Disusun Oleh :
AGROTEKNOLOGI 21.2
4122121110063
FAKULTAS PERTANIAN
SUMEDANG
2022
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT. karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
penulis bisa menyelesaikan makalah ini sebagai syarat untuk memenuhi tugas mata
kuliah Teknik Perbanyakan Tanaman Vegetatif Program Studi Agroteknologi S-1
Fakultas Pertanian Universitas Winaya Mukti, Sumedang.
Makalah ini disusun berdasarkan beberapa sumber yang menjadi acuan untuk
pengerjaan makalah ini. Dalam proses pengerjaan makalah ini, tentunya peran serta
dorongan dari orang-orang terdekat sangat membantu sehingga tidak cukup satu kali
penyusun berterima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Hj. Ai Komariah, M.S. selaku Rektor Universitas Winaya Mukti;
2. Dr. Ir. Elly Roosma Ria, M.Si. selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Teknik
Perbanyakan Tanaman Vegetatif;
3. Orang tua yang senantiasa memberikan dorongan baik secara moral maupun
material;
4. Rekan-rekan yang selalu saya banggakan.
Terima kasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
A.Kesimpulan ............................................................................................................... 22
B.Saran………………………………………………………………………………..22
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 23
ii
BAB I
1
B. Teknik Perbanyakan Tanaman secara Vegetatif
Pembiakan tanaman secara tidak kawin atau aseksual merupakan dasar
pembiakan vegetatif suatu tanaman yang membatasi adanya variasi genetik pada
hasilnya atau turunannya. Pembiakan vegetatif dapat mengabadikan individu tanaman
tanpa mengalami perubahan bahan genetik pada generasinya hingga sampai beberapa
tahun ke depan. Jadi turunan (progeny atau offspring) akan identik dengan tanaman
induknya atau dikenal sebagai klon.
Pembelahan sel secara mitosis pada prinsipnya terjadi saat suatu kromosom
memisahkan diri dengan membelah secara longitudinal dan membentuk sel yang seolah-
olah kembar. Pembelahan sel secara mitosis pada tanaman terjadi di tiga daerah
pertumbuhan, yaitu pada ujung batang (tunas), ujung akar, dan pada jaringan kambium.
Bagi tanaman yang tergolong monokotil, pembelahan ini terjadi di daerah antara buku
atau ruas bagian bawah (dikenal sebagai daerah interkalar). Selain itu, pembelahan sel
secara mitosis juga terjadi pada sel parenkim yang mampu membentuk jaringan kalus
sebagai akibat adanya pelukaan. Kalus tersebut kemudian akan dapat berkembang
membentuk perakaran. Contoh peristiwa ini adalah pada stek dan cangkok. Kalus
diartikan sebagai suatu jaringan yang tersusun dari sel akibat pembelahan yang tidak
terkendali.
Batang dan akar biasanya digunakan sebagai bahan pembiakan, tetapi daun
dapat juga digunakan untuk tujuan pembiakan vegetatif. Masing-masing sel dari organ
vegetatif tersebut memiliki kemampuan untuk tumbuh dan kemudian menghasilkan
tanaman utuh yang secara genetik adalah identik dengan sel asalnya. Tanaman yang
dihasilkan dari pembiakan vegetatif dikenal sebagai ramet, dan sekelompok ramet
dinyatakan sebagai klon (clone).
2
Pada banyak tanaman, pembiakan vegetatif benar-benar merupakan proses
alami, sedangkan pada tanaman tertentu merupakan pembiakan vegetatif yang
memerlukan keterlibatan manusia. Perkembangbiakan secara vegetatif mempunyai
beberapa keuntungan serta kerugian. Diantara keuntungannya yaitu :
3
b) Corm atau umbi palsu
Corm merupakan modifikasi batang dengan susunan ruas batang
sangat padat sehingga mata-mata tunas saling berhimpit. Contohnya
adalah gladiol dan bunga coklat.
c) Bulb atau umbi lapis
Umbi lapis pada dasarnya merupakan batang yang telah mengalami
modifikasi dalam perkembangannya. Contohnya bawang dan tulip.
d) Tuber atau umbi batang
Umbi batang merupakan organ batang tanaman yang mengalami
modifikasi dalam perkembangannya menjadi suatu organ yang
membesar sehingga menyerupai umbi. Contohnya adalah kentang dan
talas.
e) Rhizome atau akar batang
Rhizome merupakan batang yang tumbuh lateral atau horisontal di
dalam tanah. Dalam perkembangannya, rhizome ini dapat berdaging
(tebal atau besar) namun dapat pula ramping. Rhizome yang berdaging
biasanya pada jahe, kunyit, kana dan gayong serta sedap malam.
