Anda di halaman 1dari 12

TUGAS PRAKTIKUM METODE ILMIAH

PENGARUH BERBAGAI SISTEM OLAH TANAH TERHADAP POPULASI GULMA DAN


PERTUMBUHAN TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merril)

Disusun Oleh :
Nurul Miftahul Jannah
185040201111093
B/28

Asisten Praktikum :
Kak Yusuf Mufti Bimantara

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021

1
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya kepada kita, sehingga penulis dapat menyelesaikan pengerjaan dalam rangka tugas
Praktikum Metode Ilmiah ini dengan sebaik-baiknya dan dapat selesai dalam waktu yang telah
ditentukan. Saya menyadari bahwa makalah ini tidak terlepas dari bantuan pihak yang telah
memberikan kontribusi pemikiran sehingga penyusunan makalah ini selesai. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak terutama kepada asisten
praktikum mata kuliah Metode Ilmiah.
Dengan dibuatnya makalah ini, diharapkan kepada pembaca mampu menyerap ilmu dan
mengaplikasikan ilmu tersebut dengan baik. Dalam hal ini, pembaca dapat memahami materi
yang terdapat dalam makalah ini. Dengan demikian, diharapkan tujuan instruksional yang ingin
dicapai dapat diperoleh secara maksimal.
Penulis menyadari sebagai manusia biasa yang memiliki kemungkinan adanya kesalahan
yang tidak disengaja maupun disengaja yang dilakukan, yang memungkinkan terdapat dalam
pengerjaan makalah ini sehingga dalam makalah terdapat kekurangannya. Dengan
tersusunnya makalah Metode Ilmiah ini, saran yang membangun demi kesempurnaan makalah
ini sangat kami harapkan.

Surabaya, 28 April 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………...………………2

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………….3

1. PENDAHULUAN………………………………………………………………………………........4
1.1. Latar Belakang …………………………………………………………………………………4
1.2. Tujuan……………………………………………………………………………………………4
1.3. Hipotesis…………………………………………………………………………………………5
2. TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………………………………...........5
2.1. Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merril)…………………………………………………...6
2.2. Sistem Olah Tanah……………………………….…………………………………………….6
2.3. Gulma pada Tanaman Kedelai…………………………………….….………………………7
3. METODOLOGI……………………………………………………………………………………....9
3.1. Waktu dan Tempat……………………………………………………………………………..9
3.2. Alat dan Bahan………………………………………………………………………………….9
3.3. Metode Percobaan……………………………………………………………………………..9
3.4. Pelaksanaan Percobaan……………………………………………………………………..10
3.5. Pengamatan…………………………………………………………………………………...10
3.6. Analisis Data…………………………………………………………………………………..11

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………….12

3
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Kedelai merupakan salah satu tanaman pangan yang populer karena memiliki nilai
gizi yang relative lebih tinggi dibandingkan dengan palawija lainnya. Oleh karena itu,
kedelai menduduki posisi ketiga sebagai tanaman pangan setelah padi dan jagung. Terjadi
kemerosotan tingkat produksi kedelai secara Nasional pada tahun 2010 hingga 2013. Pada
tahun 2010 produksi kedelai mencapai 907.031 t, pada tahun 2011 produksinya menurun
menjadi 851.286 t, selanjutnya kembali menurun pada tahun 2012 dengan produksi
783.158 t, dan pada tahun 2013 kembali menurun menjadi 550.793 t. Konsumsi kedelai
nasional per tahun saat ini mencapai 2,6 juta ton, sedangkan saat ini produksi nasional
kedelai hanya mencapai 600-800 t (Latifa et al., 2015)
Penurunan hasil produksi kedelai salah satunya disebabkan oleh gulma dalam hal
persaingan untuk memperebutkan sarana tumbuh seperti cahaya matahari dan nutrisi
tanaman. Oleh karena itu perlu dilakukan pengendalian gulma agar tanaman dapat
berproduksi secara maksimal. Menurut (Latifa et al., 2015), pada tanaman kedelai,
penurunan hasil produksi akibat gulma sangat bervariasi antara 18-76%. Jika pada lahan
tanaman kedelai tidak dilakukan penyiangan maka hasil produksinya dapat menurun
hingga 55% (Setyowati et al., 2005).
Terdapat berbagai cara pengendalian gulma, seperti penyiangan, herbisida, dan
pengolahan lahan. Penyiangan dilakukan secara manual dengan cara mencabut gulma
yang ada pada lahan, Penggunaan herbisida harus sesuai dengan prinsip 5T, tepat jenis,
tepat aplikasi, tepat dosis, tepat waktu, dan tepat cara. Sistem pengolahan tanah yang
tepat dapat menekan pertumbuhan kedelai. Terdapat 3 sistem pengolahan tanah, yaitu
tanpa olah tanah, olah tanah minimum, dan olah tanah maksimum. Persiapan lahan
dengan olah tanah melalui pencangkulan atau pembajakan diharapkan mampu menekan
pertumbuhan gulma. Namun menurut (Satriawan et al., 2003), budidaya dengan sistem
pengolahan tanah tanpa olah tanah memiliki populasi gulma yang lebih rendah dan
menghasilkan kualitas tanah yang baik secara fisik maupun biologi yaitu pada kandungan
bahan organic tanah, kemantapan agregat, dan filtrasi. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana pengaruh masing-masing sistem pengolahan tanah terhadap
populasi gulma di lahan tanaman kedelai.

