Anda di halaman 1dari 29

1

KEEFEKTIFAN EKSTRAK BUAH LERAK (Sapindus rarak)


dan MOLASE SEBAGAI PELINDUNG ULTRAVIOLET untuk
Spodoptera litura NUCLEOPOLYHEDROVIRUS

Iin Nuraeni

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
v

ABSTRAK

IIN NURAENI. Keefektifan Ekstrak Buah Lerak (Sapindus rarak) dan Molase
Sebagai Pelindung Ultraviolet untuk Spodoptera litura Nucleopolyhedrovirus. Di
bimbing oleh R. Yayi Munara Kusuma.
Kendala utama dalam penggunaan NPV sebagai agens hayati adalah
persistensinya yang rendah setelah diaplikasikan di lapangan. Radiasi sinar
matahari, terutama sinar ultraviolet dapat menurunkan keefektifan NPV akibat
rusaknya polyhedra sebagai pelindung virus ini. Spodoptera litura NPV (SlNPV)
sangat patogenik terhadap larva S. litura, namun keefektifannya hilang setelah 12
jam terkena sinar matahari. Sejumlah bahan telah diuji untuk digunakan sebagai
bahan tambahan untuk melindungi NPV dari sinar matahari. Tinopal, riboflavin,
propil galat, dan blankophor BBH adalah bahan-bahan yang efektif dalam
melindungi NPV dari sinar matahari. Gula seperti sukrosa, fruktosa dan sorbitol
juga dilaporkan dapat mempertahankan keefektifan NPV. Berdasarkan
kandungan gula pada buah lerak dan molase, maka dilakukan percobaan ekstrak
buah lerak dan molase sebagai UV protektan NPV. Penelitian ini dilakukan untuk
memperoleh informasi mengenai potensi ekstrak buah lerak dan molase sebagai
UV protektan NPV. Suspensi SlNPV ditambah 1% ekstrak buah lerak atau
molase dijemur di bawah sinar matahari dengan waktu pemaparan 0, 1, 3, 6 dan
12 jam. Suspensi yang telah dijemur kemudian diaplikasikan ke daun kedelai
segar dengan metode celup daun. Daun tersebut kemudian ditempatkan dalam
wadah plastik berukuran 50 ml. Larva S. litura instar 3 kemudian dimasukkan ke
dalam wadah yang berisi daun yang telah mendapatkan perlakuan virus.
Pengamatan terhadap kematian larva dilakukan setiap hari sampai semua larva
mati atau menjadi pupa. Hasil penelitian menunjukan bahwa penambahan 1%
ekstrak buah lerak dan molase pada SlNPV efektif digunakan sebagai pelindung
SlNPV dari sinar matahari. Rata-rata mortalitas larva S. litura setelah pemaparan
selama 6 jam adalah 82.22% dan 100% berturut-turut pada kedua ekstrak lerak
dan molase. Hasil yang konsisten diperoleh juga pada pemaparan 12 jam.
Penambahan ekstrak buah lerak atau molase memberikan pengaruh nyata sebagai
pelindung UV bagi SlNPV dan berbeda nyata dengan kontrol.
v

KEEFEKTIFAN EKSTRAK BUAH LERAK (Sapindus rarak)


dan MOLASE SEBAGAI PELINDUNG ULTRAVIOLET untuk
Spodoptera litura NUCLEOPOLYHEDROVIRUS

Iin Nuraeni

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian di Departemen Proteksi Tanaman,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
v

Judul : Keefektifan Ekstrak Buah Lerak (Sapindus rarak) dan


Molase sebagai Pelindung Ultraviolet untuk Spodoptera
litura Nucleopolyhedrovirus
Nama Mahasiswa: Iin Nuraeni
NIM : A34062430

Menyetujui,

Pembimbing I

Dr. Ir. R. Yayi Munara Kusumah, M.Si.


NIP 19650905 199002 1 001

Mengetahui,
Ketua Departemen Proteksi Tanaman

Dr. Ir. Dadang, M. Sc.


NIP 19640204 199002 1 002

Tanggal lulus :
v

RIWAYAT HIDUP

Penulis merupakan anak ke-empat dari empat bersaudara, lahir pada tanggal
20April 1987 di Serang, Banten. Dari pasangan Musri dan Maskah.
Pada tahun 2000 penulis lulus dari SDN Panunggulan II, kemudian pada
tahun 2003 penulis menyelesaikan pendidikan di MTS Pon-Pes Assa’adah,
selanjutnya penulis lulus SMA Plus Pon-Pes Assa’adah pada tahun 2006. Tahun
2006 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Beasiswa Utusan
Daerah Departemen Agama Republik Indonesia (BUD DEPAG RI), kemudian
pada tahun 2007 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Proteksi
Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Selain aktif mengikuti kegiatan akademis perkuliahan, penulis juga pernah
aktif dalam berbagai kegiatan organisasi kampus, diantaranya Himpunan
Mahasiswa Proteksi Tanaman (HIMASITA) sebagai bendahara dan Community of
Santri Scholar (CSS IPB) sebagai anggota.
v

