Anda di halaman 1dari 31

PRAKTIKUM KULTUR JARINGAN TANAMAN

OLEH KELOMPOK 2A

NURANI PUTRI MAHMUDAH DULLAH H041211019


NURFADHILAH AZIS H041211021
NATALIA TANDI RERUNG H041211027
ST. MASRURAH M. BAFADHAL H041211043
ST. MUTMAINNAH INGRA SAKINNAH H041211050
NURUL ISTIQAMAH H041211053
RARA PUTRI AULIA H041211069
NURUL AINI ZAHRA YUSUF H041211073
MUH. AKZA ASIS H041211079
UMI QALSUM H041211085
NOVI SABRINA H041211090

LABORATORIUM KULTUR JARINGAN


DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Praktikum Kultur Jaringan
Tumbuhan.
Dalam makalah ini, kami membahas mengenai praktikum kultur jaringan
tumbuhan yang kami lakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin. Praktikum ini
bertujuan untuk mempelajari teknik kultur jaringan tumbuhan, mulai dari persiapan
media, sterilisasi, inisiasi, multiplikasi hingga pemeliharaan tanaman kultur
jaringan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Makassar, 25 November 2023

Kelompok 2A
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………… 2
DAFTAR ISI……………………………………………………………………...3
BAB I
PENDAHULUAN………………………………………………………………...4
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………. 4
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………… 6
1.3 Tujuan……………………………………………………………………...7
BAB II 8
STERILISASI……………………………………………………………………. 8
II.1 Sterilisasi Alat……………………………………………………………..8
II. 2 Sterilisasi Eksplan……………………………………………………... 10
II.3 Sterilisasi Media………………………………………………………… 11
BAB III 13
INISIASI………………………………………………………………………... 13
III.1 Pengertian Inisiasi……………………………………………………… 13
III.2 Inisiasi Kopi……………………………………………………………. 15
BAB IV 17
MULTIPLIKASI……………………………………………………………….. 17
IV.1 Multiplikasi……………………………………………………………..17
IV. 2 Multiplikasi Tanaman Anggrek……………………………………….. 18
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………………………22
V.1 Inisiasi…………………………………………………………………... 22
V.2 Multiplikasi……………………………………………………………... 26
BAB VI 28
PENUTUP………………………………………………………………………. 28
VI. 1 Kesimpulan…………………………………………………………… 28
VI. Saran……………………………………………………………………...28
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………... 29
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama dalam bidang ilmu

biologi mengalami peningkatan terus-menerus terutama dalam bidang

bioteknologi. Salah satu metode yang terus mengalami perkembangan dengan

begitu cepat dan signifikan adalah kultur jaringan tanaman. Kultur jaringan

tanaman merupakan salah satu metode untuk memperbanyak tanaman dengan

menggunakan organ atau bagian tanaman dalam suatu botol kultur yang berisi

media khusus dalam kondisi yang bebas dari mikroorganisme seperti bakteri dan

jamur (Yuniardi, 2019). Di Indonesia kultur jaringan sudah cukup mengalami

perkembangan. Hal ini terlihat dari banyaknya lembaga penelitian dan perguruan

tinggi yang melakukan penelitian dan pengembangan kultur jaringan. Berdasarkan

data dari Kementerian Pertanian, pada tahun 2022, terdapat sekitar 100

laboratorium kultur jaringan yang tersebar di seluruh Indonesia. Selain itu, sudah

banyak pula industri di Indonesia yang menggunakan teknik kultur jaringan untuk

memproduksi tanaman, terutama tanaman yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan

untuk dapat memenuhi kebutuhan pangan masyarakat.

Kultur jaringan tumbuhan dapat dilakukan dengan mengambil bagian atau

potongan akar, batang atau daun tumbuhan yang mempunyai sel yang masih terus

melakukan pertumbuhan. Kelebihan dari perbanyakan melalui kultur jaringan yaitu

bibit yang dihasilkan seragam, cepat, dalam skala besar, bibit memiliki sifat yang

sama dengan induknya dan bebas dari virus. Selain digunakan untuk

perbanyakan tanaman, kultur jaringan mempunyai fungsi lain yaitu untuk produksi
metabolit sekunder, pelestarian plasma nutfah yang hampir punah dan membantu

memperbaiki sifat tanaman (Putri dkk, 2021). Pada pelaksanaannya kultur jaringan

perlu memenuhi syarat-syarat tertentu seperti laboratorium dilengkapi dengan

semua peralatan kerja, fasilitas untuk mendukung terciptanya kondisi steril yang

terkendali, dan fasilitas dasar lain (Yuniardi, 2019).

Jenis tanaman yang sering digunakan dalam kultur jaringan yaitu tanaman

kopi dan juga anggrek. Kopi merupakan komoditas perkebunan utama Indonesia.

Pertanian kopi di Indonesia sebagian besar adalah perkebunan kopi rakyat (96,06%)

yang melibatkan sekitar 1,7 juta petani. Kopi dibudidayakan hampir di seluruh

wilayah Indonesia namun provinsi utama penghasil kopi di Indonesia adalah Aceh,

Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan.

Usaha tani kopi berkontribusi terhadap perekonomian nasional sebagai sumber

devisa, pendapatan petani, penciptaan lapangan kerja, pengembangan wilayah,

pendorong agribisnis dan agroindustri serta dapat mendukung konservasi

lingkungan (Sarvina dkk., 2020).

Tanaman anggrek merupakan tanaman hias yang mempunyai spesies

terbanyak dibandingkan tanaman hias lainnya. Tanaman ini mampu bertahan hidup

dari suhu minus sampai tinggi seperti di gurun. Oleh karenanya, luasan penyebaran

anggrek dari dataran tinggi hingga dataran rendah. Kemampuan adaptasi dan

pertumbuhan juga membuat tanaman anggrek mampu hidup dari tropis sampai

daerah kutub dimana daerah tropis adalah daerah yang memiliki keanekaragaman

jenis anggrek. Anggrek Indonesia yang beragam jenis dengan kecantikan warnanya

sangat dikagumi oleh masyarakat internasional. Tercatat berjumlah kurang lebih

5.000 spesies dan setengahnya dari jumlah tersebut yaitu kurang lebih 3.000 spesies

berada di tanah Papua (Anggraeni, 2020).


