Oleh:
RANDAWULAA BULANDAMA
D1B121073
AGT-B
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami
yang berjudul “Kultur Jaringan Anggrek”Pada makalah ini kami banyak mengambil dari
berbagai sumber dan refrensi dan pengarahan dari berbagai pihak .oleh sebab itu, dalam
kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih sebesar-sebesarnya kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Penyusunan menyadari
sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna, untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk semua pihak yang membaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
Sampul.................................................................................................................................i
Kata Pengantar..................................................................................................................ii
Daftar Isi............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................4
1.2 Rumusan
Masalah.......................................................................................................5
1.3 Tujuan..........................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................6
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................9
DAFTARPUSTAKA........................................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
Kultur jaringan tanaman pertama kali berhasil dilakukan ole White pada
thaun 1934. Pada tahun 1939, Whiter melaporkan keberhasilannya dalam
membuat kultur kalus dari wortel (animasi kultur kalus wortel) dan tembakau.
Pada tahun 1957, tulisan penting Skoog dan Miller dipublikasikan dimana mereka
menyatakan bahwa interkasi kuantitatif antara auksin dan sitokinin menentukan
tipe pertumbuhan dan morfogenik yang akan terjadi.
Penelitian mereka pada tembakau mengindikasikan bahwa perbandingan
auksin dan sitokinin yang tinggi akan menginduksi pengakaran, sedangkan rasio
sebaliknya akan menginduksi pembentukan tunas. Akan tetapi pola respon ini
tidak berlaku universal. Temuan penting lainnya adalah hasil penelitian Morel
tentang perbanyakan anggrek melalui kultur jaringan pada tahun 1960, dan
penggunaan yang meluas media kultur dengan konsentrasi garam mineral yang
tinggi, dikembangkan oleh Murashige dan Skoog tahun 1962.
Kultur jaringan, cara ini disebut juga cara non konvensional karena
membutuhkan teknologi dan biaya yang tidak sedikit untuk memulai dan
melakukannya, juga dibutuhkan pengetahuan yang lebih rumit. Perbanyakan ini
menggunakan bagian kecil dari tanaman (dapat berupa daun, akar, ujung batang,
atau bunga) yang ditanam dalam kondisi aseptik dan lingkungan yang terkendali
(Wattimena et al., 1992).
Perkembangan kultur jaringan anggrek di Indonesia sangat lambat
dibandingkan negara-negara lain, bahkan impor bibit anggrek dalam bentuk
‘flask’ sempat membanjiri nursery-nursery anggrek. Keadaan ini disebabkan
pengetahuan pembudidaya anggrek yang sangat sedikit mengenai teknik ini.
Selain itu kultur jaringan memerlukan investasi yang besar untuk membangun
laboratorium yang mungkin hanya cocok untuk perusahaan.
Kultur jaringan adalah teknik perbanyakan tanaman dengan cara
mengisolasi bagian tanaman dalam kondisi aseptik sehingga dapat memperbanyak
diri dan beregenerasi menjadi individu baru yang utuh. Teknik kultur jaringan
didasari oleh konsep totipotensi sel yang artinya total genetic potential atau setiap
sel dari tubuh multisel memiliki potensi memperbanyak diri dan berdiferensiasi
menjadi tanaman lengkap (George dan Sherrington, 1984).
Media yang digunakan dalam kultur jaringan anggrek tidak jauh berbeda
dengan media lainnya. Beberapa media yang digunakan untuk perbanyakan
anggrek adalah Knudson 'C' (Knudson, 1946), Wimber (Wimber, 1963) atau
Fonnesbech (Fonnesbech, 1972) atau media MS (Murashige and Skoog, 1962).
Media yang digunakan umumnya media padat, kecuali Cattleya yang dikulturkan
dalam media cair. Media ini dipadatkan dengan Bacto agar (8 - 10 %). Sebagai
sumber karbon, sukrose ditambahkan dalam media (20 gr/L), atau kombinasi
glukose (10%) dan sukrose (10%).
Hormon pertumbuhan ditambahkan dalam media ini dalam konsentrasi
rendah. Auksin yang digunakan antara lain IAA, IBA, NAA atau 2,4-D pada
konsentrsi 1 mg/L karena diduga auksin dapat merangsang pertumbuhan akar.
Sitokinin yang digunakan umumnya adalah Kinetin dan BAP pada konsentrsi 0.5
mg/L untuk merangsang pertumbuhan tunas (Mulyaningsih dan Nikmatullah,
2006).
Kultur Jaringan adalah teknik perbanyakan tanaman dengan cara
mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-
bagian tersebut dalam media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat
pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian
tanaman dapat memperbanyak diri & bergenerasi menjadi tanaman lengkap.
Prinsip utamanya adalah perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian
vegetatif tanaman, menggunakan media buatan yang dilakukan di tempat steril.
Teknik kultur jaringan pada saat ini telah berkembang menjadi teknik
perkembangbiakan tanaman yang sangat penting pada berbagai spesies tanaman.
3.1. Kesimpulan