Anda di halaman 1dari 64

PENGARUH KONSENTRASI EKSTRAK DAUN

BANDOTAN (Ageratum conyzaides L.) TERHADAP


MORTALITAS DAN DAYA HAMBAT MAKAN
LARVA Spodoptera frugiperda (Lepidoptera : Noctuidae)

SKRIPSI

RAHMATIA LAWALA

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


PSDKU UNIVERSITAS TADULAKO
KABUPATEN TOJO UNA-UNA
2023

1
PENGARUH KONSENTRASI EKSTRAK DAUN
BANDOTAN (Ageratum conyzaides L.) TERHADAP
MORTALITAS DAN DAYA HAMBAT MAKAN
LARVA Spodoptera frugiperda (Lepidoptera : Noctuidae)

SKRIPSI

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
pada Program Studi Di Luar Kampus Utama Universitas Tadulako

RAHMATIA LAWALA
E28118427

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


PSDKU UNIVERSITAS TADULAKO
KABUPATEN TOJO UNA-UNA
2023

i
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Daun Bandotan (Ageratum


conyzaides L.) Terhadap Mortalitas dan Daya Hambat
Makan Larva Spodoptera frugiperda (Lepidoptera :
Noctuidae)

Nama : Rahmatia Lawala


Stambuk : E 281 18 427
Program Studi : Agroteknologi
Jurusan : Proteksi Tanaman
Fakultas : Pertanian
Universitas : Tadulako
Tanggal Yudisium : 20 Desember 2023

Palu, Desember 2023


Menyetujui,
Pembimbung Utama Pembimbing Anggota

Prof Dr. Ir. Flora Pasaru, M.Si Muhammad Amiruddin S.Si., M.Si
NIP. 19580412 198601 2001 NIDN. 0012068804

Disahkan Oleh,
a.n Dekan Fakultas Pertanian Universitas Tadulako
Wakil Dekan Bidang Akademik

Dr. Ir. Moh. Hibban Toana, M.Si


NIP. 19630810 198903 1 007

ii
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :


1. Karya ilmiah (skripsi) ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik (sarjana, magister, dan/atau doktor), baik di
Universitas Tadulako maupun di perguruan tinggi lain.

2. Karya ilmiah ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya
sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan tim pembimbing.

3. Dalam karya ilmiah ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis
atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas
dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama
pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

4. Pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari


terdapat penyimpangan dan ketidak benaran dalam pernyataan ini, maka
saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang
telah diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma
yang berlaku diperguruan tinggi ini.

Palu, 20 Desember 2023

Yang membuat pernyataan,

Materai
10000

Rahmatia Lawala
NIM. E 281 18 427

iii
RINGKASAN

Rahmatia Lawala (E 281 18 427), Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Daun Bandotan


(Ageratum conyzaides L.) Terhadap Mortalitas dan Daya Hambat Makan Larva
Spodoptera frugiperda (Lepidoptera : Noctuidae) (dibimbing oleh Prof Dr.Ir.
Flora Pasaru, M.Si , dan Muhammad Amiruddin, S.Si, M.Si, 2023).
Ulat grayak S.frugiperda, merupakan hama yang mampu menyerang titik
tumbuh tanaman dan dapat mengakibatkan kegagalan pembentukan pucuk/daun
muda jagung.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam pengendalian hama ini yaitu
dengan pemanfaatan bahan alami sebagai bioinsektisida nabati yang ramah
lingkungan dan mudah didapatkan, dengan menggunakan ekstrak daun bandotan
(Ageratum conyzaides L).
Ageratum conyzaides L memiliki kandungan senyawa metabolit yang
bersifat sebagai insektisida seperti alkaloid, flavonoid, saponin, polifenol, dan
minyak atsiri (Kardinan, 2001). Senyawa-senyawa ini mampu menghambat daya
makan larva dan merupakan senyawa pahit dan beracun dapat menyebabkan rasa
pusing dan tidak mau makan daun di- sebabkan rasanya yang pahit dan akhirnya
mati (Sanyoto, 2003).
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh konsentrasi ekstrak daun
bandotan terhadap mortalitas larva dan daya hambat makan larva S. frugiperda.
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium HPT Fakultas Pertanian, Universitas
Tadulako pada bulan Januari sampai Maret 2023. Penelitian ini menggunakan
rancangan acak lengkap (RAL) dengan empat perlakuan konsentrasi yaitu 0%,
20%, 40% dan 60% dengan tiga kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan
kosentrasi ekstrak terdapat perbedaan mortalitas dan daya hambat makan pada
setiap konsentrasi perlakuan dan tertinggi pada tingkat mortalitas dan daya
hambat makan yaitu pada konsentrasi 60% ( 480 gram daun bandotan /800 ml
aquades) dengan tingkat mortalitas 90% dan daya hambat makan dengan rata-rata
presentase mencapai 16,75% dan terendah pada konsentrasi 0% atau kontrol.

Kata kunci : Ageratum conyzaides L., S.frugiperda,konsentrasi,mortalitas

iv
KATA PENGANTAR

Assalamu‘alaikum Wr. Wb.


Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat dan kasih karunia-Nya yang memberikan kesehatan dan
kesempatan pada peneliti sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
Skripsi berjudul “Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Daun Bandotan
(Ageratum conyzaides L.) Terhadap Mortalitas dan Daya Hambat Makan
Larva Spodoptera frugiperda (Lepidoptera : Noctuidae)” disusun untuk
memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Diluar Kampus Utama
Universitas Tadulako Kabupaten Tojo Una-Una. Dalam menyelesaikan skripsi ini
banyak kendala yang dihadapi peneliti dan dapat diselesaikan berkat bimbingan
dan dorongan dari berbagai pihak yang akhirnya penulisan ini dapat diselesaikan
sebagaimana adanya.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi
ini, terutama kepada yang terhormat :
1. Kedua orangtua tercinta Ayahanda Yusuf Lawala, (Almh) Ibunda Awalia
Olesi, Saudara tercinta, kaka mani, kaka lala, kaka novi, kaka awin, tante hani
serta seluruh keluarga besar penulis. Terimakasih atas kasih sayang, doa,
restu dan dukungan serta materi yang luar biasa yang selalu mengiringi
langkah kaki penulis.
2. Bapak Prof. Dr. Amar, ST., MT. selaku Rektor Universitas Tadulako.
3. Bapak Dr. Ir. Muhardi, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Tadulako.
4. Ibu Dr. Nur Khasanah, S.P., M.P. selaku Ketua Program Studi Agroteknologi
PSDKU Universitas Tadulako.

v
5. Bapak Muhammad Amiruddin S.Si., M.Si selaku dosen pembimbing kedua
yang senantiasa memberikan arahan, masukan, nasehat dan motivasi selama
menulis menjalani studi S1 hingga selesai.
6. Ibu Prof Dr.Ir. Flora Pasaru, M.Si sebagai dosen pembimbing utama yang
senantiasa memberikan arahan, masukan, nasehat dan motivasi selama
penyelesaian skripsi.
7. Bapak Jusriadi, SP., MP. selaku dosen penguji, terimakasih atas kritik dan
saran yang sangat membantu dalam penyelesaian skripsi.
8. Ibu Nuranisa SP., M.Si selaku dosen yang senantiasi memberikan arahan,
masukkan, nasehat dan memotivasi selama penulis menjalani studi S1 hingga
selesai.
9. Seluruh Dosen, karyawan dan civitas akademika Program Studi
Agroteknologi PSDKU Universitas Tadulako yang telah membantu penulis
dalam mengikuti aktivitas perkuliahan.
10. Kak Bayu Ardiansyah yang telah membantu dan menemani serta memberikan
semangat, dukungan dan doa kepada penulis selama perkuliahan hingga
penyelesaian tugas akhir.
11. Teman-teman seperjuangan Agroteknologi angkatan 2018 yang telah
memberikan semangat, doa dan dukungan selama perkuliahan hingga
penyelesaian tugas akhir.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini jauh dari kata
sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Aamiin.

Palu, 20 Desember 2023

Penulis

vi
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL .............................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... ii
PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................... iii
RINGKASAN ............................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ............................................................................... v
DAFTAR ISI ............................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xi

BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Tujuan Penelitian ......................................................................... 3
1.3 Manfaat Penelitian ....................................................................... 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 4


2.1 Penelitian Terdahulu ................................................................... 4
2.2 Landasan Teori ........................................................................... 5
2.2.1 Tanaman Bandotan ............................................................ 5
2.2.2 Ulat Grayak S.frugiperda .................................................. 9
2.2.3 Insektisida Nabati .............................................................. 11
2.3 Hipotesis ..................................................................................... 12

BAB III. METODE PENELITIAN ......................................................... 13


3.1 Waktu dan Tempat...................................................................... 13
3.2 Bahan dan Alat ........................................................................... 13
3.3 Desain Penelitian ........................................................................ 13
3.4 Prosedur Penelitian ..................................................................... 13
3.5 Variabel Pengamatan .................................................................. 15

vii
3.6 Analisis Data............................................................................... 16

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………..... 17


4.1 Hasil ............................................................................................ 17
4.1.1 Mortalitas Larva ................................................................ 17
4.1.2 Daya Hambat Makan Larva ............................................... 18
4.2 Pembahasan ................................................................................ 20
4.2.1 Mortalitas Larva ................................................................ 20
4.2.2 Daya Hambat Makan Larva ............................................... 25

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 27


5.1 Kesimpulan ................................................................................. 27
5.2 Saran ........................................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 28


LAMPIRAN .............................................................................................. 33
DOKUMENTASI ..................................................................................... 48
RIWAYAT HIDUP ................................................................................... 52

viii
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Rata-rata Mortalitas Larva S.frugiperda 6-13 HSA(%) ............................ 17


2. Rata-rata Daya Hambat Makan Larva S.frugiperda pada pengamatan
1kali/24Jam Setelah Aplikasi .................................................................... 18

ix
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Tumbuhan Bandotan ................................................................................. 5


2. Larva Spodptera frugiperda ...................................................................... 10
3. Kerusakan akibat S.frugiperda.................................................................. 11
5. Larva S.frugiperda yang mengalami kematian ......................................... 18
4. Grafik rata-rata presentasi penghambatan makan ..................................... 19
6. Larva yang bergerak lambat dan tidak menghabiskan pakannya........ 19

x
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Bagan Alur Penelitian ............................................................................. 33


2. Bagan Alur Pembuatan Ekstrak Daun Bandotan .................................... 34
3. Data Presentasi Mortalitas 1-13 HSA Ekstrak Baun Bandotan .............. 35
4. Data Mortalitas Transformasi Arsin 1-13 HSA Ekstrak Daun Bandotan 36
5. Data Mortalitas (%) Larva S.frugiperda 6-13 HSA ............................... 37
6a. Mortalitas(%) Larva S.frugiperda 6 HSA .............................................. 39
6b. Analisis Sidik Ragam dan Uji BNT Mortalitas Larva 6 HSA ................ 39
7a. Mortalitas(%) Larva S.frugiperda 7 HSA .............................................. 40
7b. Analisis Sidik Ragam dan Uji BNT Mortalitas Larva 7 HSA ................ 40
8a. Mortalitas(%) Larva S.frugiperda 8 HSA .............................................. 41
8b. Analisis Sidik Ragam dan Uji BNT Mortalitas Larva 8 HSA ................ 41
9a. Mortalitas(%) Larva S.frugiperda 9 HSA .............................................. 42
9b. Analisis Sidik Ragam dan Uji BNT Mortalitas Larva 9 HSA ................ 42
10a. Mortalitas(%) Larva Spodoptera frugiperda 10 HSA ........................... 43
10b. Analisis Sidik Ragam dan Uji BNT Mortalitas Larva 10 HSA .............. 43
11a. Mortalitas(%) Larva Spodoptera frugiperda 11 HSA ........................... 44
11b. Analisis Sidik Ragam dan Uji BNT Mortalitas Larva 11 HSA .............. 44
12a. Mortalitas(%) Larva Spodoptera frugiperda 12 HSA ........................... 45
12b. Analisis Sidik Ragam dan Uji BNT Mortalitas Larva 12 HSA ............. 45
13a. Mortalitas(%) Larva Spodoptera frugiperda 13 HSA ........................... 46
13b. Analisis Sidik Ragam dan Uji BNT Mortalitas Larva 13 HSA .............. 46
14. Data Daya hambat makan Larva……………………………………….. 47

