Anda di halaman 1dari 21

PENGARUH ALLELOPATI BEBERAPA JENIS TANAMAN

TERHADAP PERKECAMBAHAN

Oleh:

ABDUL AFRIANSYAH
22042901002
AGROTEKNOLOGI 3

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2022
PENGARUH ALLELOPATI BEBERAPA JENIS TANAMAN
TERHADAP PERKECAMBAHAN

Oleh:

ABDUL AFRIANSYAH
2204290102
AGROTEKNOLOGI 3

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan


Praktikum Dasar Ilmu Tanah pada Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.

Dikoreksi Oleh:

Muhammad Deri Wahyudi


Asisten Praktikum

Diketahui Oleh:

Assoc. Fitria. S.P., M.Agr


Dosen Penanggung Jawab

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur khadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat kesempatan dan
kekuatan bagi penulis,sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Praktikum yang
berjudul “Pengarug Allelopati Beberapa Jenis Tanaman Terhadap Perkecambahan”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Kedua Orang Tua yang telah memberikan dukungan baik secara moral maupun material
2. Ibunda Assoc. Fitria, S.P., M.Agr Selaku Dosen penanggug jawab Praktikum Ekologi
Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
3. Bapak Muhammad alqamari, S.P., M.P. Selaku Asisten Dosen Praktikum Ekologi
Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
4. Kak Adhika Septa Eliza selaku Asisten Praktikum Ekologi Tanaman Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
5. Kak Resi Anggraini selaku Asisten Praktikum Ekologi Tanaman Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
6. Abang M. Deri Wahyudi selaku Asisten Praktikum Ekologi Tanaman Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
7. Abang Aminul Akbar Nasution selaku Asisten Praktikum Ekologi Tanaman Fakultas
Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
8. Teman Teman yang telah memberikan dukungan dan partisipasinya
Penulis menyadari laporan ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.

Medan, 6 Desember 2023

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................... ii
DAFTAR TABEL...................................................................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………….. iv
PENDAHULUAN....................................................................................... 1
Latar Belakang.................................................................................... 1
Tujuan Praktikum............................................................................... 3
Kegunaan Praktikum.......................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 4
BAHAN DAN METODE........................................................................... 7
Tempat dan Waktu.............................................................................. 7
Bahan dan Alat................................................................................... 7
Pelaksaan Praktikum........................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 10
LAMPIRAN ......................................................................................................... 11
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Istilah alelopati (allelopathy) pertama kali dikemukakan oleh Hans Molisch tahun

1937. Alelopati berasal dari kata allelon (saling) dan pathos (menderita). Menurut Molisch,

alelopati meliputi interaksi biokimiawi secara timbal balik, yaitu yang bersifat penghambatan

maupun perangsangan antara semua jenis tumbuhan termasuk mikroorganisme. Kemampuan

menghambat dari bagian tumbuhan yang memproduksi alelokimia dapat dimanfaatkan untuk

menghambat pertumbuhan dan perkembangan E. cruss-galli. Alelopati adalah interaksi

biokimia antara tumbuhan dengan tumbuhan lain yang mengakibatkan penekanan

pertumbuhan dan perkembangan baik secara langsung maupun tidak langsung melalui

senyawa kimia atau alelokimia (Rice, 2018).

Alelopati merupakan pelepasan senyawa bersifat toksik yang dapat mengganggu

pertumbuhan tanaman disekitarnya dan senyawa yang bersifat alelopati disebut alelokimia.

Beberapa senyawa alelopati menghambat pembelahan sel-sel akar, menghambat

pertumbuhan yaitu dengan mempengaruhi pembesaran sel, menghambat respirasi akar,

menghambat sintesis protein, menghambat aktivitas enzim, serta menurunkan daya

permeabilitas membran pada sel tumbuhan. Alelopati merupakan senyawa kimia yang

terdapat pada tubuh tumbuhan (jaringan tumbuhan) yang dikeluarkan ke lingkungannya dan

dapat menghambat atau mematikan individu tumbuhan lainnya. Pertumbuhan alangalang

sangat cepat, menyebar secara luas dan mampu tumbuh pada berbagai kondisi

tanah.Sehingga alang-alang banyak tumbuh pada lahan kritis (Soetikno, 2020).

