Anda di halaman 1dari 25

BUDIDAYA TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.

) Merril)
DENGAN SISTEM TUMPANG SARI

LAPORAN

OLEH :
ANDERSON VEONALDY IGNATIUS SIANIPAR
210301091
AGROTEKNOLOGI-2

LABORATORIUM TANAMAN PANGAN A


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2023
BUDIDAYA TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merril)
DENGAN SISTEM TUMPANG SARI

LAPORAN

OLEH :
ANDERSON VEONALDY IGNATIUS SIANIPAR
210301091
AGROTEKNOLOGI-2

Laporan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memenuhi Komponen Penilaian
di Laboratorium Tanaman Pangan A Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

LABORATORIUM TANAMAN PANGAN A


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2023
Judul : Budidaya Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merril)
Dengan Sistem Tumpang Sari
Nama : Anderson Veonaldy Ignatius Sianipar
NIM : 210301091
Kelompok :4
Kelas : Agroteknologi 2

Diperiksa Oleh :
Dosen Penanggung Jawab Laboratorium

(Dr.Nini Rahmawati SP., M.Si.)


NIP.197202152001122004
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas

berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik dan

tepat pada waktunya.

Adapun judul dari laporan ini adalah “Budidaya Tanaman Kedelai

(Glycine max (L.) Merril) Dengan Sistem Tumpang Sari” yang merupakan salah

satu syarat untuk dapat memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Tanaman

Pangan A Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Utara, Medan.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada

Dr. Nini Rahmawati, SP., M.Si., Dr. Ir. Yaya Hasanah, M.Si. dan

Dr. Ir. Jonatan Ginting, MS dan serta abang dan kakak asisten Laboratorium

Tanaman Pangan A yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan laporan

ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh

sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang saran yang membangun

untuk kesempurnaan penulisan laporan ini.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga laporan ini

dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Medan, Mei 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................ii

PENDAHULUAN
Latar Belakang........................................................................................1
Tujuan Praktikum....................................................................................2
Kegunaan Penulisan................................................................................3

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman......................................................................................4
Syarat Tumbuh
Iklim....................................................................................................5
Tanah..................................................................................................7
Sistem Tumpang Sari..............................................................................9

BAHAN DAN METODE


Tempat dan Waktu Praktikum.................................................................11
Alat dan Bahan Praktikum......................................................................11
Prosedur Praktikum.................................................................................11

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil........................................................................................................13
Pembahasan.............................................................................................15

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ii
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman kedelai salah satu komoditas tanaman pangan terpenting ketiga

di Indonesia setelah padi dan jagung. Kedelai berperan sebagai sumber protein

nabati yang sangat penting dalam rangka peningkatan gizi masyarakat karena

aman bagi kesehatan dan harganya relatif murah dibandingkan dengan sumber

protein hewani. Tanaman kedelai dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan

tempe, tahu, tauco, kecap, dan sebagai campuran makanan ternak. Tepung kedelai

merupakan bahan baku untuk pembuatan susu, keju, roti, kue dan lain-lain.

Produksi kedelai di Indonesia hanya mampu memenuhi 30% konsumsi dalam

negeri, sisanya dipenuhi melalui impor (Kementrian Pertanian, 2018).

Produksi kedelai Indonesia selama empat dekade sangat fluktuatif dan

menunjukkan tren menurun. Pada jangka waktu 2015 - 2019 produksi kedelai

nasional terlihat mengkhawatirkan karena terus menurun cukup signifikan

sebesar 37,33% di tahun 2017 dari tahun sebelumnya yang juga turun 10,75%.

Produksi kedelai pada tahun 2015 sebesar 963,18 ribu ton, tahun berikutnya

turun menjadi 859,65 ribu ton, dan tahun 2017 turun kembali menjadi 538,73

ribu ton. Pada tahun 2018 produksi naik 20,65% menjadi 650,00 ribu ton,

tetapi pada tahun 2019 kembali turun 34,74% atau sebesar 424,19 ribu ton.

Secara rata-rata lima tahun terakhir produksi kedelai nasional tumbuh negatif

15,54% per tahun (Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, 2020).