xi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman semusim yang banyak ditanam
di Indonesia dan merupakan komoditas pangan penting setelah padi. Jagung
merupakan komoditas pangan yang dapat digunakan sebagai pakan ternak, di
samping digunakan sebagai pakan ternak, jagung juga merupakan bahan baku
utama untuk berbagai produk industri, seperti etanol, sirup jagung, minyak
jagung, dan bahan bakar bio (Maharani et.al., 2019). Selain itu, jagung juga
merupakan salah satu tanaman pangan yang tahan terhadap cuaca ekstrem dan
cocok ditanam di berbagai jenis tanah, sehingga dapat tumbuh di berbagai daerah
dengan kondisi agroklimat yang berbeda.
Meningkatnya produksi jagung juga dapat mempengaruhi kualitas
lingkungan dan keberlanjutan produksi pertanian di masa depan. Oleh karena itu,
perlu dilakukan manajemen pertanian yang baik dan berkelanjutan untuk menjaga
keseimbangan antara produksi pertanian dan pelestarian lingkungan.
Kebutuhan jagung untuk pangan dan pakan baik kualitas maupun kuantitas
belum terpenuhi sehingga masih impor dari negara lain. Rendahnya hasil jagung
disebabkan oleh banyak faktor diantaranya faktor fisik (iklim, jenis tanah dan
lahan) dan faktor biologis (varietas, hama, penyakit dan gulma), serta faktor sosial
ekonomi.
Berbagai kendala telah diidentifikasi dalam meningkatkan hasil jagung,
salah satunya adalah serangan hama. Beberapa hama tersebut adalah lalat jenis
Atherigona sp., ulat tanah Agrothis sp., lundi/urethra Phylophaga hellen,
penggerek jagung Ostrinia furnacalis, ulat grayak S.frugiperda, wereng jagung
Peregrinus maydis dan penggerek tongkol Jagung Helicoverpa armigera (Balai
Penelitian Tanaman Serealia, 2018)
Salah satu hama yang mampu menurunkan tingkat hilangnya hasil panen
tanaman jagung yaitu hama ulat grayak S.frugiperda. Ulat S.frugiperda
merupakan serangga yang bersifat invasif yang telah menjadi salah satu hama

1
pada tanaman jagung (Zea mays) di Indonesia. S.frugiperda berasal dari Amerika
dan menyebar di banyak negara di dunia. Tahun 2019 ditemukan pada tanaman
jagung di pulau Sumatera (Subiono, 2019).
Semenjak pertama kali S.frugiperda dilaporkan menyerang ladang jagung
di bagian utara Pulau Sumatera, hama ini sekarang telah menyebar di beberapa
daerah ladang jagung lainnya seperti Lampung serta di Jawa bagian barat dan
Sulawesi (Trisyono et.al., 2019). Serangga hama ini telah dilaporkan
menyebabkan kehilangan hasil yang signifikan pada jagung di seluruh dunia,
misalnya, Brasil (34% kehilangan hasil), Zimbabwe (11,57% kehilangan hasil)
(Baudron et al., 2019), kenya (lebih dari 30% kehilangan hasil) (Groote et al.,
2020) dan India (33% kehilangan hasil) (Balla et.al., 2019). Yang dimana hama
ini menyerang titik tumbuh tanaman yang dapat mengakibatkan kegagalan
pembetukan pucuk/daun muda tanaman. Larva S.frugiperda memiliki kemampuan
makan yang tinggi. Larva akan masuk ke dalam bagian tanaman dan aktif makan
disana, sehingga bila populasi masih sedikit akan sulit dideteksi. Imagonya
merupakan penerbang yang kuat dan memiliki daya jelajah yang tinggi (CABI
2019).
Maka perlu dilakukannya pengendalian, umumnya, petani masih
menggunakan pestisida berbahan kimia yang sangat berbahaya. Residu yang
dihasilkan oleh bahan kimia (pestisida) tersebut sangat susah terurai dan
membutuhkan waktu yang lama untuk dihilangkan.Salah satu upaya yang dapat
dilakukan dalam pengendalian hama ini yaitu dengan pemanfaatan bahan alam
sebagai pengendalian hayati yang mudah di dapatkan dan juga murah tentunya.
Menurut (Tarigan, et al., 2012), penggunaan pestisida nabati atau senyawa
bioaktif alamiah yang berasal dari tumbuhan merupakan salah satu komponen
pengendalian hama dan penyakit terpadu ramah lingkungan. Selain menghasilkan
senyawa primer, dalam proses metabolismenya tumbuhan juga menghasilkan
senyawa lain. Senyawa sekunder ini merupakan pertahanan tumbuhan terhadap
serangan hama. Tumbuhan adalah sumber bahan kimia potensial yang dapat
digunakan sebagai pestisida yang ramah lingkungan dan lebih aman secara
kesehatan (Wiratno & Trisawa, 2012). Di Indonesia bahan pestisida nabati

2
sebanyak 37.000 spesies flora yang telah teridentifikasi dan baru 1% yang telah
dimanfaatkan (Julaily, et al., 2013).
Salah satu tanaman yang dapat dijadikan sebagai insektisida nabati yaitu
bandotan (Ageratum conyzoides L.) Bandotan merupakan gulma pengganggu, di
Indonesia bandotan merupakan gulma yang hidup liar dan banyak ditemukan
diberbagai daerah. Gulma ini dapat ditemukan di sawah, kebun, pekarangan
rumah,dan pinggiran jalan. Meskipun sebagian orang menganggap gulma
bandotan sebagai penggangu, ternyata bandotan mempunyai manfaat yang dapat
digunakan sebagai insektisida nabati yang ramah lingkungan. Kandungan kimia
yang ada dalam tanaman bandotan sangat memungkinkan untuk dijadikan
pestisida nabati yang ramah lingkungan (Grainge dan Ahmed dalamAstriani,
2010). Meskipun dianggap sebagai tumbuhan pengganggu, ternyata babadotan
mempunyai manfaat digunakan sebagai insektisida nabati yang ramah
lingkungan. Kandungan bahan aktif dalam Ageratum conyzoides.L terutama pada
bagian daun adalah alkaloid, saponin, flavonoid. Bagian daun mempunyai sifat
bioaktifitas sebagai pestisida, antinematoda, antibakterial dan dapat digunakan
sebagai penghambat perkembangan organisme Pengganggu.
Berdasarkan uraian diatas maka dilakukan penelitian mengenai pengaruh
konsentrasi ekstrak daun bandotan terhadap mortalitas larva S.frugiperda.

1.2 Tujuan Penelitian


Tujuan dilakukanya penelitian ini yaitu Mengetahui kosentrasi ekstrak
daun bandotan yang paling berpengaruh terhadap mortalitas dan daya hambat
makan larva S.frugiperda .
1.3 Manfaat Penelitian
Manfaat dilakukannya penelitian yaitu:
1. Sebagai salah-satu pencegahan penggunaan pestisida kimia dalam jangka
panjang yang berdampak negatif terhadap lingkungan.
2. Sebagai pengetahuan kepada masyarakat dan petani tentang pemanfaatan
daun bandotan yang dapat dijadikan insektisida nabati dalam pengendalian
hama.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu


Penelitian yang dilakukan (Sonja Lumowa, 2011), efektivitas ekstrak
babadotan (Ageratum conyzoides L.) terhadap tingkat kematian larva instar IV
Spodoptera litura F. menunjukkan bahwa pada uji pendahuluan dengan perlakuan
konsentrasi 10% menghasilkan tingkat kematian larva uji sebesar 60%, sedangkan
pada uji lanjutan dengan perlakuan konsentrasi 20% menghasilkan tingkat
kematian larva uji sebesar 100% dengan lama kematian larva uji 26-60 menit.
Hasil penelitian (Helda Syahfari et al., 2021) menunjukkan bahwa
perlakuan terhadap ekstrak bandotan berpengaruh nyata sampai sangat nyata pada
frekuensi serangan 21 dan 35 hari setelah tanam, ekstrak Bandotan bertindak
sebagai insektisida botani terha dap ulat Pluttella xylostella L. Semakin tinggi
konsentrasi ekstrak bandotan yang diberikan, semakin rendah frekuensi dan
intensitas serangan hama Pluttela xylostella L. pada tanaman lobak; dan
konsentrasi ekstrak bandotan yang dapat menekan Pluttella xylostella L. adalah
pada konsentrasi 40 ml/L.
Menurut (Sultan et al., 2016) Hasil penelitian menunjukkan penggunaan
ekstrak Agregatum Conyzaides L. memiliki kemampuan mengendalikan hama
Aulocaphora sp pada konsentrasi (9%) yang dapat menghambat kemampuan
makan dan menyebabkan silent reaction pada hama Aulocaphora sp.
Penelitian tentang daun bandotan juga pernah dilakukan (Baiq Erni
Suharni, 2016) mengemukakan bahwa ekstrak daun bandotan (Ageratum
conyzoides L.) berpengaruh sebagai bioinsektisida pengendali hama kutu beras
(Sitophilus oryzae) dengan variasi konsentrasi dan konsentrasi yang paling
berpengaruh yakni 40% dengan rata-rata kematian 90%.

4
2.2. Landasan Teori
2.2.1 Tanaman Bandotan
Bandotan adalah herbal tahunan yang tumbuh sekitar 60 cm tinggi dan
menghasilkan bunga-bunga pink kecil di bagian atas batang berbulu nya. Di
beberapa negara itu dianggap sebagai gulma yang sulit untuk mengontrol.
Bandotan berkisar dari tenggara Amerika Utara ke Amerika Tengah, tetapi pusat
asal di Amerika Tengah dan Karibia. Ageratum juga ditemukan di beberapa
negara di daerah tropis dan subtropis, termasuk Brasil. Tanaman Bandotan
merupakan jenis tanaman pengganggu, yang dibanyak ditemukan di pinggir jalan,
hutan, dan ladang terbuka.

Gambar 1. Tumbuhan Bandotan


Sumber: Santos et al.2016
A. Klasifikasi Tanaman Bandotan
Klasifikasi tanaman Bandotan adalah sebagai berikut: Kingdom: Plantae,
Divisi: Magnoliophyta, Sub divisi: Spermatophyta, Kelas: Magnoliopsida, Sub
kelas: Asteridae, Ordo : Asterales, Family: Astereceae, Genus: Ageratum, Spesies:
Ageratum Conyzaides L. Natural Resources Conservative Service (Kartesz, 2012)

B. Morfologi Tanaman Bandotan

Bandotan merupakan salah satu tumbuhan herba setahun yang tingginya


dapat mencapai 30-90 cm dan tumbuhan tegak atau batang bawah berbaring.
a) Batang (caulis)
Batang bandotan tumbuh tegak. Buku-bukunya dan bagian batang yang
lebih muda ditumbuhi rambut halus. Tingginya berkisar dari 25cm -50cm,

5
membentuk cabang. Pada ketiak daun tumbuh tunas yang membentuk
cabang.
b) Daun (folium)
Daun bandotana berbentuk bulat telur. Bagian pangkal helai daun
berbentuk bundar ataaaaau sedikit meruncing. Ujung helai daun berbentuk
runcing atau agak tua insektisida nabati, daun Bandotan berkhasiat sebagai
obat luka baru, wasir, sakit dada, mata dan perut, sementara akarnya sering
digunakan sebagai obat demam.
c) Bunga (flos)
Bunga bandotan merupakan kelompok kepalabunga. Dalam satu kelopak
terdiri dari tiga atau empat kepala-bunga. Masing-masing kepala bunga
tumbuh pada tangkai sendiri. Terdiri dari 60-75 bunga yang tersusun
(terbungkus) dalam daun pembalut (involocral-bract). Mahkota lima
berwarna putih panjangnya 5-6 mm.
d) Buah (fructus)
Buah bandotan berukuran kecil, hampir tidak menyerupai buah karena
bagian dinding buah bersatu dengan biji, berwarna putih kehitam-hitaman.

