OLEH KELOMPOK 2A
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Praktikum Kultur Jaringan
Tumbuhan.
Dalam makalah ini, kami membahas mengenai praktikum kultur jaringan
tumbuhan yang kami lakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin. Praktikum ini
bertujuan untuk mempelajari teknik kultur jaringan tumbuhan, mulai dari persiapan
media, sterilisasi, inisiasi, multiplikasi hingga pemeliharaan tanaman kultur
jaringan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Kelompok 2A
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………… 2
DAFTAR ISI……………………………………………………………………...3
BAB I
PENDAHULUAN………………………………………………………………...4
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………. 4
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………… 6
1.3 Tujuan……………………………………………………………………...7
BAB II 8
STERILISASI……………………………………………………………………. 8
II.1 Sterilisasi Alat……………………………………………………………..8
II. 2 Sterilisasi Eksplan……………………………………………………... 10
II.3 Sterilisasi Media………………………………………………………… 11
BAB III 13
INISIASI………………………………………………………………………... 13
III.1 Pengertian Inisiasi……………………………………………………… 13
III.2 Inisiasi Kopi……………………………………………………………. 15
BAB IV 17
MULTIPLIKASI……………………………………………………………….. 17
IV.1 Multiplikasi……………………………………………………………..17
IV. 2 Multiplikasi Tanaman Anggrek……………………………………….. 18
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………………………22
V.1 Inisiasi…………………………………………………………………... 22
V.2 Multiplikasi……………………………………………………………... 26
BAB VI 28
PENUTUP………………………………………………………………………. 28
VI. 1 Kesimpulan…………………………………………………………… 28
VI. Saran……………………………………………………………………...28
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………... 29
BAB I
PENDAHULUAN
begitu cepat dan signifikan adalah kultur jaringan tanaman. Kultur jaringan
menggunakan organ atau bagian tanaman dalam suatu botol kultur yang berisi
media khusus dalam kondisi yang bebas dari mikroorganisme seperti bakteri dan
perkembangan. Hal ini terlihat dari banyaknya lembaga penelitian dan perguruan
data dari Kementerian Pertanian, pada tahun 2022, terdapat sekitar 100
laboratorium kultur jaringan yang tersebar di seluruh Indonesia. Selain itu, sudah
banyak pula industri di Indonesia yang menggunakan teknik kultur jaringan untuk
memproduksi tanaman, terutama tanaman yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan
potongan akar, batang atau daun tumbuhan yang mempunyai sel yang masih terus
bibit yang dihasilkan seragam, cepat, dalam skala besar, bibit memiliki sifat yang
sama dengan induknya dan bebas dari virus. Selain digunakan untuk
perbanyakan tanaman, kultur jaringan mempunyai fungsi lain yaitu untuk produksi
metabolit sekunder, pelestarian plasma nutfah yang hampir punah dan membantu
memperbaiki sifat tanaman (Putri dkk, 2021). Pada pelaksanaannya kultur jaringan
semua peralatan kerja, fasilitas untuk mendukung terciptanya kondisi steril yang
Jenis tanaman yang sering digunakan dalam kultur jaringan yaitu tanaman
kopi dan juga anggrek. Kopi merupakan komoditas perkebunan utama Indonesia.
Pertanian kopi di Indonesia sebagian besar adalah perkebunan kopi rakyat (96,06%)
yang melibatkan sekitar 1,7 juta petani. Kopi dibudidayakan hampir di seluruh
wilayah Indonesia namun provinsi utama penghasil kopi di Indonesia adalah Aceh,
Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan.
