Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI PERTANIAN

Pembuatan Media MS dan Aplikasi Penanaman Kultur Jaringan pada


Tanaman Melati

DISUSUN OLEH: KELOMPOK 1 – B2


1. Rada Rotama Girsang : 225040201111141
2. Gilang Narendra : 225040201111170
3. Rangga Arya Wijaya : 225040207111012
4. Annisa Sabila Wachyunurani : 225040207111040
5. Dyah Ajeng Ramadhani : 225040207111059
6. Angelia Shafyla Putri : 225040207111078
7. Mochammad Ilham Maulana : 225040207111097
8. Muhammad Fahrizal Firdiansah : 225040207111116
9. Diva Syaufika : 225040207111144
10. Made Ayu Namira Tsabita : 225040207111163

Asisten Praktikum :
Shakira Maulida

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii


1. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Tujuan ........................................................................................................... 1
2. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 2
2.1 Media MS ...................................................................................................... 2
2.2 Penanaman Kultur Jaringan .......................................................................... 3
3. METODOLOGI ................................................................................................ 5
3.1 Waktu dan Tempat ........................................................................................ 5
3.2 Alat dan Bahan .............................................................................................. 5
3.2.1 Alat dan Bahan Pembuatan Media MS .................................................. 5
3.2.2 Alat dan Bahan Penanaman Kultur Jaringan ......................................... 6
3.3 Metode Pelaksanaan ...................................................................................... 7
3.3.1 Pembuatan Media Kultur Jaringan ......................................................... 7
3.4 Variabel Pengamatan .................................................................................... 7
3.4.1 Media Tanam ......................................................................................... 7
3.4.2 Kultur Jaringan pada Masing-masing Konsentrasi ZPT ........................ 7
3.4.3 Waktu Muncul Shoot ............................................................................. 8
4. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 10
4.1 Hasil Data .................................................................................................... 10
4.1.1 Media Tanam pada Masing-masing Konsentrasi ZPT. ........................ 10
4.1.2 Kultur Jaringan Pada Masing-Masing Konsentrasi ZPT. .................... 10
4.2 Pembahasan ................................................................................................. 19
4.2.1 Media ................................................................................................... 19
5. PENUTUP ........................................................................................................ 20
5.1 Kesimpulan ................................................................................................. 20
5.2 Saran ............................................................................................................ 20
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 21
LAMPIRAN ......................................................................................................... 23
1

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanaman melati (Jasminum sp.) merupakan tanaman hias tropik yang
berasal dari berbagai daerah di Asia, Afrika dan Australia. Tanaman melati
memiliki bunga yang harum dan dapat digunakan sebagai tanaman hias di dalam
ruangan (indoor) maupun di luar ruangan (outdoor). Tanaman melati merupakan
jenis tanaman berkayu yang batangnya tumbuh tegak ke atas atau merambat dengan
daun tunggal atau majemuk berpasangan maupun menyebar, tergantung spesiesnya.
Bunga melati memiliki mahkota berwarna putih, kekuningan atau kemerahan
dengan bagian bawah berbentuk seperti pipa kecil dan umumnya beraroma harum.
Tanaman melati selain sebagai tanaman hias juga sebagai tanaman yang
dimanfaatkan bagian-bagian tanamannya. Bunganya dapat digunakan sebagai
pewangi teh, penghias pengantin, kosmetik, obat tradisional dan bahan parfum.
Akar, batang dan daun juga digunakan sebagai obat tradisional (Khair, 2013).
Perbanyakan melati yang lazim dilakukan adalah dengan penyetekan.
Metode stek merupakan metode memotong bagian batang tanaman yang akan
dijadikan tanaman yang baru, tetapi teknik perbanyakan melati secara tradisional
dengan cara stek batang banyak dijumpai kendala. Kendala yang sering adalah
kualitas bibit yang dihasilkan kurang baik. Kendala perbanyakan tanaman melati
secara tradisional tersebut dapat diatasi dengan cara memperbanyak tanaman melati
melalui teknik kultur jaringan dan dapat menghasilkan tanaman melati berkualitas
(Rosyidah et al., 2014).
1.2 Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan kegiatan praktikum pembuatan media MS dan
penanaman kultur jaringan pada mata kuliah Bioteknologi Pertanian ini adalah
untuk mengetahui definisi dari media MS (Murashige and Skoog) dan untuk
mengetahui cara penanaman kultur jaringan serta langkah-langkahnya dan juga
pemanfaatannya di berbagai bidang. Serta dapat mengetahui pengaruh dari
perbedaan konsentrasi zat pengatur tumbuhan (ZPT) dalam pertumbuhan dan
perkembangan eksplan dalam kegiatan kultur jaringan.
2

