DOSEN PENGAMPU
DISUSUN OLEH
Nim : D1A021009
Kelas : A
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas izin Nyalah sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan yang berjudul “ Budidaya Tanaman Kedelai ( Glycine max L ) “.
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Budidaya Ekologi Tanaman. Penulisan
laporan ini juga bertujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan.
Penulis menyadari bahwa laporan ini tidak dapat diselesaikan tanpa ada dukungan dari
berbagai pihak, terutama kepada Dosen Pengampu : Dr. Ir. Aryunis, M.P. dan pihak-pihak yang
membantu dalam penyelesaian laporan ini. Untuk itu, penulis mengucapkan terimakasih tak
terhingga, semoga segala bantuan yang telah diberikan dapat bernilai ibadah disisi Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa laporan ini belum sempurna dan tidak terlepas dari segala
kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Agar laporan ini
menjadi lebih baik, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca
pada umumnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………...….i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………..………ii
ABSTRAK……………………………………………………………………………………….iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………….……….…….1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………….…….………2
1.3 Tujuan Praktikum……………………………………………………………….……….…….2
1.4 Manfaat Praktikum…………………………………………………………………….………2
ii
Respon Tanaman Kedelai terhadap Inokulasi Rhizobium
ABSTRAK
Tanaman kedelai (Glycine max (L) Merr.) merupakan salah satu jenis kacang-kacangan
yang dikenal dan banyak ditanam di dunia. Kebutuhan kedelai di Indonesia terus meningkat
mencapai ± 2 juta ton per tahun, sementara produksi dalam negeri baru mencapai 1,2 juta ton per
tahun. Hal tersebut dapat terjadi karena beberapa faktor di antaranya, yaitu petani belum
melakukan pemupukan dengan dosis yang optimum dan petani belum mengenal penggunaan
pupuk hayati jenis Rhizobium terbaik. Kedelai tergolong tanaman yang mampu mendapatkan hara
nitrogen melalui simbiotik dengan bakteri Rhizobium. Nitrogen merupakan salah satu unsur pokok
dalam produksi tanaman pangan khususnya kacang-kacangan. Salah satu usaha meningkatkan
penambatan nitrogen adalah dengan pupuk hayati. Inokulasi menggunakan strain Rhizobium yang
sesuai dan efektif merupakan salah satu pemupukan dengan pupuk hayati. Bahwa tanaman kedelai
yang diberi isolat Rhizobium dapat meningkatkan tinggi tanaman. Pada Praktikum ini di
laksanakan pada akhir September sampai awal Desember 2022 di kebun percobaan Teaching and
Research Farm Fakultas Pertanian Universitas Jambi. Dengan Variabel Pengamatan Tinggi
tanaman kedelai, Panjang akar, Jumlah bintil akar dan Nodus Batang-Polong baik Primer dan
Sekunder.
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun Rumusan Masalah Yang Akan Dibahas Yaitu :
- Bagaimana Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai Terhadap Pemberian Inokulum Rhizobium
?
- Apa Saja Morfologi Tanaman Kedelai Dengan Pemberian Inokulum Rhizobium ?
- Bagaimana Stadia Pertumbuhan Kedelai Setelah Pemberian Inokulum Rhizobium ?
- Apa Saja Pengaruh Tanaman Kedelai Setelah Pemberian Inokulum Rhizobium ?
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
- Kingdom : Plantae,
- Divisio : spermatophyte,
- Subdivision : Angiospermae,
- Class : Dicotyledoneae,
- Ordo : Polypetalis,
- Family : Leguminosae,
- Subfamily : Papiliotoideae,
Genus : Glycine max (L.) Merrill Bentuk daun kedelai umumnya berbentuk bulat
(oval) dan ujungnya tumpul serta permukaan daun berbulu. Daun kedelai merupakan
tanaman majemuk yang terdiri dari tiga helai anak daun dan umumnya berwarna hijau
muda atau hijau kekuning-kuningan, pada saat sudah tua daun-daunnya akan rontok
(Andrianto dan Indarto, 2004).
Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak dengan tinggi
batang antara 30 - 100 cm dan setiap batang membentuk 3 - 6 cabang. Kedelai dapat
tumbuh dengan cepat dan dapat mencapai masa panen pada umur 10 minggu setelah
penanaman (Adisarwanto, 2013). Tanaman kedelai merupakan tanaman dengan golongan
euhalofit yaitu tanaman leguminosa yang dapat tumbuh dengan kondisi tanah salin
(Pangaribuan, 2005). Kedelai sendiri merupakan tanaman yang mudah dikembangkan
karena pemeliharaan yang cepat dan juga berkualitas, oleh karenanya kedelai digunakan
sebagai salah satu bahan pangan dengan hasil olahan yang dapat dimanfaatkan manusia
pada bagian bijinya ataupun oleh hewan ternak pada bagian daun dan batang kedelai
(Lubis, 1992). Kedelai mempunyai kandungan nutrisi didalamnya yang kaya akan
kandungan protein biji kedelai 41,5% (Hartadi et al., 1993).
3
Kedelai dapat tumbuh pada kondisi suhu yang beragam. Suhu tanah yang optimal
dalam proses perkecambahan yaitu 30oC, bila kedelai tumbuh pada suhu yang rendah kurang
dari 15oC maka proses perkecambahan menjadi sangat lambat dapat mencapai 2 minggu.
Hal ini dikarenakan perkecambahan biji tertekan pada kondisi kelembaban tanah tinggi,
akibat respirasi air dari dalam biji yang terlalu cepat menyebabkan banyaknya biji yang mati
(Adisarwanto, 2013). Suhu yang dikehendaki tanaman kedelai antara 21 – 34oC, akan tetapi
suhu optimum bagi pertumbuhan tanaman kedelai 23 – 27oC. Adapun gambar tanaman
kedelai seperti terlihat pada Ilustrasi 1.
4
2.1.1 Morfologi Tanaman Kedelai
1. Akar
Akar kedelai mulai muncul dari belahan kulit biji yang muncul disekitar mesofil.
Calon akar tersebut kemudian tumbuh dengan cepat kedalam tanah, sedangkan
kotiledon yang terdiri dari dua keping akan terangkat ke permukaan tanah akibat
pertumbuhan yang cepat dari hipokotil. Sistem perakaran kedelai terdiri dari dua
macam, yaitu akar tunggang dan akar sekunder (serabut) yang tumbuh dari akar
tunggang. Selain itu kedelai juga seringkali membentuk akar adventif yang tumbuh dari
bagian bawah hipokotil. Pada umumnya, akar adventif terjadi karena cekaman tertentu,
misalnya kadar air tanah yang terlalu tinggi. Perkembangan akar kedelai sangat
dipengaruhi oleh kondisi fisik dan kimia tanah, jenis tanah, cara pengolahan lahan,
kecukupan unsur hara, serta ketersediaan air di dalam tanah (Cahyono, 2007).
Salah satu kekhasan dari sistem perakaran tanaman kedelai adalah adanya interaksi
simbiosis antara bakteri nodul akar (Rhizobium japanicum) dengan akar tanaman
kedelai yang menyebabkan terbentuknya bintil akar. Bintil akar sangat berperan dalam
proses fiksasi nitrogen yang sangat dibutuhkan tanaman kedelai untuk kelanjutan
pertumbuhannya (Sarwanto, 2008).
5
2. Batang
Tanaman kedelai dikenal dua tipe pertumbuhan batang, yaitu determinit dan
indeterminit. Batang tanaman kedelai tidak berkayu, berbatang jenis perdu (semak),
berambut atau berbulu dengan struktur bulu yang beragam, berbentuk bulat, berwarna
hijau, dan panjangnya bervariasi antara 30-100 cm. Jumlah buku pada batang akan
bertambah sesuai pertambahan umur tanaman, tetapi pada kondisi normal jumlah buku
berkisar antara 15-20 buku dengan jarak antar buku berkisar antara 2-9 cm. Batang pada
tanaman kedelai ada bercabang dan ada yang tidak bercabang tergantung dari varietas
dan kepadatan populasi tanaman. Jika kepadatan tanaman rapat, maka cabang yang
tumbuh berkurang atau bahkan tidak tumbuh cabang sama sekali. Pada umumnya
cabang pada tanaman kedelai antara 1-5 cabang (Adisarwanto, 2002).
3. Daun
Jarak daun kedelai selang-seling, memiliki tiga buah daun atau daun menjari tiga
(triofoliate). Ujung daun biasanya tajam atau tumpul, lembaran daun samping sering
agak miring, dan sebagian besar kultivar menjatuhkan daunnya ketika buah polong
mulai matang (Septiatin, 2008).