terbanyak dibandingkan tanaman hias lainnya. Tanaman ini mampu bertahan hidup
dari suhu minus sampai tinggi seperti di gurun. Oleh karenanya, luasan penyebaran
anggrek dari dataran tinggi hingga dataran rendah. Kemampuan adaptasi dan
pertumbuhan juga membuat tanaman anggrek mampu hidup dari tropis sampai
daerah kutub dimana daerah tropis adalah daerah yang memiliki keanekaragaman
jenis anggrek. Anggrek Indonesia yang beragam jenis dengan kecantikan warnanya
5.000 spesies dan setengahnya dari jumlah tersebut yaitu kurang lebih 3.000 spesies
Sterilisasi, Sterilisasi adalah bahwa segala kegiatan dalam kultur jaringan harus
dilakukan di tempat yang steril, yaitu dilaminar flow dan menggunakan alat-alat
yang juga steril. Kemudian pembuatan media. Media merupakan ucros penentu
tergantung dengan jenis tanaman yang akan diperbanyak. Media yang digunakan
biasanya terdiri dari garam mineral, vitamin, dan hormon serta bahan tambahan
seperti agar, gula, dan lain-lain. Zat pengatur tumbuh yang ditambahkan bervariasi,
baik jenisnya maupun jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari kultur jaringan
Kegiatan ini dilakukan di laminar air flow untuk menghindari adanya kontaminasi
adalah fase dimana eksplan akan menunjukan adanya pertumbuhan akar yang
menandai bahwa proses kultur jaringan yang dilakukan mulai berjalan dengan baik.
eksplan keluar dari ruangan aseptik ke bedeng. Pemindahan dilakukan secara hati-
hati dan bertahap, yaitu dengan memberikan sungkup. Sungkup digunakan untuk
melindungi bibit dari udara luar dan serangan hama penyakit (Ziraluo, 2021).
anggrek?
1.3 Tujuan
anggrek
BAB II
STERILISASI
media kultur, wadah kultur, dan sterilisasi semua peralatan yang digunakan dalam
kultur jaringan tanaman. Sterilisasi peralatan merupakan salah satu hal pertama
menjadi dua metode, yaitu metode sterilisasi basah (steam sterilization method) dan
prinsip uap air bertekanan. Metode sterilisasi basah juga dapat digunakan dalam
sterilisasi media dan cairan. Terdapat beberapa ketentuan peralatan yang dapat
FEP.
2. Peralatan yang terbuat dari kaca seperti botol kultur, gelas beker, Erlenmeyer,
dan pipet.
Suhu dan tekanan standar yang diperlukan dalam proses sterilisasi dengan
autoklaf dilakukan pada suhu tinggi dalam waktu singkat ataupun dengan suhu
rendah dalam waktu relatif lama. Pengaturan waktu pada metode sterilisasi basah
umumnya adalah 10-15 menit yang merupakan waktu efektif dalam membasmi dan
membunuh spora jamur dan bakteri yang dapat menjadi kontaminan saat dilakukan
tahap inisiasi. Hal ini sangat penting karena mempengaruhi keberhasilan
sterilisasi suhu panas kering. Sterilisasi ini membutuhkan waktu yang lebih lama
dan suhu yang lebih tinggi dari metode sterilisasi basah. Metode sterilisasi kering
digunakan untuk menghilangkan air pada peralatan dan sterilisasi peralatan yang
terbuat dari logam seperti spatula dan skalpel. Hal ini karena apabila peralatan yang
terbuat dari logam disterilkan dengan metode sterilisasi basah dapat menyebabkan
alat berkarat dan menjadi tumpul. Pada metode ini digunakan suhu yang sangat
tinggi selama beberapa jam untuk menghilangkan agen kontaminan pada kultur
jaringan seperti bakteri dan jamur. Oven bekerja dengan proses konduksi panas
panas hingga ke bagian tengah alat. Peralatan yang dapat disterilkan dengan metode
ini, yaitu:
1. Peralatan yang terbuat dari kaca seperti cawan petri, tabung reaksi, dan botol
kultur.
2. Peralatan yang terbuat dari logam seperti scalpel, gunting, pinset, mata pisau,
dan spatula.
Peralatan yang akan disterilkan lebih baik dibungkus terlebih dahulu dengan
menggunakan aluminium foil agar alat tidak tersentuh langsung dengan sumber
sterilisasi eksplan yang berasal dari luar atau lapang. Jika sterilisasi gagal maka
kegiatan selanjutnya tidak bisa dilakukan (tidak bermanfaat). Hal ini karena
mikroba akan berkompetisi dalam hal nutrisi dengan eksplan (Adawiyah dkk.,
bakteri dan jamur. Kontaminasi yang disebabkan oleh bakteri dapat diketahui
dengan adanya cairan lendir berwarna putih bening yang mengelilingi daerah
Kontaminasi yang disebabkan oleh jamur dapat diketahui dari munculnya hifa-hifa
pada media atau daerah sekitar eksplan, ada yang berwarna putih, hitam, hijau dan
yang tidak rapat sehingga spora-spora jamur dapat masuk, pengerjaan di Laminar
Air Flow Cabinet yang kurang berhati-hati dan bahan serta konsentrasi desinfektan
yang kurang tepat sehingga tidak mematikan kontaminan yang terdapat pada
eksplan. Kondisi seperti ini diperlukan bahan desinfektan yang cocok dengan
konsentrasi yang tepat untuk mensterilisasi eksplan (Nursyamsi dan Toaha, 2017).
kultur in vitro. Sterilisasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik secara fisik
maupun kimia. Secara fisik melalui suhu, tekanan, radiasi dan penyaringan,
jumlah dan jenis mikroorganisme, suhu, bahan organik terlarut dan pH yang
macam. Pemilihan sterilan dipengaruhi antara lain jenis tanaman, bagian tanaman
yang akan digunakan dan umur tanaman. Sterilan yang umum digunakan dalam
kultur jaringan antara lain alkohol 70% dengan waktu perendaman 0,5-1 menit,
menit, natrium hipoklorit (NaOCl) atau natrium hipoklorit dengan konsentrasi 1,5-
20% dengan waktu perendaman 5-20 menit, kalsium hipoklorit atau kaporit
fungisida yang mengandung zat aktif dan bakterisida (Nursyamsi dan Toaha, 2017).
teknik sterilisasi yang tepat. Kegiatan sterilisasi pada media bertujuan untuk
pertumbuhan eksplan menjadi tanaman utuh karena mikroba akan bersaing dengan
eksplan dalam menggunakan nutrisi pada media. Bahan desinfektan yang dapat
digunakan menjadi sterilisasi media dalam kultur jaringan, diantaranya yang umum
dikarenakan banyak protein, vitamin, asam amino, ekstrak tumbuhan, hormon, dan
karbohidrat yang mudah rusak maupun non aktif apabila dipanaskan. Porositas
membran filter yang digunakan tidak boleh lebih dari 0.2 mikron. Botol kultur
wadah media. Pada umumnya, filter terbuat dari selulosa asetat atau selulosa nitrat
dan tersedia dalam unit plastik sekali pakai yang telah disterilkan. Selama proses
virus yang berukuran lebih dari diameter pori. Adapun sterilisasi media
menggunakan otoklaf dilakukan pada tekanan 15 psi pada suhu 121 oC. Untuk
cairan dengan volume 100 ml atau lebih sedikit dibutuhkan waktu otoklaf selama
15-20 menit, sedangkan untuk volume cairan yang lebih besar seperti 2-4 liter,
dibutuhkan waktu sekitar 30-40 menit yang dimulai ketika mencapai suhu dan
tekanan yang ditentukan. Sterilisasi media dalam jumlah kecil dapat menggunakan
panci presto karena alat ini memiliki prinsip kerja yang sama dengan otoklaf
INISIASI
kultur dari eksplan yang bebas mikroorganisme serta inisiasi pertumbuhan baru.
Pada tahap ini mengusahakan kultur harus aseptik atau aksenik. Aseptik berarti
media steril, sterilisasi eksplan dan penanaman eksplan secara aseptik di media
steril. Tahap inisiasi dikatakan berhasil jika didapatkan kultur aseptik yang hidup
tahap selanjutnya. Bagian tanaman yang sering digunakan untuk kegiatan kultur
jaringan adalah tunas. Ada beberapa tipe jaringan yang digunakan sebagai eksplan
dalam pengerjaan kultur jaringan. Pertama adalah jaringan muda yang belum
memiliki kemampuan regenerasi yang tinggi. Jaringan tipe pertama ini ditemukan
pada tunas ucros, tunas aksiler, bagian tepi daun, ujung akar, maupun ucrose batang.
Tipe jaringan kedua adalah jaringan parenkim, yaitu jaringan penyusun tanaman
batang atau akar yang berfungsi sebagai tempat cadangan makanan (Ziraluo, 2021).
Kemudian cuci eksplan dengan sabun cair dan bilas menggunakan air mengalir.