C. Kandungan Daun Bandotan


Berdasarkan penelitian oleh beberapa pakar kesehatan, tanaman ini
nyatanya mempunyai manfaat untuk kesehatan kita lantaran memiliki kandungan
zat-zat utama. bandotan juga memiliki kemampuan sebagai insektisida nabati
(racun serangga), karena dalam babadotan terkandung senyawa penting atau
senyawa metabolit yang bersifat sebagai insektisida seperti alkaloid, flavonoid,
kumarin, saponin, polifenol, dan minyak atsiri (Kardinan, 2001).
Menurut Dinata (2007) flafonoid dapat di- manfaatkan sebagai bahan aktif
dalam pembuatan insektisida nabati. Sedangkan alkaloid menurut Suryani (1991)
dalam Sanyoto (2003), merupakan senyawa pahit dan beracun dapat
menyebabkan rasa pusing dan tidak mau makan daun di- sebabkan rasanya yang
pahit dan akhirnya mati. Lebih lanjut Samsudin (2008) menyatakan bahwa
kandungan aktif tanaman bandotan adalah saponin, flavanoid dan polifenol

6
mampu mencegah hama mendekati tanaman (penolak) dan mampu menghambat
pertumbuhan larva menjadi pupa.
a) Flavonoid
Flavonoid merupakan kelompok senyawa fenolik terbesar di alam,
banyaknya senyawa flavonoid ini karena banyaknya jenis tingkat hidroksilasi,
alkoksilasi dan glikosilasi pada strukturnya. Lebih dari 2000 flavonoid yang
berasal dari tumbuh-tumbuhan yang telah diidentifikasi, diantaranya senyawa
antosianin, flavonol, dan flavon. Antosianin adalah pigmen berwarna yang
umumnya terdapat di bunga berwarna merah, ungu, dan biru. Pigmen ini juga
terdapat di berbagai bagian tumbuhan lain, misalnya buah tertentu, batang, daun
dan bahkan akar. Flavonoid sebagian besar terhimpun dalam vakuola sel
tumbuhan walaupun tempat sintesisnya ada di luar vakuola (Julianto, 2019).
Menurut (Wijaya et. al., 2018) flavonoid merupakan senyawa kimia yang
memiliki sifat insektisida. Senyawa flavonoid yang terkandung berperan sebagai
inhibitor pernapasan serangga sehingga menghambat sistem pernapasan serangga
dan mengakibatkan serangga mati. Flavonoid juga dapat menghambat daya makan
serangga (antifeedant). Bila senyawa ini masuk dalam tubuh serangga, maka alat
pencernaannya akan terganggu. Senyawa ini juga bekerja dengan menghambat
reseptor perasa pada daerah mulut serangga. Hal ini mengakibatkan serangga
gagal mendapatkan stimulus rasa sehingga tidak mampu mengenali makanannya,
akibatnya serangga mati kelaparan. Menurut (Permatasari dan Asri, 2021)
menyatakan flavonoid juga bersifat sebagai penolak makan bagi serangga.
Senyawa ini masuk ke saluran pencernaan melalui makanan dan mengganggu
sistem pencernaan larva sehingga menyebabkan kematian, senyawa tersebut juga
mengakibatkan kelemahan saraf perasa pada mulut serangga sehingga larva akan
kehilangan selera makan karena tidak dapat mengetahui makanannya.
b) Alkaloid
Alkaloid adalah kelompok metabolit sekunder terpenting yang ditemukan
pada tumbuhan. Alkaloid khas yang berasal dari sumber tumbuhan, senyawa ini
bersifat basa, mengandung satu atau lebih atom nitrogen (biasanya dalam cincin

7
heterosiklik) dan mereka biasanya memiliki aktivitas fisiologis yang pada
manusia atau hewan lainnya (Maulina, 2022).
Menurut (Julianto, 2019) Alkaloid memiliki kelarutan yang khas dalam
pelarut organik. Golongan senyawa ini mudah larut dalam alkohol dan sedikit
larut dalam air. Garam alkaloid biasanya larut dalam air. Di alam, alkaloid ada di
banyak tumbuhan dengan proporsi yang lebih besar dalam biji dan akar dan
seringkali dalam kombinasi dengan asam nabati. Senyawa alkaloid memiliki rasa
yang pahit.
Bagi tumbuhan, alkaloid berfungsi sebagai senyawa racun yang
melindungi tumbuhan dari serangga atau herbivora (hama dan penyakit), pengatur
tumbuh atau sebagai basa mineral untuk mempertahankan keseimbangan ion.
Alkaloid juga mampu menghambat pertumbuhan serangga, terutama tiga hormon
utama dalam serangga yaitu hormon otak (brain hormone), hormon edikson, dan
hormon pertumbuhan (juvenile hormone). Tidak berkembangnya hormon tersebut
dapat menyebabkan kegagalan metamorphosis (Niken, 2017).
Senyawa pyrrolizidine alkaloids merupakan salah satu senyawa organik
heterosiklik khusus sebagai protoxins tidak berbahaya, sedangkan dalam saluran
pencernaan hama akan direduksi menjadi amina berbahaya bersifat racun.
Menurut (Permatasari dan Asri, 2021) senyawa ini memegang peranan
penting dalam menekan perkembangan hama secara efektif karena memiliki
toksisitas tinggi dengan cara diinduksi oleh aktivitas metabolik yang
menyebabkan aktivitas makan menurun.
c) Saponin
Saponin termasuk ke dalam senyawa terpenoid. Aktivitas saponin ini di
dalam tubuh serangga adalah mengikat sterol bebas dalam saluran pencernaan
makanan dimana sterol itu sendiri adalah zat yang berfungsi sebagai perkusor
hormon edikson, sehingga dengan menurunnya jumlah sterol bebas dalam tubuh
serangga akan mengakibatkan terganggunya proses pergantian kulit (moulting)
pada serangga. Saponin memiliki efek lain menurunkan tegangan permukaan
selaput mukosa traktus digestivus larva sehingga dinding traktus digestivus larva
menjadi korosif (Thamrin, 2013). Saponin dapat merusak sistem saraf hama,

8
efeknya nafsu makan hilang. Hal tersebut menyebabkan hama kurang makan dan
akhirnya mati.

2.2.2 Ulat grayak (S. frugiperda)


Ulat grayak S. frugiperda merupakan serangga invasif yang telah menjadi
hama pada tanaman jagung (Zea mays) di Indonesia. Serangga ini berasal dari
Amerika dan telah menyebar di berbagai negara. Pada awal tahun 2019, hama ini
ditemukan pada tanaman jagung di daerah Sumatera (Kementan 2019). Hama ini
menyerang titik tumbuh tanaman yang dapat mengakibatkan kegagalan
pembetukan pucuk/daun muda tanaman. Larva S.frugiperda memiliki kemampuan
makan yang tinggi. Larva akan masuk ke dalam bagian tanaman dan aktif makan
disana, sehingga bila populasi masih sedikit akan sulit dideteksi. Imagonya
merupakan penerbang yang kuat dan memiliki daya jelajah yang tinggi (CABI
2019). S.frugiperda bersifat polifag, beberapa inang utamanya adalah tanaman
pangan dari kelompok Graminae seperti jagung, padi, gandum, sorgum, dan tebu
sehingga keberadaan dan perkembangan populasinya perlu diwaspadai.

A. Klasifikasi Ulat grayak (S. frugiperda)


Berdasarkan (Bhusal dan Bhattarai, 2019), Fall Armyworm (FAW) atau
ulat grayak S. frugiperda memiliki klasifikasi sebagai berikut: Kingdom:
Animalia, Phylum: Arthropoda, Subphylum: Hexapoda, Class: Insecta, Subclass:
Pterygota, Ordo: Lepidoptera, Family: Noctuidae, Genus: Spodoptera, Spesies:
Spodoptera frugiperda.

B. Morfologi Ulat Grayak S. frugiperda


S.frugiperda termasuk dalam Ordo Lepidoptera, family Noctuidae.
Imagonya memliki morfologi yang khas dengan sayap luar ngengat jantan
memiliki bercak keputihan ditepi luar bawah, sementara sayap dalam berwarna
putih dengan hiasan gelap. Ngengat betina S.frugiperda meletakkan telur di
bagian atas atau bawah permukaan daun jagung. Telur diletakkan malam hari
secara berkelompok 100 – 300 butir yang ditutupi oleh bulu bulu tubuhnya. Telur
akan menetas dalam 2-3 hari (20-30°C). Pada kondisi hangat, seekor ngengat

9
betina dapat bertelur 6 hingga 10 kelompok telur yang terdiri lebih dari 1000 butir
telur semasa hidupnya (2-3 minggu). Serangga dewasa dapat hidup 12 – 14 hari
(FAO dan CABI, 2019; Kementan, 2019; Rwomushana, 2019).

a b c

d e
Gambar 2. Morfologi S.frugiperda
a) Telur larva, b) Larva, c) Pupa, d) Imago jantan, e) Imago betina
Sumber : Sharanabasappa dkk, 2018

Larva berwarna hijau terang sampai coklat gelap dengan garis-garis


longitudinal. Larva instrat 6 panjangnya dapat mencapai 4,5 cm. Larva baru
menetas berwarna hijau dengan gariss atau becak hitam dan kemudian berubah
menjadi coklat dengan garis garis di bagian dorsal. Larva yang lebih besar (instar
6) memiliki kepala dengan tanda berbentuk Y pucat terbalik di bagian depan.
Larva memiliki 4 bintik hitam yang membentuk persegi pada segmen tubuh kedua
hingga terakhir dengan rambut/setae pada tiap bintik tersebut Pupa lebih pendek
dari ukuran larva dewasa (1.3 – 1.7 cm) berwarna coklat berkilat. Pupa biasanya
di dalam tanah tetapi bias juga terdapat pada tongkol atau pelepah daun jagung.
Pupa juga dapat ditemukan pada sisa sisa daun atau material lainnya dalam kokon
pada permukaan tanah. Lamanya fase pupa 8 -9 hari, dengan temperature
optimum 14.6oC (Rwomushana, 2019; Kementan, 2019).

10
C. Kerusakan dan Gejala Serangan
S.frugiperda merusak tanaman dengan cara larva menggerek daun. Larva
instar 1, awalnya memakan jaringan daun dan meninggalkan lapisan epidermis
yang transparan. Larva instar 2 dan 3 membuat lubang gerekan pada daun dan
batang hingga ke bagian dalam. Larva pada instar ini mempunya sifat kanibal
sehingga larva yang berukuran lebih kecil akan di makan jika berada pada satu
tanaman yang sama. Larva instar akhir dapat mengakibatkan kerusakan berat yang
seringkali menyisakan tulang daun dan batang tanaman. Kepadatan rata-rata
populasi 0,2-0,8 larva per tanaman dapat mengurangi hasil 5-20% (Nonci et al,
2019).

Gambar 3. Kerusakan akibat S.frugiperda


Sumber: Azwana, 2021

2.2.3 Insektisida Nabati


Insektisida nabati merupakan bioinsektisida yang berasal dari tumbuh-
tumbuhan yang memiliki sifat insektisida sehingga mampu membunuh atau
menolak serangga hama. Penggunaan insektisida hayati tumbuhan merupakan
salah satu alternatif pilihan. Secara alamiah nenek moyang telah mengembangkan
insektisida nabati dengan menggunakan tumbuan yang ada di lingkungan
pemukiman, nenek moyang memakai insektisida nabati atas dasar kebutuhan
praktis dan disiapkan secara tradisional. Tradisi ini akhirnya hilang karena
desakan tekhnologi yang tidak ramah lingkungan (Agazali et al., 2015).
Tumbuhan yang digunakan sebagai bahan insektisida nabati tersebut
umumnya memiliki daya racun yang relatif aman pada manusia dan lingkungan.
Oleh sebab itu insektisida nabati merupakan salah satu solusi untuk mengurangi

11
dampak negatif dari pencemaran lingkungan akibat insektisida sintetik yang
digunakan tersebut (Agazali et al., 2015).
Pemanfaatan tanaman sebagai insektisida nabati untuk mengendalikan hama
dan penyakit memiliki beberapa kelebihan yaitu kemampuannya untuk diuraikan
dan didegradasi secara cepat karena proses pengurainnya dibantu oleh komponen
alam seperti sinar matahari, udara, dan kelembapan (Sukrasno dan Tim Lentera,
2003).
Zat atau senyawa yang bersifat racun tersebut memiliki beberapa cara untuk
menyebabkan keracunan pada serangga hama di antaranya Racun perut
merupakan racun di dalam pestisda yang bekerja dengan ketika racun tertelan oleh
serangga. Racun akan merusak lambung serangga sehingga menyebabkan
kematian pada serangga. Racun perut juga dapat disebut racun lambung karena
serangan berpusat pada bagian lambung. Istilah racun perut ini hanya terdapat
pada insektisida.