Efek penghambatan senyawa alelopati pada organisme target bisa terjadi secara

langsung maupun tidak langsung, namun bagaimana penghambatan terjadi di alam belum

bisa diketahui secara pasti. Hal ini dikarenakan terdapat faktor lain selain alelokimia yang

bisa menghambat pertumbuhan diantaranya kompetisi, faktor biotik, dan abiotik sehingga
penelitian ‘bioassay’ penting dilakukan untuk mengevaluasi potensi alelokimia tersebut. ,

Alelopati meliputi interaksi biokimiawi secara timbal balik, yaitu yang bersifat

penghambatan maupun perangsangan antara semua jenis tumbuhan termasuk

mikroorganisme. Efek penghambatan senyawa alelopati pada organisme target bisa terjadi

secara langsung maupun tidak langsung, namun bagaimana penghambatan terjadi di alam

belum bisa diketahui secara pasti. Hal ini dikarenakan terdapat faktor lain selain alelokimia

yang bisa menghambat pertumbuhan diantaranya kompetisi, faktor biotik, dan abiotik

(Narwal, 2019).

Alelokimia yang dilepaskan ke lingkungan melalui volatilasi (untuk atsiri), eksudasi

akar, basuhan daun atau hasil dekomposisi residu tumbuhan, dapat berupa terpenoida,

juglone, alkaloida dan fenol Tanaman berkayu yang dilaporkan bersifat alelopati antara lain:

Acasia spp., Albizzia lebbeck, Eucalyptus spp., Grewia optiva, Glirycidia sepium, Leucaena

leucocephala, Moringa oleifera, Populus deltoides, Abies balsamea, Picea mariana, Pinus

divaricata, P. recinosa, dan Thuja occidentalis. Adanya senyawa alelopati dari tanaman

berkayu dapat dimanfaatkan dalam pertanaman sistem wanatani (agroforestry) serta dalam

pengendalian gulma, patogen, ataupun hama. Alelopati dalam sistem wanatani dapat

dimanfaatkan dalam strategi pengurangan keragaman vegetasi di bawah tegakan tanaman

(Singh, 2019).

Allelpati adalah produksi substansi (zat) oleh suatu tanaman yang merugikan tanaman

lain atau mikroba. Ini merupakan topic yang kontroversi (bertentangan). Masalahnya adalah

bahwa tanaman mengandung substansi yang sangat luas yang bersifit toksik dan beberapa

percobaan berusaha mendemonstrasikan pengaruh allelopati dengan memberikan ekstrak

suatu tanaman kepada bij-biji ataupun bibit tanaman lain. Terlepas dari kenyataan bahwa

ekstrak suatu tanaman bukaniah material percobaan yang cocok, karena tidak terdapat di

alam, ekstrak tersebut sering kali tidak steril schingga transformasi bakteri barangkali telah
berlangsung dan biasanya tanaman-tanaman tersebut tidak memiliki hubungan ekologi.

Alelokimia yang dilepaskan ke lingkungan melalui volatilasi (untuk atsiri), eksudasi akar,

basuhan daun atau hasil dekomposisi residu tumbuhan, dapat berupa terpenoida, juglone,

alkaloida dan fenol. Pada suatu agroekosistem, senyawa alelopati kemungkinan dapat

dihasilkan oleh gulma, tanaman pangan, dan hortikultura (semusim), tanaman berkayu, residu

dari tanaman dan gulma, serta mikroorganisme (Tetelay, 2018).

Allopati merupakan sebuah fenomena yang berupa bentuk interaksi antara makhluk

hidup yang satu dengan makhluk hidup lainnya melalui senyawa kimia.Allopati merupakan

suatu peristiwa dimana suatu individu tumbuhan yang menghasilkan zat kimia dan dapat

menghambat pertumbuhan jenis yang lain yang tumbuh bersaing dengan tumbuhan tersebut.

