Anda di halaman 1dari 53

1

KOMPETISI INTRASPESIES DAN INTERSPESIES

𝐋𝐀𝐏𝐎𝐑𝐀𝐍

Oleh:

SANNY SIHOMBING
220301183
AGROTEKNOLOGI – 4

LABORATORIUM EKOLOGI TANAMAN


PTOGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
2023
2

KOMPETISI INTRASPESIES DAN INTERSPESIES

𝐋𝐀𝐏𝐎𝐑𝐀𝐍

Oleh:

SANNY SIHOMBING
220301183
AGROTEKNOLOGI – 4

Laporan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memenuhi Komponen Penilaian
di Laboratorium Ekologi Tanaman Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

LABORATORIUM EKOLOGI TANAMAN


PTOGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
2023
3

Judul : Kompetisi Interspesies dan Intraspesies


Nama : Sanny Sihombing
NIM : 220301183
Kelas : Agroteknologi - 4

Mengetahui :
Dosen Penanggung Jawab

(Prof.Dr. Ir. Yaya Hasanah M.Si.)


NIP : 196901102005022003
4

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke khadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat
pada waktunya.
Adapun judul dari laporan ini adalah “Kompetisi Interspesies dan
Intraspesies” yang merupakan salah satu syarat untuk memenuhi komponen
penilaian di Laboratorium Ekologi Tanaman Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Penyelesaian penyusunan laporan ini tidak terlepas dari bantuan dan
partisipasi semua pihak, untuk itu penulis menyampaikan terima kasih
pada Dr. Nini Rahmawati S.P., M.Si., Dr. Ir. Haryati M.P., Ir. Razali
M.P., Dr. Dra. Ir. Chairani Hanum M.S., Ir. Irsal M.P., Nursa'adah S.ST.,
M. Agr, Dr. Ir. Yaya Hasanah M.Si., selaku dosen mata kuliah Ekologi
Tanaman serta abang dan kakak asisten Laboratorium Ekologi Tanaman yang
telah membimbing dalam penulisan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun akan sangat diharapkan
demi perbaikan penulisan. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Oktober 2023

Penulis
5

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ......................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. vii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ........................................................................................... 8
Tujuan Praktikum ....................................................................................... 9
Kegunaan Penulisan ................................................................................... 10
TINJAUAN PUSTAKA
Ekologi tanaman ......................................................................................... 11
Botani Tanaman Jagung (Zea mays) .......................................................... 12
Syarat Tumbuh ........................................................................................... 15
Iklim ....................................................................................................... 15
Tanah ..................................................................................................... 16
Botani Tanaman Kacang Hijau (Vigna Radiata L) .................................... 17
Syarat Tumbuh ........................................................................................... 19
Iklim ....................................................................................................... 19
Tanah ..................................................................................................... 20
Kompetisi Tanaman ................................................................................... 21
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu ..................................................................................... 24
Alat dan Bahan ........................................................................................... 24
Prosedur Praktikum ..................................................................................... 24
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil ................................................................................................... 26
Pembahasan ................................................................................................. 35
KESIMPULAN .............................................................................................. 39
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 40
LAMPIRAN .................................................................................................... 43
6

DAFTAR TABEL
No Judul Hal
Tabel 1 Tinggi Tanaman Tanaman jagung (cm) pada MST 1-4 27
Tabel 2 Tinggi Tanaman Tanaman jagung dan kacang hijau (cm) MST 1-4 28
Tabel 3 Tinggi Tanaman kacang hijau (cm) pada MST 1-4 28
Tabel 4 Jumlah Daun Tanaman jagung(helai) pada MST 1-4 29
Tabel 5 Jumlah Daun Tanaman jagung dan kacang hijau (helai) pada MST 1-4 30
Tabel 6 Jumlah Daun kacang hijau (helai) pada MST 1-4 30
Tabel 7 Diameter Batang Tanaman Jagung (mm) pada MST 1-4 31
Tabel 8 Diameter Batang Tanaman Jagung dan Kacang hijau (mm) MST 1-4 32
Tabel 9 Diameter Batang Tanaman Kacang Hijau (mm) pada MST 1-4 32
Tabel 10 Bobot Basah Tajuk Tanaman Jagung (gram) pada MST 1-4 33
Tabel 11 Bobot Basah Tajuk Tanaman Jagung dan Kacang hijau (gr) MST 1-4 33
Tabel 12 Bobot Basah Tajuk Tanaman Kacang Hijau (gram) pada MST 1-4 33
Tabel 13 Bobot Basah AkarTanaman Jagung (gram) pada MST 1-4 34
Tabel 14 Bobot Basah Akar Tanaman Jagung dan Kacang hijau(gr) MST 1-4 34
Tabel 15 Bobot Basah Akar Tanaman Kacang Hijau (gram) pada MST 1-4 35
7

DAFAR LAMPIRAN

No Judul Hal
Lampiran 1 Data Pengamatan Kelompok 3 43
Lampiran 2 Dokumentasi Kegiatan Praktikum 49
8

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Kompetisi dapat didefenisikan sebagai salah satu bentuk interaksi antar


tumbuhan yang saling memperebutkan sumber daya alam yang tersedia terbatas
pada lahan dan waktu sama yang menimbulkan dampak negatif terhadap
pertumbuhan dan hasil salah satu jenis tumbuhan atau lebih. Sumber daya alam
tersebut, contohnya air, hara, cahaya, CO2, dan ruang tumbuhan (Widayat, 2018).
Definisi kompetisi sebagai interaksi antara dua atau banyak individu apabila
(1) suplai sumber yang diperlukan terbatas, dalam hubungannya dengan permintaan
organisme atau (2) kualitas sumber bervariasi dan permintaan terhadap sumber
yang berkualitas tinggi lebih banyak. Organisme mungkin bersaing jika masing-
masing berusaha untuk mencapai sumber yang paling baik di sepanjang gradien
kualitas atau apabila dua individu mencoba menempati tempat yang sama secara
simultan. Sumber yang dipersaingkan oleh individu adalah untuk hidup dan
bereproduksi, contohnya makanan, oksigen, dan cahaya (Suwardi et al., 2020).
Ada dua macam kompetisi berdasarkan jenis organisme yaitu intraspesies
dan interspesies. Kompetisi intraspesies adalah persaingan yang terjadi antara
organisme yang berasal dari satu spesies, sedangkan kompetisi interspesies adalah
persaingan antara organisme yang berasal dari spesies yang berbeda. Definisi
kompetisi sebagai interaksi antara dua atau banyak individu apabila suplai sumber
yang diperlukan terbatas, dalam hubungannya dengan permintaan organisme atau
kualitas sumber bervariasi dan permintaan terhadap sumber yang berkualitas tinggi
lebih banyak. Organisme bersaing jika masing-masing berusaha untuk mencapai
sumber yang paling baik di sepanjang gradien kualitas atau apabila dua individu
mencoba menempati tempat yang sama secara simultan (Putri, 2014).
Media tanam adalah media tumbuh bagi tanaman yang dapat memasok
sebagian unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman untuk menunjang
pertumbuhan tanaman secara baik. Sebagian besar unsur-unsur hara yang
dibutuhkan tanaman dipasok melalui media tanaman. Selanjutnya diserap oleh
perakaran dan digunakan dalam proses fisiologis tanaman (Zaenuddin, 2013).
Kompetisi atau persaingan dapat diartikan sebagai interaksi antar individu
yang berakibat pada pengurangan kemampuan hidup mereka. Persaingan yang
9

dilakukan organisme-organisme dapat memperebutkan kebutuhan ruang (tempat),


makanan, unsur hara, air, sinar, udara, agen penyerbukan, agen dispersal, atau
faktor-faktor ekologi lainnya sebagai sumber daya yang dibutuhkan oleh tiap-tiap
organisme untuk hidup dan pertumbuhannya (Kusumawati, 2018).
Kompetisi dapat terjadi jika salah satu dari dua atau lebih organisme yang
hidup bersama-sama membutuhkan faktor lingkungan yang sangat terbatas
persediaannya dan tidak mencukupi bagi kebutuhan bersama. Kompetisi dapat
diartikan juga sebagai periode dimana dua jenis tanaman atau tumbuhan tumbuh
bersama-sama. Kompetisi interspesifik atau kompetisi antar jenis merupakan
interaksi negative yang terjadi pada tumbuh-tumbuhan yang berbeda jenis. Interaksi
tersebut dapat dilihat dari penurunan berat kering yang terjadi pada tanaman yang
berasosiasi (Darmadi et al., 2017).
Dalam sistem budidaya tanaman, terjadinya kompetisi interspesifik maupun
intraspesifik antar tanaman sangatlah diperhatikan dalam mengatur proses
penanaman. Pengaturan jarak tanaman yang tepat dapat dijadikan solusi dalam
proses penanaman. Pengaturan jarak tanam yang sesuai maka akan menekan
kompetisi yang keras antar tanaman, terlebih pada penanaman dengan spesies yang
sama. Selain itu, dengan jarak tanaman yang sesuai unsur hara yang terserap oleh
tanaman akan seimbang, jadi hasilnya yang didapatkan akan seragam (Sutopo,
2013).
Tanaman yang ditumpangsarikan dipilih dari tanaman yang mempunyai
akar dalam dan tanaman yang berakar dangkal. Hal ini untuk menghindari
persaingan penyerapan hara dari dalam tanah. Tinggi dan lebar tajuk antara tanaman
yang ditumpangsarikan akan berpengaruh terhadap penerimaan cahaya matahari,
lebih lanjut akan mempengaruhi hasil sintesa (glukosa) dan muara terakhir
berpengaruh terhadap hasil secara keseluruhan (Syafi’i et al., 2017).

Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui interkasi antar

tanaman Jagung (Zea mays) dan Kacang Hijau (Vigna radiata) terhadap kompetisi

interspesies dan intraspesies.


10

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan penulisan ini adalah sebagai salah satu syarat untuk dapat

memenuhi komponen penilaian pada praktikum Laboratorium Ekologi Tanaman

Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan

sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.


11

TINJAUAN PUSTAKA

Ekologi Tanaman
Ekologi tumbuhan merupakan kajian tentang hubungan timbale balik antara
tumbuhan dan lingkungannya. Ekologi tumbuhan merupakan salah satu cabang
ilmu ekologi yang mempelajari secara spesifik interaksi tumbuhan dengan
lingkungan hidupnya, yang berhubungan dengan berbgai proses dan fenomena
alam. Perkembangan ekologi tumbuhan sebagai ilmu pengetahuan alam secara
kualitatif dan kuantitatif relative masih baru. Sebagai bagian dari ilmu biologi,
ekologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari interaksi antar makhluk
hidup dengan lingkungannya (Hutasuhut, 2020).
Organisme yang hidup di dalam suatu ekosistem didalamnya saling
berinteraksi antar satu spesies dengan spesies lain. Interaksi tersebut dapat berupa
interaksi positif yang saling menguntungkan dapat juga interaksi negatif seperti
kompetisi. Kompetisi tumbuhan dalam suatu spesies mampu di liat pada jarak antar
tumbuhan, di mana sebenarnya persaingan yang paling keras terjadi antara
tumbuhan yang sama spesiesnya, sehingga tegakan besar dari sepesies tunggal
sangat jarang di temukan di alam. Persaingan antar tumbuhan yang sejenis ini
mempengaruhi pertumbuhannya karena pada umumnya bersifat merugikan.
Interaksi yang terjadi antarspesies anggota populasi akan berpengaruh terhadap
kondisi populasi mengingat keaktifan atau tindakan individu mempengaruhi
kecepatan pertumbuhan ataupun kehidupan populasi (Kusumawati, 2018).
Pengaruh dari interaksi yang terjadi dapat bersifat netral, positive, atau
negative. Interaksi netral terjadi ketika tidak adanya pengaruh apapun terhadap
tumbuhan yang berinteraksi. Kemudian, interaksi positive terjadi ketika hasil dari
interaksi tersebut menguntungkan keduanya atau simbiosis mutualisme. Sedangkan
interaksi negative itu terjadi ketika kedua pihak cenderung dirugikan karena adanya
persaingan (Rasidi dan Nurtiyani, 2019).
Pengaturan populasi tanaman pada hakekatnya adalah pengaturan jarak
tanam yang nantinya akan berpengaruh pada persaingan dalam penyerapan zat hara,
air, dan cahaya matahari. Jika hal tersebut tidak diatur dengan baik, hasil tanaman
akan ikut terpengaruh. Jarak tanam rapat akan mengakibatkan terjadinya suatu
12

kompetisi, baik inter maupun intraspesies. Semakin rapat jarak tanam maka
semakin tinggi tanaman tersebut dan secara nyata akan berpengaruh terhadap
jumlah cabang, luas permukaan daun dan pertumbuhan
tanaman (Rahmasari et al., 2016).
Botani Tanaman Jagung (Zea mays L.)
Taksonomi tanaman jagung adalah sebagai berikut ;
Kingdom: Plantae ; Divisi : Spermatophyta ; Sub Divisi : Angiospermae ;
Kelas : Monocotyledone ; Ordo : Graminae ; Famili : Graminaceae ; Genus : Zea ;
Species: Zea mays L. (Michael et al., 2019).
Perakaran tanaman jagung terdiri dari 4 macam akar, yaitu akar utama, akar
cabang, akar lateral, dan akar rambut. Sistem perakaran tersebut berfungsi sebagai
alat untuk menghisap air serta garam-garam mineral yang terdapat dalam tanah,
mengeluarkan zat organic serta senyawa yang tidak diperlukan dan alat pernapasan.
Akar jagung termasuk akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m meskipun
sebagian besar berada pada kisaran 2 m. pada tanaman yang cukup dewasa muncul
akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu menyangga
tegaknya tanaman. (Sihotang, 2013).
Sistem perakaran jagung terdiri dari akar-akar seminal yang tumbuh ke bawah
pada saat biji berkecambah, akar koronal yang tumbuh ke atas dari jaringan batang
dimana plumula muncul, dan akar udara (brace) yang tumbuh dari buku-buku di
atas permukaan tanah. Akar-akar seminal terdiri atas akar-akar radikal atau akar
primer ditambah dengan sejumlah akar-akar lateral yang muncul sebagai akar
adventious pada dasar dari buku pertama di atas pangkal batang. Pada umumnya
akar-akar seminal berjumlah 3-5, tetapi dapat bervariasi dari 1-13. Akar koronal
adalah akar yang tumbuh dari bagian dasar poangkal batang, Akar udara tumbuh
dari buku-buku kedua, ketiga atau lebih di atas permukaan tanah (Hartoyo, 2013).
Batang tanaman jagung manis beruas-ruas dengan jumlah ruas antara 10- 40
ruas. Tanaman jagung umumnya tidak bercabang. Tinggi tanaman jagung manis
berkisar antara 1,5 m-2,5 m dan terbungkus pelepah daun yang berselang- seling
yang berasal dari setiap buku, dan buku batang tersebut mudah dilihat. Ruas bagian
atas batang berbentuk silindris dan ruas bagian bawah batang berbentuk bulat agak
pipih (Dongoran, 2013).
13

Tanaman jagung mempunyai batang yang tidak bercabang, berbentuk


silindris, dan terdiri atas sejumlah ruas dan buku ruas. Pada buku ruas terdapat tunas
yang berkembang menjadi tongkol. Dua tunas teratas berkembang menjadi tongkol
yang produktif. Batang memiliki tiga komponen jaringan utama, yaitu kulit
(epidermis), jaringan pembuluh (bundles vaskuler), dan pusat batang (pith).
Bundles vaskuler tertata dalam lingkaran konsentris dengan kepadatan bundles
yang tinggi, dan lingkaran-lingkaran menuju perikarp dekat epidermis. Kepadatan
bundles berkurang begitu mendekati pusat batang. Konsentrasi bundles vaskuler
yang tinggi di bawah epidermis menyebabkan batang tahan rebah. Genotipe jagung
yang mempunyai batang kuat memiliki lebih banyak lapisan jaringan sklerenkim
berdinding tebal di bawah epidermis batang dan sekeliling bundles vaskuler.
Terdapat variasi ketebalan kulit antar genotipe yang dapat digunakan untuk seleksi
toleransi tanaman terhadap rebah batang (Wijayanti, 2018).
Di antara beberapa varietas tanaman jagung memiliki jumlah daun rata-rata
12-18 helai. Varietas yang dewasa dengan cepat mempunyai daun yang lebih sedikit
dibandingkan varietas yang dewasa dengan lambat yang mempunyai banyak daun.
Panjang daun berkisar antara 30-150 cm dan lebar daun dapat mencapai 15 cm.
Beberapa varietas mempunyai kecenderungan untuk tumbuh dengan cepat.
Kecenderungan ini tergantung pada kondisi iklim dan jenis tanah(Sembiring, 2017).
Daun jagung berbentuk memanjang merupakan banun pita (ligulatus), ujung
daun runcing (acutus), tepi daun rata (integer). Tanaman jagung memilii lebar helai
daun, sudut daun, bentung ujung daun yang beragam dan terdapat dua tipe daun
jagung, yaitu tegak (erect) dan menggantung (pendant) Terdapat ligula diantara
pelepah daun dan helai daun. Ibu tulang daun sejajar dengan tulang daun Jagung
memiliki stomata berbentuk memanjang (halter).Setiap stomata dikelilingi sel
epidermis berbentuk kipas yang berperan penting dalam respon tanaman dalam
deficit air pada sel-sel daun (Subekti et al., 2015).
Tanaman jagung umumnya mempunyai daun yang berkisar antara 10-18
helai. Proses munculnya daun sempurna berada pada hari ke 3-4 setiap daun. Besar
sudut suatu daun mempengaruhi tipe daun. Jagung mempunyai daun yang beragam,
mulai dari sangat kecil hingga sangat besar. Bentuk ujung daun juga berbeda yaitu,
14

ada yang runcing, runcing agak bulat, bulat, bulat agak tumpul, dan tumpul.
Sedangkan berdasarkan tipe daun digolongkan menjadi 2, yaitu tegak dan
menggantung. Untuk pola daun bisa berbentuk bengkok atau lurus. Daun yang
mempunyai tipe tegak memiliki kanopi kecil dan bisa ditaman pada kondisi
populasi tinggi. Kepadatan tanaman yang tinggi dapat memberikan hasil yang
tinggi pula (Hamida, 2018).
Tanaman jagung disebut juga tanaman berumah satu, karena bunga jantan dan
betina terdapat dalam satu tanaman, tetapi letaknya terpisah.Bunga jantan dalam
bentuk malai terletak di pucuk tanaman, sedangkan bunga betina pada tongkol yang
terletak kira-kira pada pertengahan tinggi batang. Biji jagung mempunyai bagian
kulit buah, daging buah, dan inti buah (Riwandi et al., 2014).
Bunga jagung juga termasuk bunga tidak lengkap karena tidak memiliki petal
dan sepal. Alat kelamin jantan dan betinanya juga berada pada bunga yang berbeda
sehingga disebut bunga tidak sempurna. Bunga jantan terdapat di ujung batang.
Adapun bunga betina terdapat di bagian daun ke-6 atau ke-8 dari bunga jantan
(Paeru dan Dewi, 2017).
Tanaman ini meiliki buah matang berbiji tunggal yang disebut karyopis. Buah
ini gepeng dengn permukaan cembung atau sekung, dan dasar runcing. Buah ini
terdiri dari endospermae yang mengelilingi embrio, lapisan aleuron dan jaringan
perikarp yang merupakan lapisan pembungkus.Buah jagung tersusun dari tongkol,
biji dan daun pembungkus. Biji jagung mempunyai bentuk, warna dan kandungan
endosperm bervariasi tergantung jenisnya. Umumnya buah jagung tersusun dalam
barisan yang melekat secara lurus atau berkelok- kelok (Elva, 201).
Biji jagung merupakan jenis serealia dengan ukuran biji terbesar dengan berat
rata-rata 250-300 mg. biji jagung memiliki bentuk tipis dan bulat melebar yang
merupakan hasil pembentukan dari pertumbuhan biji jagung. Biji jagung
diklasifikasikan sebagai kariopsis. Hal ini disebabkan biji jagung memiliki struktur
embrio yang sempurna. Serta nutrisi yang dibutuhkan oleh individu baru untuk
pertumbuhan dan perkembangan menjadi tanaman jagung (Tambunan, 2013).
Biji jagung terdiri atas tiga bagian utama, yaitu pericarp, berupa lapisan luar
yang tipis, berfungsi mencegah embrio dari organisme pengganggu dan kehilangan
air; endosperm, sebagai p-ijmn akanan, mencapai 75% dari bobot biji yang
15

mengandung 90% pati dan 10% protein, mineral, minyak, dan lainnya; dan embrio
(lembaga), sebagai calon tanaman yang terdiri atas plamule akar BR radikal,
scutelum, dan koleoptil (Subekti, 2015).
Biji jagung letaknya teratur, berbaris pada tongkol sesuai dengan letak bunga.
Biji dibungkus oleh perikarp yang terdiri dari embrio dan endosperm. Embrio terdiri
dari plumula, radikula dan stukellum. Bentuk biji ada yang bulat, berbentuk gigi
sesuai dengan varietasnya. Warna biji bervariasi antara lain kuning, putih,
merah/orange dan merah hampir hitam (Marpaung, 2013)
Pada umumnya satu tongkol jagung mengandung 300-600 biji jagung. Biji
jagung berbentuk bulat dan melekat pada tongkol jagung. Susunan biji jagung pada
tongkolnya berbentuk spiral. Biji jagung selalu terdapat berpasangan, sehingga
jumlah baris atau deret biji selalu genap. Warna biji jagung bervariasi dari putih,
kuning, merah, dan ungu sampai hitam. Rambut merupakan tangkai putik yang
sangat panjang yang keluar ke ujung kelobot melalui sela-sela deret biji. Rambut
mempunya cabang-cabang yang halus, sehingga dapat menangkap tepung sari pada
saat pembuatan (Atmadja, 2016).
Syarat tumbuh
Iklim
Pertumbuhan tanaman jagung sangat membutuhkan sinar matahari. Tanaman
jagung manis yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan
hasil biji yang kurang baik bahkan tidak dapat membentuk buah. Sedangkan suhu
yang dikehendaki tanaman jagung manis berkisar 21°-34°C, akan tetapi bagi
pertumbuhan tanaman yang ideal memerlukan suhu optimum antara 23°-27°C.
Pada proses perkecambahan benih jagung manis memerlukan suhu yang cocok
sekitar 30°C (Purnama, 2015).
Iklim atau cuaca rata-rata suatu daerah turut berperan serta dalam menentukan
pertumbuhan dan produksi suatu tanaman. Iklim yang tidak mendukung, misalnya
banyak hujan badai dan angin rebut bahkan banjir, akan berpengaruh pada
pertumbuhan termasuk pada tanaman jagung. Walaupun tanaman jagung sangat
cocok pada daerah yang beriklim sejuk dan dingin namun jika terlalu banyak hujan
juga akan mengurangi kualitas jagung (Suliswaty, 2016).
16

Tanaman akan dapat tumbuh dan memberikan hasil yang sesuai dengan yang
diharapkan apabila syarat tumbuh tanaman tersebut dipenuhi. Cahaya merupakan
salah satu unsur iklim penting yang diperlukan tanaman dalam proses fotosintesis
sehingga akan mempengaruhi penyediaan asimilat pada organ-organ tertentu pada
tanaman. Setiap kelompok tanaman memiliki sekumpulan ciri khas berbeda, baik
ditinjau dari fisiologi maupun anatomi (Durma, 2014).
Tanah
Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah yang khusus. Agar dapat tumbuh
optimal tanah harus gembur, subur dan kaya humus.Jenis tanah yang dapat ditanami
jagung antara lain: andosol (berasal dari gunung berapi), latosol, grumosol, tanah
berpasir. Pada tanah-tanah dengan tekstur berat (grumosol) masih dapat ditanami
jagung dengan hasil yang baik dengan pengolahan tanah secara baik. Sedangkan
untuk tanah dengan tekstur lempung / liat (latosol) berdebu adalah yang terbaik
untuk pertumbuhannya (Muazizah, 2017).
Tanaman jagung dapat tubuh hampir disetiap jenis tanah seperti di tanah
kering, berpasir atau tanah liat berat. Tanah yang gembur karna memerlukan aerasi
dan pengairan yang baik, subur dan kaya akan humus akan memberikan hasil yang
baik untuk pertanaman jagung. Tanah lempung berdebu merupakan tanah yang
paling baik untuk pertanaman jagung (Sihotang, 2013).
Tanaman jagung menghendaki tanah yang gembur (lembab), permeabilitas
sedang, drainase agak cepat, tingkat kesuburan sedang, kandungan humus sedang.
Reaksi tanah (pH) berkisar antara 5,2 - 8,5 yang optimal antara 5,8– 7,8. Pada pH
netral, unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman jagung banyak tersedia di
dalamnya. pH lebih dari 7,0 unsur P terikat oleh CO sehingga tidak terlarut dalam
air. Hal ini mengakibatkan unsur hara sulit diserap oleh akar tanaman. Jadi, pH
tanah dan unsur-unsur hara yang ada (tersedia) bagi tanaman salingn
berkaitan (Zakariah, 2017).
Keasaman tanah erat hubungannya dengan ketersediaan unsur-unsur hara
tanaman. Keasaman tanah yang baik bagi pertumbuban tanaman jagung adalah pH
antara 5.6 - 75. Tanaman jagung membutuhkan tanah dengan aerasi dan
ketersediaan air dalam baik. Tanah dengan kemiringan kurang dari 8 % dapat
ditanami jagung, karena disana kemungkinan terjadinya erosi tanah sangat kecil.
17

Sedangkan daerah dengan tingkat kemiringan lebih dari 8 %, sebaiknya dilakukan


pembentukan teras dahulu (Budiman, 2015) .
Jagung adalah tanaman dengan sistem perakaran yang dangkal. Tanaman
ini cocok diusahakan pada tanah-tanah lempung berpasir hingga lempung berliat
atau gambut, dan tanah yang kaya akan bahan organik. Keasaman tanah yang ideal
adalah 5-8, namun pH yang optimum adalah 6-7. Jagung termasuk tanaman yang
toleran dengan garam dan basa. Jagung menghendaki suplai air 300-666 mm selama
musim tumbuhnya. Tanah dengan kondisi tergenang berpengaruh sangat buruk
terhadap pertumbuhan tanaman. Cekaman yang terjadi pada periode keluarnya
bunga jantan dan pengisian biji mengakibatkan terhambatnya perkembangan
tanaman. Cekaman air juga dapat menyebabkan penyakit busuk pangkal tongkol,
menurunkan tinggi tanaman, menghambatnya perkembangan tongkol. Akhirnya,
mempengaruhi hasil secara keseluruhan. Kehilangan air tersedia dalam tanah
hendaknya tidak melebihi 40% dari kapasitas lapang agar diperoleh pertumbuhan
dan hasil yang baik (Zulkarnain, 2013).

Botani Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L.)


Kacang hijau termasuk dalam keluarga Leguminosa.Kedudukan tanaman
kacang hijau dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan dapat diklasifikasikan
sebagai berikut: Divisi: Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas:
Dicotyledonae, Ordo: Leguminales, Keluarga : Leguminosae (Papilonaceae),
Genus: Vigna, Spesies: Vigna radiata L. (Purwonodan Hartono, 2013).
Kacang hijau merupakan salah satu tanaman semusim yang berumur pendek
(kurang lebih 60 hari). Tergolong kedalam golongan tanaman palawija. Tanaman
kacang hijau membentuk polong dan tanaman berbentuk perdu atau semak.
Klasifikasi tanaman kacang hijau termasuk kedalam kingdom Plantae, divisi
magnoliophyta, kelas magnoliopsida, ordo rosales, famili leguminoceae, genus
Vigna, spesies Vigna radiata L. (Fahlevi, 2019)
Akar tanaman kacang hijau merupakan akar tunggang yang panjangnya
sekitar 15-20 cm. Karena tanaman kacang hijau ada di keluarga Leguminosae
(polong-polongan) maka di akarnya dapat ditemukan bintil – bintil akar (nodula)
yang berfungsi mengikat nitrogen. Sehingga bisa menyuburkan tanah. Akar cabang
18

pada tanaman kacang hijau banyak yang menyebar di dekat permukaan tanah
(mesophytes) ada pula yang pertumbuhan akar cabangnya memanjang ke dalam
tanah (xerophytes).
Batang Tanaman kacang hijau tidak tumbuh tinggi. Tipe pertumbuhannya
ada tegak dan menjalar. Tingginya hanya sekitar 30 cm – 110 cm dengan diameter
2 mm – 5 mm. Walaupun begitu, tanaman ini tumbuh tegak dan percabangannya
menyebar ke segala arah. Ciri-ciri fisik yang tampak dari batang tanaman kacang
hijau salah satunya adalah batangnya memiliki bulu – bulu halus dan ukuran
batangnya kecil. Batang tanaman kacang hijau juga memiliki buku-buku dan
berwarna hijau, kecoklatan atau kemerahan.
Tipe daun tanaman kacang hijau adalah daun majemuk. Dalam setiap
tangkai daun, terdapat tiga helai anak daun yang letaknya berseling-seling.
Tanaman kacang hijau daunnya berbentuk oval dengan bagian ujung yang
meruncing. Buku-buku tanaman kacang hijau mengeluarkan satu tangkai daun.
Kecuali pada daun pertama setelah perkecambahan, daunnya saling berhadapan dan
merupakan daun tunggal.
Bunga Tanaman kacang hijau memiliki bunga yang bentuknya seperti sayap
kupu-kupu dengan diameter 1 cm -2 cm dan berwarna kuning. Bunganya juga
tergolong bunga sempurna karena memiliki putik dan benang sari. Letak bunga
tanaman kacang hijau adalah di ketiak daun. Lalu, dari setiap tandan bunga ini,
terdapat 5 hingga 25 kuntum bunga. Sedangkan setiap tandan bunga panjangnya
pun berbeda – beda mulai dari 2 cm hingga 20 cm. Karena bunganya sempurna,
penyerbukan terjadi pada malam hari sebelum bunga mekar. Lalu, pagi harinya
bunga akan mekar, namun akan layu di sore hari.
Polong menyebar dan menggantung berbentuk silindris dengan panjang
antara 6-15 cm dan biasanya berbulu pendek. Sewaktu muda polong berwarna hijau
dan dan setelah tua berwarna hitam atau coklat. Setiap polong berisi 10-15 biji.
Polong menjadi tua sampai 60-80 hari setelah tanam.Perontokan bunga banyak
terjadi dan mencapai angka 90% (Fitriani, 2014).
Biji kacang hijau berbentuk bulat. Biji kacang hijau lebih kecil
dibandingkan dengan biji kacang tanah atau kacang kedelai, yaitu bobotnya hanya
sekitar 0,5-0,8 mg. kulitnya hijau berbiji putih. Bijinya sering dibuat kecambah atau
19

taoge. Tipe perkecambahan biji kacang hijau adalah epigeal dan termasuk biji
dikotil yaitu biji berkeping dua.
Syarat Tumbuh Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L.)
Iklim
Untuk memperoleh hasil produksi/panen yang memuaskan dalam budidaya
tanaman, maka perlu memperhatikan faktor lingkungan tumbuh tanaman. Hal ini
identik dengan faktor luar dan faktor di sekitar tanaman, dimana faktor dalam
tanaman mempunyai peranan juga dalam produktivitas tanaman. Dalam hal ini
petani harus mengetahui tentang hama/penyakit penting yang dapat menyerang,
gulma, kondisi tanah maupun iklim yang dapat membatasi pencapaian produksi
maksimum dari tanaman yang diusahakan. Beberapa komponen faktor lingkungan
yang penting dalam menentukan pertumbuhan dan produksi tanaman di antaranya
adalah : radiasi matahari, suhu, tanah, air dan unsur hara (Tando, 2019).
Tanaman terdiri dari dua bagian utama yaitu, bagian di atas tanah berupa
batang dan daun, serta bagian di bawah tanah yang berupa sistem perakaran. Faktor
lingkungan bagian tanaman di atas tanah terdiri atas sinar matahari, suhu udara,
kelembaban udara, kandungan gas di udara, dan hujan. Faktor lingkungan bagian
tanaman di dalam tanah terdiri atas suhu tanah, kandungan air tanah, salinitas, pH,
kandungan unsur hara, kandungan unsur toksik, tekstur dan struktur tanah, dan
aerasi tanah. Komponen-komponen faktor lingkungan tersebut secara individu
maupun interaksinya berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap
pertumbuhan tanaman (Taufiq dan titik, 2020).
Tanaman kacang hijau merupakan tanaman tropis yang menghendaki
suasana panas selama hidupnya, tanaman ini dapat ditanam di dataran rendah
hingga ketinggian 500 meter di atas permukaan laut. Berdasarkan indikator
didaerah sentra produsen tersebut keadaan iklim yang ideal untuk tanaman kacang
hijau adalah daerah yang bersuhu 250C-270C dengan kelembaban udara 50-80%,
curah hujan antar 50-200 mm/bulan dan cukup untuk mendapat sinar matahari
(tempat terbuka). Jumlah curah hujan dapat mempengaruhi produksi kacang hijau.
Tanaman ini cocok ditanaman pada musim kering (kemarau) yang rataan curah
hujannya rendah (Balitbang, 2015).
20

Respons tanaman terhadap lingkungan berbeda-beda tergantung jenis dan


kultivar tanaman. Tanaman dapat memberikan respons positif maupun negatif
terhadap perubahan lingkungan tumbuh. Respons yang beragam tersebut
menimbulkan terjadinya interaksi antara lingkungan dengan genotipe, dan
fenomena tersebut sering ditemui dalam pengujian multilokasi. Respons tersebut
dapat diketahui dari perubahan fisik tanaman berupa perubahan pertumbuhan, dan
perubahan fenotipik tanaman. Respons tanaman juga dapat diketahui dari
perubahan proses fisiologis misalnya kecepatan fotosintesis, dan translokasi
fotosintat (Taufiq dan titik, 2020).
Tanaman Kacang Hijau baik ditanam pada daerah dataran rendah. Untuk
kelembaban udara diharapkan berkisar antara 65%-75%. Dengan adanya hujan
yang sering turun akan mengakibatkan penigkatan kelembaban udara yang terlalu
tinggi, hal ini akan menghambat pertumbuhan tanaman Kacang Hijau. Kondisi
yang dijabarkan dapat disimpulkan bahwa tanaman Kacang Hijau baik
dibududayakan ketka masuk musim kemarau. Penanaman jenis legumenosa pada
lahan pertanian dapat memperbaiki sifat biologi, kimia dan fisik tanah. Pada
dasarnya tanaman legum akan bersimbiosis dengan jenis-jenis bakteri
menguntungkan seperti rhizobium, sehingga tanah akan mengalami perbaikan
dengan bantuan dari mikroba-mikroba tersebut (Balitbang, 2015).
Tanah
Tanah yang menunjang kesuburan tanaman adalah tanah yang mengandung
zat organik, anorganik, air, dan udara dalam keadaan cukup dan tersedia sesuai
dengan pertumbuhan tanaman. Zat organik merupakan zat yang terbentuk dari hasil
pelapukan atau pembusukan sisa-sisa tanaman dan hewan. Biasanya zat organik
terdapat pada lapisan tanah paling atas (top soil) hingga kedalaman + 15 cm dan
berwarna kehitaman. Sedangkan zat anorganik ialah zat yang berasal dari hancuran
bebatuan dan mineral, biasanya tersebar pada lapisan tanah bawah pada kedalaman
lebih dari 15 cm. Tanah dikatakan subur apabila mengandung bahan-bahan tersebut
dengan komposisi 45% bahan organik, 5% zat anorganik, 25% air dan 25% udara
(Rina, 2015) .
Salah satu sumberdaya yang penting yaitu lahan. Lahan merupakan salah
satu sumberdaya yang sangat dibutuhkan bagi kehidupan manusia dan mahluk
21

lainnya. Meningkatnya jumlah penduduk telah meningkatkan kebutuhan terhadap


lahan, sehingga kualitas maupun kuantitas lahan akan semakin menurun. Oleh
karena itu dalam penggunaan lahan memerlukan perhatian sepenuhnya agar dapat
terkendali kelestariannya. Penurunan produktivitas lahan yang terjadi di Indonesia
umumnya disebabkan oleh erosi, khususnya erosi tanah oleh air hujan terutama
pada lahan pertanian tanaman pangan yang diusahakan pada lahan yang
berlereng (Wijayanto et al., 2021).
Jenis tanah yang dikehendaki tanaman kacang hijau adalah liat berlempung
atau tanah lempung yang banyak mengandung bahan organik. Kacang hijau dapat
tumbuh pada ketinggian < 2000 m dpl dan tumbuh subur pada tanah liat atau liat
berpasir yang cukup kering, dengan pH 5.5 – 7.0. Tanaman kacang hijau hampir
dapat tumbuh pada semua jenis tanah yang banyak mengandung bahan organik
dengan drainase yang baik
Selain dipengaruhi oleh kandungan unsur dalam tanah, pertumbuhan
tanaman juga dipengaruhi oleh struktur tanah atau gumpalan partikel-partikel
penyusun tanah. Tanah gembur, merupakan jenis tanah yang paling baik bagi
tanaman karena memiliki rongga-rongga yang cukup untuk menyimpan unsur hara,
air dan udara serta sesuai bagi kehidupan mikroorganisme. Tanah liat, tidak sesuai
bagi tanaman karena partikel-partikel tanah terlalu rapat sehingga sirkulasi air dan
udara tidak berlangsung lancar dan perakaran tanaman juga sulit menembusnya.
Tanah pasir, juga kurang baik bagi tanaman karena
partikel-partikel tanah terlalu berongga sehingga sulit untuk menyimpan air dan
unsur hara.
Tanah yang paling cocok bagi tanaman kacang hijau ialah tanah liat
berlempung atau tanah lempung, misalnya podsolik merah kuning (PMK) dan
latosol. Tanah yang mempunyai pH 5,8 paling ideal untuk pertumbuhan kacang
hijau, sedangkan tanah yang sangat asam tidak baik karena penyediaan makanan
terhambat. Kacang hijau menghendaki tanah dengan kandungan hara fosfor,kalium,
kalsium, magnesium dan belerang. Unsur hara ini cukup penting untuk
meningkatkan produksinya (Salmiah, 2013).
22

Kompetisi Tanaman
Kompetisi adalah interakksi antar individu yang muncul akibat kesamaan
kebutuhan akan sumberdaya yang bersifat terbatas, sehingga membatasi
kemampuan bertahan (survival), pertumbuhan dan reproduksi individu penyaing.
Kompetisi dapat terjadi antar individu (intraspesifik) dan antar individu pada satu
spesies yang sama atau interspesifik. Kompetisi dapat didefenisikan sebagai salah
satu bentuk interaksi antar tumbuhan yang saling memperebutkan sumber daya
alam yang tersedia terbatas pada lahan dan waktu sama yang menimbulkan dampak
negatif terhadap pertumbuhan dan hasil salah satu jenis tumbuhan atau lebih.
Sumber daya alam tersebut, contohnya air, hara, cahaya, CO2, dan ruang
tumbuh (Kastono, 2015).
Persaingan terjadi ketika organisme baik dari spesies yang sama maupun
dari spesies yang berbeda menggunakan sumber daya alam. Di dalam menggunakan
sumber daya alam, tiap-tiap organisme yang bersaing akan memperebutkan sesuatu
yang diperlukan untuk hidup dan pertumbuhannya. Persaingan yang dilakukan
organisme- organisme dapat memperebutkan kebutuhan ruang (tempat), makanan,
unsure hara, air, sinar, udara, agen penyerbukan, agen dispersal, atau faktor- faktor
ekologi lainnya sebagai sumber daya yang dibutuhkan oleh tiap-tiap organisme
untuk hidup dan pertumbuhannya (Mulyani & Muhrizal, 2013).
Kompetisi interspesies antara kedua spesies dapat mengakibatkan
kepunahan salah satu atau kedua kompetitor di habitat mereka, atau keduanya
saling berkoeksistensi di habitatnya. Pada keadaan terjadinya kepunahan (bisa
akibat dari migrasi atau mati) satu spesies, salah satu spesies kompetitor itu unggul
dan mendesak spesies yang lemah. Bila spesies yang lemah tidak mengubah
nichenya sehingga tigkat keberimpitan nichenya berkurang maka akan terjadilah
kepunahan populasi di habitat tersebut. Seandainya spesies yang lemah tadi dapat
menyesuaikan diri dengan spesies yang lebih unggul maka keduanya dapat
berkoeksistensi di habitat tersebut. interspesies merupakan mekanisme interaksi
dari dalam individu organisme yang tutur mengendalikan kelimpahan populasi.
(Nurdin, 2013).
Kompetisi intraspesies adalah persaingan yang terjadi antara organisme
atau individu yang memiliki spesies yang sama. Kompetisi interspesies adalah
23

persaingan yang terjadi antara organisme atau individu yang berbeda spesies.
Kedua tanaman ini berkompetisi dalam hal perebutan unsur hara, penyerapan air
dan untuk memperoleh sinar matahari (Barokah, 2016).
24

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Praktikum


Adapun praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Ekologi Tanaman
Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada
ketinggian ± 25 𝑚𝑑𝑝𝑙 pada hari Selasa, September 2023 pada pukul 14.20 sampai
dengan selesai.
Alat dan Bahan Praktikum
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu,penggari untuk
mengukur tinggi tanaman, spidol untuk menandai jumlah daun, timbangan untuk
menimbang, alat tulis untuk menulis data, buku untuk menulis data, dan kamera
untuk dokumtasi.
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu, benih kacang hijau
dan benih jagung sebagai bahan tanam, 6 buah polybag ukuran 5 kg sebagai wadah
media tanam, top soil untuk media tanam, label untuk menandai polybag, dan air
untuk menyiram tanaman.
Prosedur Praktikum
Adapun prosedur praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Disiapkan media tanam berupa top soil dan 6 polybag berukuran 5 kg tanah
2. Dimasukkan top soil kedalam masing – masing polybag sebanyak 5 kg
3. Disiapkan benih jagung dan benih kacang hijau (9 benih jagung dan 9 benih
kacang hijau)
4. Dimasukkan benih kedalam polybag sesuai dengan ketentuan , yaitu :
∎P1 : ditanam 6 benih jagung dalam 1 polybag
∎P2 : ditanam 3 benih kacang hijau dan 3 benih jagung dalam 1 polybag
∎P3 : ditanam 6 benih kacang hijau dalam 1 polybag
5. Dilakukan pengamatan parameter dan pemeliharaan tanaman selama 4 MST
(Minggu Setelah Tanam ) untuk diperleh data. Adapun parameter
pengamatan yaitu:
∎ Tinggi Tanaman, dilakukan 1 minggu sekali dalam bentuk (cm)
∎ Jumlah Daun, dilakukan 1 minggu sekali dan dinyatakan dalam satuan helai
25

∎ Diamter Batang, dilakukan 1 minggu sekali dengan mengukur batang yang


berada didekat titik tumbuh tanaman
∎ Bobot Segar Tajuk Tanaman, dilakukan pada pengamatan 4 MST, dengan
cara menimbangnya
∎ Bobot Segar Akar Tanaman, diperoleh pada saat pengamatan 4 MST,
dengan cara menimbangnya
∎ Pengamatan Visual dan Morfologi Tanaman, diamati perubahan yang terjadi
pada tanaman setiap MST, pengamatan meliputi perubahan warna daun,
warna batang, gejala nekrosis dan sebagainya. Perubahan visual tanaman
didokumentasikan setiap MST.
26

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Persentase Perkecambahan
Persentase Perkecambahan Tanaman Jagung (Zea mays L.) Ulangan 1 (P1U1)
Jumlah Benih Yang Tumbuh
= Jumlah Benih Yang Ditanam 𝑋 100 %
12
= 12 𝑥 100 %

= 100%
Persentase Perkecambahan Tanaman Jagung (Zea mays L.) Ulangan 2 (P1U2)
Jumlah Benih Yang Tumbuh
= Jumlah Benih Yang Ditanam 𝑋 100 %
12
= 12 𝑥 100 %

= 100%
Persentase Perkecambahan Tanaman Jagung (Zea mays L.) dan Kacang Hijau
(Vigna radiata ) Ulangan 1 (P2U1)
Jumlah Benih Yang Tumbuh
= Jumlah Benih Yang Ditanam 𝑋 100 %
11
= 12 𝑥 100 %

= 91,66 %
Persentase Perkecambahan Tanaman Jagung (Zea mays L.) dan Kacang Hijau
(Vigna radiata ) Ulangan 2 (P2U2)
Jumlah Benih Yang Tumbuh
= Jumlah Benih Yang Ditanam 𝑋 100 %
12
= 12 𝑥 100 %

= 100 %
Persentase Perkecambahan Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata ) Ulangan1
(P3U1)
Jumlah Benih Yang Tumbuh
= Jumlah Benih Yang Ditanam 𝑋 100 %
10
= 12 𝑥 100 %

= 83,33%
27

Persentase Perkecambahan Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata ) Ulangan12


(P3U2)
Jumlah Benih Yang Tumbuh
= Jumlah Benih Yang Ditanam 𝑋 100 %
12
= 12 𝑥 100 %

= 100 %

Parameter : Data Tinggi Tanaman


Tabel 1. Data Tinggi Tanaman Ulangan 1 (P1U1) Tanaman Jagung (Zea
mays L.)Perlakuan Intraspesies (cm)

Tinggi Tanaman (cm)


MST J1 J2 J3 J4 J5 J6 Rata-rata
KE-
1 11 11,2 11,5 10,6 7,6 10,1 10,33
2 27 29,5 26,6 26 25,4 26,4 26,81

3 35,3 37 33,2 35,7 35,7 35,4 35,30

4 41,3 41,4 40,5 42,6 38,9 38,9 41,21

Tabel 2. Data Tinggi Tanaman Ulangan 2 (P1U2) Tanaman Jagung (Zea


mays L.)Perlakuan Intraspesies (cm)

Tinggi Tanaman (cm)


MST J1 J2 J3 J4 J5 J6 Rata-rata
KE-
1 11,1 10,9 8,2 9,4 10,5 9,5 9,93
2 27,5 24,9 24,4 24,8 25,4 23 25

3 34,2 31,9 35,3 31,5 35,1 35,1 33,85

4 38,5 35,7 38,5 37,2 40,5 37,4 37,88


28

Tabel 3. Data Tinggi Tanaman Ulangan 1 (P2U1) Tanaman Jagung (Zea mays L.)
dan Kacang Hijau (Vignata radiata) Perlakuan Interspesies (c)

Tinggi Tanaman (cm)


MST J1 J2 J3 K1 K2 K3 Rata-rata Rata-rata
KE-
1 13,5 10,1 9 5 6,4 6,5 10,9 5,96
2 30 26,7 25,9 9,4 9,6 9,4 27,53 9,46

3 40,6 40,2 32,1 10,2 10,2 11,9 37,63 10,76

4 40,4 48,4 45 13,1 13,1 11,9 47,6 12,7

Tabel 4. Data Tinggi Tanaman Ulangan 2 (P2U2) Tanaman Jagung (Zea mays L.)
dan Kacang Hijau (Vignata radiata) Perlakuan Interspesies (cm)

Tinggi Tanaman (cm)


MST J1 J2 J3 K1 K2 K3 Rata-rata Rata-rata
KE-
1 12,1 12,9 9,7 6,1 8,2 5,1 11,56 6,46
2 29,6 35,6 26 10,6 12,5 7,5 30,4 10,2

3 41,3 46,4 36,8 13 13,7 9,4 41,5 12,0

4 47,3 52,6 42,4 13,2 16,3 13 47,5 14,1


Tabel 5. Data Tinggi Tanaman Ulangan 1 (P3U1) Kacang Hijau (Vignata radiata)
Perlakuan Intraspesies (cm)

Tinggi Tanaman (cm)


MST K1 K2 K3 K4 K5 K6 Rata-rata
KE-
1 6,1 6,5 5 6,9 5 6 5,93
2 7 6,2 6,4 9,3 6,6 7,9 7,23

3 8,3 7,4 8,2 9.6 9,9 8,9 8,71

4 9,1 8,7 8,3 10,3 10,3 9,6 9,38


29

Tabel 6. Data Tinggi Tanaman Ulangan 2 (P3U2) Kacang Hijau (Vignata radiata)
Perlakuan Intraspesies (cm)

Tinggi Tanaman (cm)


MST K1 K2 K3 K4 K5 K6 Rata-rata
KE-
1 4,4 5,3 6,4 5,7 4,9 4,3 5,16
2 6,4 7,5 7,4 6,9 6,6 6,6 6,91

3 6,5 7,9 10,4 7,5 7,9 7,9 8,03

4 7,6 8,9 10,7 9.8 8,2 8,2 8,91


Parameter : Data Jumlah Daun

Tabel 7. Data Jumlah Daun Ulangan 1 (P1U1) Tanaman Jagung (Zea mays L.)
Perlakuan Intraspesies (helai)

Jumlah Daun (helai)


MST J1 J2 J3 J4 J5 J6 Rata-rata
KE-
1 2 2 2 2 2 2 2
2 4 4 4 4 3 3 3,64

3 5 4 4 4 4 5 4.3

4 5 6 5 6 6 6 5.6
Tabel 8. Data Jumlah Daun Ulangan 2 (P1U2) Tanaman Jagung (Zea mays
L.)Perlakuan Intraspesies (helai)

Jumlah Daun (helai)


MST J1 J2 J3 J4 J5 J6 Rata-rata
KE-
1 2 2 2 2 2 2 2
2 4 3 3 4 4 4 3.67

3 4 4 4 4 4 4 4

4 6 5 6 6 6 6 5.8
30

Tabel 9. Data Jumlah Daun Ulangan 1 (P2U1) Tanaman Jagung (Zea mays L.)
danKacang Hijau (Vignata radiata) Perlakuan Interspesies (helai)

Jumlah Daun (helai)


MST J1 J2 J3 K1 K2 K3 Rata-rata Rata-rata
KE-
1 2 2 2 0 0 0 2 2
2 4 4 4 1 1 1 4 1

3 5 5 5 2 2 2 5 2

4 7 6 6 3 3 3 6,3 3

Tabel 10. Data Jumlah Daun Ulangan 2 (P2U2) Tanaman Jagung (Zea mays L.)
dan Kacang Hijau (Vignata radiata) Perlakuan Interspesies (helai)

Jumlah Daun (helai )


MST J1 J2 J3 K1 K2 K3 Rata-rata Rata-rata
KE-
1 2 2 2 0 0 0 2 0
2 4 4 4 1 1 1 4 1

3 5 5 5 2 2 2 5 2

4 6 7 6 3 3 3 6,3 3

Tabel 11. Data Jumlah Daun Ulangan 1 (P3U1) Kacang Hijau (Vignata
radiata)Perlakuan Intraspesies (helai)

Jumlah Daun (helai)


MST K1 K2 K3 K4 K5 K6 Rta-rata
KE-
1 0 0 0 0 0 0 0
2 1 1 1 1 1 1 1

3 1 1 1 1 1 2 1,16

4 3 2 2 3 3 3 2,66
31

Tabel 12. Data Jumlah Daun Ulangan 2 (P3U2) Kacang Hijau (Vignata radiata)
Perlakuan Intraspesies (helai)

Jumlah Daun (helai)


MST K1 K2 K3 K4 K5 K6 Rata-rata
KE-
1 0 0 0 0 0 0 0
2 1 1 1 1 1 1 1

3 2 1 1 2 2 1 1,5

4 3 2 2 3 3 3 3,6

Parameter : Diameter Batang.


Tabel 13. Data Diameter Batang Ulangan 1 (P1U1) Tanaman Jagung (Zea mays L.)
Perlakuan Intraspesies (mm)

Diameter Batang (mm)


MST J1 J2 J3 J4 J5 J6 Rata-rata
KE-
1 2,22 2,45 2,25 2,72 1,6 2,05 2,2
2 3,5 3,72 2,52 3,8 1,65 3,2 3,06

3 6,02 7,02 3,8 6,17 2,5 5,8 5,21

4 6,16 7,2 4,6 6,3 4,4 5,9 5,76

Tabel 14. Data Diameter Batang Ulangan 2 (P1U2) Tanaman Jagung (Zea mays
L.)Perlakuan Intraspesies (mm)

Diameter Batang (mm)


MST J1 J2 J3 J4 J5 J6 Rata-rata
KE-
1 1,6 1,65 2,05 1,37 1,57 1,5 1,62
2 6,13 5,47 5,82 5,42 3,75 4,1 5,12

3 6,2 5,52 5,87 5.51 4,47 4,22 5,29

4 6,4 5,6 5,91 5,63 4,54 4,35 5,40


32

Tabel 15. Data Diameter Batang Ulangan 1 (P2U1) Tanaman Jagung (Zea mays L.)dan
Kacang Hijau (Vignata radiata) Perlakuan Interspesies (mm)

Diameter Batang (mm)


MST J1 J2 J3 K1 K2 K3 Rata-rata Rata-rata
KE-
1 1,87 1,57 2,10 1,6 1,05 1,21 1,85 1,28
2 5,12 4,025 3,27 1,65 1,57 2,8 4,14 1,9

3 5,3 5,25 4,47 2,08 2,42 2,85 5 2,45

4 5.6 5,3 4.47 2,2 2,5 2,9 5,2 2,5

Tabel 16. Data Diameter Batang Ulangan 2 (P2U2) Tanaman Jagung (Zea mays L.) dan
Kacang Hijau (Vignata radiata) Perlakuan Interspesies (mm)

Diameter Batang (mm


MST J1 J2 J3 K1 K2 K3 Rata-rata Rata-rata
KE-
1 1,65 2,05 1,56 1,05 1,03 1,09 1,75 1,05
2 5,12 5,9 5,37 1,8 2,02 2,8 5,46 2,20

3 5,25 6,12 6,12 2,23 2,1 2,85 5,83 2,39

4 5,57 7,5 6,17 2,47 3,77 2,90 6,41 3,04

Tabel 17. Data Diameter Batang Ulangan 1 (P3U1) Kacang Hijau (Vignata
radiata)Perlakuan Intraspesies (mm )

Diameter Batang (mm)


MST K1 K2 K3 K4 K5 K6 Rata-rata
KE-
1 1,13 1,9 2,6 2,25 1,14 2,33 1,89
2 1,87 2,12 2,8 2,35 1,82 2,5 2,24

3 2,1 2,35 2,9 2,4 2,15 2,55 2,4

4 2,21 2,47 2,95 2,5 2,2 2,6 2,48


33

Tabel 18. Data Diameter Batang Ulangan 2 (P3U2) Kacang Hijau (Vignata radiata)
Perlakuan Intraspesies (mm)

Diameter Batang (mm)


MST K1 K2 K3 K4 K5 K6 Rata-rata
KE-
1 1,11 1,11 1,21 1,29 1,23 1,19 1,19
2 1,55 1,5 2,4 1,8 2,07 2,25 1,42

3 1,77 1,9 2,5 2,25 2,72 2,4 2,25

4 1,82 2,3 2,6 2,5 2,75 2,67 2,44


Parameter : Bobot Basah Tajuk Tanaman
Tabel 19. Bobot Basah Tajuk Tanaman Jagung (Zea mays L.) (gram)

Ulangan Bobot Basah Tajuk Tanaman (gram) Rata-rata

J1 J2 J3 J4 J5 J6

U1 4,87 5,47 4,06 4,86 3,0 3,66 4,32

U2 3,09 2,57 2,57 2,98 3,03 3,05 2,88

Tabel 20. Bobot Bobot Basah Tajuk Tanaman Jagung (Zea mays L.) dan Tanaman
Kacang Hijau (Vigna radiata L.) (gram)

Tanaman Ke- Ulangan Rataan

U1 U2
J1 7,31 7,53 7,42

J2 5,47 11,19 8,68


J3 7,49 5,97 5,73
K1 2,83 2,67 2,75

K2 2,62 2,95 2,78


K3 2,82 3,14 2,98
34

Tabel 21. Bobot Basah Tajuk Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L.) (gram)

Ulangan Bobot Basah Tajuk Tanaman (gram) Rata-rata

J1 J2 J3 J4 J5 J6

U1 1,39 0,78 1,39 0,62 1,31 1,95 1,24

U2 0,77 0,53 1,32 1,56 1,56 1,75 1,24

Parameter : Bobot Basah Akar Tanaman


Tabel 22. Bobot Basah Akar Tanaman Jagung (Zea mays L.) (gram)

Ulangan Bobot Basah Akar Tanaman (gram) Rata-rata

J1 J2 J3 J4 J5 J6

U1 4,26 4,20 2,85 3,25 1,52 2,60 3,11

U2 3,31 0,97 0,88 3,65 3,03 2,99 2,47

Tabel 23. Bobot Basah Akar Tanaman Jagung (Zea mays L.) dan Tanaman Kacang
Hijau (Vigna radiata L.) (gram)

Tanaman Ke- Ulangan Rataan

U1 U2
J1 4,43 7,40 5,91

J2 3,78 6,79 5,28


J3 5,28 5,19 5,23
K1 0,96 0,90 0,93

K2 0,70 0,73 0,71


K3 0,83 1,23 1,03
35

Tabel 24. Bobot Basah Akar Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata
L.) (gram)

Ulangan Bobot Basah Akar Tanaman (gram) Rata-rata

J1 J2 J3 J4 J5 J6

U1 0,47 0,52 0,30 0,60 0,47 0,86 0,53

U2 0,21 0,32 0,38 0,48 0,75 0,54 0,44

Pembahasan
Kompetisi dapat didefenisikan sebagai salah satu bentuk interaksi antar tumbuhan
yang saling memperebutkan sumber daya alam yang tersedia terbatas pada lahan dan waktu
sama yang menimbulkan dampak negatif terhadap pertumbuhan dan hasil salah satu jenis
tumbuhan atau lebih. Sumber daya alam tersebut, contohnya air, hara, cahaya, CO2, dan
ruang tumbuh. Hal ini sesuai dengan literatur Kastono (2015) yang menyatakan bahwa
kompetisi adalah interakksi antar individu yang muncul akibat kesamaan kebutuhan akan
sumberdaya yang bersifat terbatas, sehingga membatasi kemampuan bertahan (survival),
pertumbuhan dan reproduksi individu penyaing. Kompetisi dapat terjadi antar individu
(intraspesifik) dan antar individu pada satu spesies yang sama atau interspesifik. Kompetisi
dapat didefenisikan sebagai salah satu bentuk interaksi antar tumbuhan yang saling
memperebutkan sumber daya alam yang tersedia terbatas pada lahan dan waktu sama yang
menimbulkan dampak negatif terhadap pertumbuhan dan hasil salah satu jenis tumbuhan
atau lebih.
Berdasarkan hasil percobaan praktikum yang telah dilakukan diperoleh data
bahwa pada perlakuan kompetisi intraspesies pada tanaman jagung di ulangan 1
didapatkan tanaman tertinggi ada pada tanaman ke-4 dengan tinggi 42,6 cm dan yang
yang terendah ada pada tanaman ke-5 dengan tinggi 38,9 cm. Ini menunjukkan adanya
persaingan intraspesies yang memperebutkan unsur hara pada tanaman. Hal inisesuai
dengan literatur Barokah (2016) yang menyatakan bahwa Kompetisi intraspesies adalah
36

persaingan yang terjadi antara organisme atau individu yang memiliki spesies yang sama.
Tanaman berkompetisi dalam hal perebutan unsur hara, penyerapan air dan untuk
memperoleh sinar matahari.
Berdasarkan hasil percobaan praktikum yang telah dilakukan diperoleh data
bahwa pada perlakuan kompetisi intraspesies pada tanaman jagung di ulangan 1
didapatkan jumlah daun terbanyak ada pada tanaman ke-2 dengan jumlah 6 helai daun
dan jumlah tanaman yang paling sedikit ada pada tanamn ke-1 dengan jumlah 5 helai
daun. Ini menunjukkan adanya persaingan intraspesies yang terjadi pada tanaman untuk
memperebutkan unsur hara. Hal ini sesuai dengan literatur Kastono (2015) yang
menyatakan bahwa kompetisi adalah interakksi antar individu yang muncul akibat
kesamaan kebutuhan akan sumberdaya yang bersifat terbatas, sehingga membatasi
kemampuan bertahan (survival), pertumbuhan dan reproduksi individu penyaing.
Berdasarkan hasil percobaan praktikum yang telah dilakukan diperoleh data
bahwa pada perlakuan kompetisi intraspesies pada tanaman jagung di ulangan 1
didapatkan diameter batang terebesar ada pada tanaman ke-2 dengan diameter 7,2 mm
dan diameter terkecil ada pada tanaman ke-5 dengan diameter 4,4 mm. Ini menunjukkan
adanya persaingan intraspesies yang terjadi pada tanaman untuk memperebutkan unsur
hara. Hal ini sesuai dengan literatur Hutasuhut (2020) yang menyatakan bahwa kompetisi
dapat didefenisikan sebagai salah satu bentuk interaksi antar tumbuhan yang saling
memperebutkan sumber daya alam yang tersedia terbatas pada lahan dan waktu sama
yang menimbulkan dampak negatif terhadap pertumbuhan dan hasil salah satu jenis
tumbuhan atau lebih.
Berdasarkan hasil percobaan praktikum yang telah dilakukan diperoleh data
bahwa pada perlakuan kompetisi interspesies pada tanaman jagung dan kacang hijau di
ulangan II didapatkan tanaman tertinggi yaitu pada jagung ke-2 dengan tinggi 52,6 cm
dan tanaman terendah yaitu pada kacang hijau ke-3 dengan tinggi 13 cm. . Hal ini sesuai
dengan literatur Nurdin (2013) yang menyatakan kompetisi interspesifik antara kedua
spesies dapat mengakibatkan kepunahan salah satu atau kedua kompetitor di habitat
mereka, atau keduanya saling berkoeksistensi di habitatnya. Pada keadaan terjadinya
kepunahan (bisa akibat dari migrasi atau mati) satu spesies, salah satu spesies kompetitor
itu unggul dan mendesak spesies yang lemah. Bila spesies yang lemah tidak mengubah
37

nichenya sehingga tigkat keberimpitan nichenya berkurang maka akan terjadilah


kepunahan populasi di habitat tersebut. Seandainya spesies yang lemah tadi dapat
menyesuaikan diri dengan spesies yang lebih unggul maka keduanya dapat
berkoeksistensi di habitat tersebut.
Berdasarkan hasil percobaan praktikum yang telah dilakukan diperoleh data
bahwa pada perlakuan kompetisi interspesies pada tanaman jagung dan kacang hijau di
ulangan II didapatkan jumlah daun terbanyak ada pada tanaman jagung ke-2 dengan
jumlah 7 daun dan jumlah daun paling sedikit ada pada tanaman kedelai ke-1 dengan
jumlah daun 3. Hal ini sesuai dengan literatur Apriliyani (2014) yang menyatakan bahwa
ketika dua atau lebih jenis tanaman tumbuh bersamaan akan terjadi interaksi masing-
masing tanaman harus memiliki ruang yang cukup untuk memaksimumkan kerjasama dan
meminimumkan kompetisi yang terjadi. Oleh karena itu, dalam tanaman tumpangsari
perlu dipertimbangkan berbagai hal yaitu pengaturan jarak tanam, populasi tanaman,
umur panen tiap-tiap tanaman, dan juga arsitektur tanaman.
Berdasarkan hasil percobaan praktikum yang telah dilakukan diperoleh data
bahwa pada perlakuan kompetisi interspesies pada tanaman jagung dan kacang hijau di
ulangan II didapatkan diameter batang terbesar ada pada tanaman jagung ke-2 dengan
diameter 7,5 mm dan diameter batang terkecil ada pada tanaman kacang hijau ke-1
dengan diameter 2,45 mm. Hal ini sesuai dengan literatur Hutasuhut (2020) yang
menyatakan bahwa jika dua atau lebih spesies tumbuhan menghuni suatu tempat tertentu,
maka ada berbagai kemungkinan interaksi yang muncul di antara mereka, baik yang
bersifat positif maupun negatif. Interaksi yang bersifat positif, misalnya simbiosis
mutualisme, dan simbiosis komensalisme; sedangkan interaksi yang bersifat negatif
adalah kompetisi dan parasitisme.
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan pada perlakuan intraspesies pada
tanaman jagung di peroleh data bobot basah tajuk terberat ada di ulangan I pada tanaman
ke-2 yaitu 5,47 gr dan bobot basah tajuk paling ringan ada pada tanaman ke-5 yaitu 3,0
gr ; bobot basah akar terberat ada di ulangan I pada tanaman ke-1 yaitu 4,26 gr dan bobot
basah akar paling ringan ada pada tanaman ke-5 yaitu 1,52 gr. Pada perlakuan interspesies
diperoleh data bobot basah tajuk terberat ada pada tanaman jagung di ulangan II tanaman
ke-2 yaitu 11,19 gr dan bobot basah tajuk paling ringan ada pada tanaman kacang hijau
38

ke-3 yaitu 5,97 gr; bobot basah akar terberat ada pada tanaman jagung di ulangan II
tanaman ke-1 yaitu 7,40 gr dan bobot basah akar paling ringan ada pada tanaman kacang
hijau tanaman ke-2 yaitu 0,73 gr. Hal ini sesuai dengan literatur Rezk(2014) yang
menyatakan bahwa jagung dan kacang hijau merupakan jenis tumbuhan dengan habitat
yang berbeda. Akan tetapi, jika keduanya ditanam pada suatu media bukan tidak mungkin
akan terjadi suatu interaksi. Interaksi tersebut tentu saja berupa kompetisi dimana air dan
cahaya untuk berfotosintesis. Hal in berarti terjadi tumpang tindih relung ekologi antara
kacang hijau dan jagung. Tumpang tindihnya ekologi antara kacang hijau dan jagung akan
mempengaruhi pertumbuhan dan daya hidup keduanya. Oleh karena itulah percobaan ini
dilakukan sehingga dapat diketahui kompetisi terhadap pertumbuhan kacang hijau dan
jagung.
Berdasarkan hasil pengamatan visual yang telah dilakukan di peroleh data bahwa
daun pada tanaman jagung mengalami kekuningan. Dan pada kacang hijau terlihat daun
keriput dan berlubang. Hal ini disebabkan karena adanya persaingan untuk mendapatkan
unsur hara pada setiap perlakuan yang dilakukan yang menyebabkan setiap tanaman
kekurangan unsur hara. Hal ini sesuai dengan literatur Kusumawati (2018) yang
menyatakan bahwa Jagung dan kacang hijau merupakan jenis tumbuhan dengan habitat
yang berbeda. Akan tetapi, jika keduanya di tanam pada satu media bukan tidak mungkin
akan terjadi suatu interaksi. Interaksi tersebut tentu saja berupa kompetisi dimana keduanya
tidak hanya memperebutkan tempat tumbuh, tetapi juga saling memperebutkan unsure
hara, air, dan cahaya matahari untuk berfotosintesis.
39