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala


rahmat dan karunia yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi yang berjudul Keefektifan Ekstrak Buah Lerak (Sapindus
rarak) dan Molase Sebagai Pelindung Ultraviolet untuk Spodoptera litura
Nucleopolyhedrovirus.
Skripsi ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar sarjana pertanian di
Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang tulus kepada:
1. Ayahanda, Ibunda, dan kakak-kakakku serta keluarga yang senantiasa
memberikan doa, kasih sayang serta dukungan kepada penulis.
2. Departemen Agama RI yang telah membantu penulis dalam hal biaya serta
bimbingannya sehingga penulis bisa menyelesaikan pendidikan di IPB.
3. Dr. Ir. R. Yayi Munara Kusumah, M. Si, selaku dosen pembimbing skripsi
atas segala bimbingan, arahan, dan saran-sarannya kepada penulis dalam
penyusunan skripsi.
4. Prof. Dr. Ir. Meity Suradji Sinaga, M. Sc, selaku dosen penguji tamu yang
telah memberi saran, motivasi dan bantuan kepada penulis.
5. Dr. Ir. Purnama Hidayat, M. Sc, selaku dosen pembimbing akademik yang
telah membimbing selama masa perkuliahan kepada penulis.
6. Dr. Ir. Teguh Santoso, DEA, selaku Kepala Laboratorium Patologi
Serangga yang telah memberi bimbingan dan bantuannya selama penelitian
di Laboratorium Patologi Serangga Departemen Proteksi Tanaman.
7. Seluruh dosen dan staf pegawai di lingkungan Departemen Proteksi
Tanaman atas saran dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis.
8. Kristiana, Yeni Riyani Solichah, Nurul Hidayah, Ayu Fitriningtyas, dan
seluruh teman-teman angkatan 43 di Departemen Proteksi Tanaman atas
semangat dan dukungannya yang telah diberikan kepada penulis.
9. Yunimar, Sayuti, Yona Shylena, Teguh Kurniawan, Rendi Pramudya,
Ahmad Faisol dan Ellyta Sariyani atas saran dan bantuannya selama
penelitian di Laboratorium Patologi Serangga.
10. Mira Daniati, Johan Permada, Bayinah, Nurotun Hasanah, Ifat
Kasyifaturohmah dan teman-teman di Wisma Malea atas perhatian yang
telah diberikan kepada penulis.
Akhirnya ucapan terima kasih sebesar-besarnya penulis ucapkan pada
rekan-rekan yang terlibat dalam proses penyelesaian tugas akhir yang mungkin
tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis berharap semoga hasil penelitian ini
dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi yang memerlukan.
Bogor, September 2010

Iin Nuraeni
v

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ............................................................................................... v

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... vi

PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
Latar Belakang ........................................................................................ 1
Manfaat ................................................................................................... 2
Hipotesis ................................................................................................. 2
TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 3
Spodoptera litura (Lepidoptera: Noctuidae) ........................................... 3
Morfologi dan Bioekologi.............................................................. 3
Gejala Serangan ............................................................................. 4
Tanaman Inang S. litura ................................................................. 4
Nucleopolyhedrovirus (NPV) ................................................................. 4
Morfologi dan Stuktur.................................................................... 4
Spodoptera litura Nucleopolyhedrovirus (SlNPV) ................................. 5
Ciri Khas SlNPV ............................................................................ 5
Patogenisitas .................................................................................. 6
Mekanisme Mematikan Inang dan Siklus Hidup NPV di Alam .... 6
Bahan Pelindung Ultraviolet untuk SlNPV............................................. 7
Tanaman Buah Lerak (Sapindus rarak) ........................................ 7
Molase ........................................................................................... 8
BAHAN DAN METODE .................................................................................. 9
Tempat dan Waktu ................................................................................. 9
Alat dan Bahan ....................................................................................... 9
Pemeliharaan Serangga Uji .................................................................... 9
Bahan UV Protektan .............................................................................. 10
Uji Efektifitas Bahan Tambahan Buah Lerak dan Molase .................... 10
Paparan Sinar Matahari .......................................................................... 10
Rancangan Percobaan ............................................................................ 11
Analisis Data ........................................................................................... 11
HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 12
Perilaku Serangga Uji S. litura ............................................................... 12
Persentase Kematian Serangga Uji Larva S. litura ................................. 12
Interaksi Antara Bahan Campuran Ekstrak dan Waktu Pemaparan
SlNPV ..................................................................................................... 14
KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 18


LAMPIRAN ....................................................................................................... 20
vi

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Sidik ragam interaksi antara perlakuan bahan campuran ekstrak


(buah lerak dan molase) dan waktu pemaparan ............................... 14
2. Rata-rata kematian larva S. litura setelah perlakuan SlNPV dan
UV protektan pada akhir pengamatan ............................................... 14
v

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Tabel persentase rata-rata mortalitas harian larva S. litura ............... 20


2. Foto-foto hasil penelitian ................................................................. 20
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Ulat grayak atau Spodoptera litura merupakan salah satu hama penting pada
tanaman pertanian, karena aktivitasnya dapat menimbulkan kerugian yang nyata.
Kerugian yang disebabkan oleh S. litura dapat mencapai 26-100% (Dhir et al.
1992 dalam Ahmad et al. 2008). Tanaman penting yang dapat terserang oleh S.
litura yaitu kapas, kacang kedelai, kacang tanah, tembakau dan sayur-sayuran
(Qin et al. 2004 dalam Ahmad et al. 2008).
Pengendalian yang selama ini dilakukan oleh para petani umumnya
menggunakan insektisida sintetik. Aplikasi insektisida kimia yang berlebihan
dapat menimbulkan permasalahan baru seperti resistensi serangga sasaran,
resurjensi hama, terbunuhnya musuh alami, meningkatnya residu pada hasil
pertanian, mencemari lingkungan dan gangguan kesehatan bagi pengguna.
Pengurangan penggunaan pestisida di areal pertanian menuntut tersedianya cara
pengendalian lain yang aman dan ramah lingkungan, diantaranya dengan
memanfaatkan musuh alami. Salah satu agens hayati yang berperan penting
sebagai pengendali hama secara alamiah adalah Nucleopolyhedrovirus (NPV)
(Samsudin 2008).
Salah satu kendala utama dalam penggunaan NPV sebagai agens hayati
adalah persistensinya yang rendah setelah diaplikasikan di lapangan. Radiasi
sinar matahari, terutama sinar ultraviolet dapat menurunkan keefektifan NPV
akibat rusaknya polyhedra sebagai pelindung virus ini (Smirnoff 1972).
Keefektifan SlNPV mudah hilang setelah 12 jam tersinari langsung oleh matahari
(Sajap et al. 2007).
Sejumlah bahan telah diuji untuk digunakan sebagai bahan tambahan untuk
melindungi SlNPV dari sinar matahari. Beberapa bahan yang efektif dalam
melindungi SlNPV dari sinar matahari diantaranya tinopal (Shapiro 1992),
riboflavin (Ramakrishnan & Chaudhari 1991), propil galat (Ignoffo & Garcia
1994) dan blankophor BBH (McGuire et al. 2001). Gula, seperti sukrosa,
fruktosa dan sorbitol juga dilaporkan dapat mempertahankan keefektifan NPV
(Ballard et al. 2000).
2

Molase adalah hasil samping industri gula tebu yang biasa digunakan dalam
proses fermentasi. Molase banyak mengandung sejumlah gula baik sukrosa
maupun gula pereduksi. Tanaman lerak termasuk tanaman lokal. Bagian daging
buah lerak digunakan untuk mencuci pakaian maupun sebagai shampo. Daging
buah lerak mengandung saponin yang cukup tinggi. Saponin merupakan suatu
glikosida yang terdapat pada berbagai tanaman termasuk tanaman lerak.
Berdasarkan kandungan gula pada daging buah lerak dan molase maka dilakukan
percobaan ekstrak buah lerak dan molase sebagai UV protektan SlNPV.

Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai potensi
ekstrak buah lerak dan molase sebagai UV protektan NPV.

Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
potensi ekstrak buah lerak dan molase sebagai UV protektan NPV.
3

TINJAUAN PUSTAKA

Spodoptera litura (Lepidoptera: Noctuidae)

Morfologi dan Bioekologi


Ulat grayak atau S. litura merupakan salah satu hama tanaman yang
banyak menyerang tembakau dan tanaman lain seperti kacang tanah, kentang,
cabai, bawang merah dan kubis. Imago S. litura memiliki dua pasang sayap.
Sayap bagian depan berwarna coklat atau keperak-perakan, sedangkan sayap
belakang berwarna keputih-putihan dengan bercak hitam. Malam hari ngengat
mampu terbang sejauh lima kilometer.
Serangga dewasa meletakkan telur pada permukaan bawah daun, bentuk
telurnya hampir bulat dengan bagian yang datar melekat pada daun atau bagian
tanaman lainnya, telur berwarna coklat kekuning-kuningan, diletakkan
berkelompok dengan masing-masing berisi 25-500 butir dan ditutupi bulu seperti
beludru.
Larva mempunyai warna yang bervariasi, mempunyai kalung/bulan sabit
berwarna hitam pada segmen abdomen yang ke-empat dan ke-sepuluh. Pada sisi
lateral dorsal terdapat garis kuning. Ulat yang baru menetas berwarna hijau muda,
bagian sisi coklat tua atau hitam kecoklatan dan hidup berkelompok. Larva
bersembunyi di dalam tanah pada siang hari dan menyerang tanaman pada malam
hari. Larva berpindah dari tanaman satu ke tanaman yang lainnya secara
bergerombol. Perilaku dan warna larva instar terakhir mirip dengan ulat tanah,
perbedaan hanya pada tanda bulan sabit, berwarna hijau gelap dengan garis
punggung berwarna gelap memanjang. Panjang larva yang berumur 2 minggu
sekitar 5 cm. Larva berkepompong di dalam tanah yaitu membentuk pupa tanpa
kokon dengan tipe obtekta. Pupa berwarna coklat kemerahan dengan panjang
sekitar 1,6 cm (Deptan 2010).
Siklus hidup S. litura berkisar antara 30-60 hari yaitu lama waktu stadia
telur selama 2-4 hari, stadia larva yang terdiri dari 5 instar selama 20-46 hari, dan
stadia pupa selama 8-11 hari. Seekor ngengat betina dapat meletakkan telur
sebanyak 2000-3000 telur.
4

Hama S. litura tersebar luas di Asia-Pasifik dan Australia. Indonesia


merupakan salah satu wilayah penyebaran S. litura. Serangga ini dilaporkan
ditemukan di provinsi Aceh, Jambi, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa tengah,
DI Yogyakarta, Bali, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan,
Maluku dan Irian Jaya (Marwoto dan Suharsono 2008).

Gejala serangan
Larva S. Litura yang berukuran kecil merusak daun dengan meninggalkan
sisa-sisa epidermis pada bagian atas dengan hanya meninggalkan tulang-tulang
daun. Larva instar lanjut merusak tulang daun dan seringkali menyerang buah.
Biasanya larva berada di permukaan bawah daun dan menyerang secara
berkelompok. Serangan berat dapat menyebabkan tanaman gundul karena daun
dan buah habis dimakan ulat, serangan seperti ini biasanya terjadi pada musim
kemarau (Deptan 2010).

Tanaman inang S. litura


Ulat S. litura adalah serangga polifag yang dapat menyerang tanaman
pangan maupun tanaman perkebunan. Beberapa tanaman yang dapat diserang
oleh hama ini diantaranya cabai, kubis, padi, jagung, tomat, tebu, buncis, jeruk,
tembakau, bawang merah, terung, kentang, kacang-kacangan (kedelai dan kacang
tanah), kangkung, bayam dan pisang. Selain itu tanaman hias dan gulma
(Limnocharis sp., Passiflora foetida, Ageratum sp., Cleome sp., Clibadium sp. dan
Trema sp) juga dapat diserang oleh hama ini (Deptan 2010).

Nucleopolyhedrovirus (NPV)

Morfologi dan Struktur


Agens hayati Nucleopolyhedrovirus termasuk genus Baculovirus dalam
famili Baculoviridae. Sebagai parasit obligat, NPV hanya bereplikasi pada sel-sel
hidup. Menurut Tanada dan Kaya (1993), NPV memiliki beberapa keunggulan,
diantaranya inangnya spesifik, efektif, dan kompatibel dengan cara pengendalian
yang lain termasuk insektisida botani dan kimia (Mandal et al., 2003).
5

Penggunaan NPV memiliki kelemahan yaitu mudah rusak oleh sinar ultraviolet
yang menyebabkan keefektifannya menurun. Salah satu cara untuk
mempertahankan keefektifan NPV yaitu dengan mengurangi pengaruh ultraviolet.
Infeksi NPV pada inang biasanya dimulai dari saluran pencernaan,
kemudian menyerang organ-organ internal lainnya. Gejala serangan NPV mulai
terlihat pada hari ke-2 atau 3 dan kematian larva terjadi pada hari ke-4 hingga ke-
7 setelah infeksi. Hal ini disebabkan adanya masa inkubasi di dalam tubuh
serangga sebelum terjadi kematian.
Nucleopolyhedrovirus merupakan virus yang berbentuk batang dan terletak
di dalam inclusion bodies, yang disebut polihedra. Polihedra adalah kristal
protein yang membungkus virion yang tersusun dari polihedrin dengan ukuran
29.000-31.000 Dalton. Kristal protein ini berfungsi sebagai pelindung partikel
virus dan menjaga viabilitasnya di alam serta melindungi DNA virus dari
degradasi akibat sinar ultraviolet matahari.
Nucleopolyhedrovirus telah ditemukan pada 523 spesies serangga, sebagian
besar NPV bersifat spesifik inang, yaitu hanya dapat menginfeksi dan mematikan
spesies inang alaminya, sehingga pada mulanya penamaan NPV disesuaikan
dengan nama inang saat pertama kali diisolasi. Sebagai contoh NPV yang
menginfeksi ulat S. litura dinamai Spodoptera litura Nucleopolyhedrovirus
(SlNPV).