Metode yang sering digunakan dalam kultur jaringan yaitu mulai dari

Sterilisasi, Sterilisasi adalah bahwa segala kegiatan dalam kultur jaringan harus

dilakukan di tempat yang steril, yaitu dilaminar flow dan menggunakan alat-alat

yang juga steril. Kemudian pembuatan media. Media merupakan ucros penentu

dalam perbanyakan dengan kultur jaringan. Komposisi media yang digunakan

tergantung dengan jenis tanaman yang akan diperbanyak. Media yang digunakan

biasanya terdiri dari garam mineral, vitamin, dan hormon serta bahan tambahan

seperti agar, gula, dan lain-lain. Zat pengatur tumbuh yang ditambahkan bervariasi,

baik jenisnya maupun jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari kultur jaringan

yang dilakukan. Selanjutnya Inisiasi, Inisiasi adalah pengambilan eksplan dari

bagian tanaman yang akan dikulturkan. Kemudian Multiplikasi, Multiplikasi adalah

kegiatan memperbanyak calon tanaman dengan menanam eksplan pada media.

Kegiatan ini dilakukan di laminar air flow untuk menghindari adanya kontaminasi

yang menyebabkan gagalnya pertumbuhan eksplan. Lalu Pengakaran, Pengakaran

adalah fase dimana eksplan akan menunjukan adanya pertumbuhan akar yang

menandai bahwa proses kultur jaringan yang dilakukan mulai berjalan dengan baik.

Dan yang terakhir yaitu Aklimatisasi, Aklimatisasi adalah kegiatan memindahkan

eksplan keluar dari ruangan aseptik ke bedeng. Pemindahan dilakukan secara hati-

hati dan bertahap, yaitu dengan memberikan sungkup. Sungkup digunakan untuk

melindungi bibit dari udara luar dan serangan hama penyakit (Ziraluo, 2021).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu kultur jaringan tanaman ?

2. Bagaimana tahapan dan metode dalam kultur jaringan tanaman ?

3. Bagaimana potensi pengembangan kultur jaringan pada tanaman kopi dan

anggrek?
1.3 Tujuan

1. Mengetahui apa itu kultur jaringan tumbuhan

2. Mengetahui bagaimana tahapan kultur jaringan tanaman

3. Mengetahui potensi pengembangan kultur jaringan pada tanaman kopi dan

anggrek
BAB II

STERILISASI

II.1 Sterilisasi Alat

Persiapan dan pemeliharaan sistem kultur jaringan memerlukan sterilisasi

media kultur, wadah kultur, dan sterilisasi semua peralatan yang digunakan dalam

kultur jaringan tanaman. Sterilisasi peralatan merupakan salah satu hal pertama

yang dilakukan sebelum melakukan kultur tanaman. Sterilisasi peralatan dibagi

menjadi dua metode, yaitu metode sterilisasi basah (steam sterilization method) dan

metode sterilisasi kering (Dry sterilization method) (Wulandari dkk., 2021).

II.1.1 Metode Sterilisasi Basah (steam sterilization method)

Metode sterilisasi basah dilakukan dengan menggunakan autoklaf dengan

prinsip uap air bertekanan. Metode sterilisasi basah juga dapat digunakan dalam

sterilisasi media dan cairan. Terdapat beberapa ketentuan peralatan yang dapat

disterilkan dengan metode ini, yaitu:

1. Peralatan yang terbuat dari plastik berkualitas tinggi seperti polypropylene,

polymethylpentene, polyallomer, polytetrafluoroethylene (PTFE), dan Teflon

FEP.

2. Peralatan yang terbuat dari kaca seperti botol kultur, gelas beker, Erlenmeyer,

dan pipet.

Suhu dan tekanan standar yang diperlukan dalam proses sterilisasi dengan

autoklaf dilakukan pada suhu tinggi dalam waktu singkat ataupun dengan suhu

rendah dalam waktu relatif lama. Pengaturan waktu pada metode sterilisasi basah

umumnya adalah 10-15 menit yang merupakan waktu efektif dalam membasmi dan

membunuh spora jamur dan bakteri yang dapat menjadi kontaminan saat dilakukan
tahap inisiasi. Hal ini sangat penting karena mempengaruhi keberhasilan

pertumbuhan eksplan dengan tanpa terjadi kontaminasi pada media pertumbuhan

tanaman (Wulandari dkk., 2021).

II.1.2 Metode Sterilisasi Kering (Dry sterilization method)

Metode sterilisasi kering umumnya menggunakan oven pada prinsip

sterilisasi suhu panas kering. Sterilisasi ini membutuhkan waktu yang lebih lama

dan suhu yang lebih tinggi dari metode sterilisasi basah. Metode sterilisasi kering

digunakan untuk menghilangkan air pada peralatan dan sterilisasi peralatan yang

terbuat dari logam seperti spatula dan skalpel. Hal ini karena apabila peralatan yang

terbuat dari logam disterilkan dengan metode sterilisasi basah dapat menyebabkan

alat berkarat dan menjadi tumpul. Pada metode ini digunakan suhu yang sangat

tinggi selama beberapa jam untuk menghilangkan agen kontaminan pada kultur

jaringan seperti bakteri dan jamur. Oven bekerja dengan proses konduksi panas

yaitu memanaskan permukaan luar peralatan terlebih dahulu, kemudian menyerap

panas hingga ke bagian tengah alat. Peralatan yang dapat disterilkan dengan metode

ini, yaitu:

1. Peralatan yang terbuat dari kaca seperti cawan petri, tabung reaksi, dan botol

kultur.

2. Peralatan yang terbuat dari logam seperti scalpel, gunting, pinset, mata pisau,

dan spatula.

Peralatan yang akan disterilkan lebih baik dibungkus terlebih dahulu dengan

menggunakan aluminium foil agar alat tidak tersentuh langsung dengan sumber

panas (Wulandari dkk., 2021).


II. 2 Sterilisasi Eksplan

Sterilisasi sangat menentukan keberhasilan kultur jaringan terutama

sterilisasi eksplan yang berasal dari luar atau lapang. Jika sterilisasi gagal maka

kegiatan selanjutnya tidak bisa dilakukan (tidak bermanfaat). Hal ini karena

mikroba akan berkompetisi dalam hal nutrisi dengan eksplan (Adawiyah dkk.,

2021). Kegagalan dalam sterilisasi organ maupun jaringan tanaman akan

menyebabkan kontaminasi. Kontaminasi pada eksplan dapat terjadi karena adanya

bakteri dan jamur. Kontaminasi yang disebabkan oleh bakteri dapat diketahui

dengan adanya cairan lendir berwarna putih bening yang mengelilingi daerah

sekitar eksplan yang akan menghambat pertumbuhan dari eksplan tersebut.

Kontaminasi yang disebabkan oleh jamur dapat diketahui dari munculnya hifa-hifa

pada media atau daerah sekitar eksplan, ada yang berwarna putih, hitam, hijau dan

kuning keemasan kemudian menyebar ke seluruh permukaan eksplan. Ada

beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kontaminasi misalnya; tutup botol

yang tidak rapat sehingga spora-spora jamur dapat masuk, pengerjaan di Laminar

Air Flow Cabinet yang kurang berhati-hati dan bahan serta konsentrasi desinfektan

yang kurang tepat sehingga tidak mematikan kontaminan yang terdapat pada

eksplan. Kondisi seperti ini diperlukan bahan desinfektan yang cocok dengan

konsentrasi yang tepat untuk mensterilisasi eksplan (Nursyamsi dan Toaha, 2017).

Tahap sterilisasi permukaan eksplan merupakan tahap awal perkembangan

kultur in vitro. Sterilisasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik secara fisik

maupun kimia. Secara fisik melalui suhu, tekanan, radiasi dan penyaringan,

misalnya sterilisasi, pembakaran atau sanitasi. Secara kimia melalui perubahan

komposisi molekul misalnya dengan senyawa senyawa fenolik, alkohol, klor,


iodium, dan etilen oksida. Keefektifan zat antimikrobial tergantung konsentrasi,

jumlah dan jenis mikroorganisme, suhu, bahan organik terlarut dan pH yang

sesuai(Adawiyah dkk., 2021).

Sterilan yang umum digunakan untuk sterilisasi eksplan ada beberapa

macam. Pemilihan sterilan dipengaruhi antara lain jenis tanaman, bagian tanaman

yang akan digunakan dan umur tanaman. Sterilan yang umum digunakan dalam

kultur jaringan antara lain alkohol 70% dengan waktu perendaman 0,5-1 menit,

sublimat (HgCl2) dengan konsentrasi 0,01-0,05% dan waktu perendaman 10-20

menit, natrium hipoklorit (NaOCl) atau natrium hipoklorit dengan konsentrasi 1,5-

20% dengan waktu perendaman 5-20 menit, kalsium hipoklorit atau kaporit

(CaOCl), dan hidrogen peroksida (H2O2). Sterilan NaOCl dengan komposisi 20 ml

NaOCl dicampur aquades 80 ml telah digunakan untuk mensterilisasi benih

saninten (Castanopsis argentea). Selain bahan-bahan kimia, dapat juga digunakan

fungisida yang mengandung zat aktif dan bakterisida (Nursyamsi dan Toaha, 2017).

II.3 Sterilisasi Media

Sterilisasi media bertujuan mencegah kontaminasi, dengan cara dilakukan

teknik sterilisasi yang tepat. Kegiatan sterilisasi pada media bertujuan untuk

mengeliminasi patogen atau cendawan yang mungkin terbawa saat pengambilan

eksplan, yang dapat menimbulkan kontaminasi sehingga menghambat

pertumbuhan eksplan menjadi tanaman utuh karena mikroba akan bersaing dengan

eksplan dalam menggunakan nutrisi pada media. Bahan desinfektan yang dapat

digunakan menjadi sterilisasi media dalam kultur jaringan, diantaranya yang umum

dikenal adalah HgCl2 dan NaClO (Sulistiyo dkk., 2018).


Sterilisasi media dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode, yaitu

menggunakan membran filtrasi di bawah tekanan positif dan menggunakan otoklaf.

Sterilisasi media menggunakan filter menjadi alternatif yang dapat dipilih

dikarenakan banyak protein, vitamin, asam amino, ekstrak tumbuhan, hormon, dan

karbohidrat yang mudah rusak maupun non aktif apabila dipanaskan. Porositas

membran filter yang digunakan tidak boleh lebih dari 0.2 mikron. Botol kultur

terlebih dahulu disterilisasi menggunakan otoklaf sebelum digunakan sebagai

wadah media. Pada umumnya, filter terbuat dari selulosa asetat atau selulosa nitrat

dan tersedia dalam unit plastik sekali pakai yang telah disterilkan. Selama proses

sterilisasi, membran filter akan menghambat semua partikel, mikroorganisme, dan

virus yang berukuran lebih dari diameter pori. Adapun sterilisasi media

menggunakan otoklaf dilakukan pada tekanan 15 psi pada suhu 121 oC. Untuk

cairan dengan volume 100 ml atau lebih sedikit dibutuhkan waktu otoklaf selama

15-20 menit, sedangkan untuk volume cairan yang lebih besar seperti 2-4 liter,

dibutuhkan waktu sekitar 30-40 menit yang dimulai ketika mencapai suhu dan

tekanan yang ditentukan. Sterilisasi media dalam jumlah kecil dapat menggunakan

panci presto karena alat ini memiliki prinsip kerja yang sama dengan otoklaf

(Wulandari dkk., 2021).


BAB III

INISIASI

III.1 Pengertian Inisiasi

Inisiasi adalah pengambilan eksplan dari bagian tanaman yang akan

dikulturkan. Inisiasi kultur adalah propagasi secara in vitro dengan pembuatan

kultur dari eksplan yang bebas mikroorganisme serta inisiasi pertumbuhan baru.

Pada tahap ini mengusahakan kultur harus aseptik atau aksenik. Aseptik berarti

bebas dari mikroorganisme, sedangkan aksenik berarti bebas dari mikroorganisme

yang tidak diinginkan (Mintarjo, 2016). Inisiasi kultur bertujuan untuk

mendapatkan kultur eksplan yang aseptik atau terbebas dari kontaminasi

mikroorganisme. Kegiatan terpenting pada tahap inisiasi ini adalah pembuatan

media steril, sterilisasi eksplan dan penanaman eksplan secara aseptik di media

steril. Tahap inisiasi dikatakan berhasil jika didapatkan kultur aseptik yang hidup

dan menunjukkan pertumbuhan awal eksplan (Yusnita, 2015).

Dalam tahap inisiasi, eksplan yang dikulturkan akan menginisiasi

pertumbuhan baru, sehingga akan memungkinkan dilakukannya pemilihan bagian

tanaman yang tumbuhnya paling kuat untuk perbanyakan (multiplikasi) kultur

tahap selanjutnya. Bagian tanaman yang sering digunakan untuk kegiatan kultur

jaringan adalah tunas. Ada beberapa tipe jaringan yang digunakan sebagai eksplan

dalam pengerjaan kultur jaringan. Pertama adalah jaringan muda yang belum

mengalami diferensiasi dan masih aktif membelah (meristematik) sehingga

memiliki kemampuan regenerasi yang tinggi. Jaringan tipe pertama ini ditemukan

pada tunas ucros, tunas aksiler, bagian tepi daun, ujung akar, maupun ucrose batang.

Tipe jaringan kedua adalah jaringan parenkim, yaitu jaringan penyusun tanaman

muda yang sudah mengalami diferensiasi dan menjalankan fungsinya. Contoh


jaringan tersebut adalah jaringan daun yang sudah berfotosintesis dan jaringan

batang atau akar yang berfungsi sebagai tempat cadangan makanan (Ziraluo, 2021).

Prosedur kerja inisiasi yaitu pertama-tama siapkan alat dan bahan.

Kemudian cuci eksplan dengan sabun cair dan bilas menggunakan air mengalir.

Setelah itu, sterilkan eksplan dengan cara direndam di larutan fungisida selama 10-

12 menit, lalu bilas dengan aquades. Perendaman kembali dilakukan di alkohol

selama 5-6 menit, lalu bilas dengan aquades. Kemudian eksplan direndam di larutan

natrium hipoklorit dan dibilas dengan aquades. Potong eksplan menggunakan

scalpel dengan ukuran 1-2 cm, lalu disimpan di cawan petri. Selanjutnya siapkan

botol media untuk subkultur, buka penutupnya dan kemudian tanam eksplan dengan

menggunakan pinset. Lalu sterilkan kembali mulut botol, kemudian tutup kembali

dengan plastik dan diikat dengan karet 3-5 lilitan. Kemudian lapisi botol subkultur

dengan plastik wrap dan diberi label dengan keterangan nama eksplan, tanggal

inisiasi, media yang digunakan dan nama penanam. Terakhir simpan botol media

yang berisi eksplan di ruang inkubasi dengan suhu yang telah ditentukan.

Gambar 1. Sterilisasi Eksplan Gambar 2. Pemotongan Eksplan

Gambar 3. Penanaman eksplan pada Gambar 4. Eksplan disimpan dirak


media kultur inkubasi
III.2 Inisiasi Kopi

Inisiasi yaitu suatu proses pengambilan eksplan dari bagian tanaman yang

akan dilakukan pada proses pengkulturan. Metode perbanyakan vegetatif tanaman

kopi dengan memanfaatkan teknik kultur jaringan yaitu metode embriogenesis

somatik. Embriogenesis somatik adalah suatu rangkaian proses dimana sel-sel soma

berkembang menjadi embrio tanpa fusi gamet. Embriogenesis somatik dibedakan

menjadi dua jalur, yaitu embriogenesis somatik langsung (direct somatic

embryogenesis) dan embriogenesis somatik tidak langsung (indirect somatic

embryogenesis). Embriogenesis somatik langsung akan menghasilkan embrio

dalam waktu yang singkat, tanpa melalui fase kalus dan memiliki tingkat kestabilan

genomik yang tinggi. Sedangkan pada embriogenesis somatik secara tidak

langsung akan menghasilkan embrio somatik skala massal yang melalui fase kalus

embriogenik (Ibrahim dkk, 2013).

Menurut Purnamaningsih (2002), faktor yang mempengaruhi

pembentukan embrio somatik adalah: 1) Jenis eksplan, penggunaan eksplan yang

bersifat meristematik umumnya memberikan keberhasilan pembentukan embrio

somatik yang lebih tinggi. Eksplan yang digunakan dapat berupa aksis embrio

zigotik muda dan dewasa, kotiledon, mata tunas, epikotil maupun hipokotil.

Eksplan yang digunakan dapat berbeda tergantung jenis tanaman dan tahap

perkembangan dari eksplan. 2) Sumber nitrogen, embriogenesis 9 somatik

mengalami proses perkembangan morfologi seperti yang terjadi pada embrio

zigotik. Faktor yang penting dalam induksi dan perkembangan embriogenesis

somatik adalah komposisi nutrisi pada media kultur. Nitrogen merupakan faktor

utama dalam memacu morfogenesis secara in vitro. 3) Gula, gula merupakan salah

satu komponen organik yang harus diberikan ke dalam media tumbuh. Gula
berfungsi disamping sebagai sumber karbon, juga berguna untuk mempertahankan

tekanan osmotik media. 4) ZPT (Zat pengatur tumbuh).