Istilah ini mulai digunakan oleh Molisch pada tahun 1937 yang diarikan sebagai pengaruh

negatif dari suatu jenis tumbuhan tingkat tinggi terhadap perkecambahan, pertumbuhan, dan

pembuahan jenis-jenis lainnya. Beberapa senyawa alelopati menghambat pembelahan sel-sel

akar, menghambat pertumbuhan yaitu dengan mempengaruhi pembesaran sel, menghambat

respirasi akar, menghambat sintesis protein, menghambat aktivitas enzim, serta menurunkan

daya permeabilitas membran pada sel tumbuhan (Maryam, 2018)

Allelopati, meskipun pada awalnya dapat dianggap sebagai tantangan dalam

pertumbuhan tanaman, sebenarnya juga memberikan sejumlah manfaat yang dapat

dimanfaatkan dalam konteks pertanian. Salah satu manfaat utama allelopati adalah

kemampuannya untuk mengendalikan pertumbuhan gulma. Beberapa tanaman menghasilkan

senyawa alelopat yang dapat menghambat perkecambahan biji gulma atau pertumbuhan akar

gulma, memberikan keunggulan kompetitif bagi tanaman budidaya. Selain itu, fenomena

allelopati juga dapat digunakan sebagai strategi alami dalam pengendalian hama tanaman.

Beberapa senyawa alelopat dapat memiliki efek negatif terhadap organisme pengganggu,

membantu mengurangi risiko kerusakan tanaman oleh serangan hama. Oleh karena itu,
pemahaman yang lebih mendalam tentang mekanisme dan senyawa alelopati dapat membuka

peluang baru dalam pengembangan metode pertanian yang lebih berkelanjutan dan ramah

lingkungan, di mana tanaman dapat memanfaatkan sifat-sifat alelopati untuk meningkatkan

produktivitas dan mengurangi ketergantungan pada bahan kimia sintetis (Mariono, 2019)

Tujuan Praktikum

Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh allelopati dari beberapa jenis

tanaman terhadap perkecambahan / pertumbuhan tanaman.

Kegunaan Praktikum

1. Sebagai syarat dalam mengikuti Praktikum Ekologi Tanaman Fakultas Pertanian

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.

2. Sebagai syarat dalam mengikuti Praktikal Test Ekologi Tanaman Fakultas Pertanian

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.

3. Sebagai bahan informasi bagi pembaca.


TINJAUAN PUSTAKA

Proses Perkecambahan

Perkecambahan biji dimulai dari proses penyerapan air oleh biji diikuti dengan

melunaknya kulit biji serta terjadinya hidrasi sitoplasma dan peningkatan suplai oksigen

sehingga menyebabkan peningkatan respirasi dalam biji. Proses perkecambahan dapat terjadi

jika kulit biji permeable terhadap air dan tersedia cukup air dengan tekanan osmosis tertentu

Morfologi dan Klasifikasi Kedelai Dinding sel yang kering hampir tidak permeabel terhadap

gas. Imbibisi menyebabkan kadar air di dalam biji mencapai 50-60%, dan menyebabkan

pecah atau robeknya kulit biji. Air juga merupakan sarana masuknya oksigen ke dalam biji.

Suhu optimum untuk berlangsungnya proses perkecambahan adalah 10-40ºC (Rasyid, 2018)

Ada dua tipe perkecambahan biji, yaitu perkecambahan epigeal dan hypogeal

1. Perkecambahan Epigeal Tipe perkecambahan epigeal ditandai dengan hipokotil

yang tumbuh memanjang sehingga plumula dan kotiledon terangkat ke atas (permukaan

tanah). Kotiledon dapat melakukan fotosintesis selama daun belum 11 terbentuk. Contoh

tumbuhan ini adalah kacang hijau, kedelai, bunga matahari dan kacang tanah. Organ pertama

yang muncul ketika biji berkecambah adalah radikula. Radikula ini kemudian akan tumbuh

menembus permukaan tanah. Untuk tanaman dikotil yang dirangsang dengan cahaya, ruas

batang hipokotil akan tumbuh lurus ke permukaan tanah mengangkat kotiledon dan epikotil.

