyak
lagi. Tanaman purun memiliki jenis akar rimpang atau rhizoma yang berwarna
putih kecoklatan. Akar rimpang atau rhizoma sendiri yaitu suatu modifikasi
batang yang tumbuh menjalar dibawah permukaan tanah yang mana setiap batang
memiliki ruas-ruas dan di setiap ruas tumbuh tunas baru atau anakan dan ada akar
serabut yang berfungsi untuk mencari cadangan makanan bagi anakan atau tunas
yang tumbuh diatasnya. Dengan memiliki akar rimpang memungkinkan tanaman
purun bisa dapat tumbuh dan berkembang dengan cepat dan juga jarak antara
anakan dan tunas tidak jauh sehingga tanaman purun hidup berkelompok seperti
rumput teki. Contoh tanaman yang memiliki akar rimpang atau rhizoma yaitu
tanaman jahe, kunyit, kencur, rumput teki, dan masih banyak lagi.

Untuk tanaman purun tikus mempunyai akar rimpang pendek dengan


stolon memanjang dan di ujung akar terdapat bulatan gepeng, dan akar memiliki
warna kecoklatan hingga hitam[12]. Pada ujung akar tanaman purun tikus
terdapat bulatan gepeng tersebut merupakan umbi dari pembengkakan akar.
Sedangkan pada tanaman purun danau dan purun bajang memiliki perakaran yang
sama yaitu rimpang namun tidak terdapat pembengkakan pada akar.

2. Batang (Caulis)

Batang merupakan organ tubuh dari tumbuhan yang dapat menghasilkan


daun dan struktur reproduksi.Daerah pada batang yang dapat menumbuhkan daun
disebut nodus (buku), sedangkan daerah antara dua nodus disebut internodium
(ruas). Bentuk batang biasanya dapat berbentuk bulat (teres), bersegi (angularis)
dan pipih. Batang juga dapat dikarakterisasi melalui sifat permukaannya, apakah
licin (laevis), berusuk (costatus), beralur (sulcatus), bersayap (alatus), berambut
(pilosus), berduri (spinosus), dan sebagainya. Arah tumbuh batang juga berbeda-
7

beda, seperti tegak lurus (erectus), menggantung (dependens, pendulus),


berbaring (humifusus), menjalar atau merayap (repens), serong ke atas atau
condong (ascendens), mengangguk (nutans), memanjat (scandens), dan membelit
(volubilis). Sedangkan percabangan pada batang dibedakan menjadi monopodial,
simpodial, dan menggarpu atau dikotom [13].

Batang tanaman purun bajang yaitu memiliki ciri batang ramping kaku
yang tumbuh ke atas, licin, muncul satu-persatu dari rimpang. Batangnya juga
memiliki rongga seperti buluh, biasanya batang memiliki warna putih. Sedangkan
purun tikus rimpang baru akan terbentuk di bagian ujung setelah tanaman
berbunga dengan ukuran kurang lebih 12,5 cm [14]. Batang tegak, tidak
bercabang, berwarna keabuan hingga hijau mengkilap dengan panjang 50−200
cm dan tebal 2-8 mm, batang berwarna coklat kemerahan. [12]