Perbanyakan melalui embriogenesis somatik dari berbagai jenis eksplan

telah dilakukan dengan menggunakan kultur anther, meristem, biji, hipokotil,

epikotil, akar, dan daun. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa penggunaan

eksplan daun kopi paling responsif dalam menghasilkan embrio somatik

dibandingkan bagian tanaman yang lain Penggunaan eksplan daun pada kopi

Arabika dalam proses embriogenesis somatik telah banyak dilakukan (Ibrahim dkk,

2013). Kesuksesan teknik embriogenesis somatik dalam perbanyakan tanaman kopi

Arabika tidak hanya dipengaruhi oleh jumlah planlet yang dihasilkan tetapi juga

dipengaruhi oleh proses aklimatisasi, dan lingkungan. Pada saat aklimatisasi, tunas

yang memiliki akar hasil perbanyakan embriogenesis somatik lebih lebih adaptif

dibandingkan tunas yang tidak memiliki akar. Teknik kultur jaringan memberikan

alternatif dalam perbanyakan bibit kopi. Teknik ini memungkinkan untuk

memproduksi bibit yang relatif seragam dalam skala besar, dengan waktu yang

lebih singkat, dan bebas hama penyakit (Rostiana dan Sewita, 2007).
BAB IV

MULTIPLIKASI

IV.1 Multiplikasi

Multiplikasi merupakan teknik perbanyakan tanaman pasca kultur perdana,

yang bertujuan untuk menambah jumlah individu. Dalam multiplikasi penambahan

jumlah sel yang mengalami embriogenesis masih sangat memungkinkan sehingga

proses perkembangan kalus, menjadi berganda menjadi tujuan utama multiplikasi

(Heriansyah, 2020). Keberhasilan dalam multiplikasi dipengaruhi oleh beberapa

faktor. Di antaranya adalah kualitas kalus yang dipindahkan, komposisi media dan

lingkungan kultur. Semua faktor ini bermuara pada sumber daya manusia yang

melakukan multiplikasi. Sehingga faktor terbesar yang dapat mempengaruhi

keberhasilan multiplikasi adalah skill dari SDM yang melakukan prosedur

multiplikasi (Heriansyah, 2020).

Kualitas kalus yang akan digunakan untuk teknik multiplikasi, merupakan

kalus yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut. Pertama, kalus sudah memiliki tekstur

yang padat dan seragam, tidak ada tanda kerusakan pada agregat kalus dan sudah

mengalami perubahan warna. Permasalahan yang muncul ketika kualitas kalus

rendah adalah gagalnya proses multiplikasi. Kegagalan dalam multiplikasi ini

disebabkan kalus gagal beradaptasi pada media baru. Adaptasi pada media yang

baru ini , berhubungan dengan kandungan hara, yang masih tersedia pada sel

sebagai cadangan makanan. Selama masa adaptasi kalus belum bisa mengambil

hara, sampai pada kondisi adaptasi selesai. Selain pada kualitas kalus, hal penting
lainnya untuk keberhasilan multiplikasi adalah media (Heriansyah, 2020).

Komposisi yang akan digunakan sebagai media multiplikasi memegang

peranan sangat penting karena akan menentukan arah pertumbuhan dan

perkembangan kalus. Aspek komposisi media yang penting bagi pertumbuhan dan

perkembangan kalus adalah kandungan hara, kepadatan media, kandungan

karbohidrat atau gula, vitamin dan yang terpenting adalah kandungan ZPT. Zat

pengatur tumbuh pada media, menjadi kemudi dalam menentukan arah

perkembangan kalus. ZPT yang berpengaruh adalah dari golongan auksin dan

sitokinin. Penggunaan ZPT pada media akan membuat kalus mampu beradaptasi.

Adaptasi ini juga diperkuat dengan adanya timin pada media. Sehingga secara

internal ZPT menstimulasi perkembangan secara eksternal timin pada media mulai

terserap. Selain faktor media, lingkungan juga memegang peranan penting. Faktor

lingkungan yang berpengaruh terhadap keberhasilan multiplikasi adalah faktor

cahaya. Cahaya juga akan berperan dalam mengatur kerja auksin, sehingga

perannya pada kalus akan terlihat jelas. Adapun faktor utama yang sangat

berpengaruh terhadap keberhasilan multiplikasi adalah skill dan ketelitian

pelaksana itu sendiri. Prinsip sterilisasi harus dikuasai, sehingga kontaminasi tidak

akan menjadi penghambat pertumbuhan kalus (Heriansyah, 2020).

IV. 2 Multiplikasi Tanaman Anggrek

Biji anggrek Dendrobium yang sudah ditanam pada tahap inisiasi akan

tumbuh menjadi planlet (bibit anggrek yang belum sempurna) dalam kurung waktu

3-4 minggu. Jika eksplan sudah berkembang dengan baik dan tumbuh menjadi
planlet, maka tahap selanjutnya yaitu dilakukan multiplikasi. Multiplikasi

merupakan tahapan untuk memperbanyak tanaman anggrek dengan cara

memindahkan planlet yang masih kecil (planlet muda) dari medium lama ke dalam

medium baru yang dilakukan secara aseptis. Teknik dalam multiplikasi anggrek

adalah untuk memisahkan, memotong, membelah dan menanam kembali eksplan

yang telah tumbuh sehingga jumlah tanamannya dapat bertambah banyak.

Kemampuan multiplikasi tanaman akan meningkat apabila biakan di subkultur

berulang kali dengan menggunakan media dan zpt yang yang sama dengan media

awal inisiasi. Namun perlu juga diperhatikan, walaupun subkultur dapat

meningkatkan faktor multiplikasi, dapat juga meningkatkan terjadinya mutasi.

Untuk itu perlu dilakukan prosedur kerja yang tepat dalam melakukan multiplikasi

tanaman anggrek (Dewanti dkk., 2020).

Prosedur kerja dalam multiplikasi tanaman anggrek yaitu yang pertama

laminar air flow (LAF) disterilkan dengan cara disemprot menggunakan alkohol

70% kemudian dilap. Kemudian dinyalakan lampu UV selama kurang lebih 30

menit. Setelah lampu UV dimatikan, dinyalakan blower dan dinyalakan lampu kerja

(TL) dan dibuka kaca LAF. Disiapkan alat dan bahan. Sebelum bekerja di dalam

ruangan inokulasi dan LAF cuci tangan menggunakan detergen, semprot dengan

alkohol 70%, dan menggunakan masker. Dimasukkan botol kultur, botol eksplan,

cawan petri, dan bunsen ke dalam LAF. Siap melakukan pekerjaan subkultur.

