Anda di halaman 1dari 20

BUDIDAYA TANAMAN KRISAN

Disusun oleh :

NAMA : RATU KHAIRUNNISA


KELAS :

SMA NEGERI 4 REJANG LEBONG


TAHUN AJARAN 2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur selalu kita panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, karena atas
segala limpahan rahmat dan karuniaNya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini yang berjudul “Budidaya Tanaman Bunga Krisan” ini dalam bentuk, isi
maupun pembahasannya yang sangat sederhana.
Harapan kami semoga makalah ini membantu memberikan petunjuk atau menjadi
suatu pedoman bagi pembaca yang khususnya penggemar tanaman hias bunga krisan dari
cara pengolahan media tanamnya sampai cara perawatan hingga panen.
Makalah ini kami akui masih jauh dari sempurna karena pengalaman yang kami
miliki sangat kurang dan minim. Akhir kata seperti pepatah mengatakan “Tiada Gading
Yang Tak Retak”, untuk itu kami harapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
dari semua pihak atau pembaca demi kesempurnaan penyusunan makalah kami untuk
kedepannya.

Curup, 04 Juni 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
Latar Belakang ......................................................................................... 1

Rumusan Masalah .................................................................................... 1

Tujuan....................................................................................................... 1

BAB II ISI................................................................................................................ 2

2.1 Tanaman Krisan ........................................................................................... 2

2.2 Morfologi Tanaman Krisan.......................................................................... 3

2.3 Manfaat Tanaman Krisan............................................................................. 3

2.4 Syarat Tumbuh ............................................................................................. 4

2.5 Pembibitan ................................................................................................... 5

2.6 Pengolahan Media Tanam ............................................................................ 7

2.7 Penanaman ................................................................................................... 7

2.8 Pemeliharaan Tanaman .............................................................................. 10

BAB III ................................................................................................................. 11

PENUTUP............................................................................................................. 11

iii
3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 11

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Krisan (Dendranthema grandiflora) merupakan salah satu tanaman hias
yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan mempunyai peluang besar untuk
meningkatkan taraf hidup petani. Banyaknya jenis, bentuk, dan warna bunga
krisan menyebabkan krisan sangat populer di masyarakat. Dalam penggunaannya,
krisan dapat dibedakan atas krisan bunga potong dan krisan pot. Sebagai bunga
potong, krisan di antaranya digunakan untuk dekorasi dan rangkaian bunga pada
pesta-pesta pernikahan, dan acara-acara pembukaan kantor-kantor baru. Berbeda
dengan bunga pot, krisan misalnya dimanfaatkan sebagai penghias di meja-meja
kantor dan ruang tamu (Nurmalinda, 2014).
Prospek agribisnis tanaman hias di dalam negeri sangat cerah dibandingkan
dengan kondisi 10 tahun silam. Permintaan bunga krisan baik bunga potong maupun
bunga pot di dalam negeri dari tahun ke tahun menunjukkan kecenderungan yang
makin meningkat. Kebutuhan pasar domestik yang cukup besar ini belum dapat
dipasok dari produksi di dalam negeri sehingga diperlukan impor sekitar 10 persen
dari total produksi (Nurmalinda, 2014).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa manfaat dari unga krisan?
2. Bagaimana cara perbanyakan bunga krisan?
3. Bagaimana cara penanaman bunga krisan dengan benar?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa manfaat dari unga krisan
2. Untuk mengetahui bagaimana cara perbanyakan bunga krisan
3. Untuk mengetahui bagaimana cara penanaman bunga krisan dengan benar

1
BAB II
ISI
2.1 Tanaman Krisan
Krisan merupakan tanaman bunga hias berupa perdu dengan sebutan lain
seruni atau bunga emas (Golden Flower). Krisan kuning berasal dari dataran Cina,
dikenal dengan Chrysanthenumindicum (kuning), C. morifolium (ungu dan pink)
dan C. daisy (bulat, pompon). Pada abad ke-4 tanaman Krisan mulai
dibudidayakan di Jepang dan tahun 797 bunga Krisan dijadikan sebagai simbol
kekaisaran Jepang dengan sebutan Queen of The East. Tanaman Krisan dari Cina
dan Jepang menyebar ke kawasan Eropa dan Perancis tahun 1795. Tahun 1808
Mr. Colvil dari Chelsea mengembangkan delapan varietas Krisan di Inggris.
Jenis atau varietas Krisan modern diduga mulai ditemukan pada abad ke-17
(Pramana,
2015).

