LAPORAN
OLEH :
KINANTI NURHAYATI
200301241
AGROTEKNOLOGI 5
LAPORAN
OLEH :
KINANTI NURHAYATI
200301241
AGROTEKNOLOGI 5
Laporan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memenuhi Komponen penilaian
di Laboratorium Bioteknologi Pertanian Sub Pemuliaan Tanaman Program
Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Diperiksa Oleh
Asisten Korektor
(Angel Yohanna)
NIM: 180301264
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada
waktunya.
yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memenuhi komponen penilaian di
Ir. Revandy Iskandar Muda Damanik, MSi.,M.Sc., Ph.D selaku dosen mata kuliah
Bioteknologi Pertanian serta Abang dan kakak asisten Laboratorium yang telah
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dalam
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih, semoga laporan ini bermanfaat
Penulis
i
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Latar Belakang .......................................................................................... 1
Tujuan Praktikum ...................................................................................... 2
Kegunaan Praktikum ................................................................................. 2
TINJAUAN PUSTAKA
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
ii
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kultur jaringan merupakan salah satu metode perbanyakan tanaman secara
vegetatif. Kultur jaringan tertua dilakukan pada biji anggrek dengan tujuan untuk
mengecambahkannya dalam media yang kaya nutrisi karena biji dari anggrek tidak
jaringan adalah pemberian nutrisi dalam jumlah dan perbandingan yang benar pada
medium kultur. Medium yang dipergunakan pada kultur in vitro tumbuhan ada
laju fotosintesis yang rendah. Oleh karena itu mereka tidak cukup mensintesa
energi bagi pertumbuhan tanaman dan juga sebagai bahan pembangun untuk
memproduksi molekul yang lebih besar diperlukan untuk tumbuh (Ismail, 2011).
komponen media dalam air sesuai dengan konsentrasinya pada formulasi yang
pembuatan media kultur adalah tidak praktis dan hanya dapat dilakukan jika jumlah
zatnya cukup besar. Salah satu medium yang banyak dipakai, terutaman untuk
tanaman-tanaman herba adalah medium dasar Murashige dan Skoog (medium MS).
Masalah tersebut dapat diatasi dengan pembuatan larutan stok. Larutan stok adalah
2
larutan berisi satu atau lebih komponen media yang konsentrasinya lebih besar
Kebutuhan bibit yang besar ini seringkali tidak dapat dipenuhi denganhanya
keterbatasan jumlah benih yang dihasilkan Untuk itu maka diperlukan adanya
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengenal macam macam
media, mengetahui cara pembuatan media kultur jaringan, mengetahui apa itu ZPT,
Kegunaan Penulisan
Adapun kegunaan dari penulisan laporan ini adalah sebagai salah satu syarat
Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai sumber informasi bagi pihak yang
membutuhkan.
3
TINJAUAN PUSTAKA
Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang akan
diperbanyak. Media kultur yang baik seharusnya menyediakan unsur hara baik
makro maupun mikro, sumber vitamin dan asam amino, sumber karbohidrat, zat
pengatur tumbuh, senyawa organik sebagai tambahan seperti air kelapa, ekstrak
buah dll, bahan pemadat: agar-agar dan gelrite dan juga menyediakan arang aktif
Zat pengatur tumbuh dapat dibagi menjadi beberapa golongan yaitu golongan
auksin, sitokinin, giberelin dan inhibitor. Zat pengatur tumbuh yang tergolong
auksin adalah Indol Asam Asetat (IAA), Indol AsamButirat (IBA), Naftalaen Asam
Asetat (NAA) dan 2,4 Dikhlorofenoksiasetat (2,4-D). Zat pengatur tumbuh yang
Aminopurin (BAP). Sedangkan golongan giberelin adalah GA1, GA2, GA3, GA4,
dan golongan inhibitor adalah fenolik dan asam absisik (Hendaryono, 2014).
