) Merril)
DENGAN SISTEM TUMPANG SARI
LAPORAN
OLEH :
ANDERSON VEONALDY IGNATIUS SIANIPAR
210301091
AGROTEKNOLOGI-2
LAPORAN
OLEH :
ANDERSON VEONALDY IGNATIUS SIANIPAR
210301091
AGROTEKNOLOGI-2
Laporan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memenuhi Komponen Penilaian
di Laboratorium Tanaman Pangan A Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Diperiksa Oleh :
Dosen Penanggung Jawab Laboratorium
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik dan
(Glycine max (L.) Merril) Dengan Sistem Tumpang Sari” yang merupakan salah
Utara, Medan.
Dr. Nini Rahmawati, SP., M.Si., Dr. Ir. Yaya Hasanah, M.Si. dan
Dr. Ir. Jonatan Ginting, MS dan serta abang dan kakak asisten Laboratorium
ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang saran yang membangun
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga laporan ini
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang........................................................................................1
Tujuan Praktikum....................................................................................2
Kegunaan Penulisan................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman......................................................................................4
Syarat Tumbuh
Iklim....................................................................................................5
Tanah..................................................................................................7
Sistem Tumpang Sari..............................................................................9
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang
di Indonesia setelah padi dan jagung. Kedelai berperan sebagai sumber protein
nabati yang sangat penting dalam rangka peningkatan gizi masyarakat karena
aman bagi kesehatan dan harganya relatif murah dibandingkan dengan sumber
tempe, tahu, tauco, kecap, dan sebagai campuran makanan ternak. Tepung kedelai
merupakan bahan baku untuk pembuatan susu, keju, roti, kue dan lain-lain.
menunjukkan tren menurun. Pada jangka waktu 2015 - 2019 produksi kedelai
sebesar 37,33% di tahun 2017 dari tahun sebelumnya yang juga turun 10,75%.
Produksi kedelai pada tahun 2015 sebesar 963,18 ribu ton, tahun berikutnya
turun menjadi 859,65 ribu ton, dan tahun 2017 turun kembali menjadi 538,73
ribu ton. Pada tahun 2018 produksi naik 20,65% menjadi 650,00 ribu ton,
tetapi pada tahun 2019 kembali turun 34,74% atau sebesar 424,19 ribu ton.
Secara rata-rata lima tahun terakhir produksi kedelai nasional tumbuh negatif
15,54% per tahun (Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, 2020).
pada masa mendatang, hasil tanaman kedelai harus terus ditingkatkan (Badan
daya lahan yang subur karena penggunaan pupuk anorganik secara terus
jumlah besar dan dalam waktu yang cepat untuk diserap tanaman. Salah satu jenis
pupuk yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan hara tersebut adalah pupuk NPK.
Agar tanaman dapat tumbuh dengan baik perlu adanya keseimbangan unsur hara
dalam tanah yang sesuai dengan kebutuhan tanaman. Oleh karena itu perlu
Tujuan Praktikum
3
Kegunaan Penulisan
Adapun kegunaan penulisan paper ini adalah sebagai salah satu syarat
Botani Tanaman
Kedelai adalah tanamn asli cina yang sudah dibudidayakan oleh manusia
sejak 2500 SM. Kedelai mulai dikenal di Indonesia sejak abad ke-16 yang
tepatnya berada di pulau jawa kemudian berkembang pulau- pulau lainnya. Nama
botani dan nama ilmia tanaman kedelai telah disepakati, yaitu (Glycine max L.).
Sistem perakaran kedelai terdiri dari akara tunggang, akar sekunder yang
tumbuh dari akar tunggang, serta akar primer yang tumbuh dari akar sekunder. Akar
tunggang merupakan perkembangan dari akar radikal yang sudah mulai muncul sejak
perkecambahan. Terdapat bintil akar yang dapat mengikat nitrogen bebas dari udara.