Setelah itu, sterilkan eksplan dengan cara direndam di larutan fungisida selama 10-
selama 5-6 menit, lalu bilas dengan aquades. Kemudian eksplan direndam di larutan
scalpel dengan ukuran 1-2 cm, lalu disimpan di cawan petri. Selanjutnya siapkan
botol media untuk subkultur, buka penutupnya dan kemudian tanam eksplan dengan
menggunakan pinset. Lalu sterilkan kembali mulut botol, kemudian tutup kembali
dengan plastik dan diikat dengan karet 3-5 lilitan. Kemudian lapisi botol subkultur
dengan plastik wrap dan diberi label dengan keterangan nama eksplan, tanggal
inisiasi, media yang digunakan dan nama penanam. Terakhir simpan botol media
yang berisi eksplan di ruang inkubasi dengan suhu yang telah ditentukan.
Inisiasi yaitu suatu proses pengambilan eksplan dari bagian tanaman yang
somatik. Embriogenesis somatik adalah suatu rangkaian proses dimana sel-sel soma
dalam waktu yang singkat, tanpa melalui fase kalus dan memiliki tingkat kestabilan
langsung akan menghasilkan embrio somatik skala massal yang melalui fase kalus
somatik yang lebih tinggi. Eksplan yang digunakan dapat berupa aksis embrio
zigotik muda dan dewasa, kotiledon, mata tunas, epikotil maupun hipokotil.
Eksplan yang digunakan dapat berbeda tergantung jenis tanaman dan tahap
somatik adalah komposisi nutrisi pada media kultur. Nitrogen merupakan faktor
utama dalam memacu morfogenesis secara in vitro. 3) Gula, gula merupakan salah
satu komponen organik yang harus diberikan ke dalam media tumbuh. Gula
berfungsi disamping sebagai sumber karbon, juga berguna untuk mempertahankan
dibandingkan bagian tanaman yang lain Penggunaan eksplan daun pada kopi
Arabika dalam proses embriogenesis somatik telah banyak dilakukan (Ibrahim dkk,
Arabika tidak hanya dipengaruhi oleh jumlah planlet yang dihasilkan tetapi juga
dipengaruhi oleh proses aklimatisasi, dan lingkungan. Pada saat aklimatisasi, tunas
yang memiliki akar hasil perbanyakan embriogenesis somatik lebih lebih adaptif
dibandingkan tunas yang tidak memiliki akar. Teknik kultur jaringan memberikan
memproduksi bibit yang relatif seragam dalam skala besar, dengan waktu yang
lebih singkat, dan bebas hama penyakit (Rostiana dan Sewita, 2007).
BAB IV
MULTIPLIKASI
IV.1 Multiplikasi
faktor. Di antaranya adalah kualitas kalus yang dipindahkan, komposisi media dan
lingkungan kultur. Semua faktor ini bermuara pada sumber daya manusia yang
kalus yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut. Pertama, kalus sudah memiliki tekstur
yang padat dan seragam, tidak ada tanda kerusakan pada agregat kalus dan sudah
disebabkan kalus gagal beradaptasi pada media baru. Adaptasi pada media yang
baru ini , berhubungan dengan kandungan hara, yang masih tersedia pada sel
sebagai cadangan makanan. Selama masa adaptasi kalus belum bisa mengambil
hara, sampai pada kondisi adaptasi selesai. Selain pada kualitas kalus, hal penting
lainnya untuk keberhasilan multiplikasi adalah media (Heriansyah, 2020).
perkembangan kalus. Aspek komposisi media yang penting bagi pertumbuhan dan
karbohidrat atau gula, vitamin dan yang terpenting adalah kandungan ZPT. Zat
perkembangan kalus. ZPT yang berpengaruh adalah dari golongan auksin dan
sitokinin. Penggunaan ZPT pada media akan membuat kalus mampu beradaptasi.
