Anda di halaman 1dari 27

BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.

)
DENGAN SISTEM TUMPANG SARI

LAPORAN

OLEH :
ANDERSON VEONALDY IGNATIUS SIANIPAR
210301091
AGROTEKNOLOGI-2

LABORATORIUM TANAMAN PANGAN A


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2023
BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.)
DENGAN SISTEM TUMPANG SARI

LAPORAN

OLEH :
ANDERSON VEONALDY IGNATIUS SIANIPAR
210301091
AGROTEKNOLOGI-2

Laporan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memenuhi Komponen Penilaian
di Laboratorium Tanaman Pangan A Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

LABORATORIUM TANAMAN PANGAN A


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2023
Judul : Budidaya Tanaman Jagung (Zea mays L.) Dengan Sistem
Tumpang Sari
Nama : Anderson Veonaldy Ignatius Sianipar
NIM : 210301091
Kelompok :4
Kelas : Agroteknologi 2

Diperiksa Oleh :
Dosen Penanggung Jawab Laboratorium

(Dr.Nini Rahmawati SP., M.Si.)


NIP.197202152001122004
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas

berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik dan

tepat pada waktunya.

Adapun judul dari laporan ini adalah “Budidaya Tanaman Jagung

(Zea mays L.) Dengan Sistem Tumpang Sari” yang merupakan salah satu syarat

untuk dapat memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Tanaman Pangan A

Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,

Medan.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada

Dr. Nini Rahmawati, SP., M.Si., Dr. Ir. Yaya Hasanah, M.Si. dan

Dr. Ir. Jonatan Ginting, MS dan serta abang dan kakak asisten Laboratorium

Tanaman Pangan A yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan laporan

ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh

sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang saran yang membangun

untuk kesempurnaan penulisan laporan ini.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga laporan ini

dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Medan, Mei 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................ii

PENDAHULUAN
Latar Belakang........................................................................................1
Tujuan Praktikum....................................................................................2
Kegunaan Penulisan................................................................................2

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman......................................................................................3
Syarat Tumbuh
Iklim....................................................................................................4
Tanah..................................................................................................5
Sistem Tumpang Sari..............................................................................5

BAHAN DAN METODE


Tempat dan Waktu Praktikum.................................................................7
Alat dan Bahan Praktikum......................................................................7
Prosedur Praktikum.................................................................................7

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil........................................................................................................9
Pembahasan.............................................................................................12

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ii
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang memiliki lahan pertanian luas. Tanaman

jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan yang penting di

Indonesia dan jagung berpengaruh dalam perekonomian nasional, mengingat

jagung termasuk kedalam tanaman yang multiguna. Jagung dapat digunakan

untuk sumber pangan, pakan, dan bahan baku industri (Moelyohadi et al., 2018).

Badan Pusat Statistika merilis data produktivitas tanaman jagung di

Indonesia pada tahun 2015 yakni sebanyak 19,6 juta ton. Namun, Indonesia belum

dapat memenuhi permintaan jagung didalam negeri, sehingga kita perlu

mengimpor jagung untuk memenuhi permintaan konsumen. Permintaan jagung

dipasaran cenderung meningkat, hal ini disebabkan karna jagung dapat digunakan

sebagai industri pakan ternak maupun industri pangan (Badan Pusat Statistik,

2019).

Permasalahan dalam upaya peningkatan produksi jagung antara lain:

Berkurangnya areal sawah irigasi teknis dan lahan pertanian lainnya, terutama di

Pulau Jawa, Persaingan yang makin ketat dalam penggunaan air antara sektor

pertanian dengan sektor-sektor lainnya yang menyebabkan ketersediaan air irigasi

berkurang, Semakin mahalnya harga bibit bermutu tinggi, pupuk dan pestisida,

Semakin langkanya tenaga kerja produktif sektor pertanian karena kesempatan

kerja di sektor non pertanian dengan upah yang lebih tinggi, sehingga upah di

pedesaan meningkat (Aldillah, 2018).

Pengembangan komoditas jagung di Indonesia masih mengalami beberapa

kendala. Adapun beberapa kendala dalam pengembangan jagung di Indonesia


2

antara lain masih sedikitnya penggunaan benih hibrida, kelangkaan pupuk,

kelembagaan belum berkembang, teknologi pasca panen dan panen belum

memadai, dan lahan garapan sempit (Ditjendtan, 2019).

Nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K) merupakan unsur hara makro

yang sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman padi. N

dikategorikan sebagai hara pembatas utama produksi dimana kekurangan unsur

inimenyebabkan turunnya hasil karena sifatnya yang mobile di tanah

sehingga sulit tersedia bagi tanaman. N sebagai hara esensial merupakan bahan

penyusun asam-asam amino,protein, dan khlorofil yang penting dalam proses

fotosintesis, serta bahan penyusun komponen inti sel (Aggria et al., 2020).

Tujuan Praktikum

Adapun tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui budidaya tanaman

jagung (Zea mays L.) dengan sistem tumpang sari.

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan penulisan paper ini adalah sebagai salah satu syarat

untuk memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Tanaman Pangan A

Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan

sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.


TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman
Tanaman jagung merupakan tanaman semusim, yang satu siklus hidupnya

dapat diselesaikan dalam kisaran waktu 80-150 hari. Adapun klasifikasi tanaman

jagung sebagai berikut: Kingdom : Plantae, Divisi : Spermatophyta, Subdivisi :

Angiospermae, Kelas : Monocotyledone, Ordo : Graminae, Famili : Graminaceae,

Genus : Zea, Spesies : Zea mays L. (Purwono dan Hartono, 2019)

Tanaman jagung memiliki jenis akar serabut tetapi, memiliki tiga jenis

perakaran, yaitu (a) akar tunggang, (b) akar adventif, dan (c) akar seminal. Akar

tunggang merupakan salah satu jenis akar adventif yang muncul pada dua atau

tiga buku dan tumbuh diatas permukaan tanah. Akar adventif merupakan akar

yang terbentuk pada nodus yang terdapat pada ujung mesokotil, dan terus tumbuh

disetiap nodus, namun akar adventif jenis ini tumbuh dibawah permukaan tanah.

Pada akar seminal yaitu akar yang tumbuh di radikula dan embrio (Tanty, 2018).

Daun jagung merupakan daun yang berbentuk bangun pita atau daun yang

memiliki satu tulang besar yang terdapat ditengah-tengah daun. Bentuk daun

jagung meruncing dan memanjang disepanjang pertulangan daun. Lebar helai

daun bervariasi, yaitu sangat sempit (< 5 cm), sempit (5,1-7 cm), sedang (7,1-9

cm), lebar (9,1-11 cm), dan sangat lebar (>11 cm). Pada permukaan daun jagung

terdapat bulu-bulu halus. (Ziraluo dan Duha, 2020).

Batang jagung berbentuk tegak memanjang dan dapat telihat dengan jelas.

Terdapat ruas-ruas pada batang jagung berkisaran 8-10 ruas, pada setiap batang

tanaman jagung terdapat 10-18 helai daun. Tinggu tanaman jagung bervariasi

tergantung dengan varietas, umumnya tinggi jagung mencapai 1 – 3 meter. Tinggi


4

tanaman dapat diukur 5 cm diatas permukaan tanah hingga daun tertinggi

(Siregar dan Nugraha, 2018).

Bunga jagung merupakan bunga tidak sempurna. Jagung termasuk

tanaman monoeciuos atau tanaman berubah satu yang bunga jantan dan bunga

betina terletak pada satu tanaman yang sama. Bunga jantan terletak dibagian titik

tumbuh, sedangkan bunga betina terletak pada ujung tongkol tanaman, bunga

betina berbentuk seperti rambut (Muhadjir, 2018).

Syarat Tumbuh

Iklim

Iklim merupakan unsur yang penting dalam pertumbuhan tanaman. Suhu

udara mempengaruhi aktivitas tanaman, seperti proses fotosintesis, transpirasi,

respirasi, pertumbuhan, penyerbukan, pembuahan dan dapat menyebabkan bunga

tanaman berguguran. Jika suhu udara terlalu tinggi dapat berpengaruh pada

ketersediaan air tanaman, dan jika suhu udara terlalu rendah dapat menganggu

proses metabolisme tanaman (Diyasti dan Amalia, 2021).

