Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM TEKNIK PEMULIAAAN

TANAMAN JAGUNG
Disusun

Nama : Galang Diki Trenaldi

Npm : 1802100031

VA

PROGAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS LABUHANBATU
2021

DAFTAR ISI

Daftar isi..........................................................................................................................................2
Kata Pengantar.................................................................................................................................3
BAB I .PENDAHULUAN...........................................................................................................4
1.1. Latar Belakang..............................................................................................................4
1.2. Tujuan...............................................................................................................................6
BAB II .TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................7
2.1. Jagung............................................................................................................................7
2.2. Penyerbukan pada tanaman jagung ..............................................................................8
2.3. Rambut jagung..............................................................................................................9
BAB III BAHAN DAN METODE ...........................................................................................11
3.1. waktu dan tempat.........................................................................................................11
3.2. Alat Dan Bahan...........................................................................................................11
3.3 Metode penelitian.........................................................................................11

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................................12

4.1 Hasil...................................................................................................................12
4.2 Pembahasan........................................................................................................12

BAB V KESIMPULAN ............................................................................................13


5.1 Kesimpulan........................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................14
LAMPIRAN..................................................................................................................................15
Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kepadaTuhan Yang Maha Esa, bahwa penulis telah
menyelesaikan tugas praktikum Mata Kuliah Pemuliaan Tanaman dengan membahas
“Persilangan Tanaman Jagung” dalam bentuk laporan. Dalam penyusunan tugas atau
materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Seperti pepatah mengatakan
bahwa tak ada gading yang tak retak, maka penulis menerima kritik dan saran yang
membangun.

Penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain
berkat bantuan, dorongan dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang
penulis hadapi teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dosen bidang studi Pemuliaan Tanaman yang telah memberikan tugas, petunjuk,
kepada penulis sehingga penulis termotivasi dan menyelesaikan tugas ini.

2. Orang tua yang telah turut membantu, membimbing, dan mengatasi berbagai
kesulitan sehingga tugas ini selesai.

Semoga tugas ini bermanfaat dan berguna bagi yang membacanya dan khususnya
bagi penulis sendiri sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai, Amin.

Aek nabara , 17 Januari 2021

GALANG DIKI TRENALDI


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pemuliaan tanaman pada dasarnya adalah kegiatan memilih atau menyeleksi dari
suatu populasi untuk mendapatkan genotipe tanaman yang memiliki sifat-sifat
unggul yang selanjutnya akan dikembangkan dan diperbanyak sebagai benih atau
bibit unggul. Namun demikian, kegiatan seleksi tersebut seringkali tidak dapat
langsung diterapkan, karena sifat-sifat keunggulan yang dimaksud tidak seluruhnya
terdapat pada satu genotipe saja, melainkan terpisah pada genotipe yang
lainnya.Misalnya, suatu genotipe mempunyai daya hasil yang tinggi tapi rentan
terhadap penyakit, sedangkan genotipe lainnya memiliki sifat-sifat lainnya
(sebaliknya). Jika seleksi diterapkan secara langsung maka kedua sifat unggul
tersebut akan selalu terpisah pada genotipe yang berbeda. Oleh sebab itu untuk
mendapatkan genotipe yang baru yang memiliki kedua sifat unggul tersebut perlu
dilakukan penggabungan melalui rekombinasi gen.
Persilangan merupakan salah satu cara untuk menghasilkan rekombinasi gen.
Secara teknis, persilangan dilakukan dengan cara memindahklan tepung sari
kekepala putik pada tanaman yang diinginkan sebagai tetua, baik pada tanaman
yang menyerbuk sendiri (self polination crop) maupun pada tanaman yang
menyerbuk silang (cross polination crop) .
Varietas unggul didapat melalui beberapa metode pemuliaan tanaman. Metode
pemuliaan ini sangat ditentukan oleh sistem penyerbukan ataupun cara perkembang
biakan tanman. Metode untuk tanman menyerbuk sendiri berbeda dengan metode
untuk tanaman menyerbuk silang.Metode yang dikembangkan secara seksual
berbeda dengan yang dikembangkan secara aseksual.Beberapa metode pemuliaan
tanaman yang diketahui yaitu introduksi, seleksi dan hibridisasi dilanjutkan seleksi.

1.2 Tujuan

Praktikum ini bertujuan untuk menghasilkan biji F1 dengan kombinasi sifat


tetua dari persilangan jagung, sebagai salah satu tahap dalam upaya perakitan
varietas baru untuk tanaman menyerbuk silang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jagung

Jagung merupakan salah satu jenis tanaman berpenyerbuk silang yang proses
persilangannya seringkali dibantu oleh angin (anemogami). Jagung termasuk
tanaman berputik tunggal, dimana benang sari dan putik berada dalam satu tanaman,
namun berbeda bunga. Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang
terpisah (diklin) dalam satu tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki
struktur khas bunga dari suku Poaceae, yang disebut floret. Pada jagung, dua floret
dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal: gluma). Bunga jantan tumbuh di bagian
puncak tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna
kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh
dari buku, di antara batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya
dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga
betina. Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol
produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik. Bunga jantan jagung cenderung siap
untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya (protandri) (Bahar,
2004).
Jagung merupakan salah satu tanaman yang dapat melakukan penyerbukan
silang tetapi juga dapat melakukan penyerbukan sendiri. Darwin membuktikan
bahwa penyerbukan sendiri pada jagung akan menghasilkan produksi yang rendah
dan tanaman tidak dapat tumbuh tinggi, padahal penyerbukan sendiri memiliki vigor
yang normal (Sinnot et al., 1958).
Serbuk sari sangat ringan dan jatuh karena gravitasi atau tertiup angin sehingga
terjadi penyerbukan silang. Dalam keadaan tercekam (stress) karena kekurangan air,
keluarnya rambut tongkol kemungkinan tertunda, sedangkan keluarnya malai tidak
terpengaruh. Interval antara keluarnya bunga betina dan bunga jantan (anthesis
silking interval, ASI) adalah hal yang sangat penting. ASI yang kecil menunjukkan
terdapat sinkronisasi pembungaan, yang berarti peluang terjadinya penyerbukan
sempurna sangat besar. Semakin besar nilai ASI semakin kecil sinkronisasi
pembungaan dan penyerbukan terhambat sehingga menurunkan hasil. Cekaman
abiotis umumnya mempengaruhi nilai ASI, seperti pada cekaman kekeringan dan
temperatur tinggi (Seka dan Cross, 2005).

2.2 Penyerbukan pada tanaman jagung

Penyerbukan pada jagung terjadi bila serbuk sari dari bunga jantan menempel
pada rambut tongkol. Hampir 95% dari persarian tersebut berasal dari serbuk sari
tanaman lain, dan hanya 5% yang berasal dari serbuk sari tanaman sendiri. Oleh
karena itu, tanaman jagung disebut tanaman bersari silang (cross pollinated crop), di
mana sebagian besar dari serbuk sari berasal dari tanaman lain. Terlepasnya serbuk
sari berlangsung 3-6 hari, bergantung pada varietas, suhu, dan kelembaban. Rambut
tongkol tetap reseptif dalam 3-8 hari. Serbuk sari masih tetap hidup (viable) dalam
4-16 jam sesudah terlepas (shedding). Penyerbukan selesai dalam 24-36 jam dan biji
mulai terbentuk sesudah 10-15 hari. Setelah penyerbukan, warna rambut tongkol
berubah menjadi coklat dan kemudian kering (Sinnot et al., 1958).

2.3 Rambut jagung

Rambut jagung (silk) adalah pemanjangan dari saluran stylar ovary yang matang
pada tongkol. Rambut jagung tumbuh dengan panjang hingga 30,50 cm atau lebih
sehingga keluar dari ujung kelobot. Panjang rambut jagung bergantung pada
panjang tongkol dan kelobot. Tanaman jagung adalah protandry, di mana pada
sebagian besar varietas, bunga jantannya muncul (anthesis) 1-3 hari sebelum rambut
bunga betina muncul (silking). Serbuk sari (pollen) terlepas mulai dari spikelet yang
terletak pada spike yang di tengah, 2-3 cm dari ujung malai (tassel), kemudian turun
ke bawah. Satu bulir anther melepas 15-30 juta serbuk sari (Anonim, 2010).
Dalam melakukan persilangan harus diperhatikan: (1) penyesuaian waktu
berbunga. Waktu tanam tetua jantan dan betina harus diperhatikan supaya saat
anthesis dan reseptif waktunya bersamaan, (2) waktu emaskulasi dan penyerbukan.
Pada tetua betina waktu emaskulasi harus diperhatikan, seperti pada bunga kacang
tanah, padi harus pagi hari, bila melalui waktu tersebut polen telah jatuh ke stigma.
Juga waktu penyerbukan harus tepat ketika stigma reseptif. Jika antara waktu antesis
bunga jantan dan waktu reseptif bunga betina tidak bersamaan, maka perlu
dilakukan sinkronisasi. Caranya dengan membedakan waktu penanaman antara
kedua tetua, sehingga nantinya kedua tetua akan siap dalam waktu yang bersamaan.
Untuk tujuan sinkronisasi ini diperlukan informasi tentang umur tanaman berbunga
(Syukur, 2009).
Penelitian Shull dan East di Amerika Serikat membuktikan sebuah revolusi pada
persilangan jagung dengan hasil yang luar biasa. Persilangan hibrida jagung
memberikan kenaikan 15-20%, kadang-kadang 50%, lebih tinggi daripada
persilangan sendiri yang biasa dilakukan oleh petani. Petani umumnya mendapatkan
benih hibrida yang segar tiap tahun dari penumbuh, yang menangani khusus
produksi benih. Penumbuh memilih ladang terisolasi yang ditumbuhi 2 jenis jagung
yang melakukan persilangan sendiri, 1 baris untuk induk jantan dan 4 baris untuk
induk betina. Dalam waktu dekat, induk betina akan matang dan kemudian akan
dibuahi pollen dari induk jantan. Pembentukan biji hanya dipengaruhi oleh induk
betina (Kent, 1966).
Jagung mempunyai 10 kromosom di dalam sel-sel reproduktif (haploid), 20
kromosom di dalam sel somatik (diploid) dan 30 kromosom di dalam sel-sel
endosperma (triploid). Secara umum semua tipe tanaman jagung mempunyai 10
pasang kromosom. Sistem perakaran jagung terdiri dari akar-akar seminal yang
tumbuh ke bawah pada saat biji berkecambah, akar kolonal yang tumbuh ke atas
dari jaringan batang setelah plumula muncul, dan akar udara (brace) yang tumbuh
dari buku-buku di atas permukaan tanah. Batang jagung beruas-ruas yang jumlahnya
bervariasi antara 10-40 ruas, umumnya tidak bercabang kecuali ada beberapa yang
bercabang yang muncul dari pangkal batang. Tunas batang yang telah berkembang
menghasilkan tajuk bunga betina. Daun jagung muncul dari buku-buku batang,
sedangkan pelepah daun menyelubungi ruas batang untuk memperkuat batang.
Terdapat lidah daun (ligula) yang transparan dan tidak mempunyai telinga daun
(auriculae). Bagian atas epidermis umumnya berbulu. Jagung juga dapat mengalami
perubahan turgor pada daunnya. Jagung merupakan tanaman berumah satu di mana
bunga jantan (staminate) terletak pada ujung batang, sedangkan bunga betina
(pistilate) terletak di pertengahan batang. Tanaman jagung bersifat protrandy (bunga
jantan tumbuh 1-2 hari sebelum munculnya rambut) sehingga mempunyai sifat
penyerbukan silang (Muhadjir, 1988).
Kira-kira 4-6 hari setelah biji jagung ditanam, tanaman akan muncul di atas
permukaan tanah bila kondisi tanah cukup lembab. Laju tambahan tinggi tanaman
pada fase awal relatif lambat, tetapi tanaman akan tumbuh dengan cepat setelah
tanaman berumur 4 minggu. Sistem perakaran jagung berkembang dengan cepat
pada saat tanaman berdaun 5-7 helai. Selanjutnya setelah berumur 7-9 minggu
terjadi pembungaan lalu rambut tongkol muncul dan selanjutnya penyerbukan mulai
berlangsung. Umumnya tongkol jagung tumbuh dari ruas 6-8 bawah bunga jantan.
Pada fase pembungaan ini biasanya akar cabang (brance root) tumbuh dari ruas
bagian bawah dekat tanah. Akar cabang ini selain berguna untuk menunjang atau
menopang tanaman agar tidak mudah rebah, juga dapat mengabsorbsi hara tanaman
(Sutoro et al., 1988).
BAB III
BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2020 sampai Januari 2020 di
PERTANIAN P3RSU
Mata kuliah : pemuliaan tanaman
Kegiatan : penyilangan tanaman jagung
Lokasi : lahan pertanian p3rsu

3.2 Alat Dan Bahan

1. Tongkol tetua betina (Varietas Jagung Hibrida)


2. Malai tetua jantan (Varietas Jagung Bersari Bebas)
3. Kantong kertas besar
4. Kantong kertas sedang
5. Trigonal klip/stapler-isi stapler,tali plastik
6. Gunting
7. Label
8. Pensil
9. Cotton bud
10. Polibeg ukuran 17,5 x 40 cm ( Lampiran 1 )

3.3 Metode Penelitian

Penyiapan Tetua Betina Bunga yang dipilih sebagai tetua betina, dipastikan
bunga betina yang sehat dan belum terserbuki. Untuk mencegah terjadinya penyerbukan
yang tidak dikehendaki, dilakukan penutupan dengan kantong tongkol. Kantong tongkol
diharapkan tahan air dan kuat untuk mengikuti bertambah besarnya ukuran tongkol.
Penutupan dilakukan sebelum rambut tongkol keluar.
Penyiapan Tetua Jantan Dipilih malai yang sehat, dan belum pecah kotak
sarinya. Dilakukan penutupan. Tutup malai diikat sedemikian rupa sehingga sehingga
serbuk sari tidak keluar dari kantong penutup. Bagian bawah dijepit dengan penjepit
untuk mencegah terbangnya penutup malai.
Praktikum Pemuliaan tanaman yang berjudul Persilangan tanaman Jagung
dilaksanakan di lahan pertanian p3rsu Jurusan agroteknologi, Fakultas sains dan
teknologi, Universitas labuhanbatu, selama kurang lebih 4 bulan, dimulai pada bulan
Oktober 2020 dan hasilnya dipanen pada Bulan Januari 2021. Alat-alat yang diperlukan
yaitu perlengkapan polinasi berupa kantong kertas besar dan kecil, tali plastik, gunting,
label, pensil/pulpen. Kantong kertas besar digunakan untuk membungkus bunga jantan,
kantong kertas kecil untuk membungkus bunga betina, gunting untuk memotong bunga
jantan, cotton bud untuk mengambil dan menempelkan serbuk sari pada bunga betina/
tongkol, dan tali plastik untuk mengikat kantong kertas pembungkus bunga jantan.
Bahan yang dibutuhkan adalah populasi tanaman jagung yang berwarna putih serta
populasi tanaman jagung yang berwarna merah. Pelaksanaan praktikum ini juga
didokumentasikan kegiatannya dengan menggunakan kamera.
Pada praktikum ini digunakan metode kantung (tassel bag method). Pertama-
tama, bunga jantan maupun betina dibungkus sebelum mekar menggunakan kantong
kertas. Malai bunga jantan yang keluar dari pucuk tanaman dikerodong menggunakan
kantong kertas. Untuk bunga betina, dikerodong sebelum kepala putik (rambut jagung)
keluar. Pada hari berikutnya tongkol diperiksa untuk melihat laju keluarnya rambut
jagung. Rambut jagung yang sudah keluar dipotong menggunakan gunting setinggi ± 1-
2 cm di atas permukaan ujung klobot. Pemotongan ini dimaksudkan untuk mencegah
rambut tongkol keluar dari kantong sehingga terjadi penyerbukan dengan pollen yang
tidak dikehendaki. Pemotongan dapat dilakukan 2-3 kali sampai seluruh rambut tongkol
telah keluar. Tongkol yang seluruh rambutnya telah keluar dari kelobot menunjukkan
bahwa telah siap untuk diserbuki. Malai bunga jantan yang telah dikerodong
dikumpulkan serbuksarinya untuk digunakan sebagai tetua jantan. Penyerbukan buatan
dilakukan dengan cara menaburkan serbuk sari/pollen yang telah terkumpul tersebut di
atas permukaan potongan rambut jagung. Prosedur ini dapat dilakukan 2-3 kali
(menggunakan pollen dari tetua yang sama) untuk meyakinkan seluruh putik telah
diserbuki. Tanda-tanda bahwa bunga jantan siap menyerbuki adalah adanya serbuksari
yang melekat pada kantong pembungkus. Pada praktikum ini dibuat 4 macam
kombinasi persilangan. Adapun empat macam kombinasi persilangan tersebut, antara
lain:
1. ♀ jagung merah x ♂ jagung merah (selfing)
2. ♀ jagung putih x ♂ jagung putih (selfing)
3. ♀ jagung merah x ♂ jagung putih (pembastaran)
4. ♀ jagung putih x ♂ jagung merah (pembastaran resiprok
BAB VI
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 1. Hasil Pengamatan Jumlah Biji pada Persilangan Jagung

Tipe Persilangan Jumlah Biji


Nomor Total
tongkol Merah Putih Merah Biji
Putih Merah
   x  Kekuningan keoranyean keoranyean

1 Merah x Putih 0 27 0 43 95 165

2 Merah x Merah 0 248 0 0 0 248

3 Putih x Merah 35 5 46 0 0 86

4 Putih x Putih 0 0 0 37 0 37

Tabel 2. Hasil Pengamatan Jumlah Biji pada Persilangan Jagung dalam Bentuk Persen

Total
Tipe Persilangan Jumlah Biji
Nomor Biji
tongkol
Merah Putih Merah
Putih Merah
   x  Kekuningan keoranyean keoranyean

1 Merah x Putih 0,00% 16,36% 0,00% 26,06% 57,57% 100%

2 Merah x Merah 0,00% 100,00% 0,00% 0,00% 0,00% 100%

3 Putih x Merah 40,69% 5,81% 53,48% 0,00% 0,00% 100%


4 Putih x Putih 0,00% 0,00% 0,00% 100,00% 0,00% 100%
4.2 Pembahasan
Persilangan jagung merupakan suatu tindakan agronomis dalam mengawinkan
tanaman jagung dimana pengaruh warna dari biji jagung dipengaruhi oleh gamet jantan
pada endosperm tanaman induk, sehingga pada saat perkawinan warna dari yang berasal
dari sifat fenotipe jantan akan menutup sifat resesif yang lain. Pada pengamatan ini,
tanaman yang dijadikan obyek percobaan adalah tanaman jagung. Adapun tanaman
jagung digunakan sebagai bahan pengamatan karena selain mudah disilangkan, hasilnya
juga mudah diamati dalam waktu yang relatif tidak terlalu lama. Buah jagung
mempunyai biji/butiran buah dengan massa yang relatif cukup besar sehingga
memudahkan pengamatan. Dengan demikian, pengaruh-pengaruh dari fenomena
tersebut dapat secara visual diamati melalui karakter-karakter tanaman diantaranya
bentuk buah, warna dan rasa, serta karakter glain. Adapun dalam praktikum ini, karakter
tanaman yang diamati adalah warna butiran buah jagung yang kemudian dilihat
perbandingannya. Karakter warna biji digunakan sebagai indikator karena warna merah
dan warna putih pada biji terlihat jelas berbeda, sehingga praktikan dapat
membedakannya dengan mudah dan kemudian dapat pula dihitung persentasenya.
Jagung (Zea mays L.) adalah jenis tanaman semusim dan termasuk jenis
rumputan/ graminae yang mempunyai batang tunggal, meski terdapat kemungkinan
munculnya cabang anakan pada beberapa genotipe dan lingkungan tertentu. Batang
jagung terdiri atas buku dan ruas. Daun jagung tumbuh pada setiap buku, berhadapan
satu sama lain. Bunga jantan terletak pada bagian terpisah pada satu tanaman sehingga
lazim terjadi penyerbukan silang. Jagung merupakan tanaman hari pendek,
jumlahdaunnya ditentukan pada saat inisiasi bunga jantan, dan dikendalikan oleh
genotipe,lama penyinaran, dan suhu.
Dalam praktikum ini, dilakukan suatu penyerbukan buatan oleh manusia
(anthropogami). Persilangan tanaman jagung dilakukan di kebun percobaan.
Penyerbukan pada jagung terjadi bila serbuk sari dari bunga jantan menempel pada
rambut tongkol. Hampir 95% dari persarian tersebut berasal dari serbuk sari tanaman
lain, dan hanya 5% yang berasal dari serbuk sari tanaman sendiri. Oleh karena itu,
tanaman jagung disebut tanaman bersari silang (cross pollinated crop), di mana
sebagian besar dari serbuk sari berasaldari tanaman lain.
Pada praktikum, dilakukan perlindungan terhadap putik yang diserbuki oleh
benang sari satu tanaman jagung dengan kerodong agar tidak tercampur dengan benang
sari tanaman lainnya. Malai jagung perlu dibungkus/ dikerodong sebelum ia mekar.
Selain itu, hal ini juga dilakukan karena tanaman jagung termasuk ke dalam jenis
tanaman berpenyebuk silang. Dengan demikian, dapat dihasilkan hasil (buah) yang
mudah untuk diamati dengan lebih cermat dan teliti.
Waktu atau periode optimal mekarnya bunga terjadi antara pukul 09.00-11.00.
Tanaman mulai berbunga pada saat setengah umur tumbuhnya. Terdapat 3 cara
persilangan buatan pada tanaman jagung yaitu metode kantong (tassel bag method),
metode botol (bottle method), dan overall method. Dalam praktikum ini digunakan
metode kantong (tassel bag method), dimana bunga, baik bunga jantan maupun betina,
dibungkus sebelum mekar menggunakan kantong kertas minyak. Penyerbukan buatan
dengan metode ini dilakukan dengan jalan menaburkan serbuk sari (pollen) yang telah
terkumpul di atas potongan rambut jagung. Adapun tanda-tanda bahwa bunga jantan
siap menyerbuki adalah serbuk sari melekat pada kantong pembungkus.
Dari hasil pengamatan, hibridisasi yang dilakukan tanggal 17 Oktober 2020
menurut kelompok kami sudah berhasil, sebab bunga betina yang diamati menunjukkan
tanda-tanda keberhasilan hibridisasi yaitu bulu-bulu benang tongkol berubah warna
menjadi kecoklatan dan tongkol membesar. Keberhasilan suatu persilangan buatan
dapat dilihat kira-kira satu minggu setelah dilakukan penyerbukan. Jika calon buah
mulai membesar dan tidak rontok maka kemungkinan telah terjadi pembuahan.
Sebaliknya, jika calon buah tidak membesar atau rontok maka kemungkinan telah
terjadi kegagalan pembuahan.
Dalam proses persilangan antara jagung merah ♂ dengan jagung
putih ♀ (pembastaran) dihasilkan 27 biji jagung berwarna merah (16,36%), 43 biji
jagung berwarna putih keoranyean (26,06%), dan 95 biji jagung berwarna merah
keoranyean (57,57%) dengan total biji jagung sebanyak 160 butir biji jagung. Pada
persilangan antara jagung merah ♀ dan jagung merah ♂ (selfing) hanya dihasilkan biji
jagung berwarna merah dengan jumlah 248 butir (100%). Percobaan pembastaran
resiprok dilakukan dengan menyilangkan jagung putih ♀ dengan jagung merah ♂ ,
dihasilkan 35 butir biji putih (40,69%), 46 butir biji merah kekuningan (53,81%), dan 5
butir biji merah (5,81%). Sementara itu, pada persilangan jagung putih  ♀ dengan
jagung putih♂  (selfing) hanya memberikan hasil 37 butir biji jagung berwarna putih
keoranyean (100%). Untuk membandingkan antara selfing dan penyerbukan yang
dilakukan menggunakan karakter warna biji (merah, putih, merah keoranyean, putih
keoranyean, dan merah kekuningan).
Keberhasilan persilangan sangat dipengaruhi oleh dua faktor utama, yakni faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal berasal dari tanaman jagung itu sendiri,
semisal umur jagung atau perbedaan waktu keluar tongkol dengan mekarnya bunga
yang terlalu lama. Faktor eksternal memang sangat mempengaruhi, dari segi
penyerbukan, bila dilakukan dengan bantuan kita tidak 100% steril maka hal itu dapat
mempengaruhi pembuahan atau polenisasinya. Bantuan penyerbukan yang tidak 100%
inilah yang dapat membuat bercampurnya warna atau adanya perbedaan warna dalam
satu tongkol yang sama. Selain itu, faktor eksternal yang lain adalah cuaca yang tidak
cocok dengan yang dikehendaki oleh tanaman jagung itu sendiri. Selain itu,
keberhasilan persilangan jagung juga turut dipengaruhi oleh faktor waktu dan proses
penyerbukan yang dilakukan. Waktu yang optimal untuk melakukan proses
penyerbukan pada tanaman jagung adalah pada pagi hari, berkisar antara pukul 08.00
WIB hingga pukul 10.00 WIB. Faktor lainnya adalah proses penyerbukan, setelah
serbuk sari jagung kuning diserbukkan ke jagung betina harus diperhatikan dalam
menyungkupnya. Penyungkup harus tertutup rapat melindungi jagung betina agar
jangan sampai terkena serbuk sari dari tanaman jagung lainnya.
Dalam praktikum ini, curah hujannya cukup besar karena bertepatan dengan
datangnya musim penghujan sehingga benang sari yang sudah matang tidak sepenuhnya
dapat dimanfaatkan untuk penyerbukan. Curah hujan yang berlebih juga membuat tanah
sedikit tererosi sehingga perakaran jagung menjadi dangkal. Akibatnya, tanaman jagung
menjadi mudah roboh apabila terkena angin atau tongkolnya terlalu berat. Pada
kenyataannya, di kebun percobaan di Banguntapan, banyak tanaman jagung yang roboh
karena hal tersebut.
Pada kelompok kami, biji jagung dapat tumbuh dengan normal (berhasil),
meskipun belum bisa dikatakan berhasil 100% karena tongkol jagung kelompok kami
tidak terlalu besar dan pada persilangan betina putih dan jantan putih bijinya tidak
terlalu banyak dan warnanya agak kekuningan. Meskipun demikian, pada kelompok lain
terdapat biji jagung yang hanya tumbuh beberapa butir saja. Hal tersebut disebabkan
karena penyerbukan yang dilakukan tidak sempurna, misalnya pollen tidak merata dan
penyerbukan hanya dilakukan 1 kali sehingga hasilnya tidak maksimal. Selain itu,
mungkin ada faktor-faktor lain yang turut mengganggu proses penyerbukan jagung,
misalnya karena hama dan penyakit yang menyerang tanaman jagung.
Secara umum dan keseluruhan, praktikum persilangan jagung ini dapat
dikatakan berhasil. Akan tetapi, terdapat sedikit kelainan pada persilangan jagung betina
putih dan jagung jantan putih (percobaan selfing). Kelainan yang terjadi adalah jagung
betina putih dan jagung jantan putih yang seharusnya menghasilkan keturunan jagung
berwarna putih tetapi hasil yang diperoleh adalah jagung berwarna agak oranye. Hal
tersebut dimungkinkan terjadi diakibatkan sebelum dilakukan pembungkusan dengan
kertas pada saat percobaan putik dari jagung putih telah terserbuki oleh serbuk sari
jagung kuning sehingga hasil yang diharapkan jagung berwarna agak oranye.
BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
1. Persilangan pada tanaman jagung dapat dilakukan karena adanya pengaruh
gamet jantan atau ayah pada endosperm tanaman induk.
2. Keberhasilan persilangan tanaman jagung dipengaruhi oleh proses penyerbukan
yang dilakukan.
3. Persilangan jagung berhasil dilakukan dengan hasil sebagai berikut; Persilangan
jagung merah betina dengan putih jantan (pembastaran) menghasilkan 43 biji
putih keoranyean, 95 biji merah keoranyean, dan 27 biji merah; persilangan
jagung merah betina dengan merah jantan (selfing) menghasilkan 248 biji
merah; persilangan jagung putih betina dan merah jantan (pembastaran resiprok)
menghasilkan 35 biji putih, 46 biji merah kekuningan, dan 5 biji merah; dan
persilangan jagung putih betina dengan putih jantan (selfing) menghasilkan 37
biji putih keoranyean.
4. Warna putih pada biji cenderung menampilkan sifat resesif, sedangkan warna
merah cenderung menampilkan sifat dominan.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Penyerbukan Jagung.


<http://www.scribd.com/doc/28327454/teknikpenyrbukan-jagung>, diakses pada
tanggal 25 November 2011.
Bahar, H., F. Kasim., dan S. Zen. 2004. Stabilitas dan adaptabilitas enam
populasi jagung di tanah masam. 1 : 55-61.
Kent, N.L. 1966. Technology of Cereals. Pergamon Press. New York.
Muhadjir, F. 1988. Karakteristik Tanaman Jagung. Badan Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.
Sutoro, Y, Soelaeman, dan Iskandar. 1988. Jagung. Puslitbang Tanaman
Pangan. Bogor.
Syukur, M., S. Sujiprihati. 2009. Teknik Pemuliaan Tanaman. Bagian Genetika
dan Pemuliaan Tanaman Departemen Agronomi dan Hotikultura IPB. Bogor
Syukur, Muhammad, dkk. 2012 Teknik Pemuliaan Tanaman .Jakarta : Penebar
Swadaya.http://deriapriawan.blogspot.com/2011/12/laporan-praktikum-persilangan-
jagung.html
LAMPIRAN

Lampiran 1. Pemotongan bunga Lampiran 2. Penyungkupan


jantan pada tetua betina bunga betina pada tetua betina

Lampiran 3. Penyungkupan Lampiran 4. Pengumpulan polen


bunga jantan pada tetua jantan dengan cara menggoyangkan malai
Lampiran 5. Pemotongan ujung bunga betina pada tetua betina untuk poses persilangan

Lampiran 6. Penyungkupan bunga betina setelah melakukan persilangan

Anda mungkin juga menyukai