Spodoptera litura Nucleopolyhedrovirus (SlNPV)

Ciri Khas SlNPV


Spodoptera litura Nucleopolyhedrovirus memiliki ciri khas yaitu berbentuk
batang dan terdapat di dalam inclusion bodies yang disebut polihedra. Polihedra
berbentuk kristal bersegi banyak dan berukuran relatif besar (0,5-15µm) sehingga
mudah diamati menggunakan mikroskop perbesaran 600 kali. Spodoptera litura
Nucleopolyhedrovirus ditemukan dalam berbagai jaringan seperti hemolimfa,
badan lemak, hypodermis dan matriks trakea. Larva yang terinfeksi SlNPV
menunjukan gejala seperti tubuhnya tampak berminyak, disertai dengan tubuhnya
membengkak dan warnanya berubah menjadi pucat-kemerahan. Gejala khas di
6

lapangan, larva merayap ke pucuk tanaman kemudian mati dalam keadaan


menggantung dengan tungkai semunya pada bagian tanaman. Integumen larva
mengalami lisis dan disintegrasi sehingga sangat rapuh. Apabila robek, dari
dalam tubuh ulat keluar cairan hemolimfa yang mengandung banyak polihedra
(BB-Biogen 2009).

Patogenisitas
Spodoptera litura Nucleopolyhedrovirus memiliki tingkat patogenisitas
yang relatif tinggi. Nilai LC50 untuk ulat instar III sebesar 5,4 x 103 polihedra
inclusion bodies (PIBs)/ml. Ulat instar pertama sampai instar ke-tiga lebih rentan
terhadap SlNPV daripada ulat instar ke-empat sampai ke-lima. Tingkat
kerentanan ulat instar awal 100 kali lebih tinggi daripada ulat instar akhir (BB-
Biogen 2009).

Mekanisme Infeksi dan Siklus Hidup NPV Di Alam


Nucleopolyhedrovirus di alam biasanya dapat ditemukan pada permukaan
tanaman atau tanah. Apabila NPV termakan oleh serangga inang (ulat) dan masuk
ke dalam saluran pencernaan yang memiliki pH tinggi (>10), maka polihedra akan
pecah sehingga melepaskan virion infektif. Virion yang terlepas dari matrik
protein ini akan menginfeksi sel-sel saluran pencernaan.
Proses infeksi SlNPV pada serangga inang dimulai dengan tertelannya
polihedra yang berisi virus bersama dengan pakan serangga. Kondisi alkalin (pH
tinggi) pada saluran pencernaan dapat menyebabkan polihedra larut sehingga
membebaskan virus. Selanjutnya, virus menginfeksi sel-sel yang rentan dalam
waktu 1 sampai 2 hari setelah polihedra tertelan. Larva yang terinfeksi akan
mengalami gejala abnormal secara morfologis, fisiologis dan perilakunya. Secara
morfologis, hemolimfa larva yang semula jernih berubah menjadi keruh. Selain
itu, larva tampak berminyak dan warna tubuh menjadi pucat kemerahan, terutama
pada bagian dorsal.
Permukaan kulit larva mengalami perubahan warna dari pucat mengkilap
pada awal infeksi kemudian akan menghitam dan hancur. Apabila tersentuh,
tubuh ulat akan mengeluarkan cairan kental yang berisi partikel virus. Larva mati
7

dalam waktu 3 sampai 7 hari setelah polihedra tertelan. Sebelum mati, larva
masih dapat merusak tanaman, namun kerusakan yang diakibatkan ulat yang
sudah terinfeksi sangat rendah, karena terjadi penurunan kemampuan makan dari
ulat grayak sampai 84% (BB-Biogen 2009).

Bahan Pelindung Ultraviolet untuk SlNPV

Tanaman Lerak (Sapindus rarak)


Tanaman lerak atau Sapindus rarak merupakan tumbuhan famili
Sapindaceae dengan nama daerah lerak, rerak atau lerek. Tanaman ini berupa
pohon dan mampu tumbuh pada dataran tinggi maupun rendah. Bagian yang
digunakan dari lerak adalah buahnya dengan kandungan saponin dan minyak
lemak yang bersifat sebagai pembunuh serangga (Zuhud & Haryanto 1994).
Tanaman lerak termasuk tumbuhan berukuran besar dengan tinggi dapat
mencapai 42 m dan diameter batang sekitar 1 m. Daun berbentuk oval,
perbungaanya majemuk, malai terdapat di ujung batang dan berwarna putih
kekuningan. Buahnya berbentuk bundar seperti kelereng. Buah yang tua
berwarna cokelat kehitaman dengan permukaan buah yang licin dan mengkilap.
Bijinya bundar dan berwarna hitam, daging buahnya sedikit berlendir, dan
mengeluarkan aroma wangi.
Buah lerak terdiri dari 75% daging buah dan 25% biji. Bagian daging buah
banyak mengandung saponin yaitu sekitar 38% yang merupakan racun yang
cukup kuat (Heyne 1987). Selain racun, buah lerak juga mengandung sekitar 26%
sejenis minyak yang tidak mudah mengering yang terdiri dari gliserida, asam
palmitat dan asam sterat (Biecher 1960 dalam Sunaryadi 1999).
Saponin mudah larut dalam air dan tidak larut dalam eter, memiliki rasa
pahit menusuk dan menyebabkan bersin serta iritasi pada selaput lendir. Saponin
merupakan racun yang dapat menghancurkan butir darah atau hemolisis pada
darah. Saponin juga dapat bersifat racun pada hewan berdarah dingin dan banyak
digunakan sebagai racun ikan. Saponin yang bersifat keras atau racun biasa
disebut sebagai Sapotoksin (Teguh Hartono 2009).
8