Produksi kedelai dalam negeri masih rendah sehingga harus

mengimpor dari luar negeri. Hal tersebut karena semakin menurunnya

kesuburan tanah dan alih fungsi lahan pertanian menjadi pemukiman.


2

Permintaan akan kedelai di Indonessia semakin meningkat dari tahun ke

tahun seiring bertambahnya jumlah penduduk, akan tetapi produksi yang di

capai belum mampu mengimbangi kebutuhan tersebut. Untuk memenuhi

jumlah kekurangan ini dan mempertahankan tingkat konsumsi yang cukup

pada masa mendatang, hasil tanaman kedelai harus terus ditingkatkan (Badan

Pusat Statistik, 2018).

Rendahnya produksi kedelai Indonesia salah satunya dikarenakan

belum maksimalnya pengetahuan petani dalam penggunaan teknologi produksi

yang mendukung pertanian berkelanjutan dan semakin berkurangnya sumber

daya lahan yang subur karena penggunaan pupuk anorganik secara terus

menerus (Amelia et al., 2020).

Kedelai membutuhkan dan menyerap hara makro atau N, P, dan K dalam

jumlah besar dan dalam waktu yang cepat untuk diserap tanaman. Salah satu jenis

pupuk yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan hara tersebut adalah pupuk NPK.

Agar tanaman dapat tumbuh dengan baik perlu adanya keseimbangan unsur hara

dalam tanah yang sesuai dengan kebutuhan tanaman. Oleh karena itu perlu

dilakukannya penelitian terhadap berbagai peningkatan dosis pemupukan NPK

untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil kedelai. Produktivitas kedelai dapat

ditingkatkan dengan perbaikan teknik budidaya melalui sistem pemupukan dan

penggunaan varietas unggul. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa

pertumbuhan dan produksi kedelai akan dipengaruhi oleh varietas, pengelolaan

tanah dan tanaman, serta kondisi lingkungan lainnya (Zahrah, 2018).

Tujuan Praktikum
3

Adapun tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui budidaya tanaman

kedelai (Glycine max (L.) Merril) dengan sistem tumpang sari.

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan penulisan paper ini adalah sebagai salah satu syarat

untuk memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Tanaman Pangan A

Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan

sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.


TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Kedelai adalah tanamn asli cina yang sudah dibudidayakan oleh manusia

sejak 2500 SM. Kedelai mulai dikenal di Indonesia sejak abad ke-16 yang

tepatnya berada di pulau jawa kemudian berkembang pulau- pulau lainnya. Nama

botani dan nama ilmia tanaman kedelai telah disepakati, yaitu (Glycine max L.).

Klasifikasi tanaman kedelai adalah sebagai berikut : Kindom : Plantae, Divisi :

Spermatophyta, Sub-divisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo :

Polypetales, Famili : Leguminosea, Sub-famili : Papilionoideae, Genus : Glycine,

Species : Glycine max (Artika dan Fitriani, 2018).

Sistem perakaran kedelai terdiri dari akara tunggang, akar sekunder yang

tumbuh dari akar tunggang, serta akar primer yang tumbuh dari akar sekunder. Akar

tunggang merupakan perkembangan dari akar radikal yang sudah mulai muncul sejak

perkecambahan. Terdapat bintil akar yang dapat mengikat nitrogen bebas dari udara.

Bintil akar terbentuk pada umur 25 hari setelah tanam (Astuti, 2021).

Kedelai memiliki batang tidak berkayu, berjenis perdu atau semak,

berbulu,berbentuk bulat, berwarna hijau dan memiliki panjang yang bervariasi

bekisar 30-100 cm.. Tanaman kedelai mampu membentuk 3-6 cabang.

percabangan pada tanaman kedelai akan tumbuh daat tinggi tanaman kedelai

sudah mencapai 20 cm. Jumlah cabang pada tanaman kedelai dipengaruhi oleh

varietas dan kepadatan populasinya (Rianto, 2018).