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Media MS
Tanaman membutuhkan media atau tempat untuk tumbuh. Tidak terkecuali
tanaman yang dikembangkan menggunakan teknik kultur jaringan. Media yang
digunakan untuk kultur jaringan salah satunya adalah media MS (Murashige and
Skoog). Media MS adalah salah satu media yang paling banyak digunakan dalam
kultur jaringan karena memiliki kandungan unsur hara relatif lengkap yang
dibutuhkan hampir setiap spesies tanaman. Media kultur jaringan merupakan faktor
penting yang harus diperhatikan untuk keberhasilan teknik kultur jaringan. Media
MS harus memiliki pH yang tidak terlalu tinggi ataupun terlalu rendah, dan pH
optimal yang digunakan berkisar antara 5,6-5,8 (Nofiyanto et al., 2019)
Media kultur jaringan MS harus steril karena media yang tidak steril dapat
menyebabkan eksplan terkontaminasi. Media yang digunakan harus mengandung
zat-zat yang membantu eksplan agar tumbuh dengan baik. Zat yang terkandung
dalam media MS terdiri dari unsur hara makro, unsur hara mikro, dan bahan
pemadat (agar). Tidak hanya menyediakan unsur hara makro dan mikro yang
diperlukan tanaman, tetapi juga karbohidrat yang biasanya berbentuk sukrosa
(Kurnianingsih et al., 2020). Sukrosa tersebut berfungsi menggantikan karbon yang
diperoleh dari atmosfer melalui fotosintesis.
Komposisi media MS juga dapat ditambahkan vitamin, asam amino, dan
ZPT. Menurut Pratama & Nilahayati (2018), ZPT dapat meningkatkan pembelahan
sel dan perpanjangan sel. Asam amino, gula dan vitamin dapat meningkatkan
metabolisme sel dan berperan sebagai energi, enzim dan co-faktor. Zat pengatur
tumbuh (ZPT) yang paling umum digunakan berasal dari kelompok auksin dan
sitokinin. Sitokinin yang digunakan adalah BAP yang berperan untuk pembelahan
sel dan merangsang produksi tunas primordial, sedangkan auksin yang digunakan
adalah IBA yang berperan untuk pembentukan akar (Ziraluo, 2021). Selain itu,
sterilisasi pada media kultur jaringan juga sangat dibutuhkan agar tanaman eksplan
tidak terkontaminasi. Sterilisasi media menggunakan autoclave pada suhu 121°C
selama 2 jam pada ruangan, setelah itu media dipindahkan ke dalam ruangan kultur.
3

2.2 Penanaman Kultur Jaringan


Kultur jaringan atau kultur in vitro merupakan suatu teknik mengisolasi
bagian tanaman seperti sel, jaringan, protoplas dan organ, kemudian
menumbuhkannya dalam media buatan dengan kondisi yang terkendali dan aseptik
(Basri, 2016). Tujuan dari kultur jarigan adalah untuk mendapatkan tanaman dalam
jumlah besar dalam waktu yang singkat dan dapat memperoleh tanaman yang bebas
dari virus serta dapat membantu pemuliaan sehingga mempercepat pencapaian
tujuan penelitian pada tanaman. Perbanyak tanaman dengan kultur jaringan
biasanya dilakukan secara vegetatif dan apabila dibandingkan dengan perbanyakan
tanaman secara konvensional, perbanyakan kultur jaringan memiliki banyak
kelebihan seperti tidak membutuhkan tempat yang luas, bibit yang dihasilkan lebih
sehat dan dapat memungkinkan dilakukan manipulasi genetik pada tanaman
(Yuniardi, 2020).
Tanaman melati (Jasminum sp) merupakan salah satu komoditas yang
memiliki nilai ekonomi yang tinggi yang berukuran kecil (diameter sekitar 1 – 2
cm) berwarna putih dan memiliki aroma yang sangat harum. Kegunaan tanaman
melati bukan hanya sebagai tanaman hias, tetapi juga sebagai pengharum teh, bahan
baku industri parfum, kosmetik, dan obat tradisional. Menurut Rosyidah et al.
(2014), teknik perbanyakan pada tanaman melati pada umumnya dengan cara stek
batang, tetapi teknik tersebut memiliki banyak kendala seperti kualitas bibit yang
dihasilkan kurang baik. Oleh karena itu dibutuhkan metode perbanyakan dengan
kultur jaringan. Perbanyakan tanaman melati dengan teknik kultur jaringan
memerlukan formulasi media yang tepat dengan penambahan zat pengatur tumbuh
(ZPT). ZPT merupakan senyawa organik bukan hara yang dalam jumlah tertentu
dapat mendukung, menghambat, serta mengubah proses fisiologis tanaman yang
dapat merangsang pertumbuhan akar dan memperpanjang sel tanaman sehingga
dapat meningkatkan hasil produksi (Safitri et al., 2021). Saat ini teknologi
pengendalian bibit semakin dikembangkan seiring dengan meningginya permintaan
pasar pada tanaman melati terutama dengan perkembangan bibit dengan teknik in
vitro. Pemilihan ZPT sangat mempengaruhi induksi kalus pada eksplan. ZPT 2,4-
D paling sering digunakan dalam menginduksi kalus karena memiliki aktivitas yang
4

kuat untuk memacu proses dediferensiasi sel, menekan organogenesis dan juga
menjaga pertubuhan kalus tanaman (Rosyidah et al., 2014).
5

3. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Kegiatan praktikum pembuatan media MS dilaksanakan pada hari Senin, 2
Oktober 2023 pukul 13:00 – 14:40 di Laboratorium Bioteknologi, Gedung
Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya. Praktikum
penanaman kultur jaringan dilaksanakan pada hari Senin, 18 September 2023 di
Laboratorium Kultur Jaringan, Gedung Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Brawijaya.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat dan Bahan Pembuatan Media MS
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum pembuatan media MS
disajikan pada tabel 1 dan tabel 2.
Tabel 1. Alat dan Fungsi Pembuatan Media MS
No Alat Fungsi
1. Neraca Analitik Untuk mengukur massa bahan
2. Pipet Ukur Untuk memindahkan larutan
3. Labu Takar Untuk mengencerkan larutan
4. Gelas Ukur Untuk mengukur volume larutan
Untuk mengaduk, mencampur, dan
5. Beaker Glass
memanaskan larutan
6. Plastik Untuk menutup media botol kultur
7. Erlenmeyer Untuk tempat penampung larutan
8. Ph Meter Untuk mengukur pH larutan
9. Kertas Label Untuk memberi label botol ukur
Untuk merekatkan plastik sebagai
10. Karet
tutup botol kultur
11. Mini Centrifuge Untuk memisahkan partikel cairan
12. Vortex Untuk mencampur larutan
13. Bola Hisap Untuk penghisap larutan
14. Gelas Pengaduk Untuk pengaduk larutan
15. Botol Semprot Untuk tempat menyimpan aquades
16. Microwave Untuk memanaskan bahan
17. Autoclave Untuk mensterilkan media kultur
6

Tabel 2. Bahan dan Fungsi Pembuatan Media MS


No Bahan Fungsi
Untuk menambah kebutuhan
1. Unsur Hara Makro Dan Mikro
nutrisi mineral tanaman
Untuk menambah kebutuhan
2. Vitamin
nutrisi tanaman
Untuk merangsang pertumbuhan
3. Zat Pengatur Tumbuh (Zpt)
akar tanaman
4. Naoh Untuk menaikkan pH
5. Hcl Untuk menurunkan pH
6. Gula Pasir Untuk sumber karbohidrat
7. Air Untuk zat pelarut bahan
8. Agar Untuk pengental media

3.2.2 Alat dan Bahan Penanaman Kultur Jaringan


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum penanaman kultur jaringan
disajikan pada tabel 3 dan tabel 4.

Tabel 3. Alat dan Fungsi Penanaman Kultur Jaringan


No Alat Fungsi
Untuk tempat steril kegiatan
1. Laminar Air Flow Cabinet
penanaman
Untuk mensterilkan alat
2. Bunsen
penanaman
Untuk wadah mengkulturkan
3. Botol Kultur Berisi Media MS
eksplan
4. Pinset Untuk mengambil eksplan
5. Pisau Skalpel Untuk memotong eksplan
Untuk wadah menyimpan eksplan
6. Cawan Petri
yang telah steril
Untuk wadah membersihkan
7. Beaker Glass
eksplan agar steril

Tabel 4. Bahan dan Fungsi Penanaman Kultur Jaringan


No Bahan Fungsi
1. Eksplan Bunga Melati Untuk bahan tanam (spesimen)
2. Detergen Untuk
3. Cloroks (Bayclin) Untuk bahan sterilisasi eksplan
4. Alkohol (Ethanol) 90% Untuk bahan sterilisasi eksplan
5. Media Murishage and Skoog (MS) Untuk media tanam
7

6. Fungisida Benlate Untuk bahan sterilisasi eksplan

3.3 Metode Pelaksanaan


Metode pelaksanaan kegiatan praktikum kultur jaringan ini dilakukan dengan
tiga tahapan, yaitu pembuatan media kultur jaringan, kultur organ atau penanaman,
dan pengamatan.
3.3.1 Pembuatan Media Kultur Jaringan
Pembuatan media kultur jaringan diawali dengan persiapan alat dan bahan
media yang sesuai untuk pertumbuhan kultur organ

3.4 Variabel Pengamatan


3.4.1 Media Tanam
3.4.1.1 Waktu Muncul Kontaminasi Media
Pengamatan dilakukan setiap dua hari sekali dengan mengamati satu persatu
media yang digunakan pada saat kultur jaringan. Media kultur jaringan merupakan
salah satu tempat yang sangat mendukung bagi pertumbuhan jamur dan bakteri.
Mikroorganisme tersebut akan berkembang dengan cepat dan melapisi seluruh
permukaan media dan eksplan yang ditanam, gejala yang ditimbulkan jika eksplan
terkontaminasi jamur akan terdapat hifa yang berwarna putih sedangkan jika
eksplan yang terkontaminasi bakteri maka muncul lendir coklat kecoklatan
(Kristina et al., 2017).
3.4.1.2 Persentase Kontaminasi Media Tanam
Pengamatan dilakukan selama 2 minggu yang dilakukan secara rutin dua kali
sehari. Jika terdapat media yang terkontaminasi maka dapat mencatat jumlah yang
terkontaminasi tersebut. Pertumbuhan mikroorganisme bisa berkembang pesat pada
media yang terkontaminasi bahkan dapat melebihi laju pertumbuhan tanaman,
kontaminasi juga dapat menular dari satu wadah kultur ke wadah kultur lain
(Ziraluo, 2021).
3.4.2 Kultur Jaringan pada Masing-masing Konsentrasi ZPT
3.4.2.1 Persentase Hidup Eksplan
Pada minggu terakhir setiap eksplan dapat diberikan skor atau nilai,
diantaranya nilai 1 apabila eksplan terkontaminasi, nilai 2 jika eksplan masih segar,
nilai 3 apabila eksplan segar dan berkembang namun tidak terbentuk talus, dan nilai
8

4 jika eksplan segar dan terbentuk talus. Pengamatan dilakukan secara visual
terhadap eksplan yang masih hidup maupun yang telah terkontaminasi. Pada
eksplan yang masih hidup terdapat ciri-ciri berupa tunas yang mulai muncul dan
masih berwarna hijau. Menurut Isda et al. (2016) faktor yang mempengaruhi
eksplan hidup adalah kondisi fisiologis eksplan, umur dan ukuran eksplan.
3.4.2.2 Kontaminasi pada Eksplan
Kontamnasi pada eksplan dapat terjadi karena terserang jamur dan bakteri.
Kontaminasi dapat dipengaruhi dari lingkungan, faktor tanam, eksplan dan alat
yang digunakan pada saat pengkulturan (Setiani et al., 2018). Pengamatan
kontaminasi pada eksplan ini dapat dilakukan setiap 2 hari sekali. Jika paa eksplan
muncul hifa berwarna putih atau abu-abu maka kemungkinan besar eksplan tersebut
terkontaminasi.
3.4.2.3 Persentase Kontaminasi pada Eksplan
Persentase eksplan kontaminasi diamati untuk mengetahui adaptasi dari
eksplan yang dipindahkan dari media awal ke media perlakuan. Perhitungan
persentase kontaminasi pada eksplan dilakukan sekali pada akhir pengamatan.
Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus jumlah eksplan yang
terkontaminasi dibagi dengan total eksplan setiap perlakuan dan dikali 100%
(Imanudin, 2016).
3.4.2.4 Browning
Pengamatan browning dilakukan secara rutin setiap 2 hari sekali. Browning
atau pencoklatan pada eksplan ditandai dengan adanya perubahan warna pada
eksplan dan media menjadi berwarna coklat atau hitam. Terjadinya pencoklatan
pada media dapat disebabkan oleh senyawa fenol yang muncul pada eksplan dan
bersifat toksik bagi sel apabila dalam konsentrasi berlebihan. Browning sering kali
menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan eksplan terhambat dan
mengakibatkan kematian pada jaringan (Purba et al., 2017).
3.4.3 Waktu Muncul Shoot
3.4.3.1 Jumlah Shoot per Masing-Masing Botol Kultur
Pengamatan terhadap jumlah shoot per masing-masing botol kultur
dilakukan sekali pada akhir pengamatan. Pengamatan jumlah shoot atau tunas
dilakukan dengan cara menghitung jumlah keseluruhan tunas yang tumbuh pada
9

setiap botol kultur. Kemampuan eksplan dalam bertunas dapat dipengaruhi oleh
genotip tanaman itu sendiri, jenis sitokinin, dan konsentrasi sitokinin yang
digunakan (Ratnasari et al., 2016).
3.4.3.2 Panjang Shoot
Pengamatan terhadap panjang shoot dilakukan sebanyak satu kali pada akhir
pengamatan. Pengamatan panjang shoot atau tunas dilakukan dengan cara
mengukur panjang tunas mulai dari pangkal tunas sampai ujung tunas terpanjang
menggunakan penggaris. Pertumbuhan panjang tunas dipengaruhi oleh hormon
auksin dan sitokinin, dimana sitokinin akan merangsang pembelahan sel sedangkan
auksin akan memacu pemanjangan sel yang menyebabkan pemanjangan batang
(Putri et al., 2017).
10

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Data


4.1.1 Media Tanam pada Masing-masing Konsentrasi ZPT.
a. Waktu Muncul Kontaminasi Media (hari setelah penanaman).

Tabel 5. Waktu Muncul Kontaminasi Media


Rata-rata
Waktu Muncul Kontaminasi Media Waktu
Konsentrasi
Kelompok hari setelah tanam (HST) & (Jumlah Muncul
ZPT
Media) Kontaminsasi
(HST)
B1 (1) 0 2 HST (1), 4 HST (9) 3,8
B2 (1) 1 3 HST (2), 9 HST (3), 13 HST (2) 8,4
B1 (2) 2 7 HST (6), 14 HST (4) 9,8
B2 (2) 3 4 HST (1), 6 HST (2), 12 HST (1) 7
Kegiatan pengamatan media dilakukan 2-3 dalam seminggu setelah
penanaman. Setiap kelompok memiliki perlakuan konsentrasi berbeda yang
mempengaruhi tingkat waktu muncul kontaminasi. Pada kelompok B1 (1) dengan
perlakuan ZPT 0 rata-rata waktu muncul kontaminasi pada 3,8 HST, kelompok B2
(1) dengan perlakuan ZPT 1 rata-rata waktu muncul kontaminasi pada 8,4 HST,
kelompok B1 (2) dengan perlakuan ZPT 2 rata-rata waktu muncul kontaminasi pada
9,8 HST, kelompok B2 (2) dengan perlakuan ZPT 3 rata-rata waktu muncul
kontaminasi pada 7 HST.
b. Persentase Kontaminasi Media Tanaman (Mencatat jumlah media yang
terkontaminasi pada. masing-masing minggu akhir pengamatan).
Rumus dari presentase kontaminasi media tanaman yaitu Kontaminasi
media/jumlah total media x 100%. Setelah melakukan pengamatan media
kontaminasi tanaman, presentase kontaminasi media tanam kelompok B1 (1) pada
minggu akhir yaitu 10/10 X 100% = 100% keseluruhan media terkontaminasi .
Pada kelompok B2 (1) presentase kontaminasi media tanam minggu akhir yaitu
7/10 x 100% = 70%. Pada kelompok B1 (2) presentase kontaminasi media
tanaman minggu akhir yaitu 10/10 x 100% = 100% media tanaman terkontaminasi.
Pada kelompok B2 (2) presentase kontaminasi media tanam minggu akhir yaitu
4/11 x 100% = 36,36%.
4.1.2 Kultur Jaringan Pada Masing-Masing Konsentrasi ZPT.
a. Persentase Hidup Eksplan
11

Berikut merupakan persentase hidup eksplan yang terjadi.


Tabel 6. Persentase Hidup Eksplan
Tanggal Muncul
Sampel
9/10/2023
Rada Rotama Girsang √
Gilang Narendra √
Rangga Arya Wijaya √
Annisa Sabila Wachyunurani -
Dyah Ajeng Ramadhani √
Angelia Shafyla Putri -
Mochammad Ilham Maulana √
Muhammad Fahrizal Firdiansyah √
Diva Shaufika √
Made Ayu Namira Tsabita -
Berdasarkan Tabel 4. Didapatkan hasil mengenai eksplan media kultur
jaringan. Pada tanggal 9 Oktober 2023, tepatnya pada minggu terakhir pengamatan
didapatkan dari 10 eksplan terdapat 2 eksplan yang hidup dengan persentase hidup
eksplan sebagai berikut.
𝐾𝑜𝑡𝑎𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑒𝑘𝑠𝑝𝑙𝑎𝑛
Persentase kontaminan eksplan = 𝑥 100
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑒𝑘𝑠𝑝𝑙𝑎𝑛
3
= 𝑥 100%
10
= 30%

b. Kontaminasi pada Eksplan


12

Pada kultur jaringan, waktu kontaminasi eksplan per masing-masing botol


kultur jaringan sebagai berikut.
Tabel 7. Kontaminasi pada Eksplan
Tanggal Muncul
Sampel
21/09/23 25/09/23 27/09/23 29/09/23 3/10/23 5/10/23 9/10/23

