Asisten Praktikum :
Shakira Maulida
1. PENDAHULUAN
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Media MS
Tanaman membutuhkan media atau tempat untuk tumbuh. Tidak terkecuali
tanaman yang dikembangkan menggunakan teknik kultur jaringan. Media yang
digunakan untuk kultur jaringan salah satunya adalah media MS (Murashige and
Skoog). Media MS adalah salah satu media yang paling banyak digunakan dalam
kultur jaringan karena memiliki kandungan unsur hara relatif lengkap yang
dibutuhkan hampir setiap spesies tanaman. Media kultur jaringan merupakan faktor
penting yang harus diperhatikan untuk keberhasilan teknik kultur jaringan. Media
MS harus memiliki pH yang tidak terlalu tinggi ataupun terlalu rendah, dan pH
optimal yang digunakan berkisar antara 5,6-5,8 (Nofiyanto et al., 2019)
Media kultur jaringan MS harus steril karena media yang tidak steril dapat
menyebabkan eksplan terkontaminasi. Media yang digunakan harus mengandung
zat-zat yang membantu eksplan agar tumbuh dengan baik. Zat yang terkandung
dalam media MS terdiri dari unsur hara makro, unsur hara mikro, dan bahan
pemadat (agar). Tidak hanya menyediakan unsur hara makro dan mikro yang
diperlukan tanaman, tetapi juga karbohidrat yang biasanya berbentuk sukrosa
(Kurnianingsih et al., 2020). Sukrosa tersebut berfungsi menggantikan karbon yang
diperoleh dari atmosfer melalui fotosintesis.
Komposisi media MS juga dapat ditambahkan vitamin, asam amino, dan
ZPT. Menurut Pratama & Nilahayati (2018), ZPT dapat meningkatkan pembelahan
sel dan perpanjangan sel. Asam amino, gula dan vitamin dapat meningkatkan
metabolisme sel dan berperan sebagai energi, enzim dan co-faktor. Zat pengatur
tumbuh (ZPT) yang paling umum digunakan berasal dari kelompok auksin dan
sitokinin. Sitokinin yang digunakan adalah BAP yang berperan untuk pembelahan
sel dan merangsang produksi tunas primordial, sedangkan auksin yang digunakan
adalah IBA yang berperan untuk pembentukan akar (Ziraluo, 2021). Selain itu,
sterilisasi pada media kultur jaringan juga sangat dibutuhkan agar tanaman eksplan
tidak terkontaminasi. Sterilisasi media menggunakan autoclave pada suhu 121°C
selama 2 jam pada ruangan, setelah itu media dipindahkan ke dalam ruangan kultur.
3
kuat untuk memacu proses dediferensiasi sel, menekan organogenesis dan juga
menjaga pertubuhan kalus tanaman (Rosyidah et al., 2014).
5
3. METODOLOGI
4 jika eksplan segar dan terbentuk talus. Pengamatan dilakukan secara visual
terhadap eksplan yang masih hidup maupun yang telah terkontaminasi. Pada
eksplan yang masih hidup terdapat ciri-ciri berupa tunas yang mulai muncul dan
masih berwarna hijau. Menurut Isda et al. (2016) faktor yang mempengaruhi
eksplan hidup adalah kondisi fisiologis eksplan, umur dan ukuran eksplan.
3.4.2.2 Kontaminasi pada Eksplan
Kontamnasi pada eksplan dapat terjadi karena terserang jamur dan bakteri.
Kontaminasi dapat dipengaruhi dari lingkungan, faktor tanam, eksplan dan alat
yang digunakan pada saat pengkulturan (Setiani et al., 2018). Pengamatan
kontaminasi pada eksplan ini dapat dilakukan setiap 2 hari sekali. Jika paa eksplan
muncul hifa berwarna putih atau abu-abu maka kemungkinan besar eksplan tersebut
terkontaminasi.
3.4.2.3 Persentase Kontaminasi pada Eksplan
Persentase eksplan kontaminasi diamati untuk mengetahui adaptasi dari
eksplan yang dipindahkan dari media awal ke media perlakuan. Perhitungan
persentase kontaminasi pada eksplan dilakukan sekali pada akhir pengamatan.
Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus jumlah eksplan yang
terkontaminasi dibagi dengan total eksplan setiap perlakuan dan dikali 100%
(Imanudin, 2016).
3.4.2.4 Browning
Pengamatan browning dilakukan secara rutin setiap 2 hari sekali. Browning
atau pencoklatan pada eksplan ditandai dengan adanya perubahan warna pada
eksplan dan media menjadi berwarna coklat atau hitam. Terjadinya pencoklatan
pada media dapat disebabkan oleh senyawa fenol yang muncul pada eksplan dan
bersifat toksik bagi sel apabila dalam konsentrasi berlebihan. Browning sering kali
menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan eksplan terhambat dan
mengakibatkan kematian pada jaringan (Purba et al., 2017).
3.4.3 Waktu Muncul Shoot
3.4.3.1 Jumlah Shoot per Masing-Masing Botol Kultur
Pengamatan terhadap jumlah shoot per masing-masing botol kultur
dilakukan sekali pada akhir pengamatan. Pengamatan jumlah shoot atau tunas
dilakukan dengan cara menghitung jumlah keseluruhan tunas yang tumbuh pada
9
setiap botol kultur. Kemampuan eksplan dalam bertunas dapat dipengaruhi oleh
genotip tanaman itu sendiri, jenis sitokinin, dan konsentrasi sitokinin yang
digunakan (Ratnasari et al., 2016).
3.4.3.2 Panjang Shoot
Pengamatan terhadap panjang shoot dilakukan sebanyak satu kali pada akhir
pengamatan. Pengamatan panjang shoot atau tunas dilakukan dengan cara
mengukur panjang tunas mulai dari pangkal tunas sampai ujung tunas terpanjang
menggunakan penggaris. Pertumbuhan panjang tunas dipengaruhi oleh hormon
auksin dan sitokinin, dimana sitokinin akan merangsang pembelahan sel sedangkan
auksin akan memacu pemanjangan sel yang menyebabkan pemanjangan batang
(Putri et al., 2017).
10
Rada Rotama
- - - - - ✓ Panen
Girsang
Rangga Arya
- - ✓ - ✓ - Panen
Wijaya
Annisa Sabila
- - - - - - Panen
Wachyunurani
Dyah Ajeng
✓ - - - - - Panen
Ramadhani
Angelia Shafyla
- - - - - - Panen
Putri
Mochammad Ilham
✓ - - - - - Panen
Maulana
Muhammad
Fahrizal - ✓ - - - - Panen
Firdiansyah
yaitu eksplan Rangga dan hari pengamatan ke enam yaitu eksplan Rada. Sedangkan
eksplan tanpa kontaminasi mulai tanggal 21 September 2023 sampai 9 Oktober
2023 pada eksplan Annisa, Angel, dan Made Ayu. Penyebab kontaminasi pada
eksplan dapat disebabkan oleh jamur dan bakteri.
Tabel 8. Browning
Tanggal Muncul
Sampel
21/09/23 25/09/23 27/09/23 29/09/23 3/10/23 5/10/23 9/10/23
Rada Rotama
- - - - - ✓ Panen
Girsang
Rangga Arya
- - - - - - Panen
Wijaya
Annisa Sabila
- - - - - - Panen
Wachyunurani
Dyah Ajeng
✓ - - - - - Panen
Ramadhani
Angelia Shafyla
- - - - - - Panen
Putri
Mochammad Ilham
- ✓ - - - - Panen
Maulana
Muhammad
Fahrizal - - - - - - Panen
Firdiansyah
browning pada sampel Rada. Sedangkan, eksplan tanpa browning mulai dari
tanggal 21 September 2023 sampai 9 Oktober 2023 terdapat pada sampel Gilang,
Rangga, Annisa, Angel, Fahrizal dan Made Ayu.
Rada Rotama
- - - - - - Panen
Girsang
Rangga Arya
- - - - - - Panen
Wijaya
16
Annisa Sabila
- - - ✓ - - Panen
Wachyunurani
Dyah Ajeng
- - - - - - Panen
Ramadhani
Angelia Shafyla
- - - - ✓ - Panen
Putri
Mochammad Ilham
- - - - - - Panen
Maulana
Muhammad
Fahrizal - - - - - - Panen
Firdiansyah
g. Panjang Shoot
Pada kultur jaringan panjang shoot per masing-masing botol sebagai
berikut.