Daun tunggal mempunyai panjang 4-20 cm dan lebar 3-10 cm. Tangkai daun

lateral umumnya pendek sepanjang 1 cm atau kurang. Dasar daun terminal

mempunyai dua stipula kecil dan tiap daun lateral mempunyai sebuah stipula. Setiap
5

daun primer dan daun bertiga mempunyai pulvinus yang cukup besar pada titik

perlekatan tangkai dengan batang. Pulvini berhubungan dengan pergerakan daun dan

posisi daun selama siang dan malam hari yang disebabkan oleh perubahan tekanan

osmotik di berbagai bagian pulvinus (Adie dan Krisnawati, 2019).

Tanaman kedelai edamame terbentuk 7-10 hari setelah munculnya

bunga pertama.Jumlah polong yang terbentuk pada setiap ketiak tangkai daun

sangat beragam antara 1-10 polong.Jumlah polong pada setiap tanaman dapat

mencapai lebih dari 50 bahkan ratusan.Kulit polong kedelai berwarna hijau,

sedangkan biji bervariasi dari kuning sampai hijau. Pada setiap polong

terdapat biji yang berjumlah 2-3 biji dan mempunyai ukuran 5,5 cm sampai

6,5 cm, Biji berdiameter antara 5 cm sampai 11 mm . Setiap biji edamame

mempunyai ukuran bervariasi, tergantung pada varietas tanaman, yaitu bulat,

agak gepeng, dan bulat telur.Namun demikian, sebagian besar biji berbentuk

bulat telur.Biji edamame terbagi menjadi dua bagian utama, yaitu kulit biji

dan janin (embrio) (Andrianto dan Indarto 2019).

Syarat Tumbuh

Iklim

Tanaman kedelai menghendaki daerah dengan curah hujan minimum sekitar

800 mm pada masa pertumbuhan selama 3 – 4 bulan, sebenarnya tanaman ini

resisten terhadap daerah yang agak kering kecuali selama pembungaan10. Di sentra

penanaman kedelai di Indonesia pada umumnya kondisi iklim yang paling cocok

adalah daerah – daerah yang mempunyai suhu antara 25°- 27° C, kelembaban udara

rata – rata 65 %,penyinaran matahari 12 jam per hari atau minimal 10 jam perhari
6

dan curah hujan paling optimum antara 100 – 200 mm/bulan 16 (Jayasumarta,

2018).

Kelembaban udara berpengaruh terhadap proses pematangan biji dan

kualitas benih. Kelembaban optimal bagi tanaman kedelai antara 75-90% pada

stadia pertumbuhan vegetatif hingga pengisian polong dan 60-75% pada stadia

pemasakan polong hingga panen. Pengaruh langsung kelembaban udara terhadap

pertumbuhan dan perkembangan tanaman tidak terlalu besar, tetapi secara tidak

langsung berpengaruh terhadap perkembangan hama dan penyakit

tertentu.Kelembaban udara terutama berpengaruh terhadap proses pematangan

kedelai dapat terpenuhi (Sumarno dan Manshuri, 2019).

Pembungaan kedelai membutuhkan suhu optimum 24-25˚C. Jika suhu

pembungaan terlalu tinggi akan menyebabkan bunga mudah rontok sedangkan

suhu terlalu rendah dapat menghambat proses pembungaan sehingga berdampak

menurunnya produksi polong. Pembentukan biji optimum pada suhu 21-23 ˚C dan

pematangan biji pada suhu 20-25 ˚C. Suhu tinggi menyebabkan aborsi polong

sedangkan terlalu rendah menyebabkan terhambatnya permbentukan polong

(Sumarno dan Manshuri, 2019).

Temperatur terbaik untuk pertumbuhan tanaman kedelai adalah 25 – 27

derajat C dengan penyinaran penuh (minimal 10 jam/hari). Tanaman kedelai

menghendaki curah hujan optimal antara 100 – 200 mm/bulan dengan

kelembaban rata 50%. Tanaman kedelai dapat tumbuh pada ketinggian 0 – 900

meter dari permukaan laut namun akan tumbuh optimal pada ketinggian 650

meter dari permukaan laut (Sugiarto, 2018).


7

Tanaman hari pendek pada kedelai bermakna bahwa hari (panjang

penyinaran) yang semakin pendek akan merangsang pembungaan lebih

cepat.Secara umum persyaratan panjang hari untuk pertumbuhan kedelai berkisar

antara 11-16 jam, dan panjang hari optimal untuk memperoleh produktivitas tinggi

adalah panjang hari 14-15 jam. Di Indonesia panjang hari pada dataran rendah (1-

500 m dpl), dataran sedang (501- 900 m dpl), dan dataran tinggi (901-1600 m dpl)

relatif konstan dan sama, sekitar 12 jam. Perbedaan panjang hari yang disebabkan

oleh pergeseran garis edar matahari tidak lebih dari 45 menit, sehingga seluruh

wilayah Indonesia secara geografis sesuai untuk usahatani kedelai (Sumarno dan

Manshuri, 2019).

Tanah

Tanaman kedelai dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah dengan syarat

drainase dan aerasi tanah cukup baik serta ketersediaan air yang cukup selama

pertumbuhan tanaman. Tanaman kedelai dapat tumbuh dengan baik pada jenis

tanah alluvial, regosol, grumusol, latosol atau andosol. Pertumbuhan tanaman

kedelai kurang baik pada tanah pasir, dan pH tanah yang baik untuk pertumbuhan

kedelai adalah 6 - 6.5 dan untuk Indonesia sudah dianggap baik jika pH tanah 5.5

- 6.0 (Jayasumarta, 2018).

Tanah yang sesuai untuk usaha tani kedelai adalah tanah yang

bertekstur liat berpasir, liat berdebu berpasir, debu berpasir, drainase baik,

mampu menahan kelembaban tanah, dan tidak mudah tergenang air.

Kandungan bahan organik tanah (3-4%) sangat mendukung pertumbuhan

tanaman kedelai (Sumarno dan Manshuri, 2019).


8

Toleransi keasaman tanah sebagai syarat tumbuh bagi kedelai adalah pH=

5,8-7,0 tetapi pada pH 4,5 pun kedelai dapat tumbuh. Pada pH kurang dari 5,5

pertumbuhannya sangat terlambat karena keracunan aluminium. Pertumbuhan

bakteri bintil dan proses nitrifikasi (proses oksidasi amoniak menjadi nitrit atau

proses pembusukan) akan berjalan kurang baik. Dalam pembudidayaan tanaman

kedelai, sebaiknya dipilih lokasi yang topografi tanahnya datar, sehingga tidak

perlu dibuat teras-teras dan tanggul (Marianah, 2018).

Tanaman kedelai menghendaki tanah yang subur, gembur dan kaya akan

humus atau bahan organik. Nilai pH ideal bagi pertumbuhan kedelai dan bakteri

rhizobium adalah 6,0-6,8. Apabila pH diatas 7,0 tanaman kedelai akan mengalami

klorosis sehingga tanaman menjadi kerdil dan daunnya menguning. Tanaman

kedelai memerlukan kondisi lingkungan tumbuh yang optimal.Tanaman kedelai

sangat peka terhadap perubahan faktor lingkungan tumbuh, khususnya tanah dan

iklim. Kebutuhan air sangat tergantung pada pola curah hujan yang turun selama

pertumbuhan, pengelolaan tanaman, serta umur varietas yang ditanam. Tanaman

kedelai dapat tumbuh pada kondisi suhu yang beragam. Suhu tanah yang optimal

dalam proses perkecambahan yaitu 30 ºC. Curah hujan berkisar antara 150 mm–

200 mm perbulan, dengan lama penyinaran matahari 12 jam/hari, dan kelembaban

rata-rata (RH) 65% (Tulus, 2018).

Tanah-tanah yang cocok yaitu: alluvial, regosol, grumosol, latosol dan

andosol. Pada tanah-tanah podsolik merah kuning dan tanah yang mengandung

banyak pasir kwarsa, pertumbuhan kedelai kurang baik, kecuali bila diberi

tambahan pupuk organik atau kompos dalam jumlah cukup. Tanah yang baru

pertama kali ditanami kedelai, sebelumnya perlu diberi bakteri. Rhizobium, kecuali
9

tanah yang sudah pernah ditanami Vigna sinensis (kacang panjang). Kedelai yang

ditanam pada tanah berkapur atau bekas ditanami padi akan lebih baik hasilnya,

sebab tekstur tanahnya masih baik dan tidak perlu diberi pemupukan awal (Purba,

2019).

Sistem Tumpang Sari

Tumpang sari yaitu mencampur beberapa jenis tanaman sehingga petani

dapat mempunyai musim panen yang lebih banyak, perlindungan tanah dari sinar

matahari, hujan dan gulma menjadi lebih lama serta mendatangkan keuntungan

yang lebih besar. Telah banyak diketahui, secara keseluruhan sistem tumpang sari

memberikan kuantitas produksi yang lebih tinggi daripada sistem tanam tunggal

apabila tepat di dalam pemilihan kombinasi tanaman yang. Sistem tumpang sari

juga memiliki peranan penting dalam aspek ditumpangsarikan ekologi, yakni

mendukung terwujudnya keseimbangan ekosistem tanah. Namun demikian,

sistem tumpang sari juga dapat menyebabkan terjadinya kompetisi antar

tanamandalam hal perebutan hara, air, radiasi matahari dan ruang tumbuh (Faris,

2018).

Sistem tanam tumpangsari merupakan kombinasi dari intensifikasi dan

disersifikasi pengelolaan lahan pertanian. Tumpangsari adalah kegiatan penanaman

lebih dari satu tanaman pada satu lahan yang sama dan pada waktu tanam yang

hampir bersamaan. Sebaiknya tanaman yang dibudidayakan dengan sistem

tumpangsari memiliki usia atau waktu pertumbuhan yang berbeda, karena memiliki

ketidaksamaan kebutuhan terhadap faktor lingkungan seperti cahaya,


10

kelembaban,air dan unsur hara yang dibutuhkan tanaman yang berpengaruh

terhadap pertumbuhan dan kualitas serta kuantitas tanaman tersebut (Kurniati,

2018).

Sistem tumpangsari dapat diatur berdasarkan periode penanaman dan sifat

perakarannya. Pengaturan sifat-sifat perakaran diperlukan untuk mencegah

terjadinya persaingan air dan unsurhara yang terjadi di dalam tanah. Tanaman

yang ditumpangsarikan biasanya tanaman yang berakar dangkal. Tanaman yang

berakar dangkal biasanya tanaman monokotil. Karena akar tanaman monokotil

berasal dari akarseminal dan akar buku, sedangkan tanaman dikotil pada

umumnya memiliki memiliki akar tunggang dengan perakaran yang dalam

(Rahman, 2019).
BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Praktikum

Adapun praktikum ini dilaksanakan di Lahan Tanaman Pangan A Program

Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada

ketinggian ± 25 mdpl pada tanggal 24 Februari sampai dengan 17 Mei 2023.

Alat dan Bahan Praktikum

Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah cangkul untuk

mencangkul tanah dan meratakan tanah, pacak digunakan sebagai pembatas

komoditi, tali plastic yang digunakan untuk membuat pembatas plot,meteran yang

digunakan untuk mengukur lahan, gembor untuk menyiram dan caping yang

digunakan untuk melindungi dari panas matahari.

Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah benih kedelai

varietas Anjasmoro, tanah top soil, pupuk urea,KCl,dan SP-36.

Prosedur Praktikum

1. Dilakukan persiapan lahan dan pengukuran lahan dengan pembagian plot untuk

tanaman system tumpang sari.

2. Dilakukan pengukuran lahan dengan panjang lahan 18,5 m, lebar lahan 10

m,luas lahan dan jagung 2,5x2 m,luas lahan parit 30x60 cm

3. Dilakukan perendaman benih kedelai selama 10 menit

4. Dilakukan penanaman tumpang sari kedelai yang ditanam di lahan

5. Dilakukan penjarangan untuk memelihara tanaman agar pertumbuhan merata

6. Dilakukan penyiangan yang bertujuan untuk membersihkan gulma dan

tanaman serta mengurangi persaingan penyerapan unsur hara.


12

7. Dilakukan pemupukan dengan dosis perhitungan pupuk urea 13,75 gr, SP36

17,5 gr dan KCl 20,63 gr

8. Dilakukan pemeliharaan terhadap tanaman supaya tanaman tumbuh sehat

9. Diamati pertumbuhan tanaman lalu dicatat di buku data

10. Dilakukan pemanenan tanaman kedelai pada MST 12 dengan parameter

amatan jumlah polong,bobot akar dan bobot kering biji.

Parameter Amatan

1. Tinggi Tanaman

2. Jumlah Daun

3. Jumlah Polong

4. Bobot Akar

5. Bobot Kering Biji


HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Tinggi Tanman

Data rataan tinggi tanaman kedelai pada sistem tumpang sari dapat dilihat

pada Tabel 1.

Tabel 1. Tinggi tanaman kedelai pada umur 1-10 MST


Mst Ke-
Tanaman Total Rataan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
T1 7 13.5 20 22 37 49 51 54 60 64 377.5 37.75
T2 5 13.2 18 20 33 40 46 68 70 75 388.2 38.82
T3 5 10.6 15 20 31 38 48 54 63 68 352.6 35.26

Berdasarkan tabel 1 diatas menunjukkan bahwa rataan tinggi tanaman

tertinggi terdapat pada T2 yaitu 38,82 cm. Rataan tinggi tanaman terendah

terdapat pada T3 yaitu 35,26 cm.

Jumlah Daun
Data rataan jumlah daun kedelai pada sistem tumpang sari dapat dilihat

pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah daun kedelai pada umur 1-10 MST

Tanaman
T1
T2
T3

Berdasarkan tabel 2 diatas menunjukkan bahwa rataan jumlah daun

tertinggi terdapat pada T1 yaitu 17,6 helai. Rataan jumlah daun terendah terdapat

pada T2 yaitu 16,62 helai.

Bobot Akar
14

Data bobot akar tanaman kedelai pada sistem tumpang sari dapat dilihat

pada Tabel 3.

Tabel 3. Bobot akar tanaman kedelai pada umur 12 MST


Tanaman Berat (g)
T1 3
T2 3
T3 3

Berdasarkan tabel 3 diatas menunjukkan bahwa bobot akar pada T1, T2

dan T3 memiliki berat yang sama yaitu 3 gram.

Jumlah Polong

Data jumlah polong tanaman kedelai pada sistem tumpang sari dapat

dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Jumlah polong tanaman kedelai pada umur 12 MST


Tanaman Jumlah (polong)
T1 53
T2 49
T3 38

Berdasarkan tabel 4 diatas menunjukkan bahwa jumlah polong tertinggi

terdapat pada T1 yaitu 53 polong. Jumlah polong terendah terdapat pada T3 yaitu

38 polong.

Bobot Kering Biji

Data bobot kering biji tanaman kedelai pada sistem tumpang sari dapat

dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Bobot kering biji tanaman kedelai pada umur 12 MST


Tanaman Berat (g)
T1 10
T2 8
T3 5
15

Berdasarkan tabel 5 diatas menunjukkan bahwa bobot kering biji tertinggi

terdapat pada T1 yaitu 10 gram. Bobot kering biji terendah terdapat pada T3 yaitu

5 gram.

Pembahasan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, tinggi tanaman tertinggi

terdapat pada T2 yaitu 38,82 cm dan ttinggi tanaman terendah terdapat pada T3

dengan rataan yaitu 35,26 cm. Hal ini dikarenakan pertumbuhan tinggi tanaman

kedelai dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara di dalam tanah. Hal ini sesuai

dengan literatur Firmansyah et al (2018) yang menyatakan bahwa unsur N, P dan

K harus tersedia bagi tanaman untuk proses metabolism dan biokimia sel

tanaman.

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, jumlah daun tertinggi

terdapat pada T1 dengan rataan yaitu 17,6 helai dan jumlah daun terendah terdapat

pada T2 dengan rataan yaitu 16,62 helai. Hal ini dikarenakan pemberian dosis

pupuk yang berbeda pada tanaman kedelai tidak berpengaruh nyata pada

parameter jumlah daun. Hal ini dikarenakan pemberian pupuk unsur hara N, P dan

K berpengaruh pada pertumbuhan daun. Hal ini sesuai dengan literatur Sri et al

(2020) yang menyatakan bahwa unsur hara Nitrogen sangat diperlukan untuk

pertumbuhan vegetatif, salah satunya yakni pertumbuhan daun tanaman.

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, bobot akar pada T1, T2 dan

T3 memiliki berat yang sama dengan rataan yaitu 3 gram. Hal ini menunjukkan

pemberian pupuk dapat merangsang pertumbuhan akar yang baik sehingg dengan

perakaran tanaman yang baik maka akan mendukung pertumbuhan tanaman yang

baik pula. Hal ini sesuai dengan literatur Sri et al (2020) yang menyatakan bahwa
16

unsur hara Nitrogen sangat diperlukan untuk pertumbuhan vegetatif, salah satunya

yakni pertumbuhan akar tanaman.

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, jumlah polong tertinggi

terdapat pada T1 dengan rataan yaitu 53 polong dan jumlah polong terendah

terdapat pada T3 dengan rataan yaitu 38 polong. Hal ini dikarenakan pemberian

jumlah dosis pupuk yang berbeda terhadap tanaman kedelai berpengaruh terhadap

jumlah polong persample. Hal ini sesuai dengan literatur Permanasari et al (2019)

menyatakan bahwa apabila ketersediaan nitrogen berada dalam kondisi seimbang

akan mengakibatkan pembentukan asam amino dan protein meningkat dalam

pembentukan biji sehingga polong terisi penuh. Oleh sebab itu pemupukan fase

reproduktif berpengaruh terhadap jumlah polong, polong isi, polong hampa, dan

bobot polong.

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, bobot kering biji tertinggi

terdapat pada T1 dengan rataan yaitu 10 gram dan bobot kering biji terendah

terdapat pada T3 dengan rataan yaitu 5 gram. Hal ini menunjukkan bahwa

pemberian pupuk yang diberikan mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman

pada fase vegetatif maupun generatif. Hal ini sesuai dengan literatur Firmansyah

et al (2018) yang menyatakan bahwa pemberian dosis pupuk N, P dan K akan

memberikan pengaruh baik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman.


17
KESIMPULAN

1. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, tinggi tanaman tertinggi terdapat

pada T2 dengan rataan yaitu 38,82 cm dan tinggi tanaman terendah terdapat

pada T3 dengan rataan yaitu 35,26 cm.

2. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, jumlah daun tertinggi terdapat

pada T1 dengan rataan yaitu 17,6 helai dan jumlah daun terendah terdapat pada

T2 dengan rataan yaitu 16,62 helai

3. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, bobot akar pada T1, T2 dan T3

memiliki berat yang sama dengan rataan yaitu 3 gram.

4. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, jumlah polong tertinggi terdapat

pada T1 dengan rataan yaitu 53 polong dan jumlah polong terendah terdapat

pada T3 dengan rataan yaitu 38 polong.

5. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, bobot kering biji tertinggi

terdapat pada T1 dengan rataan yaitu 10 gram dan bobot kering biji terendah

terdapat pada T3 dengan rataan yaitu 5 gram.


DAFTAR PUSTAKA

Adie M dan Krisnawati A., 2019. Keragaan Hasil dan Komponen Hasil Biji
Kedelai Pada Berbagai Agroekologi. Prosiding Seminar Hasil Penelitian
Tanaman Aneka Kacang dan Umbi. Malang: Pemulia Kedelai Balitkabi.

Amelia, M. S., Asil, B., dan Yaya, H. 2020. Respons Pertumbuhan dan Produksi
Kedelai (Glycine max (L.) Merril) Terhadap Konsentrasi dan Cara
Pemberian Pupuk Organik Cair. Program Studi Agroteknologi, Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Medan.