KESIMPULAN
1 .Kompetisi adalah interakksi antar individu yang muncul akibat kesamaan kebutuhan
akan sumberdaya yang bersifat terbatas, sehingga membatasi kemampuan bertahan ,
pertumbuhan dan reproduksi individu penyaing.
2. Kompetisi intraspesies adalah persaingan yang terjadi antara organisme atau individu
yang memiliki spesies yang sama.
3. Kompetisi interspesies adalah persaingan yang terjadi antara organisme atau individu
yang berbeda spesies.
4. Pada kompetisi intraspesies tanaman jagung didapatkan tanaman tertinggi ada pada
tanaman ke-4 dengan tinggi 42,6 cm dan yang terendah ada pada tanaman ke-5
dengan tinggi 38,9 cm.
5. Jumlah daun terbanyak ada pada tanaman jagung ke-2 dengan jumlah 6 helai dan paling
sedikit ada pada tanaman ke-1 dengan jumlah 5 helai.
6. Diameter batang terbesar ada pada tanaman ke-2 dengan diameter 7,2 mm dan
diameter terkecil ada pada tanaman ke-5 dengan diameter 4,4 mm.
7. Pada perlakuan kompetisi interspesies pada tanaman jagung dan kacang hijau di
ulangan II didapatkan tanaman tertinggi yaitu pada jagung ke-2 yaitu 52,6 cm dan
tanaman terendah yaitu pada kacang hijau ke-3 yaitu 13 cm.
8. Jumlah daun terbanyak ada pada tanaman jagung ke-2 dengan jumlah 7 daun dan daun
paling sedikit ada pada tanaman kedelai ke-1 dengan jumlah daun 3.
9. Diameter batang terbesar ada pada tanaman jagung ke-2 dengan diameter 7,5 mm dan
diameter batang terkecil ada pada tanaman kacang hijau ke-1 dengan diameter 2,45
mm.
10.Tumpang tindihnya ekologi antara kacang hijau dan jagung akan mempengaruhi
pertumbuhan dan daya hidup keduanya.
11.keduanya tidak hanya memperebutkan tempat tumbuh, tetapi juga saling
memperebutkan unsure hara, air, dan cahaya matahari untuk berfotosintesis.
40

DAFTAR PUSTAKA

Apriliyani, dan Rofuddin. 2014. Pengaruh Mikoriza dan Jarak Tanam Terhadap Hasil
Tanaman Jagung Manis (Zea mays var.saccharata Sturt). Jurnal Ilmu Pertanian
Tropika dan Subtropik 2 (1), 28- 33.

Balitbang.2015. The maize genetic diversity panel: A high‐quality maize genotype


resource for genetic analysis, with an emphasis on its relationship to the phenotypic
diversity of maize. Jurnal Crop Science.

Barokah. 2016. Jenis interaksi intraspesifik dan interspesifik pada tiga Jenis kuntul saat
mencari makan di sekitar cagar alam pulau dua Serang, Propinsi Banten. Jurnal
Biodiversitas. 8 (1) ; 266-269
Dongoran.2013. Pengaruh Dosis Pemupukan Urea terhadap Pertumbuhandan Produksi
serta Kecernaan Hijauan Jagung.Thesis. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta.
Durma. 2014. Pengaruh Mikoriza dan Jarak Tanam Terhadap Hasil Tanaman Jagung
Manis (Zea mays var.saccharata Sturt). Jurnal Ilmu Pertanian Tropika dan
Subtropik 2 (1), 28- 33.
Elva, Aluwi, F. F. R., Nurdin dan F. S. Jamin. 2019. Hasil Tanman Jagung yang Dipupuk
N, P dan K di Dutohe Kabupaten Bone Bolango. Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo
Fahlevi.2013. Growth and development of plants. In Plant Biotechnology (pp. 13-28).
Springer, Cham.
Hamida, Fauzi., M.M.B., & Damanik. 2018. Serapan P dan Pertumbuhan Tanman Jagung
(Zea mays L.) Akibat Pemberian Kombinasi Bahan Organik dan SP- 36 Pada Tanah
Ultisol, J. Agroekoteknologi, 6 (3), 640 - 647.
Hartoyo. 2013. Pertumbuhan Tanaman dan Pengaruhnya terhadap Produktivitas Tanaman.
Jurnal Agroekoteknologi, 5(3), 133-143.
Hutasuhut, M. A. 2020. Ekologi Tumbuhan. Diktat. Universitas Islam Negeri Sumatera
Utara. Medan.
Kastono. 2015. Ilmu Gulma, Jurusan Budidaya Pertanian. UGM: Yogyakarta.
41

Kusumawati, D. E. 2018. Pengaruh Kompetisi Intraspesifik dan Interspesifik Terhadap


Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays) dan Kacang Hijau (Vigna radiata).
Fakultas Pertanian Universitas Islam Darul Ulum Lamongan. Agroadix, 1(2).
Marpaung.Suciantini, 2013. Interaksi Iklim (Curah Hujan) Terhadap Produksi Tanaman
Pangan Di Kabupaten Pacitan. Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi,
Balitambang Kementan.
Michael, D. M., Edward, S. B., dan Peter, B. 2019. The maize genetic diversity panel: A
high‐quality maize genotype resource for genetic analysis, with an emphasis on its
relationship to the phenotypic diversity of maize. Jurnal Crop Science
Muazizah, L. K. 2017. Kualitas Tanah Lahan Kering dan Pengaruhnya terhadap
Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.). Jurnal Pertanian Agros, 4(1), 22-30.
Mulyani, A., & Muhrizal, S. 2013. Karakteristik dan Potensi Lahan sub optimal untuk
Pengembangan Pertanian di Indonesia. Jurnal Sumberdaya Lahan, 7(1), 47-55.
Mulyaningsih, E., Sunarminto, B. H., Prayitno, J., dan Widodo, R. H. 2021. Study on
correlation of environmental and genetic factors to growth and yield of rice plant
in Indonesia. Agrivita, 43(2), 502-513
Nurdin 2013. Prediksi Skenario Kompetisi dalam Kompetisi Interspesifik Dua Spesies
Menggunakan Metode Euler. Makalah IF5162 Metode Numerik Lanjut, Semester
II Tahun 2015/2016.
Nuriyanti.2019.Dasar-dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Universitas Gadjah Mada Press,
Yogyakarta (Penerjemah Tjahjono Samingar).
Purwono.T.,Hartono. 2013. Respon Pertumbuhan dan Produksi Kacang Tanah Terhadap
Pemberian Kompos Jerami. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Putri, S.2014.Dasar-dasar Ekologi bagi populasi dan Komunitas. UI-Press:Jakarta
Rahmasari, D. A., Sudiarso, S., & Sebayang, H. T. 2016. Pengaruh jarak tanam dan waktu
tanam kedelai terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai (Glycine
max) pada baris antar tebu (Saccharum officinarum L.). Brawijaya University.
Rezk .Rasidi, S.2014. Ekologi Tumbuhan. Tanggerang Selatan: Universitas Terbuka.
Riwandi, M., Handajaningsih, dan Hasanudin. 2014. Teknik Budidaya Jagung Dengan
Sistem Organik di Lahan Marjinal. UNIB Pres. Bengkulu. ISBN 978-979-9431-84-
4.
42

Salmiah, A. 2013. Pengaruh pemberian pupuk cair limbah organik terhadap pertumbuhan
kacang hijau (Phaseolus Radiatus L.). Skripsi. Universitas Bengkulu. Hal 6-7.
Sembiring.2017. Analisis efisiensi produksi dan pendapatan usahatani jagung (Stusdi
Kasus: Desa Kuala, Kecamatan Tigabinaga, Kabupaten Karo). Journal On Social
Economic Of Agriculture and Agribusiness. 3 (3) : 1-14
Sihotang, A. S. 2013. Efisiensi Pemupukan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman
Jagung (Zea mays L.) pada Tanah Andisol dan Ultisol. Medan: Universitas
Sumatera Utara.
Suliswati.2016. Budidaya Jagung Organik. Varietas Baru yang kian Diburu. Pustaka Baru
Putra. Yogyakarta.
Surbekti, N. A., Syafruddin, R., Effendi dan Sunarti, S. 2015. Morfologi Tanaman dan Fase
Pertumbuhan Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serelia. Marros Hal 185-204.
Suwardi., Naughhton., Dedi. 2020.Ekologi Hutan. Bumi Aksara: Jakarta
Tambunan.2013. Morfologi Tanaman dan Fase Pertumbuhan Jagung. Maros : Balai
Penelitian Tanaman Serealia.
Tando.2019. Pengaruh perlakuan guludan terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacsng
hijau di lahan kering. Jurnal Agrotek Tropika, 8(1), 71-77.

Taufik.,Titik. 2020. Optimal temperature for soybean growth and yield in tropical climate.
AGRIVITA Journal of Agricultural Science, 42(3), 493-502.

Widayat. 2018.Prinsip-Prinsip Ekologi. Jakarta: Bumi Aksara.