2.3. Hipotesis
Terdapat konsentrasi ekstrak daun bandotan yang paling berpengaruh
dalam mengendalikan larva uji S.frugiperda.

12
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu


Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman
Fakultas Pertanian Universitas Tadulako Palu, Sulawesi Tengah dan waktu
pelaksanaan di mulai bulan Januari sampai Maret 2023.

3.2. Bahan dan Alat


Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu daun bandotan, aquades,
daun jagung (pakan), ulat grayak S.frugiperda instar III. Adapun alat yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu blender, wadah penyimpan larva, toples,
sendok pengaduk, pisau, timbangan, kertas label, alat tulis, kertas saring, kamera
handphone.

3.3. Desain Penelitian


Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL).
Menggunakan empat perlakuan dengan tiga kali ulangan sehingga 4 x 3 = 12 unit
percobaan. Data yang diperoleh dari penelitian ini berupa tingkat mortalitas hama
Ulat grayak yang diberikan ekstrak daun Bandotan dengan konsetrasi yang
berbeda dan data daya hambat makan larva. Larva yang digunakan pada penelitian
ini yaitu sebanyak 120 ekor larva instar III, dimana setiap ulangan membutuhkan
10 ekor larva yang di letakkan terpisah 1 wadah 1 ekor larva dengan konsentrasi
yang di uji cobakan.

3.4. Prosedur Penelitian


3.4.1 Penyediaan dan Perbanyakan Larva S. frugiperda
Tahap pertama mengumpulkan larva yang dikumpulkan di lahan
pertanaman jagung dengan cara mengambil dan menyimpan kedalam wadah
kemudian larvar dipelihara hingga menjadi pupa lalu berubah menjadi imago,
imago jantan dan betina di satukan dalam toples yang sudah dimodifikasi dan di
beri pakan madu yang di gantung di dalam toples lalu di beri daun jagung guna
untuk tempat bertelur.

13
Telur yang telah menetas, selanjutnya dipelihara dan diberi pakan daun
jagung muda hingga larva memasuki perkembangan Instar III sebagai larva uji
dengan ciri-ciri larva berwarna kuning kehijauan dengan ukuran 4-6 cm (Maulina,
2022).

3.4.2 Pembuatan Ekstrak Daun Bandotan


Pembuatan Ekstrak Daun Bandotan (Ageratum Conyzaides L), tumbuhan
bandotan yang di peroleh di lapangan kemudian dibersihkan dengan air bersih lalu
daun dan batang tumbuhan bandotan di pisah, daun bandotan yang sudah di
pisahkan dari batang kemudian di timbang sesuai konsentrasi yang dibutuhkan
dengan menggunakan rumus pengenceran :
Pengeceran gram/volume : % 𝑤= x 100%

Keterangan:
% 𝑤 : konsentrasi yang diinginkan atau yang dibuat.
gr : jumlah daun bandotan yang dibutuhkan untuk setiap konsentrasi.
v : volume aquades yang digunakan untuk mengencerkan daun bandotan
harus sama jumlahnya dengan semua konsentrasi.
1) Untuk konsentrasi 20%
% 𝑤= x 100%

20% = x 100%

gr= 0,2x800
gr=160
2) Untuk konsentrasi 40% memerlukan daun bandotan sebanyak 320
gram, sedangkan konsentrasi 60% memerlukan bandotan sebanyak 480
gram
Selanjutnya daun bandotan yang telah ditimbang di haluskan Bersama
aquades sebanyak 800 ml kedalam blender sesuai dengan konsentrasi yang akan
dibuat setelah halus memasukkan ekstrak kedalam toples dan menyimpan ekstrak
selama 3 hari hasil maserasi kemudian di saring dengan menggunakan kain saring.

14
Kemudian hasil saringan dimasukkan kedalam botol. Hasil ekstrak/penyaringan
ini digunakan sebagai larutan induk. (Helda Syahfari et al., 2021)

3.4.3 Aplikasi Daun Bandotan


Proses pengaplikasian ekstrak daun bandotan yaitu daun jagung dengan
ukuran 5x5 cm dicelupkan ke dalam larutan ekstrak bandotan sesuai dengan
konsentrasi yang di inginkan selama 30 detik (Tohir, 2010)., kemudian ditiriskan
dan dikering-anginkan selama 5 menit. Setelah kering, daun ditimbang terlebih
dahulu kemudian diberikan pada larva lalu diletakkan ke dalam wadah
penyimpanan larva S. frugiperda. Sebelum dilakukan pengaplikasian larva
dipuasakan terlebih dahulu selama 3 jam. Pengaplikasian dilakukan pada pukul
16.00.

3.5. Variabel Pengamatan


Parameter dalam penelitian ini yaitu mortalitas larva uji S.frugiperda dan
menghitung daya hambat makan larva akibat perlakuan, Mortalitas diamati sejak
24 jam setelah aplikasi selama 13 hari.

3.5.1 Mortalitas Larva Uji


Mortalitas merupakan kematian hama yang disebabkan oleh insektisida
dan dinyatakan dalam persen. Pengamatan dilakukan 13 hari/ 24 jam.
Larva yang mati merupakan larva yang sudah tidak bergerak/tidak ada aktivitas
makan lagi dan melihat dari segi fisik larva. presentase mortalitas yang dihitung
mengunakan rumus yang dikemukakan oleh Kundra (1981), sebagai berikut:
M = a / b x 100%
Dimana: M = Persentase mortalitas
a= jumlah hama larva yang mati
b = jumlah hama larva yang digunakan

3.5.2 Daya Hambat Makan


Daya hambat makan larva merupakan penurunan aktivitas makan larva
yang terjadi setelah aplikasi ekstrak daun bandotan dengan menghitung bobot

15
daun yang telah dimakan, dan pengumpulan data dilakukan satu kali setelah
aplikasi/24 jam. pengamatan daya hambat makan larva dihitung menggunakan
rumus (Prijono, 2005).
PM = X 100%

Dimana :
PM = Penghambatan Makan (%)
BKK = Berat kering daun control yang dimakan (g)
BKP = Berat kering daun Perlakuan yang dimakan (g)

3.6 Analisis Data


Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini selanjutnya dianalisa
menggunakan ANOVA (Analisis of Varians) untuk mengetahui pengaruh
konsentrasi ekstrak daun bandotan terhadap mortalitas larva S.frugiperda. Jika
hasil analisis data berbeda nyata maka dilakukan uji lanjut dengan BNT (Beda
Nyata Terkecil) pada taraf signifikan 5% (a=0,05). Selanjutnya Analisis Daya
Hambat Makan larva, data yang diperoleh dari hasil penelitian ini kemudian di
hitung secara manual dengan menggunakan rumus daya hambat makan larva.

16
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Mortalitas Larva
Pada penelitian yang sudah dilakukan di Laboratorium HPT Universitas
Tadulako pada tanggal 10 s/d 23 maret 2023, tentang pengaruh konsentrasi
ekstrak daun bandotan (Ageratum conyzoides L.) sebagai insektisida nabati dalam
pengendalian hama ulat grayak S.frugiperda. Penelitian ini dilakukan selama 13
hari, dengan teknik pengumpulan data secara langsung dan dokumentasi. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi ekstrak daun
bandotan sebagai insektisida nabati.
Data hasil pengamatan terhadap mortalitas larva S. frugiperda pada
berbagai kosentrasi yang diuji cobakan pada pengamatan 1-13 HSA (Hari Setelah
Aplikasi) menunjukkan bahwa ekstrak daun bandotan memberi pengaruh nyata
terhadap persentase kematian larva. Hasil rata-rata presentasi kematian
(mortalitas) larva S.frugiperda pada pengamatan 1 sampai 13 hari setelah aplikasi
disajikan pada tabel 1.

Tabel 1. Rata-rata Mortalitas Larva S.frugiperda pada 6-13 HSA (%)

Konsentrasi 6 HSA 7 HSA 8 HSA 9 HSA 10 HSA 11 HSA 12 HSA 13 HSA

0 0 0 0 0 0 0 0
0% (Kontrol) (0,41) a (0,41) a (0,41) a (0,41) a (0,41) a (0,41) a (0,41) a (0,41) a
0 4,44 6,67 8,89 15,56 20,00 22,22 23,33
20% (0,41) a (21,14) b (26,07) b (30,29) b (42,79) b (51,14) b (60,00) b (62,21) b
3,33 6,67 8,89 11,11 15,56 21,11 24,44 27,78
40% (18,43) b (26,07) bc (30,79) bc (35,01) bc (42,99) b (52,86) b (59,21) b (70,07) b
5,56 8,89 13,33 17,78 22,22 24,44 26,67 30,00
60% (23,86) c (31,00) c (39,23) c (46,92) c (54,78) b (59,00) b (63,43) b (75,00) b
BNT 5% 4,424 9,009 9,794 12,598 16,95 21,342 30,767 33,963

Berdasarkan tabel 1 di atas menujukkan bahwa antara masing-masing


perlakuan hasilnya berbeda nyata. Kematian larva tertinggi terlihat pada
konsentrasi 60% dengan rata-rata kematian perhari (6HSA 23,86), (7HSA 31,00),

17
(8HSA 39,23), (9HSA 46,92), (10HSA 54,78), (11HSA 59,00), (12HSA 63,43),
dan 13 hari setelah aplikasi (13HSA 75,00) yang berarti konsentrasi 60%
mempunyai kemampuan yang tinggi untuk membunuh hama ulat grayak, hal ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun bandotan yang
diberikan maka semakin tinggi pula tingkat mortalitas/kematian larva. sedangkan
mortalitas terendah telihat pada konsentrasi 0% atau tanpa perlakuan, dimana
tidak terlihat satupun hama yang mengalami kematian. Tabel diatas tidak terlihat
angka angka yang diikuti oleh huruf yang sama artinya semua perlakuan hasilnya
berbeda nyata.

Gambar 4. Larva S.frugiperda yang mengalami kematian


sumber: Dokumentasi pribadi

4.1.2 Daya Hambat Makan Larva


Data yang diperoleh dari hasil pengamatan daya hambat makan larva ini
diketahui dengan menghitung bobot daun kontrol dan daun perlakuan yang telah
dimakan. Pada pengamatan 1 kali 24 jam menunjukkan hasil bahwa ektrak daun
bandotan dapat menghambat aktivitas makan larva. Hasil rata-rata daya hambat
makan larva S.frugiperda pada pengamatan 1kali/24jam setelah aplikasi disajikan
pada tabel berikut.

