Anda di halaman 1dari 24

PEMBUATAN MEDIA KULTUR JARINGAN

LAPORAN

OLEH :

KINANTI NURHAYATI
200301241
AGROTEKNOLOGI 5

LABORATORIUM BIOTEKNOLOGI PERTANIAN SUB PEMULIAAN TANAMAN


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2022
PEMBUATAN MEDIA KULTUR JARINGAN

LAPORAN

OLEH :

KINANTI NURHAYATI
200301241
AGROTEKNOLOGI 5

Laporan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memenuhi Komponen penilaian
di Laboratorium Bioteknologi Pertanian Sub Pemuliaan Tanaman Program
Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Diperiksa Oleh
Asisten Korektor

(Angel Yohanna)
NIM: 180301264

LABORATORIUM BIOTEKNOLOGI PERTANIAN SUB PEMULIAAN TANAMAN


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada

waktunya.

Adapun judul laporan ini adalah “Pembuatan Media Kultur Jaringan”

yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memenuhi komponen penilaian di

Laboratorium Bioteknologi Pertanian Sub Pemuliaan Tanaman Program Studi

Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terimakasih kepada

Luthfi Aziz Mahmud Siregar, SP., M.Sc., Ph.D. ;

Ir. Revandy Iskandar Muda Damanik, MSi.,M.Sc., Ph.D selaku dosen mata kuliah

Bioteknologi Pertanian serta Abang dan kakak asisten Laboratorium yang telah

membantu dalam menyelesaikan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dalam

kesempurnaan laporan ini.

Akhir kata penulis ucapkan terima kasih, semoga laporan ini bermanfaat

bagi pihak yang membutuhkan.

Kutacane, Maret 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

PENDAHULUAN
Latar Belakang .......................................................................................... 1
Tujuan Praktikum ...................................................................................... 2
Kegunaan Praktikum ................................................................................. 2

TINJAUAN PUSTAKA

BAHAN DAN METODE


Tempat dan Waktu Praktikum .................................................................. 6
Alat dan Bahan Praktikum ........................................................................ 6
Prosedur Praktikum ................................................................................... 7

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil .......................................................................................................... 10
Pembahasan ............................................................................................... 14

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

ii
1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kultur jaringan merupakan salah satu metode perbanyakan tanaman secara

vegetatif. Kultur jaringan tertua dilakukan pada biji anggrek dengan tujuan untuk

mengecambahkannya dalam media yang kaya nutrisi karena biji dari anggrek tidak

mempunyai cadangan makanan. Kultur jaringan terus berkembang dari

mengkulturkan biji berkembang dengan mengkulturkan jaringan dan

terus berkembang hingga mampu mengkulturkan satu sel dari

tanaman (Ma’rufah, 2013).

Salah satu faktor penentu untuk keberhasilan pelaksanaan kerja kultur

jaringan adalah pemberian nutrisi dalam jumlah dan perbandingan yang benar pada

medium kultur. Medium yang dipergunakan pada kultur in vitro tumbuhan ada

bermacam-macam jenis (Budisantoso, 2013).

Tanaman dalam kultur jaringan tumbuh secara heterotrof dan mempunyai

laju fotosintesis yang rendah. Oleh karena itu mereka tidak cukup mensintesa

kebutuhan karbonnya, Gula harus ditambahkan ke dalam media sebagai sumber

energi bagi pertumbuhan tanaman dan juga sebagai bahan pembangun untuk

memproduksi molekul yang lebih besar diperlukan untuk tumbuh (Ismail, 2011).

Pembuatan media pada prinsipnya dilakukan dengan melarutkan semua

komponen media dalam air sesuai dengan konsentrasinya pada formulasi yang

diinginkan. Namun, penimbangan satu persatu komponen media untuk setiap 4

pembuatan media kultur adalah tidak praktis dan hanya dapat dilakukan jika jumlah

zatnya cukup besar. Salah satu medium yang banyak dipakai, terutaman untuk

tanaman-tanaman herba adalah medium dasar Murashige dan Skoog (medium MS).