Pertumbuhan tanaman jagung secara umum dipengaruhi oleh suhu

lingkungan tempat tumbuh. Suhu udara untuk tanaman tropis berkisar antara 15-

40°C dan suhu udara yang dibutuhkan tanaman jagung untuk berkembang dengan

optimal yaitu berkisar antara 21-28°C. Unsur suhu udara berpengaruh dalam

produktivitas jagung (Herlina dan Prasetyorini, 2020).

Curah hujan yang ideal untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman

jagung berkisaran 100 – 300 mm/bulan (Pranata et al., 2019). Ketinggian

optimum yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan jagung adalah 0 –

600 mdpl (Suharjono et al., 2023). Kondisi kelembapan udara yang ideal untuk
5

tanaman jagung adalah berkisaran 76% - 86%, pada bulan Agustus sampai

September memiliki kelembapan udara paling rendah dan bulan Februari sampai

Maret merupakan bulan yang memiliki kelembapan udara paling tinggi

(Wahyuni et al., 2019).

Tanah

Tanaman jagung memiliki beberapa syarat tumbuh yang akan menunjang

produktivitas, tanah yang gembur dan kaya akan humus akan menunjang

pertumbuhan tanaman jagung secara optimal. Untuk kedalaman air tanah pada

jagung berkisar 50-200cm dari permukaan tanah dan kedalaman efektif tanah

mencapai 20-60 cm dari permukaan tanah (Saputra, 2019).

Umumnya pH tanah yang ideal untuk pertumbuhan jagung adalah 5,5 – 7.

Jika pH tanah terlalu asam menyebabkan ketersedian unsur hara menjadi rendah

terutama untuk unsur Ca, Mg,P, dan Mo, yang menyebabkan pertumbuhan

tanaman kurang optimal (Pambela dan Safwan, 2020).

Sifat fisik tanah terutama jenis tanah merupakan faktor yang berpengaruh

terhadap produktivitas tanaman jagung. Umumnya, jagung tumbuh dengan

optimal pada tanah yang gembur, subur, dan memiliki drainase yang baik.

Adapun jenis tanah yang dapat ditanami jagung antara lain Latosol, Andosol, dan

Grumosol. Namun tanah Latosol merupakan jenis tanah yang terbaik untuk

pertmbuhan jagung (Rostaliana et al., 2018).

Sistem Tumpang Sari

Tumpangsari merupakan upaya pemanfaatan lahan dengan sebaik-

baiknya karena membudidayakan lebih dari satu jenis tanaman di satu lahan yang

sama dan dalam peroide tertentu. Tujuan dari sistem tumpang sari ini yaitu untuk
6

mengoptimalkan hasil produksi serta dapat menjaga kesuburan tanahagar

tanaman dapat bertumbuh dengan baik (Surtinah, 2019).

Tujuan dari sistem tanam tumpang sari adalah supaya penggunaan air,

hara, dan sinar matahari bisa lebih optimal dengan tujuan lain tidak mengurangi

produksi. Menanam secara tumpang sari dapat meningkatkan pendapatan

usahatani karenapenanaman dengan pola ini penggunaan sarana produksi lebih

efisien sehinggaakan mengurangi biaya produksi daripada penggunaan pola

tanam monokultur (Tri, 2018).

Keuntungan dari pola tanam tumpangsari adalah meningkatkan

produktivitas lahan persatuan waktu, mengefisienkan pemanfaatan faktor tumbuh

(seperti air, unsur hara, dan cahaya matahari), mengurangi resiko kegagalan

panen, menambah kesuburan tanah, dan menyebarkan input tenaga kerja yang

lebih merata (Dermawaty, 2018).


BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Praktikum

Adapun praktikum ini dilaksanakan di Lahan Tanaman Pangan A Program

Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada

ketinggian ± 25 mdpl pada tanggal 24 Februari sampai dengan 17 Mei 2023.

Alat dan Bahan Praktikum

Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah cangkul untuk

mencangkul tanah dan meratakan tanah, pacak digunakan sebagai pembatas

komoditi, tali plastic yang digunakan untuk membuat pembatas plot,meteran yang

digunakan untuk mengukur lahan, gembor untuk menyiram dan caping yang

digunakan untuk melindungi dari panas matahari.

Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah benih jagung

varietas Bonanza F1, tanah top soil, pupuk urea,KCl,dan SP-36.