Sedangkan rhizome langsing biasanya pada golongan rumput-
rumputan.
f) Menggunakan biji apomiksis
Biji apomiksis (nucellar seedling), dibentuk langsung dari sel
diploid yang terjadi dari sel induk megaspora yang belum mengalami
meiosis sempurna, atau dari sel-sel jaringan ovuler. Sebagai hasil
apomiksis, pada perkawinan silang heterozygot hasilnya menunjukkan
sifat yang identik dengan induknya (terutama induk betina) atau breed
true. Keuntungannya dapat sebagai dasar perbanyakan atau pengekalan
klon yang bebas dari penyakit virus karena virus tidak mudah tumbuh
pada jaringan biji. Pembiakan apomiksis ini sudah umum digunakan
pada perbanyakan jeruk dan mangga.
4
2. Teknik Perbanyakan Vegetatif Buatan
Pembiakan vegetatif buatan merupakan upaya perbanyakan tanaman jenis-
jenis tertentu yang dilakukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Tanpa
campur tangan manusia. Faktor-faktor yang mempengaruhi perbanyakan vegetatif
buatan diantaranya adalah kondisi bahan tanam, kandungan ZPT yang digunakan,
faktor genetika, suhu, kelembaban, cahaya dan kandungan karbohidrat.
2) Stek
Stek diartikan sebagai upaya perbanyakan tanaman dengan
memisahkan organ vegetatif tanaman seperti akar, batang, dan
5
daun dari pohon induknya. Macam-macam stek yaitu sebagai
berikut :
• Stek akar
Karena bahan stek berasal dari organ akar. Potongan
akar dipisahkan dari tanaman induknya dan kemudian
ditumbuhkan pada medium tanam. Contohnya : delima,
jambu biji, dll.
• Stek batang
Bahan stek berupa potongan batang ataupun jaringan
batang yang telah mengalami modifikasi (perubahan)
dalam bentuk dan fungsi. Contohnya : mawar, singkong,
tebu, dll.
• Stek daun
Bahan perbanyakan tanaman berupa daun dengan
atau tanpa kelengkapan organ penyusunnya seperti
tangkai daun. Contohnya : cocor bebek, lidah buaya, dll.
b) Perbanyakan vegetatif buatan dengan perbaikan sifat
1) Okulasi (sambung mata tunas)
Budding sering pula disebut okulasi atau menempel yaitu
salah satu teknik perbaikan kualitas tanaman yang dilakukan
dengan cara menempelkan mata tunas tanaman unggul ke
tanaman yang tidak unggul. Contohnya jeruk nipis, kakao,
mangga, alpukat, dll.
2) Grafting (sambung tunas)
Penyambungan diartikan sebagai suatu teknik perbanyakan
tanaman dengan menyatukan dua atau lebih bagian tanaman
dari jenis tanaman yang sama maupun berbeda menjadi satu
kesatuan tanaman yang utuh. Contohnya varietas tanaman
mangga.
6
D. Kultur Jaringan
Teknik kultur jaringan (yang sering disebut sebagai teknik in-vitro) merupakan
suatu teknik untuk mengisolasi bagian-bagian tanaman baik berupa protoplasma, sel,
sekelompok sel, jaringan, maupun organ, dan kemudian menumbuhkannya di dalam
suatu wadah (biasanya berupa wadah kaca atau glas) dalam keadaan aseptik sehingga
bagian-bagian tanaman tersebut dapat beregenerasi dan kemudian memperbanyak diri
menjadi suatu tanaman yang lengkap atau utuh. Prinsip budidaya atau kultur jaringan
ini adalah bahwa sel memiliki kemampuan untuk tumbuh atau totipotensi. Totipotensi,
oleh Schleiden dan Schwaan diartikan sebagai kemampuan tiap-tiap sel tanaman
darimanapun saja diambil, bila diletakkan dalam lingkungan yang sesuai akan dapat
tumbuh menjadi tanaman yang utuh-sempurna.
Manfaat teknik in-vitro ini dalam bidang hortikultura sangat luas. Salah satu
aspek yang penting dalam upaya pengembangan suatu tanaman atau dalam proses
produksi adalah penyediaan bibit tanaman yang kemudian membantu perbanyakan
tanaman yang biasanya sangat lambat bila menggunakan teknik perbanyakan
konvensional. Dengan teknik in-vitro, tidak diperlukan bahan tanaman perbanyakan
dalam jumlah banyak. Sebaliknya perbanyakan vegetatif konvensional seperti
mencangkok, stek maupun tempelan/sambungan, diperlukan bahan tanaman dalam
jumlah banyak sehingga akan merusak pohon induk.
7
BAB II
TANAMAN ANGGREK
A. Morfologi Tanaman Anggrek
Anggrek merupakan salah satu tanaman jenis hortikultura yang termasuk ke
dalam tanaman hias. Di dunia, terdapat kurang lebih 30.000 spesies anggrek dengan
kurang lebih 6.000 spesies terdapat di Indonesia. Klasifikasi anggrek dapat diketahui
sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Orchidales
Famili : Orchidaceae
Subfamili : Epidendroideae
Penulisan spesies sering kali ditambah dengan singkatan penemunya. Hal itu
dimaksudkan untuk memberi penghargaan pada para penemu tersebut. Misalnya Vanda
hookeriana Rchb.f untuk menghargai Prof. H.G. Reichenbach. Vanda coerulea Lindl.
untuk menghargai Prof. J. Lindley.
a. Batang
Anggrek mempunyai dua bentuk batang yaitu monopodial dan sympodial.
• Batang monopodial
Yaitu batang tanaman hanya mempunyai sumbu utama. Artinya,
ujung batang terus tumbuh dan tidak terbatas panjangnya, tumbuh terus
8
ke atas. Bentuk ini terdapat pada Vanda, Arachnis, Renanthera,
Aerides, dan Rynchostylis.
• Batang sympodial
Yaitu tanaman yang memiliki batang utama tersusun oleh ruas-ruas
tahunan, masing-masing ruas dimulai dengan daun sisik dan berakhir
dengan setangkai pembungaan. Pertumbuhan ujung-ujung batang pada
tipe ini terbatas. Misalnya pada jenis Cattleya, Dendrobium, dan
Oncidium.
b. Bunga
Selain sebagai bagian paling indah dalam sebuah tanaman, bunga juga
memegang peranan sebagai alat penyerbukan. Di tanaman anggrek, warna
bunganya menjadi alat ampuh untuk memikat serangga yang disebabkan oleh
zat warna yang terkandung dalam bunga tersebut. Zat warna tersebut terkandung
dalam plastida-plastida atau cairan anthocyan. Bunga juga dapat digunakan
untuk mengidentifikasi anggrek dan sekaligus membedakan anggrek dengan
tanaman lainnya.
• Inflorescentia (karangan bunga)
Tangkai inflorescentia disebut pedunculus (ibu tangkai), sedangkan
tangkai masing-masing bunga disebut pedicellus (tangkai bunga) yang
di setiap pangkalnya terdapat daun-daun kecil (bractea) untuk
melindungi bunga ketika masih kuncup yang kemudian akan gugur
ketika bunga terbuka. Menurut Hans Thomale tanaman dapat dibagi
menjadi dua golongan yaitu, tanaman akrante dan tanaman pleurante.
✓ Tanaman akrante mengeluarkan inflorescentia dari ujung
batang, contohnya Arundia bambusifolia dan Epidendrum
radicans.
✓ Tanaman pleurante mengeluarkan inflorescentia dari samping
batang, contohnya Vanda, Arachnis, dan Dendrobium.
• Daun bunga
Daun bunga pada anggrek terdiri atas 3 sepal dan 3 petal. Sepal akan
membuka terlebih dulu apabila bunga mulai mekar. Ketiga sepal ini
9
biasanya memiliki bentuk yang agak sama. Sepal yang terletak paling
atas disebut sepalum dorsale. Kedua sepal lainnya dinamakan sepala
lateralia, masing-masing terletak di sebelah kiri dan kanan bawah dan
ketiganya terletak dalam satu lingkaran.
Ketiga petal ini dinamakan daun mahkota dan ketika masih kuncup
keberadaannya tertutupi oleh sepal. Kedua petal yang paling atas
mempunyai bentuk yang sama, sedangkan petal yang ketiga berlainan
bentuknya. Petal tersusun dalam suatu lingkaran. Dua petal yang di atas
disebut petala lateralia dan petal yang ketiga disebut labellum atau
bibir.
Keistimewaan bunga anggrek adalah memiliki bentuk gynaecium
(putik) bersatu dengan stamen (benang sari). Oleh karena itu, anggrek
dapat pula disebut golongan Gynandrae dengan “gyn” (gynaecium atau
putik) dan “andrae” (androecium = stamen atau benang sari).
c. Daun
Ada jenis anggrek yang menarik justru karena daunnya, urat-urat daunnya
yang berwarna kuning berkilat atau emas. Anggrek seperti ini dinamakan
anggrek permata “jewel orchid”, yaitu Macodes petola dan Anoectochilus
reinwardtii. Daun anggrek dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
• Daun duplikatif
Daun yang sewaktu masih muda separuh helaian daun bagian atas
menempel pada belahan bagian yang lain.
• Daun konvolutif
Daun yang sewaktu masih muda melipat sedemikian rupa sehingga
sisi daun yang satu menggulung dan menempel pada sisi daun yang
lain.
d. Buah
Bentuk buah anggrek berbeda-beda tergantung jenisnya, akan tetapi rata-
rata merupakan buah lentera atau capsular yang memiliki enam rusuk. Tiga
rusuk sejati, sedangkan tiga rusuk lainnya merupakan tempat melekatnya dua
tepi daun buah yang berlainan. Di tempat bersatunya tepi daun buah itu terdapat
10
biji. Dalam satu buah anggrek sebesar kelingking terdapat ratusan ribu bahkan
jutaan biji anggrek yang sangat lembut dengan ukuran yang sangat kecil. Biji-
biji anggrek tersebut tidak mempunyai endosperm sebagai cadangan makanan.
a. Temperatur
Anggrek yang berasal dari daerah tropis biasanya menginginkan temperatur
yang lebih panas, sedangkan anggrek yang berasal dari daerah dingin akan
menginginkan temperatur rendah. Temperatur yang sangat tinggi akan
memengaruhi transpirasi tanaman sehingga bisa mengakibatkan tanaman
mengalami dehidrasi atau penyusutan air, tanaman terbakar dan mati. Oleh
karena itu, harus diimbangi dengan kelembapan yang tinggi dan sirkulasi udara
yang baik.
b. Cahaya
Kebutuhan cahaya matahari untuk masing-masing jenis anggrek berbeda-
beda, tergantung asal dan tipe anggrek. Cahaya dibutuhkan untuk melakukan
proses fotosintesis. Kebutuhan cahaya ini biasanya dinyatakan dalam satuan lilin
atau flux. Indonesia, yang merupakan daerah tropis, tidak mengenal adanya hari
panjang dan hari pendek sehingga memungkinkan anggrek selalu berbunga.
c. Kelembapan
Kelembapan udara adalah kadar uap air yang berada di udara sekitar
tanaman, sering diistilahkan dengan relative humidity (RH). Kebutuhan
kelembapan anggrek sekitar 50-80%. Kelembapan yang terlalu rendah dapat
berakibat udara di sekelilingnya menjadi kering, sebaliknya, kelembapan yang
terlalu tinggi akan mengakibatkan serangan penyakit meningkat, terutama
penyakit yang disebabkan oleh jamur dan bakteri. Selain itu, anggrek ternyata
11
lebih tahan kekeringan daripada kebasahan, contohnya anggrek epifit seperti
Vanda.
d. Sirkulasi udara
Secara umum anggrek menyukai sirkulasi udara yang lembut dan terus-
menerus. Apabila sirkulasi udara tidak lancar maka akan mengganggu
pertumbuhan anggrek; anggrek mudah terserang penyakit, terutama penyakit
yang disebabkan jamur dan bakteri. Angin yang terlalu kencang juga berakibat
buruk bagi anggrek karena akan menyebabkan dehidrasi. Akibat yang lebih jauh
adalah bunga mengecil, mudah layu, dan kuncup bunga mudah rontok.
e. Air
Anggrek membutuhkan air dalam jumlah cukup, bahkan beberapa jenis
tertentu lebih menyukai kondisi agak kering. Air yang terlalu banyak bisa
mengundang penyakit yang disebabkan oleh jamur atau bakteri. Sementara jika
air terlalu sedikit tanaman bisa mengalami dehidrasi sehingga pseudobulb
mengerut.
12
Anggrek yang dapat hidup dengan baik dan mampu menyesuaikan hidupnya
pada media organik seperti humus atau bahan lain yang sudah terurai, seperti
kompos dan pupuk kandang yang sudah lama. Anggrek ini sudah kehilangan
kemampuan untuk berfotosintesis. Contohnya Epipogium, Lecanorchis, Gastrodia,
dan Galeola.
e) Anggrek amoebofit
Anggrek yang pada suatu ketika dijumpai hanya berupa daun saja dan
mempunyai umbi yang berada di dalam tanah. Kemudian setelah daunnya gugur,
karangan bunga muncul dari umbi tersebut. Contoh: Nervilia.
13
1. Stek Daun dengan Cacahan Daun
Teknologi pencacahan daun pada anggrek Phalaenopsis merupakan
teknologi perbanyakan secara vegetatif yang dapat membantu dalam perbanyakan
tanaman hias anggrek, dengan hasil sama dengan induknya, dan membutuhkan
waktu lebih cepat dari perbanyakan dengan vegetatif stek batang, dan juga dengan
biaya yang murah. Pembiakan ini dapat menghasilkan bibit yang seragam.
Penelitian yang dilaksanakan di Green House Hortikultura Politeknik Pertanian
Negeri Payakumbuh dilakukan dengan 2 tahap yaitu penelitian (di lapangan rumah
pembibitan) dan penelitian (di lab pengolahan data).
Bahan yang digunakan adalah :
- Daun anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis) dengan panjang 50 cm tiap
daun
- Arang sekam
- Rotoon F
- Insektisida
- Fungisida
- Plastik
- Bambu
Alat yang digunakan adalah :
- Cutter
- Gunting stek
- Mistar
- Baki persemaian
- Pengaduk
- Gelas ukur
- Handsprayer
- Label dan alat tulis
Metode yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri
atas 5 perlakukan, 1 kontrol, dan 4 kali ulangan. A: Tanpa cacahan Anggrek Bulan,
B: Cacahan daun pangkal, C: Cacahan daun tengah, D: Cacahan daun ujung.
14
Pembuatan media tanam dari arang sekam yang telah bebas dari organisme,
sedangkan untuk bahan cacahan, diambil dari tanaman induk yang sehat.
Cacahan daun direndam selama 5 menit terlebih dahulu dalam larutan
insektisida dan fungisida yaitu fungisida antracol yang diencerkan dengan air
kemudian cacahan diangin-anginkan dengan tujuan untuk mencegah hama dan
penyakit. Setelahnya, cacahan daun yang kering diolesi dengan Rotoon F yang
sudah dicampur air sehingga berbentuk pasta dengan tujuan untuk merangsang
pertumbuhan akar pada cacahan daun.
Kemudian tanaman disemai pada baki yang sudah disiapkan dan dilakukan
pemeliharaan yang mencakup penyiraman pada baki persemaian itupun apabila
media dalam keadaan kering, penyiraman terlalu sering dapat menyebabkan
cacahan mengalami penyakit busuk.
Variable yang diamati adalah sebagai berikut :
✓ Waktu munculnya kalus, dihitung waktu mulai tumbuhnya kalus sejak
penanaman stek sampai 90 hari setelah tanam.
Dari penelitian, munculnya kalus tidak berbeda nyata untuk setiap
perlakuan. Tapi, dari tingkat kesegaran pada daun cacahan dan daun
anggrek utuh terlihat perbedaan apalagi di daun cacahan pangkal anggrek.
Pangkal cacahan anggrek masih banyak yang hidup dan
kemungkinan masih dapat dilihat pertumbuhan kalusnya karena
kemungkinan zat makannya tersedia lebih banyak daripada bagian lainnya.
Daun utuh pun ketersediaan bahan makannya banyak hanya saja mudah
terkontaminasi air sehingga banyak yang mati apalagi dengan kondisi
lingkungan terutama media yang digunakan (arang sekam) yang bersifat
poros dan dapat menyimpan air sehingga jika terlalu lembab akan banyak
cacahan yang mati.
✓ Jumlah cacahan berkalus sampai umur 90 hari setelah tanam.
Cacahan Pangkal merupakan yang banyak masih berwarna hijau, ini
disebabkan bahwa pada pangkal tanaman anggrek masih banyak terkandung
cadangan makan, dan sel-sel yang terdapat pada daun belum
terkotamininasi. Pada perlakuan A. Daun Utuh, C. Cacahan Tengah dan D.
15
Cacahan Ujung, masing-masing perlakuan banyak yang mati, ini diduga
saat pencacahan dan daun utuh terkotaminasi bahan penelitian dengan
penyakit. Kematian pada perlakuan dimulai dari bawah cacahan sampai ke
bagian atas.
✓ Jumlah berkecambah yaitu dilihat dari cacahan yang sudah mulai
berkecambah denagn panjang akar terbentuk dihitung pada umur 40
hari setelah tanam.
Pada perlakuan daun utuh, dan cacahan daun masih kelihatan segar,
namun ada sebagian yang mati pada masing-masing cacahan. Hal tersebut
juga dilaporkan pada hasil penelitian Rianawati et al., (2009) tentang kultur
daun pada tiga hybrid Phalaenopsis, dimana eksplan daun berubah warna
menjadi kuning kecoklatan dan kemudian menghitam pada hampir seluruh
media perlakuan. Kematian jaringan diduga dikarenakan eksplan gagal
beregenerasi dan umur daun yang sudah tua. Rooton F yang diberikan
belum memberikan pengaruh pada bahan cacahan.
✓ Presentase cacahan hidup yaitu berapa jumlah stek daun yang hidup
dinyatakan dalam persen (%) diamati 90 hari setelah tanam dan
dihitung pada umur 40 hari setelah tanam.
Berdasarkan penelitian, dilihat perlakuan B. Cacahan Pangkal
dengan perlakuan A. Daun Utuh, C. Cacahan Tengah, dan D, Cacahan
Ujung Berbeda nyata, hal ini terlihat banyak cacahan yang masih hidup dan
daun masih berwarna hijau dibandingkan dengan cacahan pada perlakuan
yang lain. Cacahan yang masih berwarna hijau terlihat masih segar, hal ini
diduga, masih berkembangnya sel-sel jaringan pada pangkal daun anggrek.
Cacahan yang mati dimulai dari berwarna coklat sampai mengering.
Menurut Ramdan (2011), kematian eksplan paling banyak disebabkan oleh
stress akibat pemotongan daun dan akar, sehingga eksplan menjadi coklat
dan kering. Media arang sekam juga berpengaruh terhadap persentase hidup
cacahan anggrek, ini diduga porossitas media terhadap bahan penelitian.
Kesimpulan dengan metode perbanyakan tanaman anggrek dengan cacahan
daun tidak berpengaruh terhadap waktu muncul kalus, jumlah cacahan berkalus,
16
jumlah berkecambah, namun berpengaruh nyata terhadap persentase hidup cacahan
sebagai tanaman lanskap. Cacahan pada pangkal daun anggrek merupakan yang
terbaik dari pada cacahan lain sebagai perbanyakan tanaman lanskap.
17
minggu sekali dengan dosis 2 g/L untuk mencegah serangan hama yang diberikan
secara berseling.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok
(RAK). Pengamatan dilakukan dua minggu sekali dimulai dari umur 2 minggu
setelah tanam (MST) sampai 16 MST. Faktor pertama adalah kombinasi Zeatin
dengan tiga macam konsentrasi, yaitu 0 mg/L (Z1); 0,1 mg/L (Z2) dan 0,2 mg/L
(Z3). Faktor kedua adalah ukuran batang dengan tiga macam ukuran batang, yaitu
0-10 cm (B1), 10-20 cm (B2) dan 20-30 cm (B3). Variabel yang diamati ialah
✓ Panjang dan jumlah akar tanaman yang diukur dari pangkal akar
sampai titik tumbuh akar terpanjang (cm)
Pemberian kombinasi hormon Zeatin dan ukuran batang
berpengaruh nyata terhadap jumlah akar dan panjang akar pada umur 16
minggu setelah tanam. Jumlah akar terbanyak diperoleh pada kombinasi
perlakuan Z2B3 (Zeatin 0,1 mg/L dan Panjang batang 20-30 cm) dan akar
terpanjang pada perlakuan Z2B2 (Zeatin 0,1 mg/L dan Panjang batang 10-
20 cm).
✓ Panjang dan jumlah tunas diukur dari pangkal sampai ujung tunas
(cm)
Adanya variasi panjang tunas Dendrobium sonia pada umur 16
MST. Tunas yang terpanjang diamati pada perlakuan Z2B3 (Zeatin 0,1
mg/L dan Panjang batang 20-30 cm) dan yang terpendek pada perlakuan
Z3B1 (Zeatin 0,2 mg/L dan panjang batang 0-10 cm). Persentase pertumbuh
akar dan tunas anggrek D. sonia pada umur 16 MST tertinggi diperoleh pada
kombinasi perlakuan Z2B3 (Zeatin 0,1 mg/L dan panjang batang 20-30 cm)
yakni sebesar 100%, sedangkan terendah pada perlakuan Z1B1 (Zeatin 0
mg/L dan panjang batang 0-10 cm) yakni sebesar 14,2 %.
✓ Jumlah daun tunas dihitung per-daun tunas tanaman pada daun yang
sudah membuka sempurna (16 MST)
Jumlah daun terbanyak diperoleh pada kombinasi perlakuan Z2B2
(Zeatin 0,1 mg/L dan Panjang batang 10-20 cm) dan terendah pada
perlakuan Z3B1 (Zeatin 0,2 mg/L dan panjang batang 0-10 cm) dan Z3B2
18
(Zeatin 0,2 mg/L dan panjang batang 10-20 cm). Perlakuan Z3B1 dan Z3B2
memiliki jumlah daun yang lebih rendah dari kontrol.
Maka, dapat ditarik kesimpulan dari penelitian berikut yaitu ukuran batang
terbaik untuk digunakan sebagai bahan perbanyakan vegetatif anggrek Dendrobium
sonia adalah ukuran 10-20 cm menghasilkan panjang akar dan jumlah daun terbaik
dan ukuran batang 20-30 cm menghasilkan jumlah akar, jumlah tunas dan panjang
tunas terbaik. Hormon Zeatin pada konsentrasi 0,1 mg/L mampu menghasilkan
jumlah akar, panjang akar, jumlah tunas, panjang tunas dan jumlah daun terbaik
pada pertumbuhan vegetatif anggrek Dendrobium sonia.
19
Perbanyakan anggrek dengan keiki ini hanya bisa dilakukan pada anggrek
Dendrobium sp.
4. Kultur Jaringan
Perbanyakan ini umumnya dilakukan pembudidaya tanaman anggrek yang
berorientasi usaha atau bisnis dalam skala besar, untuk memenuhi permintaan
konsumen. Media kultur jaringan yaitu menggunakan media MS (Murashige and
Skoog), yang terdiri dari makronutrien, mikronutrien, vitamin, iron, zat pengatur
tumbuh (ZPT), myoinositol, sukrosa dan agar. Bahan-bahan seperti makronutrien,
mikronutrien, vitamin, zpt, dan iron biasanya dibuat dalam bentuk larutan stok
(media yang lebih pekat), sehingga pada saat akan membuat media, cukup
mengambil larutan stok yang sudah dibuat. Pembuatan stok bertujuan untuk
mempermudah dibandingkan setiap kali membuat media harus menimbang.
Beberapa bahan yang digunakan untuk sterilisasi eksplan, diantaranya adalah
detergen, alkohol, clorox, aquadest steril, dan spiritus yang dapat digunakan untuk
sterilisasi permukaan LAF atau untuk cairan dalam bunsen.
Secara singkat, proses kerja perbanyakan tanaman anggrek dengan cara kultur
jaringan sebagai berikut:
a. Mengerat tunas anggrek yang berukuran tinggi 5 cm dan umbi induk.
b. Tunas yang telah dikerat, disterilkan dengan merendamnya dalam larutan
Clorox 10% selama 10 menit.
c. Tunas dibuka dengan pisau dalam keadaan steril di enkas.
d. Titik tumbuh (meristem) yang ada di bagian pucuk diambil.
e. Meristem dimasukkan ke dalam erlenmeyer yang berisi larutan kara yang
telah disterilkan.
f. Erlenmeyer ditempatkan pada alat pengocok berkecepatan sekitar 60-100
rpm, dan dijalankan terus-menerus (24 jam tanpa henti).
g. Dalam waktu sekitar 2 bulan, eksplan telah membentuk kalus yang
semakin lama semakin membesar.
h. Pertumbuhan yang membesar itu menyebabkan jaringan terpecah-pecah.
i. Tiap pecahan bisa dipindahkan lagi ke botol erlenmeyer lain dan
mendapatkan perlakuan yang sama (dikocok).
20
j. Pada akhirnya jaringan tersebut ditumbuhi plb (protocorm like bodies)
yang jika dipindahkan ke media padat atau media agar-agar akan menjadi
plantet (anak semai).
k. Anak semai selanjutnya ditanam berjajar di media padat dalam botol.
l. Jika anak semai di media padat telah menyundul langit-langit botol serta
tumbuh akar banyak, pertanda bibit siap dipindahkan ke dalam pot
komunitas.
Dari jurnal ini diketahui bahwa sebanyak 75% media MS kultur jaringan yang
dibuat dapat digunakan untuk menanam plantlet dan sebanyak 70% plantet yang
ditanam dapat tumbuh.
21
BAB II
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Dari beberapa jurnal penelitian dan pengabdian yang didapatkan melalui
website, dijelaskan bahwa perbanyakan anggrek melalui generative maupun vegetatif
sebenarnya bisa saja dilakukan dengan mendapat keuntungan besar asal petani rajin
untuk mengelolanya.
Perbanyakan anggrek terutamanya dapat membantu mendongkrak ketersediaan
anggrek untuk masyarakat Indonesia sehingga pemerintah tidak harus lagi mengimpor
demi memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri. Dalam makalah ini dijelaskan pula
bagaimana caranya memperbanyak anggrek melalui stek daun dan batang,
menggunakan keiki dan secara kultur jaringan.
Untuk itu, semoga dengan adanya makalah yang merangkum beberapa teknik
perbanyakan anggrek secara vegetatif ini diharapkan bisa menjadi acuan ke depannya
untuk para petani yang ingin berbudidaya anggrek.
B. Saran
Diperlukan literasi dan penelitian lebih lanjut untuk membuat makalah ini
menjadi sempurna.
22
DAFTAR PUSTAKA
Herliana, O., dkk. 2019. Pelatihan Pembibitan Anggrek Secara Vegetatif, Generatif, dan
Kultur Jaringan pada Paguyuban Mantan Buruh Migran “SERUNI” Kabupaten
Banyumas. LOGISTA : Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat 3 (2) : 61-69.
[Online]. tersedia : https://doi.org/10.25077/logista.3.2.61-69.2019
Purwanto, A.W. 2016. ANGGREK : Budi daya dan Perbanyakan. LPPM UPN Veteran
Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. [Online]. tersedia :
https://fdokumen.com/document/anggrek-budi-daya-dan-perbanyakan-budi-daya-
dan-perbanyakan-juga-menyajikan.html?page=1
Santoso, B.B. 2009. Pembiakan Vegetatif dalam Hortikultura. UNRAM Press, Mataram,
Nusa Tenggara Barat. [Online]. tersedia :
https://www.researchgate.net/publication/320010885_Pembiakan_Vegetatif_dalam_
Hortikultura
Suratniasih, N.K.M., dkk. 2017. Panjang Batang dan Konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh
Zeatin Berpengaruh terhadap Pertumbuhan Vegetatif Anggrek Dendrobium sonia.
Jurnal Metamorfosa IV (2) : 271-278. [Online]. tersedia :
https://doi.org/10.24843/metamorfosa.2017.v04.i02.p20
23