Masalah tersebut dapat diatasi dengan pembuatan larutan stok. Larutan stok adalah
2

larutan berisi satu atau lebih komponen media yang konsentrasinya lebih besar

dari konsentrasi komponen tersebut dalam formulasi media akan

dibuat (Mirsadiq, 2013).

Kebutuhan bibit yang besar ini seringkali tidak dapat dipenuhi denganhanya

menggantungkan pada perbanyakan tanaman secara generatif karenaadanya

keterbatasan-keterbatasan, antara lain musim berbuah yang terbatas waktunya,

sifat-sifat keturunan yang variatif, membutuhkan tempat yang luas, dan

keterbatasan jumlah benih yang dihasilkan Untuk itu maka diperlukan adanya

alternatif perbanyakan (Nursyamsi, 2012).

Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengenal macam macam

media, mengetahui cara pembuatan media kultur jaringan, mengetahui apa itu ZPT,

macam-macam ZPT, dan rumus pengenceran.

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan dari penulisan laporan ini adalah sebagai salah satu syarat

untuk memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Bioteknologi Pertanian Sub-

Pemuliaan Tanaman Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai sumber informasi bagi pihak yang

membutuhkan.
3

TINJAUAN PUSTAKA

Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan kultur jaringan.

Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang akan

diperbanyak. Media kultur yang baik seharusnya menyediakan unsur hara baik

makro maupun mikro, sumber vitamin dan asam amino, sumber karbohidrat, zat

pengatur tumbuh, senyawa organik sebagai tambahan seperti air kelapa, ekstrak

buah dll, bahan pemadat: agar-agar dan gelrite dan juga menyediakan arang aktif

untuk kasus tertentu untuk tanaman (Ritonga, 2011).

Zat pengatur tumbuh dapat dibagi menjadi beberapa golongan yaitu golongan

auksin, sitokinin, giberelin dan inhibitor. Zat pengatur tumbuh yang tergolong

auksin adalah Indol Asam Asetat (IAA), Indol AsamButirat (IBA), Naftalaen Asam

Asetat (NAA) dan 2,4 Dikhlorofenoksiasetat (2,4-D). Zat pengatur tumbuh yang

termasuk golongan sitokinin adalah Kinaetin, Zeatin, Ribosil dan Bensil

Aminopurin (BAP). Sedangkan golongan giberelin adalah GA1, GA2, GA3, GA4,

dan golongan inhibitor adalah fenolik dan asam absisik (Hendaryono, 2014).

Zat pengatur tumbuh pada tanaman adalah senyawa organik bukan hara, yang

dalam jumlah sedikit dapat mendukung, menghambat dan dapat merubah proses

fisiologi tumbuhan. Zat pengatur tumbuh (ZPT) didefinisikan sebagai senyawa

organik bukan nutrisi yang aktif dalam jumlah kecil yang disintesiskan pada bagian

tertentu tanaman dan pada umumnya diangkut ke bagian lain tanaman dimana

zat tersebut menimbulkan tanggapan secara biokimia, fisiologis dan

morfologis (Aryani, 2013).


4

Medium kultur jaringan terdiri dari zat-zat anorganik yang terdiri dari

unsur-unsur hara esensiel makro maupun mikro, gula dan zat-zat organik, seperti

vitamin dan hormon. Susunan zat-zat tersebut di dalam medium kultur jaringan

bervariasi tergantung dari tujuan penggunaan media tersebut dalam kultur jaringan

dan bahan yang akan dipakai. Salah satu medium yang banyak dipakai, terutaman

untuk tanaman-tanaman herba adalah medium dasar Murashige dan Skoog

(medium MS). Media MS mengandung konsentrasi garam mineral yang tinggi dan

senyawa N dalam bentuk NO3- dan NH4+ (Henuhili, 2012).

Konsentrasi yang digunakan diperoleh dengan rumus: M1.V1 = M2.V2.