1.2. Tujuan

4
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mempelajari pengaruh sistem olah tanah yang berbeda terhadap populasi gulma
2. Mempelajari pengaruh sistem olah tanah yang berbeda terhadap pertumbuhan
tanaman kedelai

1.3. Hipotesis
1. Sistem olah tanah tanpa olah tanah memiliki populasi gulma yang lebih rendah
daripada sistem olah tanah lainnya.
2. Terdapat pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tanaman kedelai pada sistem
olah tanah maksimum.

5
2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kacang Kedelai (Glycine max L. Merril)


Klasifikasi tanaman kedelai (Glycine max L. Merril) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Rosales
Famili : Leguminoseae
Genus : Glycine
Species : Glycine max (L.) Merril.
Kedelai merupakan salah satu tanaman leguminosa yang berupa semak rendah,
tumbuhan tegak, berdaun lebat, warna bunga putih atau ungu, memiliki beragam bentuk
dan ukuran untuk karakter daun dan biji, serta memiliki beragam morfologi. Terdapat
beberapa tipe daun pada kedelai yakni daun tunggal, daun bertiga dan seringkali
ditemukan daun berlima. Bulu pada daun dan polong tidak terlalu padat. Umur tanaman
kedelai adalah sekitar 72-90 hari. Tinggi tanaman kedelai adalah sekitar 10-200cm dan
memiliki cabang, baik sedikit ataupun banyak. Kedelai introduksi umumnya tidak memiliki
atau memiliki sangat sedikit percabangan dan sebagian bertrikoma padat baik daun
maupun polong. Kultivar tanaman kedelai yang berdaun lebar dapat mendapatkan hasil
yang lebih tinggi karena mampu menyerap sinar matahari lebih banyak bila dibandingkan
dengan yang berdaun sempit (Adie and Krisnawati, 2007).

2.2. Sistem Pengolahan Tanah


Terdapat berbagai macam sistem pengolahan tanah menurut (Rachman et al., 2004)
yaitu sebagai berikut:
a. Pengolahan Tanah Sempurna (Maximum Tillage)
Pengolahan tanah sempurna merupaan pengolahan lahan yang mencakup seluruh
kegiatan pengolahan lahan. Dimulai sejak awal pembukaan lahan hingga lahan siap
untuk ditanami. Kegiatan dalam pengolahan tanah sempurna meliputi: pembajakan,
pemupukan, dan sistem rotary.
b. Pengolahan Tanah Minimum (Minimum Tillage)

6
Pengolahan tanah minimum merupakan kegiatan pengolahan tanah yang hanya sedikit.
Kegiatan dalam pengolahan tanah minimum meliputi pembajakan dengan cara
mengolah tanah, lalu dibalik, dan kemudian tanah diratakan. Pengolahan tanah
minimum banyak dilakukan pada area lahan persawahan.
c. Tanpa Olah Tanah (Zero Tillage)
Tanpa olah tanah yaitu langsung melakukan kegiatan penanaman tanpa melakukan
olah tanah sedikit pun. Pengolahan lahan pada sistem ini hanya meliputi penyemprotan
dengan herbisida, guna membunuh atau menghilangkan gulma pada lahan, kemudian
setelah gulma dibersihkan, lahan siap untuk ditanami. Pada pengolahan lahan ini
biasanya digunakan sistem tajuk dalam proses penanamanya.