Rada Rotama
- - - - - ✓ Panen
Girsang

Gilang Narendra - ✓ - - - - Panen

Rangga Arya
- - ✓ - ✓ - Panen
Wijaya

Annisa Sabila
- - - - - - Panen
Wachyunurani

Dyah Ajeng
✓ - - - - - Panen
Ramadhani

Angelia Shafyla
- - - - - - Panen
Putri

Mochammad Ilham
✓ - - - - - Panen
Maulana

Muhammad
Fahrizal - ✓ - - - - Panen
Firdiansyah

Diva Shaufika - - ✓ - - - Panen

Made Ayu Namira


- - - - - - Panen
Tsabita

Berdasarkan table 5. Didapatkan masing-masing waktu terkontaminasi pada


eksplan memberikan hasil yang berbeda-beda. Pada tanggal 21 September 2023
yaitu hari pertama pengamatan didapatkan muncul kontaminasi eksplan pada
sampel Dyah Ajeng dan Ilham. Eksplan yang terkontaminasi pada hari pengamatan
kedua yaitu Fahrizal dan Gilang, eksplan yang terkontaminasi pada hari
pengamatan ke tiga yaitu Diva, eksplan yang terkontaminasi pada hari pengamatan
ke empat tidak ada, eksplan yang terkontaminasi pada hari pengamatan ke lima
13

yaitu eksplan Rangga dan hari pengamatan ke enam yaitu eksplan Rada. Sedangkan
eksplan tanpa kontaminasi mulai tanggal 21 September 2023 sampai 9 Oktober
2023 pada eksplan Annisa, Angel, dan Made Ayu. Penyebab kontaminasi pada
eksplan dapat disebabkan oleh jamur dan bakteri.

c. Persentase Kontaminasi pada Eksplan


Berikut merupakan persentase pada eksplan yang terjadi.
𝐾𝑜𝑡𝑎𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑒𝑘𝑠𝑝𝑙𝑎𝑛
Persentase kontaminan eksplan = 𝑥 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑒𝑘𝑠𝑝𝑙𝑎𝑛
7
= 𝑥 100%
10
= 70%
d. Browning
Pada kultur jaringan waktu muncul browning eksplan per masing-masing
botol kultur jaringan sebagai berikut.
14

Tabel 8. Browning
Tanggal Muncul
Sampel
21/09/23 25/09/23 27/09/23 29/09/23 3/10/23 5/10/23 9/10/23

Rada Rotama
- - - - - ✓ Panen
Girsang

Gilang Narendra - - - - - - Panen

Rangga Arya
- - - - - - Panen
Wijaya

Annisa Sabila
- - - - - - Panen
Wachyunurani

Dyah Ajeng
✓ - - - - - Panen
Ramadhani

Angelia Shafyla
- - - - - - Panen
Putri

Mochammad Ilham
- ✓ - - - - Panen
Maulana

Muhammad
Fahrizal - - - - - - Panen
Firdiansyah

Diva Shaufika - - ✓ - - - Panen

Made Ayu Namira


- - - - - - Panen
Tsabita

Berdasarkan Tabel 6. Didapatkan masing-masing waktu browning pada


eksplan memberikan hasil yang berbeda-beda. Pada tanggal 21 September 2023
yaitu hari pertama pengamatan muncul browning pada sampel Dyah Ajeng dan hari
kedua tanggal 25 September 2023 muncul browning pada sampel M. Ilham. Pada
hari pengamatan ke tiga tanggal 27 September 2023 muncul browning pada sampel
Diva. Pada hari pengamatan ke empat dank ke lima tidak ada sampel yang muncul
browning dan pada hari pengamatan ke enam tanggal 5 Oktober 2023 muncul
15

browning pada sampel Rada. Sedangkan, eksplan tanpa browning mulai dari
tanggal 21 September 2023 sampai 9 Oktober 2023 terdapat pada sampel Gilang,
Rangga, Annisa, Angel, Fahrizal dan Made Ayu.

e. Waktu Muncul Shoot


Pada kultur jaringan, waktu muncul shoot sebagai berikut.
Tabel 9. Waktu Muncul Shoot
Tanggal Muncul
Sampel
21/09/23 25/09/23 27/09/23 29/09/23 3/10/23 5/10/23 9/10/23