Prosedur Praktikum

1. Dilakukan pengukuran lahan dengan panjang lahan 18,5 m, lebar lahan 10

m,luas lahan kedelai dan jagung 2,5x2 m,luas lahan parit 30x60 cm

2. Disiapkan media tanam di plot lahan yang sudah diukur dengan ukuran

panjang lahan untuk system tanam tumpang sari

3. Disiapkan benih jagung dan direndam benih jagung selama ± 8 jam

4. Ditanam masing masing benih kedalam tanah dengan plot yang sudah diukur

dan disiapkan lalu disiram air secukupnya sampai media lembab

5. Dilakukan penyiangan yang bertujuan untuk membersihkan gulma dan

tanaman serta mengurangi persaingan penyerapan unsur hara.

6. Dilakukan penyiraman pada tanaman jagung


8

7. Dilakukan penjarangan untuk memelihara tanaman agar pertumbuhan merata

8. Dilakukan penyulaman tanaman yang bertujuan untuk memelihara

pertumbuhan tanaman

9. Dilakukan pemupukan dengan perhitungan dosis pupuk urea 82,5 gr, SP-36 55

gr dan KCl 41,25 gr

10. Dilakukan pemeliharaan terhadap tanaman supaya tanaman tumbuh sehat

11. Diamati pertumbuhan jagung sampai panen dan dicatat di dalam buku data

12. Dilakukan pemanenan tanaman jagung pada MST 12 dengan parameter

amatan bobot tajuk, bobot akar, panjang tongkol, diameter batang, bobot

berkelobot dan bobot tanpa berkelobot

Parameter Amatan

1. Tinggi tanaman

2. Diameter batang

3. Jumlah daun

4. Bobot basah tajuk

5. Bobot tongkol ber kelobot

6. Bobot tongkol tanpa kelobot

7. Diameter tongkol
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Tinggi Tanaman

Data rataan tinggi tanaman jagung pada sistem tumpang sari dapat dilihat

pada Tabel 1.

Tabel 1. Tinggi tanaman jagung (cm) pada umur 2-10 MST


Mst Ke-
Tanaman Total Rataan
2 3 4 5 6 7 8 9 10
T1 15 29 42 53 62 136 150 152 155 794 88.2
T2 21.9 34 43 55 98 147 131 135 140 804.9 89.4
T3 17.2 35 37 58 93 117 135 144 150 786.2 87.4

Berdasarkan tabel 1 diatas menunjukkan bahwa rataan tinggi tanaman

tertinggi terdapat pada T2 yaitu 89,4 cm. Rataan tinggi tanaman terendah terdapat

pada T3 yaitu 87,4 cm.

Jumlah Daun

Data rataan jumlah daun jagung pada sistem tumpang sari dapat dilihat

pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah daun jagung (helai) pada umur 2-10 MST


Mst Ke-
Tanaman Total Rataan
2 3 4 5 6 7 8 9 10
T1 2 4 4 6 8 7 11 12 14 68 7.6
T2 3 6 6 8 11 11 12 14 15 86 9.6
T3 3 5 5 7 8 9 11 13 14 75 8.3

Berdasarkan tabel 2 diatas menunjukkan bahwa rataan jumlah daun


tertinggi terdapat pada T2 yaitu 9,6 helai. Rataan jumlah daun terendah terdapat
pada T1 yaitu 7,6 helai.
10

Diameter Batang
Data rataan diameter batang jagung pada sistem tumpang sari dapat dilihat

pada Tabel 3.

Tabel 3. Diameter batang jagung (mm) pada umur 2-10 MST


Mst Ke-
Tanaman Total Rataan
2 3 4 5 6 7 8 9 10
T1 6 13 17 21 24 38 50 52 52 273 30.3
T2 6 15 18 21 29 36 48 50 51 274 30.4
T3 5 13 16 19 25 37 47 48 20 230 25.6

Berdasarkan tabel 3 diatas menunjukkan bahwa rataan diameter batang

tertinggi terdapat pada T2 yaitu 30,4 mm. Rataan diameter batang terendah

terdapat pada T3 yaitu 25,6 mm.

Bobot Basah Tajuk


Data bobot basah tajuk tanaman jagung pada sistem tumpang sari dapat

dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Bobot basah tajuk tanaman jagung pada umur 12 MST


Tanaman Berat (g)
T1 68,13
T2 70,2
T3 103,6

Berdasarkan tabel 4 diatas menunjukkan bahwa bobot basah tajuk tertinggi

terdapat pada T3 yaitu 103,6 gram. Bobot basah tajuk terendah terdapat pada T1

yaitu 68,13 gram.

Bobot Basah Tongkol Berkelobot


Data bobot basah tongkol berkelobot tanaman jagung pada sistem

tumpang sari dapat dilihat pada Tabel 5.


11

Tabel 5. Bobot basah tongkol berkelobot tanaman jagung pada umur 12 MST
Tanaman Berat (g)
T1 82,6
T2 131,13
T3 52,15

Berdasarkan tabel 5 diatas menunjukkan bahwa bobot basah tongkol

berkelobot tertinggi terdapat pada T2 yaitu 131,13 gram. Bobot basah tongkol

berkelobot terendah terdapat pada T3 yaitu 52,15 gram.

Bobot Basah Tongkol Tanpa Kelobot


Data bobot basah tongkol tanpa kelobot tanaman jagung pada sistem

tumpang sari dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Bobot basah tongkol tanpa kelobot tanaman jagung pada umur 12 MST
Tanaman Berat (g)
T1 47,89
T2 104,2
T3 18,25

Berdasarkan tabel 6 diatas menunjukkan bahwa bobot basah tongkol tanpa

kelobot tertinggi terdapat pada T2 yaitu 104,2 gram. Bobot basah tongkol tanpa

kelobot terendah terdapat pada T3 yaitu 18,25 gram.

Diameter Tongkol Kelobot


Data diameter tongkol kelobot tanaman jagung pada sistem tumpang sari

dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Diameter tongkol kelobot tanaman jagung pada umur 12 MST


Tanaman Diameter (mm)
T1 55
T2 43
T3 45
12

Berdasarkan tabel 7 diatas menunjukkan bahwa diameter tongkol kelobot

tertinggi terdapat pada T1 yaitu 55 mm. Diameter tongkol kelobot terendah

terdapat pada T2 yaitu 43 mm.

Panjang Tongkol Tanpa Kelobot


Data panjang tongkol tanpa kelobot tanaman jagung pada sistem tumpang

sari dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Panjang tongkol tanpa kelobot tanaman jagung pada umur 12 MST
Tanaman Panjang (cm)
T1 17
T2 20
T3 11

Berdasarkan tabel 8 diatas menunjukkan bahwa panjang tongkol tanpa

kelobot tertinggi terdapat pada T2 yaitu 20 cm. Panjang tongkol tanpa kelobot

terendah terdapat pada T3 yaitu 11 cm.

Pembahasan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, tinggi tanaman tertinggi

terdapat pada T2 dengan rataan yaitu 89,4 cm dan tinggi tanaman terendah

terdapat pada T3 yaitu 87,4 cm. Hal ini menunjukkan pemberian pupuk

mencukupi kebutuhan jagung untuk mendukung pertumbuhan tinggi tanaman. Hal

ini sesuai dengan literatur Pernitiani (2018) yang menyatakan bahwa

perkembangan jaringan tanaman sangat ditentukan oleh ketersediaan unsur hara

terutama nitrogen, dengan tersedianya nitrogen yang cukup maka tanaman akan

membentuk bagian-bagian vegetatif yang cepat, disebabkan karena jaringan

meristem yang akan melakukan pembelahan, perpanjangan dan pembesaran sel

sangat membutuhkan nitrogen untuk membentuk dinding sel yang baru.


13

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, jumlah daun tertinggi

terdapat pada T2 dengan rataan yaitu 9,6 helai dan jumlah daun terendah terdapat

pada T1 dengan rataan yaitu 7,6 helai. Hal ini menunujukkan pemberian pupuk

nitrogen memberikan pengaruh yang baik dan nyata dalam mendukung

pertumbuhan daun tanaman jagung. Selain itu sistem tumpeng sari dengan

tanaman kedelai juga memberikan pengaruh yang baik karena pada tanaman

kedelai terdapat bakteri yang dapat menambat nitrogen sehingga membantu

ketersediaan nitrogen dalam tanah. Hal ini sesuai dengan literatur Pandito (2020)

yang menyatakan bahwa ketersediaan unsur hara dalam tanah sesuai dengan

kebutuhan tanaman sangat menentukan efektivitas fotosintesis tanaman. sehingga

akan meningkatkan pula fotosintat yang akan menentukan pertumbuhan dan

perkembangan tanaman.

