Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“TEKNOLOGI MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS


TANAMAN KRISAN”

OLEH :
NAMA : MUHAMMAD ILHAM
NIM : G011201025

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allat SWT, yang atas rahmatnya dan karunianya
kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya
kepada dosen mata kuliah "Teknologi Budidaya Tanaman Hortikultura A" yang telah
memberikan tugas makalah terhadap kami. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam pembuatan makalah ini.
Semoga dengan makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca
pada umumnya. Sumbang saran dan kritik membangun dapat lebih menyempurnakan
makalah ini.

Makassar, 11 Desember 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................4

1.3 Solusi Pemecahan Masalah ...................................................................6

1.4 Hambatan dan Tantangan ......................................................................7

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Implementasi Teknologi Greenhouse dan Modifikasi Iklim Mikro

Mikro Mempertahankan Mutu dan Daya Saing Bunga Krisan ..............9

2.2 Otomatisasi Pada Sarana Instalasi Pencahayaan Pada Tanaman

Krisan ..................................................................................................10

2.3 Inovasi Teknologi Perbenihan dan Vub Tanaman Krisan ......................12

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ..........................................................................................14

3.2 Saran ....................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanaman hias merupakan salah satu komoditas potensial yang dapat
dikembangkan baik dalam skala kecil maupun besar terbukti dari makin tingginya
minat masyarakat terhadap agribisnis berbagai tanaman hias. Hal ini mendorong
meningkatnya jumlah pelaku usaha tanaman hias, produk tanaman hias, luas areal dan
daerah pengembangan baru tanaman hias. Minat tersebut tidak hanya dimiliki sentra-
sentra produksi tanaman hias, namun oleh masyarakat diperkotaan. Berkembangnya
usaha tanaman hias sejalan dengan meningkatnya pendapatan konsumen, tuntutan
keindahan lingkungan, pembangunan industri pariwisata, pembangunan kompleks
perumahan, perhotelan dan perkantoran.
Tingginya permintaan tanaman hias menjadikan usaha di bidang pengadaan
tanaman hias menjanjikan keuntungan yang besar, salah satu tanaman hias yang
populer adalah krisan. Di Indonesia, permintaan terhadap bunga krisan meningkat
25% per tahun, bahkan menjelang tahun 2003 permintaan pasarnya meningkat
31,62%. Tanaman hias krisan termasuk bunga yang paling populer karena memiliki
keunggulan, yaitu keunggulan kaya warna dan tahan lama. Krisan merupakan salah
satu bunga potong dengan nilai ekonomi yang tinggi. Hal ini dibuktikan dengan
tingginya produktivitas tanaman. Pada tahun 2006 produksi bunga potong krisan
menempati urutan pertama sebesar 63.716.256 tangkai atau 38,23%. Angka ini di atas
mawar, sedap malam, gladiol dan anggrek. Tahun 2008 produksinya meningkat
hingga 99.158.942 tangkai jauh di atas anggrek dengan produksi 15.343.040, mawar
39.161.603 tangkai dan sedap malam 21.180.043 tangkai. Tahun 2009 total
produksinya sudah mencapai 107.847.072 tangkai, dan tahun 2010 dengan
185.232.970 tangkai. Permintaan pasar akan produk krisan ini rata-rata meningkat
10% per tahun.
Tanaman krisan (Denadra grandifora Tzvelev Syn. Cr\hrysanthemum morifolium
Ramat) termasuk famili Asterales. Di Jawa dikenal dengan nama bunga Seruni dan
merupakan salah satu bunga yang paling lama dikenal dan dibudidayakan. Krisan
mempunyai banyak keberagaman, baik dari segi penampilan, bentuk bunga maupun
warna, sehingga terdapat ribuan varietas yang sangat berbeda. Ciri khas krisan adalah
bentuk daunnya yang spesifik, bentuk mahkota, jumlah bunga dalam tangkai dan
1
warna bunga sehingga dapat dengan mudah mengenali bunga krisan. Krisan
mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan menjadi komoditas ekpor yang
mempunyai kontribusi nyata terhadap pemasukan devisa negara. Keberadaan krisan
sebagai tanaman hias penghasil bunga potong komersial makin populer di berbagai
negara. Di Indonesia, krisan termasuk bunga potong trendsetter karena ciri khasnya.
Krisan atau Seruni bukan merupakan tanaman asli Indonesia. Menurut Rukmana
dan Mulyana (1997), terdapat 1000 varietas krisan yang tumbuh di dunia. Beberapa
varietas krisan yang dikenal antara lain adalah C. daisy, C. indicum, C. coccineum, C.
frustescens, C. maximum, C. hornorum, dan C. Parthenium. Di Indonesia paling
sedikit memiliki 55 varietas yang tumbuh.
Varietas krisan yang banyak ditanam di Indonesia umumnya diintroduksi dari luar
negeri, terutama dari Belanda, Amerika Serikat dan Jepang. Daerah sentra
pengembangan krisan di Indonesia ada di sentra agribisnis, antara lain terdapat di:
Propinsi Jawa Barat yaitu di Kabupaten Cianjur, Sukabumi dan Bandung Barat; di
Propinsi Jawa Tengah ada di Kabupaten Semarang dan Wonosobo; di Propinsi D.I.
Yogyakarta ada di Kabupaten Sleman; Propinsi Jawa Timur yaitu di Kabupaten
Pasuruan, Malang, dan Batu; Propinsi Sumatera Utara yaitu di Kabupaten Tanah
Karo.
Bunga krisan merupakan bunga musiman namun dengan pengembangan varietas-
varietas yang baru telah menghasilkan bunga yang tidak mengenal musim dan dapat
diperhitungkan masa panennya. Sehingga bunga tersebut dapat dinikmati sepanjang
tahun kapanpun.
Krisan merupakan salah satu tanaman yang sangat dinikmati oleh masyarakat
karena bunga krisan mempunyai keindahan dan aroma yang khas. Kondisi batang
yang keras (berkayu) membuat bunga krisan lebih bertahan lama yaitu selama 10 hari.
Selain itu bunga krisan digemari sebagai bunga potong maupun bunga pot. Bunga
yang dikenal sebagai “Raja Bunga Potong” ini semakin banyak penggemarnya dengan
berbagai bentuk dan tipe yang beragam, warna bunganya sangat bervariasi, dengan
kombinasi warna-warna yang begitu indah.
Krisan tumbuh dengan baik pada wilayah daratan medium sampai dataran tinggi
dengan kisaran ketinggian tempat 700-1299m dpl. Krisan termasuk tanaman yang
tidak tahan genangan, kurang menyukai cahaya matahari dan percikkan air hujan yang
langsung. Krisan dapat tumbuh pada kisaran suhu harian antara 170-300C. Pada fase