Sebelum diambil bahan tanam (eksplan) dan melakukan penanaman, alat yang akan

digunakan (pinset, dan gunting) dicelupkan dalam alkohol 70% kemudian dilidah

apikan sampai alkohol yang melekat kering, setelah itu didinginkan sebentar,

dilakukan hal tersebut setiap melakukan pekerjaan subkultur. Diambil eksplan


dalam botol dengan pinset, kemudian diletakkan dalam cawan petri dan diambil

bagian-bagian kecil tanaman anggrek yang daunnya masih berwarna hijau dengan

menggunakan pinset dan gunting. Buka tutup plastik pada botol kultur media

dengan hati hati dan diletakkan tutup tersebut disebelah kiri tempat kerja. Botol

media subkultur dipegang dengan tangan kiri dalam keadaan miring, mulut botol

dekat dengan api. Ambil eksplan yang telah dipotong kecil kecil pada cawan petri

dengan menggunakan pinset, kemudian tanam eksplan anggrek di botol kultur yang

baru. Kemudian tutup lagi dengan plastik, sebelum ditutup baiknya bagian dalam

tutup plastik dilidah apikan terlebih dulu. Ditutup botol kultur lalu dikencangkan

menggunakan karet gelang. Kemudian diberi cling wrap pada sisi mulut botol agar

bagian bukaan botol tertutup dengan rapat. Selanjutnya diberi label. Label berisi

jenis tanaman, tanggal subkultur dan nama yang melakukan subkultur. dilakukan

hal tersebut pada semua botol subkultur. Tanaman hasil subkultur diletakkan pada

rak dalam ruang inkubasi dengan cahaya lampu yang cukup. Dilakukan pengamatan

pertumbuhan tanaman subkultur setiap hari dan juga disemprot alkohol 70% pada

botol kultur untuk menghindari terjadinya kontaminasi dari udara.

Gambar 5. Sterilisasi alat pada api Gambar 6. Pemotongan ekplan


bunsen tanaman anggrek
Gambar 7. Sterilisasi Mulut Botol Gambar 8. Eksplan tanaman
Kultur anggrek dipindahkan ke
botol kultur yang baru

Gambar 9. Ditutup botol kultur


yang baru dengan
plastik
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

V.1 Inisiasi

Pada percobaan inisiasi dilakukan dengan menggunakan eksplan yang

berasal dari daun kopi arabika Coffea arabica yang telah disterilisasi sebelumnya.

Eksplan daun kopi arabika Coffea arabica tersebut dipotong dengan bagian pangkal

atas dan bawah serta dipisahkan dengan bagian tulang daun menggunakan gunting.

Bagian daun yang diambil merupakan bagian yang tidak memiliki memar setelah

dilakukan sterilisasi, memar tersebut menandakan bahwa rusaknya jaringan

sehingga membuat eksplan tidak dapat tumbuh. Setelah ditentukan bagian yang

akan diambil, daun dipotong berbentuk kubus dengan ukuran 1 cm. Kemudian

eksplan sebanyak 3 diletakkan di permukaan media yang telah dibuat dengan jarak

tertentu untuk menghindari ketika salah satu eksplan terkontaminasi eksplan lain

dapat diselamatkan dengan membuang eskplan yang terkontaminasi. Setelah

eksplan diletakkan kedalam botol kultur yang berisi media, eksplan akan diinkubasi

selama beberapa hari untuk melihat perkembangan kultur yang ditumbuhkan.

Adapun hasil pengamatan yang telah dilakukan sebagai berikut.

Gambar 10. Hasil Pengamatan Pertama

Pada pengamatan pertama, eksplan dari daun kopi arabika Coffea arabica
masih menunjukkan hal yang sama seperti saat pertama kali dilakukan inisiasi. Pada

pengamatan ini kultur daun dari eksplan daun kopi arabika Coffea arabica belum

menunjukkan adanya kontaminasi. kontaminan bakteri ataupun jamur dapat

diketahui setelah dilakukan inkubasi selama beberapa hari hal tersebut dikarenakan

bakteri ataupun jamur memerlukan waktu untuk melakukan perbanyakan sel atau

menumbuhkan hifa melalui metabolisme. Pernyataan tersebut sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Junita dkk., (2021) bahwa jamur dan bakteri

memerlukan waktu untuk tumbuh, bakteri umumnya membutuhkan waktu 1x24

jam hingga 2x24 jam untuk dapat diamati sedangkan jamur memerlukan waktu

yang lebih lama untuk tumbuh yakni 5x24 jam hingga 7x24 jam untuk tumbuh dan

dapat diamati.

Gambar 11. Hasil Pengamatan Kedua

Pada pengamatan kedua, salah satu kultur eksplan daun kopi arabika Coffea

arabica mengalami perubahan baik dari segi penampakan morfologi hingga dari

bau yang dihasilkan yang menandakan terjadi kontaminasi. Kontaminan pada salah

satu botol kultur berasal dari bakteri dan mikrofungi yang ditandai dengan

terbentuknya hifa di sekitar eskplan yang ditumbuhkan dan media menjadi sedikit

berlendir. Pernyataan tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nida

dkk., (2021) bahwa pada kontaminasi jamur terlihat hifa putih hingga hitam muncul
pada media ataupun pada bahan tanam, sedangkan kontaminasi oleh bakteri terlihat

cairan kental seperti lendir di sekitar bahan tanam maupun media yang merupakan

kumpulan massa bakteri. Kontaminasi yang terjadi disebabkan oleh faktor media

ataupun bahan tanam yang sterilisasinya kurang sempurna. Sterilisasi yang kurang

sempurna ini mengakibatkan tumbuhnya mikroba dalam media yang sangat kaya

akan nutrisi. Sehingga media yang terkontaminasi harus segera dipindahkan agar

tidak mengkontaminasi botol kultur lainnya.