Bintil akar terbentuk pada umur 25 hari setelah tanam (Astuti, 2021).
percabangan pada tanaman kedelai akan tumbuh daat tinggi tanaman kedelai
sudah mencapai 20 cm. Jumlah cabang pada tanaman kedelai dipengaruhi oleh
Daun tunggal mempunyai panjang 4-20 cm dan lebar 3-10 cm. Tangkai daun
mempunyai dua stipula kecil dan tiap daun lateral mempunyai sebuah stipula. Setiap
5
daun primer dan daun bertiga mempunyai pulvinus yang cukup besar pada titik
perlekatan tangkai dengan batang. Pulvini berhubungan dengan pergerakan daun dan
posisi daun selama siang dan malam hari yang disebabkan oleh perubahan tekanan
bunga pertama.Jumlah polong yang terbentuk pada setiap ketiak tangkai daun
sangat beragam antara 1-10 polong.Jumlah polong pada setiap tanaman dapat
sedangkan biji bervariasi dari kuning sampai hijau. Pada setiap polong
terdapat biji yang berjumlah 2-3 biji dan mempunyai ukuran 5,5 cm sampai
agak gepeng, dan bulat telur.Namun demikian, sebagian besar biji berbentuk
bulat telur.Biji edamame terbagi menjadi dua bagian utama, yaitu kulit biji
Syarat Tumbuh
Iklim
resisten terhadap daerah yang agak kering kecuali selama pembungaan10. Di sentra
penanaman kedelai di Indonesia pada umumnya kondisi iklim yang paling cocok
adalah daerah – daerah yang mempunyai suhu antara 25°- 27° C, kelembaban udara
rata – rata 65 %,penyinaran matahari 12 jam per hari atau minimal 10 jam perhari
6
dan curah hujan paling optimum antara 100 – 200 mm/bulan 16 (Jayasumarta,
2018).
kualitas benih. Kelembaban optimal bagi tanaman kedelai antara 75-90% pada
stadia pertumbuhan vegetatif hingga pengisian polong dan 60-75% pada stadia
pertumbuhan dan perkembangan tanaman tidak terlalu besar, tetapi secara tidak
menurunnya produksi polong. Pembentukan biji optimum pada suhu 21-23 ˚C dan
pematangan biji pada suhu 20-25 ˚C. Suhu tinggi menyebabkan aborsi polong
kelembaban rata 50%. Tanaman kedelai dapat tumbuh pada ketinggian 0 – 900
meter dari permukaan laut namun akan tumbuh optimal pada ketinggian 650
antara 11-16 jam, dan panjang hari optimal untuk memperoleh produktivitas tinggi
adalah panjang hari 14-15 jam. Di Indonesia panjang hari pada dataran rendah (1-
500 m dpl), dataran sedang (501- 900 m dpl), dan dataran tinggi (901-1600 m dpl)
relatif konstan dan sama, sekitar 12 jam. Perbedaan panjang hari yang disebabkan
oleh pergeseran garis edar matahari tidak lebih dari 45 menit, sehingga seluruh
wilayah Indonesia secara geografis sesuai untuk usahatani kedelai (Sumarno dan
Manshuri, 2019).
Tanah
Tanaman kedelai dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah dengan syarat
drainase dan aerasi tanah cukup baik serta ketersediaan air yang cukup selama
pertumbuhan tanaman. Tanaman kedelai dapat tumbuh dengan baik pada jenis
kedelai kurang baik pada tanah pasir, dan pH tanah yang baik untuk pertumbuhan
kedelai adalah 6 - 6.5 dan untuk Indonesia sudah dianggap baik jika pH tanah 5.5
Tanah yang sesuai untuk usaha tani kedelai adalah tanah yang
bertekstur liat berpasir, liat berdebu berpasir, debu berpasir, drainase baik,
Toleransi keasaman tanah sebagai syarat tumbuh bagi kedelai adalah pH=
5,8-7,0 tetapi pada pH 4,5 pun kedelai dapat tumbuh. Pada pH kurang dari 5,5
bakteri bintil dan proses nitrifikasi (proses oksidasi amoniak menjadi nitrit atau
kedelai, sebaiknya dipilih lokasi yang topografi tanahnya datar, sehingga tidak
Tanaman kedelai menghendaki tanah yang subur, gembur dan kaya akan
humus atau bahan organik. Nilai pH ideal bagi pertumbuhan kedelai dan bakteri
rhizobium adalah 6,0-6,8. Apabila pH diatas 7,0 tanaman kedelai akan mengalami
sangat peka terhadap perubahan faktor lingkungan tumbuh, khususnya tanah dan
iklim. Kebutuhan air sangat tergantung pada pola curah hujan yang turun selama
kedelai dapat tumbuh pada kondisi suhu yang beragam. Suhu tanah yang optimal
dalam proses perkecambahan yaitu 30 ºC. Curah hujan berkisar antara 150 mm–
andosol. Pada tanah-tanah podsolik merah kuning dan tanah yang mengandung
banyak pasir kwarsa, pertumbuhan kedelai kurang baik, kecuali bila diberi
tambahan pupuk organik atau kompos dalam jumlah cukup. Tanah yang baru
pertama kali ditanami kedelai, sebelumnya perlu diberi bakteri. Rhizobium, kecuali
9
tanah yang sudah pernah ditanami Vigna sinensis (kacang panjang). Kedelai yang
ditanam pada tanah berkapur atau bekas ditanami padi akan lebih baik hasilnya,
sebab tekstur tanahnya masih baik dan tidak perlu diberi pemupukan awal (Purba,
2019).