Andrianto, T. T dan N. Indarto. 2019. Budidaya dan Analisis Usaha Tani;


Kedelai, Kacang Hijau, Kacang Panjang. Cetakan Pertama. Penerbit
Absolut, Yogyakarta. Hal. 9-92.

Artika, S dan Fitriani, D. 2018. Pengaruh Ukuran Benih dan Varietas Terhadap
Viabilitas dan Vigor Benih Kacang Kedelai (Glycine max (L) Merril).
Jurnal Agriculture. Vol 11 (4).

Astuti, N. P. 2021. Sifat Organoleptik Tempe Kedelai yang Dibungkus Plastik,


Daun Pisang, dan Daun Jati. Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas
Muhamadiyah Surakarta.

Badan Pusat Statistik. 2018. Hasil Kajian Konsumsi dan Cadangan Kedelai
Nasional 2011. Badan Pusat Statistik. Jakarta.

Faris, A. 2018. Pertumbuhan Dan Produksi Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz)
Pada Sistem Tumpang Sari Dengan Bengkuang(Pachyrhizus erosus L.).
Skripsi Departemen Agronomi Dan Hortikultura Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor.

Firmansyah, I., Muhammad, S., dan Liferdi, L. 2018. Pengaruh N, P dan K


Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Terung (Solanum melongena
L.). J. Hort. Vol. 27. No.1.

Jayasumarta, D. 2018. Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Pupuk terhadap


Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merrill).
Agrium. 17(3) : 148-154.

Kementrian Pertanian. 2018. Laporan Tahunan Kinerja dan Target 2015-2019.


Kementrian Pertanian. Jakarta.

Kurniati. 2017. Produksi Hijauan Tanaman Jagung (Zea mays L.) dan Kacang
Tanah (Arachis hypogeae L.) Yang Ditanam Dengan Sistem Tumpangsari.
Skripsi Program Studi Peternakan Fakultas Peternakan Universitas
Hasanuddin Makassar.
24

Marianah. 2018. Teknologi Budidaya Kedelai. Balai Pelatihan Pertanian (BPP).


Jambi.

Purba, R. 2019. Kajian pemanfaatan amelioran pada lahan kering dalam


meningkatkan hasil dan keuntungan usahatani kedelai. Prosiding Seminar
Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia Vol. 1(6): 1483- 1486.
September 2019.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. 2020. Outlook Kedelai 2020. Pusat
Data dan Sistem Informasi Pertanian, Sekretariat Jenderal, Kementerian
Pertanian. Jakarta.

Rahman, S. 2019. Analisis Pendapatan Usahatani Tumpang Sari Tanaman Jagung


dan Ubi Kayu. Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Medan.

Rianto. 2018. Respons Kedelai (Glycine max (L.) Merril) Terhadap Penyiraman
Dan Pemberian Pupuk Fosfor Berbagai Tingkat Dosis. Sekolah Tinggi
Ilmu Wacana. Metro. Lampung.

Sri, E. W., Saiful dan Endang, W. P. 2020. Pengaruh Pupuk NPK Terhadap
Produksi Padi (Oryza sativa L. ) Varietas Ciherang. Jurnal Bioshell, Vol
04, No. 01 Mei 2015 hal. 233-242.

Sugiarto. 2018. Pengaruh terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai


Hitam(Glycine max L.). Skripsi. Sekolah tinggi ilmu pertanian Dharma
Wacana Metro.

Sumarno dan Manshuri. 2019. Persyaratan Tumbuh dan Wilayah Produksi


Kedelai di Indonesia.Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman
Pangan. Malang

Tulus, S. 2018. Uji Daya Hasil beberapa Varitas Kedelai (Glycine Max L.Merrill.)
Berdaya Hasil Tinggi pada Lahan Kering di Manggoapi Manokwari.
Skripsi. Fakultas Pertanian dan Teknologi Pertanian Universitas Negeri
Papua.

Zahrah, S., 2018. Respons Berbagai Varietas Kedelai (Glycine max (L) Merril)
terhadap Pemberian Pupuk NPK Organik. J. Teknobiol. 2(1):65- 69.

Anda mungkin juga menyukai