Keterangan: M1 = molaritas sebelum pengenceran, M2 = molaritas setelah

pengenceran, V1 = volume sebelum pengenceran, V2 = volume setelah

pengenceran. Masing-masing konsentrasi dibuat dengan volume

10 ml (Saridewi, 2017).

Media Murashige and Skoog (MS) merupakan media dasar yang telah banyak

digunakan dalam kultur jaringan. Media dasar tidak cukup untuk kultur jaringan,

perlu penambahan zat pengatur tumbuh atau ekstrak organik untuk mempengaruhi

perkembangan kultur. Zat pengatur tumbuh yang sering digunakan yakni auksin,

sitokinin, atau giberellin. Jika dosis auksin lebih tinggi dari sitokinin akan terbentuk

akar, sebaliknya jika dosis sitokinin lebih tinggi dari auksin akan terbentuk

tunas, dan dalam dosis yang seimbang diperoleh hasil pertumbuhan akar dan

tunas (Sitohang, 2012).

Keberhasilan dalam penggunaan metode in vitro terutama disebabkan

pengetahuan tentang kebutuhan hara sel dan jaringan yang dikultur. Faktor penentu

di dalam media tumbuh adalah komposisi garam anorganik, ZPT dan bentuk fisik
5

media. Banyak jenis media yang digunakan untuk kultur kalus, namun yang paling

banyak digunakan adalah media Murashige dan Skoog). Kandungan garam-garam

dalam media MS tersebut antara lain hara Nitrogen dalam bentuk NO3, NH4, serta

terdapat gula dan vitamin (Fitri et al., 2012).

Keberhasilan perbanyakan dan perkembangbiakan tanaman dengan metode

kultur jaringan secara umum sangat tergantung pada jenis media. Media tumbuh

pada kultur jaringan sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan

perkembangan eksplan serta bibit yang dihasilkannya. Oleh karena itu, berbagai

komposisi media kultur telah diformulasikan untuk mengoptimalkan pertumbuhan

dan perkembangan tanaman yang dikulturkan (Frelyta, 2012).

Unsur Hara mikro dan makro diberikan dalam bentuk garam- garam organik

yang berfungsi untuk pertumbuhan tanaman. Unsur hara makro dan mikro pada

umumnya biasa diberikan dalam komposisi tertentu seperti kompisis media MS,

WPM, BS, White dan lain-lain tergantung dari jenis tanaman yang akan

dikulturkan (Suryowinoto, 2016).

Senyawa organic ditambahkan oleh media sebagai sumber pembentukan

asam amino dan vitamin. Sebagai sumber energy ditambahkan dari senyawa yang

merupakan sumber karbohidrat seperti sukrosa, glukosa, fruktosa dan maltose .

Selain ditambahkan oleh senyawa- senyawa tersebut, media yang baik harus berada

dalam pH yang optimal yaitu 5,5- 5,8 dan harus dibuat pada tempat yang

steril (Sugiarto, 2011).


6

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Praktikum

Adapun kegiatan praktikum ini dilaksankan Desa Kandang Mbelang

Mandiri, Kecamatan Lawe Bulan, Kutacane yang dilaksanakan secara virtual

menggunakan aplikasi Google Meet pada hari Rabu, 16 Maret 2022 pukul 10.00

WIB sampai dengan selesai.

Alat dan Bahan Praktikum

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah cutter untuk

mengupas dan memotong kentang, saringan untuk menyaring air rebusan kentang,

wadah untuk menampung bahan media, timbangan untuk menimbang berat kentang

yang akan digunakan, botol kaca yang sudah disterilisasi sebagai wadah untuk

media, kertas coklat/alumunium foil untuk membungkus media yang telah

disterilisasi, panci kukusan untuk mengukus dan mensterilisasi media kultur

jaringan, kulkas sebagai tempat penyimpanan botol yang telah berisi media, kamera

handphone sebagai alat untuk mendokumentasikan setiap kegiatan yang dilakukan

praktikan, laptop sebagai alat untuk mengikuti praktikum secara online melalui

aplikasi Google Meet dan sebagai alat untuk membuat laporan praktikum.