3. Daun (Folium)

Daun merupakan struktur pokok tumbuhan yang penting. Daun


mempunyai fungsi antara lain sebagai resorbsi (pengambilan zat-zat makanan
berupa zat gas karbon dioksida), mengolah makanan melalui fotosintesis, serta
sebagai alat transpirasi (penguapan air) dan respirasi (pernapasan dan pertukaran
gas) [13]. Dilihat dari segi fungsi, daun sangat penting bagi tumbuhan, karena jika
tidak ada daun maka tumbuhan tersebut akan mati atau tidak akan tumbuh karena
pada daun inilah terjadi proses fotosintesis dan lain sebagainya [13]. Setiap jenis
tumbuhan akan terlihat bahwa diantaranya ada yang hanya memiliki satu helaian
pada tangkai daunnya yang disebut daun tunggal (folium simplex) dan ada pula
tumbuhan yang tangkainya bercabang-cabang dan pada setiap cabang tangkai
terdapat helaian daun sehingga pada satu tangkai memiliki helaian daun lebih dari
satu yaitu daun majemuk (folium compositum). Daun tunggal yaitu dimana pada
tangkai daun (petiolus) hanya terdapat satu helaian daun (lamina) [13]. Daun
dibedakan menjadi daun dikotil dan monokotil. Bentuk daun sangat beragam,
namun biasanya berupa helaian, bisa tipis atau tebal. Gambaran dua dimensi daun
digunakan sebagai pembeda bagi bentuk-bentuk daun. Perbedaan tersebut dapat
8

dilihat dari bagian-bagian daun, bangun daun, daun majemuk atau daun tunggal,
dan daun sempurna atau tidak [15].

Daun dari tanaman purun tikus, purun danau, dan purun bajang ini
mereduksi atau berubah menjadi pelepah yang memiliki bentuk buluh, istilah
buluh sendiri yaitu untuk tanaman berakar serabut yang memiliki batang
berongga, dan beruas. Daun purun menyelubungi pangkal batang mulai dari
pangkal akar dan daun tidak terlalu panjang menyelubungi batang hingga bagian
atas, daun purun ini tidak simetris, memiliki warna coklat kemerahan hingga
lembayung atau merah jingga. [12]

4. Bunga

Bunga adalah struktur pembiakan pada tumbuhan berbunga, yaitu


tumbuhan-tumbuhan dalam divisi Magnoliophyta. Bunga mengandung organ-
organ tumbuhan, dan fungsinya ialah untuk menghasilkan biji-biji melalui
pembiakan. Untuk tumbuhan-tumbuhan yang bertaraf lebih tinggi, biji-biji
merupakan generasi berikutnya, dan bertindak sebagai cara yang utama untuk
penyebaran individu-individu spesies secara luas [16]. Sesuai dengan yang di
ungkapkan [17] bahwa bunga lengkap apabila memiliki benang sari dan putik.
Berdasarkan jumlah bunga, tumbuhan dapat dibedakan menjadi tumbuhan
berbunga tunggal (planta uniflora) dan tumbuhan berbunga banyak (planta
multiflora). Berdasarkan letaknya, bunga dibedakan menjadi bunga terminal bila
letaknya di ujung cabang atau ujung batang dan bunga aksiler apabila bunga
terletak di ketiak daun [18].

Bunga tanaman purun tikus ini berbentuk bulir majemuk yang terletak
pada ujung batang dengan panjang 2−6 cm dan lebar 3−6 mm, dan bersifat
hermafrodit artinya tanaman purun memiliki dua jenis kelamin yaitu kelamin
jantan berupa benang sari dan kelamin betina berupa putik sari [12]. Bunga dari
tanama purun tikus ini bunga pada tanaman teki bercabang-cabang pada satu
batang tanaman purun, sedangkan pada purun danau terdapat hanya satu bunga
pada satu tanaman purun danau, namun bunga tidak terletak pada ujung daun
melainkan dekat ujung dan menempel di samping. Untuk purun bajang bunga
9

terletak di bagian ujung daun seperti tunas tanaman asparagus. Setiap tanaman
memiliki satu bunga.