Tabel 2. Hasil Rata-rata Daya Hambat Makan Larva S.frugiperda

Konsentrasi Rata-rata
0% 0,00
20% 2,865
40% 5,891
60% 16,755

18
Gambar 5. Diagram rata-rata presentase penghambat makan(%)

Berdasarkan hasil pada tabel 3 menunjukkan bahwa ekstrak daun bandotan


dari masing masing variasi konsentrasi yang di uji cobakan dapat menghambat
aktivitas makan larva, penghambatan makan larva yang paling berpengaruh
menghambat aktivitas makan larva terlihat pada konsentrasi 480gr/800ml aquades
dengan rata-rata 16,755 penghambatan makan. Sedangkan penghambatan makan
terendah terlihat pada konsentrasi 160gr/800ml aquades dengan rata rata 3,327
dan konsentrasi tanpa perlakuan (kontrol) dengan rata-rata 0,00. Maka jika
semakin besar konsentrasi yang diberikan akan semakin besar pula daya
penghambatan makan larva. Berdasarkan hasil pengamatan larva S.frugiperda
setelah diaplikasikan ekstrak daun bandotan, mengalami perilaku yang berbeda.
terlihat larva menjadi lebih lambat dalam bergerak dan memakan daun jagung
sehingga daya makannya pun berkurang yang menyebabkan larva mengalami
kematian ditandai dengan ciri-ciri tubuh larva mengecil dan berwarna lebih gelap,
larva mengeluarkan cairan kuning kecoklatan dan berbau tidak sedap tubuh larva
jika di sentuh terasa lebih lembek dan membengkok, Ciri-cira larva tersebut dapat
dilihat pada gambar

Gambar 6. Ciri mortalitas larva uji S.frugiperda terhadap aplikasi ekstrak


Sumber: Dokumentasi pribadi

19
4.2 Pembahasan

4.2.1 Mortalitas Larva


Berdasarkan data hasil mortalitas larva S.frugiperda dengan berbagai
konsentrasi yang di ujicobakan pada pengamatan 1 sampai 13 hari setelah aplikasi
sesuai dengan pengujian analisis BNT beda nyata terkecil pada taraf signifikan
5% menunjukkan bahwa pengaplikasian berbagai kosentrasi insektisida
berpengaruh sangat nyata terhadap mortalitas S.frugiperda 1 sampai 13 hari
setelah aplikasi. Pada penelitian ini pengaruh ekstrak baru ditunjukkan pada hari
ke 6 sampai hari ke 13 setelah aplikasi. Hal ini menunjukkan reaksi toksisitas
ekstrak berpengaruh setelah 6 hari pengaplikasian sehingga pada hari ke 1 sampai
hari ke 5 tidak terdapat kematian dari semua konsentrasi yang telah di ujicobakan
maka Mortalitas larva S.frugiperda pada hari ke 1 sampai 5 yaitu 0,00. Mortalitas
larva terjadi pada hari ke 6 setelah aplikasi pada perlakuan konsentrasi 60%
(480g/ml) dan 40% (320g/ml) mengikut konsentrasi 20% (160g/ml) pada hari ke
7 sampai hari ke 13.
konsentrasi tertinggi terdapat pada perlakuan 60% dengan nilai BNT 33,96
pada hari ke 13 setelah aplikasi dan nilai mortalitas 75,00 tidak berbeda nyata
dengan pengamatan pada hari ke 6 sampai ke 12 hari setelah aplikasi. sedangkan
mortalitas yang terendah terdapat pada perlakuan kontrol 0% (tanpa perlakuan
ekstrak) tidak terjadi kematian. Kematian larva terjadi pada hari ke 6 setelah
aplikasi sampai hari ke 13 pengamatan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Thamrin
et all. (2007) yang menyatakan bahwa insektisida nabati umumnya tidak dapat
mematikan secara langsung serangga, melainkan berfungsi sebagai antifeedan,
mencegah serangga meletakkan telur dan menghentikan proses penetasan telur,
sebagai racun syaraf, mengacaukan sistem hormon didalam tubuh serangga.
Nilai mortalitas larva S.frugiperda pada pengamatan 6HSA yang tertinggi
terdapat pada konsentrasi 60% dengan rata rata mortalitas 23,86 tidak berbeda
nyata dengan konsentrasi 40% dengan rata rata angka mortalitas 18,43 tetapi
berbeda nyata dengan perlakuan lainnya pada perlakuan konsentrasi 20% dan 0%
yang belum terjadi kematian pada hari ke 6 setelah aplikasi dengan nilai BNT
4,42% hal ini disebabkan oleh kandungan racun yang terdapat dapa daun

20
bandotan berdasarkan hasil penelitian pengaruh ekstrak tumbuhan bandotan yang
dilakukan oleh Krestini, E. H., W. Setiawati,dan I. Sulastrini (2011) yang dimana
daun bandotan segar memiliki aroma yang khas, juga mengandung alkaloid,
saponin, flavonoid. Alkaloid pada serangga bertindak sebagai racun perut serta
dapat bekerja sebagai penghambat enzim asetil kolinesterase sehingga
mengganggu sistem kerja saraf pusat, dan dapat mendegradasi membran sel telur
untuk masuk ke dalam sel dan merusak sel telur.
Presentase kematian larva S.frugiperda pada 7HSA dengan nilai BNT
yaitu 9,00%, mortalitas tertinggi pada konsentrasi 60% yaitu 31,00 dan
konsentrasi 40% yaitu 26,07 tidak berbeda nyata dengan konsentrasi 20% yaitu
21,14 dan berbeda nyata dengan perlakuan 0% kontrol yang tidak mengalami
kematian, perbedaan ini berkaitan dengan dosis yang di aplikasikan yang dimana
semakin tinggi dosis yang diberikan maka akan semakin tinggi mortalitas larva
yang dihasilkan. Sesuai dengan pernyataan (Sianiparm M.S., et al., 2015) bahwa
semakin tinggi konsentrasi insektisida maka kandungan senyawa aktifnya juga
semakin tinggi, sehingga tingkat kematian yang ditimbulkan semakin besar. Hal
ini membuktikan bahwa ekstrak tanaman bandotan dapat menekan tingkat
frekuensi serangan hama.
Pada 8HSA presentase mortalitas S.frugiperda dengan nilai BNT 9,79%
dan mortalitas tertinggi juga terjadi pada konsentrasi 60% yaitu 39,23 dan tidak
berbeda nyata dengan konsentrasi 40% dan 20% dimana konsentrasi 40% dengan
rata rata mortalitas yaitu 30,79 dan konsentrasi 20% yaitu 26,07 setiap harinya
mortalitas larva semakin meningkat hal ini karena bandotan merupakan tumbuhan
yang mengandung senyawa alkaloid dan flafanoid. Menurut Dinata (2007)
flafonoid dapat dimanfaatkan sebagai bahan aktif dalam pembuatan insektisida
nabati. Sedangkan alkaloid menurut Suryani (1991) dalam Sanyoto (2003),
merupakan senyawa pahit dan beracun dapat menyebabkan rasa pusing dan tidak
mau makan daun disebabkan rasanya yang pahit dan akhirnya mati.
Mortalitas larva seterusnya ditunjukkan pada pengamatan hari ke 9-13
HSA yang dimana pada konsentrasi 60% tetap menunjukkan hasil mortalitas
tertinggi tidak berbeda nyata dengan konsentrasi 40% dan 20% yang juga

21
menunjukkan hasil mortalitas setiap harinya namun berbeda sangat nyata dengan
perlakuan kontrol yang tetap tidak terdapat kematian. Grainge dalam Astriani
(2010) bandotan mengandung beberapa senyawa pestisida seperti alkaloid,
saponin, flavanoid, polifenol, sulfur dan tanin. Pestisida nabati dapat membunuh
atau mengganggu serangga hama melalui cara kerja yang unik yaitu dapat melalui
perpaduan berbagai mekanisme atau secara tunggal (Anonim, 2010). Kandungan
senyawa bioaktif tersebut diantaranya saponin, flavanoid, polifenol, dan minyak
atsiri yang mampu mencegah hama mendekati tumbuhan (penolak) dan
penghambat larva menjadi pupa. (Kinasih, 2013). Senyawa-senyawa tersebut
merupakan bahan aktif sebagai pengendali hama, yang menyebabkan adanya
aktifitas biologi yang khas seperti toksik menghambat makan, antiparasit (Asikin,
2016).
Meningkatnya mortalitas larva setiap harinya karna penggunaan dosis
yang sesuai namun tingkat kecepatan toksisitas ekstrak daun bandotan masih
lambat dalam membunuh larva hal ini sesuai dengan pernyataan (Thamrin et al.,
2007) yang menyatakan bahwa insektisida nabati umumnya tidak dapat
mematikan secara langsung serangga, melainkan berfungsi sebagai antifeedan,
mencegah serangga meletkkan telur dan menghentikan proses penetasan telur,
sebagai racun syaraf, mengacaukan sistem hormon didalam tubuh serangga.
konsentrasi ekstrak daun bandotan yang di uji cobakan pada penelitian ini
menunjukkan bahwa eksrak daun bandotan dan dosis yang di gunakan dapat
menekan dan mematikan larva S.frugiperda Hal ini berkaitan dengan dosis yang
digunakan, semakin tinggi kosentrasi maka semakin tinggi mortalitas larva yang
dihasilkan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Purba (2007), yang menyatakan
bahwa peningkatan kosentrasi yang diberikan berbanding lurus dengan
peningkatan bahan racun yang terkandung dalam tanaman tersebut, sehingga daya
bunuh semakin tinggi.
Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa perlakuan konsentrasi 20%
(160g/ml), 40% (320 g/ml), dan 60% (480 g/ml) menunjukkan adanya kenaikan
mortalitas larva S.frugiperda pada setiap harinya selama hari ke 6 sampai ke 13
HSA. Hasil tersebut menunjukkan kosentrasi ekstrak daun bandotan yang di uji

22
cobakan pada masing-masing perlakuan memberikan hasil pengaruh yang berbeda
terhadap jumlah kematian larva S.frugiperda. Perbedaan ini disebabkan karena
berbeda pula kosentrasi yang diberikan, sehingga daya bunuh terhadap larva uji
juga berbeda, tergantung dari banyak sedikitnya kosentrasi yang diberikan.
Tanaman bandotan mengandung zat metabolit sekunder yang efektif dijadikan
pestisida nabati, bersifat ramah lingkungan dimana ekstraknya mengandung
senyawa alkoloid seperti saponin, flavonoid, eugeonol, polifenol, minyak atsiri
yang dapat menekan aktivitas makan, reaksi negatif, dan diam hama setelah
terkontaminasi dengan bandotan melalui makan hama sehingga hama cenderung
diam. Zat metabolit yang berperan sangat aktif sehingga bandotan dapat dijadikan
sebagai salah satu alternatif pestisida nabati untuk menghambat hama kutu kuya
adalah senyawa saponin dan flavonoid. Senyawa ini mampu menekan hama untuk
makan dan bereaksi negatif.
Gejala keracunan yang ditunjukkan berdasarkan hasil pengamatan larva
S.frugiperda setelah pengaplikasian ekstrak daun bandotan yaitu pergerakan larva
menjadi lebih lambat bahkan diam, dan aktivitas makan yang berkurang. Hal ini
sesuai dengan pendapat (A. Meilin, Y. A, 2015) bahwa Konsentrasi atau dosis
subletal insektisida dapat menyebabkan mortalitas atau perubahan biologi dan
perilaku serangga melalui gangguan system syaraf.
Ciri-ciri morfologi larva S.frugiperda yang mengalami kematian ditandai
dengan tubuh larva mengecil dan berwarna lebih gelap, larva mengeluarkan cairan
kuning kecoklatan dan berbau tidak sedap, tubuh larva jika di sentuh terasa lebih
lembek dan membengkok. Ciri-ciri tersebut juga sesuai dengan hasil penelitian
yang dilakukan (Wijaya et al., 2018) yang menyatakan gejala keracunan setelah
larva memakan ditandai dengan gerakan larva mulai melamban atau aktivitas
makananya mulai berkurang, adanya perubahan warna menjadi kehitaman. Hal
tersebut disebabkan oleh senyawa aktif yang terkandung dalam daun bandotan.
(Londer dan Shanshen, 1991 dalam Herminanto 2004). Tanaman bandotan
mengandung zat metabolit sekunder yang efektif dijadikan pestisida nabati,
bersifat ramah lingkungan dimana ekstraknya mengandung senyawa alkoloid
seperti saponin, flavonoid, eugeonol, polifenol, minyak atsiri yang dapat menekan

23
aktivitas makan, reaksi negatif, dan diam hama setelah terkontaminasi dengan
bandotan melalui makan hama sehingga hama cenderung diam. Zat metabolit
yang berperan sangat aktif sehingga bandotan dapat dijadikan sebagai salah satu
alternatif pestisida nabati untuk menghambat hama kutu kuya adalah senyawa
saponin dan flavonoid. Senyawa ini mampu menekan hama untuk makan dan
bereaksi negatif. Menurut (Asikin, 2016) tanin memiliki rasa pahit sehingga dapat
menyebabkan mekanisme penghambatan makanan pada hewan uji akan keleparan
dan akhirnya mati. Zat atau senyawa yang bersifat racun tersebut memiliki
beberapa cara untuk menyebabkan keracunan pada serangga hama di antaranya
Racun perut merupakan racun di dalam pestisda yang bekerja dengan ketika racun
tertelan oleh serangga. Racun akan merusak lambung serangga sehingga
menyebabkan kematian pada serangga. Racun perut juga dapat disebut racun
lambung karena serangan berpusat pada bagian lambung. Istilah racun perut ini
hanya terdapat pada insektisida. ekstrak daun bandotan mengandung metabolit
sekunder yaitu senyawa saponin, flavanoid, polifenol, dan minyak atsiri. Beberapa
senyawa fenol memilki fungsi sebagai penolak hama dan mengurangi adanya
reaksi untuk memakan daun timun yang sudah dicelupkan ekstrak bandotan.Pada
perlakuan pestisida nabati, ekstrak bandotan memiliki senyawa metabolit
sekunder seperti saponin, flavanoid, polifenol dan minyak atsiri (Sianturi, 2009
dalam Hastuti, 2014).

24
4.2.2 Daya Hambat Makan Larva
Berdasarkan hasil pengamatan daya hambat makan larva pada tabel 3
menunjukkan hasil penghambatan makan larva S.frugiperda pada semua
konsentrasi yang diuji cobakan dapat menghambat makan larva. Hal ini
ditunjukkan pada konsentrasi 60% (480g/ml),40% (320g/ml) dan konsentrasi
20% (160g/ml) hal ini dikarenakan senyawa bioaktif tersebut berpengaruh
terhadap sistem saraf otot, keseimbangan hormon, reproduksi, perilaku berupa
penarik, dan anti makan (Setiawati, et al 2008)
Pengham batan makan larva tertinggi terdapat pada konsentrasi 60%
dengan 480 gr daun bandotan + 800ml aquades dengan hasil penghambatan yaitu
sebesar 16,75% semakin tinggi konsentrasi yang diberikan makan akan semakin
tinggi tingkat penghambatan makan. Sesuai dengan pernyataan (Londer dan
Shanshen, 1991 dalam Herminanto 2004) semakin tinggi konsentrasi ekstrak
menyebabkan kondisi tubuh hama semakin lemah dan mengakibatkan penurunan
nafsu makan. Konsentrasi 60% merupakan perlakuan terbaik diantara konsentrasi
yang diberikan pada hama, karena konsentrasi ini telah mampu menekan
kemampuan makan pada hama dan bertindak sebagai penolak hama (Alindatus,
2009). Pada tanaman yang diberikan ekstrak Bandotan tingkat intensitas serangan
hama adalah sangat rendah hal ini disebabkan karena Bandotan mengandung
metabolit sekunder seperti alkaloid dan terpenoid yang sangat berpotensi sebagai
penghambat makan pada serangga.
Pada pengamatan yang dilakukan terdapat hasil penghambatan makan
larva pada konsentrasi 20%, 40% dan 60% dimana pada konsentrasi 20%
terdapat 3,32% penghambatan makan pada konsentrasi 40% yaitu 5,89% dan pada
konsentrasi 60% yaitu 16,75%. Maka hasil ini menunjukkan konsentrasi yang
tepat sebagai penghambatan makan larva yaitu pada konsentrasi 60% dengan
480gr daun bandotan dan 800ml aquades, yang dimana bobot awal daun jagung
pada U1 sebelum aplikasi yaitu 2,49 gram dan bobot akhir seberat 1,21 gram
dengan begitu bobot daun yang tidak termakan seberat 1,28 gram pada perlakuan
P4 U1, selanjutnya pada P4 U2 bobot awal daun seberat 2,87 gram dan bobot
akhir 1,47 gram maka daun yang tidak termakan seberat 1,4 gram dan pada

25
perlakuan P4 U3 bobot awal daun yaitu seberat 3,83 gram dan bobot akhir seberat
1,23 gram maka daun yang tidak termakan seberat 2,6 gram. Konsentrasi terendah
pada pengamatan penghambatan makan larva ini terjadi pada konsentrasi P1
kontrol atau tanpa perlakuan. Hal ini disebabkan bandotan memiliki zat metabolit
sekunder. Senyawa alkaloid dan terpenoid sangat berpotensi sebagai penghambat
makan dan bersifat toksik sehingga menyebabkan hama cenderung diam.
Gangguan metabolisme mungkin juga disebabkan karena terdapatnya senyawa
tanin dalam makanan yang dapat mengganggu aktivitas enzim pencernaan hama
(Dian Astriani, 2010).
Berdasarkan grafik pada Gambar 4. dapat dilihat bahwa tingkat
penghambatan makan larva S.frugiperda mengalami kenaikan dari perlakuan P1-
P4 Hal ini terlihat pada perlakuan P1 mengalami kenaikan yang pada perlakuan
P2 tingkat penghambatan makan juga mengalami kenaikan yang cukup tinggi,
pada perlakuan P3 mengalami kenaikan yang cukup pesat dari perlakuan P2
sebesar 5,89%, sedangkan pada perlakuan P4 mengalami kenaikan tingkat efikasi
yang lebih tinggi yaitu mencapai 16,75%. Perbedaan ini disebabkan karena
berbeda pula kosentrasi yang diberikan sehingga daya hambat makan yang terjadi
pada larva uji juga berbeda. Hasil penelitian ini membuktikan, bahwa perlakuan
dengan pemberian insektisida nabati ekstrak daun bandotan berpengaruh terhadap
mortalitas larva S.frugiperda dan penghambatan makan larva S.frugiperda.

26
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa Ekstrak daun bandotan (Ageratum conyzaides L.) berpengaruh terhadap
mortalitas larva uji S.frugiperda instar III sekaligus sebagai penghambat makan
larva. Konsentrasi yang paling berpengaruh terhadap mortalitas dan daya hambat
makan yaitu konsentrasi 40% dengan nilai mortalitas 26,07% dan nilai rata rata
daya hambat mkan 5,89% pada 7 HSA, sedangkan pada tingkat mortalitas
tertinggi yaitu pada konsentrasi 60%. Peningkatan konsentrasi mampu
mempengaruhi mortalitas larva.
5.2 Saran
Perlu dilakukannya pengendalian ekstrak daun bandotan terhadap larva
S.frugiperda pada skala lapang.

27
DAFTAR PUSTAKA

Agazali, F. (2015). Efektifitas Insektisida Nabati Daun Tanjung dan Daun Pepaya
Terhadap Mortalitas Ulat Grayak (Spodoptera litura F.). Skripsi.
Universitas Jember. 66 hal.

Asikin, S. 2016. Dua Jenis Gulma sebagai Pestisida Nabati terhadap Ulat Krop
Kubis (Crocidolomia pavartata). Prosiding Seminar Nasional Inovasi
Teknologi Pertanian ; Banjarbaru, 20 Juli 2016. Hlm 880 - 892.

Balai Penelitian Tanaman Serealia. 2018. Litbang Pertanian.go.id [2018/08/10]

Balla A, Bhaskar M, Bagade P, Rawal N. 2019. Kerugian hasil dalam jagung (Zea
mays) karena serangan ulat grayak dan potensi intervensi berbasis IoT untuk
pengendaliannya. J Entomol Zool Pejantan, 7 (5), 920-927.

Baig Erni Suharni. 2016 Pengaruh variasi konsentrasi ekstrak daun bandotan
(Ageratum conyzaides L) sebagai bioinsektisida pengendali hama kutu beras
( Sitophilus oryzae)

Baudron F, Zaman-Allah MA, Chaipa I, Chari N, Chinwada P. 2019. Memahami


faktorfaktor yang mempengaruhi ulat grayak ( S.frugiperda JE Smith)
kerusakan di lading jagung petani kecil Afrika dan mengukur dampaknya
terhadap hasil. Sebuah studi kasus di Zimbabwe Timur. Pangkas Prot 120,
141-150.
Bhusal, K. dan Bhattarai, K. 2019. A review on fall armyworm (S.frugiperda )
and its possible management opsion in Nepal. Journal of Entomology and
Zoology Studies. Vol.7 Num.4

Budiman, H. 2013. Budidaya Jagung Organik Varietas Baru yang Kian di Buru.
Pustaka Baru Putra. Yogyakarta. 206 hal.

CABI, (2019). S.frugiperda (Fall Armyworm)


http://www.cabi.org/ISC/fallarmyworm. Diakses 28 November 2022.

Dian Astriani. 2010. pemanfaatan gulma babadotan dan tembelekan dalam


pengendalian sitophillus spp. pada benih jagung. Program Studi
Agroteknologi

Dinata,A. 2007. Basmi Lalat dengan Jeruk Nipis http://www/litbang.depkes.

28
go.id/lokaciamis/artikel/lalat-arda.htm.

Groote HD, Kimenju S.C., Munyua B., Palmas S., Kassie M., Bruce A. 2020.
Penyebaran dan dampak serangan ulat grayak (S.frugiperda JE Smith) di
area produksi jagung di Kenya. Lingkungan Agr Ecosyst 292, 802-806.
DOI: 10.1016 / j.agee.2019.106804

Helda Syahfari1 , Siti Raudah Oktaviani2 , Hery Sutejo1 . (2021) Uji Efikasi
Ekstrak Bandotan (Ageratum conyzoides L.) terhadap frekuensi dan
Intensitas sengan Hama Ulat Plutella xylostella L. Pada Tanaman Lobak
(Rhapanus sativus L.). Fakultas Pertanian Universitas 17 Agustus 1945
Samarinda

Herminanto. 2004. Potensi Ekstrak Biji Srikaya (Annona squamosa L.) untuk
Mengendalikan Ulat Krop Kubis Crocidolomia Pavonana F. 1) Fakultas
Pertanian UNSOED 2) Alumnus Fakultas Pertanian UNSOED.

Julaily, N., dan Mukarlina, T. R. S., 2013. Pengendalian Hama pada Tanaman
Sawi (Brassica juncea L.) Menggunakan Ekstrak Daun Pepaya (Carica
papaya L.). protobiont , 2(3).

Julianto, Tatang Shabur. 2019. Fitokimia Tinjauan Metabolit Sekunder dan


Skrining Fitokimia. Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta. 104 hal.

Kardinan, A. 2001. Pestisida Nabati Ramuan dan Aplikasi Cetakan ke-3. Penebar
Swadaya: Jakarta.

Kartesz. (2012). Ageratum conyzoides L.tropical whiteweed NRCS. In NRCS.

Kasryno, F. 2002. Perkembangan Produksi dan Konsumsi Jagung Dunia Selama


Empat Dekade Yang Lalu dan Implikasinya Bagi Indonesia. Makalah
disampaikan pada diskusi Nasional Agribisnis Jagung di Bogor, 24 Juni
2002. Badan Litbang Pertanian.

Kementan, (2019). Pengenalan Fall Armyworm (S.frugiperda J.E. Smith) hama


baru pada tanaman jagung di Indonesia. Balai Penelitian Tanaman
serealia. Diakses 21 November 2019.

Krestini. E. H., Wiwin Setiawati., Ineu Sulastrini. 2011. Pengaruh Ekstrak


Tumbuhan Babadotan (Ageratum conyzoides), KIRINYUH(Eupatorium

29
odoretum),DAN TAGETES(Tagetes erecta) Terhadap Mortalitas Hama
Myzus Persicae, Trialeurodes Vaporariorum, Dan Predator Kumbang Cocci
Menochillus sexmaculatus. Balai Penelitian Tanaman Sayuran, JL.
Tangkuban Parahu 517 Lembang, Bandung.

Kudra. 1981. Dinamika Populasi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Lihanto, S.S.T. 2019. Pengenalan Fall Armyworm (FAW) Ulat Grayak. Dinas
Pertanian Dan Pangan Kabupaten Kulonprogo. UPT Penyuluh Pertanian
Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Wates.

Maharani Y., Vira K.D., Lindung T.P., Lilian R., Yusup H., Danar D. 2019.
Kasus Serangan Ulat Grayak Jagung S.frugiperda J. E. Smith (Lepidoptera:
Noctuidae) pada Tanaman Jagung di Kabupaten Bandung, Garut dan
Sumedang, Jawa Barat. Jurnal Cropsaver , 2(1), 38-46 .

Maulina, R. (2022). Uji Toksisitas Beberapa Konsentrasi Ekstrak Daun Kirinyuh


(Chromolaena Odorata L.) untuk Menggendalikan Ulat Kubis (Plutella
Xylostella L.) Secara In Vitro. Skripsi. Universitas Islam Negeri Sultan
Syarif Kasim Riau. Pekanbaru.