Tabel 11. Panjang Shoot
Panjang Shoot
Sampel
1 2
Rada Rotama Girsang - -
Gilang Narendra - -
Rangga Arya Wijaya - -
Annisa Sabila
1,4 𝑐𝑚 -
Wachyunurani
Dyah Ajeng Ramadhani - -
Angelia Shafyla Putri 0,3 𝑐𝑚 0,7 𝑐𝑚
Mochammad Ilham
- -
Maulana
Muhammad Fahrizal
- -
Firdiansyah
Diva Shaufika - -
Made Ayu Namira
- -
Tsabita
Berdasarkan tabel 9. Didapatkan masing-masing panjang shoot per masing-
masing botol kultur jaringan memiliki hasil yang berbeda-beda. Pada botol sampel
Annisa memiliki panjang shoot 1,4 cm. Sedangkan pada botol sampel Angel, shoot
pertama memiliki panjang 0,3 cm dan shoot ke dua memiliki panjang 0,7 cm.
19
4.2 Pembahasan
4.2.1 Media
Kontaminasi yang muncul pada media berbeda-beda pada setiap konsentrasi
ZPT. (kalimat enterpretasi). Hal ini selaras dengan pernyataan Abdullah et al.
(2022) kontaminasi yang terjadi pada media hingga pada eksplan akan menjadi
suatu hambatan dalam kultur jaringan. Kontaminasi merupaka kondisi lingkungan
kultur yang terganggu akibat adanya jamur atau bakteri pada eksplan maupun pada
media. Menurut Elfiani dan Jakoni (2015) kontaminasi yang disebabkan oleh
bakteri, pada eksplan terlihat lendir berwarna kuning sebagian lagi melekat pada
media membentuk gumpalan yang basah. Sedangkan kontaminasi pada jamur kan
terlihat jelas pada media dimana media dan eksplan diselimuti oleh spora berbentuk
kapas atau miselium yang berwarna putih dan hijau.
20
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
21
DAFTAR PUSTAKA
Putri, D., Gustia, H., & Suryati, Y. 2017. Pengaruh Panjang Entres terhadap
Keberhasilan Penyambungan Tanaman Alpukat (Persea americana Mill.).
Jurnal Agrosains dan Teknologi, 1(1), 32-45
Ratnasari, B. D., Suminar, E., Nuraini, A., & Ismail, A. 2016. Pengujian Efektivitas
Berbagai Jenis dan Konsentrasi Sitokinin terhadap Multiplikasi Tunas
Mikro Pisang (Musa paradisiaca L.) Secara In Vitro. Kultivasi, 15(2).
Rosyidah, M., Evie, R., dan Yuni, S.R. 2014. Induksi Kalus Daun Melati
(Jasminum sambac) dengan Penambahan Berbagai Konsentrasi
Dichlorophenoxyacetic Acid (2,4-D) dan 6-Benzylamino Purine (BAP)
pada Media MS secara in Vitro. Jurnal Lentera Bio, 3(3):147-153.
Safitri, R., Rahayu, T. and Widiastuti, L., 2021. Pengaruh macam media tanam dan
konsentrasi zat pengatur tumbuh terhadap pertumbuhan stek dua nodus
melati. Kultivasi, 20(1), pp.22-26.
Setiani, N. A., Nurwinda, F., dan Astriany, D. 2018. Pengaruh Desinfektan dan
Lama Perendaman pada Sterilisasi Eksplan Daun Sukun (Artocarpus altilis
(Parkinson ex. F. A Zorn) Fosberg). Biotropika: Journal of Tropical
Biologi, 6(3): 78-82.
Yuniardi, F., 2020. Aplikasi Dimmer Switch pada Rak Kultur Sebagai Pengatur
Kebutuhan Intesitas Cahaya Optimum Bagi TanamanIn Vitro. Indonesian
Journal of Laboratory, 1(4), pp.8-13.
Ziraluo,Y.P.2021. Metode Perbanyakan Tanaman Ubi Jalar Ungu (Ipomea. Batatas
Poiret) dengan Teknik Kultur Jaringan Atau Stek Planlet.
23
LAMPIRAN
24