2.3. Gulma pada Tanaman Kedelai


Gulma merupakan tumbuhan yang keberadaannya di lahan pertanian tidak diinginkan
karena dapat menurunkan hasil tanaman budidaya. Gulma diantara tanaman kedelai dapat
menurunkan hasil 20% hingga 80%, tergantung jenis gulma, populasi gulma, dan saat
terjadinya gangguan gulma. Gulma mempengaruhi pertumbuhan dan menurunkan hasil
tanaman melalui beberapa cara, yaitu:
a. Bersaing dalam mendapatkan air, hara, ruang tumbuh, CO2, dan cahaya
b. Mengeluarkan racun (alelopati) yang menghambat pertumbuhan tanaman
c. Sebagai inang hama dan penyakit
d. Bersifat parasite, contoh striga yang merugikan sorgum
e. Mengurangi efisiensi penggunaan lahan, pupuk, dan air

Ciri-ciri gulma yang dianggap penying karena dapat berpotensi menyebabkan


kerugian cukup besar adalah:

a. Pertumbuhan vegetative cepat


b. Daya adaptasi tinggi meskipun pada lingkungan yang kurang mendukung
c. Perbanyakan vegetative cepat dan produksi biji melimpah
d. Masa dormansi biji, umbi, dan rimpang cukup lama dan sulit dikendalikan
e. Memiliki daya saing tinggi, meskipun pada populasi rendah
f. Kanopi mempunyai kelindungan yang luas.

Gulma mengganggu pertumbuhan tanaman kedelai melalui persaingan dalam


mendapatkan air, cahaya, dan hara. Gulma pada tanaman kedelai terdiri atas beberapa
jenis, yaitu gulma teki-tekian, gulma rumput-rumputan, dan gulma berdaun lebar.. Berikut

7
merupakan gulma-gulma penting pada tanaman kedelai menurut (Harsono, 2017) :
Cyperus sp., Eleusine indica, Echinocloa colonum, Digitaria sp., Imperata cylindica,
Polytrias amaura, Ageratum conyozoides, Portulaca oleracea, Amaranthus sp., Boreria
alata, Cyanotis cristata, Ludwigia sp.

8
3. METODOLOGI

3.1. Waktu dan Tempat


Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Universitas
Brawijaya yang berlokasi di Jalan Kembang Kertas, Kelurahan Jatimulyo,
Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur yang terletak pada ketinggian
sekitar 303 mdpl. Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya
memiliki jenis tanah alluvial dengan tekstur tanah yang gembur karena dikelilingi
oleh gunung berapi. Sebelumnya penggunaan lahan di tempat ini adalah untuk
bercocok tanam berbagai macam tanaman pangan yang digunakan sebagai
percobaan dalam penelitian mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.
Penelitian ini dimulai pada 26 Mei 2021 hingga 2 September 2021.

3.2. Alat dan Bahan


Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: Cangkul, digunakan
sebagai alat untuk mengolah tanah. Meteran, digunakan untuk membuat jarak
tanam. Alat tugal, digunakan untuk membuat lubang tanam/pupuk. Tali raffia,
sebagai alat bantu dalam pembuatan jarak tanam. Timbangan analitik, digunakan
untuk menimbang bahan. Penggaris, digunakan dalam pengukuran. Thermometer,
digunakan untuk mengukur suhu udara dan tanah. Oven, digunakan untuk
menghilangkan kadar air sehingga diperoleh berat kering. Kamera, digunakan untuk
mengambil dokumentasi kegiatan percobaan. Leaf Area Meter (LAM), digunakan
untuk mengukur luas daun secara tepat.
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: Benih kedelai
(Glycine max L. Merril), sebagai bahan tanam. Mulsa paitan (Tithonia diversifolia
L.), sebagai mulsa/tanaman cover crop. Pupuk urea 50 kg/ha, untuk melengkapi
kebutuhan nutrisi tanaman. Pupuk SP-18 200 kg/ha, untuk melengkapi kebutuhan
nutrisi tanaman. Pupuk KCl 50 kg/ha, untuk melengkapi kebutuhan nutrisi tanaman.
Fungisida Antracol 70 WP 1 L/ha, sebagai bahan pengendalian terhadap penyakit
tanaman. Insektisida Ridcorp 1 L/ha, sebagai pengendalian terhadap hama
serangga.

9
3.3. Metode Percobaan
Percobaan ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK)
Faktorial dengan 3 kombinasi perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan dalam
percobaan ini meliputi :
1. Penanaman Tanaman Kedelai dengan Sistem Tanpa Olah Tanah
2. Penanaman Tanaman Kedelai dengan Sistem Olah Tanah Minimum
3. Penanaman Tanaman Kedelai dengan Sistem Olah Tanah Maksimum

3.4. Pelaksanaan Percobaan


Percobaan ini dimulai dengan persiapan lahan dengan jumlah 9 petak dan
ukuran petak sebesar 200 cm x 200 cm. Petak 1, petak 2, dan petak 3 untuk
penanaman tanaman kedelai dengan sistem Tanpa Olah Tanah. Petak 4, petak 5,
petak 6 untuk penanaman tanaman kedelai dengan Sistem Olah Tanah Minimum.
Petak 7, petak 8, petak 9 untuk penanaman tanaman kedelai dengan sistem Olah
Tanah Maksimum. Setelah itu tanah diolah sesuai dengan perlakuan yang telah
disusun. Pada perlakuan Tanpa Olah Tanah (T0) maka tanah tidak diolah. Pada
perlakuan Olah Tanah Minimum (T1) tanah hanya diolah pada petak percobaan
dengan menggunakan cangkul. Pada perlakuan sistem Olah Tanah Maksimum (T 2)
tanah diolah secara keseluruhan dengan kedalaman 20 cm hingga 25 cm sampai
gembur pada petak percobaan. Kemudian membuat lubang tanam dengan
kedalaman 3 cm sesuai dengan jarak tanam yang telah ditetapkan yaitu 20 cm x 30
cm. Lalu benih kedelai ditanam sebanyak 2 benih pada setiap lubang tanam.
Pengaplikasian mulsa paitan adalah pada 7 hari setelah tanam, yang diambil dari
keseluruhan bagian tanaman. Pada 7 hari setelah tanam juga dilakukan
penyulaman pada tanaman yang tidak tumbuh/mati. Perawatan pada tanaman
dilakukan secara rutin pada pagi dan sore hari yang miliputi penyiraman,
penyiangan, pemupukan, dan pengendalian hama dan penyakit tanaman (apabila
terdapat tanda atau gejala serangan). Pengendalian terhadap tanaman yang
terserang hama serangga yaitu menggunakan insektisida Ridcorp dengan dosis 1
L/ha. Sedangkan pengendalian terhadap tanaman yang terserang penyakit
dilakukan dengan menggunakan fungisida Antracol 75 WP dengan dosis 1 L/ha.
Pengairan dilakukan dengan cara disiram secara rutin pada pagi dan sore hari.
Pupuk yang digunakan meliputi : pupuk urea dengan dosis 50 kg/ha, SP18 200
kg/ha, KCl 50 gr/ha. Seluruh dosis pupuk SP18 dan KCl diberikan pada saat awal

10
tanam, Sedangkan pada pupuk urea, 1/3 dosis diberikan pada awal tanam dan 2/3
dosis diberikan pada 21 hari setelah tanam. Kegiatan pemanenan dilakukan pada
saat tanaman berumur 72 hari setelah tanam.

3.5. Pengamatan
Pengamatan pada percobaan ini dilakukan pada seluruh tanaman, yang
berjumlah 9 tanaman. Pengamatan pertumbuhan dilakukan secara destruktif
meliputi: tinggi tanaman (menggunakan penggaris), jumlah daun, luas daun
(menggunakan leaf area meter), bobot kering total tanaman (menggunakan
timbangan analitik), dan laju pertumbuhan tanaman. Pengamatan terhadap hasil
panen meliputi: jumlah polong/tanaman, jumlah biji/tanaman, bobot 100 biji dan
hasil biji/ha (menggunakan timbangan). Pengamatan gulma meliputi: analisis
vegetasi gulma dan bobot kering gulma. Pengamatan suhu tanah dilakukan pada
saat umur tanaman 12, 24, 36, 48, 60, dan 72 hst menggunakan thermometer
tanah.

3.6. Analisis Data


Analisis data kuantitatif dilakukan menggunakan uji F hitung dengan taraf 5%
menggunakan analisis varian pada table ANOVA, kemudian dilakukan uji lanjut
BNT.

11
DAFTAR PUSTAKA

Adie, M.M., and A. Krisnawati. 2007. Biologi tanaman kedelai. Balai Penelit. kacang-kacangan
dan Umbi-umbian: 45–73.

Harsono, A. 2017. Pengenalan dan pengelolaan gulma pada kedelai. Balai Penelit. Tanam.
Aneka Kacang dan Umbi: 113–128.

Latifa, R.Y., M.D. Maghfoer, and E. Widaryanto. 2015. Pengaruh Pengendalian Gulma
Terhadap Tanaman Kedelai ( Glycine max ( L .) Merril ) Pada Berbagai Sistem Olah
Tanah. Produksi Tanam. 3(4): 311–320.

Rachman, A., A. Dariah, and E. Husen. 2004. Olah Tanah Konservasi.

Satriawan, H., I. Silawibawa, and Suwardji. 2003. Pengaruh cara pengolahan tanah terhadap
kualitas tanah, populasi gulma dan hasil jagung (Zea mays L.). Seminar Nasional dan
Kongres Himpunan Ilmu Gulma Indonesia (HAGI). p. 1–12

Setyowati, N., U. Nurjanah, and Afrizal. 2005. Pergeseran Gulma dan Hasil Kedelai pada
Pengolahan Tanah dan Teknik Pengendalian Gulma yang Berbeda. Akta Agrosia 8(2): 62–
69.

12

Anda mungkin juga menyukai