B. Karakteristik agronomi

Karakteristik agronomi dapat didefinisikan sebagai karakter yang


berperan dalam penentuan atau sebagai potensi hasil suatu tanaman, karakter
agronomi memiliki aspek diantaranya karakter komponen hasil dan karakter hasil
tanaman. Komponen hasil meliputi panjang daun, diameter daun, banyaknya
daun dalam satu rumpun, dan umur panen, sedangkan karakter hasil tanaman
meliputi berat daun segar dan berat daun kering pertanaman. Umumnya dalam
mempelajari pewarisan karakter kualitatif digunakan pendekatan teori genetika
kualitatif atau satuan metriks yang selanjutnya digunakan pendekatan analisis
untuk sejumlah ukuran karakter tersebut [18].
Karakteristik agronomi atau karakteristik kuantitatif dari tanaman purun
dimana tanaman purun danau memiliki satu bunga dalam satu batang dengan
ukuran sekitar 12,5 cm, tinggi tanaman purun danau 40- 200 cm [14], kadar air
bagian pangkal setelah dicabut sekitar 86,88% dan setelah dijemur 12,0232%,
sedangkan nilai rata-rata kadar air bagian ujung purun danau yang baru dicabut
yaitu 97,2066% dan setelah dijemur 11,1093% [19]. Untuk purun tikus dapat
tumbuh dengan ketinggian 23,36-31,72 dengan ketebalan batang 2-8 mm, jumlah
rumpun terdapat 10-16 individu tanaman purun tikus, rata-rata berat kering
tanaman purun tikus 0,31-1,13 gr, berat basah 1,49-1,84 gr, dengan memiliki
kadar air sebanyak 74,98-83,16%[20]. Nilai rata-rata kadar air bagian pangkal
purun bajang yang baru dicabut yaitu 124,2833% dan setelah dijemur 6,6454%,
sedangkan nilai rata-rata kadar air bagian ujung purun bajang yang baru dicabut
yaitu 136,0127% dan setelah dijemur 6,2984%[19].

C. Karakter Anatomi

Anatomi tumbuhan adalah kajian tentang letak dan fungsi organ dalam
pada tumbuh-tumbuhan [21], serta mengkaji tentang susunan dan bentuk-bentuk
bagian dalam organ-organ tumbuhan [22]. Salah satu sasaran anatomi adalah
untuk memahami fungsi struktur setiap organ. Anatomi tumbuhan mula-mula
10

membahas fungsi tumbuhan yang dinamis dan disertai pemahaman mengenai sel
dan jaringan.

Anatomi tumbuhan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

1.      Sitologi, mempelajari struktur dan fungsi sel serta organel-organel di


dalamnya, proses kehidupan dalam sel, serta hubungan antara satu sel dengan sel
yang lainnya

2.      Histologi, mempelajari struktur dan fungsi jaringan berdasarkan bentuk dan


peran sel penyusunnya, dan

3.      Organologi, mempelajari struktur dan fungsi organ berdasarkan jaringan-


jaringan penyusunnya.

a. Akar (Radix)

Secara umum jaringan penyusun akar adalah epidermis, korteks,


endodermis dan silinder pembuluh atau stele. Silinder pembuluh terdiri dari
perisikel yang merupakan lapisan terluar dan berkas pengangkut yang terdiri
xilem dan floem [23].

Struktur anatomi akar lebih sederhana daripada batang dan biasanya lebih
seragam, mungkin berkaitan dengan kurang bervariasinya lingkungan dalam
tanah daripada variasi lingkungan aerial. Akar cenderung tumbuh ke bawah atau
ke samping daripada ke atas. Tidak ada klorofil pada akar, tidak memiliki daun-
daun dan tunas, memiliki tudung akar pada ujungnya, posisi xilem dan floem
berada pada radius yang berbeda dan memiliki rambut akar pada daerah dekat
apeks akar. [24]

b. Batang (Caulis)

Pada batang dikotil muda terdapat tiga daerah yaitu epidermis, korteks
dan stele. Epidermis terdiri dari selapis sel dan merupakan bagian terluar batang.
Daerah di sebelah dalam epidermis adalah korteks, dan pada bagian dalam
korteks dibatasi oleh perisikel. Korteks terbagi menjadi dua daerah yaitu daerah
kolenkim dan daerah parenkim. Kolenkim menempati posisi di bawah epidermis,
dan parenkim di sebelah dalam kolenkim. Stele terdiri atas perisikel, berkas
vaskuler dan empulur. Berkas vaskuler tersusun melingkar. Masing-masing
11

berkas terdiri atas xilem, kambium dan floem. Batang monokotil sama dengan
batang dikotil, memiliki epidermis, korteks dan stele. Korteks bisa berkembang
baik atau tidak nyata. Struktur dan susunan berkas vaskuler terutama yang
membedakan batang dikotil dan monokotil. Berkas vaskuler tersebar, termasuk
juga pada empulur sehingga tidak ada batas yang jelas antara korteks dan
empulur. Berkas vaskuler monoki0til tidak memiliki kambium, sehingga tidak
mengalami penebalan sekunder. Masing-masing berkas vaskuler diselubungi
selubung berkas pengangkut yang tersusun dari jaringan sklerenkim [24].

c. Daun (Folium)

Daun merupakan organ yang pertumbuhannya terbatas dan pada


umumnya simetris dorsiventral. Pipihnya daun berkaitan dengan fungsinya dalam
fotosintesis, karena dengan bentuk daun demikian maka luas daun yang terekspos
sinar matahari bisa lebih luas. Daun ditutupi kedua permukaannya masing-masing
oleh selapis epidermis. Dinding luar epidermis biasanya tebal dan dilapisi
substansi berlilin yang disebut kutin. Permukaan luar epidermis seringkali dilapisi
kutikula yang tebal maupun tipis. Lapisan kutikula ini dibentuk dari kutin. Daun
monokotil pada umumnya orientasinya tegak sehingga kedua permukaannya
mendapat sinar matahari. Struktur internal hampir sama pada kedua permukaan
daun. Stomata terdapat pada kedua sisi. Jaringan mesofil tidak mengalami
diferensiasi menjadi jaringan tiang dan jaringan spons, tetapi terdiri atas sel-sel
parenkim dengan kloroplas dan ruang antar sel diantaranya [25].

d. Bunga (Flower)

Bunga adalah pucuk yang termodifikasi, disebut demikian karena


menunjukan beberapa perubahan dalam pengaturan apeks pucuk. Bunga
dianggap ranting yang bersumbu pendek dengan daun-daun yang merapat dan
memiliki bentuk khas sesuai fungsinya. Sepal dan petal secara umum strukturnya
menyerupai daun. Sepal dan petal terdiri atas epidermis dan jaringan dasar
parenkim dan sistem vaskuler. Sel-sel pada bunga ada yang memiliki kristal,
getah, tannin dan idioblas lainnya. Tepung dibentuk pada petal yang masih muda.
Sepal yang berwarna hijau mengandung kloroplas, jarang mengalami diferensiasi
12

menjadi jaringan tiang dan bunga karang. Warna petal yang berperan dalam
menarik pollinator, menunjukkan adanya pigmen dalam kromoplas dan dalam
cairan sel misalnya antosianin [26].

D. Habitat Tanaman Purun

Tanaman purun biasanya tumbuh di daerah rawa pasang surut. Lahan


rawa pasang surut adalah lahan yang menempati posisi peralihan antara daratan
dan sistem perairan, yaitu antara lahan kering dan sungai, danau, atau antara
daratan dan laut [27]. Tanaman purun terutama Purun tikus dapat ditemukan di
daerah terbuka di lahan rawa yang tergenang air, pada ketinggian 0−1.350 m di
atas permukaan laut. Tumbuhan ini juga banyak ditemui di daerah persawahan
dan tergenang air. Purun tikus dapat tumbuh baik pada suhu 30−35°C, dengan
kelembaban tanah 98−100%, dan dapat tumbuh pada tanah yang masam yang
berkisaran pH 2,5-3,5 atau sering disebut dengan tanah sulfat masam, maka dari
itu tanaman purun dapat tumbuh baik pada daerah lahan gambut yang dimana
lahan gambut memiliki pH sangat rendah antara pH 2,7-5,0 [25]. Tekstur dan
struktur tanah yang baik untuk tumbuh dan berkembang tanaman purun ialah
tektur halus dengan struktur liat berdebu.Tanamanpurun dapat tumbuh sepanjang
tahun, terutama pada lahanyang selalu tergenang air, seperti tepi sungai, danau,
dan daerah persawahan.
13

III. KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Berpikir

Tanaman purun merupakan tanaman yang paling banyak tumbuh di


wilayah lahan gambut atau daerah rawa pasang surut maupun rawa tadah hujan,
dan di tepi sungai. Tanaman purun dapat ditemukan di daerah Kalimantan
Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sumatera Selatan dan
Kepulauan Riau karena di daerah tersebut terdapat lahan gambut. Tanaman purun
memiliki pemanfaatan yang berbeda di setiap daerah. Di daerah Kalimantan
Selatan dan Kalimantan Tengah tanaman purun ini dijadikan kerajinan tangan.
Selain dijadikan kerajinan tangan, tanaman purun juga memiliki manfaat lain
seperti manfaat ekologis (penyerap limbah beracun, pupuk organik, perangkap
hama, dan biofilter) dan yang terbaru purun dapat dijadikan sedotan yang ramah
lingkungan.

Di wilayah Kalimantan Timur, lebih tepatnya di daerah Kutai Timur,


banyak ditemukan tanaman purun di daerah karena kondisi lahan di daerah
tersebut sesuai dengan habitat yang dibutuhkan tanaman purun. Namun populasi
tanaman purun mulai terancam dikarenakan adanya alih fungsi lahan menjadi
perkebunan dan pertambangan. Kelangkaan ini terjadi pada jenis purun danau
dan purun tikus, sedangkan untuk purun bajang, populasi tanaman masih banyak
ditemukan. Walaupun demikian, purun bajang juga mulai terancam populasinya
karena masyarakat setempat masih menganggap tanaman purun ini hanya sebagai
gulma yang tidak memiliki nilai ekonomi. Hal ini dikarenakan kurangnya
informasi mengenai riset ataupun literasi mengenai purun bajang.

Kualitas purun bajang sebagai kerajinan tangan tidak sebaik purun danau
dan purun tikus. Namun tidak menutup kemungkinan purun bajang ini menjadi
peluang bisnis besar dari Kalimantan Timur baik menjadi kerajinan tangan
ataupun produk-produk lainnya. Adanya kebijakan pemerintah yang telah
menerapkan pengurangan penggunaan bahan plastik untuk mengurangi
pencemaran lingkungan, membuat banyaknya inovasi untuk membuat wadah atau
tempat yang nantinya menggantikan fungsi dari kantong plastik, termasuk dari
14

tanaman purun. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian eksplorasi dan


identifikasi tanaman purun bajang di Kutai Timur dilakukan, untuk mengetahui
karakteristik agronomi, morfologi, dan habitat tanaman tersebut. Kerangka
pemikiran dari penelitian ini disajikan pada Gambar 1.
15

Potensi tumbuhan
purun bajang

Penurunan Populasi
tumbuhan purun bajang
Kutai Timur

Observasi tumbuhan
purun bajang di daerah
Kutai Timur

Identifikasi karakteristik
agronomi, morfologi, dan
anatomi tumbuhan purun
bajang

Informasi karater
agronomi, morfologi, dan
anatomi serta habitat
tumbuh tanaman purun
bajang di Kutim

Gambar 1. Bagan alur kerangka pemikiran “Identifikasi dan eksplorasi


tanaman purun bajang di Kecamatan Kaubun Kabupaten Kutai Timur”
16

B. Hipotesis

1. Terdapat karakter agronomi, morfologi, dan anatomi spesifik dari tanaman


purun bajang pada kondisi habitat yang berbeda.
2. Kondisi lingkungan pertumbuhan tanaman purun bajang memiliki penciri
yang sama pada lokasi yang berbeda beda.
17

IV. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan mulai dari bulan Mei 2021 sampai Agustus 2021.
Mulai dari eksplorasi keberadaan tanaman purun di wilayah Kutai Timur seperti
di wilayah Kecamatan Sangkulirang, Kecamatan Kaubun, dan Kecamatan
Kaliorang.