dapat mempunyai musim panen yang lebih banyak, perlindungan tanah dari sinar
matahari, hujan dan gulma menjadi lebih lama serta mendatangkan keuntungan
yang lebih besar. Telah banyak diketahui, secara keseluruhan sistem tumpang sari
memberikan kuantitas produksi yang lebih tinggi daripada sistem tanam tunggal
apabila tepat di dalam pemilihan kombinasi tanaman yang. Sistem tumpang sari
tanamandalam hal perebutan hara, air, radiasi matahari dan ruang tumbuh (Faris,
2018).
lebih dari satu tanaman pada satu lahan yang sama dan pada waktu tanam yang
tumpangsari memiliki usia atau waktu pertumbuhan yang berbeda, karena memiliki
2018).
terjadinya persaingan air dan unsurhara yang terjadi di dalam tanah. Tanaman
berasal dari akarseminal dan akar buku, sedangkan tanaman dikotil pada
(Rahman, 2019).
BAHAN DAN METODE
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah cangkul untuk
komoditi, tali plastic yang digunakan untuk membuat pembatas plot,meteran yang
digunakan untuk mengukur lahan, gembor untuk menyiram dan caping yang
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah benih kedelai
Prosedur Praktikum
1. Dilakukan persiapan lahan dan pengukuran lahan dengan pembagian plot untuk
7. Dilakukan pemupukan dengan dosis perhitungan pupuk urea 13,75 gr, SP36
Parameter Amatan
1. Tinggi Tanaman
2. Jumlah Daun
3. Jumlah Polong
4. Bobot Akar
Hasil
Tinggi Tanman
Data rataan tinggi tanaman kedelai pada sistem tumpang sari dapat dilihat
pada Tabel 1.
tertinggi terdapat pada T2 yaitu 38,82 cm. Rataan tinggi tanaman terendah
Jumlah Daun
Data rataan jumlah daun kedelai pada sistem tumpang sari dapat dilihat
pada Tabel 2.
Tanaman
T1
T2
T3
tertinggi terdapat pada T1 yaitu 17,6 helai. Rataan jumlah daun terendah terdapat
Bobot Akar
14
Data bobot akar tanaman kedelai pada sistem tumpang sari dapat dilihat
pada Tabel 3.
Jumlah Polong
Data jumlah polong tanaman kedelai pada sistem tumpang sari dapat
terdapat pada T1 yaitu 53 polong. Jumlah polong terendah terdapat pada T3 yaitu
38 polong.
Data bobot kering biji tanaman kedelai pada sistem tumpang sari dapat
terdapat pada T1 yaitu 10 gram. Bobot kering biji terendah terdapat pada T3 yaitu
5 gram.
Pembahasan
terdapat pada T2 yaitu 38,82 cm dan ttinggi tanaman terendah terdapat pada T3
dengan rataan yaitu 35,26 cm. Hal ini dikarenakan pertumbuhan tinggi tanaman
kedelai dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara di dalam tanah. Hal ini sesuai
K harus tersedia bagi tanaman untuk proses metabolism dan biokimia sel
tanaman.
terdapat pada T1 dengan rataan yaitu 17,6 helai dan jumlah daun terendah terdapat
pada T2 dengan rataan yaitu 16,62 helai. Hal ini dikarenakan pemberian dosis
pupuk yang berbeda pada tanaman kedelai tidak berpengaruh nyata pada
parameter jumlah daun. Hal ini dikarenakan pemberian pupuk unsur hara N, P dan
K berpengaruh pada pertumbuhan daun. Hal ini sesuai dengan literatur Sri et al
(2020) yang menyatakan bahwa unsur hara Nitrogen sangat diperlukan untuk
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, bobot akar pada T1, T2 dan
T3 memiliki berat yang sama dengan rataan yaitu 3 gram. Hal ini menunjukkan
pemberian pupuk dapat merangsang pertumbuhan akar yang baik sehingg dengan
perakaran tanaman yang baik maka akan mendukung pertumbuhan tanaman yang
baik pula. Hal ini sesuai dengan literatur Sri et al (2020) yang menyatakan bahwa
16
unsur hara Nitrogen sangat diperlukan untuk pertumbuhan vegetatif, salah satunya
terdapat pada T1 dengan rataan yaitu 53 polong dan jumlah polong terendah
terdapat pada T3 dengan rataan yaitu 38 polong. Hal ini dikarenakan pemberian
jumlah dosis pupuk yang berbeda terhadap tanaman kedelai berpengaruh terhadap
jumlah polong persample. Hal ini sesuai dengan literatur Permanasari et al (2019)
pembentukan biji sehingga polong terisi penuh. Oleh sebab itu pemupukan fase
reproduktif berpengaruh terhadap jumlah polong, polong isi, polong hampa, dan
bobot polong.
