Anda di halaman 1dari 25

Kab.

Polewali Mandar

Dosen : Suyono, SP., M.Si


Mata kuliah : budidaya tanaman pangan dan hortoikultura

BUDIDAYA TANAMAN
BELIMBING (Averrhoa carambola L)

Disusun oleh :

Nashiruddin Muslim

A0118013

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN
UNIVERSITAS SULAWESI BARAT
MAJENE
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga saya dapat menyusun
makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini akan membahas tentang
“BUDIDAYA TANAMAN BELIMBING (Averrhoa carambola L)”. Dan harapan
kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca.
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun banyak mendapat tantangan dan
hambatan. Maka dari itu tak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada
semua anggota kelompok dan semua pihak serta teman-teman mahasiswa yang
juga sudah memberi kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam
penyusunan makalah ini.Penyusun menyadari bahwa dalam menyusun makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi materi, kalimat maupun
penyusunan tata bahasanya.

Untuk itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
yang bersifat membangun guna kami dapat meperbaiki makalah kami ini.Akhir
kata kami mengucapkan selamat membaca dan berpandang mesra dengan dunia
grammatikal yang kami sajikan. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Majene, 1 Maret 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................................ii
Daftar Isi................................................................................................................iii
Daftar Gambar.......................................................................................................iv
Daftar Tabel...........................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang.........................................................................................1
I.2. Rumusan Masalah....................................................................................1
I.3. Tujuan......................................................................................................1
BAB II BUDIDAYA TANAMAN BELIMBING
II.1. Deskripsi dan Nilai Ekonomi.................................................................2
II.2. Hama Tanaman Kacang Hijau dan Pengendaliannya.............................13
II.3. Penyakit Tanaman Kacang Hijau dan Pengendaliannya........................16
BAB III PENUTUP
III.1. Kesimpulan............................................................................................18
III.2. Saran......................................................................................................18
Dafat Pustaka

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Tanaman belimbing...........................................................................3


Gambar 2. Lalat buah..........................................................................................13
Gambar 3. Ulat Lymantriid.................................................................................14
Gambar 4. Ulat penggerek batang......................................................................14
Gambar 5. Gejala serangan Thrips......................................................................15
Gambar 6. Bercak daun Cercospora....................................................................16
Gambar 7. gejala serangan Jamur Upas..............................................................17

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Pemupukan Tanaman Belimbing .........................................................11

v
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Belimbing adalah tumbuhan penghasil buah berbentuk khas yang


berasal Dari Indonesia, India, dan Sri Langka. Saat ini, belimbing telah
tersebar ke penjuru Asia Tenggara, Republik Dominika, Brasil, Peru, Ghana,
Guyana, Tonga, dan Polinesia. Usaha penanaman secara komersial dilakukan
di Amerika Serikat, yaitu di Florida Selatan dan Hawaii. Di Indonesia, buah
ini menjadi ikon kota Depok, Jawa Barat, sejak tahun 2007. Pohon ini
memiliki daun majemuk yang panjangnya dapat mencapai 50 cm,
bungaberwarna merah muda yang umumnya muncul di ujung dahan. Pohon
ini bercabang banyak dan dapat tumbuh hingga mencapai 5m. Tidak seperi
tanaman tropis lainnya, pohon belimbing tidak memerlukan banyak sinar
matahari. Penyebaran pohon belimbing sangat luas, karena benihnya
disebarkan oleh lebah.

I.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana deskripsi tanaman belimbing?


2. Apasaja hama tanaamaan Belimbing dan bagaimana cara
pengendaliannya?
3. Apasaja penyakit tanaamaan Belimbing dan bagaimana cara
pengendaliannya?

I.3 Tujuan

1. Mengenal dan mengetahui tanaman belimbing


2. Mengetahui hama tanaman belimbing serta cara penanganannya.
3. Mengetahui penyakit tanaman belimbing serta cara penanganannya.

1
BAB II
BUDIDAYA TANAMAN BELIMBING
(Averrhoa carambola L)
II.1 Deskripsi dan Nilai Ekonomis

II.1.1 Taksonomi dan Morfologi Tanaman Belimbing

Belimbing merupakan tanaman buah berupa pohon yg berasal dari


kawasan Malaysia, kemudian menyebar luas ke berbagai negara yg beriklim
tropis lainnya di dunia termasuk Indonesia. Pada umumnya belimbing
ditanam dlmbentuk kultur pekarangan (home yard gardening), yaitu
diusahakan sebagai usaha sambilan sebagai tanaman peneduh di halaman-
halaman rumah. Di kawasan Amerika, buah belimbing dikenal dgn nama
/sebutan “star fruits”, & jenis belimbing yang populer & digemari masyarakat
adalah belimbing “Florida”. Buah belimbing berwarna kuning kehijauan. Saat
baru tumbuh, buahnya berwarna hijau.