Niken, M. A. 2017. Uji Toksisitas Ekstrak Tanaman Ageratum conyzoides L.


Sebagai Insektisida Nabati terhadap Mortalitas Hama Ulat Kubis (Plutella
xylostella L.). Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sanata Dharma. Yogyakarta.

Noncy N., Septian H.K., Hishar M., Amran M., Muhammad A., Muhammad A.
2019. Pengenalan Fall Armyworm (S.frugiperda J.E. Smith) Hama Baru
Pada Tanaman Jagung Di Indonesia. Balai Penelitian Tanaman Serealia.

Nur Alindatus. 2009. Pengaruh Ekstrak Daun Bintaro (Cerbera odollam) terhadap
Perkembangan Ulat Grayak (Spodoptera litura F). Jurusan Biologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-
mail: kristanti@bio.its.ac.id UPT Proteksi Tanaman Pangan dan
Holtikultura Jawa Timur Jl. Pagesangan II/58, Surabaya 60233 Indonesia

Paeru, RH., dan Dewi, TQ. 2017. Panduan Praktis Budidaya Jagung. Penebar
Swadaya. Cetak 1. Jakarta.

30
Permatasari, S. C., & Asri, M. T. (2021). Efektivitas Ekstrak Ethanol Daun
Kirinyuh (Eupatorium odoratum) terhadap Mortalitas Larva Spodoptera
litura. Lentera Bio, 10(1), 17–24.

Prijono 2005. Pengembangan dan Pemanfaatan Insektisida Botani (bahan


penelitian ). Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Institut
Pertanian Bogor. Bogor.

Rwomushana, I. (2019). S.frugiperda (Fall Armyworm) Invasive species


Compedium. Wallingford. UK. CABI. DOI:
10.1079/ISC.29810.20203373913

Samsudin. 2008. Pengendalian Hama dengan Insektisida Botani. Lembaga


Pertanian Sehat. www.pertaniansehat.or.id. [1 November 2018]

Santos, R.F., Nunes, B.M., Sá, R.D., Soares, L.A.L., & Randau, K.P. (2016).
Morphoanatomical study of Ageratum conyzoides. Revista Brasileira de
Farmacognosia 26: 679-687.

Setiawati, et al. 2008 Tumbuhan Bahan Pestisida Nabati dan Cara Pembuatannya
Untuk pengendalian organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT). (Balai
Penelitian Tanaman Sayuran). Jakarta

Sianipar , M.S., Djaya, L., Santosa, E., Soesilohadi, RC., Natawigena, W.D.,
Ardiansya, M. 2015. Populasi Hama Wereng Batang Coklat (Nilaparvata
lugens stal) dan Keragaman Serangga Predatornya Pada Padi Sawah
Lahan Dataran Tinggi Di Desa Panyocokan, Kecamatan Ciwidey,
Kabupaten Bandung. Jurnal Agrikultura 26(2): 111-112

Sonja Verra Vinneke Lumowa, (2011), efektivitas ekstrak babadotan (Ageratum


conyzoides L.) terhadap tingkat kematian larva instar IV Spodoptera litura
F.

Sultan, Patang, and S. Yanto, “Pemanfaatan Gulma Babadotan Menjadi Pestisida


Nabati untuk Pengendalian Hama Kutu Kuya pada Tanaman Timun,” J.
Pendidik. Teknol. Pertan., vol. 2, pp. 77–85, 2016

Thamrin, M., Asikin, S., & Willis, M. (2013). Tumbuhan Kirinyuh Chromolaena
Odorata (L) (Asteraceae: Asterales) Sebagai Insektisida Nabati untuk
Mengendalikan Ulat Grayak Spodoptera Litura. 32(2), 112–121.

31
Tohir, A.M. (2010). Teknik Ekstraksi dan Aplikasi beberapa Pestisida Nabati
untuk Menurunkan Palatabilitas Ulat Grayak (Spodoptera litura Fabr.) di
Laboratorium. Buletin Teknik Pertanian, 15, 37-40.

Trisyono YA, Suputa, Aryuwandari VEB, Hartaman M, Jumari. 2019. Munculnya


infestasi berat oleh ulat grayak musim gugur S.frugiperda, hama asing
invasif baru, jagung di Lampung Indonesia. Jurnal Perlindungan Tanaman
Indonesia 23 (1),156-160

Wijaya, I., Wirawan, I., & Adiartayasa, W. (2018). Uji Efektifitas Beberapa
Konsentrasi Ekstrak Daun Kirinyuh (Chromolaena odorata L.) terhadap
Perkembangan Ulat Krop Kubis (Crocidolomia pavonana F.). Jurnal
Agrotop, 8(1), 11–19.

32
LAMPIRAN

Lampiran 1. Bagan Alur Penelitian

Persiapan alat dan bahan

Pembuatan ekstrak daun Pengambilan larva,


bandotan telur atau imago dari
lapangan

Penyiapan larvat uji


S.frugiperda
Pemeliharaan hingga
mendapatkan larva uji
(Instar III)
Pengaplikasiaan ekstrak
daun bandotan

Pengamatan dan
pengumpulan data

Analisis data

Mortalitas Daya hambat


Larva makan larva

Hasil

33
Lampiran 2. Bagan Alur Pembuatan Ekstrak Daun Bandotan

Pengumpulan daun
Bandotan

Pembersihan dan
pencucian

Penimbangan daun sesuai


konsentrasi

Penghalusan menggunakan
blender dengan pelarut
800ml aquades

maserasi larutan selama


3 hari

Penyaringan ekstrak

Ekstrak siap diaplikasikan

34
Lampiran 3. Data Presentasi Mortalitas 1-13 HSA Ekstrak Daun Bandotan

Jumlah Larva Mati (Hari ke-)


Konsentrasi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
0% 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
0% 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
0% 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Rata-rata 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
20% 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 20,00 30,00 30,00 50,00 80,00 100,00 100,00
20% 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 10,00 20,00 40,00 70,00 80,00 80,00 80,00
20% 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 10,00 10,00 10,00 20,00 20,00 20,00 30,00
Rata-rata 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 13,33 20,00 26,67 46,67 60,00 66,67 70,00
40% 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 10,00 30,00 40,00 40,00 60,00 70,00 80,00 100,00
40% 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 10,00 10,00 20,00 20,00 30,00 50,00 60,00 70,00
40% 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 10,00 20,00 20,00 40,00 50,00 70,00 80,00 80,00
Rata-rata 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 10,00 20,00 26,67 33,33 46,67 63,33 73,33 83,33
60% 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 90,00
60% 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 20,00 30,00 40,00 60,00 70,00 70,00 80,00 100,00
60% 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 10,00 20,00 40,00 50,00 70,00 80,00 80,00 80,00
Rata-rata 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 16,67 26,67 40,00 53,33 66,67 73,33 80,00 90,00

35
Lampiran 4. Data Mortalitas Transformasi Arsin 1-13 HSA Ekstrak daun
Bandotan

Jumlah Larva Mati (Hari ke-)


PERLAKUAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
P1 U1 0,41 0,41 0,41 0,41 0,41 0,41 0,41 0,41 0,41 0,41 0,41 0,41 0,41
P1 U2 0,41 0,41 0,41 0,41 0,41 0,41 0,41 0,41 0,41 0,41 0,41 0,41 0,41
P1 U3 0,41 0,41 0,41 0,41 0,41 0,41 0,41 0,41 0,41 0,41 0,41 0,41 0,41
RATA-RATA 0,41 0,41 0,41 0,41 0,41 0,41 0,41 0,41 0,41 0,41 0,41 0,41 0,41
P2 U1 0,41 0,41 0,41 0,41 0,41 0,41 26,57 33,21 33,21 45,00 63,43 90,00 90,00
P2 U2 0,41 0,41 0,41 0,41 0,41 0,41 18,43 26,57 39,23 56,79 63,43 63,43 63,43
P2 U3 0,41 0,41 0,41 0,41 0,41 0,41 18,43 18,43 18,43 26,57 26,57 26,57 33,21
RATA-RATA 0,41 0,41 0,41 0,41 0,41 0,41 21,14 26,07 30,29 42,78 51,14 60,00 62,22
P3 U1 0,41 0,41 0,41 0,41 0,41 18,43 33,21 39,23 39,23 50,77 56,79 63,43 90,00
P3 U2 0,41 0,41 0,41 0,41 0,41 18,43 18,43 26,57 26,57 33,21 45,00 50,77 56,79
P3 U3 0,41 0,41 0,41 0,41 0,41 18,43 26,57 26,57 39,23 45,00 56,79 63,43 63,43
RATA-RATA 0,41 0,41 0,41 0,41 0,41 18,43 26,07 30,79 35,01 42,99 52,86 59,21 70,07
P4 U1 0,41 0,41 0,41 0,41 0,41 26,57 33,21 39,23 45,00 50,77 56,79 63,43 71,57
P4 U2 0,41 0,41 0,41 0,41 0,41 26,57 33,21 39,23 50,77 56,79 56,79 63,43 90,00
P4 U3 0,41 0,41 0,41 0,41 0,41 18,43 26,57 39,23 45,00 56,79 63,43 63,43 63,43
RATA-RATA 0,41 0,41 0,41 0,41 0,41 23,86 31,00 39,23 46,92 54,78 59,00 63,43 75,00

36
Lampiran 5. Data Mortalitas (%) Larva S.frugiperda 6-13 HSA

Data Mortalitas 6 Hari Setelah Aplikasi


Ulangan
Konsentrasi Total Rata-rata
1 2 3
0% 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
20% 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
40% 10,00 10,00 10,00 30,00 10,00
60% 20,00 20,00 10,00 50,00 16,67

Data Mortalitas 7 Hari Setelah Aplikasi


Ulangan
Konsentrasi Total Rata-rata
1 2 3
0% 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
20% 20,00 10,00 10,00 40,00 13,33
40% 30,00 10,00 20,00 60,00 20,00
60% 30,00 30,00 20,00 80,00 26,67

Data Mortalitas 8 Hari Setelah Aplikasi


Ulangan
Konsentrasi Total Rata-rata
1 2 3
0% 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
20% 30,00 20,00 10,00 60,00 20,00
40% 40,00 20,00 20,00 80,00 26,67
60% 40,00 40,00 40,00 120,00 40,00

Data Mortalitas 9 Hari Setelah Aplikasi


Ulangan
Konsentrasi Total Rata-rata
1 2 3
0% 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
20% 30,00 40,00 10,00 80,00 26,67
40% 40,00 20,00 40,00 100,00 33,33
60% 50,00 60,00 50,00 160,00 53,33

37
Data Mortalitas 10 Hari Setelah Aplikasi
Ulangan
Konsentrasi Total Rata-rata
1 2 3
0% 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
20% 50,00 70,00 20,00 140,00 46,67
40% 60,00 30,00 50,00 140,00 46,67
60% 60,00 70,00 70,00 200,00 66,67

Data Mortalitas 11 Hari Setelah Aplikasi


Ulangan
Konsentrasi Total Rata-rata
1 2 3
0% 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
20% 80,00 80,00 20,00 180,00 60,00
40% 70,00 50,00 70,00 190,00 63,33
60% 70,00 70,00 80,00 220,00 73,33

Data Mortalitas 12 Hari Setelah Aplikasi


Ulangan
Konsentrasi Total Rata-rata
1 2 3
0% 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
20% 100,00 80,00 20,00 200,00 66,67
40% 80,00 60,00 80,00 220,00 73,33
60% 80,00 80,00 80,00 240,00 80,00

Data Mortalitas 13 Hari Setelah Aplikasi


Ulangan
Konsentrasi Total Rata-rata
1 2 3
0% 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
20% 100,00 80,00 30,00 210,00 70,00
40% 100,00 70,00 80,00 250,00 83,33
60% 90,00 100,00 80,00 270,00 90,00

38
Data yang dianalisis adalah data mortalitas yang telah di Transformasi arsin

Lampiran 6a. Mortalitas(%) Larva S.frugiperda 6 HSA

Ulangan
Konsentrasi Total Rata rata
U1 U2 U3
0% 0,41 0,41 0,41 1,23 0,41
20% 0,41 0,41 0,41 1,23 0,41
40% 18,43 18,43 18,43 55,29 18,43
60% 26,57 26,57 18,43 71,57 23,86
Total 45,82 45,82 37,68 129,32 10,78