Gambar 12. Hasil Pengamatan Ketiga

Pada pengamatan ketiga, eksplan dari daun kopi arabika Coffea arabica

telah menunjukkan perubahan dimana daun eksplan mulai terangkat yang

menandakan eksplan mulai tumbuh. hal tersebut sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Junairiah dkk., (2023) bahwa proses pertumbuhan dari suatu eksplan

ditunjukkan dengan eksplan yang melengkung, menggulung, melebar,

membengkak, tumbuh kalus pada bagian permukaan atau bagian tepi eksplan.

pertumbuhan tersebut dikarenakan media MS yang memiliki berbagai sumber

nutrisi hara makro seperti nitrogen, fosfor, kalium, kalsium dan magnesium serta

unsur hara mikro seperti besi, mangan dan sebaginya yang dapat memicu untuk

eksplan melakukan pembentukan jaringan baru sebagai bentuk respon.


Gambar 13. Hasil Pengamatan Keempat

Pada pengamatan keempat, kultur eksplan telah menunjukkan terbentuknya

kalus berwarna putih yang seiring berjalannya waktu berubah menjadi kecoklatan.

Terbentuknya kalus serta terjadinya perubahan warna pada kalus merupakan

tahapan selanjutnya yang menandakan keberhasilan kultur jaringan. Hal tersebut

sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Saepudin dkk., (2023) bahwa salah

satu penanda bahwa kultur suatu eksplan berhasil yakni ditandai dengan munculnya

kalus yang diawali dengan pembengkakan pada eksplan. Kalus yang tumbuh

ditandai dengan adanya gumpalan sel-sel kecil, berwarna putih pada bagian

perlukaan (bagian bekas irisan) yang kemudian menyebar pada permukaan luar

eksplan. Perubahan warna kalus diakibatkan oleh kalus melakukan regenerasi,

pernyataan tersebut didukung oleh penelitian oleh Khoirunnisa dan Mercuriani

(2022) yang menyatakan bahwa tanda bahwa kalus telah beregenerasi yaitu adanya

perubahan warna dan adanya benjolan pada kalus. Ketika kalus yang ditanam pada

media melakukan regenerasi maka akan terjadi perubahan warna dari putih menjadi

kuning kecoklatan, kemudian kalus membentuk nodul-nodul (spot) warna hijau

yang merupakan calon tunas. Perubahan warna tersebut adalah tanda adanya

morfogenesis.
V.2 Multiplikasi

Pada tahapan multiplikasi dilakukan dengan menggunakan eksplan tunas

yang berasal dari anggrek Dendrobium yang telah disterilisasi sebelumnya. Eksplan

tunas anggrek Dendrobium tersebut dipotong menjadi beberapa bagian. Kemudian

sebanyak 1-2 eksplan diletakkan kepermukaan media yang telah dibuat dengan

jarak tertentu untuk menghindari ketika salah satu eksplan terkontaminasi eksplan

lain dapat diselamatkan dengan membuang eskplan yang terkontaminasi. Setelah

eksplan diletakkan kedalam botol kultur yang berisi media, eksplan akan disimpan

di rak-rak yang steril dengan suhu kamar selama beberapa hari untuk melihat

perkembangan kultur yang ditumbuhkan. Adapun hasil pengamatan yang telah

dilakukan sebagai berikut :

Gambar 14. Hasil Pengamatan Pertama Multiplikasi

Pada pengamatan pertama, eksplan tunas dari anggrek Dendrobium masih


menunjukkan hal yang sama seperti saat pertama kali dilakukan inisiasi. Pada

pengamatan ini kultur dari eksplan tunas anggrek Dendrobium belum menunjukkan

adanya kontaminasi. kontaminan bakteri ataupun jamur dapat diketahui setelah

dilakukan inkubasi selama beberapa hari, dikarenakan bakteri ataupun jamur

memerlukan waktu untuk melakukan perbanyakan sel atau menumbuhkan hifa

melalui metabolisme. Pernyataan tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan

oleh Wulandari dkk., (2021) bahwa media kultur jaringan juga sesuai untuk

pertumbuhan bakteri dan jamur secara cepat, dimana bakteri umumnya

membutuhkan waktu 1x24 jam hingga 2x24 jam untuk dapat diamati

keberadaannya pada meida kultur sedangkan jamur memerlukan waktu yang lebih

lama untuk tumbuh yakni 5x24 jam hingga 7x24 jam untuk tumbuh dan dapat

diamati keberdaanya.
BAB VI

PENUTUP

VI. 1 Kesimpulan

Kultur jaringan tumbuhan dapat dilakukan dengan mengambil bagian atau

potongan akar, batang atau daun tumbuhan yang mempunyai sel yang masih terus

melakukan pertumbuhan. Kultur jaringan mempunyai berperan dalam pelestarian

plasma nutfah yang hampir punah dan membantu memperbaiki sifat tanaman.

Tahapan kultur jaringan yaitu persiapan alat dan bahan, sterilisasi, multiplikasi, dan

aklimatisasi. Pada kultur jaringan tahap inisiasi digunakan sampel berupa daun

kopi arabika dan tahap multiplikasi digunakan eksplan tunas anggrek. Berdasarkan

hasil pengamatan keempat tahap inisiasi diperoleh hasil bahwa kultur eksplan telah

menunjukkan terbentuknya kalus berwarna putih yang seiring berjalannya waktu

berubah menjadi kecoklatan. Terbentuknya kalus serta terjadinya perubahan warna

pada kalus merupakan tahapan selanjutnya yang menandakan keberhasilan kultur

jaringan. Adapun pada tahap multiplikasi menggunakan eksplan tunas anggrek

diperoleh hasil pengamatan yaitu belum menunjukkan adanya kontaminasi saat

dilakukan inkubasi selama beberapa hari.