Jika dipotong, buah ini mempunyai penampang yang berbentuk


bintang. Berbiji kecil dan berwarna coklat. Buah ini renyah saat dimakan,
rasanya manis dan sedikit asam. Buah ini mengandung banyak vitamin C.
Salah satu jenis dari belimbing, yang disebut belimbing wuluh, sering
digunakan untuk bumbu masakan, terutama untuk memberi rasa asam pada
masakan. Salah satu wilayah yang terkenal akan produksi belimbing adalah
Demak, Jawa Tengah. Belimbing Demak terkenal berukuran besar, warnaya
kuning cerah dan rasanya manis (Rukmana,2010).

2
A. Taksonomi

Gambar 1. Tanaman belimbing


Sumber: https://.tokopedia.com/mahameru-flora/tanaman-belimbing-dewi

Dalam taksonomi tumbuhan, belimbing diklasifikasikan sebagai


berikut: Kingdom: Plantae (tumbuh-tumbuhan), Divisi: Spermatphyta
(tumbuhan berbiji), Sub-divisi: Angiospermae (berbiji tertutup), Kelas:
Dicotyledonae (biji berkeping dua), Ordo: Oxalidales, Famili:
Oxalidaceae, Genus: Averrhoa, Spesies: Averrhoa carambola L.
(belimbing manis); A.bilimbi L. (belimbing wuluh).
B. Morfologi Tanaman Belimbing
Dimulai dari bagian Pohon pada tanaman belimbing manis berbentuk
seperti pohon pada umumnya dan bercabang. Sedangkan pada pohon
belimbing wuluh, pohon hanya tumbuh tegak lurus ke atas dengan cabang
kecil di sampingnya. Pohon belimbing dapat mencapai ketinggian hingga
10 meter.
Batang pada tanaman belimbing berkayu, berbentuk lingkaran dan
berwarna coklat tua.Batang ini tumbuh ke atas tidak lurus karena termasuk
jenis dikotomi. Batang belimbing tidak terlalu besar berdiameter sekitar 30
cm sangat kuat dan keras.
Jenis akar pada tanaman belimbing digolongkan dalam akar tunggang
bercabang, berbentuk seperti kerucut lurus ke bawah. Terdapat cabang

3
akar, serabut akar, bulu akar dan tudung akar. Pada masing-masing bagian
akar mempunyai fungsi tersendiri.
Daun pada tanaman belimbing termasuk dalam kategori daun tidak
lengkap dan kebanyakan berjumlah sembilan daun. Daun paling panjang
8,5 cm dan lebar sekitar 4 cm. pangkal daun berbentuk bulat sedangkan
ujung daun berbentuk meruncing. Pada permukaan daun terlihat
mengkilap.
Bunga pada tanaman belimbing akan berwarna merah muda pada
awalnya, dan tumbuh di ujung dahan. Belimbing termasuk tanaman yang
mempunyai bunga lebat dan keluar di ketiak daun. Dalam bunga terdapat
kelopak bunga, mahkota bunga dan tangkai bunga.
Biji buah berwarna coklat dengan diselimuti daging buah dan
berbentuk pipih. Biji terdiri dari dua lapisan, lapisan berwarna coklat tua
sedangkan lapisan dalam berwarna coklat tua. Terdapat kandungan
antioksidan dalam biji belimbing yang berguna untuk mencegah radikal
bebas.
Buah belimbing berbentuk bintang dengan lima buah rusuk. Saat
masih kecil buah berwarna hijau kemudian berubah menjadi kuning
keemasan ketika sudah tua. Tekstur buah sangat renyah dan manis dengan
sedikit rasa asam.

C. Manfaat Tanaman Belimbing


Manfaat utama tanaman ini sebagai makan buah segar maupun
makanan buah olahan ataupun obat tadisional. Manfaat lainnya sebagai
stabilisator & pemeliharaan lingkungan, antara lain dapat menyerap gas-
gas beracun buangan kendaraan bermotor, menyaring debu, meredam
getaran suara, dan memelihara lingkungan dari pencemaran karena
berbagai kegiatan manusia. Sebagai wahana pendidikan, penanaman
belimbing di halaman rumah tidak terpisahkan dari program pemerintah
dlm usaha gerakan menanam sejuta pohon. Berkebun belimbing relatif
cepat mengembalikan modal, karena setahun setelah tanam, pohon sudah