Zat pengatur tumbuh pada tanaman adalah senyawa organik bukan hara, yang
dalam jumlah sedikit dapat mendukung, menghambat dan dapat merubah proses
organik bukan nutrisi yang aktif dalam jumlah kecil yang disintesiskan pada bagian
tertentu tanaman dan pada umumnya diangkut ke bagian lain tanaman dimana
Medium kultur jaringan terdiri dari zat-zat anorganik yang terdiri dari
unsur-unsur hara esensiel makro maupun mikro, gula dan zat-zat organik, seperti
vitamin dan hormon. Susunan zat-zat tersebut di dalam medium kultur jaringan
bervariasi tergantung dari tujuan penggunaan media tersebut dalam kultur jaringan
dan bahan yang akan dipakai. Salah satu medium yang banyak dipakai, terutaman
(medium MS). Media MS mengandung konsentrasi garam mineral yang tinggi dan
10 ml (Saridewi, 2017).
Media Murashige and Skoog (MS) merupakan media dasar yang telah banyak
digunakan dalam kultur jaringan. Media dasar tidak cukup untuk kultur jaringan,
perlu penambahan zat pengatur tumbuh atau ekstrak organik untuk mempengaruhi
perkembangan kultur. Zat pengatur tumbuh yang sering digunakan yakni auksin,
sitokinin, atau giberellin. Jika dosis auksin lebih tinggi dari sitokinin akan terbentuk
akar, sebaliknya jika dosis sitokinin lebih tinggi dari auksin akan terbentuk
tunas, dan dalam dosis yang seimbang diperoleh hasil pertumbuhan akar dan
pengetahuan tentang kebutuhan hara sel dan jaringan yang dikultur. Faktor penentu
di dalam media tumbuh adalah komposisi garam anorganik, ZPT dan bentuk fisik
5
media. Banyak jenis media yang digunakan untuk kultur kalus, namun yang paling
dalam media MS tersebut antara lain hara Nitrogen dalam bentuk NO3, NH4, serta
kultur jaringan secara umum sangat tergantung pada jenis media. Media tumbuh
perkembangan eksplan serta bibit yang dihasilkannya. Oleh karena itu, berbagai
Unsur Hara mikro dan makro diberikan dalam bentuk garam- garam organik
yang berfungsi untuk pertumbuhan tanaman. Unsur hara makro dan mikro pada
umumnya biasa diberikan dalam komposisi tertentu seperti kompisis media MS,
WPM, BS, White dan lain-lain tergantung dari jenis tanaman yang akan
asam amino dan vitamin. Sebagai sumber energy ditambahkan dari senyawa yang
Selain ditambahkan oleh senyawa- senyawa tersebut, media yang baik harus berada
dalam pH yang optimal yaitu 5,5- 5,8 dan harus dibuat pada tempat yang
menggunakan aplikasi Google Meet pada hari Rabu, 16 Maret 2022 pukul 10.00
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah cutter untuk
mengupas dan memotong kentang, saringan untuk menyaring air rebusan kentang,
wadah untuk menampung bahan media, timbangan untuk menimbang berat kentang
yang akan digunakan, botol kaca yang sudah disterilisasi sebagai wadah untuk
jaringan, kulkas sebagai tempat penyimpanan botol yang telah berisi media, kamera
praktikan, laptop sebagai alat untuk mengikuti praktikum secara online melalui
aplikasi Google Meet dan sebagai alat untuk membuat laporan praktikum.
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah air kelapa muda
150ml sebagai bahan campuran untuk pembuatan media kultur jaringan, kentang
sebagai bahan utama media kultur jaringan, air/aquades sebagai pelarut dari bahan
media kultur jaringan, gula pasir sebagai bahan dan nutrisi untuk media kultur
jaringan, agar sebagai pemadat bahan media kultur jaringan, hand sanitizer sebagai
media belajar untuk memahami praktikum dan proses pembelajaran dan buku
Prosedur Praktikum
kedalam wadah.