VI. Saran

Tentunya penulis menyadari jika dalam penyusunan makalah ini masih

banyak terdapat kesalahan. Adapun nantinya penulis akan segera melakukan

perbaikan dengan menggunakan pedoman beberapa sumber dan kritik yang bisa

membangun dari para pembaca. Dengan ini penulis mengucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA

Adawiyah, A., Supriyatna, A., Amalia, N.N., Muhsin, M.E., 2021, Optimasi
Sterilisasi Eksplan Umbi dan Bulbil Porang (Amorphopalus muelleri
Blume.) pada Kultur In Vitro, AGROSCRIPT, 3(2):121-131.

Anggraeni, N., 2022. Potensi Anggrek Indonesia Di Tengah Pandemi Covid-19


Potential Of Indonesian Orchids Amid The Covid-19 Pandemic. Jurnal
Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis, 8(2), pp.639-648.

Dewati, P., Handoko, F. dan Sasmita, H.D. 2020. Pelatihan Budidaya Anggrek
Secara In Vitro. LP3DI Press: Wonorejo.

Heriansyah, P. 2020. Rahasia Mudah Menguasai Kultur Jaringan Tanaman Teori


dan Praktiknya. Lindan Bestari penerbit: Bogor

Ibrahim, M. S. D., Hartati, R. S., Rubiyo., Purwito, A., dan Sudarsono. 2013.
Induksi Kalus Embriogenik Dan Daya Regenerasi Kopi Arabika
Menggunakan 2,4-Dichlorophenoxyacetic Acid dan 6-Benzyladenine.
Jurnal Buletin RISTRI, 4(2): 92.

Junairiah, J., Zuraidassanaaz, N. I., dan Sulistyorini, L. 2023. Effect of Plant


Growth Regulators on Callus Induction in Piper betle L. var. Nigra.
Journal Pharmasci (Journal of Pharmacy and Science), 8(1): 7-13.

Junita, A., Afridayanti, N., dan Nurhayani, N. 2021. Dampak Tempat Penyimpanan
Jamur Sebagai Koleksi Biakan Murni di Laboratorium Untuk
Ketersediaan Bahan Praktikum. Jurnal Biologi Tropik, 9(1): 826-834.

Khoirunnisa, K., dan Mercuriani, I. S. 2022. Optimasi Teknik Sterilisasi Eksplan


Dan Medium Induksi Kalus Porang (Amorphophallus muelleri Blume)
Dengan Penambahan Zat Pengatur Tumbuh (Zpt) 2, 4-D. Kingdom (The
Journal Of Biological Studies), 8(1): 34-44.

Mintarjo, M, M, A. 2016. Petunjuk Teknis Perbanyakan Tanaman Hutan Melalui


Kultur Jaringan. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan:
Jakarta.

Nida, K., Luaeliyah, M., Nurchayati, Y., Izzati, M., dan Setiari, N. 2021.
Pertumbuhan Kecambah Kentang (Solanum tuberosum L.) secara In Vitro
pada Konsentrasi NaClO dan Waktu Sterilisasi yang Berbeda. Life
Science, 10(1): 12-22.
Nursyamsi, N., dan Toaha, A. Q. 2017. Tahapan Sterilisasi dan Skarifikasi Benih
Kayu Kuku (Pericopsis mooniana THW) untuk Mempercepat
Perkecambahan Secara In Vitro. Buletin Eboni, 14 (1), 11-21.

Putri, A, B, S., Hajrah, Armita, D., dan Tambunan, I, R. 2021. Teknik Kultur
Jaringan untuk Perbanyakan dan Konservasi Tanaman Kentang (Solanum
tuberosum L.) Secara in Vitro. Jurnal Mahasiswa Biologi. 1(2): 69-76.

Purnamaningsih, R. 2002. Regenerasi tanaman melalui embriogenesis somatik dan


beberapa gen yang mengendalikannya. Buletin AgroBio. 5(2):51-58.

Rostiana, O. dan D. Seswita 2007. Pengaruh Indole Butyric Acid dan Naphtaleine
Acetic Acid Terhadap Induksi Perakaran Tunas Piretrum
(Chrysanthemum cinerariifolium (Trevir.)Vis.)

Sarvina, Y., June, T., Surmaini, E., Nurmalina, R. dan Hadi, S.S., 2020. Strategi
peningkatan produktivitas kopi serta adaptasi terhadap variabilitas dan
perubahan iklim melalui kalender budidaya. Jurnal Sumberdaya Lahan,
14(2), pp.65-78.

Saepudin, A., Amilin, A., Undang, U., dan Sudartini, T. 2023. Kultur In Vitro
Pisang Cavendish (Musa acuminata L.) Pada Media Dengan Konsentrasi
Berbeda Ekstrak Jambu Batu Dan Benzyl Amino Purine. Paspalum:
Jurnal Ilmiah Pertanian, 11(1): 87-94.

Santana-Buzzy,N, Rojas-Herrera R, Galaz-Ávalos RM, Ku-Cauic JR,


MijangosCortés J, Gutierrez-Pache LC, Canto A, Quiroz-Figueroa F,
Loyala-Vatgas VM. 2007. Advances in coffee tissue culture and its
practical applications. In Vitro Cellular & Developmental Biology 43:
507-520.

Wulandari, S., Nisa, Y. S., Taryono, T., Indarti, S., & Sayekti, R. S., 2021,
Sterilisasi Peralatan dan Media Kultur Jaringan. Agrotechnology
Innovation (Agrinova), 4(2): 16-19.

Yuniardi, F. 2019. Aplikasi Dimmer Switch pada Rak Kultur Sebagai Pengatur
Kebutuhan Intensitas Cahaya Optimum Bagi Tanaman In Vitro. Indonesia
Journal of Laboratory. 2 (1): 8-13.

Yusnita. 2015. Kultur Jaringan Tanaman Sebagai Teknik Penting Bioteknologi


Untuk Menunjang Pembangunan Pertanian. Aura Publishing: Lampung.
Ziraluo, Y, P, B. 2021. Metode Perbanyakan Tanaman Ubi Jalar Ipomea batatas
poiret Dengan Teknik Kultur Jaringan Atau Stek Planlet. Jurnal Inovasi
Penelitian. 2(3): 1041-1042.

Anda mungkin juga menyukai