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah air kelapa muda

150ml sebagai bahan campuran untuk pembuatan media kultur jaringan, kentang

sebagai bahan utama media kultur jaringan, air/aquades sebagai pelarut dari bahan

media kultur jaringan, gula pasir sebagai bahan dan nutrisi untuk media kultur

jaringan, agar sebagai pemadat bahan media kultur jaringan, hand sanitizer sebagai

pengganti alkohol untuk mensterilisasi media kultur jaringan, literatur sebagai


7

media belajar untuk memahami praktikum dan proses pembelajaran dan buku

sebagai media untuk menulis materi yang disampaikan,

Prosedur Praktikum

Adapun prosedur dari pembuatan media PDA adalah :

1. Disiapkan air / aquades yg telah disterilisasi sebanyak 500 ml dan masukkan

kedalam wadah.

2. Disiapkan air kelapa muda sebanyak 150 ml.

3. Ditimbang 500 gram kentang, kupas, cuci, potong (dadu).

4. Direbus kentang ke dalam 1,5 liter air hingga menyusut 300 ml.

5. Disaring air rebusan kentang.

6. Ditimbang gula pasir 20 gram/liter.

7. Ditimbang agar 7-8 gram/liter

8. Ditimbang arang aktif 0,5 gram/liter

9. Dimasukkan air rebusan kentang, gula, agar, arang aktif, air kelapa ke dalam

wadah yang berisi air/aquades 500 ml satu persatu diaduk hingga rata,

tambahkan air aqua hingga mencapai 1 liter.

10. Dimasak media hingga mendidih ±15menit

11. Dituangkan media secara merata ke dalam botol-botol kultur jaringan

(Masukkan ke botol yg kita sterilkan minggu lalu sebanyak 35 ml setiap

botolnya)

• Untuk botol kecil sebanyak 10 ml

• Untukbotol sedang sebanyak 20 ml

• Untuk botol besar sebanyak 35 ml


8

12. Botol-botol yang sudah terisi media ditutup dengan menggunakan kertas

coklat/aluminium foili.

13. Disterilisasi Media dengan cara mengkukus selama 15 menit setelah suhu

100°c

14. Pindahkan kedalam wadah kemudian semprot alkohol /hand sanitizer.

15. Dimasukkan kembali kedalam kulkas dalam keadaan steril.

Adapun prosedur dari pembuatan media MS adalah :

1. Disiapkan Alat dan bahan, kemudian tempat dan tangan disterilkan dengan cara

menyemprotkan alkohol.

2. Diukur masing-masing keperluan larutan stok untuk membuat 1 L media,

yaitu :

• Stok A : 50 ml

• Stok B : 50 ml

• Stok C : 50 ml

• Stok D : 2,5 ml

• Stok E : 2,5 ml

• Stok F : 25 ml

• Stok G : 2,5 ml

• Stok H : 50 ml

3. Dimasukkan larutan stok kedalam beaker gelas 1000 ml.

4. Ditambahkan aquadest steril sampai semuanya 1000 ml.

5. Ditambahkan ZPT BAP pada masing-masing perlakuan dengan taraf yang

telah ditentukan.
9

6. Diukur pH larutan (pH diusahakan 5,8-6) dengan pH meter atau kertas

indicator pH. Apabila pH kurang dari 5,8 maka perlu ditambahkan beberapa

tetes KOH atau NaOH 1 N kemudian diaduk rata. Setelah itu pH diukur

kembali.

7. Dimasukkan agar sebanyak 8 gram ke dalam larutan stok dan larutan media

dimasak di atas kompor hingga mendidih.

8. Diangkat setelah mendidih dan dituang ke dalam botol kultur kira-kira 1/3

botol.

9. Ditutup mulut botol dengan alumuniumm foil dan plastik, diikat dengan

karet.

10. Dimasukkan media kedalam autoklaf dan dilakukan sterilisasi.Media yang

telah steril kemudian disimpan dalam ruangan yang telah disediakan.


10

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

NO GAMBAR FUNGSI

1 Disiapkan air / aquades yg telah

disterilisasi sebanyak 500 ml

dan masukkan kedalam wadah.