terdapat pada T1 dengan rataan yaitu 10 gram dan bobot kering biji terendah
terdapat pada T3 dengan rataan yaitu 5 gram. Hal ini menunjukkan bahwa
pada fase vegetatif maupun generatif. Hal ini sesuai dengan literatur Firmansyah
pada T2 dengan rataan yaitu 38,82 cm dan tinggi tanaman terendah terdapat
pada T1 dengan rataan yaitu 17,6 helai dan jumlah daun terendah terdapat pada
3. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, bobot akar pada T1, T2 dan T3
pada T1 dengan rataan yaitu 53 polong dan jumlah polong terendah terdapat
terdapat pada T1 dengan rataan yaitu 10 gram dan bobot kering biji terendah
Adie M dan Krisnawati A., 2019. Keragaan Hasil dan Komponen Hasil Biji
Kedelai Pada Berbagai Agroekologi. Prosiding Seminar Hasil Penelitian
Tanaman Aneka Kacang dan Umbi. Malang: Pemulia Kedelai Balitkabi.
Amelia, M. S., Asil, B., dan Yaya, H. 2020. Respons Pertumbuhan dan Produksi
Kedelai (Glycine max (L.) Merril) Terhadap Konsentrasi dan Cara
Pemberian Pupuk Organik Cair. Program Studi Agroteknologi, Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Medan.
Artika, S dan Fitriani, D. 2018. Pengaruh Ukuran Benih dan Varietas Terhadap
Viabilitas dan Vigor Benih Kacang Kedelai (Glycine max (L) Merril).
Jurnal Agriculture. Vol 11 (4).
Badan Pusat Statistik. 2018. Hasil Kajian Konsumsi dan Cadangan Kedelai
Nasional 2011. Badan Pusat Statistik. Jakarta.
Faris, A. 2018. Pertumbuhan Dan Produksi Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz)
Pada Sistem Tumpang Sari Dengan Bengkuang(Pachyrhizus erosus L.).
Skripsi Departemen Agronomi Dan Hortikultura Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor.
Kurniati. 2017. Produksi Hijauan Tanaman Jagung (Zea mays L.) dan Kacang
Tanah (Arachis hypogeae L.) Yang Ditanam Dengan Sistem Tumpangsari.
Skripsi Program Studi Peternakan Fakultas Peternakan Universitas
Hasanuddin Makassar.
24
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. 2020. Outlook Kedelai 2020. Pusat
Data dan Sistem Informasi Pertanian, Sekretariat Jenderal, Kementerian
Pertanian. Jakarta.
Rianto. 2018. Respons Kedelai (Glycine max (L.) Merril) Terhadap Penyiraman
Dan Pemberian Pupuk Fosfor Berbagai Tingkat Dosis. Sekolah Tinggi
Ilmu Wacana. Metro. Lampung.
Sri, E. W., Saiful dan Endang, W. P. 2020. Pengaruh Pupuk NPK Terhadap
Produksi Padi (Oryza sativa L. ) Varietas Ciherang. Jurnal Bioshell, Vol
04, No. 01 Mei 2015 hal. 233-242.
Tulus, S. 2018. Uji Daya Hasil beberapa Varitas Kedelai (Glycine Max L.Merrill.)
Berdaya Hasil Tinggi pada Lahan Kering di Manggoapi Manokwari.
Skripsi. Fakultas Pertanian dan Teknologi Pertanian Universitas Negeri
Papua.
Zahrah, S., 2018. Respons Berbagai Varietas Kedelai (Glycine max (L) Merril)
terhadap Pemberian Pupuk NPK Organik. J. Teknobiol. 2(1):65- 69.