Epikotil akan memunculkan daun pertama kemudian kotiledon akan rontok ketika cadangan

makanan di dalamnya telah habis digunakan oleh embrio.

2. Perkecambahan Hipogeal

Perkecambahan hipogeal ditandai dengan epikotil tumbuh memanjang kemudian

plumula tumbuh ke permukaan tanah menembus kulit biji. Kotiledon tetap berada di dalam

tanah. Contoh tumbuhan yang 12 mengalami perkecambahan ini adalah kacang ercis, kacang

kapri, jagung, dan rumput. Biji yang berkecambah belum memiliki kemampuan untuk
menyintesis cadangan makanan sendiri. Kebutuhan karbohidrat didapatkan dari cadangan

makanan (endosperma). Umumnya cadangan makanan pada biji berupa amilum (pati). Pati

tidak dapat ditransportasikan ke sel-sel lain, oleh karena itu pati harus diubah terlebih dahulu

kedalam bentuk gula yang terlarut dalam air.

Kedelai dikenal dengan beberapa nama, yaitu Glycine soja atau Soja max. Tahun

1984 telah disepakati bahwa nama botani yang dapat diterima dalam istilah ilmiah yaitu

Glycine max (L.). Klasifikasi tanaman kedelai sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Super Divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Fabales

Famili : Fabaceae

Genus : Glycine

Spesies : Glycine max (L.)

Kedelai yang tumbuh secara liar di Asia Tenggara meliputi sekitar 40 jenis.

Penyebaran geografis dari kedelai mempengaruhi jenis tipenya. Terdapat 4 tipe kedelai

yakni : tipe Mansyuria, Jepang, India, dan Cina. Dasar-dasar penentuan varietas kedelai

ditentukan berdasarkan umur, warna biji dan tipe batang. Berdasarkan umur tanaman,

varietas-varietas unggul kedelai diklasifikasikan menjadi 3 kelompok yaitu varietas yang

berumur kurang dari 75 hari (genjah), varietas yang berumur 75-90 hari (sedang), dan

varietas yang berumur lebih dari 90 hari (tinggi) . Varietas unggul kedelai dikembangkan

sejak tahun 1916 dengan cara memasukan varietas kedelai dari luar negeri antara lain dari

Cina, Taiwan, Manzhuria, dan Amerika Serikat. Kegiatan perbaikan varietas kedelai melalui
hibridisasi baru dimulai pada tahun 1930-an. Pada tahun 2019 sebanyak 71 varietas unggul

kedelai telah dilepas oleh pemerintah dari yang berbiji kecil hingga yang berbiji besar.

Karakteristik tinggi tanaman, umur tanam, ukuran biji dan potensi hasil varietas unggul

kedelai memiliki keragaman yang cukup besar (Husein, 2020).

1. Akar Tanaman Kedelai

Akar kedelai mulai muncul dari belahan kulit biji disekitar mesofil. Calon akar

tersebut tumbuh dengan cepat ke dalam tanah, sedangkan kotiledon yang terdiri dari dua

keping akan terangkat ke permukaan tanah akibat pertumbuhan yang cepat dari hipokotil

(Rakhman dan Tambas, 1986). Sistem perakaran kedelai terdiri dari dua macam, yaitu akar

tunggang dan akar sekunder (serabut) yang tumbuh dari akar tunggang. Kedelai juga sering

kali membentuk akar adventif yang 8 tumbuh dari bagian bawah hipokotil

2. Batang Tanaman Kedelai

Hipokotil pada proses perkecambahan merupakan bagian batang, mulai dari pangkal

akar hingga kotiledon. Hipokotil dan dua keping kotiledon akan menerobos ke permukaan

tanah. Bagian batang kecambah yang berada di atas kotiledon dinamakan epikotil

3. Daun Tanaman Kedelai

Daun kedelai ada dua bentuk, yaitu bulat (oval) dan lancip (lanceolate). Bentuk daun

tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik. Daerah yang mempunyai tingkat kesuburan tanah

yang tinggi sangat cocok untuk varietas kedelai yang mempunyai bentuk daun yang lebar.