2 Disiapkan air kelapa muda

sebanyak 150 ml.

3 Ditimbang 500 gram kentang,

kupas, cuci, potong (dadu).


11

4 Direbus kentang ke dalam 1,5

liter air hingga menyusut 300 ml.

5 Disaring air rebusan kentang.

6 Ditimbang gula pasir 20

gram/liter.
12

7 Ditimbang agar 7-8 gram/liter

8 Dimasukkan air rebusan

kentang, gula, agar, arang aktif,

air kelapa ke dalam wadah yang

berisi air/aquades 500 ml satu

persatu diaduk hingga rata,

tambahkan air aqua hingga

mencapai 1 liter.

9 Ditambahkan air aqua hingga

mecapai 1 L.
13

10 Dimasak media hingga

mendidih ±15menit

11 Dituangkan media secara merata

ke dalam botol-botol kultur

jaringan (Masukkan ke botol yg

kita sterilkan minggu lalu

sebanyak 15ml setiap botolnya).

12 Botol-botol yang sudah terisi

media ditutup dengan

menggunakan kertas coklat

/Baluminium foil.

13 Disterilisasi Media dengan cara

mengkukus selama 15 menit

setelah suhu 100°c


14

14 Dipindahkan kedalam wadah

kemudian semprot alkohol /hand

sanitizer.

15 Dimasukkan kembali kedalam

kulkas dalam keadaan steril.

Pembahasan

Media kultur jaringan adalah tempat bagi jaringan tanaman untuk tumbuh dan

mengambil nutrisi yang mendukung kehidupan jaringan. Hal ini sesuai dengan

literatur Ritonga (2011) yang menyatakan bahwa media merupakan faktor penentu

dalam perbanyakan dengan kultur jaringan. Komposisi media yang digunakan

tergantung dengan jenis tanaman yang akan diperbanyak. Media kultur yang baik

seharusnya menyediakan unsur hara baik makro maupun mikro, sumber vitamin

dan asam amino, sumber karbohidrat, zat pengatur tumbuh, senyawa organik

sebagai tambahan seperti air kelapa, ekstrak buah dll, bahan pemadat: agar-agar dan

gelrite dan juga menyediakan arang aktif untuk kasus tertentu untuk tanaman.

Macam-macam media kultur jaringan: 1. Murashige & Skoog (MS); 2. B5;

White; 4. Vacin & Went (VW); 5. Nitsch & Nitsch (NN); 6. Schenk & Hildebrandt

(SH); 7. Woody Plant Medium (WPM); 8. N6; 9. Knop. Media Murashige and
15

Skoog (MS) merupakan media dasar yang telah banyak digunakan dalam kultur

jaringan. Media dasar tidak cukup untuk kultur jaringan, perlu penambahan zat

pengatur tumbuh atau ekstrak organik untuk mempengaruhi perkembangan kultur.

Hal ini sesuai dengan literatur Henuhili (2012) yang menyatakan bahwa medium

kultur jaringan terdiri dari zat-zat anorganik yang terdiri dari unsur-unsur hara

esensiel makro maupun mikro, gula dan zat-zat organik, seperti vitamin dan

hormon. Susunan zat-zat tersebut di dalam medium kultur jaringan bervariasi

tergantung dari tujuan penggunaan media tersebut dalam kultur jaringan dan bahan

yang akan dipakai. Salah satu medium yang banyak dipakai, terutaman untuk

tanaman-tanaman herba adalah medium dasar Murashige dan Skoog (medium MS).

Media MS mengandung konsentrasi garam mineral yang tinggi dan senyawa N

dalam bentuk NO3-dan NH4+.