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diameter batang tertinggi

terdapat pada T2 dengan rataan yaitu 30,4 mm dan diameter batang terendah

terdapat pada T3 dengan rataan yaitu 25,6 mm. Hal ini diduga karena tanaman

jagung mendapatkan hasil fotosintesis yang sama baiknya. Hal ini sesuai dengan

literatur Rosman et al (2018) yang menyatakan bahwa hasil fotosintesis lebih

banyak digunakan untuk pertumbuhan vertikal, seperti pertumbuhan tinggi

tanaman daripada memperlebar luas batang, karena pertumbuhan aktif suatu

tanaman lebih banyak pada pertumbuhan vertical seperti terjadi pada bagian

pucuk tanaman.

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, bobot basah tajuk tertinggi

terdapat pada T3 dengan rataan yaitu 103,6 gram dan bobot basah tajuk terendah

terdapat pada T1 dengan rataan yaitu 68,13 gram. Hal ini diduga pertumbuhan dan
14

perkembangan tanaman jagung dipengaruhi oleh faktor genetik serta faktor

lingkungan seperti suhu, cahaya dan ketersediaan unsur hara. Hal ini sesuai

dengan literatur Harjadi dan Yahya (2018) yang menyatakan bahwa salah satu

faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman

adalah faktor genetik dari tanaman itu sendiri. Selain faktor genetik, faktor

lingkungan juga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan daun seperti

cahaya, suhu, udara dan ketersediaan unsur hara dalam tanah.

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, bobot basah tongkol

berkelobot tertinggi terdapat pada T2 dengan rataan yaitu 131,13 gram dan bobot

basah tongkol berkelobot terendah terdapat pada T3 dengan rataan yaitu 52,15

gram. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan nitrogen dapat membantu

kuantitas dan kualitas hasil tanaman jagung. Hal ini sesuai dengan literatur

Warisno (2018) yang menyatakan bahwa pengaruh penggunaan nitrogen terhadap

kuantitas dan kualitas hasil adalah penyempurnaan proses pengisian biji secara

penuh sehingga bernas, mengeraskan dan mencegah pengecilan biji pada ujung

tongkol, hal ini berkorelasi positif dengan berat tongkol tanaman jagung.

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, bobot basah tongkol tanpa

kelobot tertinggi terdapat pada T2 dengan rataan yaitu 104,2 gram dan bobot

basah tongkol tanpa kelobot terendah terdapat pada T3 dengan rataan yaitu 18,25

gram. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman dapat tumbuh dan beradaptasi dengan

lingkungan yang ada. Hal ini sesuai dengan literatur Pandito (2020) yang

menyatakan bahwa Komponen hasil dipengaruhi oleh kemampuan tanaman untuk

tumbuh dan beradaptasi dengan lingkungan yang ada. Hasil akhir proses
15

pertumbuhan dari proses fotosintesis akan diakumulasikan pada organ

penyimpanan asimilat melalui peningkatan atau penurunan komponen hasil.

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diameter tongkol kelobot

tertinggi terdapat pada T1 dengan rataan yaitu 55 mm dan diameter tongkol

kelobot terendah terdapat pada T2 dengan rataan yaitu 43 mm. Hal ini diduga

pemberian unsur hara dapat membantu perkembangan diameter batang tongkol

tanaman jagung. Hal ini sesuai dengan literatur Sirajudin dan Lasmini (2020)

yang menayatakan bahwa pemberian pupuk nitrogen pada tanaman jagung

merupakan hal yang sangat penting karena nitrogen mempunyai efek nyata pada

pertumbuhan tanaman yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman.

