Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bunga Seruni atau dikenal dengan Krisan dan Kristanium merupakan


sejenis tumbuhan berbunga yang sering ditanam sebagai tanaman hias pekarangan
atau bunga petik. Tumbuhan berbunga ini mulai nampak pada jaman Kapur.
Bunga krisan bukanlah tanaman asli dari Indonesia. Bunga krisan merupakan sisi
dari tumbuhan suku kenikir-kenikiran (Asteraceae) yang meliputi berbagai macam
type Chrysanthemum.

Terdapat lebih dari ribuan jenis varietas Krisan yang dikenal dan tersebar
di Dunia. Budidaya bunga Krisan sendiri berawal dari Jepang. Bahkan, bunga ini
dijadikan sebagai simbol kekaisaran Jepang dan disebut sebagai Queen of the
East. Hingga akhirnya bunga Krisan menjadi bunga nasional negara Jepang. Di
Jepang, bunga ini dikenal dengan kiku, karena aromanya yang sangat wangi.
Bunga ini juga sering ditambahakan ke dalam campuran teh agar rasa dan
aromanya lebih wangi dan nikmat.

Kemudian, seiring dengan berjalannya waktu barulah tanaman Krisan


menyebar ke Eropa lalu keseluruh Asia. Sedangkan di Indonesia tanaman krisan
baru masuk sekitar pada abad ke-17 dan baru dikembangkan sekitar pada tahun
1940 di Cianjur, Lembang, Cisarua, Brastagi, dan Bandung. Saat ini krisan
menjadi bunga potong populer bersanding dengan bunga mawar potong. Bunga
Krisan memiliki beberapa keunggulan yaitu memiliki bunga yang kaya warna dan
tahan lama.

Krisan merupakan tanaman tahunan dan akan berbunga terus menerus,


tetapi dibudidayakan sebagai tanaman semusim. Krisan merupakan tanaman hias
yang mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi dan potensial untuk
dikembangkan secara komersial. Di Indonesia, Krisan biasa dibudidayakan di
dataran medium dan dataran tinggi. Apabila tanaman Krisan dibudidayakan di
daerah beriklim tropis seperti di Indonesia, maka banyak hal yang perlu
diperhatikan, Salah satunya adalah intensitas cahaya matahari yang diterima oleh
tanaman Krisan.

Tanaman Krisan memerlukan cahaya pada siang hari sebesar 32.000 lux
untuk pertumbuhan yang optimal. Intensitas cahaya pada siang hari di dataran
tinggi di Indonesia adalah sebesar 50.000 lux.

1
Tanaman Krisan termasuk dalam tanaman hari pendek (16 jam siang),
yang berasal dari daerah sub tropis. Menurut penggunaannya, Krisan dapat
dikelompokkan sebagai Krisan Bunga Potong dan Krisan Bunga Pot atau Pot
Plant, sedangkan menurut tipe, krisan dapat digolongkan sebagai Krisan Standart
dan Krisan Spray. Indonesia termasuk negara beriklim tropis, dimana panjang
hari siangnya selama 12 jam, sedangkan daerah sub tropis panjang hari siangnya
selama 16 jam. Untuk membudidayakan bunga krisan di Indonesia, diperlukan
penambahan cahaya, sebanyak 70 lux selama 4 jam pada malam hari. Tujuan
penambahan cahaya adalah untuk mempertahankan fase vegetatif tanaman

Krisan Spray dalam satu tangkai bunga terdapat 10 - 20 kuntum bunga


dengan ukuran yang kecil. Sedangkan, Krisan Standar dalam satu tangkai bunga
hanya terdapat satu kuntum bunga tetapi dengan ukuran yang besar. Bentuk bunga
Krisan yang umum dibudidayakan sebagai bunga biasanya berukuran besar.

Krisan adalah satu diantara tipe bunga potong utama didunia. Pada
perdagangan tanaman hias dunia, bunga krisan adalah satu diantara bunga yang
banyak disukai oleh sebagian negara Asia seperti Jepang, Singapore serta
Hongkong, dan Eropa seperti Jerman, Perancis serta Inggris.

Tanaman Krisan sendiri menempati urutan ke-2 sesudah bunga mawar.


Bahkan dari saat ke saat keinginan pada bunga krisan baik berbentuk bunga
potong ataupun dalam pot selalu mengalami kenaikan.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan di susunnya Karya Ilmiah ini yaitu untuk :

1. Memenuhi tugas pembuatan Karya Ilmiah tentang Kegiatan


Ekonomi
2. Memberikan informasi lebih dalam seputar tanaman hias Krisan
kepada para pembaca
3. Memberikan informasi kepada para pembaca tentang bagaimana
proses pemasaran tanaman hias Krisan di Balithi

1.3 Rumusan Masalah :


2
Rumusan masalah pada Proses Pemasaran Tanaman Hias
Krisan Di Balithi Segunung dapat dirumuskan pada pertanyaan berikut :
1. Mengapa tanaman hias Krisan banyak di minati oleh seluruh
orang, bahkan hingga hampir ke seluruh dunia?
2. Apa yang membuat masyarakat Indonesia mau merawat tanaman
hias Krisan?
3. Bagaimana proses pemasaran tanaman hias Krisan yang ada di
Balithi?

3
BAB II
ISI

2.1 Landasan Teori

Tanaman hias merupakan salah satu komoditas potensial yang dapat

dikembangkan baik dalam skala kecil maupun besar, terbukti dari semakin

tingginya minat masyarakat terhadap agribisnis berbagai tanaman hias. Hal ini

mendorong meningkatnya jumlah pelaku usaha tanaman hias, produk tanaman

hias, luas areal dan daerah pengembangan baru tanaman hias. Krisan

(Chrysanthemum Morifolium) adalah salah satu tanaman hias yang memiliki nilai

Ekonomi yang cukup tinggi. Dalam perdagangan internasional, Krisan adalah


tanaman bunga potong paling penting kedua setelah Mawar dan Anyelir.

Tanaman hias krisan merupakan tanaman bunga hias berupa perdu dengan

sebutan lain Seruni.

Pada abad ke-4, Jepang mulai membudidayakan krisan, dan tahun 797
bunga krisan dijadikan sebagai simbol kekaisaran Jepang dengan sebutan Queen
of The East. Tanaman krisan dari Cina dan Jepang menyebar ke kawasan Eropa
dan Perancis sekitar tahun 1795. Lalu, pada tahun 1808 Mr. Colvil dari Chelsea
mengembangkan delapan varietas Krisan di Inggris. Varietas Krisan modern
diduga mulai ditemukan pada abad ke-17.

Krisan sendiri baru masuk ke Indonesia pada tahun 1800. Lalu pada tahun
1940, barulah Krisan dikembangkan secara komersial.

Jenis dan varietas tanaman hias Krisan di Indonesia pada umumnya


Hibrida yang berasal dari Belanda, Jepang dan Amerika Serikat. Tanaman hias
Krisan yang mampu tumbuh di Indonesia, antara lain:
1. Krisan Lokal (Krisan Kuno)
Meskipun disebut dengan Krisan Lokal, namun Krisan ini tetap berasal
dari luar negeri yang telah mampu beradaptasi dengan lingkungan tropis
Indonesia. Ciri dari krisan lokal yaitu sifat hidunya di hari netral dan siklus
hidupnya antara 7-12 bulan dalam satu kali penanaman.
Contohnya : Crhysantemum Maximum.
4
2. Krisan Introduksi (Krisan Modern/ Krisan Hibrida)
Berbeda sekali dengan krisan lokal, pada krisan hibrida hanya memiliki
sifat hidup berhari pendek, dan siklus hidupnya hanya relatif singkat.
Tanaman ini memiliki sifat sebagai tanaman anual.
Contohnya: Chrysanthemum Indicum Hybr.
3. Krisan Produk Indonesia
Balai Penelitian Tanaman Hias di Cipanas telah melepas varietas Krisan
buatan Indonesia yaitu varietas Balithi 27.108, 27.177, 28.7 dan 30.13A.