Pada buku pertama tanaman yang tumbuh dari biji terbentuk sepasang daun
tunggal. Selanjutnya, pada semua buku di atasnya terbentuk daun majemuk selalu
dengan tiga helai. Helai daun tunggal memiliki tangkai pendek dan daun bertiga
mempunyai tangkai agak panjang. Masing-masing daun berbentuk oval, tipis, dan
berwarna hijau. Permukaan daun berbulu halus pada kedua sisi. Tunas atau bunga akan
6
muncul pada ketiak tangkai daun majemuk. Setelah tua, daun menguning dan gugur,
mulai dari daun yang menempel di bagian bawah batang (Andrianto, 2004).
Umumnya, bentuk daun kedelai ada dua, yaitu bulat (oval) dan lancip (lanceolate).
Kedua bentuk daun tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik. Bentuk daun diperkirakan
mempunyai korelasi yang sangat erat dengan potensi biji. Umumnya, daerah yang
mempunyai tingkat kesuburan tanah tinggi sangat cocok untuk varietas kedelaiyang
mempunyai bentuk daun lebar. Daun mempunyai stomata antara 190-320 buah/m²
(Irwan, 2006).
Menurut Irawan (2006), stadia pertumbuhan kedelai dibagi menjadi dua yaitu
stadia pertumbuhan vegetatife dan stadia pertumbuhan reproduktif (generatuf). Stadia
pertumbuhan vegetatife dihitung sejak tanaman mulai muncul ke permukaan tanah
sampai saat mulai berbunga. Stadia perkecambahan di cirikan dengan adanya kotiledon,
sedangkan penandaan stadia pertumbuhan vegetative dihitung dari jumlah buku yang
terbentuk pada batang utama.stadia vegetative umumnya dimulai pada buku ke tiga.
Sedangkan stadia pertumbuhan reproduktif (generative) dihitung sejak tanaman kedelai
mulai berbunga samapi pembentukan polong, perkembangan biji dan pemasakan biji
7
2.1.3. Syarat Tumbuh
Untuk dapat tumbuh dengan baik, kedelai menghendaki tanah yang subur, dan
kaya akan humus serta bahan organik dengan pH 6-7. Bahan organik yang cukup dalam
tanah akan memperbaiki daya olah tanah dan merupakan sumber makanan jasad renik
yang akan membebaskan unsur hara untuk pertumbuhantanaman (Yenita, 2002).
Keadaan pH tanah yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman kedelai berkisar antara 5,5-
6,5. Selain mempengaruhi penyerapan hara oleh perakaran tanaman, tanah masam (pH
tanah 4,6-5,5) juga mempengaruhi kemampuan penetrasi bakteri Rhizobium ke
perakaran tanaman untuk membentuk bintil akar. Pada tanah dengan nilai pH lebih dari
7, kedelai sering menampakkan gejala klorosis karena kekurangan hara besi (Masruroh,
2008).
Iklim kering lebih disukai tanaman kedelai dibandingkan dengan iklim sangat
lembab. Tanaman kedelai sebagian besar tumbuh di daerah yang beriklim tropis dan
subtropis. Suhu yang dikehendaki tanaman kedelai antara 21-34 ºC, akan tetapi suhu
optimum bagi pertumbuhan tanaman kedelai adalah 23-27 ºC.Pada proses
perkecambahan benih kedelai memerlukan suhu sekitar 30 ºC. (Rukmana dan Yuniarsih,
8
1996). Curah hujan yaitu jumlahnya merata sehingga kebutuhan air pada tanaman
kedelai dapat terpenuhi. Jumlah air yang digunakan oleh tanaman kedelai tergantung
pada kondisi iklim, sistem pengelolaan tanaman, dan lama periode tumbuh (Irwan,
2006).
Bakteri Rhizobium merupakan bakteri yang dapat membentuk bintil akar pada
tanaman leguminosa. Rhizobium termasuk dalam Famili : Rhizobiaceae, Genus : Rhizobium
(Islami dan Utomo, 1995). Bakteri Rhizobium merupakan bakteri gram negatif yang bersifat
aerob, bentuk batang, koloninya berwarna putih, yang didapatkan dalam tanah dan
berasosiasi simbiotik dengan sel akar tanaman legum yang mempunyai peran dalam
penambahan nitrogen pada tanaman dengan sistem pengambilan nitrogen langsung dari
udara dengan aktifitas bersama sel tanaman dan bakteri (Azizah, 2011). Bakteri Rhizobium
dapat melakukan asosiasi terhadap tanaman legum dengan simbiosis mutualisme.
Bakteri Rhizobium dapat mengambil N udara sehingga akan terjadi fiksasi N udara
terhadap tanaman legum, dan suplai tanaman legum dengan N yang terpenuhi akan
membantu dalam proses kesuburan tanah sehingga tanaman legum dan juga tanah yang
digunakan dapat saling terpenuhi kebutuhannya (Purwaningsih, 2008). Bakteri Rhizobium
dapat memberikan dampak positif terhadap sifat fisik dan kimia tanah yaitu dengan
memperbaiki struktur tanah, sumber bahan organik tanah, meningkatkan sumber hara N,
serta memiliki wawasan lingkungan (Alexander, 1997 yang disitasi oleh Azizah, 2011).
Bakteri Rhizobium dapat diinokulasikan pada masing-masing tanaman dengan jenis
Rhizobium yang khas. Tanaman kedelai hanya dapat bersimbiosis dengan baktrei Rhizobium
japonicum (Islami dan Utomo, 1995). Kehidupan bakteri Rhizobium sangat bergantung pada
kondisi lingkungan tanah terutama suhu, pH dan unsur-unsur senyawa kimiatertentu.
9
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
Praktikum ini dilaksanakan pada akhir September sampai awal Desember 2022 di
kebun percobaan Teaching and Research Farm Fakultas Pertanian Universitas Jambi.
➢ Alat
- Cangkul
- Gembor
- Alat ukur ( Meteran )
- Bambu
- Waring
➢ Bahan
- Benih kedelai varietas Anjasmoro
- Inokulum Rhizobium
10
BAB IV
4.1 Hasil
Ulangan Ulangan
Tanaman Panjang Tanaman Panjang
Terbaik Kurang Baik
Sampel 1 30 cm Sampel 1 25,5 cm
Sampel 2 35 cm Sampel 2 28, 11 cm
Sampel 3 42 cm Sampel 3 31,2 cm
1 34 43 51 57 64 73 53,66 cm
2 39 48 54 61 66 74 57 cm
3 38 44 49 56 65 72 54 cm
11
Jumlah nodus 16 9 7 11
batang sekunder
Jumlah polong 42 55 32 43
batang primer
Jumlah polong 38 35 10 28
batang sekunder
4.2 Pembahasan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui respon kedelai terhadap inokulasi rhizobium
ini mengamati 3 sampel Panjang akar yaitu dengan ulangan tanaman terbaik dan ulangan
tanaman kurang baik dalam praktikum ini meliputi jumlah pengamatan bintil akar tanaman
kedelai dengan ulangan tanaman terbaik dan ulangan tanaman kurang baik selanjutnya
dilakukan pengamatan tinggi tanaman kedelai dari 3 sampel dari pengukuran minggu ke 3
sampai minggu ke 8. Hasil tabel pengamatan sampel untuk pengamatan nya yaitu : Tinggi
tanaman dengan 3 sampel tanaman terbaik setiap bedengan, 3 sampel Jumlah nodus batang
primer, 3 Jumlah nodus batang sekunder, 3 Jumlah polong batang primer dan 3 Jumlah Polong
batang sekunder.
Pada Tabel Pengamatan Panjang Akar Tanaman Kedelai dengan hasil perbandingan
yang terbaik yaitu pada sampel ke 3 terlihat bahwa perbandingan Panjang akar dengan tanaman
terbaik lebih Panjang dari sampel 1-2 begitu pun pada tanaman kurang baik. Pada Tabel
Pengamatan Jumlah Bintil Akar terlihat bahwa jumlah bintil akar pada sampel 3 lebih banyak
terdapat binti-bintil akar dari proses inokulum rhizobium dari pada perbandingan sampel 1-2
baik tanaman yang terbaik dan tanaman yang kurang baik.
Pada Tabel Pengamatan Tinggi Tanaman Kedelai pada sampel ke 2 lebih tinggi dengan
rata-rata 57 cm dari perbandingan sampel 1-3 dari hasil pengamatan. Pada Tabel Pengamatan
Sampel terdapat pengamatan tinggi tanaman dari 3 sampel tanaman terbaik perbedengan
dengan perbandingan tinggi yaitu pada sampel ke 2 dengan hasil akhir rata-rata 73 cm, Jumlah
nodus batang primer dengan perbandingan yang paling banyak yaitu pada sampel 1 dengan
hasil akhir rata-rata 12 cm, Jumlah nodus batang sekunder dengan hasil akhir rata-rata yaitu
11, Jumlah polong batang primer yaitu rata-rata 43 dan Jumlah polong batang sekunder yaitu
rata-rata 28. Pemberian Bakteri Inokulasi rhizobium menyebabkan fikasai nitrogen sehingga
meningkatkan pertumbuhan tanaman kedelai baik pengaruh tinggi tanaman, jumlah bintil akar
tanaman kedelai, jumlah nodus batang primer-sekunder dan jumlah polong batang primer-
sekunder. Sehingga perbandingan yang ada pada tabel tersebut terjadinya perebutan unsur hara
nitrogen dan kompetisi di dalam tanah karna adanya inoculum rhizobium.