4
berbuah. Budidaya tanaman belimbing dapat dilakukann dalam skala besar
dan kecil (Wijaya, 2016).
D. Syarat tumbuh
1. Keadaann iklim
Di indonesia, belimbing ditanam di dataran rendah sampai
menengah (500 m dpl) yang tidak berangin kencang. Pada ketinggian
500 m dpl, tanaman belimbing tumbuh dengan subur tetpi lambat
berbunga dan berbuah. Daerah paling cocok untuk bididaya tannaman
belimbing adalah daerah yang beriklim panas dengan suhu udara sehari-
hari berkisar 22-23℃, kelembapan udara (rH) antara 50-70%,
penyinaran matahari minimal 7 jam/ hari dan mempunyai kisaran bulan
basah 5-7 bulan serta bulan kering 3-6 bulan sampai dengan daerah
yang tidak mempunyai bulan kering dan mempunyai bulan basah 12
bulan.
Di daerah yang tidak mempunyai bulann kering, air tanahnya
harus diupayakan antara >20-<50 cm. Di wilayah atau daerah yang
memiliki musim kemarau lebih dari dua bulan perlu dibuat sistem
pengairan yang memadai.

2. Keadaan tanah
Belimbing memiliki daya adaptasi tinggi terhadap berbagai jenis
tanah. Jenis tanah yang paling cocok adalah latosol. Posolik merah
kunping, dan andosol, air tanahnya cukup dan mengandung banyak
bahan organik (humus) seingga mampu mengikat air dan draenase baik.
Apabila tanaman belimbing ditanam di tanah liat berpasir, maka pada
lahan tersebut dibutuhkan banyak bahan organik agar gembur dan
mampu megikat air. Tanaman belimbing tanah menghendaki reksi
tanah yang agak masam (pH 5,0 - 6,5).
Secara umum tanaman belimbinng akan tumbuh subur dan
berproduksi dengan optimal apa bila ditanam pada tanah yang gembur
dan subur, aerasi dan drainasenya baik dengan kedalaman efektif > 60

5
cm, bebas dari rumput (gulma), dan derajat kemiringan lereng
hamparan optimal 20% agar tidak tergenang air.
E. Teknik Budidaya Tanaman Belimbing Manis
1. Penyiapan Bibit
Penyiapan bibit unggul belimbing dilakukan dgn cara
pembiakan vegetatif (cangkok, okulasi, susuan & enten). Khusus pada
perbanyakan vegetatif dgn cara penyambungan (okulasi, enten,
susuan) diperlukan batang bawah atau bibit onderstam yg berasal dari
biji (pembiakan generatif). Tata cara penyiapan batang bawah untuk
penyiapan biji (benih) belimbing sebagai berikut:
a. Pilih buah belimbing yg sudah matang dipohon & keadaannya
sehat serta berasal dari varietas unggul nasional ataupun lokal.
b. Ambil (keluarkan) biji dari buah dgn cara membelahnya,
kemudian tampung dalam suatu wadah.
c. Cuci biji belimbing dgn air bersih hingga bebas dari lendirnya.
d. Keringanginkan biji belimbing ditempat teduh & kering hingga
kadar airnya berkisar antara 12–14 %.
e. Simpan biji belimbing dlm suatu wadah tertutup rapat & berwarna,
atau langsung disemai di persemaian.

Teknik penyemaian benih belimbing, dimulai dari persiapan


media persemaian meliputi tahapan sebagai berikut:
a. Tentukan (pilih) areal untuk lahan persemaian di tempat yg
strategis dan tanahnya subur.
b. Olah tanahnya cukup dlm antara 30-40 cm hingga gembur,
kemudian dikering anginkan selama ± 15 hari. c) Buat bedengan
selebar 100-120 cm, tinggi 30 cm dan panjangnya tergantung
keadaan lahan. Arah bedengan sebaiknya membujur posisi Utara-
Selatan.
c. Tambahkan pupuk kandang yg matang & halus sebanyak 2 kg/m2
luas bedengan sambil dicampurkan dgn tanah atas secara merata,

6
kemudian rapikan bedengan dengan alat bantu papan kayu atau
bambu ataupun cangkul.
d. Tancapkan tiang-tiang bambu di sisi Timur bedengan setinggi
100-150 cm dan di sisi Barat 75-100 cm, kemudian pasang pula
palang-palang dari bilah bambu sambil diikat.
e. Pasang atap persemaian dari dedaunan (jerami) atau lembar
plastik bening (transparan), sehingga bedengan persemaian
lengkap dgn atapnya siap disemai biji belimbing.