Molase
Molase merupakan nira yang tidak mengkristal, mengandung senyawa-
senyawa seperti sukrosa, glukosa, fruktosa, karbohidrat lainnya, nitrogen, lemak,
fosfolopid, pigmen dan vitamin (Puturau 1982 dalam Holilah). Molase
merupakan hasil samping proses pembuatan gula. Total kandungan gula berkisar
48-56% dan pHnya sekitar 5,5-5,6. Terdapat 2 jenis molase yaitu molase hitam
dan molase pekat, kedua jenis molase tersebut merupakan hasil samping dari
insdustri gula tebu dan seringkali digunakan dalam proses fermentasi. Molase
hitam merupakan hasil samping kristalisasi gula tebu (cairan gula).
Molase merupakan sumber energi yang esensial dengan kandungan gula di
dalamnya. Oleh karena itu, molase telah banyak dimanfaatkan sebagai bahan
tambahan pakan ternak dengan kandungan nutrisi atau zat gizi yang cukup baik
(Pond dkk 1995 dalam Priyono 2009).
Molase memiliki kandungan protein kasar sebesar 3,1%, serat kasar sebesar
0,6%, senyawa organik yang terdiri dari bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN)
sebesar 83,5%, lemak kasar sebesar 0,9% dan abu sebesar 11,9%. Molase dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu: (1) Cane-molasses merupakan molase yang
memiliki kandungan 25 – 40% sukrosa dan 12 – 25% gula pereduksi dengan total
kadar gula 50 – 60% atau lebih. Kadar protein kasar sekitar 3% dan kadar abu
sekitar 8 – 10%, yang sebagian besar terbentuk dari K, Ca, Cl dan garam sulfat;
(2) Beet-molasses merupakan pakan pencahar yang normalnya diberikan pada
ternak dalam jumlah kecil (Cheeke 1999; McDonald dkk. 2001 dalam Priyono
2009).
9

BAHAN DAN METODE

Tempat dan waktu


Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Patologi Serangga Departemen
Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian
dilaksanakan dari Maret 2010 sampai Juli 2010.

Alat dan Bahan


Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah serangga uji S. litura,
SlNPV, buah lerak, molase, daun kedelai, air destilata dan kertas tisu. Alat-alat
yang digunakan adalah wadah pembiakan dan kurungan pemeliharaan S. litura,
cawan petri, blender, pinset, pipet, lemari pendingin, autoklaf, timbangan digital,
kuas dan wadah plastik.

Pemeliharaan Serangga Uji


Serangga S. litura yang digunakan dalam penelitian ini merupakan larva
yang berasal dari koloni yang dipelihara di laboratorium. Imago S. litura
dipelihara dalam kurungan kasa (40 cm × 40 cm x 40 cm). Imago diberi makanan
larutan madu 10% yang diserapkan pada segumpal kapas. Daun talas bebas
pestisida dimasukkan ke dalam tabung plastik yang diberi air dan diletakkan
dalam kurungan sebagai tempat peletakan telur. Setelah telur menetas, larva
dipindahkan ke dalam kotak plastik lain dan diberi pakan setiap harinya dan
dipelihara sampai instar IV. Larva kemudian dipindahkan ke tempat yang telah
diberi serbuk gergaji steril sebagai media berpupa. Pupa-pupa yang terbentuk
kemudian diletakkan dalam kurungan untuk menjadi imago. Larva yang
digunakan pada percobaan adalah instar III yang sehat dengan ciri-ciri larva aktif
bergerak, warna tubuh cerah dan tubuh larva tidak lembek.
Pakan S. Litura yang digunakan dalam pengujian adalah daun kedelai bebas
pestisida yang diperoleh dari tanaman kedelai yang ditanam dalam polybag.
Tanaman kedelai dipelihara dengan pemupukan yang cukup dan disiram setiap
hari untuk menjamin tersedianya daun kedelai segar sebagai pakan S. litura.
10

Bahan UV Protektan
Bahan UV protektan yang digunakan pada penelitian ini adalah buah lerak
(Sapindus rarak) dan molase. Buah lerak dihaluskan menggunakan blender
sampai halus kemudian disaring menggunakan saringan halus. Buah lerak
diekstrak menggunakan aquades. Molase juga diekstrak menggunakan aquades
dan kedua ekstrak tersebut digunakan pada konsentari 1%.

Uji Efektivitas Bahan Tambahan Buah Lerak dan Molase

Paparan Sinar Matahari


Intensitas matahari, suhu udara rata-rata dan kelembaban relatif selama
masa perlakuan adalah berturut-turut 64 K/cm2, 27,0˚C dan 83% (Stasiun
Klimatologi Darmaga Bogor 2010). Ekstrak buah lerak atau molase ditambahkan
pada suspensi NPV hingga volume akhir suspensi berisi 1% UV protektan dan 104
polyhedra/ml (pib/ml). Sebanyak 100 ml suspensi dituangkan ke dalam cawan
Petri yang telah disediakan. Cawan Petri tersebut diletakkan dalam keadaan
terbuka di bawah sinar matahari langsung dengan lama penyinaran yang berbeda-
beda yaitu 0, 1, 3, 6 dan 12 jam.
Daun kedelai segar berukuran 2 cm x 2 cm dicelupkan selama 5 detik ke
dalam suspensi NPV kemudian dikeringanginkan. Daun kedelai tersebut
kemudian dimasukkan ke dalam wadah plastik yang sudah berisi larva S. litura
instar III. Setelah pakan habis, diganti dengan daun-daun baru yang tidak diberi
perlakuan virus dan diberikan sesuai kapasitas makan, sehingga larva tidak
kekurangan pakan. Kematian larva dicatat setiap hari. Pengamatan dihentikan
setelah semua larva menjadi pupa atau mati. Persentase mortalitas larva dikoreksi
dengan menggunakan rumus Abbott ( 1925) sebagai berikut:
Pt = {(P0 – Pc)/(100 – Pc)} x 100%
Keterangan :
Pt = % Kematian terkoreksi
P0 = % Kematian kumulatif pada perlakuan
Pc = % Kematian kumulatif pada kontrol
11

Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah larva yang mati akibat


perlakuan. Persentase mortalitas larva dihitung dengan menggunakan rumus:
n
100%
N
Keterangan :
P = persentase mortalitas larva
n = jumlah larva yang mati
N = jumlah larva yang diuji

Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan dalam pengujian persistensi virus
dengan ekstrak buah lerak dan molase terhadap mortalitas dan waktu kematian S.
litura adalah rancangan acak lengkap faktorial dengan dua faktor sebanyak 3
ulangan dan setiap ulangan terdiri dari 15 larva. Faktor pertama adalah bahan UV
protektan dengan kombinasi:
HH = H2O+H2O
HL = H2O+ekstrak buah lerak
HM = H2O+ekstrak molase
NH = NPV+H2O
NL = NPV+ekstrak buah lerak
NM = NPV+ekstrak molase
Faktor yang ke dua yaitu waktu pemaparan dibawah sinar matahari
langsung yaitu:
T0 = 0 jam
T1 = 1 jam
T3 = 3 jam
T6 = 6 jam
T12 = 12 jam

Analisis Data
Data diolah menggunakan program Statistical Analisis System (SAS) for
Windows versi 6.12 dengan sidik ragam, apabila berbeda nyata dilanjutkan
dengan uji selang berganda Duncan pada taraf nyata α = 0,05.
12

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perilaku Serangga Uji Larva S. litura


Hasil pengamatan menunjukkan bahwa inokulasi SlNPV dengan konsentrasi
104 Polyhedra/ml pada pakan serangga uji berpengaruh terhadap perilaku makan
serangga uji tersebut. Aktivitas makan serangga uji berbeda-beda pada setiap
perlakuan, namun pada perlakuan tanpa menggunakan SlNPV, yaitu hanya
campuran ekstrak buah lerak atau molase, kondisi serangga uji larva S. litura
terlihat sehat. Ciri-ciri larva yang sehat pada perlakuan tersebut yaitu larva masih
aktif bergerak dan tetap memakan daun kedelai secara aktif dan cepat (Lampiran
2ab). Pada perlakuan menggunakan SlNPV dengan campuran ekstrak buah lerak
atau molase, serangga uji larva S. litura terlihat memakan daun kedelai lebih
sedikit dari pada perlakuan tanpa SlNPV.
Ciri-ciri larva yang sakit akibat perlakuan SlNPV dengan campuran ekstrak
buah lerak atau molase yaitu larva terlihat bergerak lebih lambat dan aktivitas
makannya pun berkurang. Kondisi ini terlihat setelah 24 jam perlakuan. Larva S.
litura yang mati akibat perlakuan SlNPV pada hari ke-sembilan setelah perlakuan
SlNPV menunjukan gejala yaitu larva berwarna putih kecoklatan,
pertumbuhannya terhambat, integumen larva lunak, rapuh dan mudah robek.
Apabila tubuh larva pecah maka akan mengeluarkan cairan kental berwarna coklat
susu (Lampiran 2c). Cairan tersebut merupakan cairan SlNPV yang mengandung
polyhedra SlNPV yang sangat banyak. Menurut Granados & Federici (1986)
gejala khas pada beberapa spesies serangga yang terinfeksi NPV berupa aktivitas
makan yang berkurang atau berhenti, bergerak lebih lambat dan tubuh lembek,
integumen berubah warna, serta hemolimfa menjadi keruh.

Persentase Kematian Serangga Uji Larva S. litura


Perlakuan SlNPV yang telah diberi bahan campuran ekstrak buah lerak atau
molase pada beberapa waktu penyinaran yang berbeda, menunjukan bahwa
tingkat mortalitas larva S. litura relatif tinggi pada hari ketiga setelah aplikasi
SlNPV. Kematian larva S. litura terjadi pada SlNPV yang mengandung campuran
13

ekstrak buah lerak, ekstrak molase dan tanpa bahan tambahan sedangkan pada
bahan campuran ekstrak buah lerak atau molase tanpa menggunakan SlNPV tidak
mengalami kematian.
Gambar 1 menunjukan bahwa kematian larva S. litura paling tinggi terjadi
pada campuran SlNPVyang mengandung ekstrak molase, kematian larva terjadi
setelah 9 hari pengamatan hingga mencapai 93,33%, kemudian diikuti oleh
campuran SlNPV yang mengandung ekstrak buah lerak mencapai 88,89% dan
kematian paling rendah terjadi pada campuran SlNPV tanpa bahan tambahan
ekstrak yaitu 68,89%. Hal ini menunjukan bahwa penambahan ekstrak molase
sangat efektif digunakan sebagai pelindung SlNPV dari sinar ultraviolet.
Kematian larva terjadi pada hari ketiga setelah inokulasi SlNPV pada daun
kedelai. Kematian tersebut semakin lama semakin meningkat, demikian pula
pada SlNPV yang mengandung bahan tambahan ekstrak buah lerak atau molase,
kematiannya sangat tinggi hingga mencapai lebih dari 85%. Hal ini pun sesuai
dengan hasil percobaan Karnia (1993) yang menyatakan bahwa penambahan
molase dapat mempertahankan keefektifan NPV dengan tingkat kematian
mencapai 95,75%. Kematian larva pada bahan tambahan ekstrak buah lerak atau
molase meningkat tinggi pada hari ke-6.

100
90 H2O+H2O
80 H2O+rerak
70
Mortalitas (%)

H2O+molase
60
NPV+H2O
50
NPV+rerak
40
30 NPV+molase
20
10
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Hari Setelah Aplikasi (HSA)

Gambar 1. Laju mortalitas S. litura pada berbagai bahan campuran ekstrak


sampai 9 hari setelah perlakuan
14

Interaksi Antara Bahan Campuran Ekstrak dan Waktu Pemaparan SlNPV


Interaksi antara bahan campuran ekstrak dan waktu pemaparan SlNPV diuji
dengan sidik ragam disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Sidik ragam perlakuan bahan campuran ekstrak (buah lerak dan
molase), waktu pemaparan dan interaksinya

Sumber Db JK K F-hitung Pr>F


Bahan campuran ekstrak 5 161138,93 32227,78 366,65** 0,0001
Waktu 4 451,46 112,85 1,28 0,2864
x
Bahan campuran ekstrak waktu 20 4496,32 224,85 2,56* 0,0027
Galat 60 5273,88 87,89
Total 89 171360,54
** berpengaruh sangat nyata Pr<0,0001
* berpengaruh nyata Pr<0,002
Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa perlakuan bahan campuran
ekstrak berpengaruh sangat nyata (Pr<0,01), sedangkan perlakuan waktu tidak
berpengaruh nyata. Interaksi kedua perlakuan tersebut berpengaruh nyata.
Terdapat interaksi antara bahan campuran dengan waktu pemaparan dalam
mempertahankan tingkat mortalitas larva S. litura. Perbedaan rata-rata pengaruh
bahan campuran ekstrak dengan waktu pemaparan diuji menggunakan pengujian
Duncan pada taraf 5% (Tabel 2).