2
vegetatif, krisan suhu harian yang dikehendaki untuk pertumbuhan optimal yaitu 220-
280C (siang hari) dan tidak melebihi 260C (malam hari). Sedangkan pada fase
generatif suhu harian ideal yaitu 160-180C. Jika suhu lebih dari 180C, bunga yang
dihasilkan cenderung berwarna kusam, pucat dan memudar. Kelembapan udara yang
dikehendaki pada awal pertumbuhan yaitu 90- 95%. Sedangkan pada tanaman
dewasa, pertumbuhan optimal tercapai pada kelembapan udara sekitar 70-85%. Tanah
yang ideal untuk budidaya krisan yaitu liat berpasir, subur, gembur, drainase baik.
Adanya lahan yang luas, serta ketersediaan tenaga kerja dan iklim tropis sangat
menguntungkan dan dapat memberikan keuntungan strategis bagi industri tanaman
hias potong.
Bunga krisan menjadi bunga potong dapat dipanen saat berumur 12-14 minggu
setelah mekar/ 3-4 hari sebelum mekar penuh. Penen yang dilakukan sebaiknya
dilakukan pagi hari saat suhu udara tidak terlalu rendah. tangkai di potong 60-80cm.
Tanaman dalam pot mempunyai sifat porous (tidak menyerap air sampai
menggenang) sehingga mampu menjaga kestabilan suhu. Masyarakat khususnya
petani bunga krisan, dengan membudidayakan bunga tersebut dapat meningkatkan
kesejahteraan dan mendukung sektor pariwisata.

3
1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan utama yang dihadapi dalam pengembangan sektor pertanian lebih
bersifat struktural dan sistemik. Salah satu di antaranya adalah stagnansi produktivitas
komoditas pertanian. Di antara komoditas pertanian yang menghadapi permasalahan
yang cukup kompleks adalah tanaman krisan.
Rendahnya pengembangan dan penerapan inovasi teknologi yang tepat guna masih
terhambat oleh rendahnya tingkat kemampuan teknologi yang dikuasai sehingga
menjadi permasalahan bagi petani sedangkan untuk pasar ekspor masih menemui
kendala, yaitu kualitas bunga yang dihasilkan kalah bersaing dengan produk dari luar
negeri, rendahnya tingkat efisiensi produksi, kebijakan pemerintah yang belum banyak
mendukung, kemampuan akses pasar internasional kurang, dan belum memiliki lisensi
untuk pengembangan bunga krisan dari negeri asal bunga krisan.
Permasalahan dalam pengelolaan usahatani krisan yang sering ditemui petani adalah
penerapan teknologi baru. Hal tersebut berkaitan dengan permodalan yang dimiliki
petani, tingkat pengetahuan dan keterampilan, struktur sosial, skala usaha, serta harga
jual pada saat panen yang rendah. Dengan demikian, usaha petani tersebut menjadi
kurang kompetitif di pasar dalam dan luar negeri serta tidak memberikan keuntungan
yang optimal bagi pelaku agribisnis yang terlibat di dalamnya.
Salah satu sifat inovasi adalah kesesuaian (compatibility), yaitu kesesuaian antara
inovasi teknologi dan aspek biofisik, keberadaan kelembagaan input produksi, pasar,
dan aspek lainnya, termasuk sosial budaya di lokasi pengujian. Dari beberapa invensi
yang telah dihasilkan, sebagian invensi telah dikembangkan menjadi inovasi untuk
mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi pelaku usaha.
Tingginya tingkat kepekaan terhadap perubahan lingkungan membawa pengaruh
terhadap kebutuhan masyarakat. Dalam iklim yang penuh dengan kompetisi, proses
seleksi akan terjadi dengan sendirinya (secara tidak langsung).
Permasalahan dalam pengelolaan usahatani krisan yang sering ditemui petani adalah
penerapan teknologi baru. Hal tersebut berkaitan dengan permodalan yang dimiliki
petani, tingkat pengetahuan dan keterampilan, struktur sosial, skala usaha, serta harga
jual pada saat panen yang rendah. Dengan demikian, usaha petani tersebut menjadi
kurang kompetitif di pasar dalam dan luar negeri serta tidak memberikan keuntungan
yang optimal bagi pelaku agribisnis yang terlibat di dalamnya.
Permasalahan lain dalam pengembangan krisan di dalam negeri adalah terbatasnya

4
benih berkualitas sehingga peningkatan permintaan krisan dari tahun ke tahun belum
dapat dipenuhi dari produksi krisan dalam negeri. Biaya untuk pengadaan benih cukup
besar, terutama bila sangat bergantung pada benih impor. Kendala lainnya dalam
budidaya krisan di Indonesia adalah perlunya modifikasi lingkungan agar tanaman
dapat tumbuh baik, seperti pembuatan rumah lindung, penambahan cahaya lampu, dan
suhu lingkungan.

5
1.3 Solusi Pemecahan Masalah
Solusi dari pemecahan masalah ini yaitu pengembangan inovasi teknologi, suatu
lembaga riset yang mampu menghasilkan inovasi teknologi yang dapat menyesuaikan
diri dengan perubahan lingkungan, individu, perusahaan, organisasi, atau bangsa
tersebut yang akan memenangkan persaingan. Inovasi teknologi tidak hanya bersifat
sesuatu yang baru, tetapi dapat juga bersifat perbaikan penting dari yang sudah ada,
berupa produk, proses, maupun layanan. Penerimaan pasar terhadap sebuah inovasi
teknologi merupakan salah satu tolok ukur dari keberhasilan kegiatan lembaga riset
dan pengembangan. Agar suatu inovasi teknologi berdayaguna dan memberikan
dampak sesuai kebutuhan petani maka strategi yang harus ditempuh dalam
pengembangan inovasi dan teknologi adalah menerapkan inovasi yang dibutuhkan
petani, oleh karena itu identifikasi kebutuhan petani sangat diperlukan dalam
perakitan dan pengembangan inovasi. Keputusan petani untuk mengadopsi suatu
teknologi ditentukan oleh sifat teknologi. Makin mudah suatu teknologi dilaksanakan
maka makin besar peluang teknologi tersebut diadopsi. Oleh karena itu penggalian
informasi secara lebih mendalam dan menyeluruh tentang kebutuhan inovasi
teknologi tanaman krisan yang sesuai dengan kebutuhan stakeholders sangat
penting dilakukan.
Penggunaan benih berkualitas sangat penting dilakukan, karena menjadi persyarat
diperolehnya bunga berkualitas tinggi. Selain itu, tanaman juga responsif terhadap
agro-input yang diberikan, agar tanaman tumbuh optimal sehingga pada akhirnya
dapat menghasilkan bunga dengan kualitas tinggi.
Bunga krisan di Indonesia perlu modifikasi lingkungan agar tanaman dapat
tumbuh baik, seperti salah satunya rumah lindung dalam budidaya krisan bertujuan
melindungi tanaman dari kondisi cuaca dan lingkungan ekstrim yang dapat
memberikan pengaruh negatif terhadap pertumbuhan tanaman, seperti intensitas
cahaya matahari yang terlalu tinggi dan terpaan air hujan secara langsung. Fungsi
rumah lindung adalah untuk mendapatkan kondisi lingkungan tempat tumbuh yang
optimal, serta dapat melindungi tanaman dari serangan hama penyakit.

6
1.4 Hambatan dan Tantangan

Hambatan utama dalam peningkatan produksi tanaman adalah ketidakpastian


pasokan sarana dan prasarana, baik jumlah, mutu, maupun keberlanjutan. Hasil
penilaian kepentingan inovasi teknologi sitem produksi krisan sesuai dengan
kebutuhan pelaku usaha menunjukkan bahwa tersedianya benih (100%) merupakan
komponen yang sangat penting dibutuhkan oleh pengguna, modifikasi lingkungan
(97,14%), pengelolaan lahan (92,86%), modifikasi tanaman (91,43%), penanaman
(91,43%), pemupukan/ pemberian hormon (91,43%), pengairan (91,43%), dan
pengendalian organisme pengganggu tanaman (91,43%), serta panen (75,71%).
Sumber daya yang tersedia tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan saat ini saja,
tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan yang akan datang. Untuk memperkecil
permasalahan ketersediaan sumber daya krisan secara berkelanjutan, sangat
diperlukan inovasi teknologinya. Dengan demikian, harapan tentang pengelolaan
sumber daya krisan secara seimbang dapat tercapai.
Tanaman krisan kurang menyukai cahaya matahari dan percikan air hujan
langsung serta air yang tergenang. Hujan deras atau curah hujan tinggi yang langsung
menerpa tanaman krisan dapat menyebabkan tanaman mudah roboh, rusak, dan
menghasilkan bunga dengan kualitas rendah. Pertumbuhan bunga krisan sangat
dipengaruhi oleh faktor kelembaban.
Kekurangan unsur hara akan menyebabkan terjadinya hambatan dalam
pertumbuhan dan gejala lain yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman sehingga
dapat menurunkan penampilan dan mutu bunga yang dihasilkan. Sebaliknya jika
berlebih akan berpengaruh kurang baik terhadap pertumbuhan tanaman, bahkan dapat
meracuni tanaman. Oleh karena itu, keseimbangan unsur hara tanaman sangat penting.
Pengendalian hama dan penyakit menggunakan pestisida dengan dosis sesuai anjuran
dan frekuensi yang tepat. Untuk menstimulasi kondisi fisiologis tertentu pada
tanaman, terutama untuk meningkatkan mutu dan performa tanaman sesuai dengan
yang diharapkan, dilakukan pemberian zat pengatur tumbuh (ZPT).
Dampak perubahan iklim paling penting, karena perubahan lingkungan dapat
memengaruhi berbagai aspek kehidupan dan dapat terjadi karena campur tangan
manusia serta faktor alami. Petani dalam melakukan budidaya krisan tidak dapat
terhindar dari adanya penggunaan pupuk dan obat-obatan, yang bertujuan untuk
meningkatkan produksi dan mencegah serangan organisme pengganggu tanaman.