Media kultur yang baik adalah media yang mengandung makronutrien,

mikronutrien, iron, dan Vitamin. Hal ini sesuai dengan literatur Sinta (2011) yang

menyatakan bahwa unsur makronutrien terdiri dari N, P, K, S, Ca, dan Mg

sedangkan unsur mikronutrien terdiri atas Co, Mn, Fe, Cu, Zn, B dan Mo. Media

kultur tersusun dari beberapa atau seluruh komponen berikut ini: 1. Unsur hara

makro yang digunakan pada semua jenis media; 2. Unsur hara mikro hampir selalu

digunakan. Terdapat beberapa komposisi media yang hanya menggunakan besi atau

besi-kelat; 3. Vitamin, umumnya ditambahkan dalam jumlah yang bervariasi; 4.

Gula, merupakan komponen yang harus ada dalam media, kecuali untuk tujuan

khusus; 5. Asam amino dan N organic; 6. Bahan-bahan alami yang mengandung

senyawa kompleks seperti juice tomat, ekstrak kentang, air kelapa, ekstrak ragi

(yeast extract) dan sebagainya; 7. Buffer, terutama buffer organic; 8. Arang aktif.
16

Sering digunakan untuk merangsang pertumbuhan akar; 9. Zat Pengatur Tumbuh.

ZPT yang biasa digunakan yaitu auksin dan sitokinin. Zat Pengatur Tumbuh

merupakan komponen yang sangat penting dalam media kultur dengan jenis dan

konsentrasi ZPT sesuai dengan jenis tanaman dan tujuan tanaman tersebut dikultur;

10. Bahan pemadat yaitu agar.

Zat pengatur tumbuh yang penting dalam kultur jaringan yaitu auksin dan

sitokinin, namun masih banyak macam macam zat pengatur tumbuh lainnya. Hal

ini sesuai dengan literatur Hendaryono (2014) yang menyatakan bahwa Zat

pengatur tumbuh dapat dibagi menjadi beberapa golongan yaitu golongan auksin,

sitokinin, giberelin dan inhibitor. Zat pengatur tumbuh yang tergolong auksin

adalah Indol Asam Asetat (IAA), Indol Asam Butirat (IBA), Naftalaen Asam Asetat

(NAA) dan 2,4 Dikhlorofenoksiasetat (2,4-D). Zat pengatur tumbuh yang termasuk

golongan sitokinin adalah Kinaetin, Zeatin, Ribosil dan Bensil Aminopurin (BAP).

Sedangkan golongan giberelin adalah GA1, GA2, GA3, GA4, dan golongan

inhibitor adalah fenolik dan asam absisik.

Ada empat faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan keberhasilan

dalam pembuatan media kultur, yaitu genotipe, media, lingkungan, eksplan. Hal ini

sesuai dengan literatur Turmuji dan Fauzi (2013) yang menyatakan bahwa ada

empat faktor mempengaruhi keberhasilan, yaitu 1. Genotipe merupakan salah satu

faktor yang lebih dominan dalam mempengaruhi pertumbuhan dan morfogenesis

tanaman dalam kultur jaringan. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan eksplan

yaitu kebutuhan nutrisi (makro dan mikro), ZPT (Auksin dan sitokinin), dan

lingkungan kultur; 2. Media, media kultur jaringan dibedakan menjadi media dasar

dan media perlakuan. Media dasar adalah kombinasi zat yang mengandung hara
17

esensial (makro dan mikro), sumber energi dan vitamin; 3. Lingkungan tumbuh

yaitu kedaaan fisik tempat kultur ditumbuhkan, seperti temperatur, penyinaran dan

ukuran wadah kultur; 4. Eksplan, penggunaan eksplan yang bersifat meristematik

umumnya memberikan keberhasilan pembentukan embrio somatik yang lebih

tinggi.
18

KESIMPULAN

1. Media kultur jaringan adalah tempat bagi jaringan tanaman untuk tumbuh dan

mengambil nutrisi yang mendukung kehidupan jaringan.

2. Macam-macam media kultur jaringan: Murashige & Skoog (MS), B5, White,

Vacin & Went (VW), Nitsch & Nitsch (NN), Schenk & Hildebrandt (SH),

Woody Plant Medium (WPM), N6, Knop.

3. Media kultur yang baik adalah media yang mengandung makronutrien,

mikronutrien, iron, dan Vitamin.