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, panjang tongkol tanpa

kelobot tertinggi terdapat pada T2 dengan rataan yaitu 20 cm dan panjang tongkol

tanpa kelobot terendah terdapat pada T3 dengan rataan yaitu 11 cm. Hal ini

menunjukkan bahwa terjadi keseimbangan antara pertumbuhan fase vegetative

dan generative. Hal ini sesuai dengan literatur Idham (2018) yang menyatakan

bahwa berimbangnya antara pertumbuhan vegetatif dan generatif pada awal fase

generatif dapat memperbaiki organ reproduktif secara keseluruhan. Selain itu

karbohidrat yang dihasilkan pada fase vegetatif juga dimanfaatkan pada fase

generatif, jika penggunan karbohidrat seimbang antara fase vegetative dan fase

generatif maka pembentukan biji akan berlangsung dengan sempurna.


16
KESIMPULAN

1. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, tinggi tanaman tertinggi terdapat

pada T2 dengan rataan yaitu 89,4 cm dan tinggi tanaman terendah terdapat

pada T3 yaitu 87,4 cm.

2. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, jumlah daun tertinggi terdapat

pada T2 dengan rataan yaitu 9,6 helai dan jumlah daun terendah terdapat pada

T1 dengan rataan yaitu 7,6 helai.

3. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diameter batang tertinggi

terdapat pada T2 dengan rataan yaitu 30,4 mm dan diameter batang terendah

terdapat pada T3 dengan rataan yaitu 25,6 mm.

4. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, bobot basah tajuk tertinggi

terdapat pada T3 dengan rataan yaitu 103,6 gram dan bobot basah tajuk

terendah terdapat pada T1 dengan rataan yaitu 68,13 gram.

5. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, bobot basah tongkol berkelobot

tertinggi terdapat pada T2 dengan rataan yaitu 131,13 gram dan bobot basah

tongkol berkelobot terendah terdapat pada T3 dengan rataan yaitu 52,15 gram.

6. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, bobot basah tongkol tanpa

kelobot tertinggi terdapat pada T2 dengan rataan yaitu 104,2 gram dan bobot

basah tongkol tanpa kelobot terendah terdapat pada T3 dengan rataan yaitu

18,25 gram.

7. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diameter tongkol kelobot

tertinggi terdapat pada T1 dengan rataan yaitu 55 mm dan diameter tongkol

kelobot terendah terdapat pada T2 dengan rataan yaitu 43 mm.


18

8. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, panjang tongkol tanpa kelobot

tertinggi terdapat pada T2 dengan rataan yaitu 20 cm dan panjang tongkol

tanpa kelobot terendah terdapat pada T3 dengan rataan yaitu 11 cm.


DAFTAR PUSTAKA

Aggria, L., A. Kasno, and S. Rochayati, 2020. Effect of Organic Matter


on Nitrogen Mineralization in Flooded and Dry Soil. ARPN Journal of
Agricultural and Biological Science 7(8): 586—590.

Aldillah, R. 2018. Strategi Pengembangan Agribisnis Jagung di Indonesia. Jurnal


Analisis Kebijakan Pertanian, Vol. 15 No. 1, Juni 2018: 43-66

Badan Pusat Statistik. 2019. Data Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Jagung
Tahun 2011-2015. Jakarta.

Dermawaty, A. S. 2019. Pengaruh Tumpangsari Terhadap Pertumbuhan dan Hasil


Jagung Manis (Zea mays saccharatas Sturt.) dan Legum Tarum
(Indigofera zollingeriana). Fakultas Peternakan, Universitas Jambi.
Jambi.

Ditjen Tanaman Pangan. 2020. Proksi Mantap Melalui Borneo Corn Belt.
Makalah Lokakarya Seminar Integrasi Jagung Dan Ternak Pontianak. 22-
24 September 2020. Pontianak (ID): Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Kalimantan Barat, Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian.

Diyasti, F. and Amalia, A.W., 2021. Peran Perubahan Iklim terhadap Kemunculan
OPT Baru. AGROSCRIPT: Journal of Applied Agricultural Sciences,
3(1), pp.57-69.

Harjadi, S., dan Yahya, S. 2018. Fisiologi Stress Lingkungan PAW Bioteknologi.
IPB. Bogor

Herlina, N. and Prasetyorini, A., 2020. Pengaruh perubahan iklim pada musim
tanam dan produktivitas jagung (Zea mays L.) di Kabupaten Malang.
Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, 25(1), pp.118-128.