7
Namun, di sisi lain penggunaan pupuk dan pestisida dapat menyebabkan pencemaran
lingkungan. Pada saat lingkungan telah tercemar dan mengalami kerusakan, baru
disadari bahwa pengelolaan lingkungan itu sangat penting.
Penyusunan inovasi teknologi sistem pengelolaan lingkungan diharapkan dapat
memecahkan masalah yang dihadapi oleh pelaku usaha sehingga pada masa
mendatang dapat dihasilkan teknologi yang bersifat alternatif, antisipatif, dan
prospektif dalam agribisnis krisan.

8
BAB II
PEMBAHASAN

Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan meningkatnya kesejahteraan


masyarakat akan berpengaruh terhadap peningkatan kebutuhan bunga krisan. Oleh
karena itu, peran inovasi teknologi dalam hal sistem produksi krisan akan semakin
penting. Untuk memenuhi permintaan yang makin meningkat diperlukan inovasi
teknologi yang berbasis sistem produksi krisan.
Agar suatu inovasi teknologi berdayaguna dan memberikan dampak sesuai
kebutuhan petani pada tanaman krisan maka strategi yang harus ditempuh dalam
pengembangan inovasi dan teknologi adalah menerapkan inovasi yang dibutuhkan
petani, oleh karena itu identifikasi kebutuhan petani sangat diperlukan dalam
perakitan dan pengembangan inovasi.
Menurut Ridwan et al. (2008), keputusan petani untuk mengadopsi suatu teknologi
ditentukan oleh sifat teknologi. Makin mudah suatu teknologi dilaksanakan maka
makin besar peluang teknologi tersebut diadopsi. Selain itu, Soekartawi (1988) dalam
Torar (2010) menyatakan bahwa jika teknologi baru akan memberikan keuntungan
yang relatif lebih besar dari nilai yang dihasilkan teknologi lama maka kecepatan
adopsi inovasi akan berjalan lebih cepat. Makin mudah teknologi baru untuk
dipraktekkan maka makin cepat pula proses adopsi inovasi yang dilakukan petani.
Oleh karena itu, agar proses adopsi dapat berjalan cepat maka penyajian inovasi harus
lebih sederhana.
Penggalian informasi secara lebih mendalam dan menyeluruh tentang kebutuhan
inovasi teknologi tanaman krisan yang sesuai dengan kebutuhan stakeholders sangat
penting dilakukan. Informasi tentang kebutuhan pelaku usaha terhadap inovasi
teknologi yang dikembangkan merupakan masukan bagi strategi pengembangan
selanjutnya.

2.1 Implementasi Teknologi Greenhouse dan Modifikasi Iklim Mikro Untuk


Mempertahankan Mutu dan Daya Saing Bunga Krisan
Peningkatan produksi dan peningkatan kualitas produksi, dapat menghasilkan
bunga krisan segar yang berdaya saing tinggi di pasar tradisional dan pasar modern.
Tahapan kegiatan dalam ‘Implementasi Teknologi Fertigasi dan Greenhouse untuk

9
mempertahankan Mutu dan Daya Saing Bunga Krisan’ meliputi :
1) Penerapan budidaya krisan pada greenhouse, yang berfungsi melindungi
tanaman dari perubahan klimat yang ekstrim yang dapat memberikan
pengaruh negatif terhadap pertumbuhan tanaman,
2) penambahan sinar sebagai upaya modifikasi iklim mikro dengan
penggunaan lampu TL pada budidaya bunga krisan yang dinyalakan di
malam hari untuk menambah jam penyinaran sehingga bunga krisan yang
dihasilkan dapat berkualitas baik.
Greenhouse untuk budidaya krisan dapat melindungi tanaman kondisi klimat yang
ekstrim sehingga dapat memberikan pengaruh negatif terhadap pertumbuhan tanaman.
Perubahan klimat tersebut adalah: (1) intensitas cahaya matahari yang terlalu tinggi,
(2) kecepatan angin, dan (3) curah hujan (intensitas dan besarnya). Perubahan unsur
klimat salah satunya adalah curah hujan yang secara langsung akan mempengaruhi pH
tanah dan kadar air tanah yang berdampak pada pertumbuhan tanaman.
Selain itu bangunan greenhouse yang dipadukan dengan penggunaan mulsa plastik
pada bedengan tanaman bunga krisan dapat menghambat pertumbuhan tanaman
pengganggu (gulma) dan mengatur kadar air tanah. Kondisi ini akan berdampak pada
pengendalian pH tanah dan perkembangan mikroorganisme dalam tanah yang dapat
berpengaruh buruk pada tanaman. Sehingga secara langsung bangunan greenhouse
mengkondisikan iklim secara mikro agar sesuai dengan kondisi tumbuh tanaman,
disamping itu juga dapat difungsikan sebagai pengendali serangan hama dan penyakit
tanaman.
Tanaman krisan membutuhkan panjang hari tertentu untuk tetap tumbuh vegetatif.
Panjang hari yang dibutuhkan untuk fase vegetatif adalah lebih dari batas kritisnya
(13,5 – 16 jam). Di daerah tropis seperti Indonesia, panjang hari berkisar kurang dari
12 jam (101⁄2 jam efektif dengan intensitas penuh). Oleh karena itu, untuk fase
vegetatif pada budidaya krisan, pemberian cahaya tambahan dengan menggunakan
lampu pada malam hari mutlak diperlukan.
2.2 Otomatisasi Pada Sarana Instalasi Pencahayaan Pada Tanaman Krisan
Intensitas cahaya lampu untuk tanaman krisan pada malam hari berkisar antara 70 –
100 lux, atau setara dengan lampu pijar 75 – 100 watt atau TL 40 watt dengan jarak
antar titik lampu 2 x 2 m dan dengan ketinggian 1,5 – 2 meter di atas permukaan
bedengan. Durasi pemberian cahaya tambahan sekitar 4 – 5 jam per hari mulai pukul

10
22.00 – 02.00 atau pukul 23.00 – 03.00. Untuk menghemat konsumsi energi listrik,
pencahayaan sebaiknya diatur secara siklik dengan 10 menit hidup dan 20 menit mati
dengan menggunakan pengatur waktu atau timer. Pembagian waktu per jamnya ada 6
segmen. Instalasi listrik untuk pencahayaan ini dikonstruksi sebelum penanaman benih
dilakukan.
Otomatisasi penyinaran diperlukan karena pemberian penambahan penyinaran
dilakukan bergilir antara greenhouse yang satu dengan greenhouse yang lain.
Pergiliran pemberian tambahan sinar jika dilakukan secara manual akan dilakukan
pada tengah malam, sehingga hal tersebut menyulitkan operasional di lahan. Oleh
karena itu, dengan aplikasi alat otomatisasi, petani tidak perlu melakukan penggiliran
penamabahan penyinaran secara manual.
Lama penyinaran mempengaruhi pertumbuhan dan hasil dari tanaman krisan.
Tanaman krisan tanpa penyinaran tambahan menghasilkan kenampakan tanaman yang
lebih pendek, kecil, dan cepat berbunga sedangkan krisan yang mendapatkan lama
penyinaran tambahan memberikan hasil tanaman yang lebih tinggi, besar dan
berbunga lama. Tanaman krisan apabila diberikan lama penyinaran tambahan maka
akan menghambat fase generatif dari tanaman krisan (Park et al., 2013) dan
memperpanjang fase vegetatif untuk memberikan hasil tanaman krisan yang optimal.
Tanaman hari pendek apabila berada pada kondisi panjang hari yang kurang dari
periode kritisnya maka akan langsung memasuki fase generatif namun
pertumbuhannya belum optimal dan belum memenuhi kriteria sebagai bunga potong.
Secara fisiologis, cahaya mempunyai pengaruh langsung melalui proses fotosintesis
sedangkan pengaruh tidak langsung melalui pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Proses perkembangan yang dikendalikan oleh cahaya mempengaruhi
morfologi tanaman serta induksi pembungaan (Widiastuti dkk, 2004). Antar organ
tanaman berkaitan sehingga memberikan kenampakan hasil pada tanaman.
Cahaya pada lama penyinaran tambahan diserap oleh fitokrom yang terdapat di
daun. Fitokrom dimungkinkan untuk menyelaraskan waktu dengan lingkungan
dengan memberitahukan pada tanaman kapan matahari terbit dan terbenam. Jika
kebutuhan fotoperiode telah terpenuhi maka akan menyebabkan daun mengirimkan
stimulus pembungaan ke tunas. Stimulus yang dimaksud adalah florigen yang
merupakan hormon untuk menginduksi terbentuknya bunga (Yoginugraha dkk, 2017).
Fotoperiode mengatur pertumbuhan dan pembungaan pada tanaman (Kim et al.,

11
2011).
2.3 Inovasi Teknologi Perbenihan dan Vub Tanaman Krisan
Inovasi teknologi perbenihan dan VUB krisan akan menjadi inovasi yang sangat
efektif apabila difusi teknologi dilakukan melalui penangkar benih. Di samping itu
adopsi teknologi VUB dan perbenihan krisan memiliki peluang yang tinggi diadopsi
oleh pengguna, hal tersebut disebabkan keberhasilan produksi sangat ditentukan oleh
kualitas benih dan varietas (Bety, Suhardi & Yufdy 2015).

Sistem irigasi yang diaplikasikan pada budidaya bunga krisan adalah dengan sistem
irigasi tetes. Tanaman bunga krisan tumbuh optimal pada kadar air kapasitas lapang. Air
berguna untuk proses metabolisme tanaman bunga krisan. Dalam tubuh tanaman, air
berfungsi tidak hanya sebagai penjaga kestabilan suhu tanaman hingga proses-proses
kimia metabolisme dalam tubuh tanaman dapat berjalan, tetapi juga air berfungsi
sebagai salah satu unsur utama proses fotosintesis dan proses-proses sintesis senyawa-
senyawa penting lainnya. Selain itu air juga berfungsi sebagai alat transpor senyawa
dari bagian tanaman yang satu ke bagian tanaman yang lainnya.
Sistem irigasi tanaman bunga krisan dilakukan dengan sistem penyiraman. Hal ini
dilakukan karena menyesuaikan dengan karakteristik tanaman bunga krisan. Komponen
yang diperlukan pada pemberian air irigasi untuk bunga krisan terdiri dari: (1) tangki
penampung air, (2) pipa utama, (3) pipa jaringan emiter.
Penggunaan benih yang berkualitas sangat penting untuk diperhatikan dalam proses
produksi tanaman krisan. Benih yang berkualitas dalam hal ini adalah benih dengan
kemurnian genetik tinggi, sehat (bebas patogen terutama penyakit sistemik), tidak
mengalami gangguan fisiologis, mempunyai daya tumbuh kuat dan memiliki nilai
komersial di pasaran.
Pemilihan varietas yang ditanam juga penting untuk diperhatikan pada proses
produksi tanaman krisan. Selain preferensi konsumen terhadap warna, bentuk dan tipe
bunga, karakter lain yang spesifik dan menguntungkan (dalam hal ini mengurangi agro
input), seperti ketahanan/toleransi terhadap patogen penting, juga layak mendapat
perhatian dalam pemilihan varietas yang ditanam. Balai Penelitian Tanaman Hias
(Balithi) Segunung telah merilis beberapa varietas krisan dengan keunggulan
komparatif diantaranya warna bunga yang cerah dan tahan terhadap penyakit karat.
Varietas krisan yang banyak ditanam di Indonesia umumnya diintroduksi dari luar

12
negeri, terutama dari Belanda, Amerika Serikat, dan Jepang. Tipe krisan yang
diinginkan pasar adalah tipe spray dan standar. Sebagian besar petani mengusahakan
krisan sebagai bunga potong, karena permintaan pasar terbesar adalah kedua tipe
tersebut (Pratomo & Andri 2013).
Dari beberapa wilayah pengembangan varietas unggul baru (VUB) krisan yang
dihasilkan oleh Balithi melalui kegiatan PTT, tidak semua varietas yang dikembangkan
tersebut berkembangkan. Sejak inovasi PTT krisan diperkenalkan di wilayah
pengembangan krisan, usahatani krisan berkembang cukup pesat.
Sumberdaya manusia (SDM) sebagai pelaku usaha krisan paling menentukan dalam
keberhasilan usaha tani ini. Hal yang lebih penting agar hasil penelitian dan
pengembangan krisan dapat bermanfaat dan memberikan dampak bagi pengguna
diperlukan sumber daya manusia sebagai pengelola sistem. Sumber daya manusia
merupakan asset lembaga penelitian yang sangat vital, oleh karena itu peran dan
fungsinya tidak bisa digantikan oleh sumber daya lainnya. Menghadapi situasi
lingkungan yang senantiasa berubah dituntut sumber daya manusia yang mampu
mengelola sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kemampuan SDM (petani) dalam mengakses teknologi krisan sangat memengaruhi
proses adopsi. Agar petani mudah mengadopsi sebuah teknologi, cara yang dilakukan
selain dengan pengenalan krisan melalui diseminasi (pameran-pameran) dan melalui
PTT dan kegiatan partisipatif maka petani harus memiliki pengetahuan yang cukup
mengenai teknologi tersebut. Alasan petani mengadopsi varietas tersebut karena
memiliki keunggulan, yaitu relatif tahan karat, warna bunga cerah, batang besar dan
kuat (varietas Puspita Nusantara), disukai pasar (semua varietas), mudah
dibudidayakan, cepat bertunas, dan produktivitas tinggi (Dewi Ratih).
Kepentingan peralatan, baik yang bersifat khusus maupun umum bagi
pengembangan inovasi teknologi krisan, sangat diperlukan untuk meningkatkan
kapasitas kerja sehingga luas, intensitas tanam dan kualitas krisan dapat meningkat
sehingga ketepatan serta keseragaman proses dapat diandalkan agar mutu bunga
terjamin.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan di atas sebagai berikut :
1.) Krisan merupakan salah satu tanaman yang sangat dinikmati oleh
masyarakat karena bunga krisan mempunyai keindahan dan aroma yang
khas.
2.) Peran inovasi teknologi dalam hal sistem produksi krisan akan semakin
penting. Untuk memenuhi permintaan yang makin meningkat diperlukan
inovasi teknologi yang berbasis sistem produksi krisan.
3.) Penerapan budidaya krisan pada greenhouse, yang berfungsi melindungi
tanaman dari perubahan klimat yang ekstrim yang dapat memberikan
pengaruh negatif terhadap pertumbuhan tanaman
3.2 Saran
Inovasi teknologi tanaman krisan yang sifatnya prioritas utama disarankan untuk
dilakukan perbaikan lebih lanjut, agar inovasi teknologi yang dihasilkan dapat
memenuhi kebutuhan pelaku usaha, agar lebih efektif, efisien, dan berkelanjutan.

14
DAFTAR PUSTAKA
.
Setyono, Budi. 2016. Prosepek Pegembangan Agribisnis Bunga Potong Krisan Di
Kecamatan Samigaluh Kulonprogo. Jurnal Agros, 18(2).
Setiadi D, dkk. 2018. Perbedaan Kualitas dan Vase Life Bunga Krisan Akibat
Aplikasi Macam Pupuk Organik Dengan Variasi Jarak Tanam. Jurnal Kultivasi, 17(1).
Steviani F, dkk. 2018. Pengaruh Kerapatan Tanaman Dan Konsentrasi Pupuk NPK
Pada Krisan Pot (Chrysanthemum morifoluim Ramat). Jurnal Agronida, 4(1).

15

Anda mungkin juga menyukai