Lampiran 6b. Analisis Sidik Ragam dan Uji BNT Mortalitas Larva S.frugiperda 6
HSA
ANOVA
Ftab
SK DB JK KT Fhit Ket
0,05 0,01
Perlakuan 3 1612,51 537,50 97,35 4,07 7,59 **
Galat/sisa 8 44,17 5,52
Total 11 1656,69

FK 1114,911 BNT 5% 2,30600413 1,91862 4,424337


KK 282,9115 BNT 1% 3,35538733 1,91862 6,437701

39
Lampiran 7a. Mortalitas (%) Larva S.frugiperda 7 HSA
Ulangan
Konsentrasi Total Rata rata
U1 U2 U3
0% 0,41 0,41 0,41 1,23 0,41
20% 26,57 18,43 18,43 63,43 21,14
40% 33,21 18,43 26,57 78,21 26,07
60% 33,21 33,21 26,57 92,99 31,00
Total 93,40 70,48 71,98 235,86 19,66

Lampiran 7b. Analisis Sidik Ragam dan Uji BNT Mortalitas Larva S.frugiperda 7
HSA

ANOVA
Ftab
SK DB JK KT Fhit Ket
0,05 0,01
Perlakuan 3 2554,28 851,43 37,19 4,07 7,59 **
Galat/sisa 8 183,17 22,90
Total 11 2737,44

FK 3708,663 BNT 5% 2,30600413 3,90689 9,009301


KK 2667,065 BNT 1% 3,35538733 3,90689 13,10912

40
Lampiran 8a. Mortalitas (%) Larva S.frugiperda 8 HSA
Ulangan
Perlakuan Total Rata rata
U1 U2 U3
0% 0,41 0,41 0,41 1,23 0,41
20% 33,21 26,57 18,43 78,21 26,07
40% 39,23 26,57 26,57 92,37 30,79
60% 39,23 39,23 39,23 117,69 39,23
Total 112,08 92,78 84,64 289,50 24,13

Lampiran 8a. Analisis Sidik Ragam dan Uji BNT Mortalitas Larva S.frugiperda 8
HSA

ANOVA
Ftab Ket
SK DB JK KT Fhit
0,05 0,01
Perlakuan 3 3913,14 1304,38 48,21 4,07 7,59 **
Galat/sisa 8 216,45 27,06
Total 11 4129,59

FK 5587,35 BNT 5% 2,30600413 4,24705 9,793724


KK 3034,354 BNT 1% 3,35538733 4,24705 14,25051

41
Lampiran 9a. Mortalitas (%) Larva S.frugiperda 9 HSA
Ulangan
Perlakuan Total Rata rata
U1 U2 U3
0% 0,41 0,41 0,41 1,23 0,41
20% 33,21 39,23 18,43 90,87 30,29
40% 39,23 26,57 39,23 105,03 35,01
60% 45,00 50,77 45,00 140,77 46,92
Total 117,85 116,98 103,07 337,90 28,16

Lampiran 9a. Analisis Sidik Ragam dan Uji BNT Mortalitas Larva S.frugiperda 9
HSA

ANOVA
Ftab Ket
SK DB JK KT Fhit
0,05 0,01
Perlakuan 3 5423,69 1807,90 40,38 4,07 7,59 **
Galat/sisa 8 358,16 44,77
Total 11 5781,85

FK 7611,761 BNT 5% 2,30600413 5,46317 12,5981


KK 7117,964 BNT 1% 3,35538733 5,46317 18,33107

42
Lampiran 10a. Mortalitas (%) Larva S.frugiperda 10 HSA

Ulangan
Perlakuan Total Rata rata
U1 U2 U3
0% 0,41 0,41 0,41 1,23 0,41
20% 45,00 56,79 26,57 128,36 42,79
40% 50,77 33,21 45,00 128,98 42,99
60% 50,77 56,79 56,79 164,35 54,78
Total 146,95 147,20 128,77 422,92 35,24

Lampiran 10b. Analisis Sidik Ragam dan Uji BNT Mortalitas Larva S.frugiperda
10 HSA
ANOVA
Ftab Ket
SK DB JK KT Fhit
0,05 0,01
Perlakuan 3 8117,43 2705,81 33,39 4,07 7,59 **
Galat/sisa 8 648,35 81,04
Total 11 8765,78

FK 11924,09 BNT 5% 2,30600413 7,35045 16,95017


KK 18636,38 BNT 1% 3,35538733 7,35045 24,66361

43
Lampiran 11a. Mortalitas (%) Larva S.frugiperda 11 HSA

Ulangan
Perlakuan Total Rata rata
U1 U2 U3
0% 0,41 0,41 0,41 1,23 0,41
20% 63,43 63,43 26,57 153,43 51,14
40% 56,79 45,00 56,79 158,58 52,86
60% 56,79 56,79 63,43 177,01 59,00
Total 177,42 165,63 147,20 490,25 40,85

Lampiran 11b. Analisis Sidik Ragam dan Uji BNT Mortalitas Larva S.frugiperda
11 HSA
ANOVA
Ftab Ket
SK DB JK KT Fhit
0,05 0,01
Perlakuan 3 10651,14 3550,38 27,63 4,07 7,59 **
Galat/sisa 8 1027,84 128,48
Total 11 11678,98

FK 16023 BNT 5% 2,30600413 9,25489 21,34181


KK 40404,61 BNT 1% 3,35538733 9,25489 31,05374

44
Lampiran 12a. Mortalitas (%) Larva S.frugiperda 12 HSA

Ulangan
Perlakuan Total Rata rata
U1 U2 U3
0% 0,41 0,41 0,41 1,23 0,41
20% 90,00 63,43 26,57 180,00 60,00
40% 63,43 50,77 63,43 177,63 59,21
60% 63,43 63,43 63,43 190,29 63,43
Total 217,27 178,04 153,84 549,15 45,76

Lampiran 12b. Analisis Sidik Ragam dan Uji BNT Mortalitas Larva S.frugiperda
12 HSA
ANOVA
Ftab Ket
SK DB JK KT Fhit
0,05 0,01
Perlakuan 3 13283,69 4427,90 16,58 4,07 7,59 **
Galat/sisa 8 2136,18 267,02
Total 11 15419,87

FK 20104,38 BNT 5% 2,30600413 13,3422 30,76723


KK 155806,7 BNT 1% 3,35538733 13,3422 44,76834

45
Lampiran 13a. Mortalitas (%) Larva S.frugiperda 13 HSA

Ulangan
Perlakuan Total Rata rata
U1 U2 U3
0% 0,41 0,41 0,41 1,23 0,41
20% 90,00 63,43 33,21 186,64 62,21
40% 90,00 56,79 63,43 210,22 70,07
60% 71,57 90,00 63,43 225,00 75,00
Total 251,98 210,63 160,48 623,09 51,92

Lampiran 13b. Analisis Sidik Ragam dan Uji BNT Mortalitas Larva 13 HSA
ANOVA
Ftab Ket
SK DB JK KT Fhit
0,05 0,01
Perlakuan 3 17335,07 5778,36 17,76 4,07 7,59 **
Galat/sisa 8 2603,06 325,38
Total 11 19938,13

FK 25882,74 BNT 5% 2,30600413 14,7282 33,9634


KK 203900 BNT 1% 3,35538733 14,7282 49,41897

46
Lampiran 14. Data Daya hambat makan Larva

BOBOT BOBOT
JUMLAH LARVA
PERLAKUAN/KONSENTRASI ULANGAN AWAL AKHIR
UJI (EKOR)
(GR) (GR)
U1 3,71 1,24
KONTROL 30 EKOR U2 3,83 1,29
U3 3,37 1,26
U1 3,61 1,22
Konsentrasi 160gr/800ml
30 EKOR U2 3,38 1,31
Aquades
U3 3,46 1,27
U1 4,24 1,81
Konsentrasi 320gr/800ml
30 EKOR U2 3,9 1,91
Aquades
U3 3,71 1,79
U1 2,49 1,21
Konsentrasi 480gr/800ml
30 EKOR U2 2,87 1,47
Aquades
U3 3,83 1,23
12
TOTAL 120 EKOR
PERLAKUAN

47
DOKUMENTASI PENELITIAN

No Gambar Keterangan

Proses pengumpulan sampel larva uji


1 S.frugiperda pada lahan pertanaman
jagung petani

Larva S.frugiperda yang ditemukan


2 dilahan pertanaman jagung

3 Telur S.frugiperda
Umur 2 hari diletakkan

4 Larva Uji S.frugiperda Instar III

5 Pengumpulan daun bandotan yang di


temukan pada pinggiran jalan

48
Daun bandotan yang telah dibersihkan
6 dan akan di pisahkan daun dan
batangnya

Proses penimbangan daun bandotan


7 sesuai konsentrasi yang akan di
ujicobakan

Proses pembuatan ekstrak daun


8 bandotan/ penghalusan daun

Proses maserasi ekstrak dilakukan


9 selama 3 hari

10 Hasil ekstrak daun bandotan yang telah


di saring

49
Penyiapan pakan daun jagung untuk
11 pengaplikasian ekstrak pada larva, daun
jagung yang digunakan yaitu daun
jagung muda, dan pakan berukuran 5x5
cm

Proses pencelupan pakan pada ekstrak


daun bandotan dilakuan selama 30 detik
12 setelah pencelupan selanjutnya pakan di
ankat dan ditiriskan dikering anginkan
selama 5 menit.

Proses pencelupan pakan pada


13 konsentrasi tanpa perlakuan atau
control pencelupan pada cairan aquades

Proses penimbangan pakan larva


14 sebelum pakan di berikan pada larva

Larva S.frugiperda yang mengalami


15 kematian., tubuh larva mengalami
penyusutan, kaki larva jadi memendek
dan tubuh membengkok

50
Larva S.frugiperda yang mengalami
16 kematian. Pada bagian abdomen larva
terlihat menghitam

51
RIWAYAT HIDUP

Rahmatia Lawala lahir pada tanggal 28 Januari 2000 di


Kelurahan Bailo Kecamatan Ampana Kota Kabupaten Tojo
Una-una. Penulis merupakan Anak ke 3 dari 3 bersaudara,
dari pasangan Bapak Yusuf Lawala dan Almh. Ibu Awalia
Olesi. Penulis pertama masuk pendidikan SDN 13 Ampana
Kota tahun 2006 dan tamat tahun 2012, pada tahun yang
sama penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang Sekolah
Menengah Pertama Negeri 4 Ampana Kota, dan tamat pada tahun 2015. Setelah
tamat dari SMP penulis melanjutkan pendidikan ke SMK Informatika Komputer
Ampana Kota dan Lulus pada tahun 2018, dan ditahun yang sama melalui jalur
Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi (SBMPTN) penulis diterima sebagai
mahasiswi PSDKU Universitas Tadulako Kabupaten Tojo Una-Una Fakultas
Pertanian pada Program Studi Agroteknologi, dan sekarang sudah ditahap akhir
penyelesaian studi S1.
Bulan Februari sampai Maret 2021 penulis melaksanakan Kuliah Kerja
Nyata (KKN) di Kelurahan Dondo Barat, Kecamatan Ratolindo. Bulan November
sampai Desember 2021 Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapang (PKL) di
Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Ratolindo, Kabupaten Tojo Una-
Una, Provinsi Sulawesi Tengah.
Dengan ketekunan penulis, motivasi tinggi untuk terus belajar dan
berusaha penulis telah melaksanakan penelitian pada bulan januari sampai maret
2023 dan berhasil menyusun skripsi lengkap yang berjudul ” Pengaruh
Konsentrasi Ekstrak Daun Bandotan (Ageratum conyzaides L.) terhadap
Mortalitas dan Daya Hambat Makan Larva Spodoptera frugiperda
(Lepidoptera : Noctuidae)” dibawah bimbingan Ibu Prof Dr.Ir.Flora Pasaru,
M.Si Dan Bapak Muhammad Amiruddin S.Si., M.Si.

52

Anda mungkin juga menyukai