Pada umumnya, jenis tanaman hias Krisan yang banyak dibudidayakan


oleh para petani di Indonesia ada dua jenis, yaitu Krisan Standar (Single) dan
Krisan Spray (Bercabang). Tanaman Krisan yang kini dibudayakan merupakan
hasil persilangan kompleks dari beberapa spesies yang telah dikenal sejak ribuan
tahun yang lalu.
Dari tipe tersebut tanaman Krisan dikelompokkan menjadi tujuh
golongan, yaitu tanaman berbunga :
1. Spider
2. Pompon
3. Anemone
4. Incurved
5. Standar
6. Aster Dandekoratif

Krisan Standar digolongkan menjadi dua macam, yaitu :


1. Krisan Standar Hibrida
Karakterisktik krisan standar hibrida adalah jumlah bunga hanya
satu kuntum pada satu tangkainya, bunga bermekaran secara
kompak dengan diameter yang sama sekitar 8-12 cm dan beraneka
ragam warna.
2. Krisan Standar Lokal
Karakteristik Krisan Standar Lokal yaitu memiliki jumlah bunga
yang muncul 2-3 kuntum pertangkainya, panjang tangkai bunga
antara 70-80 cm , memiliki diameter bunga yang berbeda-beda
antara 12-15 cm. Bunga hanya berwarna kuning dan putih, serta
kesegaran bunga tidak lama yaitu hanya mencapai 5 hari saja.

Tanaman Krisan tipe Standar mempuyai ukuran yang lebih besar dari
ukuran bunga tipe Spray, bentuknya tersusun dengan bunga pita yang sifat dan
warnanya beragam. Krisan tipe Standar ini di budidayakan dengan
mempertahankan satu bunga per pohon.

5
Berbeda dengan tanaman Krisan tipe Spray, tipe Spray ini mempunyai
bentuk dan ukuran bunga yang seragam, Rata -rata tinggi tanaman ini berkisar
antara 50 - 60 cm, membentuk banyak cabang dan ranting serta membentuk
banyak bunga yang serempak dengan rangkaian bunga yang membulat.

Jenis-jenis tanaman hias Krisan yang paling digemari, yaitu:


1. Chrysanthemum Maximum
2. Chrysanthemum Carinatum
3. Chrysanthemum Segetum,
4. Chrysanthemum Inodorum, serta jenis-jenis Krisan
bercabang.

Kegunaan tanaman hias Krisan yang paling utama adalah sebagai bunga
hias. Manfaat lain adalah sebagai tumbuhan obat tradisional dan penghasil racun
serangga. Sebagai bunga hias, krisan di Indonesia digunakan sebagai bunga
potong yang ditandai dengan sosok bunga berukuran pendek sampai tinggi,
mempunyai tangkai bunga panjang, ukuran bervariasi (kecil, menengah dan
besar), umumnya ditanam di lapangan dan hasilnya dapat digunakan sebagai
bunga potong.

Di Jepang sendiri, tanaman hias Krisan diketahui berkhasiat sebagai obat.


Jenis penyakit yang dapat diobati dengan tanaman ini antara lain influenza,
bahkan membersihkan liver. Tanaman Krisan juga dibudidayakan sebagai ramuan
kesehatan. Di Jepang, kelopak Bunga krisan juga dipercaya dapat memberikan
kesehatan apabila diminum bersama segelas anggur. Selain itu juga tersedia obat-
obatan berbahan baku krisan. Minuman teh krisan juga banyak dijumpai. Krisan
yang dijadikan minuman adalah krisan berwarna kuning dan putih. Selain
bermanfaat sebagai relaksasi, teh krisan juga dipercaya berkhasiat
menyembuhkan. Teh ini menyegarkan tenggorokan, memperindah bentuk tubuh,
memulihkan kesehatan, dan baik untuk menjaga kesehatan mata. Seorang ahli
tanaman obat mengatakan, untuk tumbuhan sejenis Bunga krisan biasanya
mengandung zat antioksidan yang mampu menyerap racun dalam tubuh.

Syarat tumbuh tanaman Krisan, ialah berikut ini :


Tanah yang ideal untuk tanaman krisan adalah tanah yang bertekstur liat
berpasir, subur, gembur dan mempunyai drainase yang baik, tidak mengandung
hama atau penyakit. pH tanah berkisar 5,5 - 6,7. Selain itu, pertumbuhan sangat
dipengaruhi oleh kadar nutrisi yang tersedia dalam media tanam, kekurangan
unsur hara akan menyebabkan kualitas pertumbuhan tanaman dan penampilan
bunga yang menurun, sebaliknya jika keberadaan suatu unsur berlebihan dapat
berakibat kurang baik terhadap tanaman bahkan dapat meracuni tanaman. Oleh
karena itu, kesinambungan antara unsur yang diperlukan tanaman sangat penting.
Tanaman krisan umumnya membutuhkan kondisi kelembaban udara yang

6
tinggi. Kelembaban udara yang tinggi perlu diimbangi dengan sirkulasi udara
yang memadai. Kelembaban pada awal pertumbuhan berkisar 90-95% dan 70-
85% pada tanaman dewasa. Ketinggian tempat atau lokasi budidaya sangat
berhubungan dengan perubahan suhu, intensitas cahaya dan kelembaban udara
semakin tinggi letaksuatu tempat dari permukaan laut, suhu akan turun sekitar
10°C. Tanaman krisan dapat tumbuh dan berkembang biak pada ketinggian antara
600-1200 meter diatas permukaan laut. Tanaman krisan kurang menyukai
matahari dan air hujan secara langsung dan akan menyebabkan tanaman krisan
mudah rusak dan menghasilkan bunga dengan kualitas rendah, pembudidayaan di
daerah bercurah hujan tinggi dapat dilakukan di dalam rumah kaca. Cahaya dan
suhu merupakan salah satu faktor penting dalam pertumbuhan dan perkembangan
tanaman krisan, khususnya pada tahap pembungaan. Suhu udara siang hari yang
ideal untuk pertumbuhan rata-rata 22°C28°C dan malam hari rata-rata 15°C-20
°C. Dari unsur cahaya ada tiga hal yang perlu diperhatikan yaitu, intensitas,
kualitas dan pencahayaanya.Intensitas cahaya dihitung dengan satuan
lux.Tanaman krisan memerlukan intensitas cahaya pada siang hari sebesar 32.000
lux untuk pertumbuhan yang optimal. Untuk pembungaan dibutuhkan cahaya
lebih lama dan agar tidak cepat berbunga maka perlu diberikan hari panjang
dengan cahaya lampu TL dan lampu pijar dengan intensitas 70 lux.

2.1 Hasil Penelitian


Krisan merupakan salah satu komoditas tanaman hias utama di dunia,
yang berasal dari Asia Timur. Namun, dikembangkan ke seluruh belahan dunia
termasuk Eropa, Amerika Serikat, Amerika Selatan, dan Asia Tenggara. Krisan,
dibawa oleh ahli botani Belanda dan diperkirakan masuk ke wilayah Indonesia
sekitar 1920-an. Dua dekade kemudian, Krisan mulai dikembangkan di berbagai
dataran tinggi di Indonesia. Hingga 1960, usaha budidaya Krisan secara
tradisional di lahan terbuka mulai berkembang di daerah tersebut untuk

7
menghasilkan bunga potong. Sekitar 1980-an, usaha Krisan berkembang menjadi
skala industri yang dimotori PT Alam Indah Bunga Nusantara di Cipanas-Cianjur.
Saat itu, perusahaan tersebut mengadopsi teknologi Krisan dari Belanda, dan
mendapat bimbingan langsung dari para ahli Krisan Belanda. Namun, ketika krisis
ekonomi melanda Indonesia, para pengusaha Krisan tak lagi mampu mengimpor
sarana produksi, termasuk benih dari negara lain karena tingginya nilai mata uang
asing. Mereka mulai beralih menggunakan sarana produksi, termasuk varietas dan
benih yang dihasilkan oleh para peneliti di dalam negeri. Era jatuh bangun Krisan
telah usai. Produksi Krisan terus meroket dalam 10 tahun terakhir sejalan dengan
meningkatnya kebutuhan di dalam negeri. Direktorat Jenderal Hortikutura pada
2014 menyebutkan, bunga potong Krisan menduduki peringkat pertama terhadap
total produksi bunga potong nasional sebesar 57,67%, disusul Mawar 23,36%,
Sedap Malam 14,12%, dan Anggrek 2,66%. Peningkatan produktivitas Kristan
didorong oleh tersedianya teknologi yang lebih efisien, dan perubahan gaya hidup
masyarakat Indonesia yang mengarah pada budaya penggunaan bunga. Faktor
lainnya, berkembangnya sektor pariwisata yang menjadikan tanaman hias sebagai
elemen penting pendukung industri wisata di berbagai daerah. Selain itu, Krisan
dikenal sebagai komoditas yang memiliki cabang industri luas. Di antaranya dapat
dikembangkan untuk bahan kosmetik, teh, produk herbal, insektisida botani, dan
lainnya. Peningkatan usaha budidaya Krisan perlu didorong agar memberikan
dampak lebih signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi makro di dalam negeri.
Salah satu upayanya yaitu melalui penerapan Pengembangan Kawasan Agribisnis
Florikultura. Kementerian Pertanian (Kementan) telah menetapkan
Pengembangan Kawasan Agribisnis Florikultura sebagai program utama
pembangunan komoditas unggulan daerah yang dimaksudkan untuk :
1. Menghasilkan produk
skala massal yang bermutu tinggi
2. Memudahkan pengelolaan
rumpun usaha yang serupa ke dalam satu unit usaha yang terintegrasi
3. Menghimpun tenaga kerja
yang terampil dan terspesialisasi
4. Melakukan pemusatan
investasi, input dan jasa-jasa
5. Mengembangkan jaringan
pemasaran, dan
6. Mengembangkan inovasi
spesifik lokasi dan spesifik komoditas sesuai kebutuhan.

Tentunya program tersebut perlu didukung oleh penerapan inovasi secara


berkelanjutan, untuk membangun sistem produksi yang tangguh sehingga Krisan
dapat dimanfaatkan sebagai sumber devisa.

8
Penerapan dukungan inovasi dalam kawasan agribisnis Krisan diharapkan
dapat meningkatkan muatan inovasi dalam sistem agribisnis Krisan yang berbasis
sumber daya lokal, dan pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas produksi,
kualitas hasil, dan produktivitas usaha tani Krisan dengan diterapkannya Standar
Operasional Prosedur produksi dan penanganan pascapanen berbasis Good
Agricultural Practices dan Good Handling Practice. Implementasi dari dukungan
inovasi tersebut terttuang dalam program dukungan pengembangan kawasan
selama kurun waktu 2014-2016 dilakukan di beberapa daerah di antaranya
Sukabumi, Jawa Barat; Wonosobo, dan Batang, Jawa Tengah.

Kerja sama Pemda Kabupaten Sukabumi yang dikenal sebagai salah satu
pemasok tanaman hias besar nasional dengan Balitbangtan, yang digawangi oleh
Balai Penelitian Tanaman Hias dan BPTP Jawa Barat diawali dengan kegiatan
temu lapang sebagai inisiasi program pengembangan tanaman hias di daerah
tersebut. Inisiasi introduksi teknologi inovasi dimulai pada 2013-2014 pada
Gapoktan ‘Tani Asri’ di Kecamatan Sukaraja berupa gelar teknologi varietas,
teknologi produksi dan pebenihan Krisan.

Kegiatan ini kemudian berkembang dengan dukungan BPTP Jawa Barat


pada skema pengembangan pertanian bioindustri dan Direktorat Florikultura
melalui program jambore tanaman hias sedap malam. Pada 2015, kegiatan
pengembangan tanaman hias di Sukabumi menapaki era baru dengan
dikukuhkannya Kabupaten Sukabumi sebagai Kawasan Agribisnis Hortukultura
berbasis Inovasi pada September 2015 yang dihadiri oleh Bupati Sukabumi,
Kapuslitbang Hortikultura, dan para pejabat SKPD Kabupaten Sukabumi,
Puslitbang Hortikultura, serta Direktorat Florikultura. Kegiatan pengembangan
tanaman hias di Sukabumi kemudian merambah ke komoditas tanaman hias lain
selain Krisan dan sedap malam, dengan mengangkat isu-isu strategis seperti
pengendalian OPT ramah lingkungan dan pertanian organik.

Selain di Sukabumi, program pengembangan kawasan agribisnis tanaman


hias juga dilakukan di Wonosobo dan Batang, Jawa Tengah. Program diseminasi
teknologi inovasi Balitbangtan di Wonosobo pada awalnya merupakan program
dukungan kepada agenda Pemda Wonosobo dalam kerangka misi pengembangan
Green City. Konsep pengembangan kota Green City memprioritaskan komoditas
hortikultura dalam pengembangan potensi ekonomi daerah yang berbasis
pertanian dan pariwisata.

Konsep ini kemudian berkembang menjadi program pengembangan


potensi daerah bertajuk One Stop Village di daerah Kecamatan Garung untuk
komoditas Krisan pada 2015, untuk selanjutnya diagendakan pengembangannya

9
menjadi Kampung Flori sebagai potensi unggulan ekonomi daerah. Tahun silam,
kegiatan dukungan pengembangan kawasan agribisnis tanaman hias diperluas
mencakup komoditas Anthurium dan Mawar hingga peningkatan kapasitas
sumber daya pelaku usaha melalui pelatihan dan demonstrasi merangkai bunga,
pengendalian OPT ramah lingkungan, perbanyakan Mawar hingga tips-tips
meraih peluang pasar tanaman hias, bertempat di daerah Tembelang, Rojoimo.

Keberhasilan kerja sama antara Balitbangtan, Kementan, dan Pemda


Kabupaten Wonosobo dalam pengembangan tanaman hias mengilhami Kabupaten
Batang untuk melakukan pengembangan potensi wilayah berbasis agrowisata
dengan langkah awal menginisiasi introduksi teknologi inovasi tanaman hias
dengan penanaman Krisan di dua lokasi, Desa Wonobodro dan Keteleng di
Kecamatan Blado.

Permintaan Krisan di Indonesia meningkat 25% dari tahun ke tahun,


bahkan menjelang tahun 2003 permintaan pasarnya meningkat 31,62% (Balai
Penelitian Tanaman Hias, 2003). Permintaan bunga Krisan pada tahun 2008
sebanyak 99.158.942 potong dan meningkat pada tahun 2009 sebanyak
107.847.072 potong. Oleh karena itu, Krisan mempunyai prospek yang baik untuk
dibudidayakan.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari Karya Ilmiah ini adalah, Krisan
merupakan salah satu tanaman hias yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan
sangat populer di Indonesia. Bunga krisan sangat beragam dalam bentuk, ukuran
maupun warnanya.

3.2 Penutup

10
Sekian laporan yang telah penulis buat. Jika ada salah kata ataupun
penulisan mohon dimaafkan, oleh karena itu penulis mohon saran dan kritik yang
membangun agar bisa memperbaiki hal-hal yang masih perlu diperbaiki.

11

Anda mungkin juga menyukai