Idham. 2018. Respon Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata)


TerhadapBerbagai Takaran Pupuk Urea. J. Agroland Vol. 11(1): 73 – 77.

Moelyohadi, Y., Harun, M.U., Munandar, Hayati, R., dan Gofar, N. 2018.
Pemanfaatan berbagai jenis pupuk hayati pada budidaya tanaman jagung
(Zea mays L.) di lahan kering marginal. J. Lahan Suboptimal. I (1).

Muhadjir, F. 2018. Karakteristik Tanaman Jagung. Balai Penelitian Tanaman


Pangan Bogor.

Pambela, L.R. and Safwan, M., 2020. Growth And Yield Respons Sweet Maize
Yields Towards the Application of Oil Palm Bunch Ash and NPK
Fertilizer on Aluvial Land. Jurnal Sains Pertanian Equator, 9 (1).
20

Pandito, I. P. 2020. Pengaruh Dosis Pupuk Urea dan Sp-36 Terhadap


Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Pulut Hibrida (Zea mays
ceratina L). Fakultas Pertanian, Universitas Pembangunan Nasional
Veteran. Yogyakarta

Pernitiani, M., Made, U. dan Adriato., 2018. Pengaruh Pemberian Berbagai Pupuk
Nitrogen Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea
mays saccharata). e-J. Agrotekbis 6 (3) : 329 - 335, Juni 2018. ISSN :
2338-3011.

Purwono dan Rudi Hartono. 2019. Bertanam Jagung Unggul. Penebar Swadaya.
Jakarta.

Rosman, R., Setyono dan Suhaeni, H., 2018. Pengaruh Naungan dan Pupuk
Phosfor Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Nilam (Pogostemon cablin
B.). Bul TRO Vo. XV No. 1.

Rostaliana, P., Prawito, P. and Turmudi, E., 2018. Pemanfaatan Biochar Untuk
Perbaikan Kualitas Tanah Dengan Indikator Tanaman Jagung Hibrida
dan Padi Gogo Pada Sistem Lahan Tebang dan Bakar. Naturalis–Jurnal
Penelitian Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, 1(3), pp.179-
188.

Saputra, J. A., 2019. Analisis Hasil Hibridisasi Tanaman Jagung Manis (Zea mays
Saccharata) Dan Jagung Ketan (Zea mays Ceratina) Menggunakan
metode persilangan Buatan. Rhizobia: Jurnal Agroteknologi, 1(1), pp.1-
7.

Sirajuddin, M., Dan S. A. Lasmini., 2020. Respon Pertumbuhan dan Hasil Jagung
Manis (Zea mays Saccharata) pada Berbagai Waktu Pemberian Pupuk
Nitrogen dan Ketebalan Mulsa Jerami. Jurnal Agroland 17 (3): 184-191.

Siregar, G. and Nugraha, S., 2018. Production Development and Maize


Consumption in North Sumatra Province. JASc (Journal of Agribusiness
Sciences), 1(1).

Surtinah. 2019. Optimasi Lahan dengan Sitem Tumpangsari Jagung Manis (Zea
mays sacchrata) dan Kangkung Sutra (Ipomea reptans) di Pekanbaru.
Jurnal Universitas Lancang kuning Pekanbaru.

Tanty, H., 2018. Evaluasi daya gabung persilangan jagung dengan metode
diallel. ComTech: Computer, Mathematics and Engineering
Applications, 2(2), pp.1099-1106.

Tri, D. 2018. Kajian Ekonomi Antara Pola Tanam Monokultur dan Tumpangsari
Tanaman Jagung, Kubis dan Bayam. Jurnal INOVASI. Vol.18 No.1;66-
71.
21

Wahyuni, S., Kendarto, D.R. and Bafdal, N., 2019. Kajian Kebutuhan Air Irigasi
Tanaman Jagung (Zea mays L.) Berdasarkan KP-01 dan Metode
Thornthwaite-Mather. Agrotekma: Jurnal Agroteknologi dan Ilmu
Pertanian, 3(2), pp.50-57.

Warisno. 2018. Budidaya Jagung Hibrida. Yogyakarta. Kanisius.

Ziraluo, Y.P.B. and Duha, M., 2020. Diversity study of fruit producer plant in
Nias.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai