Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH ILMIAH

“PENGENDALIAN OPT TANAMAN PADI


“REKAYASA TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN PANGAN”

OLEH:

ANDI ADYA RAMADHAN AGUSSALIM, S.P.

PELATIHAN DASAR FUNGSIONAL


PENYULUH PERTANIAN AHLI
ANGKATAN II SISTEM BLENDED LEARNING
BALAI BESAR PELATIHAN PERTANIAN BATANGKALUKU
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ilmiah ini tepat
pada waktunya. Makalah ini berjudul “PENGENDALIAN OPT TANAMAN PADI”.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun, selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang
lebih luas kepada pembaca.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah
SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin.

Watampone, Mei 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................................. i
Daftar Isi ...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang ..................................................................................................... 1
Rumusan Masalah ................................................................................................ 3
Tujuan .................................................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN
Pengendalian Hama ............................................................................................. 4
Pengendalian Penyakit ......................................................................................... 7
Pengendalian Gulma .......................................................................................... 10
Hasil- hasil Penelitian ........................................................................................ 11

BAB III KESIMPULAN


Kesimpulan ........................................................................................................ 15
Saran................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Padi merupakan tanaman serealia penting dan digunakan sebagai makanan pokok

oleh bangsa Indonesia. Itulah sebabnya produksi padi sangat perlu untuk ditingkatkan.

Peningkatan produksi padi dipengaruhi faktor penggangu yang dapat berakibat pada

penurunan produksi. Beberapa faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya produksi

padi adalah penggunaan varietas, pemakaian pupuk, cara bercocok tanam, serta jasad

pengganggu (OPT)

Kendala utama yang sering dihadapi oleh petani adalah adanya Organisme

Pengganggu Tanaman (OPT). Dimana Organisme pengganggu ini berupa hama

penyakit dan gulma yang dapat menyebabkan rendahnya produktivitas padi per hektar,

bahkan dapat menyebabkan gagal panen atau puso. Rata-rata kehilangan hasil tanaman

padi karena serangan OPT yakni ± 30% dan kehilangan hasil karena hama sekitar 20 –

25% setiap tahun ( Untung K, 2010). Salah satu jenis jasad pengganggu yang banyak

merugikan petani adalah jenis serangga hama yakni serangga werng, walang sangit,

penggerek batang padi, hama putih palsu, hama ganjur, ulat grayak, kepik hijau dan

beberapa serangga hama lainnya yang sering dijumpai yang keberadaannya.

Sedangkan penyakit yang biasa menyerang tanaman padi seperti bercak coklat,

fusarium, hawar daun, tungro penyakit kerdil dan lainnya hal inilah yang dapat

mengganggu tanaman padi sehingga berdampak pada penurunan hasil (Kahlshoven

dalam Kartohardjono, et al., 2009).

1
Mengingat pengendalian OPT sangat penting dalam proses budidaya tanaman

padi karena jika dibiarkan dapat menurunkan hasil, maka keberadaan OPT perlu

diantisipasi perkembangannya karena dapat menimbulkan kerugian bagi petani. Oleh

karena itu untuk meningkatkan produksi padi, beberapa hal perlu dilakukan adalah

dengan memperbaiki kultur teknik budidaya padi sawah dan menanam padi hibrida

atau varietas unggul yang bersertifikat, serta pemakaian pupuk, dan cara bercocok

tanam dalam hal pengaturan jarak tanam.

Sehubungan dengan itu pula, akibat dari penanaman secara monokultur demi

penyediaan kebutuhan nasional siklus hidup hama dan penyakit tanaman padi menjadi

semakin meningkat. Hal ini dikarenakan selalu tersedianya makanan, tempat hidup

hama dan penyakit serta penggunaan pestisida kimia secara tidak bijak yang

mengakibatkan resurjensi hama dan penyakit yang mengakibatkan membludaknya

populasi hama diikuti pula oleh kerugian nyata terhadap produksi padi di Indonesia.

Melindungi tanaman padi dari serangan hama dan penyakit merupakan usaha

yang tidak dapat dipisahkan dari penegelolaan ekosistem pertanian terpadu. Produksi

padi berperan penting untuk memenuhi kebutuhan pangan dan meningkatkan

kesejahteraan, sehingga kegiatan yang berkaitan dengan perlindungan tanaman harus

ditingkatkan dalam system produksi (Prasetyo 2015).

2
1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada makalah ini

bagaimana rekayasa pengendalian OPT pada tanaman padi?

1.3 Tujuan

Tujuan pembuatan makalah ini agar para pembaca bias lebih mengetahui

rekayasa pengendalian OPT tanaman padi.

3
BAB II
PEMBAHASAN
Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) adalah semua organisme yang
menggangu pertumbuhan tanaman pokok dalam hal ini Tanaman Padi yang dapat
menimbulkan kerusakan pada tanaman padi dan kerugian bagi petani. Sedangkan
Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman Padi adalah upaya manusia untuk
menekan besarnya populasi OPT sampai batas tidak menimbulkan kerusakan pada
tanaman padi dan mendatangkan kerugian bagi petani/ yang melakukan usahatani padi
tersebut.
2.1 Hama Tanaman Padi dan Pengendaliannya
Hama ialah organisme yang mengganggu atau merusak tanaman sehingga
pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan terganggu. Hama bisa merusak
tanaman secara langsung maupun tidak langsung. Jenis hama tanaman padi dan
pengendaliannya:
1. Tikus
Tikus sawah (Rattus argentiventer) merupakan spesies dominan pada
pertanaman padi. Hama tikus perlu dikendalikan seawal mungkin, mulai dari
pengolahan tanah sampai tanaman dipanen. Beberapa komponen teknologi
pengendalian hama tikus sawah yang bisa dilakukan adalah :
a. Sanitasi lingkungan dan manipulasi habitat
 Membersihkan dan memperbaiki lingkungan di sekitar areal pertanaman
padi,tanggul-tanggul saluran irigasi dan pematang sawah sehingga tikus
merasa tidak nyaman untuk berlindung dan berkembang biak
 Memperkecil ukuran pematang sawah (tinggi dan lebar + 30 cm ) dapat
menghambat perkembangan populasi tikus karena tikus tidak nyaman
untuk membuat sarang
b. Kultur teknis

4
Musim tanam yang teratur, kebiasaan bertanam serentak, penanaman
varietas yang sama setiap musim (waktu panennya sama), pengaturan pola
tanam, waktu tanam, dan jarak tanam.
 Pengaturan pola tanam, pergiliran tanaman, Ini akan mengakibatkan
terganggunya siklus hidup tikus akibat terbatasnya ketersediaan makanan.
 Pengaturan waktu tanam. Penanaman padi sawah yang serentak pada satu
hamparan (minimal 100 hektar) dapat meminimalkan kerusakan karena
serangannya tidak terkonsentrasi pada satu lokasi tetapi tersebar sehingga
kerusakan rata-rata akan lebih rendah.
 Pengaturan jarak tanam. Bertujuan menciptakan lingkungan terbuka sehingga
tikus tidak merasa puas dalam mencari makanan. Penanaman padi agak jarang
atau sistem tanam jajar legowo (bershaf) kurang disukai oleh tikus sawah
(suasana terang) karena takut adanya musuh alami (predator).
c. Fisik dan mekanis
Penggunaan perangkap dan lem tikus - Pengemposan dan gropyokan pada
sarang atau lubang persembunyian tikus dengan bantuan anggota kelompok tani
dan anjing pemburu. Secara mekanis, dengan menangkap dan membunuh tikus
secara langsung atau menggunakan alat seperti cangkul, kayu pemukul, alat
perangkap, penyembur api (solder) dan emposan atau fumigasi.
d. Kimiawi
Petani sudah banyak mengetahui pengendalian secara kimiawi ini, seperti
rodentisida, fumigasi, dll. Namun cara ini hanya dianjurkan bila populasi tikus
sangat tinggi dan cara lain sudah dilaksanakan.
Keberhasilan pengendalian hama tikus sangat tergantung pada kearifan
memadukan komponen teknologi tersebut. Disajikan model strategi
pengendalian hama tikus terpadu yang dapat disesuaikan dengan lingkungan
spesifik.

5
2. Penggerek batang
Penggerek batang merusak tanaman padi pada berbagai fase pertumbuhan,
Empat jenis penggerek batang padi yang umum ditemukan adalah; Penggerek
batang padi kuning (Tryporyza incertulas), penggerak batang padi bergaris (Chilo
suppressalis), penggerek batang padi putih (Tryporyza innotata), dan penggerek
batang padi merah jambu (Sesamia inferens). Kerusakan tanaman yang
diakibatkan oleh semua jenis hama penggerek batang adalah sama, yaitu matinya
pucuk tanaman pada stadia vegetatif (sundep) dan malai yang keluar hampa pada
stadia generatif (beluk).
Penghendaliannya adalah:
 Pemilihan benih unggul yaitu dari varietas tahan hama dan penyakit, bebas
dari penyakit terbawah benih, dan produksi optimal - Pengolahan tanah yang
baik - Penggunan varietas tahan hama
 Panen padi sawah dengan cara memotong tunggul jerami rendah supaya
hidup larvanya terganggu dimana larva yang ada dibagian bawah tanaman
tertinggal dan membusuk bersama jerami.
 Pengendalian mekanis dapat dilakukan dengan mengambil kelompok telur
pada saat tanaman berumur 10-17 hari setelah semai, karena hama
penggerek batang sudah mulai meletakkan telurnya pada tanaman padi sejak
di pesamaian.
 Harus diamati intensif sejak semai sampai panen. Kalau populasi tinggi
dapat dikendalikan dengan insektisida butiran (karbofuran, fipronil) dan
insektisida cairan (dimehipo, bensultap, amitraz, dan fipronil) yang
diaplikasikan bila populasi tangkapan ngengat 100 ekor/minggu pada
perangkap feremon atau 300 ekor/minggu pada perangkap lampu.
Insektisida butiran diaplikasikan bila genangan air dangkal dan insektisida
cair bila genangan air tinggi.

6
3. Wereng coklat atau wereng punggung putih
Wereng coklat (Nilaparvata lugens Stal.) memiliki tingkat kemampuan
reproduksi yang tinggi jika keseimbangan populasinya terganggu oleh
penanaman varietas peka, perubahan iklim (curah hujan), maupun kesalahan
aplikasi insektisida yang menyebabkan resurjensi hama. Wereng coklat mampu
merusak tanaman padi dalam skala luas pada waktu yang relatif singkat. Wereng
coklat dan wereng punggung putih (Sogatella furcifera H.) seringkali menyerang
tanaman secara bersamaan pada tanaman stadia vegetatif. Varietas yang tahan
wereng coklat belum tentu tahan wereng punggung putih. Oleh karena itu,
pengendalian wereng coklat harus dimulai sebelum tanam.
Pengendaliannya adalah :
 Pemilihan benih unggul yaitu dari varietas tahan hama dan penyakit, bebas dari
penyakit terbawah benih, dan produksi optimal
 Pengolahan tanah yang baik, Penggunan varietas tahan hama.,Penggiliran
tanaman dan varietas tanaman tahan hama
 Di daerah endemis wereng coklat, pada musim hujan harus ditanam varietas
tahan wereng coklat seperti inpari 18, inpari 19, inpari 31.
 Gunakan berbagai cara pengendalian, mulai dari penyiapan lahan, tanam jajar
legowo, takaran pupuk sesuai BWD..
4. Siput murbei atau keong mas (Pomace canaliculata Lamarck)
Merupakan hama baru yang penyebarannya cukup luas. Kerusakan terjadi
ketika tanaman masih muda. Petani harus menyulam atau menanam ulang pada
daerah dengan populasi siput yang tinggi sehingga biaya produksi meningkat.
Pengendaliannya adalah :
 Pengendalian harus berkesinambungan, walaupun tanaman sudah berumur
30 HST, pengendalian harus tetap dilakukan untuk mencegah serangan pada
pertanaman berikutnya.

7
 Secara mekanis dapat dilakukan dengan mengambil dan memusnahkan telur
dan keong mas baik dipesemaian atau di pertanaman secara bersama-sama,
membersihkan saluran air. Untuk mengurangi kegagalan panen, harus
menyiapkan benih lebih banyak.
 Pada stadia vegetatif, dapat dilakukan: (1) pemupukan P dan K sebelum
tanam; (2) menanam bibit yang agak tua (>21 Hari) dan jumlah bibit lebih
banyak; (3) mengeringkan sawah sampai 7 HST; (4) tidak mengaplikasikan
herbisida sampai 7 HST; (5) mengambil keong mas atau telur dan
memusnahkan; (6) memasang saringan pada pemasukan air untuk menjaring
siput; (7) mengumpan dengan menggunakan daun talas atau daun pepaya;
(8) Aplikasi pestisida anorganik atau nabati seperti saponin dan rerak
sebanyak 20-50 kg/ha sebelum tanam pada caren sehingga pestisida bisa
dihemat.
5. Walang sangit (Leptocorisa spp.)
Hanya menyerang tanaman yang sudah berbulir. Pengendalian dengan
insektisida dilakukan jika populasinya melebih ambang kendali yaitu pada saat setelah
stadia pembungaan ditemukan rata-rata >10 ekor/rumpun. Pengendaliannya:
 Kendalikan gulma di sawah dan di sekitar pertanaman.
 Pupuk lahan secara merata agar pertumbuhan tanaman seragam.
 Tangkap walang sangit dengan menggunakan faring sebelum stadia
pembungaan.
 Umpan walang sangit dengan menggunakan ikan yang sudah busuk,
daging yang sudah rusak, atau dengan kotoran ayam.
 Apabila serangan sudah mencapai ambang ekonomi, lakukan
penyemprotan insektisida. Lakukan penyemprotan pada pagi sekali atau
sore hari.

8
2.2 Penyakit Tanaman Padi dan Pengendaliannya
1. Penyakit bercak cokelat pada daun padi
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Helmintosporium oryzae , gejala
penyakit ini adalah adanya bercak coklat pada daun berbentuk oval yang tersebar
merata di permukaan daun dengan titik abu-abu atau putih.
Titik abu- abu atau putih di tengah bercak meruapakan gejala khas penyakit
bercak daun coklat di lapangan. Bercak yang masih muda berwarna coklat gelap
atau keunguan berbentuk bulat. Pada varietas yang peka panjang bercak dapat
mencapai 1 cm.
Selain gejala di atas gejala lainnya yaitu menyerang pelepah, malai, buah
yang baru tumbuh dan bibit yang baru berkecambah. Biji berbercak-bercak
coklat tetapi tetap berisi, padi dewasa busuk kering, biji kecambah busuk dan
kecambah mati.
Pengendalian: (1) membakar sisa jerami, menggenangi sawah, menanam
varitas unggul Sentani, Cimandirim IR 48, IR 36, pemberian pupuk N di saaat
pertengahan fase vegetatif dan fase pembentukan bulir; (2) menyemprotkan
insektisida Fujiwan 400 EC, Fongorene 50 WP, Kasumin 20 AS atau Rabcide 50
WP.
2. Blast
Penyebab : jamur Pyricularia oryzae.
Gejala : menyerang daun, buku pada malai dan ujung tangkai malai.
Serangan menyebabakn daun, gelang buku, tangkai malai dan cabang di dekat
pangkal malai membusuk. Proses pemasakan makanan terhambat dan butiran
padi menjadi hampa.
Pengendalian:
 mennggunkan varietas yang toleran dan tahan,

9
 menggunakan benih sehat dan perlakuan fungisida, yakni perendaman
benih dengan fungisida sistemik sebelum ditanam, misalnya benomyl,
trisiklazole, karbendazim.
 Pengaturan jarak tanam, yaitu menggunakan jajar legowo. Jarak tanam
yang lebar mengurangi tingkat kelembapan jamur pathogen.
 Melakukan pergiliran tanaman, menerapkan sanitasi lahan, dan
pengamatan rutin.
3. Busuk pelepah daun
Penyebab : jamur Rhizoctonia sp.
Gejala : menyerang daun dan pelepah daun, gejala terlihat pada tanaman yang
telah membentuk anakan dan menyebabkan jumlah dan mutu gabah menurun.
Penyakit ini tidak terlalu merugikan secara ekonomi.
Pengendalian: (1) menanam padi tahan penyakit ini; (2)
menyemprotkan fungisida pada saat pembentukan anakan seperti Monceren
25 WP dan Validacin 3 AS.
4. Penyakit fusarium
Penyebab : jamur Fusarium moniliforme.
Gejala : menyerang malai dan biji muda, malai dan biji menjadi kecoklatan
hingga coklat ulat, daun terkulai, akar membusuk, tanaman padi. Kerusakan
yang diderita tidak terlalu parah.
Pengendalian: merenggangkan jarak tanam, mencelupkan benih pada
larutan merkuri.
5. Penyakit kresek/hawar daun
Penyebab : bakteri Xanthomonas campestris pv oryzae).
Gejala : menyerang daun dan titik tumbuh. Terdapat garis-garis di antara
tulang daun, garis melepuh dan berisi cairan kehitam-hitaman, daun
mengering dan mati. Serangan menyebabkan gagal panen.

10
Pengendalian: (1) menanam varitas tahan penyakit seperti IR 36, IR
46, Cisadane, Cipunegara, menghindari luka mekanis, sanitasi lingkungan,
menggunakan system tanam jajar legowo; (2) pengendalian kimia dengan
bakterisida Stablex WP.
6. Penyakit bakteri daun bergaris/Leaf streak
Penyebab : bakteri Xanthomonas translucens.
Gejala : menyerang daun dan titik tumbuh. Terdapat garis basah
berwarna merah kekuningan pada helai daun sehingga daun seperti terbakar.
Pengendalian : menanam varitas unggul, menghindari luka mekanis,
pergiliran varitas dan bakterisida Stablex 10 WP.
7. Penyakit tungro
Penyebab : virus yang ditularkan oleh wereng Nephotettix impicticeps.
Gejala : menyerang semua bagian tanaman, pertumbuhan tanaman kurang
sempurna, daun kuning hingga kecoklatan, jumlah tunas berkurang, pembungaan
tertunda, malai kecil dan tidak berisi.
Pengendalian :
 Melakukan pengendalian hama terpadu mulai dari penanaman
serempak, pengaturan waktu tanam, varietas tahan, sanitasi
lingkungan dan penyemprotan insektisida.
 Mencabut tanaman yang sakit, pengendalian juga diperlukan
dengan menggunakan insektisida berbahan aktif bufrozein,
etofenproks, karbufuran
2.3 Gulma dan penyebarannya
Gulma adalah tanaman pengganggu tanaman budidaya, berbeda dengan
penyakit dan hama tanaman, pengaruh yang diakibatkan oleh oleh gulma tidak
terlihat secara langsung dan berjalan lambat. Namun kerugiannya cukup besar
karena mempengaruhi tanaman dalam pemenuhan unusr hara, air, sianar
matahari, udara dan ruang tumbuh

11
Jenis- jenis gulma yaitu:
1. Golongan rumput: pada umumnya berdaun panjang, lurus, urat daunnya
sejajar
2. Golongan teki: hamper serupa dengan rumput, bedanya adalah daunnya
berjajar tiga, batanganya tidak berongga
3. Golongan berdaun lebar
Penyebaran gulma melalui:
1. Melalui benih yang terkontaminasi dengan biji
2. Melalui pupuk kandang yang kurang matang
3. Penyebaran melalui angina
4. Melalui air irigasi
Pengendalian gulma oyang umum dilakukan yaitu:
1. Preventif (pencegahan) : Dengan pengolahan tanah dan pengelolaan air
2. Mekanis (dengan alat/mesin)
- Manual: dengan tangan atau alat seperti cangkul, sabit,
- Semi mekanis : menggunakan cultivator
- Mekanisasi penuh: menggunakan traktor, ratavator dll.
3. Kimiawi dengan menggunakan herbisida baik yang bersifat kontak
maupun sistemik yang tepat jenis, tepat sasaran, tepat dosis, tepata
waktu dan cara.
2.4 Hasil- hasil Penelitian
Menurut Bambang (2018), Dalam Penelitian Pengendalian Penyakit
Tanaman Padi Berwawasan Lingkungan Melalui Pengelolaan Komponen
Epidemik. Menyatakan bahwa, Model budi daya padi dengan menerapkan
komponen epidemik secara selektif harus dirancang lebih dahulu dengan memilih
varietas yang akan ditanam, benih bersertifikat, menentukan keserempakan tanam
yang tepat. Sebelum itu dilakukan pengolahan tanah secara sempurna dan
pemberian bahan organik. Pengairan tanaman dengan cara tidak menggenangi

12
lahan secara terus menerus serta pemupukan lengkap dan berimbang sesuai
anjuran setempat adalah bagian dari komponen epidemik dalam pengendalian
penyakit tanaman. Pengendalian penyakit tanaman padi berdasarkan pengelolaan
komponen epidemik adalah berwawasan ekologi dan ramah lingkungan karena
lebih menekankan pada rekayasa budi daya dan manipulasi lingkungan.
Implementasi pengendalian penyakit tanaman berbasis ekologi perlu ditingkatkan
melalui pendampingan penerapan teknologi agar berdaya guna dan berhasil guna.
Manauke, dkk (2017), Dalam Penelitian Rekomendasi Teknologi
Pengendalian Hama Secara Terpadu (Pht) Hama Tanaman Padi Sawah (Oryza
Sativa) Di Desa Makalonsow Kecamatan Tondano Timur Kabupaten Minahasa.
Menyatakan bahwa, Kegiatan IbM di desa Makalonsow menghasilkan
rekomendasi Pengendalian Hama Secara Terpadu (PHT) dimana hama seperti
penggeerek batang, wereng coklat, tikus, keong emas, walang sangit dan lainnya
lebih menekankan pengendalian dengan cara kultural dimana pengendalian ini
meliputi Pemilihan benih unggul yaitu dari varietas tahan hama dan penyakit,
bebas dari penyakit terbawah benih, dan produksi optimal, Pengolahan tanah yang
baik . pengendalian biologi/hayati serta pengendalian kimia ramah lingkungan
dengan memanfaatkan ekstrak buah lanta (Exoecaria agalloca) dengan cara 1 kg
buah lanta dicampur dengan 1 liter air kemudian di blender, diperas ekstraknya
dan penggunaannya diencerkan dengan air sesuai kebutuhan, juga Pemanfaatan
ekstrak buah bitung (Baringtonia assiatica.). Cara pembuatan ekstrak yaitu kulit
atau batok dari buah bitung dikeluarkan dan daging buah yang diambil ekstraknya.
Cara pembuatan dan penggunaan sama dengan buah lanta.
Erdiansyah dan Utami (2018). Dalam penelitian Implementasi Tanaman
Refugia Dan Peran Serangga Pada Tanaman Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Di
Kabupaten Jember. Menyatakan bahwa, Populasi hama padi tertinggi diketahui
pada perlakuan yang tidak ditanami tanaman refugia dan hama yang paling
dominan yaitu hama wereng hijau atau Nipothetix spp rata rata jumlah populasinya
terdapat 12 ekor, Populasi hama tanaman padi yang terdapat perlakuan refugia

13
pada pinggir sawah diketahui populasi tertinggi pada umur 4 MST dan hama yang
teridentifikasi adalah hama walang sangit.
Safriyani, dkk (2019). Dalam penelitian Pengendalian Hama dan Gulma
Menggunakan Pertanian Terpadu Padi-Itik-Azolla. Menyatakan bahwa Aplikasi
itik 3000 ekor/ha dan azolla 1000 kg/ha dapat menurunkan hama wereng coklat
83.33%, hama belalang 88.70% dan menurunkan hama penggerek batang padi
83.57%. Menurunkan gulma Fimbristylis dichotoma 84%, gulma Cyperus
difformis 91.4%, gulma Ludwigia adscendens 85.7% dan menurunkan gulma
Eclipta prostrata 80.8%.
Kurniawati (2015). Dalam penelitian Keragaman dan Kelimpahan Musuh
Alami Hama Pada Habitat Padi yang Dimanipulasi Dengan Tumbuhan Berbunga.
Menyatakan berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa kehadiran
tumbuhan berbunga dapat meningkatkan keragaman dan kelimpahan artropoda
pada tanaman padi gogo yang terdiri dari laba-laba, serangga termasuk serangga
musuh alami, dan artropoda lainnya sehingga dapat menekan serangan hama
meskipun pengaruh tersebut tidak cukup kuat berdampak pada kualitas dan
kuantitas hasil tanaman padi.

14
BAB III
3.1 Kesimpulan
Penggunaan perstisida kimia sintetik secara terus-menerus memberikan
pengaruh negatif terhadap kualitas lingkungan, kesehatan manusia, dan meningkatkan
perkembangan populasi hama akibat resistensinya terhadap pestisida. PHT pada
tanaman padi dapat dilakukan dengan cara menggunakan varietas tahan, pergiliran
varietas antar musim, penggunaan agensia hayati dan musuh alami, teknologi
pengendalian hama padi dengan sistem integrasi palawija pada pertanaman padi, serta
pengendalian hama berdasarkan ambang ekonomi.
Dengan penerapan pengendalian Hama dan penyakit tanaman padi secara
terpadu, maka selain mendapatkan produksi yang tinggi, menguntungkan secara
ekonomi, serta produk yang aman dikonsumsi, petani juga dapat menjaga
keseimbangan ekosistem secara berkelanjutan. Hal ini sejalan dengan tujuan pertanian
berkelanjutan, yaitu menguntungkan, ramah lingkungan, dan dapat diterima
masyarakat baik secara sosial dan ekonomi.
3.2 Saran
Dengan penerapan pengendalian Hama dan penyakit tanaman padi secara
terpadu, maka selain mendapatkan produksi yang tinggi, menguntungkan secara
ekonomi, serta produk yang aman dikonsumsi, petani juga dapat menjaga
keseimbangan ekosistem secara berkelanjutan. Hal ini sejalan dengan tujuan pertanian
berkelanjutan, yaitu menguntungkan, ramah lingkungan, dan dapat diterima
masyarakat baik secara sosial dan ekonomi.

15
DAFTAR PUSTAKA
Alam, M. Z., M. M. Haque, M. S. Islam, E. Hossain, S. B. Hasan, S. B. Hasan, and M.
S. Hossain. 2016.Comparative Study of Integrated Pest Management and
Farmers Practices on Sustainable Environment in the Rice Ecosystem. Zoology.
19(1) : 92-110
Kartohardjono,A.,D.Kertoseputro.,dan T.Suryana. 2009. Hama Padi Potensial dan
Pengendalinnya. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi
Menauke, J. Assa, B. H. Pelealu, A. E. 2017. Rekomendasi Teknologi Pengendalian
Hama Secara Terpadu (Pht) Hama Tanaman Padi Sawah (Oryza Sativa) Di Desa
Makalonsow Kecamatan Tondano Timur Kabupaten Minahasa. Jurnal LPPM
Bidang Sains dan Teknologi. Volume. 4. Nomor 1.
Nuryanto, B. 2018. Pengendalian Penyakit Tanaman Padi Berwawasan Lingkungan
Melalui Komponen Epidemik. Jurnal Litbang Pertanian Vol. 37 No 1. (1-12)
Prasetyo, S.Y.J. 2015. Sistem peringatan dini serangan hama penyakit padi di Jawa
Tengah menggunakan GI dan GI* statistic. Jurnal Ilmiah MATRIK 17(3):
205214
Safriyani E, Hasmeda M, Munandar M, Sulaiman F, Holidi H. 2019. Pests and weeds
controlling using integrated rice-duck-azolla farming. In: Herlinda S et al. (Eds.),
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2019, Palembang 4-5 September
2019. pp. 71-78. Palembang: Unsri Press
Erdiansyah, I. Putri, S.U. 2018. Implementasi Tanaman Reafugia dan Peran Serangga
Pada Tanaman PAdi Sawah (Oryza sativa L.) di Kabupaten Jember. Agri Vol.
22, No 2
Kurniawati, N. 2015. Keragaman dan Kelimpahan Musuh Alami Hama Pada Habitat
Padi Yang Dimanipulasi dengan Tumbuhan Berbunga. Ilmu Pertanian Vol. 18.
No 1. (31- 36)

16

Anda mungkin juga menyukai