12
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari Praktikum Yang Di Lakukan Dapat Disimpulkan Bahwa :
Hal ini menunjukkan bahwa bintil akar efektif yang terbentuk mampu memberikan
sumbangan terhadap pertumbuhan tanaman kedelai melalui fiksasi N yang dilakukan oleh
bakteri Rhizobium japonicum Rhizobium legumenosarum juga dapat meningkatkan jumlah
bintil akar, tinggi tanaman nodus batang dan polong baik primer-sekunder pada tanaman
kedelai yang kita praktikum kan ini dengan memberi bakteri Inokulum Rhizobium pada 3
sampel bedengan dengan perlakuan pengamatan yg berbeda. Biofertilisasi bakteri Rhizobium
adalah pemberian bakteri simbiotik Rhizobium penambat nitrogen pada tanaman. Dengan
pemberian bakteri simbiotik penambat nitrogen diharapkan dapat menambah sumber nitrogen
yang murah sehingga membantu mengurangi biaya produksi, mengingat pupuk kimia urea
harganya semakin mahal dan penggunaan terus-menerus pupuk kimia tersebut dapat
mencemari lingkungan.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat penulis berikan berdasarkan tujuan praktikum yaitu :
- Dapat menambah wawasan dalam pengetahuan praktikum lapangan Budidaya Tanaman
Kedelai Varietas Anjasmoro
- Dapat langsung observasi pengamatan pertumbuhan dari benih hingga panen
- Sebaiknya kita sudah bisa mengetahui pengenalan dasar mengenai pentingnya pemberian
Inokulum Rhizobium
13
DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto, T. Subandi dan Sudaryono. 2013. Teknologi produksi kedelai. Dalam Sumarno,
Suyanto, A. Widjono, Hermanto (eds.). Kedelai Teknik Produksi dan
Pengembangan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Hal: 229-
252.
Andrianto, T. T dan N. Indarto. 2004. Budidaya dan Analisis Usaha Tani; Kedelai, Kacang
Hijau, Kacang Panjang. Cetakan Pertama. Penerbit Absolut, Yogyakarta. Hal. 9-92.
Dalam Skripsi M. Ikmal Tawakkal. P. 2009. Respon Pertumbuhan dan Hasil
Produksi Beberapa Varietas Kedelai (Glycine Max L) Terhadap Pemberian Pupuk
Kandang Kotoran Sapi. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Andrianto, T. T dan N. Indarto. 2004. Budidaya dan Analisis Usaha Tani; Kedelai, Kacang
Hijau, Kacang Panjang. Cetakan Pertama. Penerbit Absolut, Yogyakarta. Hal. 9-92.
Dalam Skripsi M. Ikmal Tawakkal. P. 2009. Respon Pertumbuhan dan Hasil
Produksi Beberapa Varietas Kedelai (Glycine Max L) Terhadap Pemberian Pupuk
Kandang Kotoran Sapi. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Arsyad, D.M, Mahyuddin Syam. 1995. Kedelai Sumber Pertumbuhan dan Produksi dan Teknik
Budidaya. Badan Litbang Pertanian, Puslitbangtan, Bogor. 45 hal.
Hidayat, O.O. 1993 dan 1989. Morfologi Tanaman Kedelai. Dalam buku Kedelai cetakan ke 1
dan 2 Badan Litbang Pertanian, Puslitbangtan, Bogor.
Islami, T., W. H. Utomo. 1995. Hubungan Tanah, Air dan Tanaman. IKIP Semarang Press.
Semarang. 297 hal.
Permanasari I, Irfan M, Abizar. 2014. Pertumbuhan dan hasil kedelai (Glycine max (L.) Merill)
dengan pemberiab rhizobium dan pupuk urea pada media gambut. J Agroteknologi
5(1): 29-34
Yenita. 2002. Respon Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merill.) terhadap Giberellic Acid
(GA3) dan Benzyl Amine Purine (BAP) pada Fase Generatif. Skripsi. Fakultas
Petanian Institut Pertanian Bogor.
LAMPIRAN