4. Direbus kentang ke dalam 1,5 liter air hingga menyusut 300 ml.
9. Dimasukkan air rebusan kentang, gula, agar, arang aktif, air kelapa ke dalam
wadah yang berisi air/aquades 500 ml satu persatu diaduk hingga rata,
botolnya)
12. Botol-botol yang sudah terisi media ditutup dengan menggunakan kertas
coklat/aluminium foili.
13. Disterilisasi Media dengan cara mengkukus selama 15 menit setelah suhu
100°c
1. Disiapkan Alat dan bahan, kemudian tempat dan tangan disterilkan dengan cara
menyemprotkan alkohol.
yaitu :
• Stok A : 50 ml
• Stok B : 50 ml
• Stok C : 50 ml
• Stok D : 2,5 ml
• Stok E : 2,5 ml
• Stok F : 25 ml
• Stok G : 2,5 ml
• Stok H : 50 ml
telah ditentukan.
9
indicator pH. Apabila pH kurang dari 5,8 maka perlu ditambahkan beberapa
tetes KOH atau NaOH 1 N kemudian diaduk rata. Setelah itu pH diukur
kembali.
7. Dimasukkan agar sebanyak 8 gram ke dalam larutan stok dan larutan media
8. Diangkat setelah mendidih dan dituang ke dalam botol kultur kira-kira 1/3
botol.
9. Ditutup mulut botol dengan alumuniumm foil dan plastik, diikat dengan
karet.
Hasil
NO GAMBAR FUNGSI
gram/liter.
12
mencapai 1 liter.
mecapai 1 L.
13
mendidih ±15menit
/Baluminium foil.
sanitizer.
Pembahasan
Media kultur jaringan adalah tempat bagi jaringan tanaman untuk tumbuh dan
mengambil nutrisi yang mendukung kehidupan jaringan. Hal ini sesuai dengan
literatur Ritonga (2011) yang menyatakan bahwa media merupakan faktor penentu
tergantung dengan jenis tanaman yang akan diperbanyak. Media kultur yang baik
seharusnya menyediakan unsur hara baik makro maupun mikro, sumber vitamin
dan asam amino, sumber karbohidrat, zat pengatur tumbuh, senyawa organik
sebagai tambahan seperti air kelapa, ekstrak buah dll, bahan pemadat: agar-agar dan
gelrite dan juga menyediakan arang aktif untuk kasus tertentu untuk tanaman.
White; 4. Vacin & Went (VW); 5. Nitsch & Nitsch (NN); 6. Schenk & Hildebrandt
(SH); 7. Woody Plant Medium (WPM); 8. N6; 9. Knop. Media Murashige and
15
Skoog (MS) merupakan media dasar yang telah banyak digunakan dalam kultur
jaringan. Media dasar tidak cukup untuk kultur jaringan, perlu penambahan zat
Hal ini sesuai dengan literatur Henuhili (2012) yang menyatakan bahwa medium
kultur jaringan terdiri dari zat-zat anorganik yang terdiri dari unsur-unsur hara
esensiel makro maupun mikro, gula dan zat-zat organik, seperti vitamin dan
tergantung dari tujuan penggunaan media tersebut dalam kultur jaringan dan bahan
yang akan dipakai. Salah satu medium yang banyak dipakai, terutaman untuk
tanaman-tanaman herba adalah medium dasar Murashige dan Skoog (medium MS).
mikronutrien, iron, dan Vitamin. Hal ini sesuai dengan literatur Sinta (2011) yang
sedangkan unsur mikronutrien terdiri atas Co, Mn, Fe, Cu, Zn, B dan Mo. Media
kultur tersusun dari beberapa atau seluruh komponen berikut ini: 1. Unsur hara
makro yang digunakan pada semua jenis media; 2. Unsur hara mikro hampir selalu
digunakan. Terdapat beberapa komposisi media yang hanya menggunakan besi atau
Gula, merupakan komponen yang harus ada dalam media, kecuali untuk tujuan
senyawa kompleks seperti juice tomat, ekstrak kentang, air kelapa, ekstrak ragi
(yeast extract) dan sebagainya; 7. Buffer, terutama buffer organic; 8. Arang aktif.