B. Bahan dan Alat

Bahan penelitian ini yaitu tanaman purun bajang yang berada di lokasi
penelitian. Sedangkan alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu alat tulis,
penggaris, jangka sorong, rol meteran, mikroskop, silet, glass object, cover glass,
larutan aquades, dan camera.

C. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan secara langsung dari sumbernya yaitu


pengumpulan informasi dari para petani maupun warga dan obsevasi lapangan.
Informasi yang diperoleh nantinya dapat digunakan sebagai refrensi tempat
penyebaran tanaman purun.

D. Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan data tanaman purun bajang ini dilakukan dengan


menggunakan metode deskriptif, yaitu dengan mengambil sampel tanaman purun
bajang ini secara acak kelompok. Jumlah lokasi tanaman purun bajang yang
diamati sebanyak 5 lokasi (ditinjau dari banyaknya tanaman purun di lokasi
tersebut dan terdapat perbedaan penciri dari kondisi lingkungan di setiap tempat,
dan lokasi dapat diakses). Penciri perbeda dapat berupa kedalaman air, kesuburan
Tanah, kuat arus air, keberadaan vegetasi di sekitar tanaman purun. Setelah
menetapkan penciri pada tiap-tiap 5 lokasi tersebut hal selanjutnya menetapkan
spot pengambilan sampel yang terdapat banyak tanaman purun. Kemudian buat
petakan dengan ukuran 5m x 5m. Setelah itu ambil masing-masing 10 rumpun
sampel tanaman purun di setiap lokasi, jadi jumlah sampel diambil sebanyak
18

50. Kemudian setiap sample diamati dari segi karakter morfologi, karakter
agronomi, dan karakter anatomi. Dari pengamatan tersebut didapatkan data
kuantitatif, kemudian data diolah kedalam bentuk diagram. Diagram yang
didapatkan tersebut merupakan hasil penelitian dan kemudian dijabarkan dalam
bentuk deskriptif.

E. Definisi Variabel dan Pengukurannya

a. Karakter morfologi

1. Diameter akar terbesar per satuan luas


Pengukuran diameter akar yang dianggap memiliki ukuran yang besar
diantara akar lainnya, pengukuran dapat menggunakan penggaris maupun jangka
sorong.

2. Diameter batang
Diameter batang dapat diukur dengan satuan cm, alat pengukur diameter
batang dapat menggunakan jangka sorong.
3. Panjang dan diameter bunga
Bunga tanaman purun terletak paling pucuk setelah daun, pengukuran
panjang bungan yaitu mulai dari pangkal bunga hingga ujung bunga, pengukuran
dapat menggunakan jangka sorong karna panjang bunga tidak terlalu panjang,
sehingga membutuhkan alat yang detail sama seperti panjang akar.

b. Karakter agronomi

1. Panjang daun tertinggi dan diameter daun


Panjang daun tanaman purun diukur mulai dari ujung batang hingga ujung
daun mendekati bunga, pengukuran panjang daun dapat menggunakan penggaris,
dianjurkan menggunakan penggaris panjang. Diameter daun di ukur di tiga
bagian mulai ujung, tengah, dan pangkal daun. Pengukiran diameter daun
menggunakan jangka sorong.
19

2. Jumlah anakan per rumpun


Tanaman purun hidup berumpun seperti tanaman serai ataupun tanaman
teki, cara menghitung jumlah anakan pada rumpun dilakukan dengan mencabut
tanaman purun yang utuh dan hitung jumlah keseluruhan anakan secara manual.