Wijayanti.2018. Pengaruh Pemberian Jenis Pupuk dan Waktu Pengendalian Gulma pada
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays Saccharata). Jurnal
Prduksi Tanaman. Vol 4(6).
Wijayanto., Hermanto dan H. Kriswantoro. 2021. Studi Pemanfaatan Mikoriza Arbuskular
dan Efisiensi Pupuk Phospat Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman
Kacang Hijau (Vigna radiata L.) pada tanah PMK. Prosiding Seminar Nasional
Lahan Suboptimal. ISBN: 979-587-529-9. 31

Zakariah. 2017. Pertumbuhan dan Produksi Jagung pada Andosol dengan Dosis Pupuk
Organik yang Berbeda. Jurnal Agroekoteknologi, 5(2), 112-119.
43

LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Pengamatan Kelompok


Tinggi tanaman Jagung (P1U1)
MST Tinggi Tanaman (cm) Rata-
Ke- J1 J2 J3 J4 J5 J6 rata
I 11 11,2 11,5 10,6 7,6 10,1 10,33

II 27 29,5 26,6 26 25,4 26,4 26,81

III 35,3 37 33,2 35,7 35,7 35,4 35,38

IV 41,3 41,4 40,5 42,6 38,9 42,6 41,21

Tinggi tanaman jagung (P1U2)


MST Tinggi Tanaman (cm) Rata-
Ke- J1 J2 J3 J4 J5 J6 rata
I 13,5 5,0 10,1 6,4 9,0 6,5 8,41

II 27,5 24,9 24,4 24,8 25,4 23 25

III 34,2 31,9 35,3 31,5 35,1 35,1 33,85

IV 38,5 35,7 38,5 37,2 40,5 37,4 37,88

Tinggi tanaman jagung dan kacang hijau (P2U1)


Tinggi Tanaman (cm) Rata- Rata-
MST
J1 J2 J3 K1 K2 K3 rata rata
Ke-
(J) (K)
I 13,5 10,1 9,0 5,0 6,4 6,5 10,86 5,96

II 30 26,7 25,9 9,4 9,6 9,4 27,53 9,46

III 40,6 40,2 32,1 10,2 10,2 11,9 37,63 10,76

IV 49,4 48,4 45 13,1 13,1 11,9 47,6 12,7


Tinggi tanaman jagung dan kacang hijau (P2U2)
Tinggi Tanaman (cm) Rata- Rata-
MST
J1 J2 J3 K1 K2 K3 rata rata
Ke-
(J) (K)
I 12,1 12,9 9,7 6,1 8,2 5,1 11,56 6,46

II 29,6 35,6 26 10,6 12,5 7,5 30,4 10,2

III 41,3 46,4 36,8 13,2 13,7 9,4 41,5 12,1

IV 47,3 52,6 42,4 13,8 16,3 13 47,6 14,8


44

Tinggi tanaman kacang hijau (P3U1)


MST Tinggi Tanaman (cm) Rata-
Ke- K1 K2 K3 K4 K5 K6 rata
I 6,1 6,2 5,0 6,9 5,0 6,0 5,86

II 7,0 6,5 6,4 9,3 6,6 7,9 7,28

III 8,3 7,4 8,2 9,6 9,9 8,9 8,71

IV 9,1 8,7 8,3 10,3 10,3 9,6 9,38

Tinggi tanaman kacang hijau (P3U2)


MST Tinggi Tanaman (cm) Rata-
Ke- K1 K2 K3 K4 K5 K6 rata
I 4,4 5,3 6,4 5,7 4,9 4,3 5,16

II 6,4 7,5 7,4 6,9 6,6 6,6 6,91

III 6,5 7,9 10,4 7,5 7,9 8,1 8,03

IV 7,6 8,9 10,7 9,8 8,2 8,3 8,91

Jumlah daun tanaman jagung (P1U1)


MST Jumlah Daun (helai) Rata-
Ke- J1 J2 J3 J4 J5 J6 rata
I 2 2 2 2 2 2 2,0

II 4 4 4 4 3 3 3,67

III 5 4 4 4 4 5 4,3

IV 5 6 5 6 6 6 5,6

Jumlah daun tanaman jagung (P1U2)


MST Jumlah Daun (helai) Rata-
Ke- J1 J2 J3 J4 J5 J6 rata
I 2 2 2 2 2 2 2,0

II 4 3 3 4 4 4 3,67

III 4 4 4 4 4 4 4,0

IV 6 5 6 6 6 6 5,8
45

Jumlah daun tanaman jagung dan kacang hijau (P2U1)


Jumlah Daun (helai) Rata- Rata-
MST
rata rata
Ke- J1 J2 J3 K1 K2 K3
(J) (K)
I 2 2 2 0 0 0 2 0

II 4 4 4 1 1 1 4 1

III 5 5 5 2 2 2 5 2

IV 6 7 6 3 3 3 6,3 3

Jumlah daun tanaman jagung dan kacang hijau (P2U2)


Jumlah Daun (helai) Rata- Rata-
MST
J1 J2 J3 K1 K2 K3 rata rata
Ke-
(J) (K)
I 2 2 2 0 0 0 2 0

II 4 4 4 1 1 1 4 1

III 5 5 5 2 2 2 5 2

IV 6 7 6 3 3 3 6,3 3

Jumlah daun tanaman kacang hijau (P3U1)


MST Jumlah Daun (helai) Rata-
Ke- K1 K2 K3 K4 K5 K6 rata
I 0 0 0 0 0 0 0

II 1 1 1 1 1 1 1

III 1 1 1 1 1 2 1,16

IV 3 2 2 3 3 3 2,66

Jumlah daun tanaman kacang hijau (P3U2)


MST Jumlah Daun (helai) Rata-
Ke- K1 K2 K3 K4 K5 K6 rata
I 0 0 0 0 0 0 0

II 1 1 1 1 1 1 1

III 2 1 1 2 2 1 1,5

IV 3 2 2 3 3 3 2,6
46

Diameter batang jagung (P1U1)


MST Diameter Batang (mm) Rata-
Ke- J1 J2 J3 J4 J5 J6 rata
I 1,6 1,65 2,05 1,37 1,57 1,5 1,62

II 3,5 3,72 2,52 3,8 1,6 3,2 3,05

III 6,02 7,025 3,8 6,17 2,5 5,8 5,21

IV 6,16 7,2 4,6 6,3 4,4 5,9 5,76

Diameter batang jagung (P1U2)


MST Diameter Batang (mm) Rata-
Ke- J1 J2 J3 J4 J5 J6 rata
I 2,22 2,45 2,25 2,72 1,65 2,05 2,2

II 6,13 5,47 5,82 5,45 3,75 4,1 5,12

III 6,2 5,52 5,87 5,51 4,47 4,22 5,29

IV 6,4 5,6 5,91 5,63 4,54 4,35 5,40

Diameter batang jagung dan kacang hijau (P2U1)


Diameter Batang (mm) Rata- Rata-
MST
J1 J2 J3 K1 K2 K3 rata rata
Ke-
(J) (K)
I 1,87 1,57 2,1 1,09 1,05 1,6 1,84 1,2

II 5,12 4,02 3,27 1,6 2,57 2,8 4,14 1,9

III 5,3 5,25 4,47 1,65 2,42 2,85 5,0 2,3

IV 5,6 5,30 4,75 2,2 2,5 2,90 5,2 2,5


Diameter batang tanaman jagung dan kacang hijau (P2U2)
Diameter Batang (mm) Rata- Rata-
MST
J1 J2 J3 K1 K2 K3 rata rata
Ke-
(J) (K)
I 1,65 2,05 1,56 1,05 1,03 1,09 1,75 1,05

II 5,12 5,9 5,37 1,8 2,02 2,8 5,46 2,20

III 5,25 6,12 6,12 2,23 2,1 2,85 5,83 2,39

IV 5,57 7,5 6,17 2,47 3,77 2,90 6,41 3,04


47

Diameter batang tanaman kacang hijau (P3U1)


MST Diameter Batang (mm) Rata-
Ke- K1 K2 K3 K4 K5 K6 rata
I 1,13 1,9 2,6 2,25 1,14 2,33 1,875

II 1,87 2,12 2,8 2,35 1,82 2,5 2,243

III 2,1 2,35 2,9 2,4 2,15 2,55 2,40

IV 2,21 2,47 2,95 2,5 2,2 2,60 2,48

Diameter batang tanaman kacang hijau (P3U2)


MST Diameter Batang (mm) Rata-
Ke- K1 K2 K3 K4 K5 K6 rata
I 1,11 1,11 1,21 1,29 1,23 1,19 1,19

II 1,55 1,5 2,4 1,8 2,07 2,25 1,92

III 1,77 1,9 2,5 2,25 2,72 2,4 2,25

IV 1,82 2,3 2,6 2,5 2,75 2,67 2,44

Bobot Basah Tajuk Jagung (P1U1 & P1U2)


Bobot Basah Tajuk Tanaman (gram) Rata-
Ulangan
J1 J2 J3 J4 J5 J6 rata
U1 4,87 5,47 4,06 4,86 3,0 3,66 4,32

U2 3,09 3,00 3,05 3,50 3,43 3,05 3,18

Bobot Basah Tajuk Jagung danKacang Hijau (P2U1 & P2U2)


Bobot Basah Tajuk Tanaman (gram) Rata- Rata-
Ulangan J1 J2 J3 K1 K2 K3 rata rata
(J) (K)
U1 7,31 5,47 7,49 2,83 2,62 2,82 6,75 2,75

U2 7,53 11,19 5,97 2,67 2,95 3,14 8,23 2,92


48

Bobot Basah Tajuk Kacang hijau (P3U1 & P3U2)


Bobot Basah Tajuk Tanaman (gram) Rata-
Ulangan
K1 K2 K3 K4 K5 K6 rata
U1 1,95 1,31 0,62 1,39 0,78 1,39 1,24

U2 0,77 0,53 1,32 1,56 1,56 1,75 1,24

Bobot Basah Akar Jagung (P1U1 & P1U2)


Bobot Basah Akar Tanaman (gram) Rata-
Ulangan
J1 J2 J3 J4 J5 J6 rata
U1 4,26 4,20 2,85 3,25 1,52 2,60 3,11

U2 3,31 0,97 0,88 3,65 3,03 2,99 2,47

Bobot Basah Akar Jagung dan Kacang Hijau (P2U1 & P2U2)
Bobot Basah Akar Tanaman (gram) Rata- Rata-
Ulangan J1 J2 J3 K1 K2 K3 rata rata
(J) (K)
U1 4,43 3,78 5,28 0,96 0,70 0,83 4,49 0,83

U2 7,40 6,79 5,19 0,90 0,73 1,23 6,46 0,95

Bobot Basah Akar Kacang Hijau (P3U1 & P3U2)


Bobot Basah AkarTanaman (gram) Rata-
Ulangan
K1 K2 K3 K4 K5 K6 rata
U1 0,47 0,52 0,30 0,60 0,47 0,86 0,53

U2 0,21 0,32 0,38 0,48 0,75 0,54 0,44


49

Lampiran 2. Dokumentasi Kegiatan Praktikum

Pengisian Media Tanam Pembukaan Lahan dan Pemancangan

Pengukuran Lahan Perendaman Benih

Penanaman Benih Penyiraman


50

Penjarangan Pendataan MST 1

Pendataan MST 2 Pendataan MST 3

Penyiangan Pendataan MST 4


51

Pengamatan Fisiologi Tanaman Penimbangan Bobot Basah Tajuk Tanaman

.
Penimbangan Bobot Basah Akar Tanaman
52

.
53

Anda mungkin juga menyukai