16
ZPT yang biasa digunakan yaitu auksin dan sitokinin. Zat Pengatur Tumbuh
merupakan komponen yang sangat penting dalam media kultur dengan jenis dan
konsentrasi ZPT sesuai dengan jenis tanaman dan tujuan tanaman tersebut dikultur;
Zat pengatur tumbuh yang penting dalam kultur jaringan yaitu auksin dan
sitokinin, namun masih banyak macam macam zat pengatur tumbuh lainnya. Hal
ini sesuai dengan literatur Hendaryono (2014) yang menyatakan bahwa Zat
pengatur tumbuh dapat dibagi menjadi beberapa golongan yaitu golongan auksin,
sitokinin, giberelin dan inhibitor. Zat pengatur tumbuh yang tergolong auksin
adalah Indol Asam Asetat (IAA), Indol Asam Butirat (IBA), Naftalaen Asam Asetat
(NAA) dan 2,4 Dikhlorofenoksiasetat (2,4-D). Zat pengatur tumbuh yang termasuk
golongan sitokinin adalah Kinaetin, Zeatin, Ribosil dan Bensil Aminopurin (BAP).
Sedangkan golongan giberelin adalah GA1, GA2, GA3, GA4, dan golongan
dalam pembuatan media kultur, yaitu genotipe, media, lingkungan, eksplan. Hal ini
sesuai dengan literatur Turmuji dan Fauzi (2013) yang menyatakan bahwa ada
yaitu kebutuhan nutrisi (makro dan mikro), ZPT (Auksin dan sitokinin), dan
lingkungan kultur; 2. Media, media kultur jaringan dibedakan menjadi media dasar
dan media perlakuan. Media dasar adalah kombinasi zat yang mengandung hara
17
esensial (makro dan mikro), sumber energi dan vitamin; 3. Lingkungan tumbuh
yaitu kedaaan fisik tempat kultur ditumbuhkan, seperti temperatur, penyinaran dan
tinggi.
18
KESIMPULAN
1. Media kultur jaringan adalah tempat bagi jaringan tanaman untuk tumbuh dan
2. Macam-macam media kultur jaringan: Murashige & Skoog (MS), B5, White,
Vacin & Went (VW), Nitsch & Nitsch (NN), Schenk & Hildebrandt (SH),
4. Zat pengatur tumbuh dapat dibagi menjadi beberapa golongan yaitu golongan
DAFTAR PUSTAKA
Fitri, K., Nurhidayati, T., dan Purwani, K.I. 2012. Pengaruh Kombinasi Konsentrasi
ZPT NAA dan BAP Pada Kultur Jaringan Tembakau Nicotiana tabacum
var. Prancak 95. Jurnal Sains dan Seni Pomits. 1(1): 1-6.
Saridewi, M.N., Bahar, M., dan Anisah. 2017. Uji Efektivitas Antibakteri Perasan
Jus Buah Nanas (Ananas comosus) Terhadap Pertumbuhan Isolat Bakteri
Plak Gigi di Puskesmas Kecamatan Tanah Abang Periode April 2017.
Biogenesis. Vol. 5(2) : 104-110.
Sitohang, N. 2012. Kultur Meristem Pisang Barangan (Musa paradisiaca L.) pada
Media MS dengan Beberapa Komposisi Zat Pengatur Tumbuh NAA, IBA,
BAP dan Kinetin. Jurnal penelitian bidang ilmu pertanian Volume 3,
Nomor 2, Agustus 2005: 19-25. Unika Santo Thomas. Medan.
20
Turmuji, B., Fauzi, I.M. 2013. Regenerasi In Vitro Empat Varietas Kedelai Melalui
Organogenesis Menggunakan Eksplan Biji Yang Di Imbibisi Dan Di
Kecambah. Universitas Lampung, Bandar Lampung.