c. Karakter anatomi

1. Bentuk dan Susunan Sel Pada Bagian Daun


Pengamatan sel pada tanaman purun dilakukan dengan cara yang sama
pada pengamatan stomata. Iris tipis daun dengan menggunakan pisau kater dan
letakan hasil irisan daun tersebut di atas glass object dan diberi larutan aquades,
kemudian tutup menggunakan cover glass. Selanjutnya letakan di bawah
mikroskop lihat bentuk dan susunan sel tersebut, apakah bentuknya oval, bulat,
persegi dan lainnya. Kemudian susunan selnya apakah teratur atau acak, setelah
diamati lalu di gambar bentuk sel dan susunanya.

d. Habitat

1. Potensi of hydrogen (Ph)

Menentukan Ph air maupun Tanah dilakukan dengan cara menggunakan


kertas lakmus yang mana dilakukan dengan cara mengambil sampel tanah atau
air dan direndam selama beberapa menit dan di cocokan dengan parameter warna
pada kertas lakmus.

2. Tinggi permukaan air

Ketinggian permukaan air dapat diukur dengan menggunakan alat ukur


bisa rol meter atau meteran lainnya dengan satuan cm.
20

F. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, dimana


penelitian mencari data dari setiap karakter morfologi, karakter agronomi, dan
karakter anatomi, cara mendapatkan data yaitu dari hasil pengamatan langsung
dilapangan dengan pedoman pengamatan dari variabel pengamatan, data-data
yang didapatkan dari variable setiap pengamatan akan dijadikan kedalam bentuk
diagram sebagai hasil. Setelah diagram didapatkan di ubah kedalam deskripsi
kualitatif.

G. Jadwal Penelitian

Mei Juni Juli August


Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Survey Lapangan
2. Pengambilan Data
3. Penulisan Laporan
21

DAFTAR PUSTAKA

[1] Angraini, S. 2013. Proses, Motif, dan Jenis Produk Kerajinan Tas Anyaman
Purun Di Sinar Purun Pedamaran Sumatera Selatan. Skripsi. Program
Studi Pendidikan Seni Kerajinan. Jurusan Pendidikan Seni Rupa.
Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Yogyakarta.
[2] Pangaribuan W. dan Robert S. 2017. Upaya Peningkatan Pendapatan Wanita
Pengrajin Purun (Eleocharis dulcis) Di Kecamatan Perbaungan.Jurnal
Pengabdian Kepada Masyarakat. 23 (2) : 309-314.

[3] Noor, M. 2004. Lahan Rawa Sifat dan Pengelolaan Tanah Bermasalah Sulfat
Masam. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
[4] Wianto T., Ishaq, A. Faisal, dan A. Hamdi. 2011. Rekayasa Tumbuhan Purun
Tikus (Eleocharis Dulcis) Sebagai Substitusi Bahan Matrik Komposit
Pada Pembuatan Papan Partikel. Jurnal Fisika FLUX, 8(2), 154–164

[5] Wildayana E., D. Adriani., M. E. Armanto, Nursittah, F. Lestari., dan R.


Oktavia. 2017. Pendekatan Bottom-Up Pengembangan Kerajinan Purun
diKawasan Lahan Gambut. Prosiding Seminar Nasional Lahan
Suboptimal 2017, Palembang 19-21 Oktober 2017..

[6] Wahyunto., Sofyan R., Suparto, dan H. subagjo. 2005. Sebaran Gambut dan
Kandungan Karbon Di Sumatra dan Kalimantan 2004.Bogor :Wetlands
International- Indonesia Programme.

[7] BP2LHK Banjarbaru, 2008. Purun, gulma bermanfaat dari lahan


gambut.Banjarbaru :Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan
Hidup dan Kehutanan Banjarbaru

[8] Budiman, A., M. Thamrin, dan S. Asikin. 1988. Beberapa Jenis Gulma Di
Lahan Pasang Surut Kalimantan Selatan Dan Tengah Dengan Tingkat
Kemasaman Tanah Yang Berbeda.Prosiding Konferensi IX HIGI, Bogor
22−24 Maret 1988.

[9] Haygreen, J.G. & Bowyer, J.L. (1989). Hasil FLutan dan Ilmu Kayu.
Terjemahan : Hadikusumo, S.A. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta

[10] Foster. Adriance s. Ernest M. Gifford, W. H. Fremaan and Company. 1974.


Comperative Morphology and Evolution of Vascular Plant. San
Fransisco
22

[11] Davis, P.H., Heywood VH. 1973. Principle of Angiosprem Taxonomy.


Robert E. Kringer Pulp. Co. New York.

[12] Asikin, S., dan M. Thamrin. 2012. Manfaat purun tikus(Eleocharis


dulcis)pada ekosistem sawah rawa. Jurnal Litbang Pertanian, 31(1),35-
42.

[13]Tjitrosoepomo, G. 2007. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta :Gajah Mada.


University Press.

[14] Belami, I. Y., B. Sidharta. 2015. Pemanfaatan Purun Tikus (Eleocharis


dulcis) untuk Menurunkan Kadar Merkuri (Hg) pada Air Bekas
Penambangan Emas Rakyat.Yogyakarta : Fakultas Teknobiologi.
Universitas Atma Jaya.

[15] Salisbury FB, Cleon WR. 1991. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3. Bandung : ITB
Press.

[16]Lakitan, 2010. Identifikasi Bunga. Jakarta :PT. Rineka Cipta.

[17] Haryudin w. dan Otih.2008. Karakteristik morfologi bunga kencur


(Kaempferia galangal L.).Jurnal Bul. Littro Vol XIX(2): 109-116

[18] Nasir. M 2001. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Di dalam: A. Makmur (Ed.)


Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.Jakarta : Departemen Pendidikan
Nasional.

[19] Setyorini, A ., Krisdianto ., dan Syaiful Asikin. 2009. Biomassa Purun Tikus
(Eleocharis Dulcis Trin.) Pada Tiga Titik Sampling Di Desa Puntik
Kecamatan Alalak Kabupaten Barito Kuala.Banjarbaru Kalimantan
Selatan:Universitas Lambung Mangkurat.

[20]Harsono, D. 2013. Sifat Fisis Dan Mekanis Purun Bajang Sebagai Substitusi
Purun Danau Dan Purun Tikus. Banjarbaru :Balai Riset dan
Standardisasi Industri.

[21] Hidayat, B. Estiti. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung: ITB

[22]Sutrian, Yayan Drs. 2004. Pengantar Anatomi Tumbuh-Tumbuhan


Tentang Sel dan  Jaringan.Jakarta : PT Rineka Cipta

[23] Suradinata, T. S. 1998. Struktur Tumbuhan. Bandung : Angkasa Anggota


IKAPI

[24] Drs. Pande Ketut Sutara, M.Si. 2016.Penuntun Praktikum Struktur Dan
Anatomi Tumbuhan. Bukit Jimbaran: Fakultas Matematika Dan
IlmuPengetahuan Alam Universitas Udayana
23

[25] Gembong, Tjitrosoepomo. 1988. Taksonomi Tumbuhan Spermatophita.


Yogyakarta. UGM Press.

[26] Flach, M. and F. Rumawas. 1996. Plants yielding non-seed carbohydrates.


Plant Resources of South-East Asia(PROSEA) 9: 97−100. http:/
/www.prosea.org. diakses 6 Juli 2020.

[27] Nugroho, K., Alkusuma, Paidi, W. Wahdini, A. Adimihardja, H. Suhardjo


danI.P.G. Widjaja-Adhi. 1992. Peta Areal Potensial untuk
Pengembangan Pertanian Lahan Rawa Pasang Surut, Rawa dan Pantai.
Proyek Penelitian Sumberdaya Lahan. Pusat Penelitian Tanah dan
Agroklimat Badan Litbang Pertanian.

Anda mungkin juga menyukai