Daun mempunyai stomata yang berjumlah antara 190-320 buah/m2

4. Bunga Tanaman Kedelai

Tanaman kacang-kacangan, termasuk tanaman kedelai mempunyai dua stadia

tumbuh, yaitu stadia vegetatif dan stadia reproduktif. Stadia vegetatif mulai dari tanaman

berkecambah hingga berbunga, sedangkan stadia reproduktif mulai dari pembentukan bunga
hingga pemasakan biji. Tanaman kedelai sebagian besar mulai berbunga pada umur antara 5-

7 minggu. Bunga kedelai menyerupai kupu-kupu.

5. Polong dan biji Tanaman Kedelai

Biji kedelai berbentuk polong, setiap polong berisi 1–4 biji. Biji umumnya berbentuk

bulat atau bulat pipih sampai bulat lonjong. Ukuran biji berkisar antara 6 – 30 g/100 biji,

ukuran biji diklasifikasikan menjadi 3 kelas yaitu biji kecil (6–10 g/100 biji), biji sedang (11–

12 g/100 biji) dan biji besar (Fachruddin, 2000). Biji – biji kedelai berkeping dua terbungkus

kulit biji (lesta). Embrio terbentuk di antara keping biji (Suwito, 2018).

Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai

Tanaman kedelai menghendaki daerah dengan curah hujan minimum sekitar 800 mm

pada masa pertumbuhan selama 3 – 4 bulan, sebenarnya tanaman ini resisten terhadap daerah

yang agak kering kecuali selama pembungaan10 . Di sentra penanaman kedelai di Indonesia

pada umumnya kondisi iklim yang paling cocok adalah daerah – daerah yang mempunyai

suhu antara 25°- 27° C, kelembaban udara rata – rata 65 %, penyinaran matahari 12 jam per

hari atau minimal 10 jam perhari dan curah hujan paling optimum antara 100 – 200

mm/bulan 16. Tanah Kedelai dapat tumbuh baik pada tanah bertekstur gembur, lembab tidak

tergenang air dan memiliki pH 6 – 6,8. Pada pH 5,5 kedelai masih dapat tumbuh dan

berproduksi, meskipun tidak sebaik pada pH 6 – 6,8. Pada pH 5,5 pertumbuhan sangat

terhambat karena keracunan Al, untuk mengatasinya lahan perlu dikapur 3 . Tanaman kedelai

mempunyai daya adaptasi yang luas terhadap berbagai jenis tanah. Berdasarkan kesesuaian

jenis tanah untuk pertanian maka tanaman kedelai cocok ditanam pada jenis tanah alluvial,

regosol, grumosol, latosol dan andosol 16 . Peranan Pupuk P Pupuk posfat sangat dianjurkan

sebagai pupuk dasar, yaitu digunakan pada saat tanam atau sebelum tanam. Hal ini

disebabkan karena pupuk ini merupakan pupuk yang unsurnya tidak cepat atau segera

tersedia dan juga sangat dibutuhkan pada stadia permulaan tumbuh. Pemberian sangat lebih
baik bila ditempatkan pada daerah tangkuman akar. Keuntungan pemberian pupuk seawall

mungkin dalam pertumbuhan tanaman akan mendorong pertumbuhan akar permulaan dan

memberikan daya ambil atau serap hara lebih baik . Pada tanaman kedelai fosfat diperlukan

untuk aktivitas bintil akar yang maksimal lebih besar daripada yang diperlukan untuk

pembentukan bintil akar. Kenyataan ini menunjukkan bahwa hasil biji yang maksimal

diperlukan pupuk fosfat yang cukup agar terjamin proses fiksasi N2 secara maksimal 18 .

Kekurangan fosfat yang serius dapat memperlambat dan menunda primordial, sehingga biji

dihasilkan berkerut, ringan, kecambahnya kecil dan matang lebih awal. Hal ini perlu

diperhatikan dalam tujuan untuk mengarahkan produksi yang lebih baik kualitas maupun

kuantitas dari tanaman kedelai itu (Marno, 2018).