4. Zat pengatur tumbuh dapat dibagi menjadi beberapa golongan yaitu golongan

auksin, sitokinin, giberelin dan inhibitor.

5. Ada empat faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan keberhasilan dalam

pembuatan media kultur, yaitu genotipe, media, lingkungan, eksplan.


19

DAFTAR PUSTAKA

Aryani, S., 2013. Peningkatan Keragaman Genetik Tanaman melalui Keragaman


Somaklonal. Jurnal AgroBiogen. 2(2):81-88.

Budisantoso, I. 2013. Pembuatan Medium Kultur Jaringan. Fakultas Biologi.


Unsoed. Unsoed Fair.

Fitri, K., Nurhidayati, T., dan Purwani, K.I. 2012. Pengaruh Kombinasi Konsentrasi
ZPT NAA dan BAP Pada Kultur Jaringan Tembakau Nicotiana tabacum
var. Prancak 95. Jurnal Sains dan Seni Pomits. 1(1): 1-6.

Frelyta, A. Z. 2012. Pembuatan Media Kultur Jaringan. Program Studi


Agroekoteknologi. Fakultas Pertanian. UB Press. Malang.

Henuhili, V. 2012. Petunjuk Praktikum Kultur Jaringan Tumbuhan. Jurusan


Pendidikan Biologi. FMIPA. UNY Press. Yogyakarta.
Hendrayono, T. S. 2014. Pengaruh beberapa Zat Pengatur Tumbuh terhadap
Regenerasi Tanaman Kopi Arabika (Coffea Arabica L.). IPB. Bogor. 9.

Nursyamsi, L. W. 2012. Teknik Kultur Jaringan Tumbuhan. Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat
Antar Universitas (PAU) Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor. 36-101.

Ismail, M. 2011. Modul Praktikum Bioteknologi Pertanian. Fakultas Pertanian. UB


Press. Malang.

Ma’rufah, D. 2013. Pembuatan Larutan Stock, Pembuatan Media Kultur dan


Sterilisasinya. Fakultas Pertanian. USM Press. Surakarta.

Mirsadiq, L. 2013. Pembuatan Larutan Stock, Pembuatan Media Kultur dan


Sterilisasi Alat. Fakultas Pertanian. USM Press. Surakarta.

M Ritonga, A. W. 2011. Pembuatan Media Kultur Jaringan Tanaman. Departemen


Agronomi dan Hortikultura. Fakultas Pertanian. IPB Press. Bogor.

Saridewi, M.N., Bahar, M., dan Anisah. 2017. Uji Efektivitas Antibakteri Perasan
Jus Buah Nanas (Ananas comosus) Terhadap Pertumbuhan Isolat Bakteri
Plak Gigi di Puskesmas Kecamatan Tanah Abang Periode April 2017.
Biogenesis. Vol. 5(2) : 104-110.

Sitohang, N. 2012. Kultur Meristem Pisang Barangan (Musa paradisiaca L.) pada
Media MS dengan Beberapa Komposisi Zat Pengatur Tumbuh NAA, IBA,
BAP dan Kinetin. Jurnal penelitian bidang ilmu pertanian Volume 3,
Nomor 2, Agustus 2005: 19-25. Unika Santo Thomas. Medan.
20

Sugiarto, L. 2012. Pengenalan Laboratorium kultur jaringan Tumbuham,


pembuatan Media dan Sterilisa si. Universitas Negeri Yogyakarta.
Yogyakarta.

Suryowinoto, G. A. 2016. Bioteknologi dalam Pemuliaan Tanaman. Bagian


Bioteknologi Tanaman. Departemen Agronomi dan Hortikultura. Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor. IPB Press. Bogor. 191.

Turmuji, B., Fauzi, I.M. 2013. Regenerasi In Vitro Empat Varietas Kedelai Melalui
Organogenesis Menggunakan Eksplan Biji Yang Di Imbibisi Dan Di
Kecambah. Universitas Lampung, Bandar Lampung.

Anda mungkin juga menyukai