Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MAKALAH

ILMU DAN TEKNOLOGI BENIH


“Kultur Jaringan Tanaman Anggrek (Orchidaceae)”

Oleh:
RANDAWULAA BULANDAMA
D1B121073
AGT-B

JURUSAN/PROGRAM  STUDI  AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS  HALU  OLEO
KENDARI
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami
yang berjudul “Kultur Jaringan Anggrek”Pada makalah ini kami banyak mengambil dari
berbagai sumber dan refrensi dan pengarahan dari berbagai pihak .oleh sebab itu, dalam
kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih sebesar-sebesarnya kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Penyusunan menyadari
sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna, untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk semua pihak yang membaca.

Kendari, November 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

Sampul.................................................................................................................................i

Kata Pengantar..................................................................................................................ii

Daftar Isi............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................4

1.1 Latar Belakang............................................................................................................4

1.2 Rumusan

Masalah.......................................................................................................5

1.3 Tujuan..........................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................6

2.1 Defenisi Kultur Jaringan............................................................................................6

2.2 Manfaat Kultur Jaringan tanaman...........................................................................7

BAB III PENUTUP............................................................................................................9

3.1 Kesimpulan..................................................................................................................9

DAFTARPUSTAKA........................................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keanekaragaman spesies anggrek di indonesia sangat besar,diperkirakan


sekitar 5000 spesies anggrek yang tersebar di hutan Indonesia. Keadaan ini
merupakan potensi yang sangat berharga bagi pengembangan anggrek di
Indonesia. Terutama berkaitan dengan sumber daya genetik angger yang sangat
diperlukan untuk menghasilkan anggrek-anggrek silang yang baik dan unggul.
Sangat disayangkan keanekaragaman jenis anggrek tersebut terancam
kelestariannya karena maraknya penebangan hutan dan konversi hutan. Penyebab
lainnya adalah banyaknya pencurian terselubung oleh orang asing terhadap
anggrek-anggrek asli alam. Oleh karena itu perlu melestarikan serta
menginventariskan plasma nutfah jenis-jenis anggrek yang kita miliki. Sehingga
terjamin kelestarian keanekaragaman jenis anggrek tersebut ( Sandra, 2004).
Kultur jaringan tanaman adalah metode atau teknik mengisolasi jaringan,
organ, sel maupun protoplas tanaman, menjadikan eksplan dan menumbuhkannya
ke dalam media pertumbuhan yang aseptik sehingga eksplan tersebut dapat
tumbuh dan berkembang, berorganogenesis dan dapat beregenerasi menjadi
tanaman sempurna. Teknik kultur jaringan beranjak dari teori totipotensi (total
genetic potensial) yang dikemukakan oleh Sleiden dan Schwan pada tahun 1838.
Menurut teori ini sel tanaman adalah suatu unit yang otonom yang didalamnya
mengandung material genetik lengkap, sehingga apabila ditumbuhkan didalam
lingkungan tumbuh yang sesuai akan tumbuh dan bregenerasi menjadi tanaman
lengkap/utuh (Mattjik 2005).
Menurut Yusnita (2003) kultur jaringan dapat digunakan untuk keperluan ;
menyimpan plasma nutfah, menyelamatkan embrio, memperbanyak klonal
tanaman, manipulasi kultur protoplas, merekayasa genetik tanaman, memproduksi
tanaman haploid, dan menginduksi ragam somaklonal. Tanaman yang digunakan
sebagai eksplan, perlu memperhatikan umur fisiologis dan ontogenetik tanaman
induk, serta ukuran eksplan karena ini merupakan faktor penting dalam kultur
jaringan.
Eksplan yang digunakan pada umumnya adalah bagian tunas pucuk (tunas
apikal) atau mata tunas lateral pada potongan batang berbuku dan bagian daun.
Pada kultur jaringan penyimpangan dalam proses mitosis tetap dapat terjadi.
Penyimpangan mitosis ini akan mengakibatkan perubahan genetika sehingga
tanaman baru yang dihasilkan tidak sama dengan induknya (ragam somaklonal).
Ragam somaklonal didefinisikan sebagai ragam genetik dari tanaman yang
dihasilkan oleh sel somatik tanaman yang ditumbuhkan secara in vitro (Mattjik
2005).
Perbanyakan anggrek dapat dilakukan secara generatif maupun vegetatif.
Secara generatif, perbanyakan dilakukan melalui proses perkecambahan biji
anggrek secara in vitro yang diawali dengan penanaman biji dengan cara
penaburan biji pada media padat atau cair. Biji tersebut dapat ditumbuhkan
langsung menjadi planlet. Secara vegetatif perbanyakan dapat dilakukan
menggunakan bagian somatis tanaman melalui subkultur yang ditanam dalam
media tanam sehingga tumbuh menjadi PLB (protocorm like bodies) dan
kemudian diregenerasikan menjadi planlet. Hal tersebut dapat dilakukan melalui
modifikasi media baik hormon maupun nutrisi (Hendaryono 2000).

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa defenisi kultur jaringan?


2. Apa manfaat kultur jaringan tanaman ?

1.3. Tujuan

1. Megetahui defenisi kultur jaringan


2. Megetahui manfaat kultur jaringan tanaman
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Defenisi Kultur Jaringan

Kultur jaringan tanaman pertama kali berhasil dilakukan ole White pada
thaun 1934. Pada tahun 1939, Whiter melaporkan keberhasilannya dalam
membuat kultur kalus dari wortel (animasi kultur kalus wortel) dan tembakau.
Pada tahun 1957, tulisan penting Skoog dan Miller dipublikasikan dimana mereka
menyatakan bahwa interkasi kuantitatif antara auksin dan sitokinin menentukan
tipe pertumbuhan dan morfogenik yang akan terjadi.
Penelitian mereka pada tembakau mengindikasikan bahwa perbandingan
auksin dan sitokinin yang tinggi akan menginduksi pengakaran, sedangkan rasio
sebaliknya akan menginduksi pembentukan tunas. Akan tetapi pola respon ini
tidak berlaku universal. Temuan penting lainnya adalah hasil penelitian Morel
tentang perbanyakan anggrek melalui kultur jaringan pada tahun 1960, dan
penggunaan yang meluas media kultur dengan konsentrasi garam mineral yang
tinggi, dikembangkan oleh Murashige dan Skoog tahun 1962.
Kultur jaringan, cara ini disebut juga cara non konvensional karena
membutuhkan teknologi dan biaya yang tidak sedikit untuk memulai dan
melakukannya, juga dibutuhkan pengetahuan yang lebih rumit. Perbanyakan ini
menggunakan bagian kecil dari tanaman (dapat berupa daun, akar, ujung batang,
atau bunga) yang ditanam dalam kondisi aseptik dan lingkungan yang terkendali
(Wattimena et al., 1992).
Perkembangan kultur jaringan anggrek di Indonesia sangat lambat
dibandingkan negara-negara lain, bahkan impor bibit anggrek dalam bentuk
‘flask’ sempat membanjiri nursery-nursery anggrek. Keadaan ini disebabkan
pengetahuan pembudidaya anggrek yang sangat sedikit mengenai teknik ini.
Selain itu kultur jaringan memerlukan investasi yang besar untuk membangun
laboratorium yang mungkin hanya cocok untuk perusahaan.
Kultur jaringan adalah teknik perbanyakan tanaman dengan cara
mengisolasi bagian tanaman dalam kondisi aseptik sehingga dapat memperbanyak
diri dan beregenerasi menjadi individu baru yang utuh. Teknik kultur jaringan
didasari oleh konsep totipotensi sel yang artinya total genetic potential atau setiap
sel dari tubuh multisel memiliki potensi memperbanyak diri dan berdiferensiasi
menjadi tanaman lengkap (George dan Sherrington, 1984).
Media yang digunakan dalam kultur jaringan anggrek tidak jauh berbeda
dengan media lainnya. Beberapa media yang digunakan untuk perbanyakan
anggrek adalah Knudson 'C' (Knudson, 1946), Wimber (Wimber, 1963) atau
Fonnesbech (Fonnesbech, 1972) atau media MS (Murashige and Skoog, 1962).
Media yang digunakan umumnya media padat, kecuali Cattleya yang dikulturkan
dalam media cair. Media ini dipadatkan dengan Bacto agar (8 - 10 %). Sebagai
sumber karbon, sukrose ditambahkan dalam media (20 gr/L), atau kombinasi
glukose (10%) dan sukrose (10%).
Hormon pertumbuhan ditambahkan dalam media ini dalam konsentrasi
rendah. Auksin yang digunakan antara lain IAA, IBA, NAA atau 2,4-D pada
konsentrsi 1 mg/L karena diduga auksin dapat merangsang pertumbuhan akar.
Sitokinin yang digunakan umumnya adalah Kinetin dan BAP pada konsentrsi 0.5
mg/L untuk merangsang pertumbuhan tunas (Mulyaningsih dan Nikmatullah,
2006).
Kultur Jaringan adalah teknik perbanyakan tanaman dengan cara
mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-
bagian tersebut dalam media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat
pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian
tanaman dapat memperbanyak diri & bergenerasi menjadi tanaman lengkap.
Prinsip utamanya adalah perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian
vegetatif tanaman, menggunakan media buatan yang dilakukan di tempat steril.
Teknik kultur jaringan pada saat ini telah berkembang menjadi teknik
perkembangbiakan tanaman yang sangat penting pada berbagai spesies tanaman.

2.2. Manfaat Kultur Jaringan Tanaman

 Perbanyakan cepat dari klon


 Keseragaman genetik.
Karena kultur jaringan merupakan perbanyakan vegetatif, rekombinasi
karakter genetik acak yang umum terjadi pada perbanyakan seksual melalui biji,
dapat dihindari. Karenanya, anakan yang dihasilkan bersifat identik. Akan tetapi,
mutasi dapat terjadi pada kultur jaringan pada saat sel bermultiplikasi, terutama
pada kondisi hormone dan hara yang tinggi. Mutasi genetik pada masa
multiplikasi vegetatif ini disebut „variasi somaklonal‟.
 Kondisi aseptik
Proses kultur jaringan memerlukan kondisi aseptik, sehingga pemeliharaan
kultur tanaman dalam kondisi aseptik memberi bahan tanaman yang bebas
pathogen
 Seleksi tanaman
Adalah memungkinkan untuk memiliki tanaman dalam jumlah besar pada
wadah kultur yang relative kecil. Seperti telah disebutkan sebelumnya, variasi
genetik mungkin terjadi. Juga, adalah memungkinkan untuk memberi perlakuan
kultur untuk meningkatkan kecepatan mutasi. Perlakkuan dengan bahan kimia
(bahan mutasi, hormone) atau fisik (radiasi) dapat digunakan.
 Stok mikro
Memelihara stok tanaman dalam jumlah besar mudah dilakukan pada in
vitro culture. Stok induk biasanya dipelihara in vitro, dan stek mikro diambil
untuk diakarkan di kultur pengakaran atau dengan perbanyakan biasa.
 Lingkungan terkontrol
 Konservasi genetik
Kultur jaringan dapat digunakan untuk menyelamatkan spesies tanaman
yang terancam (rare and endangered species). Metode dengan pemeliharaan
minimal, penyimpanan jangka panjang telah dikembangkan.
 Teknik kultur jaringan dapat digunakan untuk menyelamatkan hibrida dari
spesies yang tidak kompatibel melalui kultur embrio atau kultur ovule.
 Tanaman haploid dapat diperoleh melaui kultur anther.
 Produksi tanaman sepanjang tahun.
 Perbanyakan vegetatif untuk spesies yang sulit diperbanyak secara normal
dapat dilakukan melalui kultur jaringan.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Pemanfaatan metode kultur jaringan tanaman anggrek mulai diterapkan


pada perusahaan anggrek milik Everest Me Dede pada tahun 1950, tetapi tidak
dilaporkan secara luas pada waktu itu (Bergman, 1972). Kultur jaringan tumbuh
dan berkembang menjadi tanaman kecil-kecil yang banyak jumlahnya dan bebas
dari virus. Berdasarka percobaan inilah digunakan teknik kultur jaringan anggrek
untuk memperoleh klon-klon yang bebas dari virus.
Eksplan yang diambil dari tunas anggrek berasal dari bagian terujung
meristem apikal atau tunas ketiak sebesar 4-10 cm, selain itu eksplan anggrek juga
dapat diperoleh dari biji tanaman anggrek yang keluar pada bagian atas. Media
kultur jaringan memegang peranan penting dalam menunjang pertumbuhan
jaringan yang terdiri dari unsur makro dan unsur mikro. Gula sebagai pengganti
karbon, juga tersusun dari vitamin-vitamin, asam amino, zat pengatur tubuh,
bahan pemadat berupa agar dan senyawa-senyawa komplek alamiah
(Winata,1988).
Kondisi lingkungan kultur jaringan memrupakan faktor lain yang sangat
menentukan keberhasilan dalam kultur jaringan. Menurut Sutji (1988) faktor-
faktor lingkungan tersebut antara lain, cahaya, temperatur dan pH media. Perana
cahaya terhadap pertumbuhan ditentukan oleh lamanya penyinaran. Intensitas
cahaya yang baik dari lampu antara 100-400 Ft-0. Untukpembentukan tunas dan
akar diperlukan tunas dan akar pada PLB anggrek diperlukan penyinaran optimum
16 jam per hari. Sutji (1988) mengatakan pertumbuhan kultur jaringan
memerlukan temperatur tertentu. Secara umum kultur jaringan tumbuh dengan
baik pada temperatur 20 C sampai 28 C. Untuk mengontrol temperatur ruangan
kultur jaringan dibantu dengan AC.
DAFTAR PUSTAKA

Anggrek.org. 2005. Budidaya Tanaman Anggrek. http://www.anggrek.org/


budidaya tanaman-anggrek.html. 8 November 2008.
Baker K. F. and Cook R. J. 1974. Biological Control of Plant Pathogens. San
Fransisco: W. H. Freeman and Company. 433 p.
Departemen Perindustrian dan Perdagangan. 2004. Peluang ekspor produk
florikultura. Makalah pada Seminar Nasional Florikultura, Kebun Raya
Bogor, 4-5 Agustus 2004. Pusat Pengembangan Pasar Wilayah Eropa.
Badan Pengembangan Ekspor Nasional. Departemen Perindustrian dan
Perdagangan. Jakarta.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2004. Teknologi agribisni
tanaman hias. Balai Penelitian Tanaman Hias. Pusat Penelitian dan
Pengembanga Hortikultura. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai