Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

TEKNIK PERBANYAKAN TANAMAN VEGETATIF PADA


ANGGREK (Orchididae).

Dosen : Dr. Ir. Elly Roosma Ria, M.Si.

Disusun Oleh :

SALRY KARUNIA UTAMI

AGROTEKNOLOGI 21.2

4122121110063

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI S-1

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS WINAYA MUKTI

SUMEDANG

2022
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT. karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
penulis bisa menyelesaikan makalah ini sebagai syarat untuk memenuhi tugas mata
kuliah Teknik Perbanyakan Tanaman Vegetatif Program Studi Agroteknologi S-1
Fakultas Pertanian Universitas Winaya Mukti, Sumedang.

Makalah ini disusun berdasarkan beberapa sumber yang menjadi acuan untuk
pengerjaan makalah ini. Dalam proses pengerjaan makalah ini, tentunya peran serta
dorongan dari orang-orang terdekat sangat membantu sehingga tidak cukup satu kali
penyusun berterima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Hj. Ai Komariah, M.S. selaku Rektor Universitas Winaya Mukti;
2. Dr. Ir. Elly Roosma Ria, M.Si. selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Teknik
Perbanyakan Tanaman Vegetatif;
3. Orang tua yang senantiasa memberikan dorongan baik secara moral maupun
material;
4. Rekan-rekan yang selalu saya banggakan.

Penulis menyadari bahwa tentu saja banyak kekurangan dalam penulisan


makalah ini. Akan tetapi, makalah ini setidaknya bisa menjadi bukti keseriusan penulis
dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugas mata kuliah Teknik Perbanyakan
Tanaman Vegetatif dan tentunya semoga bisa bermanfaat bagi semua kalangan terutama
bagi yang membacanya.

Terima kasih.

Sumedang, 23 Desember 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i

DAFTAR ISI .............................................................................................................................. ii

BAB I TEKNIK PERBANYAKAN VEGETATIF TANAMAN ............................................ 1

A. Perbanyakan Tanaman .............................................................................................. 1


B.Teknik Perbanyakan Tanaman secara Vegetatif ........................................................ 2
C.Macam-macam Teknik Perbanyakan Tanaman secara Vegetatif ............................... 3
1.Teknik Perbanyakan Vegetatif Alami .................................................................. 3

2.Teknik Perbanyakan Vegetatif Buatan................................................................. 5

D.Kultur Jaringan ........................................................................................................... 7


BAB II TANAMAN ANGGREK ............................................................................................. 8

A.Morfologi Tanaman Anggrek ..................................................................................... 8


B.Syarat Hidup Tanaman Anggrek .............................................................................. 11
C.Macam-macam Jenis Tanaman Anggrek ................................................................. 12
D.Kebutuhan Masyarakat terhadap Tanaman Anggrek ............................................... 13
E.Teknik Perbanyakan Tanaman Anggrek................................................................... 13
1.Stek Daun dengan Cacahan Daun ........................................................................ 14

2.Perbanyakan Vegetatif Menggunakan Batang ..................................................... 17

3.Menggunakan Keiki (Anakan) ............................................................................. 19

4.Kultur Jaringan ..................................................................................................... 20

BAB III KESIMPULAN......................................................................................................... 22

A.Kesimpulan ............................................................................................................... 22
B.Saran………………………………………………………………………………..22
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 23

ii
BAB I

TEKNIK PERBANYAKAN VEGETATIF TANAMAN


A. Perbanyakan Tanaman
Perkembangbiakan tanaman adalah suatu proses dihasilkannya individu atau
generasi keturunan baru dari kedua atau suatu tetua dalam rangka untuk
mempertahankan dan pengembangan suatu jenis tanaman. Melalui perbanyakan
tanaman ini dapat diperoleh pengulangan dan penggandaan jenis, yang diwujudkan pada
penciptaan generasi baru yang lebih baik. Namun, baik pembiakan alami oleh tanaman
itu sendiri maupun perbanyakan tanaman yang melibatkan manusia merupakan upaya
tanaman terhindar dari kepunahan atau mencegah terjadinya erosi genetik.

Pelipatgandaan tanaman secara generatif merupakan pembiakan tanaman yang


memerlukan organ generatif seperti biji sehingga sering pula dikenal sebagai pembiakan
tanaman melalui biji. Yang mendasari pembiakan generatif ini adalah suatu peristiwa
seksual, yang melibatkan suatu proses penyatuan sel yang berasal dari sel kelamin jantan
dan sel kelamin betina. Hasil penyatuan kedua sel yang berbeda kromosom ini
membentuk suatu sel yang disebut zigot. Melalui serangkaian proses, akhirnya
terbentuklah biji yang di dalamnya berisikan embrio. Embrio yang terbentuk membawa
sifat yang berasal dari hasil kombinasi kedua sel tetuanya yaitu sel kelamin jantan dan
sel kelamin betina. Akibat adanya kombinasi inilah, maka melalui perbanyakan secara
generatif sering diperoleh berbagai macam variasi tanaman dalam tiap jenisnya.

Pelipatgandaan secara vegetatif merujuk pada organ vegetatif tanaman (bukan


organ reproduktif) seperti akar, batang, daun maupun modifikasinya. Turunan yang
dihasilkannya pun memiliki karakter yang identik dengan induknya. Hal ini disebabkan
karena organ pembiakan (bahan perbanyakan) merupakan organ vegetatif tanaman
berupa akar, batang, atau daun. Dari organ vegetatif tersebut dihasilkan tanaman baru
yang utuh namun identik dengan tanaman induknya. Tumbuh dan berkembangnya
tanaman baru ini dikarenakan pada organ vegetatif tersebut mampu tumbuh dan
berkembang akar dan tunas melalui serangkaian proses metabolisme yang komplek.

1
B. Teknik Perbanyakan Tanaman secara Vegetatif
Pembiakan tanaman secara tidak kawin atau aseksual merupakan dasar
pembiakan vegetatif suatu tanaman yang membatasi adanya variasi genetik pada
hasilnya atau turunannya. Pembiakan vegetatif dapat mengabadikan individu tanaman
tanpa mengalami perubahan bahan genetik pada generasinya hingga sampai beberapa
tahun ke depan. Jadi turunan (progeny atau offspring) akan identik dengan tanaman
induknya atau dikenal sebagai klon.

Pembiakan vegetatif tanaman dapat terjadi karena setiap sel tanaman


mengandung gen yang mampu tumbuh dan berkembang menjadi tanaman baru yang
normal asalkan lingkungan tempat ditumbuhkannya mendukung untuk proses tumbuh
dan kembang. Kemampuan ini dikenal dengan istilah totipotensi. Kemampuan tumbuh
tersebut adalah akibat adanya pembelahan sel sederhana (atau mitosis) yang terjadi
selama jaringan tanaman tersebut masih tumbuh.

Pembelahan sel secara mitosis pada prinsipnya terjadi saat suatu kromosom
memisahkan diri dengan membelah secara longitudinal dan membentuk sel yang seolah-
olah kembar. Pembelahan sel secara mitosis pada tanaman terjadi di tiga daerah
pertumbuhan, yaitu pada ujung batang (tunas), ujung akar, dan pada jaringan kambium.
Bagi tanaman yang tergolong monokotil, pembelahan ini terjadi di daerah antara buku
atau ruas bagian bawah (dikenal sebagai daerah interkalar). Selain itu, pembelahan sel
secara mitosis juga terjadi pada sel parenkim yang mampu membentuk jaringan kalus
sebagai akibat adanya pelukaan. Kalus tersebut kemudian akan dapat berkembang
membentuk perakaran. Contoh peristiwa ini adalah pada stek dan cangkok. Kalus
diartikan sebagai suatu jaringan yang tersusun dari sel akibat pembelahan yang tidak
terkendali.

Batang dan akar biasanya digunakan sebagai bahan pembiakan, tetapi daun
dapat juga digunakan untuk tujuan pembiakan vegetatif. Masing-masing sel dari organ
vegetatif tersebut memiliki kemampuan untuk tumbuh dan kemudian menghasilkan
tanaman utuh yang secara genetik adalah identik dengan sel asalnya. Tanaman yang
dihasilkan dari pembiakan vegetatif dikenal sebagai ramet, dan sekelompok ramet
dinyatakan sebagai klon (clone).

2
Pada banyak tanaman, pembiakan vegetatif benar-benar merupakan proses
alami, sedangkan pada tanaman tertentu merupakan pembiakan vegetatif yang
memerlukan keterlibatan manusia. Perkembangbiakan secara vegetatif mempunyai
beberapa keuntungan serta kerugian. Diantara keuntungannya yaitu :

1. Tanaman yang dihasilkan memiliki sifat yang sama persis dengan


induknya;
2. Tanaman menjadi lebih cepat berbunga dan berbuah;
3. Perbanyakan bisa dilakukan kapan saja.

Sementara untuk kerugiannya yaitu sebagai berikut :

1. Tanaman menjadi mudah tumbang karena akarnya kurang kuat;


2. Keturunan baru yang dihasilkan sedikit;
3. Induk tanaman menjadi terganggu.

C. Macam-macam Teknik Perbanyakan Tanaman secara Vegetatif


1. Teknik Perbanyakan Vegetatif Alami
Pembiakan vegetatif alami merupakan pembiakan tanaman dimana suatu
tanaman muda (baru) tumbuh dan berkembang dari bagian-bagian vegetatif
tanaman induknya. Intinya, perbanyakan secara vegetatif alami ini tidak
memerlukan campur tangan manusia untuk membantu prosesnya.

Perbanyakan vegetatif alami ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

• Faktor internal yang meliputi dormansi (keadaan biji dimana tidak


memperbolehkan terjadinya perkecambahan, walaupun kondisinya sudah
terpenuhi) bahan tanam dan pengaruh ZPT terhadap tanaman;
• Faktor eksternal yang meliputi suhu,kelembaban, cahaya, jamur dan bakteri.

Macam-macam perbanyakan vegetatif alami yaitu :

a) Runner atau sulur atau stolon atau geragih


Stolon adalah batang ramping yang tumbuh dari ketiak daun pada
dasar tajuk dan berkembang menjalar di atas permukaan tanah.
Contohnya adalah stroberi, tapak liman maupun lili paris.

3
b) Corm atau umbi palsu
Corm merupakan modifikasi batang dengan susunan ruas batang
sangat padat sehingga mata-mata tunas saling berhimpit. Contohnya
adalah gladiol dan bunga coklat.
c) Bulb atau umbi lapis
Umbi lapis pada dasarnya merupakan batang yang telah mengalami
modifikasi dalam perkembangannya. Contohnya bawang dan tulip.
d) Tuber atau umbi batang
Umbi batang merupakan organ batang tanaman yang mengalami
modifikasi dalam perkembangannya menjadi suatu organ yang
membesar sehingga menyerupai umbi. Contohnya adalah kentang dan
talas.
e) Rhizome atau akar batang
Rhizome merupakan batang yang tumbuh lateral atau horisontal di
dalam tanah. Dalam perkembangannya, rhizome ini dapat berdaging
(tebal atau besar) namun dapat pula ramping. Rhizome yang berdaging
biasanya pada jahe, kunyit, kana dan gayong serta sedap malam.
Sedangkan rhizome langsing biasanya pada golongan rumput-
rumputan.
f) Menggunakan biji apomiksis
Biji apomiksis (nucellar seedling), dibentuk langsung dari sel
diploid yang terjadi dari sel induk megaspora yang belum mengalami
meiosis sempurna, atau dari sel-sel jaringan ovuler. Sebagai hasil
apomiksis, pada perkawinan silang heterozygot hasilnya menunjukkan
sifat yang identik dengan induknya (terutama induk betina) atau breed
true. Keuntungannya dapat sebagai dasar perbanyakan atau pengekalan
klon yang bebas dari penyakit virus karena virus tidak mudah tumbuh
pada jaringan biji. Pembiakan apomiksis ini sudah umum digunakan
pada perbanyakan jeruk dan mangga.

4
2. Teknik Perbanyakan Vegetatif Buatan
Pembiakan vegetatif buatan merupakan upaya perbanyakan tanaman jenis-
jenis tertentu yang dilakukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Tanpa
campur tangan manusia. Faktor-faktor yang mempengaruhi perbanyakan vegetatif
buatan diantaranya adalah kondisi bahan tanam, kandungan ZPT yang digunakan,
faktor genetika, suhu, kelembaban, cahaya dan kandungan karbohidrat.

Teknik perbanyakan vegetatif buatan ini dibagi dua, yaitu perbanyakan


dengan perbaikan sifat dan perbanyakan dengan tanpa perbaikan sifat.

a) Perbanyakan vegetatif buatan tanpa perbaikan sifat


1) Cangkok atau layerage
Layerage (cangkok) merupakan salah satu teknik pembiakan
tanaman secara vegetatif. Layerage alami (perundukan) terjadi
jika bagian batang suatu tanaman terkulai menyentuh tanah,
kemudian bagian batang yang menyentuh tanah tersebut
membentuk sistim perakaran. Kemudian dengan memisahkan
bagian tanaman yang telah membentuk perakaran sendiri.
Contohnya : jambu, manga, dll.
Teknik mencangkok yaitu :
• Ground Layering (layering) yaitu perundukan atau
pembumbunan;
• Air Layering (cangkok) yaitu markotten atau
mencangkok di atas tanah;

Sementara, faktor keberhasilan cangkokan adalah


berdasarkan waktu cangkokan, Bahan batang atau cabang
cangkokan, pemeliharaan, peralatan yang digunakan, media
cangkok, pembalut media, dan pemeliharaan pasca cangkok.

2) Stek
Stek diartikan sebagai upaya perbanyakan tanaman dengan
memisahkan organ vegetatif tanaman seperti akar, batang, dan

5
daun dari pohon induknya. Macam-macam stek yaitu sebagai
berikut :
• Stek akar
Karena bahan stek berasal dari organ akar. Potongan
akar dipisahkan dari tanaman induknya dan kemudian
ditumbuhkan pada medium tanam. Contohnya : delima,
jambu biji, dll.
• Stek batang
Bahan stek berupa potongan batang ataupun jaringan
batang yang telah mengalami modifikasi (perubahan)
dalam bentuk dan fungsi. Contohnya : mawar, singkong,
tebu, dll.
• Stek daun
Bahan perbanyakan tanaman berupa daun dengan
atau tanpa kelengkapan organ penyusunnya seperti
tangkai daun. Contohnya : cocor bebek, lidah buaya, dll.
b) Perbanyakan vegetatif buatan dengan perbaikan sifat
1) Okulasi (sambung mata tunas)
Budding sering pula disebut okulasi atau menempel yaitu
salah satu teknik perbaikan kualitas tanaman yang dilakukan
dengan cara menempelkan mata tunas tanaman unggul ke
tanaman yang tidak unggul. Contohnya jeruk nipis, kakao,
mangga, alpukat, dll.
2) Grafting (sambung tunas)
Penyambungan diartikan sebagai suatu teknik perbanyakan
tanaman dengan menyatukan dua atau lebih bagian tanaman
dari jenis tanaman yang sama maupun berbeda menjadi satu
kesatuan tanaman yang utuh. Contohnya varietas tanaman
mangga.

6
D. Kultur Jaringan
Teknik kultur jaringan (yang sering disebut sebagai teknik in-vitro) merupakan
suatu teknik untuk mengisolasi bagian-bagian tanaman baik berupa protoplasma, sel,
sekelompok sel, jaringan, maupun organ, dan kemudian menumbuhkannya di dalam
suatu wadah (biasanya berupa wadah kaca atau glas) dalam keadaan aseptik sehingga
bagian-bagian tanaman tersebut dapat beregenerasi dan kemudian memperbanyak diri
menjadi suatu tanaman yang lengkap atau utuh. Prinsip budidaya atau kultur jaringan
ini adalah bahwa sel memiliki kemampuan untuk tumbuh atau totipotensi. Totipotensi,
oleh Schleiden dan Schwaan diartikan sebagai kemampuan tiap-tiap sel tanaman
darimanapun saja diambil, bila diletakkan dalam lingkungan yang sesuai akan dapat
tumbuh menjadi tanaman yang utuh-sempurna.

Perbanyakan tanaman melalui kultur jaringan merupakan peluang besar untuk


mengatasi kebutuhan bibit dalam jumlah besar, serentak, dan bebas penyakit sehingga
bibit yang dihasilkan lebih sehat serta seragam dalam waktu relative singkat sehingga
lebih ekonomis (Rahardja,2003) dan teknik perbanyakan tanaman ini dapat dilakukan
sepanjang waktu tanpa tergantung musim.

Manfaat teknik in-vitro ini dalam bidang hortikultura sangat luas. Salah satu
aspek yang penting dalam upaya pengembangan suatu tanaman atau dalam proses
produksi adalah penyediaan bibit tanaman yang kemudian membantu perbanyakan
tanaman yang biasanya sangat lambat bila menggunakan teknik perbanyakan
konvensional. Dengan teknik in-vitro, tidak diperlukan bahan tanaman perbanyakan
dalam jumlah banyak. Sebaliknya perbanyakan vegetatif konvensional seperti
mencangkok, stek maupun tempelan/sambungan, diperlukan bahan tanaman dalam
jumlah banyak sehingga akan merusak pohon induk.

7
BAB II

TANAMAN ANGGREK
A. Morfologi Tanaman Anggrek
Anggrek merupakan salah satu tanaman jenis hortikultura yang termasuk ke
dalam tanaman hias. Di dunia, terdapat kurang lebih 30.000 spesies anggrek dengan
kurang lebih 6.000 spesies terdapat di Indonesia. Klasifikasi anggrek dapat diketahui
sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledoneae

Ordo : Orchidales

Famili : Orchidaceae

Subfamili : Epidendroideae

Genus : Vanda, Dendrobium, Cattleya, Phalaenopsis, Paphiopedilum, dll.

Penulisan spesies sering kali ditambah dengan singkatan penemunya. Hal itu
dimaksudkan untuk memberi penghargaan pada para penemu tersebut. Misalnya Vanda
hookeriana Rchb.f untuk menghargai Prof. H.G. Reichenbach. Vanda coerulea Lindl.
untuk menghargai Prof. J. Lindley.

Morfologi tubuh tanaman anggrek bisa dijelaskan sebagai berikut :

a. Batang
Anggrek mempunyai dua bentuk batang yaitu monopodial dan sympodial.
• Batang monopodial
Yaitu batang tanaman hanya mempunyai sumbu utama. Artinya,
ujung batang terus tumbuh dan tidak terbatas panjangnya, tumbuh terus

8
ke atas. Bentuk ini terdapat pada Vanda, Arachnis, Renanthera,
Aerides, dan Rynchostylis.
• Batang sympodial
Yaitu tanaman yang memiliki batang utama tersusun oleh ruas-ruas
tahunan, masing-masing ruas dimulai dengan daun sisik dan berakhir
dengan setangkai pembungaan. Pertumbuhan ujung-ujung batang pada
tipe ini terbatas. Misalnya pada jenis Cattleya, Dendrobium, dan
Oncidium.
b. Bunga
Selain sebagai bagian paling indah dalam sebuah tanaman, bunga juga
memegang peranan sebagai alat penyerbukan. Di tanaman anggrek, warna
bunganya menjadi alat ampuh untuk memikat serangga yang disebabkan oleh
zat warna yang terkandung dalam bunga tersebut. Zat warna tersebut terkandung
dalam plastida-plastida atau cairan anthocyan. Bunga juga dapat digunakan
untuk mengidentifikasi anggrek dan sekaligus membedakan anggrek dengan
tanaman lainnya.
• Inflorescentia (karangan bunga)
Tangkai inflorescentia disebut pedunculus (ibu tangkai), sedangkan
tangkai masing-masing bunga disebut pedicellus (tangkai bunga) yang
di setiap pangkalnya terdapat daun-daun kecil (bractea) untuk
melindungi bunga ketika masih kuncup yang kemudian akan gugur
ketika bunga terbuka. Menurut Hans Thomale tanaman dapat dibagi
menjadi dua golongan yaitu, tanaman akrante dan tanaman pleurante.
✓ Tanaman akrante mengeluarkan inflorescentia dari ujung
batang, contohnya Arundia bambusifolia dan Epidendrum
radicans.
✓ Tanaman pleurante mengeluarkan inflorescentia dari samping
batang, contohnya Vanda, Arachnis, dan Dendrobium.
• Daun bunga
Daun bunga pada anggrek terdiri atas 3 sepal dan 3 petal. Sepal akan
membuka terlebih dulu apabila bunga mulai mekar. Ketiga sepal ini

9
biasanya memiliki bentuk yang agak sama. Sepal yang terletak paling
atas disebut sepalum dorsale. Kedua sepal lainnya dinamakan sepala
lateralia, masing-masing terletak di sebelah kiri dan kanan bawah dan
ketiganya terletak dalam satu lingkaran.
Ketiga petal ini dinamakan daun mahkota dan ketika masih kuncup
keberadaannya tertutupi oleh sepal. Kedua petal yang paling atas
mempunyai bentuk yang sama, sedangkan petal yang ketiga berlainan
bentuknya. Petal tersusun dalam suatu lingkaran. Dua petal yang di atas
disebut petala lateralia dan petal yang ketiga disebut labellum atau
bibir.
Keistimewaan bunga anggrek adalah memiliki bentuk gynaecium
(putik) bersatu dengan stamen (benang sari). Oleh karena itu, anggrek
dapat pula disebut golongan Gynandrae dengan “gyn” (gynaecium atau
putik) dan “andrae” (androecium = stamen atau benang sari).
c. Daun
Ada jenis anggrek yang menarik justru karena daunnya, urat-urat daunnya
yang berwarna kuning berkilat atau emas. Anggrek seperti ini dinamakan
anggrek permata “jewel orchid”, yaitu Macodes petola dan Anoectochilus
reinwardtii. Daun anggrek dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
• Daun duplikatif
Daun yang sewaktu masih muda separuh helaian daun bagian atas
menempel pada belahan bagian yang lain.
• Daun konvolutif
Daun yang sewaktu masih muda melipat sedemikian rupa sehingga
sisi daun yang satu menggulung dan menempel pada sisi daun yang
lain.
d. Buah
Bentuk buah anggrek berbeda-beda tergantung jenisnya, akan tetapi rata-
rata merupakan buah lentera atau capsular yang memiliki enam rusuk. Tiga
rusuk sejati, sedangkan tiga rusuk lainnya merupakan tempat melekatnya dua
tepi daun buah yang berlainan. Di tempat bersatunya tepi daun buah itu terdapat

10
biji. Dalam satu buah anggrek sebesar kelingking terdapat ratusan ribu bahkan
jutaan biji anggrek yang sangat lembut dengan ukuran yang sangat kecil. Biji-
biji anggrek tersebut tidak mempunyai endosperm sebagai cadangan makanan.

B. Syarat Hidup Tanaman Anggrek


Penyebaran anggrek di daerah tropis sampai subtropis mengisyaratkan bahwa
anggrek sangat mudah tumbuh di berbagai daerah. Meskipun demikian pengaturan
lingkungan tumbuh tetap harus diperhatikan agar tanaman tumbuh bagus. Beberapa hal
lain yang perlu diperhatikan untuk berbudidaya anggrek adalah :

a. Temperatur
Anggrek yang berasal dari daerah tropis biasanya menginginkan temperatur
yang lebih panas, sedangkan anggrek yang berasal dari daerah dingin akan
menginginkan temperatur rendah. Temperatur yang sangat tinggi akan
memengaruhi transpirasi tanaman sehingga bisa mengakibatkan tanaman
mengalami dehidrasi atau penyusutan air, tanaman terbakar dan mati. Oleh
karena itu, harus diimbangi dengan kelembapan yang tinggi dan sirkulasi udara
yang baik.
b. Cahaya
Kebutuhan cahaya matahari untuk masing-masing jenis anggrek berbeda-
beda, tergantung asal dan tipe anggrek. Cahaya dibutuhkan untuk melakukan
proses fotosintesis. Kebutuhan cahaya ini biasanya dinyatakan dalam satuan lilin
atau flux. Indonesia, yang merupakan daerah tropis, tidak mengenal adanya hari
panjang dan hari pendek sehingga memungkinkan anggrek selalu berbunga.
c. Kelembapan
Kelembapan udara adalah kadar uap air yang berada di udara sekitar
tanaman, sering diistilahkan dengan relative humidity (RH). Kebutuhan
kelembapan anggrek sekitar 50-80%. Kelembapan yang terlalu rendah dapat
berakibat udara di sekelilingnya menjadi kering, sebaliknya, kelembapan yang
terlalu tinggi akan mengakibatkan serangan penyakit meningkat, terutama
penyakit yang disebabkan oleh jamur dan bakteri. Selain itu, anggrek ternyata

11
lebih tahan kekeringan daripada kebasahan, contohnya anggrek epifit seperti
Vanda.
d. Sirkulasi udara
Secara umum anggrek menyukai sirkulasi udara yang lembut dan terus-
menerus. Apabila sirkulasi udara tidak lancar maka akan mengganggu
pertumbuhan anggrek; anggrek mudah terserang penyakit, terutama penyakit
yang disebabkan jamur dan bakteri. Angin yang terlalu kencang juga berakibat
buruk bagi anggrek karena akan menyebabkan dehidrasi. Akibat yang lebih jauh
adalah bunga mengecil, mudah layu, dan kuncup bunga mudah rontok.
e. Air
Anggrek membutuhkan air dalam jumlah cukup, bahkan beberapa jenis
tertentu lebih menyukai kondisi agak kering. Air yang terlalu banyak bisa
mengundang penyakit yang disebabkan oleh jamur atau bakteri. Sementara jika
air terlalu sedikit tanaman bisa mengalami dehidrasi sehingga pseudobulb
mengerut.

C. Macam-macam Jenis Tanaman Anggrek


a) Anggrek epifit
Anggrek yang hidup menempel pada batang, dahan, atau ranting pohon baik
yang masih hidup maupun yang sudah mati. Akar yang menempel pada substrat
(dahan, pakis, dan lain-lain) berfungsi sebagai jangkar untuk menahan tanaman pada
posisinya. Contohnya Dendrobium, Phalaenopsis, Vanda, Cattleya.
b) Anggrek terestik (anggrek tanah)
Anggrek yang hidup pada permukaan atau di dalam tanah dan mengambil nutrisi
dari dalam tanah juga. Media tanam bisa diganti dengan media buatan atau humus.
Contohnya Paphiopedilum, Spathoglottis, dan Arachnis.
c) Anggrek lithofit
Anggrek yang hidup melekat pada bebatuan atau pada substrat yang relatif keras
(sama dengan epifit tetapi melekat pada bebatuan). Contohnya Paphiopedilum
sanderianum dan Dendrobium kingianum.
d) Anggrek saprofit

12
Anggrek yang dapat hidup dengan baik dan mampu menyesuaikan hidupnya
pada media organik seperti humus atau bahan lain yang sudah terurai, seperti
kompos dan pupuk kandang yang sudah lama. Anggrek ini sudah kehilangan
kemampuan untuk berfotosintesis. Contohnya Epipogium, Lecanorchis, Gastrodia,
dan Galeola.
e) Anggrek amoebofit
Anggrek yang pada suatu ketika dijumpai hanya berupa daun saja dan
mempunyai umbi yang berada di dalam tanah. Kemudian setelah daunnya gugur,
karangan bunga muncul dari umbi tersebut. Contoh: Nervilia.

D. Kebutuhan Masyarakat terhadap Tanaman Anggrek


Minat masyarakat terhadap tanaman hias terutama anggrek membuat kebutuhan
anggrek untuk negara ini tidak bisa terpenuhi dengan baik sehingga pemerintah masih
harus mengimpor anggrek dari luar untuk memenuhi permintaan pasar. Dengan
demikian, harga anggrek menjadi mahal dan terjadinya eksploitasi anggrek hutan oleh
tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab sehingga membuat keberadaan anggrek
hutan terancam punah.
Untuk itu, masyarakat khususnya petani anggrek perlu dibekali dengan ilmu
tentang bagaimana caranya memperbanyak anggrek tanpa harus melakukan eksploitasi
di hutan yang justru akan menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem yang ada di sana.
Teknik perbanyakan yang dimaksud adalah perbanyakan secara vegetatif. Karena bagi
petani anggrek yang berorientasi usaha atau bisnis, teknik ini bisa menguntungkan
mereka karena selain menghasilkan keturunan yang sama persis dengan induknya,
teknik perbanyakan ini menghasilkan jumlah anakan yang banyak.

E. Teknik Perbanyakan Tanaman Anggrek


Dari sekian banyak jenis anggrek yang ada, ada beberapa anggrek yang umum
diketahui oleh masyarakat Indonesia. Jenis yang dimaksud adalah anggrek bulan
(Phalaenopsis amabilis), Vanda tricolor, dan Dendrobium sp. Dikutip dari beberapa
jurnal penelitian, perbanyakan anggrek secara vegetatif bisa dilakukan dengan beberapa
cara berikut ini :

13
1. Stek Daun dengan Cacahan Daun
Teknologi pencacahan daun pada anggrek Phalaenopsis merupakan
teknologi perbanyakan secara vegetatif yang dapat membantu dalam perbanyakan
tanaman hias anggrek, dengan hasil sama dengan induknya, dan membutuhkan
waktu lebih cepat dari perbanyakan dengan vegetatif stek batang, dan juga dengan
biaya yang murah. Pembiakan ini dapat menghasilkan bibit yang seragam.
Penelitian yang dilaksanakan di Green House Hortikultura Politeknik Pertanian
Negeri Payakumbuh dilakukan dengan 2 tahap yaitu penelitian (di lapangan rumah
pembibitan) dan penelitian (di lab pengolahan data).
Bahan yang digunakan adalah :
- Daun anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis) dengan panjang 50 cm tiap
daun
- Arang sekam
- Rotoon F
- Insektisida
- Fungisida
- Plastik
- Bambu
Alat yang digunakan adalah :
- Cutter
- Gunting stek
- Mistar
- Baki persemaian
- Pengaduk
- Gelas ukur
- Handsprayer
- Label dan alat tulis
Metode yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri
atas 5 perlakukan, 1 kontrol, dan 4 kali ulangan. A: Tanpa cacahan Anggrek Bulan,
B: Cacahan daun pangkal, C: Cacahan daun tengah, D: Cacahan daun ujung.

14
Pembuatan media tanam dari arang sekam yang telah bebas dari organisme,
sedangkan untuk bahan cacahan, diambil dari tanaman induk yang sehat.
Cacahan daun direndam selama 5 menit terlebih dahulu dalam larutan
insektisida dan fungisida yaitu fungisida antracol yang diencerkan dengan air
kemudian cacahan diangin-anginkan dengan tujuan untuk mencegah hama dan
penyakit. Setelahnya, cacahan daun yang kering diolesi dengan Rotoon F yang
sudah dicampur air sehingga berbentuk pasta dengan tujuan untuk merangsang
pertumbuhan akar pada cacahan daun.
Kemudian tanaman disemai pada baki yang sudah disiapkan dan dilakukan
pemeliharaan yang mencakup penyiraman pada baki persemaian itupun apabila
media dalam keadaan kering, penyiraman terlalu sering dapat menyebabkan
cacahan mengalami penyakit busuk.
Variable yang diamati adalah sebagai berikut :
✓ Waktu munculnya kalus, dihitung waktu mulai tumbuhnya kalus sejak
penanaman stek sampai 90 hari setelah tanam.
Dari penelitian, munculnya kalus tidak berbeda nyata untuk setiap
perlakuan. Tapi, dari tingkat kesegaran pada daun cacahan dan daun
anggrek utuh terlihat perbedaan apalagi di daun cacahan pangkal anggrek.
Pangkal cacahan anggrek masih banyak yang hidup dan
kemungkinan masih dapat dilihat pertumbuhan kalusnya karena
kemungkinan zat makannya tersedia lebih banyak daripada bagian lainnya.
Daun utuh pun ketersediaan bahan makannya banyak hanya saja mudah
terkontaminasi air sehingga banyak yang mati apalagi dengan kondisi
lingkungan terutama media yang digunakan (arang sekam) yang bersifat
poros dan dapat menyimpan air sehingga jika terlalu lembab akan banyak
cacahan yang mati.
✓ Jumlah cacahan berkalus sampai umur 90 hari setelah tanam.
Cacahan Pangkal merupakan yang banyak masih berwarna hijau, ini
disebabkan bahwa pada pangkal tanaman anggrek masih banyak terkandung
cadangan makan, dan sel-sel yang terdapat pada daun belum
terkotamininasi. Pada perlakuan A. Daun Utuh, C. Cacahan Tengah dan D.

15
Cacahan Ujung, masing-masing perlakuan banyak yang mati, ini diduga
saat pencacahan dan daun utuh terkotaminasi bahan penelitian dengan
penyakit. Kematian pada perlakuan dimulai dari bawah cacahan sampai ke
bagian atas.
✓ Jumlah berkecambah yaitu dilihat dari cacahan yang sudah mulai
berkecambah denagn panjang akar terbentuk dihitung pada umur 40
hari setelah tanam.
Pada perlakuan daun utuh, dan cacahan daun masih kelihatan segar,
namun ada sebagian yang mati pada masing-masing cacahan. Hal tersebut
juga dilaporkan pada hasil penelitian Rianawati et al., (2009) tentang kultur
daun pada tiga hybrid Phalaenopsis, dimana eksplan daun berubah warna
menjadi kuning kecoklatan dan kemudian menghitam pada hampir seluruh
media perlakuan. Kematian jaringan diduga dikarenakan eksplan gagal
beregenerasi dan umur daun yang sudah tua. Rooton F yang diberikan
belum memberikan pengaruh pada bahan cacahan.
✓ Presentase cacahan hidup yaitu berapa jumlah stek daun yang hidup
dinyatakan dalam persen (%) diamati 90 hari setelah tanam dan
dihitung pada umur 40 hari setelah tanam.
Berdasarkan penelitian, dilihat perlakuan B. Cacahan Pangkal
dengan perlakuan A. Daun Utuh, C. Cacahan Tengah, dan D, Cacahan
Ujung Berbeda nyata, hal ini terlihat banyak cacahan yang masih hidup dan
daun masih berwarna hijau dibandingkan dengan cacahan pada perlakuan
yang lain. Cacahan yang masih berwarna hijau terlihat masih segar, hal ini
diduga, masih berkembangnya sel-sel jaringan pada pangkal daun anggrek.
Cacahan yang mati dimulai dari berwarna coklat sampai mengering.
Menurut Ramdan (2011), kematian eksplan paling banyak disebabkan oleh
stress akibat pemotongan daun dan akar, sehingga eksplan menjadi coklat
dan kering. Media arang sekam juga berpengaruh terhadap persentase hidup
cacahan anggrek, ini diduga porossitas media terhadap bahan penelitian.
Kesimpulan dengan metode perbanyakan tanaman anggrek dengan cacahan
daun tidak berpengaruh terhadap waktu muncul kalus, jumlah cacahan berkalus,

16
jumlah berkecambah, namun berpengaruh nyata terhadap persentase hidup cacahan
sebagai tanaman lanskap. Cacahan pada pangkal daun anggrek merupakan yang
terbaik dari pada cacahan lain sebagai perbanyakan tanaman lanskap.

2. Perbanyakan Vegetatif Menggunakan Batang


Dalam jurnal penelitian yang dikutip, perbanyakan ini menggunakan batang
anggrek jenis Dendrobium sonia dengan bantuan ZPT Zeatin untuk mengetahui
berapa panjang batang dan konsentrasi ZPT yang dibutuhkan agar pertumbuhan
akar pada batang bisa optimal.
Media yang digunakan adalah moss (lumut) yang direndam pada fungisida
“Dithane” dengan konsentrasi 5 g/L selama 15 menit, selanjutnya diperas dan
dijemur selama ± 15 menit untuk mengurangi kadar air yang tersimpan pada moss
sebelum digunakan.
Batang anggrek dikeluarkan dari pot, dibersihkan dari sisa-sisa media dan
semua akar dihilangkan dengan pisau steril kemudian dikelompokkan menjadi tiga
ukuran yaitu 0-10 cm, 10-20 cm dan 20-30 cm. Batang yang sudah dibersihkan
direndam dengan menggunakan fungisida “Dithane” selama ± 15 menit dan
dikering anginkan selama 5 menit.
Media tanam diletakkan pada masing-masing nampan sebanyak 200 gram
dan batang anggrek yang telah disusun sesuai ukurannya, kemudian diletakkan di
atas rak kayu berukuran panjang 140 cm dan lebar 50 cm dan diberi naungan
paranet 70%.
Pemberian Zeatin dilakukan pada pagi hari pukul 08.30-09.30 WITA, dengan
frekuensi pemberian satu minggu sekali dimulai 4 minggu setelah tanam (MST)
hingga 12 MST. Pemberian zeatin dilakukan sesuai dengan perlakuan, yaitu 0
mg/L; 0,1 mg/L dan 0,2 mg/L; dengan cara disemprotkan pada seluruh bagian
batang anggrek. Volume semprot yang diberikan untuk setiap perlakuan adalah 100
mL.
Pemeliharaan meliputi penyiraman serta pemberantasan hama dan penyakit.
Penyiraman dilakukan satu kali sehari pada pagi hari dan pupuk daun diberikan dua
kali seminggu dengan dosis 2 g/L. Fungisida “Dithane” diberikan satu kali
seminggu untuk mencegah infeksi jamur serta pestisida “Sevin” diberikan satu

17
minggu sekali dengan dosis 2 g/L untuk mencegah serangan hama yang diberikan
secara berseling.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok
(RAK). Pengamatan dilakukan dua minggu sekali dimulai dari umur 2 minggu
setelah tanam (MST) sampai 16 MST. Faktor pertama adalah kombinasi Zeatin
dengan tiga macam konsentrasi, yaitu 0 mg/L (Z1); 0,1 mg/L (Z2) dan 0,2 mg/L
(Z3). Faktor kedua adalah ukuran batang dengan tiga macam ukuran batang, yaitu
0-10 cm (B1), 10-20 cm (B2) dan 20-30 cm (B3). Variabel yang diamati ialah
✓ Panjang dan jumlah akar tanaman yang diukur dari pangkal akar
sampai titik tumbuh akar terpanjang (cm)
Pemberian kombinasi hormon Zeatin dan ukuran batang
berpengaruh nyata terhadap jumlah akar dan panjang akar pada umur 16
minggu setelah tanam. Jumlah akar terbanyak diperoleh pada kombinasi
perlakuan Z2B3 (Zeatin 0,1 mg/L dan Panjang batang 20-30 cm) dan akar
terpanjang pada perlakuan Z2B2 (Zeatin 0,1 mg/L dan Panjang batang 10-
20 cm).
✓ Panjang dan jumlah tunas diukur dari pangkal sampai ujung tunas
(cm)
Adanya variasi panjang tunas Dendrobium sonia pada umur 16
MST. Tunas yang terpanjang diamati pada perlakuan Z2B3 (Zeatin 0,1
mg/L dan Panjang batang 20-30 cm) dan yang terpendek pada perlakuan
Z3B1 (Zeatin 0,2 mg/L dan panjang batang 0-10 cm). Persentase pertumbuh
akar dan tunas anggrek D. sonia pada umur 16 MST tertinggi diperoleh pada
kombinasi perlakuan Z2B3 (Zeatin 0,1 mg/L dan panjang batang 20-30 cm)
yakni sebesar 100%, sedangkan terendah pada perlakuan Z1B1 (Zeatin 0
mg/L dan panjang batang 0-10 cm) yakni sebesar 14,2 %.
✓ Jumlah daun tunas dihitung per-daun tunas tanaman pada daun yang
sudah membuka sempurna (16 MST)
Jumlah daun terbanyak diperoleh pada kombinasi perlakuan Z2B2
(Zeatin 0,1 mg/L dan Panjang batang 10-20 cm) dan terendah pada
perlakuan Z3B1 (Zeatin 0,2 mg/L dan panjang batang 0-10 cm) dan Z3B2

18
(Zeatin 0,2 mg/L dan panjang batang 10-20 cm). Perlakuan Z3B1 dan Z3B2
memiliki jumlah daun yang lebih rendah dari kontrol.

Anggrek Dendrobium sp. merupakan anggrek epifit yang menyimpan


cadangan makanan dan air pada batang, daun dan akar. Semakin panjang ukuran
batang anggrek, maka cadangan makanan yang disimpan dan kemampuan dalam
menyerap air dan unsur hara semakin banyak (Prasetyo, 2009). Perbanyakan
tanaman anggrek, selain dipengaruhi oleh ukuran batang juga dipengaruhi
kandungan zat pengatur tumbuh (ZPT) endogen, yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan organ atau jaringan walaupun tidak ditambahkan
ZPT dari luar (eksogen) (Suarni dan Widowati, 2007).

Maka, dapat ditarik kesimpulan dari penelitian berikut yaitu ukuran batang
terbaik untuk digunakan sebagai bahan perbanyakan vegetatif anggrek Dendrobium
sonia adalah ukuran 10-20 cm menghasilkan panjang akar dan jumlah daun terbaik
dan ukuran batang 20-30 cm menghasilkan jumlah akar, jumlah tunas dan panjang
tunas terbaik. Hormon Zeatin pada konsentrasi 0,1 mg/L mampu menghasilkan
jumlah akar, panjang akar, jumlah tunas, panjang tunas dan jumlah daun terbaik
pada pertumbuhan vegetatif anggrek Dendrobium sonia.

3. Menggunakan Keiki (Anakan)


Keiki adalah anakan yang tumbuh liar di ujung umbi. Keiki ini umumnya
muncul di ruas-ruas tanaman anggrek dewasa. Keiki terbentuk jika media tanam
tidak pernah diganti, sehingga akar tanaman banyak rusak. Hal ini menyebabkan
pertumbuhan tunas pindah ke ruas tanaman. Pada tanaman anggrek yang rajin
diganti media tanamnya, jarang muncul keiki.
Gunakan keiki yang berukuran panjang kira-kira sejengkal dan sudah
menghasilkan akar sebanyak 3-4 helai. Saat memotong keiki, umbi induk harus ikut
terangkat. Tujuannya agar anggrek tetap mendapat suplai makanan lewat umbi.
Keiki sebaiknya tidak langsung ditanam tetapi ditempelkan dulu di lempengan
pakis sampai terjadi penambahan umbi. Jika umbi sudah terbentuk 2-3 buah, keiki
siap dipindahkan ke pot. Anggrek yang diperbanyak dengan keiki masa
berbunganya lebih lama dibandingkan dengan cara pemisahan rumpun.

19
Perbanyakan anggrek dengan keiki ini hanya bisa dilakukan pada anggrek
Dendrobium sp.

4. Kultur Jaringan
Perbanyakan ini umumnya dilakukan pembudidaya tanaman anggrek yang
berorientasi usaha atau bisnis dalam skala besar, untuk memenuhi permintaan
konsumen. Media kultur jaringan yaitu menggunakan media MS (Murashige and
Skoog), yang terdiri dari makronutrien, mikronutrien, vitamin, iron, zat pengatur
tumbuh (ZPT), myoinositol, sukrosa dan agar. Bahan-bahan seperti makronutrien,
mikronutrien, vitamin, zpt, dan iron biasanya dibuat dalam bentuk larutan stok
(media yang lebih pekat), sehingga pada saat akan membuat media, cukup
mengambil larutan stok yang sudah dibuat. Pembuatan stok bertujuan untuk
mempermudah dibandingkan setiap kali membuat media harus menimbang.
Beberapa bahan yang digunakan untuk sterilisasi eksplan, diantaranya adalah
detergen, alkohol, clorox, aquadest steril, dan spiritus yang dapat digunakan untuk
sterilisasi permukaan LAF atau untuk cairan dalam bunsen.
Secara singkat, proses kerja perbanyakan tanaman anggrek dengan cara kultur
jaringan sebagai berikut:
a. Mengerat tunas anggrek yang berukuran tinggi 5 cm dan umbi induk.
b. Tunas yang telah dikerat, disterilkan dengan merendamnya dalam larutan
Clorox 10% selama 10 menit.
c. Tunas dibuka dengan pisau dalam keadaan steril di enkas.
d. Titik tumbuh (meristem) yang ada di bagian pucuk diambil.
e. Meristem dimasukkan ke dalam erlenmeyer yang berisi larutan kara yang
telah disterilkan.
f. Erlenmeyer ditempatkan pada alat pengocok berkecepatan sekitar 60-100
rpm, dan dijalankan terus-menerus (24 jam tanpa henti).
g. Dalam waktu sekitar 2 bulan, eksplan telah membentuk kalus yang
semakin lama semakin membesar.
h. Pertumbuhan yang membesar itu menyebabkan jaringan terpecah-pecah.
i. Tiap pecahan bisa dipindahkan lagi ke botol erlenmeyer lain dan
mendapatkan perlakuan yang sama (dikocok).

20
j. Pada akhirnya jaringan tersebut ditumbuhi plb (protocorm like bodies)
yang jika dipindahkan ke media padat atau media agar-agar akan menjadi
plantet (anak semai).
k. Anak semai selanjutnya ditanam berjajar di media padat dalam botol.
l. Jika anak semai di media padat telah menyundul langit-langit botol serta
tumbuh akar banyak, pertanda bibit siap dipindahkan ke dalam pot
komunitas.

Selanjutnya adalah proses aklimatisasi yang dilakukan secara bertahap untuk


menghindari infeksi dari fungi serta bakteri karena tanaman hasil kultur jaringan
belum mampu beradaptasi dengan patogen-patogen yang biasa ditemukan di
lingkungan luar. Pemberian fungisida diperlukan untuk mencegah serangan jamur,
pembersihan media secara benar juga mengurangi resiko serangan.

Pemindahan pertama dilakukan ke dalam ‘community pot’ yang bisa


menampung jumlah bibit yang cukup banyak. Pada tahap awal kelembaban sangat
perlu dijaga dan pemberian nutria tambahan bisa dilakukan dengan penyemprotan
pupuk daun. Selanjutnya bibit bisa dipindah ke pot-pot individu saat daun dan akar
siap untuk mendukung pertumbuhannya.

Dari jurnal ini diketahui bahwa sebanyak 75% media MS kultur jaringan yang
dibuat dapat digunakan untuk menanam plantlet dan sebanyak 70% plantet yang
ditanam dapat tumbuh.

21
BAB II

KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Dari beberapa jurnal penelitian dan pengabdian yang didapatkan melalui
website, dijelaskan bahwa perbanyakan anggrek melalui generative maupun vegetatif
sebenarnya bisa saja dilakukan dengan mendapat keuntungan besar asal petani rajin
untuk mengelolanya.
Perbanyakan anggrek terutamanya dapat membantu mendongkrak ketersediaan
anggrek untuk masyarakat Indonesia sehingga pemerintah tidak harus lagi mengimpor
demi memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri. Dalam makalah ini dijelaskan pula
bagaimana caranya memperbanyak anggrek melalui stek daun dan batang,
menggunakan keiki dan secara kultur jaringan.
Untuk itu, semoga dengan adanya makalah yang merangkum beberapa teknik
perbanyakan anggrek secara vegetatif ini diharapkan bisa menjadi acuan ke depannya
untuk para petani yang ingin berbudidaya anggrek.

B. Saran
Diperlukan literasi dan penelitian lebih lanjut untuk membuat makalah ini
menjadi sempurna.

22
DAFTAR PUSTAKA
Herliana, O., dkk. 2019. Pelatihan Pembibitan Anggrek Secara Vegetatif, Generatif, dan
Kultur Jaringan pada Paguyuban Mantan Buruh Migran “SERUNI” Kabupaten
Banyumas. LOGISTA : Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat 3 (2) : 61-69.
[Online]. tersedia : https://doi.org/10.25077/logista.3.2.61-69.2019

Jonni, Rasdanelwati. 2019. Perbanyakan Secara Vegetatif Cacahan Daun terhadap


Pertumbuhan Stek Anggrek Bulan (Phalaenopsis amabilis) sebagai Tanaman
Lanskap. LUMBUNG : Jurnal Ilmiah Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh. 18
(1) : 01-09. [Online]. tersedia : https://doi.org/10.32530/lumbung.v18i1.177

Purwanto, A.W. 2016. ANGGREK : Budi daya dan Perbanyakan. LPPM UPN Veteran
Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. [Online]. tersedia :
https://fdokumen.com/document/anggrek-budi-daya-dan-perbanyakan-budi-daya-
dan-perbanyakan-juga-menyajikan.html?page=1

Santoso, B.B. 2009. Pembiakan Vegetatif dalam Hortikultura. UNRAM Press, Mataram,
Nusa Tenggara Barat. [Online]. tersedia :
https://www.researchgate.net/publication/320010885_Pembiakan_Vegetatif_dalam_
Hortikultura

Suratniasih, N.K.M., dkk. 2017. Panjang Batang dan Konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh
Zeatin Berpengaruh terhadap Pertumbuhan Vegetatif Anggrek Dendrobium sonia.
Jurnal Metamorfosa IV (2) : 271-278. [Online]. tersedia :
https://doi.org/10.24843/metamorfosa.2017.v04.i02.p20

23

Anda mungkin juga menyukai