Rada Rotama
- - - - - - Panen
Girsang

Gilang Narendra - - - - - - Panen

Rangga Arya
- - - - - - Panen
Wijaya
16

Annisa Sabila
- - - ✓ - - Panen
Wachyunurani

Dyah Ajeng
- - - - - - Panen
Ramadhani

Angelia Shafyla
- - - - ✓ - Panen
Putri

Mochammad Ilham
- - - - - - Panen
Maulana

Muhammad
Fahrizal - - - - - - Panen
Firdiansyah

Diva Shaufika - - - - - - Panen

Made Ayu Namira


- - - - - - Panen
Tsabita

Berdasarkan Tabel 7. Didapatkan masing-masing waktu muncul shoot


setiap botol kultur jaringan memberikan hasil yang berbeda-beda. Pada pengamatan
pertama tanggal 21 September 2023 sampai pengamatan ke tiga tanggal 27
September 2023 tidak ada sampel yang muncul shoot. Pada pengamatan ke empat
tanggal 29 September 2023 muncul shoot pada sampel Annisa. Pada pengamatan
ke lima tanggal 3 Oktober 2023 muncul shoot pada sampel Angel. Sedangkan pada
pengamatan ke enam tidak ada sampel yang muncul shoot.
17

f. Jumlah Shoot Per Masing-masing Botol Kultur.


Pada kultur jaringan jumlah shoot yang muncul per masing-masing botol
kultur jaringan sebagai berikut.
Tabel 10. Jumlah Shoot Per Masing-masing Botol Kultur
Jumlah
Sampel
Shoot
1 2
Rada Rotama Girsang - -
Gilang Narendra - -
Rangga Arya Wijaya - -
Annisa Sabila Wachyunurani ✓ -
Dyah Ajeng Ramadhani - -
Angelia Shafyla Putri - ✓
Mochammad Ilham Maulana - -
Muhammad Fahrizal Firdiansyah - -
Diva Shaufika - -
Made Ayu Namira Tsabita - -
Berdasarkan Tabel 8. didapatkan masing-masing jumlah shoot yang
muncul per masing-masing botol kultur jaringan memiliki hasil yang berbeda-beda.
Pada botol kultur jaringan sampel Annisa menghasilkan jumlah shoot sebanyak 1.
Pada botol kultur jaringan sampel Angel menghasilkan jumlah shoot sebanyak 2.
Pada botol kultur jaringan yang tidak menghasilkan shoot sebanyak 8 orang yaitu
sampel Rada, Gilang, Rangga, Dyah, Ilham, Fahrizal, Diva, dan Made.
18

g. Panjang Shoot
Pada kultur jaringan panjang shoot per masing-masing botol sebagai
berikut.
Tabel 11. Panjang Shoot
Panjang Shoot
Sampel
1 2
Rada Rotama Girsang - -
Gilang Narendra - -
Rangga Arya Wijaya - -
Annisa Sabila
1,4 𝑐𝑚 -
Wachyunurani
Dyah Ajeng Ramadhani - -
Angelia Shafyla Putri 0,3 𝑐𝑚 0,7 𝑐𝑚
Mochammad Ilham
- -
Maulana
Muhammad Fahrizal
- -
Firdiansyah
Diva Shaufika - -
Made Ayu Namira
- -
Tsabita
Berdasarkan tabel 9. Didapatkan masing-masing panjang shoot per masing-
masing botol kultur jaringan memiliki hasil yang berbeda-beda. Pada botol sampel
Annisa memiliki panjang shoot 1,4 cm. Sedangkan pada botol sampel Angel, shoot
pertama memiliki panjang 0,3 cm dan shoot ke dua memiliki panjang 0,7 cm.
19

4.2 Pembahasan
4.2.1 Media
Kontaminasi yang muncul pada media berbeda-beda pada setiap konsentrasi
ZPT. (kalimat enterpretasi). Hal ini selaras dengan pernyataan Abdullah et al.
(2022) kontaminasi yang terjadi pada media hingga pada eksplan akan menjadi
suatu hambatan dalam kultur jaringan. Kontaminasi merupaka kondisi lingkungan
kultur yang terganggu akibat adanya jamur atau bakteri pada eksplan maupun pada
media. Menurut Elfiani dan Jakoni (2015) kontaminasi yang disebabkan oleh
bakteri, pada eksplan terlihat lendir berwarna kuning sebagian lagi melekat pada
media membentuk gumpalan yang basah. Sedangkan kontaminasi pada jamur kan
terlihat jelas pada media dimana media dan eksplan diselimuti oleh spora berbentuk
kapas atau miselium yang berwarna putih dan hijau.
20

5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
21

DAFTAR PUSTAKA

Basri, A.H.H., 2016. Kajian pemanfaatan kultur jaringan dalam perbanyakan


tanaman bebas virus. Agrica Ekstensia, 10(1), pp.64-73.
Elfiani dan Jakoni. 2015. Sterilisasi Eksplan dan Sub Kultur Anggrek, Sirih Merah
dan Krisan pada Perbanyakan Tanaman Secara In Vitro. Jurnal Dinamika
Pertanian. 3(2): 117-124
Imanudin. 2016. Pengaruh Penambahan Air Rebusan Kentang (Solanum tuberosum
L.), BAP dan NAA terhadap Induksi Tunas Jati Emas (Cordia subcordata)
Secara In Vitro. Thesis, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Isda, M.N., Fatonah S., dan Sari, L.S. 2016. Pementukan tunas dari biji manggis
(Garcinia mangostana L.) asal Bengkalis dengan penambahan BAP dan
madu secara in vitro. Journal of Biology, 9(2), 119-124.
Khair, H., & Hamdani, Z. R. (2013). Pengaruh konsentrasi ekstrak bawang merah
dan air kelapa terhadap pertumbuhan stek tanaman melati putih (Jasminum
sambac L.). AGRIUM: Jurnal Ilmu Pertanian, 18(2).
Kristina M, O, Dingse P., Febby E. Kandoua (2017). Deskripsi Jenis-Jenis
Kontaminan Dari Kultur Kalus Catharanthus roseus (L.). Jurnal MIPA
Unsrat Online. Vol 6 (1) : 47-52.
Kurniangsih, R., Ghazali, M., Rosidah, S., Muspiah, A., Astuti, S., dan
Nikmatullah, A. (2020). Pelatihan Teknik Dasar Kultur Jaringan
Tumbuhan.
Noviyanto, R, T., Kusmiyat., dan Karno.2019. Peningkatan Kualitas Planlet
Tanaman Pisang Raja Bulu dengan Penambahan BAB dan IAA pada Media
Pengakaran Kultur In Vitro.J.Agro Complex.3(3).132-141
Pratama, J. dan Nilahayati. 2018. Modifikasi Media MS dengan Penambahan Air
Kelapa untuk Subkultur I Anggrek Cymbidium. Jurnal Agrium 15(2): 96-
109.
Purba, R. V., Yuswanti, H., & Astawa, I. N. G. 2017. Induksi Kalus Eksplan Daun
Tanaman Anggur (Vitis vinivera L.) dengan Aplikasi 2, 4-D Secara In Vitro.
E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika, 6(2), 218-228.
22

Putri, D., Gustia, H., & Suryati, Y. 2017. Pengaruh Panjang Entres terhadap
Keberhasilan Penyambungan Tanaman Alpukat (Persea americana Mill.).
Jurnal Agrosains dan Teknologi, 1(1), 32-45
Ratnasari, B. D., Suminar, E., Nuraini, A., & Ismail, A. 2016. Pengujian Efektivitas
Berbagai Jenis dan Konsentrasi Sitokinin terhadap Multiplikasi Tunas
Mikro Pisang (Musa paradisiaca L.) Secara In Vitro. Kultivasi, 15(2).
Rosyidah, M., Evie, R., dan Yuni, S.R. 2014. Induksi Kalus Daun Melati
(Jasminum sambac) dengan Penambahan Berbagai Konsentrasi
Dichlorophenoxyacetic Acid (2,4-D) dan 6-Benzylamino Purine (BAP)
pada Media MS secara in Vitro. Jurnal Lentera Bio, 3(3):147-153.
Safitri, R., Rahayu, T. and Widiastuti, L., 2021. Pengaruh macam media tanam dan
konsentrasi zat pengatur tumbuh terhadap pertumbuhan stek dua nodus
melati. Kultivasi, 20(1), pp.22-26.
Setiani, N. A., Nurwinda, F., dan Astriany, D. 2018. Pengaruh Desinfektan dan
Lama Perendaman pada Sterilisasi Eksplan Daun Sukun (Artocarpus altilis
(Parkinson ex. F. A Zorn) Fosberg). Biotropika: Journal of Tropical
Biologi, 6(3): 78-82.
Yuniardi, F., 2020. Aplikasi Dimmer Switch pada Rak Kultur Sebagai Pengatur
Kebutuhan Intesitas Cahaya Optimum Bagi TanamanIn Vitro. Indonesian
Journal of Laboratory, 1(4), pp.8-13.
Ziraluo,Y.P.2021. Metode Perbanyakan Tanaman Ubi Jalar Ungu (Ipomea. Batatas
Poiret) dengan Teknik Kultur Jaringan Atau Stek Planlet.
23

LAMPIRAN
24

Anda mungkin juga menyukai