Disusun oleh :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur selalu kita panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, karena atas
segala limpahan rahmat dan karuniaNya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini yang berjudul “Budidaya Tanaman Bunga Krisan” ini dalam bentuk, isi
maupun pembahasannya yang sangat sederhana.
Harapan kami semoga makalah ini membantu memberikan petunjuk atau menjadi
suatu pedoman bagi pembaca yang khususnya penggemar tanaman hias bunga krisan dari
cara pengolahan media tanamnya sampai cara perawatan hingga panen.
Makalah ini kami akui masih jauh dari sempurna karena pengalaman yang kami
miliki sangat kurang dan minim. Akhir kata seperti pepatah mengatakan “Tiada Gading
Yang Tak Retak”, untuk itu kami harapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
dari semua pihak atau pembaca demi kesempurnaan penyusunan makalah kami untuk
kedepannya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Tujuan....................................................................................................... 1
BAB II ISI................................................................................................................ 2
PENUTUP............................................................................................................. 11
iii
3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Krisan (Dendranthema grandiflora) merupakan salah satu tanaman hias
yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan mempunyai peluang besar untuk
meningkatkan taraf hidup petani. Banyaknya jenis, bentuk, dan warna bunga
krisan menyebabkan krisan sangat populer di masyarakat. Dalam penggunaannya,
krisan dapat dibedakan atas krisan bunga potong dan krisan pot. Sebagai bunga
potong, krisan di antaranya digunakan untuk dekorasi dan rangkaian bunga pada
pesta-pesta pernikahan, dan acara-acara pembukaan kantor-kantor baru. Berbeda
dengan bunga pot, krisan misalnya dimanfaatkan sebagai penghias di meja-meja
kantor dan ruang tamu (Nurmalinda, 2014).
Prospek agribisnis tanaman hias di dalam negeri sangat cerah dibandingkan
dengan kondisi 10 tahun silam. Permintaan bunga krisan baik bunga potong maupun
bunga pot di dalam negeri dari tahun ke tahun menunjukkan kecenderungan yang
makin meningkat. Kebutuhan pasar domestik yang cukup besar ini belum dapat
dipasok dari produksi di dalam negeri sehingga diperlukan impor sekitar 10 persen
dari total produksi (Nurmalinda, 2014).
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa manfaat dari unga krisan
2. Untuk mengetahui bagaimana cara perbanyakan bunga krisan
3. Untuk mengetahui bagaimana cara penanaman bunga krisan dengan benar
1
BAB II
ISI
2.1 Tanaman Krisan
Krisan merupakan tanaman bunga hias berupa perdu dengan sebutan lain
seruni atau bunga emas (Golden Flower). Krisan kuning berasal dari dataran Cina,
dikenal dengan Chrysanthenumindicum (kuning), C. morifolium (ungu dan pink)
dan C. daisy (bulat, pompon). Pada abad ke-4 tanaman Krisan mulai
dibudidayakan di Jepang dan tahun 797 bunga Krisan dijadikan sebagai simbol
kekaisaran Jepang dengan sebutan Queen of The East. Tanaman Krisan dari Cina
dan Jepang menyebar ke kawasan Eropa dan Perancis tahun 1795. Tahun 1808
Mr. Colvil dari Chelsea mengembangkan delapan varietas Krisan di Inggris.
Jenis atau varietas Krisan modern diduga mulai ditemukan pada abad ke-17
(Pramana,
2015).
Krisan masuk ke Indonesia pada tahun 1800. Sejak tahun 1940, Krisan
dikembangkan secara komersial. Krisan (Chrysanthemum morifolium R.)
dibudidayakan pada lahan dengan ketinggian 700-1.200 m dpl. Chrysanthemum
morifolium termasuk dalam tanaman hari pendek (16 jam siang), yang berasal dari
daerah sub tropis. Tanaman Krisan merupakan tanaman tahunan dan akan
berbunga terus menerus, tetapi dibudidayakan sebagai tanaman semusim. Krisan
dapat tumbuh pada semua jenis tanah, bila dikelola dengan baik (Pramana, 2015).
Menurut Pramana (2015), klasifikasi dari tanaman krisan adalah sebagai berikut:
Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Classis : Dicotyledoneae
Ordo : Asteraceae / Compositae
Kegunaan tanaman krisan yang utama adalah sebagai bunga hias. Manfaat lain
adalah sebagai tumbuhan obat tradisional dan penghasil racun serangga. Sebagai bunga
hias, krisan di Indonesia digunakan sebagai:
a. Bunga pot
Ditandai dengan sosok tanaman kecil, tingginya 20-40 cm, berbunga lebat dan cocok
ditanam di pot, polibag atau wadah lainnya. Contoh krisan mini (diameter bunga kecil)
ini adalah varietas Lilac Cindy (bunga warna ping keungu-unguan), Pearl Cindy
(putih kemerah-merahan), White Cindy (putih dengan tengahnya putih kehijau-hijauan),
Applause (kuning cerah), Yellow Mandalay (semuanya dari belanda). Krisan introduksi
berbunga besar banyak ditanam sebagai bunga pot, terdapat 12 varietas krisan pot di
Indonesia, yang terbanyak ditanam dalah varietas Delano (ungu), Rage (merah) dan
Time (kuning).
b. Bunga potong
Ditandai dengan sosok bunga berukuran pendek sampai tinggi, mempunyai tangkai
bunga yang panjang, ukuran berfariasi (kecil, menengah, dan besar), umumnya ditanam
di lapangan dan hasilnya dapat digunakan sebagai bunga potong. Contoh bunga potong
amat banyak antara lain Inga, Improved funshine, Brides, Green peas, Great verhagen,
Puma, Reagen, Cheetah, Klondike dll.
2.4 Syarat Tumbuh
a. Iklim
Tanaman krisan membutuhkan air yang memadai, tetapi tidak tahan terhadap
terpaan air hujan. Oleh karena itu untu daerah yang curah hujannya tinggi,
penanaman dilakukan di dalam bangunan rumah plastik.
Untuk pembungaan membutuhkan cahaya yang lebih lama yaitu dengan bantuan
cahaya dari lampu TL dan lampu pijar. Penambahan penyinaran yang paling baik adalah
tengah malam antara jam 22.30-01.00 dengan lampu 150 watt untuk areal 9 meter
persegi dan lampu dipasang setinggi 1,5 m dari permukaan tanah. Periode pemasangan
lampu dilakukan sampai fase vegetatif (2-8 minggu) untuk mendorong pembentukan
bunga.
Suhu udara yang terbaik untuk daerah tropis seperti di Indonesia adalah antara 20-26°C.
Toleran suhu udara untuk tetap tumbuh adalah 17-30°C. Tanaman krisan membutuhkan
kelembaban yang tinggi untuk awal pembentukan akar bibit, setek diperlukan 90-95%.
Tanaman muda sampai dewasa antara 70-80%,
diimbangi dengan sirkulasi udara yang memadai.
Kadar CO2 di alam sekitar 3000 ppm. Kadar CO2 yang ideal untuk memacu
fotosintesa antara 600-900 ppm.pada pembudidayaan tanaman krisan
dalam bangunan tertutup, seperti rumah plastik, greenhouse, dapat ditambahkan
c. Ketinggian tempat
Ketiggian tempat yang ideal untuk budidaya tanaman ini antara 700 sampai
1200m dpl.
2.5 Pembibitan
Pembibitan bunga krisan dapat dilakukan dengan cara vegetatif yaitu dengan
anakan, setek pucuk, dan kultur jaringan.
a. Bibit asal anakan
Tentukan tanaman yang sehat dan cukup umur. Pilih tunas pucuk yang tumbuh
sehat, diameter pangkal 3-5 mm, panjang 5 cm, mempunyai 3 helai daun deasa berwarna
hijau terang, potong pucuk tersebut, langsung semaikan atau disimpan dalam ruangan
dingin bersuhu derajat 4 derajat selsius dengan kelembaban 30% agar tetap tahan segar
selama 3-4 minggu. Cara penyimpanan stek adalah dibungkus dengan beberapa lapis
kertas tissue, kemudian dimasukan ke dalam kantong plastik rata-rata 50 stek.
c. Penyiapan bibit dengan kultur jaringan
Tentukan mata tunas atau eksplan dan ambil dengan pisau silet, sterilisasi mata tunas
dengan sublimat 0,04% (HgCL) selama 10 menit, kemudian bilas dengan air suling steril.
Lakukan penanaman dengan medium MS berbentuk padat. Hasil penelitian lanjut
perbanyakan tanaman krisan secara kultur jaringan:
1. Medium MS padat ditambah 150 ml air kelapa/liter ditambah 0,5 mg
BAP/liter, maka kalus akan bertunas waktu 26 hari, tetapi medium tidak merangsang
pemunculan akar.
3. Medium MS padat ditambah 0,5 mg NAA/liter ditambah 0,5-0.2 mg kinetin/liter
ditambah 0,5 mg NAA/liter ditambah 0,5-2,0 BAP/liter pada eksplan varietas Sandra
untuk membentuk akar pada umur 21-31 hari.
Hasil penelitian Dwimahyani (2001) terhadap perbanyakan tanaman krisan se-cara in
vitro dapat disimpulkan bahwa respon masing-masing genotipe tanaman sangat berbeda
satu dengan lainnya dalam memproduksi plantlet. Genotipe yang mampu menghasilkan
pucuk lebih tinggi akan menghasilkan plantlet yang lebih banyak seperti contoh genotipe
Ku-Ch.
Penyiapan bibit pada skala komersial dilakukan dengan dua tahap yaitu:
a. Pembentukan Bedengan
b. Pengapuran
Tanah yang mempunyai pH > 5,5, perlu diberi pengapuran berupa kapur pertanian
misalnya dengan dolomit, kalsit, zeagro. Dosis tergantung pH tanah. Kebutuhan
dolomit pada pH 5 = 5,02 ton/ha, pH 5,2 = 4,08 ton/ha, pH 5,3 = 3,60 ton/ha, pH
5,4 = 3,12 ton/ha. Pengapuran dilakukan dengan cara disebar merata pada permukaan
bedengan.
2.7 Penanaman
Ambil bibit satu per satu dari wadah penampungan bibit, urug dengan tanah tipis
agar perakaran bibit krisan tidak terkena langsung dengan furadan 3G. Tanamkan
bibit krisan satu per satu pada lubang yang telah disiapkan sedalam 1-2 cm, sambil
memadatkan tanah pelan-pelan dekat pangkal batang bibit. Setelah penanaman
siram dengan air dan pasang naungan sementara dari sungkup plastik transparan.
2.7.2 Teknik Penanaman untuk Memperpendek Batang
dengan proses fotosintesis tanaman contohnya lampu hijau kurang baik untuk proses
fotosintesis karena tumbuhan yang berwarna hijau tidak bisa menyerap cahaya hijau
,sedangkan lampu warna biru dan merah bagus untuk pertumbuhan tanaman (lebar
daun,tinggi batang) karena klorofil banyak menyerap cahaya biru sehingga fotosintesis
berjalan optimal dibanding dengan lampu TL.Selain itu kebutuhan daya yang dihasilkan
oleh lampu LED lebih rendah dibanding lampu TL yang dapat mengurangi biaya
operasional.
b. Pemupukan
Waktu pemupukan dimulai umur 1 bulan setelah tanam, kemudian diulang kontinue
dan periodik seminggu sekali, dan akhirnya sebulan sekali. Jenis dan dosis pupuk
yang diberikan pada fase vegetatif yaitu Urea 200 gram ditambah ZA 200 gram
2
ditambah KNO3 100 gram per m luas lahan. Pada
fase Generatif digunakan pupuk Urea 10 gram ditambah TSP 10 gram
2
ditambah KNO3 25 gram per m luas lahan, cara pemberiannya dengan disebar
dalam larikan atau lubang ditugal samping kiri dan samping kanan.
c. Pembuangan Titik Tumbuh
Waktu pembuangan titik tumbuh adalah pada umur 10-14 hari setelah tanam,
dengan cara memotes ujung tanam sepanjang 5 cm.
d. Penjarangan Bunga
Jika ingin mendapatkan bunga yang besar, dalam 1 tangkai bunga hanya dibiarkan
satu bakal bunga yang tumbuh.
2.7.3 Teknik Penanaman untuk Bunga Pot
Sebanyak 5-7 Bibit yang telah berakar ditanam di dalam pot yang berisi media sabut
kelapa (hancur) atau campuran tanah dan sekam padi (1:1). Untuk memperpendek
batang, pot-pot ini ditumbuhkan selama 2 minggu
dengan penyinaran 16 jam/hari.
Untuk merangsang pembungaan, pot-pot kemudian diberi pencahayaan pendek
dengan cara menutupnya di dalam kubung dari jam 16.00-22.00. Selama
pertumbuhan tanaman diberi pupuk cir multihara lengkap. Pembungaan
ini dapat pula dipacu dengan menambahkan hormon tumbuh giberelin sebanyak
Untuk mendapatkan bunga yang besar dan jumlahnya sedikit, bakal bunga
dari setiap batang perlu diperjarang dengan hanya menyisakan satu kuncup bunga.
Dengan cara ini akan didapatkan krisan pot dengan 5-7 bunga yang mekar bersamaan.
2.8 Pemeliharaan Tanaman
Waktu penyulaman seawal mungkin yaitu 10-15 hari setelah tanam. Penyulaman
dilakukan dengan cara mengganti bibit yang mati atau layu permanen dengan bibit
yang baru.
b. Penyiangan
Pengairan yang paling baik adalah pada pagi atau sore hari, pengairan dilakukan kontinu
1-2 kali sehari, tergantung cuaca atau medium tumbuh. Pengairan dilakukan dengan
cara mengabutkan air atau sistem irigasi tetes hingga tanah basah.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pemaparan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa:
1. Bunga krisan memiliki manfaat sebagai bunga hias. Manfaat lain adalah sebagai
tumbuhan obat tradisional dan penghasil racun serangga. Sebagai bunga hias, bunga krisan
terbagi menjadi dua yaitu bunga pot dan unga potong.
2. Perbanyakan bunga krisan dapat dilakukan dengan cara vegetatif yaitu dengan
anakan, setek pucuk, dan kultur jaringan
DAFTAR PUSTAKA
Ermawati, D., D. Indradewa, dan S. Trisnowati. 2012. Pengaruh Warna Cahaya Tambahan terhadap
Pertumbuhan dan Pembungaan Tiga Varietas Tanaman Krisan (Crhysantemum morifolium)
Potong. Jurnal Vegetalika.
1(3). https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=
1&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwjYytv4yNHTAhXDLI8KHe_YAzk
QFggmMAA&url=https%3A%2F%2Fjurnal.ugm.ac.id%2Fjbp%2Farticl e%2Fview
%2F1354&usg=AFQjCNH0ThYbiBxPHp6UPyF_MP1c- aSpmA&sig2=axvIuI-
MsKlmLs5tVHAfzg
Nurmalinda dan Hayati. 2014. Preferensi Konsumen Terhadap Krisan Bunga Potong dan Pot. Jurnal
Hortikultura 24(4): 363-372.
http://ejurnal.litbang.pertanian.go.id/index.php/jhort/article/view/3519/29
81
Pramana, I. G. P. E. 2015. Kajian Pemaparan Medan Elektromagnetik pada Fase Vegetatif Terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Krisan (Crhysantemum). Bachelor thesis.
Universitas Udayana. Bali. http://erepo.unud.ac.id/11194/
Syafriyudin, N. T. L. 2015. Analisis Pertumbuhan Tanaman Krisan pada Variabel Warna Cahaya
Lampu LED. Jurnal Teknologi 8(1). https://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=
1&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwjtx5jQytHTAhURSY8KHRDIBe4Q
FggiMAA&url=http%3A%2F%2Fjurtek.akprind.ac.id%2Fsites%2Fdefa ult%2Ffiles%2F83-
87_syafryudin.pdf&usg=AFQjCNE0ivhm82r8lF6vIB6dz_3aHAz6yA&s
ig2=1zZ_IHegB50tj3R2FO2EyQ
Wijaya, M. I. 2012. Penentuan Jenis Eksplan dan Konsentrasi Asam 2,4 - Diklorofenoksiasetat pada
Induksi Kalus Krisan (Chrysanthemum morifolium Ramat) Cv. Puspita Pelangi
Sebagai Sumber Flavonoid. Skripsi. Universitas Atmajaya. Yogyakarta. http://e-
journal.uajy.ac.id/383/