Morfologi dan Klasifikasi Tanaman Jagung

Tanaman jagung ini dalam bahasa latin disebut (Zea Mays) klasifikasi dari tanaman

jagung ini adalah

Kingdom: Plantae

Phylum: Angiospermae

Kelas: Monocotyledonae

Ordo: Poales

Famili: Poaceae

Genus: Zea

Spesies: Zea mays

Dalam kultivar dan varietas jagung, terdapat banyak variasi yang telah dihasilkan

melalui pemuliaan selektif untuk menghasilkan sifat-sifat tertentu seperti resistensi terhadap

hama, produktivitas tinggi, atau penyesuaian terhadap kondisi pertanian tertentu. Varietas

jagung dapat diklasifikasikan berdasarkan ciri-ciri seperti warna biji, panjang siklus

pertumbuhan, dan jenis pemuliaan lainnya. Melalui pemuliaan selektif, masyarakat pribumi
berhasil mengembangkan varietas-varietas jagung yang berbeda dengan karakteristik yang

beragam, seperti ukuran biji, warna, dan keberlanjutan pertumbuhan. Jagung tetap menjadi

komoditas penting di berbagai negara sebagai sumber pangan, pakan ternak, dan bahan baku

industri seperti etanol (Suwandi, 2021).

Akar

Akar jagung terdiri dari akar serabut yang berkembang secara mendalam di dalam

tanah. Akar ini bertanggung jawab untuk menyerap air dan nutrisi.

Batang

Batang jagung terdiri dari batang utama yang tinggi dan tegak. Batang ini memiliki ruas-ruas

dan membentuk tongkol tempat terdapat biji-bijian.

Daun

Daun jagung panjang dan lebar dengan urutan susunan daun secara spiral di

sepanjang batang. Daun ini memiliki venasi paralel dan ujung daun yang runcing.

Bunga

Jagung memiliki bunga betina dan bunga jantan yang terpisah. Bunga betina terdapat

di telinga (cobia) yang berkembang menjadi tongkol, sementara bunga jantan berkembang di

tassel yang terletak di bagian atas tanaman.

Tongkol (Cobia)

Tongkol adalah struktur yang membentuk bagian utama tempat biji-bijian jagung

berkembang. Tongkol ini terdiri dari banyak spikelet (bonggol) yang disebut butiran jagung.

Buah/Biji

Biji jagung, juga disebut butiran jagung, adalah hasil dari pembuahan bunga betina

pada tongkol. Setiap butiran jagung memiliki kulit luar yang disebut tempurung dan

endosperma yang menyimpan nutrisi.


Syarat Tumbuh Tanaman Jagung.

Tanaman jagung membutuhkan beberapa syarat tumbuh agar dapat tumbuh dengan

baik dan menghasilkan panen yang optimal. Beberapa syarat tumbuh tanaman jagung yang

perlu diperhatikan antara lain Penyediaan Tanah yang Subur: Tanaman jagung membutuhkan

tanah yang kaya nutrisi, subur, dan mengandung humus untuk pertumbuhan yang optimal.

Penyiraman yang Cukup: Tanaman jagung memerlukan penyiraman yang cukup, terutama

pada fase pertumbuhan awal dan pembentukan tongkol. Pemupukan yang Tepat: Pemberian

pupuk yang sesuai dan tepat waktu diperlukan untuk mendukung pertumbuhan tanaman

jagung. Pengendalian Hama dan Penyakit: Penting untuk melakukan pengendalian hama dan

penyakit secara teratur agar tanaman jagung dapat tumbuh dengan optimal dan menghasilkan

panen yang baik. Faktor Lingkungan: Tanaman jagung membutuhkan paparan sinar matahari

selama 6-8 jam setiap hari dan curah hujan yang ideal sekitar 500-1200 milimeter per tahun

(Fathoni, 2022)

Morfologi dan Klasifikasi Tanaman Kacang Hijau

Kacang hijau merupakan tanaman berbentuk semak yang tumbuh tegak. Tanaman

kacang hijau diduga berasal dari India, kemudian menyebar ke berbagai Negara Asia tropis,

termasuk ke Indonesia di awal abad ke-17. Di Indonesia, kacang hijau juga dikenal sebagai

tanaman sayuran semusim. Kacang hijau termasuk jenis tanaman yang termasuk relatif

mudah untuk ditanam kacang hijau berumur pendek (kurang dari 60 hari) berbentuk polong.

Adapun klasifikasi botani tanaman kacang hijau sebagai berikut. Kacang hijau dapat ditanam

di lahan sawah dan di lahan kering. Di lahan kering, kacang hijau ditanam pada musim

penghujan. Kacang hijau sudah banyak berkembang dan diusahakan di lahan-lahan kering

Indonesia bagian timur, seperti Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara

Timur (NTT).Kacang hijau merupakan sumber protein nabati, vitamin (A, B 1, C, dan E),

serta beberapa zat lain yang sangat bermanfaat bagi tubuh manusia, seperti amilum, besi,
belerang, kalsium, minyak lemak, mangan, magnesium, dan niasin. Selain bijinya daun

kacang hijau muda sering dimanfaatkan sebagai sayuran (Nurida, 2018).

Divisi: Spermatophyta

Sub-divisi : Angiospermae

Kelas: Dicotyledoneae

Ordo: Leguminales

Famili: Leguminosae

Genus: Vigna

Spesies: Vigna radiata.

Morfologi kacang hijau

1. Biji

Biji kacang hijau berbentuk bulat kecil dengan bobot dengan bobot berat tiap butir

0,5 sampai 0,8 atau per 1000 butir antara 36 sampai 78 g, berwarna hijau sampai hijau

mengkilap. Biji kacang hijau tersusun atas tiga bagian yaitu kulit biji, kotiledon dan

embrio. Biji kacang hijau berbentuk bulat. Tipe perkecambahan biji kacang hijau hijau

adalah epigeal dan termasuk biji dikotil yaitu berkeping dua.Kurangnya tersedianya air

pada lingkungan biji akan menyebabkan jumlah air yang diambil untuk berkecambah

menjadi semakin rendah atau bahkan tidak mencukupi.Biji serealia seperti kacang hijau

mengalami imbibisi. Imbibisi merupakan awal perkecambahan biji. Biji yang hidup dan

mati, keduanya melakukan imbibisi air dan membengkak banyak air imbibisi tergantung

pada komposisi kimia biji, getah dan pectin lebih bersifat keloid dan banyak mengalami

imbibisi air dari pada zat tepung. Kandungan air yang kurang dari batas optimum biasanya

menghasilkan imbibisi Sebagian dan memperlambat atau menhan perkecambahan.

2. Akar
Tanaman kacang hijau berakar tunggang. Sistem perakarannya dibagi menjadi dua,

yaitu mesophytes dan xerophytes. Mesophytes mempunyai banyak cabang akar pada

permukaan tanah dan tipe pertumbuhannya menyebar. Sementara xerophytes memiliki akar

cabang lebih sedikit dan memanjang ke arah bawah

3. Batang

Batang kacang hijau berbentuk bulat dan berbuku-buku, ukuran batangnya kecil

berbulu, berwarna hijau kecoklatan atau kemerahan. Setiap buku batang menghasilkan satu

tangkai daun, kecuali pada daun pertama berupa sepasang daun yang berhadapan dan

masing-masing daun berupa tunggal. Batang kacang hijau tumbuh tegak dengan ketinggian

mencapai 1 m. cabangnya menyebar ke semua arah

4. Daun

Daun tanaman kacang hijau terdiri dari 3 helai (trifoliate) dan letaknya bersilang.

Tangkai daunnya cukup Panjang dari daun. Daunnya berwarna hijau sampai hijau tua

5. Bunga

Bunga kacang hijau besar berdiameter 1 sampai 2 cm terletak pada tandan ketiak yang

tersusun atas 2 kuntum bunga, Panjang tandan bunga 2 sampai 20 cm. berbentuk seperti

kupu-kupu dan berwarna kuning kehijauan atau kuning pucat. Bunganya dapat menyerbuk

sendiri menghasilkan polong

6. Polong

Buah kacang hijau berbentuk polong (silindris) dengan Panjang antara 6 sampai 15

cm, berbulu pendek, polong kacang hijau ber sekmen-sekmen yang berisi biji. Sewaktu muda

polong berwarna hijau dan setelah tua berwarna hitam coklat. Setiap polong berisi 10

sampai15 biji. Biji kacang lebih kecil dibanding kacang kacangan lain. Warna bijinya

kebanyak hijau kusam atau hijau mengkilap, beberapa ada berwarna kuning, coklat dan

hitam.
Syarat tumbuh kacang kacang hijau

Tanaman kacang hijau (Vigna radiata) memiliki beberapa syarat pertumbuhan yang

harus dipenuhi untuk menghasilkan hasil yang optimal. Pertama, tanaman ini membutuhkan

sinar matahari yang cukup, sehingga sebaiknya ditanam di lokasi yang terkena sinar matahari

penuh. Suhu udara yang ideal untuk pertumbuhan kacang hijau berkisar antara 20 hingga 30

derajat Celsius. Tanah yang baik untuk tanaman ini adalah tanah yang subur, kaya akan

bahan organik, dan memiliki drainase yang baik untuk mencegah genangan air yang dapat

merusak akar. pH tanah optimal berada dalam rentang 6 hingga 7. Selain itu, tanaman kacang

hijau juga membutuhkan pasokan air yang konsisten, terutama pada fase awal pertumbuhan

dan pembentukan polong. Pemupukan yang tepat dengan pupuk yang mengandung nitrogen,

fosfor, dan kalium juga diperlukan untuk mendukung pertumbuhan tanaman dan

pembentukan polong yang baik. Dengan memperhatikan syarat-syarat ini, petani dapat

meningkatkan potensi hasil dan kualitas tanaman kacang hijau (Suwito, 2020)
BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada pukul 10.00 pagi, Kamis 6 November 2023. Di Lahan

percobaan Praktikum Ekologi tanaman Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera

Utara, di jalan Dwikora, Sampali, Kecamatan Percut Sei Tuan.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :

1. Bagian akar daun alang alang (imperata cylindrical) dan rumput teki tekian (Cyprinus

sp).

2. Biji tanaman yang cepat berkecambah, misalnya biji kacang hijau, dan jagung .

3. Blender atau mangkok penggerus,cawan petri , kertas saring dan kertas merang ,

gelas ukur, corong penyaring, pipe t , dan pisau/gunting

Cara Kerja

1. Buatlah ekstrak alang-alang dan rumput teki dengan cara berikut:

a. Hancurkan dan haluskan bagian tumbuhan yang dipilih tersebutdengan mangkok

penggerus atau blender.

b. Buatlah ekstrak bagian tumbuhan tersebut dengan air, dengan perbandingan bagian

tumbuhan: air adalah 1: 7, 1: 14, dan 1: 21. Saringlah ekstrak yang diperoleh dengan

menggunakan alat penyaring.

c. Letakkan 10 biji jagung atau biji kacang hijau pada cawan petri, sebanyak 9 petri.

2. Siram sebanyak 5 ml ekstrak allelopati ke dalam cawan petri yang telahberisi biji kacang hijau atau

biji jagung.

3. Pilih kombinasi perlakuan, biji kacang hijau atau biji jagung dengan perlakukan (control dan

perlakukan ekstrak dengan salah satu konsentrasi I : 7 atau 1: 14 atau 1 : 21).

4. Terdapat 3 (tiga) perlakukan dengan masing-masing perlakukan 3 (tiga)ulangan.

5. Amati perkecambahan biji-biji tersebut selama 1 minggu, tentukan persen kecambahnya dan ukur

panjang kecambahnya.
6. Dengan menggunakan rancangan percobaan acak lengkap gunakan sidik ragam untuk mengetahui

pengaruh perlakukan pemberian ekstrak bahan allelopati terhadap respon pertumbuhan.


21

Anda mungkin juga menyukai