Adaptasi ini juga diperkuat dengan adanya timin pada media. Sehingga secara
internal ZPT menstimulasi perkembangan secara eksternal timin pada media mulai
terserap. Selain faktor media, lingkungan juga memegang peranan penting. Faktor
cahaya. Cahaya juga akan berperan dalam mengatur kerja auksin, sehingga
perannya pada kalus akan terlihat jelas. Adapun faktor utama yang sangat
pelaksana itu sendiri. Prinsip sterilisasi harus dikuasai, sehingga kontaminasi tidak
Biji anggrek Dendrobium yang sudah ditanam pada tahap inisiasi akan
tumbuh menjadi planlet (bibit anggrek yang belum sempurna) dalam kurung waktu
3-4 minggu. Jika eksplan sudah berkembang dengan baik dan tumbuh menjadi
planlet, maka tahap selanjutnya yaitu dilakukan multiplikasi. Multiplikasi
memindahkan planlet yang masih kecil (planlet muda) dari medium lama ke dalam
medium baru yang dilakukan secara aseptis. Teknik dalam multiplikasi anggrek
berulang kali dengan menggunakan media dan zpt yang yang sama dengan media
Untuk itu perlu dilakukan prosedur kerja yang tepat dalam melakukan multiplikasi
laminar air flow (LAF) disterilkan dengan cara disemprot menggunakan alkohol
menit. Setelah lampu UV dimatikan, dinyalakan blower dan dinyalakan lampu kerja
(TL) dan dibuka kaca LAF. Disiapkan alat dan bahan. Sebelum bekerja di dalam
ruangan inokulasi dan LAF cuci tangan menggunakan detergen, semprot dengan
alkohol 70%, dan menggunakan masker. Dimasukkan botol kultur, botol eksplan,
cawan petri, dan bunsen ke dalam LAF. Siap melakukan pekerjaan subkultur.
Sebelum diambil bahan tanam (eksplan) dan melakukan penanaman, alat yang akan
digunakan (pinset, dan gunting) dicelupkan dalam alkohol 70% kemudian dilidah
apikan sampai alkohol yang melekat kering, setelah itu didinginkan sebentar,
bagian-bagian kecil tanaman anggrek yang daunnya masih berwarna hijau dengan
menggunakan pinset dan gunting. Buka tutup plastik pada botol kultur media
dengan hati hati dan diletakkan tutup tersebut disebelah kiri tempat kerja. Botol
media subkultur dipegang dengan tangan kiri dalam keadaan miring, mulut botol
dekat dengan api. Ambil eksplan yang telah dipotong kecil kecil pada cawan petri
dengan menggunakan pinset, kemudian tanam eksplan anggrek di botol kultur yang
baru. Kemudian tutup lagi dengan plastik, sebelum ditutup baiknya bagian dalam
tutup plastik dilidah apikan terlebih dulu. Ditutup botol kultur lalu dikencangkan
menggunakan karet gelang. Kemudian diberi cling wrap pada sisi mulut botol agar
bagian bukaan botol tertutup dengan rapat. Selanjutnya diberi label. Label berisi
jenis tanaman, tanggal subkultur dan nama yang melakukan subkultur. dilakukan
hal tersebut pada semua botol subkultur. Tanaman hasil subkultur diletakkan pada
rak dalam ruang inkubasi dengan cahaya lampu yang cukup. Dilakukan pengamatan
pertumbuhan tanaman subkultur setiap hari dan juga disemprot alkohol 70% pada
V.1 Inisiasi
berasal dari daun kopi arabika Coffea arabica yang telah disterilisasi sebelumnya.
Eksplan daun kopi arabika Coffea arabica tersebut dipotong dengan bagian pangkal
atas dan bawah serta dipisahkan dengan bagian tulang daun menggunakan gunting.
Bagian daun yang diambil merupakan bagian yang tidak memiliki memar setelah
sehingga membuat eksplan tidak dapat tumbuh. Setelah ditentukan bagian yang
akan diambil, daun dipotong berbentuk kubus dengan ukuran 1 cm. Kemudian
eksplan sebanyak 3 diletakkan di permukaan media yang telah dibuat dengan jarak
tertentu untuk menghindari ketika salah satu eksplan terkontaminasi eksplan lain
eksplan diletakkan kedalam botol kultur yang berisi media, eksplan akan diinkubasi
Pada pengamatan pertama, eksplan dari daun kopi arabika Coffea arabica
masih menunjukkan hal yang sama seperti saat pertama kali dilakukan inisiasi. Pada
pengamatan ini kultur daun dari eksplan daun kopi arabika Coffea arabica belum
diketahui setelah dilakukan inkubasi selama beberapa hari hal tersebut dikarenakan
bakteri ataupun jamur memerlukan waktu untuk melakukan perbanyakan sel atau
penelitian yang dilakukan oleh Junita dkk., (2021) bahwa jamur dan bakteri
jam hingga 2x24 jam untuk dapat diamati sedangkan jamur memerlukan waktu
yang lebih lama untuk tumbuh yakni 5x24 jam hingga 7x24 jam untuk tumbuh dan
dapat diamati.
Pada pengamatan kedua, salah satu kultur eksplan daun kopi arabika Coffea
arabica mengalami perubahan baik dari segi penampakan morfologi hingga dari
bau yang dihasilkan yang menandakan terjadi kontaminasi. Kontaminan pada salah
satu botol kultur berasal dari bakteri dan mikrofungi yang ditandai dengan
terbentuknya hifa di sekitar eskplan yang ditumbuhkan dan media menjadi sedikit
berlendir. Pernyataan tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nida
dkk., (2021) bahwa pada kontaminasi jamur terlihat hifa putih hingga hitam muncul
pada media ataupun pada bahan tanam, sedangkan kontaminasi oleh bakteri terlihat
cairan kental seperti lendir di sekitar bahan tanam maupun media yang merupakan
kumpulan massa bakteri. Kontaminasi yang terjadi disebabkan oleh faktor media
ataupun bahan tanam yang sterilisasinya kurang sempurna. Sterilisasi yang kurang
sempurna ini mengakibatkan tumbuhnya mikroba dalam media yang sangat kaya
akan nutrisi. Sehingga media yang terkontaminasi harus segera dipindahkan agar
Pada pengamatan ketiga, eksplan dari daun kopi arabika Coffea arabica
menandakan eksplan mulai tumbuh. hal tersebut sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Junairiah dkk., (2023) bahwa proses pertumbuhan dari suatu eksplan
membengkak, tumbuh kalus pada bagian permukaan atau bagian tepi eksplan.
nutrisi hara makro seperti nitrogen, fosfor, kalium, kalsium dan magnesium serta
unsur hara mikro seperti besi, mangan dan sebaginya yang dapat memicu untuk
kalus berwarna putih yang seiring berjalannya waktu berubah menjadi kecoklatan.
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Saepudin dkk., (2023) bahwa salah
satu penanda bahwa kultur suatu eksplan berhasil yakni ditandai dengan munculnya
kalus yang diawali dengan pembengkakan pada eksplan. Kalus yang tumbuh
ditandai dengan adanya gumpalan sel-sel kecil, berwarna putih pada bagian
perlukaan (bagian bekas irisan) yang kemudian menyebar pada permukaan luar
(2022) yang menyatakan bahwa tanda bahwa kalus telah beregenerasi yaitu adanya
perubahan warna dan adanya benjolan pada kalus. Ketika kalus yang ditanam pada
media melakukan regenerasi maka akan terjadi perubahan warna dari putih menjadi
yang merupakan calon tunas. Perubahan warna tersebut adalah tanda adanya
morfogenesis.
V.2 Multiplikasi
yang berasal dari anggrek Dendrobium yang telah disterilisasi sebelumnya. Eksplan
sebanyak 1-2 eksplan diletakkan kepermukaan media yang telah dibuat dengan
jarak tertentu untuk menghindari ketika salah satu eksplan terkontaminasi eksplan
eksplan diletakkan kedalam botol kultur yang berisi media, eksplan akan disimpan
di rak-rak yang steril dengan suhu kamar selama beberapa hari untuk melihat
pengamatan ini kultur dari eksplan tunas anggrek Dendrobium belum menunjukkan
oleh Wulandari dkk., (2021) bahwa media kultur jaringan juga sesuai untuk
membutuhkan waktu 1x24 jam hingga 2x24 jam untuk dapat diamati
keberadaannya pada meida kultur sedangkan jamur memerlukan waktu yang lebih
lama untuk tumbuh yakni 5x24 jam hingga 7x24 jam untuk tumbuh dan dapat
diamati keberdaanya.
BAB VI
PENUTUP
VI. 1 Kesimpulan
potongan akar, batang atau daun tumbuhan yang mempunyai sel yang masih terus
plasma nutfah yang hampir punah dan membantu memperbaiki sifat tanaman.