Tatalaksana menyemai biji belimbing adalah sebagai berikut:


a. Rendam biji belimbing dlm air dingin atau hangat kuku (55-60℃)
selama 30 menit atau lebih.
b. Kecambahkan biji belimbing dgn cara disimpan dlm gulungan
kain basah di tempat yg lembab selama beberapa waktu.
c. Semai biji belimbing yg telah berkecambah pada lahan pesemaian.
Caranya adalah biji disebar di sepanjang garitan atau alur-alur
dangkal pada jarak antar alur sekitar 10-15 cm, kemudian tutup
dgn tanah tipis.
d. Biarkan kecambah tumbuh & berkembang menjadi bibit muda.
Kebutuhan bibit tanaman belimbing persatuan luas bervariasi,
bergantung pada jarak tanam yang digunakan dan varietas yang akan
diusahakan. Misalnya jarak tanam 6×6 m dibutuhkan bibit sekitar 278
batang/ha, sedangkan untuk jarak tanam 5×5 dibutuhkan 400
batang/ha. Sebulan sebelum tanam sebaiknya bibit diadaptasikan
terlebih dahulu dilokasi kebun.

2. Penyiapan Lahan
Penyiapan lahan pada intinya meliputi kegiatan pengolahan
tanah dan pembuatan lubang tanam hingga siap ditanami. Pada tanah
gembur dan subur dibuat lubang tanam dengan ukuran 50×50×50 cm,
sedangkan pada tanah yang keras dan kurang subur dibuat lubang

7
tanam dengan ukuran 100×100×100 cm. Saat menggali lubang, tanah
galian dibagi dua, bagian atas ditonggokkan dikiri lubang dan bagian
bawah di kanan lubang. Lubang tanam tersebut dibiarkan kering dan
terangin-angin selama 2-4 minggu. Setelah itu lubang tanam ditutup
kembali. Tanahh galian dicampur dulu dengan pupuk kandang atau
kompos sebanyak 50 kg dengan ditambah 150 g pupuk NPK
(20:10:20) serta diberi insektisida butiran untuk menghindari rayap,
semut dan hama lain. Lubang tanam yang siap ditanami akan tampak
membukit setinggi 20-30 cm dari permukaan tanah.

3. Penanaman
Waktu penanaman yang baik adalah pada waktu awal musim
hujan sehingga tidak perlu penyiraman. Diteempat yang sumber
airnya memadai, penanaman dapat dilakukann setiap waktu
(Rukmana, 2010).
Tatacara menanam bibit tanaman belimbing meliputi langkah-
langkah kerja sebagai berikut.
a. Ambil polybag bibit, siram mediumnya, kemudian lepaskan
polybag secara hati-hati agar bibit belimbing tetap lengkap akar
dan tanahnya.
b. Buat lubang seukuran dengan medium perakaran bibit tanaman
belimbing, kemugian taburkan pestisida berbahan aktif
Carbofuran (granul pada lubang tanam).
c. Bibit ditanam tepat pada lubang tanam, ditimbun sampai sebatas
leher akar. Tanahnya dipadatkan pelan-pelan, kemudian disiram
hingga diseliling aka tanaman cukup basah.

4. Pemeliharaan
Menurut (Rukmana, 2010) pemeliharaan (perawatan) tanaman
belimbing manis meliputi aktivitas-aktivitas sebagai berikut.
a. Pengairan

8
Tanaman belimbing manis membutuhkan air yang cukup,
terutama pada fase tanaman muda. Pada fase awal pertumbuhan,
pengairan dilakukan dua kali sehari, pagi dan sore hari, terutama
pada musim kemarau. Pada fase tanaman dewasa, pengairan dapat
dikurangi sesuai dengan kebutuhan. Hal penting yang harus
diperhatikan dalam pengelolalan air adalah tanah jangan dibiarkan
kering danterlalu lembab. Tanah yang terlalu kering dapat
menyebabkan bunga yang sudah terbentuk bisa rontok dan gagal
menjadi buah. Sedanngkan tanah yang kelembabannya terlalu
tinggi menyebabkan daun menguning karenan pwerakaran
tanaman membusuk. Pengairan dapat dilakukan dengan cara
genangan atau dengan cara disiram pada bagian sikitar tajuk
tanaman satu persatu hingga cukup basah.
b. Penyulaman dan pemasangan mulsa
Tanaman yang mati atau tunbuhnya abnormal harus segera
disulam atau diganti seawal mungkin. Caranya yaitu dengan
membongkar tanaman yang lama kemudian diganti dengan bibit
tanaman yang baru. Selain itu, pemberian mulsa organik (jerami
atau rumput kering) sebagai penutup tanah disekitar tanaman
sangat diperlukan. Mulsa dapat menekan pertumbuhan gulma,
menjaga kelembaban dan suhu tanah agar stabil, mengurangi
penguapan air tanah, dan setelah hancur akan menjadi bahan
organik penyubur tanah. Cara memasang mulsa, ditebarkan pada
permukaan tanah setebal 3-5 cm disekeliling tajuk tanaman.
c. Pemangkasan
Pemangkasan dilakukan untuk membentuk tajuk tanaman
agar tidak saling beradu dengan tajuk tanaman lain. Hal ini juga
mendorong produksi buah dan memudahkan pemanenan dari
tanaman yang tidak terlalu tinggi (Wijaya, 2016).
1) Pemangkasan bentuk: Percabangan dibentuk dengan
mengacu sistem 1-3-9. Artinya yang dipelihara hanya satu