Krisan masuk ke Indonesia pada tahun 1800. Sejak tahun 1940, Krisan
dikembangkan secara komersial. Krisan (Chrysanthemum morifolium R.)
dibudidayakan pada lahan dengan ketinggian 700-1.200 m dpl. Chrysanthemum
morifolium termasuk dalam tanaman hari pendek (16 jam siang), yang berasal dari
daerah sub tropis. Tanaman Krisan merupakan tanaman tahunan dan akan
berbunga terus menerus, tetapi dibudidayakan sebagai tanaman semusim. Krisan
dapat tumbuh pada semua jenis tanah, bila dikelola dengan baik (Pramana, 2015).
Menurut Pramana (2015), klasifikasi dari tanaman krisan adalah sebagai berikut:
Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Classis : Dicotyledoneae
Ordo : Asteraceae / Compositae

Familia : Compositae Genus : Chrysanthemum Species : Chrysanthemum sp.


2.2 Morfologi Tanaman Krisan

Tanaman krisan tumbuh menyemak setinggi 30-200 cm, sistem perakarannya


serabut yang keluar dari batang utama. Akar menyebar ke segala arah pada radius dan
kedalaman 50-70 cm atau lebih. Batang tanaman krisan tumbuh agak tegak dengan
percabangan yang agak jarang, berstruktur lunak, dan berwarna hijau tetapi bila
dibiarkan tumbuh terus, batang berubah menjadi keras (berkayu) dan berwarna hijau
kecoklatan, serta berdiameter batang sekitar 0,5 cm. Bunga krisan merupakan bunga
majemuk, di dalam satu bonggol bunga terdapat bunga cakram yang berbentuk tabung
dan bunga tepi yang berbentuk pita. Bunga tabung dapat berkembang dengan warna yang
sama atau berbeda dengan bunga pita. Pada bunga pita terdapat bunga betina (pistil),
sedangkan bunga tabung terdiri atas bunga jantan dan bunga betina (biseksual) dan
biasanya fertil. Dengan bentuk dan warna bunga krisan yang beranekaragam
memungkinkan banyak pilihan bagi konsumen (Wijaya, 2012).
Bunga krisan adalah bunga majemuk yang terdiri atas banyak bunga yang disebut
floret. Setiap floret pada bagian dalam mempunyai lima buah petal yang bersatu pada
pangkalnya dan membentuk korola. Floret yang terdapat pada bagian luar disebut
ray floret. Floret yang terdapat pada bagian dalam disebut disk floret. Setiap floret
terdapat kepala putik yang terdiri atas ovari, bakal biji dan stilus yang
menghubungkan ovari dengan stigma. Ray floret pada umumnya hanya mengandung
pistil dan tidak mempunyai stamen dan polen, sedangkan disk floret mengandung dua
alat reproduktif sehingga mempunyai banyak kemungkinan untuk menghasilkan
biji (Wijaya, 2012).
2.3 Manfaat Tanaman Krisan

Kegunaan tanaman krisan yang utama adalah sebagai bunga hias. Manfaat lain
adalah sebagai tumbuhan obat tradisional dan penghasil racun serangga. Sebagai bunga
hias, krisan di Indonesia digunakan sebagai:
a. Bunga pot
Ditandai dengan sosok tanaman kecil, tingginya 20-40 cm, berbunga lebat dan cocok
ditanam di pot, polibag atau wadah lainnya. Contoh krisan mini (diameter bunga kecil)
ini adalah varietas Lilac Cindy (bunga warna ping keungu-unguan), Pearl Cindy
(putih kemerah-merahan), White Cindy (putih dengan tengahnya putih kehijau-hijauan),
Applause (kuning cerah), Yellow Mandalay (semuanya dari belanda). Krisan introduksi
berbunga besar banyak ditanam sebagai bunga pot, terdapat 12 varietas krisan pot di
Indonesia, yang terbanyak ditanam dalah varietas Delano (ungu), Rage (merah) dan
Time (kuning).
b. Bunga potong

Ditandai dengan sosok bunga berukuran pendek sampai tinggi, mempunyai tangkai
bunga yang panjang, ukuran berfariasi (kecil, menengah, dan besar), umumnya ditanam
di lapangan dan hasilnya dapat digunakan sebagai bunga potong. Contoh bunga potong
amat banyak antara lain Inga, Improved funshine, Brides, Green peas, Great verhagen,
Puma, Reagen, Cheetah, Klondike dll.
2.4 Syarat Tumbuh

a. Iklim

Tanaman krisan membutuhkan air yang memadai, tetapi tidak tahan terhadap
terpaan air hujan. Oleh karena itu untu daerah yang curah hujannya tinggi,
penanaman dilakukan di dalam bangunan rumah plastik.
Untuk pembungaan membutuhkan cahaya yang lebih lama yaitu dengan bantuan
cahaya dari lampu TL dan lampu pijar. Penambahan penyinaran yang paling baik adalah
tengah malam antara jam 22.30-01.00 dengan lampu 150 watt untuk areal 9 meter
persegi dan lampu dipasang setinggi 1,5 m dari permukaan tanah. Periode pemasangan
lampu dilakukan sampai fase vegetatif (2-8 minggu) untuk mendorong pembentukan
bunga.
Suhu udara yang terbaik untuk daerah tropis seperti di Indonesia adalah antara 20-26°C.
Toleran suhu udara untuk tetap tumbuh adalah 17-30°C. Tanaman krisan membutuhkan
kelembaban yang tinggi untuk awal pembentukan akar bibit, setek diperlukan 90-95%.
Tanaman muda sampai dewasa antara 70-80%,
diimbangi dengan sirkulasi udara yang memadai.
Kadar CO2 di alam sekitar 3000 ppm. Kadar CO2 yang ideal untuk memacu
fotosintesa antara 600-900 ppm.pada pembudidayaan tanaman krisan
dalam bangunan tertutup, seperti rumah plastik, greenhouse, dapat ditambahkan

CO2 hingga mencapai kadar yang dianjurkan. b. Media tanam


Tanah yang ideal untuk budidaya tanaman krisan adalah bertekstur liat berpasir,
subur, gembur dan drainasenya baik, tidak mengandung hama dan penyakit. Derajat
keasaman tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman sekitar
5,5 sampai 6,7.

c. Ketinggian tempat

Ketiggian tempat yang ideal untuk budidaya tanaman ini antara 700 sampai

1200m dpl.

2.5 Pembibitan

Pembibitan bunga krisan dapat dilakukan dengan cara vegetatif yaitu dengan
anakan, setek pucuk, dan kultur jaringan.
a. Bibit asal anakan

b. Bibit asal stek pucuk

Tentukan tanaman yang sehat dan cukup umur. Pilih tunas pucuk yang tumbuh
sehat, diameter pangkal 3-5 mm, panjang 5 cm, mempunyai 3 helai daun deasa berwarna
hijau terang, potong pucuk tersebut, langsung semaikan atau disimpan dalam ruangan
dingin bersuhu derajat 4 derajat selsius dengan kelembaban 30% agar tetap tahan segar
selama 3-4 minggu. Cara penyimpanan stek adalah dibungkus dengan beberapa lapis
kertas tissue, kemudian dimasukan ke dalam kantong plastik rata-rata 50 stek.
c. Penyiapan bibit dengan kultur jaringan

Tentukan mata tunas atau eksplan dan ambil dengan pisau silet, sterilisasi mata tunas
dengan sublimat 0,04% (HgCL) selama 10 menit, kemudian bilas dengan air suling steril.
Lakukan penanaman dengan medium MS berbentuk padat. Hasil penelitian lanjut
perbanyakan tanaman krisan secara kultur jaringan:
1. Medium MS padat ditambah 150 ml air kelapa/liter ditambah 0,5 mg

NAA/liter ditambah 1,5mg kinetin/liter, paling baik untuk pertumbuhan


tunas dan akar eksplan. Pertunasan terjadi pada umur 29 hari, sedangkan perakaran 26
hari.
2. Medium MS padat ditambah 150 ml air kelapa/liter ditambah 0,5

BAP/liter, maka kalus akan bertunas waktu 26 hari, tetapi medium tidak merangsang
pemunculan akar.
3. Medium MS padat ditambah 0,5 mg NAA/liter ditambah 0,5-0.2 mg kinetin/liter
ditambah 0,5 mg NAA/liter ditambah 0,5-2,0 BAP/liter pada eksplan varietas Sandra
untuk membentuk akar pada umur 21-31 hari.
Hasil penelitian Dwimahyani (2001) terhadap perbanyakan tanaman krisan se-cara in
vitro dapat disimpulkan bahwa respon masing-masing genotipe tanaman sangat berbeda
satu dengan lainnya dalam memproduksi plantlet. Genotipe yang mampu menghasilkan
pucuk lebih tinggi akan menghasilkan plantlet yang lebih banyak seperti contoh genotipe
Ku-Ch.
Penyiapan bibit pada skala komersial dilakukan dengan dua tahap yaitu:

a. Stok tanaman induk

Fungsinya untuk memproduksi bagian vegetatif sebanyak mungkin sebagai bahan


tanaman d itanam di areal khusus terpisah dari areal budidaya. Jumlah stok
tanaman induk disesuaikan dengan kebutuhan bibit yang telah direncanakan. Tiap
tanaman induk menghasilkan 10 stek per bulan, dan selama 4-6 bulan dipelihara
memproduksi sekitar 40-60 stek pucuk. Pemeliharaan kondisi lingkungan berhari
panjang dengan penambahan cahaya 4 jam/hari mulai 23.30–03.00 lampu
pencahayaan dapat dipilih Growlux SL 18 Philip.
b. Perbanyakan vegetatif tanaman induk.

1. Pemangkasan pucuk, dilakukan pada umur 2 minggu setelah bibit ditanam,


dengan cara memangkas atau membuang pucuk yang sedang tumbuh sepanjang 0,5-1
cm.
2. Penumbuhan cabang primer. Perlakuan pinching dapat merangsang pertumbuhan tunas
ketiak sebanyak 2-4 tunas. Tunas ketiak daun dibiarkan tumbuh sepanjang 15-20 cm
atau disebut cabang primer.
3. Penumbuhan cabang sekunder. Pada tiap ujung primer dilakukan pemangkasan pucuk
sepanjang 0,5-1 cm, pelihara tiap cabang sekunder hingga tumbuh sepanjang 10-
15 cm.

2.6 Pengolahan Media Tanam

a. Pembentukan Bedengan

Olah tanah dengan menggunakan cangkul sedalam 30 cm hingga gembur,


keringanginkan selama 15 hari. Gemburkan yang kedua kalinya sambil dibersihkan dari
gulma dan bentuk bedengan dengan lebar 100-120 cm, tinggi 20- 30 cm, panjang
disesuaikan dengan lahan, jarak antara bedengan
30-40 cm.

b. Pengapuran

Tanah yang mempunyai pH > 5,5, perlu diberi pengapuran berupa kapur pertanian
misalnya dengan dolomit, kalsit, zeagro. Dosis tergantung pH tanah. Kebutuhan
dolomit pada pH 5 = 5,02 ton/ha, pH 5,2 = 4,08 ton/ha, pH 5,3 = 3,60 ton/ha, pH
5,4 = 3,12 ton/ha. Pengapuran dilakukan dengan cara disebar merata pada permukaan
bedengan.
2.7 Penanaman

2.7.1 Teknik Penanaman Bunga Potong a. Penentuan Pola Tanam.


Tanaman bunga krisan merupakan tanaman yang dapat dibudidayakan secara
monokultur.
b. Pembuatan Lubang Tanam
Jarak lubang tanam 10 cm x 10 cm, 20 cm x 20 cm. Lubang tanam dengan cara
ditugal. Penanaman biasanya disesuaikan dengan waktu panen yaitu pada hari-hari
besar. Waktu tanam yang baik antara pagi atau sore hari.
c. Pupuk Dasar

Furadan 3G sebanyak 6-10 butir perlubang. Campuran pupuk ZA 75 gram


ditambah TSP 75 gram ditambah KCl 25gram (3:3:1)/m2 luas tanam, diberikan merata
pada tanah sambil diaduk.
d. Cara Penanaman

Ambil bibit satu per satu dari wadah penampungan bibit, urug dengan tanah tipis
agar perakaran bibit krisan tidak terkena langsung dengan furadan 3G. Tanamkan
bibit krisan satu per satu pada lubang yang telah disiapkan sedalam 1-2 cm, sambil
memadatkan tanah pelan-pelan dekat pangkal batang bibit. Setelah penanaman
siram dengan air dan pasang naungan sementara dari sungkup plastik transparan.
2.7.2 Teknik Penanaman untuk Memperpendek Batang

Penanaman dilakukan sama dengan untuk bunga potong biasa, tetapi


dengan menambah cahaya agar tangkai menjadi pendek.
a. Pengaturan dan Penambahan Cahaya

Dilakukan sampai batas tertentu dengan ketinggian tanaman yang dinginkan.


Misalnya, bila diinginkan bunga krisan bertangkai 70 cm, maka penambahan
cahaya sejak ketinggian 50-60 cm. Lampu dimatikan. Periode berikutnya beralih ke
generatif. Tangkai bunga memanjang mencapai 80 cm. Bila dipanen tangkainya 70
cm, maka tangkai bunga yang tersisa adalah 10 cm pada tanaman. Total lama
penyinaran sejak bibit ditanam sampai periode generatif antara 12-15 minggu
tergantung varietas krisan. Cara pengaturan dan penambahan cahaya yaitu
dengan pola byarpet, yaitu pencahayaan malam selama 5 menit lalu dimatikan
selama 1 menit dilakukan secara berulang-ulang hingga mencapai 30 menit. Cara
lain pengaturan dan penambahan cahaya adalah dengan memasang lampu TL pada
tengah malam mulai pukul 22.30-01.00.
Hasil penelitian Ermawati (2012) menyatakan bahwa warna dari lampu dapat
mempengaruhi pertumbuhan bunga krisan. Cahaya tambahan berwarna merah mampu
memperbesar diameter bunga Fiji putih. Sedangkan varietas Fiji kuning memiliki
diameter bunga yang lebih besar ketika diberi cahaya tambahan warna biru.
Hasil penelitian Syafriyudin (2015) menyatakan bahwa cahaya tambahan lampu LED
sangat berpengaruh pada pertumbuhan krisan,namun tidak semua lampu dengan warna
tertentu memiliki panjang gelombang yang sesuai

dengan proses fotosintesis tanaman contohnya lampu hijau kurang baik untuk proses
fotosintesis karena tumbuhan yang berwarna hijau tidak bisa menyerap cahaya hijau
,sedangkan lampu warna biru dan merah bagus untuk pertumbuhan tanaman (lebar
daun,tinggi batang) karena klorofil banyak menyerap cahaya biru sehingga fotosintesis
berjalan optimal dibanding dengan lampu TL.Selain itu kebutuhan daya yang dihasilkan
oleh lampu LED lebih rendah dibanding lampu TL yang dapat mengurangi biaya
operasional.
b. Pemupukan

Waktu pemupukan dimulai umur 1 bulan setelah tanam, kemudian diulang kontinue
dan periodik seminggu sekali, dan akhirnya sebulan sekali. Jenis dan dosis pupuk
yang diberikan pada fase vegetatif yaitu Urea 200 gram ditambah ZA 200 gram
2
ditambah KNO3 100 gram per m luas lahan. Pada
fase Generatif digunakan pupuk Urea 10 gram ditambah TSP 10 gram

2
ditambah KNO3 25 gram per m luas lahan, cara pemberiannya dengan disebar
dalam larikan atau lubang ditugal samping kiri dan samping kanan.
c. Pembuangan Titik Tumbuh

Waktu pembuangan titik tumbuh adalah pada umur 10-14 hari setelah tanam,
dengan cara memotes ujung tanam sepanjang 5 cm.
d. Penjarangan Bunga

Jika ingin mendapatkan bunga yang besar, dalam 1 tangkai bunga hanya dibiarkan
satu bakal bunga yang tumbuh.
2.7.3 Teknik Penanaman untuk Bunga Pot
Sebanyak 5-7 Bibit yang telah berakar ditanam di dalam pot yang berisi media sabut
kelapa (hancur) atau campuran tanah dan sekam padi (1:1). Untuk memperpendek
batang, pot-pot ini ditumbuhkan selama 2 minggu
dengan penyinaran 16 jam/hari.
Untuk merangsang pembungaan, pot-pot kemudian diberi pencahayaan pendek
dengan cara menutupnya di dalam kubung dari jam 16.00-22.00. Selama
pertumbuhan tanaman diberi pupuk cir multihara lengkap. Pembungaan

ini dapat pula dipacu dengan menambahkan hormon tumbuh giberelin sebanyak

500 ppm pada saat penyinaran pendek.

Untuk mendapatkan bunga yang besar dan jumlahnya sedikit, bakal bunga
dari setiap batang perlu diperjarang dengan hanya menyisakan satu kuncup bunga.
Dengan cara ini akan didapatkan krisan pot dengan 5-7 bunga yang mekar bersamaan.
2.8 Pemeliharaan Tanaman

a. Penjarangan dan Penyulaman

Waktu penyulaman seawal mungkin yaitu 10-15 hari setelah tanam. Penyulaman
dilakukan dengan cara mengganti bibit yang mati atau layu permanen dengan bibit
yang baru.
b. Penyiangan

Waktu penyiangan dan penggemburan tanah umumnya 2 minggu setelah tanam.


Penyiangan dengan cangkul atau kored dengan hati-hati membersihkan rumput-
rumput liar.
c. Pengairan dan Penyiraman

Pengairan yang paling baik adalah pada pagi atau sore hari, pengairan dilakukan kontinu
1-2 kali sehari, tergantung cuaca atau medium tumbuh. Pengairan dilakukan dengan
cara mengabutkan air atau sistem irigasi tetes hingga tanah basah.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pemaparan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa:

1. Bunga krisan memiliki manfaat sebagai bunga hias. Manfaat lain adalah sebagai
tumbuhan obat tradisional dan penghasil racun serangga. Sebagai bunga hias, bunga krisan
terbagi menjadi dua yaitu bunga pot dan unga potong.
2. Perbanyakan bunga krisan dapat dilakukan dengan cara vegetatif yaitu dengan
anakan, setek pucuk, dan kultur jaringan
DAFTAR PUSTAKA

Dwimahyani, I. dan S. Gandanegara. 2001. Perbanyakan Tanaman Krisan


(Crhysantemum morifolium) Melalui Kultur Jaringan. Berita Biologi
5(4). https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=
1&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwjEq4Lgy9HTAhXCt48KHS_UCl4Q
FggpMAA&url=http%3A%2F%2Fe- journal.biologi.lipi.go.id%2Findex.php
%2Fberita_biologi%2Farticle%2F viewFile
%2F1127%2F1002&usg=AFQjCNG6Jsr7PJaJmwdgIGJcExk-
H3pBig&sig2=FcltdWfXYdsmJIhowJ1rRA

Ermawati, D., D. Indradewa, dan S. Trisnowati. 2012. Pengaruh Warna Cahaya Tambahan terhadap
Pertumbuhan dan Pembungaan Tiga Varietas Tanaman Krisan (Crhysantemum morifolium)
Potong. Jurnal Vegetalika.
1(3). https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=
1&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwjYytv4yNHTAhXDLI8KHe_YAzk
QFggmMAA&url=https%3A%2F%2Fjurnal.ugm.ac.id%2Fjbp%2Farticl e%2Fview
%2F1354&usg=AFQjCNH0ThYbiBxPHp6UPyF_MP1c- aSpmA&sig2=axvIuI-
MsKlmLs5tVHAfzg

Nurmalinda dan Hayati. 2014. Preferensi Konsumen Terhadap Krisan Bunga Potong dan Pot. Jurnal
Hortikultura 24(4): 363-372.
http://ejurnal.litbang.pertanian.go.id/index.php/jhort/article/view/3519/29
81

Pramana, I. G. P. E. 2015. Kajian Pemaparan Medan Elektromagnetik pada Fase Vegetatif Terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Krisan (Crhysantemum). Bachelor thesis.
Universitas Udayana. Bali. http://erepo.unud.ac.id/11194/

Syafriyudin, N. T. L. 2015. Analisis Pertumbuhan Tanaman Krisan pada Variabel Warna Cahaya
Lampu LED. Jurnal Teknologi 8(1). https://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=
1&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwjtx5jQytHTAhURSY8KHRDIBe4Q
FggiMAA&url=http%3A%2F%2Fjurtek.akprind.ac.id%2Fsites%2Fdefa ult%2Ffiles%2F83-
87_syafryudin.pdf&usg=AFQjCNE0ivhm82r8lF6vIB6dz_3aHAz6yA&s
ig2=1zZ_IHegB50tj3R2FO2EyQ

Wijaya, M. I. 2012. Penentuan Jenis Eksplan dan Konsentrasi Asam 2,4 - Diklorofenoksiasetat pada
Induksi Kalus Krisan (Chrysanthemum morifolium Ramat) Cv. Puspita Pelangi
Sebagai Sumber Flavonoid. Skripsi. Universitas Atmajaya. Yogyakarta. http://e-
journal.uajy.ac.id/383/

Anda mungkin juga menyukai