Tahapan kultur jaringan yaitu persiapan alat dan bahan, sterilisasi, multiplikasi, dan
aklimatisasi. Pada kultur jaringan tahap inisiasi digunakan sampel berupa daun
kopi arabika dan tahap multiplikasi digunakan eksplan tunas anggrek. Berdasarkan
hasil pengamatan keempat tahap inisiasi diperoleh hasil bahwa kultur eksplan telah
VI. Saran
perbaikan dengan menggunakan pedoman beberapa sumber dan kritik yang bisa
membangun dari para pembaca. Dengan ini penulis mengucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Adawiyah, A., Supriyatna, A., Amalia, N.N., Muhsin, M.E., 2021, Optimasi
Sterilisasi Eksplan Umbi dan Bulbil Porang (Amorphopalus muelleri
Blume.) pada Kultur In Vitro, AGROSCRIPT, 3(2):121-131.
Dewati, P., Handoko, F. dan Sasmita, H.D. 2020. Pelatihan Budidaya Anggrek
Secara In Vitro. LP3DI Press: Wonorejo.
Ibrahim, M. S. D., Hartati, R. S., Rubiyo., Purwito, A., dan Sudarsono. 2013.
Induksi Kalus Embriogenik Dan Daya Regenerasi Kopi Arabika
Menggunakan 2,4-Dichlorophenoxyacetic Acid dan 6-Benzyladenine.
Jurnal Buletin RISTRI, 4(2): 92.
Junita, A., Afridayanti, N., dan Nurhayani, N. 2021. Dampak Tempat Penyimpanan
Jamur Sebagai Koleksi Biakan Murni di Laboratorium Untuk
Ketersediaan Bahan Praktikum. Jurnal Biologi Tropik, 9(1): 826-834.
Nida, K., Luaeliyah, M., Nurchayati, Y., Izzati, M., dan Setiari, N. 2021.
Pertumbuhan Kecambah Kentang (Solanum tuberosum L.) secara In Vitro
pada Konsentrasi NaClO dan Waktu Sterilisasi yang Berbeda. Life
Science, 10(1): 12-22.
Nursyamsi, N., dan Toaha, A. Q. 2017. Tahapan Sterilisasi dan Skarifikasi Benih
Kayu Kuku (Pericopsis mooniana THW) untuk Mempercepat
Perkecambahan Secara In Vitro. Buletin Eboni, 14 (1), 11-21.
Putri, A, B, S., Hajrah, Armita, D., dan Tambunan, I, R. 2021. Teknik Kultur
Jaringan untuk Perbanyakan dan Konservasi Tanaman Kentang (Solanum
tuberosum L.) Secara in Vitro. Jurnal Mahasiswa Biologi. 1(2): 69-76.
Rostiana, O. dan D. Seswita 2007. Pengaruh Indole Butyric Acid dan Naphtaleine
Acetic Acid Terhadap Induksi Perakaran Tunas Piretrum
(Chrysanthemum cinerariifolium (Trevir.)Vis.)
Sarvina, Y., June, T., Surmaini, E., Nurmalina, R. dan Hadi, S.S., 2020. Strategi
peningkatan produktivitas kopi serta adaptasi terhadap variabilitas dan
perubahan iklim melalui kalender budidaya. Jurnal Sumberdaya Lahan,
14(2), pp.65-78.
Saepudin, A., Amilin, A., Undang, U., dan Sudartini, T. 2023. Kultur In Vitro
Pisang Cavendish (Musa acuminata L.) Pada Media Dengan Konsentrasi
Berbeda Ekstrak Jambu Batu Dan Benzyl Amino Purine. Paspalum:
Jurnal Ilmiah Pertanian, 11(1): 87-94.
Wulandari, S., Nisa, Y. S., Taryono, T., Indarti, S., & Sayekti, R. S., 2021,
Sterilisasi Peralatan dan Media Kultur Jaringan. Agrotechnology
Innovation (Agrinova), 4(2): 16-19.
Yuniardi, F. 2019. Aplikasi Dimmer Switch pada Rak Kultur Sebagai Pengatur
Kebutuhan Intensitas Cahaya Optimum Bagi Tanaman In Vitro. Indonesia
Journal of Laboratory. 2 (1): 8-13.