9
batang utama (batang uatama dipotong pada ketinggian 60-70
cm dari tanah), tiga cabang primer (cabang primer atau
cabang yang tumbuh pada batang utama setelah pemangkasan
dipotong sejauh 30-40 cm dari batang utama), dan sembilan
cabang cabang sekunder atau cabang yang tumbuh dicabang
primer setelah pemangkasan dipotong sejauh 30-40 cm dari
cabang primer. Tujuannya agar sinar matahari dapat masuk
dan mengurangi kelembaban. Cabang lain yang tidak
dikehendaki dipangkas. Dari cabang sekunder ini akan
tumbuh cabang-cabang tersier. Pemangkasan ini dilakukann
pada tanaman yang belum produktif dengan umur sekitar 2-3
tahun. Pemangkasan yang tumbuh dipangkal dan tengah
cabang serta ujung ranting dilaksanakan setiap 1-2 bulan
sekali.
2) Pemangkasan peremajaan: Pemangkasan ini dilakukan pada
pohon berumur lebih dari 10 tahun yang produksinya mulai
menurun. Batang utama dipotong miring pada ketinggian60-
70 cm dari permukaan tannah
d. Sanitasi kebun
Tanah di sekitar tanaman belimbing manis biasanya
ditumbuhi rumput liar (gulma). Gulma akan menjadi pesaing
tanaman belimbing dalam mencari unsur hara, air, bahkan
gulma sering menjadi sarang hama atau penyakit. Keadaan
kebun harus disanitasi dari gulma (Rukmana, 2010).
Tanah disekitar tanaman belimbing dengan jarak 1,5-2 m.
Dari pangkal batang harus didangir, kemudian tanahnya
digemburkan. Apabila kebun hektaran, maka pemberantasan
gulma dapat dilakukan dengan aplikasi herbisida. Saat terbaik
untuk menyiangi adalah sesudah panen. Apabila disiangi pada
saat tanaman berbunga, biasanya bunga yang telah terbentuk
akan rontok. Penyiangan dan penggemburan pertama dilakukan

10
pada waktu musim hujan. Penyiangan selanjutnya dilakukan
setiap habis panen.

11
e. Pemupukan
Pemupukan dilakukan secara continue dan bertahap
disesuaikan dengan fase pertuumbuhan tanaman belimbing
manis. Jenis dan dosis pemupukan yang tepat sebaiknya
berdasarkan hasil analisis tanah dan tanaman dilaboretorium.
Meskipun demikian, pedoman umum pemupukan tanaman
belimbing manis dapat dapat mengacu pada tabel di bawah ini.

keterangan Pemupukan Awal Pemupukan Menjelang


Penanaman berbungan
Umur Satu bulan setelah tanam Satubulan menjelang
berbunga (5 bulan)
Jenis dan
Tanaman jumlah Pupuk NPK mutiara 25:7:7 NPK mutiara 16:16:16
di pot pupuk dengan konsentrasi 10g/l air dengan konsentrasi 10g/liter

Frekuensi Tiga bulan sekali Tiga bulan sekali


Aplikasi Pupuk disiramkan ke perakaaran tanaman. Volume
pemupukan 1-3 liter atau disesuaikan dengan ukuran tanaman

Umur Satu bulan setelah tanam Satu bulan menjelang


berbungan (23 bulan)
NPK dengan kadar N tinggi NPK dengan kadar N,P,K
Tanaman Jenis dan (mutiara 25:7:7) sebanyak 25- tinggi (mutiara 16:16:16)
di Lahan jumlah 100 g perpohon atau sebanyak 50-100 g perpohon
Campuran urea: SP-36: KCL= atau Campuran Urea:SP-
pupuk 3:2:1 sebanyak 25-100 g 36:KCL=1:2:2 sebanyak 25-
100 g per pohon.
Frekuensi Empat bulan sekali Empat bulan sekali
Aplikasi Dibenamkan dalam media tanam
Tabel 1. Pemupukan Tanaman Belimbing
Pupuk kandang dapat ditambahkan setiap enam bulan
sekali sebanyak 5 kg untuk penanaman di drum dan 15 kg untuk
penanaman dilahan (Wijaya, 2016) .
f. Perawatan buah di pohon
Menurut (Wijaya, 2016) peerawatan buah belimbing manis
di pohon meliputi penjarangan dan pembungkusan buah.
1) Penjarangan buah: Perlakuan inni dilakuakan untuk
memberikan kesempatan buah yang terpilih tumbuh

12
maksimal karena persaingan nutrisi dan unsur haranya
berkurang. Sebaiknya dalam satu pohin dipilih hanya 500
buah saja. Penjaran buah dilakukan bersamaan pada saat
pembukusan buah.
2) Pembungkusan buah: Pembungkusan dilakuakan pada saat
ukuran buah sebesar kelereng. Dalam satu rangkaian,
dipilih satu buah yang benntuk dan pertumbuhannya
terbaik, lalu dibungkus. Bahan pembungkus dapat berupa
dua lapis karton bekasyang ujungnya dan pangkalnya
diikat. Bahan pembungkuslain yang dapat digunakan
adalah kantomg plastiknyang bagian bawahnya digunting
untuk menjaga kelembaban tinggi. Untuk pembungkus
plastik bagian dalalmnya dilapisi dengan kertas koran yang
dapat menyerap uap air hasil respirasi buah.

II.1.2 Nilai Ekonomis


Menurut (Rukmana, 2010) tanaman belimbing dapat menghasilkan
buah sebanyak 150-300 buah perpohon, jika penanganannya tepat
belimbing dapat memproduksi buah sebanyak 500 buah. Di indonesia
menurut data (statistik produksi harrtikultura tahun 20114) kementrian
pertanian direktorat jendral hortikultura, tanaman belimbing di indonesia
mencapai prosuksi keseluruhan 81.000 Ton atau 26,63 Ton/ha. Untuk
harga buah belimbing sendiri dipasaran rata-rata Rp.25.000/kg. Untuk
tanaman pekaran tentu ini prosspeek yang lumayan menjanjikan untuk
dibudidayakan sendiri dipekaran rumah.

13
II.2 Hama pada Tanaman Belimbing dan Pengendaliannya

Hama penting tanamman yang sering menyerang tanaman belimbing


manis menurut (Rukmana,2010) adalah sebagai berikut.

1. Lalat buah (Bactrocera doesalis)

Ganbar 2. Lalat buah

Sumber: https://www.google.co.id/url?sa=i&source=images&cd=&ved=2ahUKEwinl.com

Klasifikasi lalat buah yaitu, Kingdom: Animalia, Filuim: Arthropoda,


Class :Insecta, Ordo: Diptera, Famili: Tephritidae, Spesies: Bactrocera
doesalis. Serangan lalat buah menyebabkan permukaan kulit buah terdapat
bintik bekas tusukan dan daging buah menjadi lebih cepat busuk akibatnya
buah bisa menjadi gagal panen. Kasus serangan hama ini hampir diseluruh
wilayah Indosia pernah mengalami serangan hama ini.

Untuk pengendalian lalat buah dilakukan dengan cara


pembungkusan buah dengan kertas atau plastik, mengumpulkan buah yang
terserang dan dimusnahkan, memanfaatkan musuh alami yaitu (Opius sp)
dan (Biosteres sp), serta penangkapan lalat dengan alat perangkap yang
diberi Metyl eugenol.

14
2. Ulat Lymantriid (Porthesia scintilans)

Gambar 3. Ulat Lymantriid


Sumber: http://faperta.ugn.ac.id/perlintan2005/berita.htm

Klasifikasi Ulat Lymantriid yaitu Kingdom: Animalia, Phylum:


Arthropoda, Class: Insecta, Ordo: Lepidoptera, Superfamily: Noctuoidea,
Family: Lymantridae, Genus: Lymantriidae, Spesies: Lymantriid. Hama
ini menyerang bunga dan buah muda. Ulat mengunyah sebagian bunga
dan permukaan kulit buah tanpa menggerek isi daging. Pada serangan
berat dapat menyebabkan gagalnya pembungaan dan pembuahan.
Wilayah sebaran hama ini meliputi Srilangka, India, Bangladesh
dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Pengendalian ulat limantriid
dapat disemprot dengan insektisida yang efektif, misalnya Decis 2,5 EC.

3. Ulat penggerek batang (Zeuzera ceoffeae)

Gambar 4. Ulat penggerek batang


Sumber : https://docplayer.info/44984785-waspadai-hama-minor-pada-belimbing.html

Hama ulat penggerek batangb berasal dari Ordo: Coleoptera,


Famili: Cossiddae. Seranngan hama ini dapat dilihat pada dahan dan
batang. Bagian yang terserang dipenuhi terowongan dan liang. Gejala
serangan hama ini yaitu batang kecil, kering dan mati. Wilayah sebaran

15
hama ini meliputi Asia tengah, Asia selatan, dan Asia Tenggara
(Muhlison, 2016).
Untuk pengendaliannya dapat dilakukan dengan menjaga
kebersihan kebun (sanitasi), menutup lubang pergerakan hama
menggunkan kapas yang diberi insektisida, memotong bagian tanaman
yang terserang 5 cm dari lubang gerekan dan dimusnahkan, dan cara
yangg terakhir dengan menginfus tanaman dengan insektisida sistemik,
baik melalui batang maupun akar (Andik, 2013).

4. Thrips (Thrips Javanicus P.)

A B C D
Sumber: http://jhpttropika.fp.unila.ac.id/index.php/jhttropika/article/view/353
Gambar 5. Gejala serangan T. javanicus, (A) malformasi buah (B) buah burik dan pecah-pecah (C)
imago T. javanicus dan (D) penampang sayap depan antara seta venasi pertama dan kedua

Hama ini memiliki kalsifikasi yaitu Kingdom: Animalia, Filum:


Arthropoda, Kelas: Insecta, Ordo: Thysanoptera, Famili: Thripidae. Hama
ini menyerang bagian bagian bunga dan buah belimbing yang masih muda.
Serangan hama ini mengakibatkan buah yang berkembang mengalami
malformasi dan permukaan menjadi keperakan yang muncul dari pangkal
buah. Wilayah sebaran T. javanicus meliputi pulau Jawa yang dilaporkan
(Muhlison, 2016).
Pengendalian hama ini dpat dilakukan dengan cara memasang
perangkap berwana kuning berperekat sebanyak 80-100/ ha,
memanfaatkan predator alami yaitu kumbang macan (Coccinellidae), dan
cara terakhir menggunakan insektisida yang diizinkan oleh Menteri
Pertanian (Andik, 2018).

II.3. Penyakit Pada Tanaman Belimbing dan Pengendaliannya

16
Adapun beberarapa prnyakit yang ada pada tanaman belimbing
menurut (Semangun, 2004) antara lain sebagai berikut:

1. Bercak daun Cercospora.

Gambar 6. Bercak daun Cercospora


Sumber: Sumber: https://samudrabibit.com/blog/tips-pengendalian-hama-dan-penyakit-pada-tanaman-
belimbing

Penyebab penyakit ini adalah cendawan (Cercospora capsici).


Klasifikasi cendawan tersebut yaitu kingdom: Fungi, Filum: ascomycota,
kelas: Dothideomycetidae, Ordo: Capnodiales, Famili:
Mycosphaerellaceae, Genus: Cercospora, Spesies: Cercospora capsici.
Penyakit ini memiliki bebarapa gejala pada tanaaman yang belimbing
yang diserang, yaitu klorotik bulat dan kecil-kecil pada anak daun.
Bercak-bercak yangg berdekatan sering menyatu, membentuk bercak
besar yang tidak teratur. Akhirnya pada pusat bercak menjadi kelabu
sampai putih, dengan diameter 2-5 mm, dengan tepi yang jelas berwarna
coklat tua atau ungu. Bercak dikkelilingi oleh halo krotik. Bercak
yangtua mempunyai pusat yang gelap sebesar kepala jarum.
Bercak terdapat pada daun muda dan tua. Wilayah sebaran hama ini
meliputi seluruh daerah di Indonesia. Daun yang terserang berat menjadi
kuning dan rontok, sehingga bibit atau tanaman muda dapat menjaddi
gundul. Bercak juga terdapat pada tangkai daun dan batang muda.
Pendalian penyakit ini adalah dengan menyemprotkan fungisida yang
efektif. Misalnya Dithane M-45 atau Antrocol 70 WP dengan konsentrasi
0,2%.
2. Jamur Upas

17
Gambar 7. gejala serangan Jamur Upas
Sumber: http://petunjukbudidaya.blogspot.com/2015/03/Erythricium-salmonicolor-Cendawan-Upas.html?
m=1

Pada negara Indonesia dan Malaysia, tanamaan belimbing yang


terserang penyakit ini berada padda cabang-cabang. Penyakit ini
disebabkan oleh (Erythricium salmonicolor). Klasifikasi (Erythricium
salmonicolor) yaitu kingdom: Fungi, Phylum: Basidiomycota, Kelas:
Basidiomycetes, Sub kelas: Agaricomycetidae, Order: Corticiales,
Family: Corticiceae, Genus: Erythricium, Species: Erythricium
salmonicolor.
Gejala serangan ditandai dengan munculnya bercak putih, terutama
pada bagian batang yang lembab dan tidak terkena sinar matahari. Pada
serangan awal, cendawan ini cendawan ini mengeluarkan miselium yang
menyerupai benang-benang halus berwarna putih seperti sarang laba-
laba. Pada serangan berat cendawan akan menyebar akan tumbuh kerak
berwarna merah muda dan menyebabkan ranting, batang ataupun dahan
tanaman yang terserang akan mati. Jika serangan terjadi pada pangkal
baatang maka seluruh tanaman akan mati.
Pengendalian penyakit yang disebabkan (Erythricium
salmonicolor), yaitu degan menjaga kelembaban pada dibagian sekitar
tanaman, rutin memangkas tanaman jika terlihat sudah rimbun, selain itu
jarak tenam juga berpengaruh pada kelembaban tanaman nantinya,
menanam varietas yang tahan terhadap serangan jamur upas. Bagian
tanaman yang terlanjur terserang dipangkas dan dimusnahkan, kemudian
olesi bekas pangkasan tadi menggunakan fungisida.

18
BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan
1. Belimbing merupakan tanaman buah berupa pohon yg berasal dari
kawasan Malaysia, kemudian menyebar luas ke berbagai negara yg
beriklim tropis lainnya di dunia termasuk Indonesia. Pada umumnya
belimbing ditanam dlmbentuk kultur pekarangan (home yard
gardening), yaitu diusahakan sebagai usaha sambilan sebagai tanaman
peneduh di halaman-halaman rumah. Di kawasan Amerika, buah
belimbing dikenal dgn nama /sebutan “star fruits”, & jenis belimbing
yang populer & digemari masyarakat adalah belimbing “Florida”.
2. Manfaat utama tanaman ini sebagai makan buah segar maupun makanan
buah olahan ataupun obat tadisional. Manfaat lainnya sebagai
stabilisator & pemeliharaan lingkungan, antara lain dpt menyerap gas-
gas beracun buangan kendaraan bermotor, dll, menyaring debu,
meredam getaran suara, & memelihara lingkungan dari pencemaran
karena berbagai kegiatan manusia. Sebagai wahana pendidikan,
penanaman belimbing di halaman rumah tidak terpisahkan dari program
pemerintah dlm usaha gerakan menanam sejuta pohon.
3. Hama pada tanaman belimbing terdiri dari Lalat buah (Bactrocera
doesalis), Ulat Lymantriid (Porthesia scintilans), Ulat Lymantriid
(Porthesia scintilans), Ulat daun (Adoxophyes privatana), Ulat
penggerek batang (Indarbela dissciplaga) dan Ulat penggulung daun
atau ulat kantong (Adoxophyes perstricta). Sedangkan penyakit
tanaman belimbing yaitu Bercak daun Cercospora, Hawar daun, Jamur
upas dan Kapang jelaga.
III.2 Saran
Saran kami selaku penulis agar kiranya pembaca tidak hanya mengambil
referensi tentang budidaya belimbing dari makalah ini saja, namu lebih
memperkaya referensi pembaca dari tulisan-tulisan yang lain.

19
DAFTAR PUSTAKA

Semangun, H. 2004. Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia.


Yogyakarta: Gadjah Mada Univesity Press.
Pangestu, I. 2016. Budidaya Tanaman Belimbing. Purwokerto: Universitas
Jenderal Soedirman.
Rukmana, R. 2010. Belimbing Manis Budidaya, Pengendalian Mutu dan
Pascapanen. Semarang: CV. Aneka Ilmu.
Muhlison, W., Triwidodo H., dan Pudjianto. 2016. Hama Tanaman Belimbing Di
Wilayah Kabupaten Blitar Jawa Timur. Jurnal Hama Tanaman
Tropika. Bogor: Institut Pertanian Bogor. 16 (2). Hal 175 – 183.
Andik. 2013. Penggerek Batang Dan Cabang, (online),
(http://ditlin.hortikultura.pertanian.go.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=136&Itemid=129, diakses 20
maret 2020.)
Andik. 2018. Hama Thrips, (online),
(http://ditlin.hortikultura.pertanian.go.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=74&Itemid=194, diakses 20
maret 2020.)
Wijaya dan Dewi, T.Q. 2016. Bertanam 13 Tanaman Buah di Pekarangan.
Jakarta: Penebar Swadaya.

Anda mungkin juga menyukai