Tabel 2. Rata-rata kematian larva S. litura setelah perlakuan SlNPV dan UV


protektan pada akhir pengamatan

Waktu Mortalitas rata-rata*(%)#


Pemaparan Campuran bahan ekstrak
(jam) H20+ H20 H20+lerak H20+molase NPV+H20 NPV+lerak NPV+molase
0 0,00g 0,00g 0,00g 88,89abc 84,44abcd 71,11de
1 0,00g 0,00g 0,00g 77,78bcd 95,55ab 95,56ab
3 0,00g 0,00g 0,00g 75,55cde 91,11abc 95,56ab
6 0,00g 0,00g 0,00g 48,88f 82,22abcd 100,00a
12 0,00g 0,00g 0,00g 60,00ef 91,11abc 95,56ab
* Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan
perbedaan yang nyata dengan uji Duncan pada taraf nyata 5%
# persen kematian terkoreksi (transformasi Abbott)
Tabel 2 menunjukkan bahwa tingkat kematian S. litura setelah aplikasi
SlNPV tanpa menggunakan bahan tambahan pada perlakuan 0 jam sangat berbeda
15

nyata dengan perlakuan pemaparan 1, 3, 6 dan 12 jam. Kematian larva S. litura


pada perlakuan pemaparan 12 jam menunjukan kematian paling rendah yaitu
sebesar 60,00% dan berbeda nyata dengan waktu pemaparan 0 dan 1 jam. Hal ini
membuktikan bahwa semakin lama waktu pemaparan tanpa bahan tambahan maka
tingkat kematiannya semakin menurun. Hal ini terjadi karena pemaparan SlNPV
tanpa bahan tambahan dapat menurunkan virulensi NPV akibat pengaruh sinar
ultra violet yang dapat menyebabkan kerusakan polyhedra yang menjadi
pelindung partikel virus. Menurut Sajap et al. (2007), SlNPV yang patogenik
pada larva S. litura mulai kehilangan keefektifannya setelah 12 jam pemaparan
pada sinar matahari langsung.
Perlakuan SlNPV dengan bahan tambahan ekstrak buah lerak pengaruhnya
tidak berbeda nyata pada setiap perlakuan pemaparan 0, 1, 3, 6 dan 12 jam.
Penambahan 1% ekstrak buah lerak pada SlNPV efektif dalam mempertahankan
mortalitas larva S. litura. Hal ini terlihat dari tingginya tingkat kematian larva
dibandingkan dengan perlakuan SlNPV tanpa UV protektan. Kemampuan buah
lerak sebagai UV protektan dapat disebabkan oleh kandungan saponin yang cukup
tinggi, Saponin mengandung glikosida yang merupakan salah satu senyawa
kelompok gula. Sajap et al. (2009) melaporkan bahwa sukrosa mampu
melindungi SlNPV.
Penambahan 1% ekstrak molase pada SlNPVdapat mempertahankan tingkat
mortalitas larva S. litura dan berbeda nyata dengan perlakuan SlNPV tanpa UV
protektan. Penambahan molase sebagai UV protektan tidak berbeda nyata dengan
penambahan ekstrak lerak dalam hal melindungi SlNPV dari pengaruh sinar
ultraviolet.
Dari Tabel 2 terlihat bahwa penambahan UV protektan memberikan
pengaruh nyata dalam melindungi SlNPV dari pengaruh sinar ultraviolet. Setelah
dipaparkan dibawah sinar matahari langsung hingga 12 jam, suspensi SlNPV
masih efektif dalam menginfeksi S. litura. Hasil percobaan ini menunjukan pula
bahwa keefektifan ekstrak buah lerak sebagai UV protektan tidak berbeda nyata
dengan molase. Namun, karena molase lebih mudah diperoleh dibandingkan
dengan buah lerak, sebagai UV protektan maka penambahan molase akan lebih
murah dan efisien serta tetap efektif. Perlakuan ekstrak buah lerak atau molase
16

tanpa virus NPV tidak berpengaruh pada larva serangga uji, artinya senyawa
toksik dari buah lerak tidak berpengaruh terhadap mortalitas S. litura.
17

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukan bahwa penambahan 1% ekstrak buah lerak dan
molase pada SlNPV efektif digunakan sebagai pelindung SlNPV dari sinar
matahari. Rata-rata mortalitas larva S. litura setelah pemaparan selama 6 jam
adalah 82.22% dan 100% berturut-turut pada kedua ekstrak lerak dan molase.
Hasil yang konsisten diperoleh juga pada pemaparan 12 jam. Penambahan
ekstrak lerak atau molase memberikan pengaruh nyata sebagai pelindung UV bagi
SlNPV dan berbeda nyata dengan kontrol.

Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang konsentrasi yang lebih efisien
pada kedua ekstrak tersebut, serta untuk bentuk ekstrak buah lerak dan molase
yang digunakan sebagai UV protektan dalam aplikasi di lapangan.
18

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad M, Sayyed AH, Saleem MA, Ahmad M. 2008. Evidence for field
evolved resistance to newer insecticides in Spodoptera litura (Lepidoptera:
Noctuidae) from Pakistan. CropProtection. 27: 1367– 1372 [jurnal on-
line]. http://www. sciencedirect. com/science. [20 Februari 2010].
Balai Besar-Biogen. 2009. Bioinsektisida SlNPV: Mengendalikan Hama Larva
Grayak pada Kedelai. http://biogen. litbang. deptan. go.
id/produk/SlNPV. php [14 Februari 2010].
Ballard J, Ellis DJ and Payne CC. 2000. Role of formlarvaion additives in
increasing the potency of Cydia pomonella granulovirus for codling moth
larvae, in laboratory and field experiments [abstrak]. Biocontrol Science
and Technology. 10:627-640. http://www. indofarmaword. com/smpp/
content~db=all?content=10.1080/095831500750016424.[04Januari 2010].
Departemen Pertanian. 2010. Ulat grayak. Departemen Pertanian, Jakarta.
http://Ditlin. Hortikultura. Deptan. Go. Id. [28 Mei 2010].
Grandos RR, Federici BA. 1986. The Biologi of Baculovirus. Volume 1,
Biological Properties and Molecular Biology. Florida: CRC Pres.
Hartono, T. 2009. Saponin. http://farmasi. dikti. net/saponin/. [28 Mei 2010].
Heyne, K. 2007. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid III. Badan Litbang
Kehutanan, Terjemahan. Jakarta.
Holilah. 2005. Pengaruh Penambahan Molase Terhadap Keefektifan Ekstrak
Kompos untuk Pengendalian Colletotrichum capsici (Syd. )Butler &
Bisby Penyebab Penyakit Antraknosa pada Cabai [skripsi]. Bogor.
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Ignoffo CM, Garcia C. 1994. Antioxidant and enzyme effects on the inactivation
of inclusion bodies of the Heliothis baculovirus by simulated sunlight-UV.
Environ Entomol. 23: 1025-1029.
Karnia, Lilis Sinta. 1993. Pengaruh Berbagai Bahan Tambahan Terhadap
Stabilitas Nuclear Polyhedro Virus (NPV) Spodoptera litura pada Kedelai
[skipsi]. Bogor. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
[LIPI] Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 1980. Tumbuhan Obat. Lembaga
Biologi Nasional-LIPI. Jakarta: Balai Pustaka.
Mandal SMA, Mishra BK, Mishra PR. 2003. Efficacy and economics of some
biopesticides in managing Helicoverpa armigera (Hubner) on chickpea.
Annals of Plant Protection Sciences 11(2):201 203.
Marwoto dan Suharsono. 2008. Strategi Dan Komponen Teknologi Pengendalian
Larva Grayak (Spodoptera litura fabricius) pada tanaman kedelai. Balai
penelitian tanaman kacang-kacangan dan umbi-umbian. Jurnal Litbang
Pertanian.27(4). http://www. pustaka-deptan. go. id/publikasi/p3274083.
pdf. [23 Mei 2010].
19

McGuire MR, Tamez-Guerra P, Behle RW, Streett DA. 2001. Comparative field
stability of selected entomopathogenic virus formulation. J Econ Entomol.
94: 1037-1044.
Nio, Oey Kam. 1989. Zat-zat Toksik yang Secara Alamiah Ada pada Bahan
Makanan Nabati. Departemen Kesehatan, Jakarta.
Priyono. 2009. Molases [tesis]. Semarang. Fakultas Peternakan, Universitas
Ponogoro.
Ramakrishnan N, Chaudhari S. 1991. Effectiveness of some ultraviolet light
protectants on the activity of nuclear polyhedrosis of Spodoptera litura
(Fabricius). J Entomol. 53: 548-551.
Sajap AS, Bakir MA, Kadir HA and Samad NA. 2007. Effect of pH rearing
temperature and sunlight on infectivity of Malaysian isolate of NPV to
larvae of Spodoptera litura (Lepidoptera: Noctuidae) [Abstrak]. J
Tropical Insect Science 27:108-113. http://journals. cambridge. org/
action/displayAbstract?fromPage=online&aid=1359064.[20Februari2010].
Sajap AS, Bakir MA, Kadir HA and Samad NA. 2009. Efficacy of selected
adjuvants for protecting Spodoptera litura NPV from sunlight inactivation.
jurnal of Asian-Pacific Entomology. 12: 85-88. http://www.
sciencedirect. com/science. [13 Maret 2010].
Samsudin. 2008. Virus psatogen serangga: bio-insektisida ramah lingkungan.
http://www. pertaniansehat. or. id/ [01 Mei 2008].
Shapiro M. 1992. Use of optical brighteners as radiation protectants for gypsy
moth (Lepidoptera: Limantriidae) nuclear polyhedrisis virus. J Econ
Entomol. 85: 1682-1686.
Smirnoff WA. 1972. Effect of sunlight on the nuclear polyhedrosis virus of
Neodiprion swainei with measurement of the solar energy received. J
Invertebr Pathol. 19:179–188 [jurnal on-line]. http://www. sciencedirect.
com/science [23 Februari 2010].
Sunaryadi. 1999. Ekstraksi dan isolasi saponim buah lerak (Sapindus rarak) serta
pengujian daya defaunasinya [tesis]. Bogor. Institut Pertanian Bogor.
Tanada Y, Kaya HK. 1993. Insect pathology [Abstrak]. J Tropical Insect
Science 27:108-113. http://journals. cambridge. org/action/display
Abstract?from Page=online&aid=1359064. [20 Februari 2010].
Zuhud dan Haryanto. 1994. Pelestarian Pemanfaatan Keanekaragaman
Tumbuhan Obat Hutan Tropika Indonesia. Bogor:Jurusan Konservasi
Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor dan
Lembaga Alam Tropika Indonesia (LATIN).
20

LAMPIRAN

Lampiran1. Tabel persentase rata-rata mortalitas harian larva S. litura

% Mortalitas larva
Bahan
campuran Lama waktu setelah perlakuan (hari)
ekstrak
1 2 3 4 5 6 7 8 9
H2O+ H2O 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
H2O +lerak 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
H2O +molase 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
NPV+ H2O 0,44 0,89 7,11 9,78 14,67 36,00 60,44 65,78 68,89
NPV+lerak 0,00 0,00 5,78 7,56 21,78 39,56 66,22 80,89 88,89
NPV+molase 0,00 0,89 7,11 7,56 20,89 53,33 78,67 84,89 93,33

Lampiran 2. Foto-foto hasil penelitian

(a) (b)

(c)

Keterangan gambar:
a) Gejala serangan larva S. litura,
b) Larva S. litura sehat
c) Larva S. litura terinfeksi NPV

Anda mungkin juga menyukai