Anda di halaman 1dari 15

Makalah Individu

Budidaya Tanaman Pangan dan Hortikultura

BUDIDAYA TANAMAN KRISAN

Disusun oleh :

NAMA : ADINDA ASRI LARASWATI


NIM : G111 15 305
KELAS :G

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur selalu kita panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, karena
atas segala limpahan rahmat dan karuniaNya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini yang berjudul “Budidaya Tanaman Bunga Krisan” ini
dalam bentuk, isi maupun pembahasannya yang sangat sederhana.
Harapan kami semoga makalah ini membantu memberikan petunjuk atau
menjadi suatu pedoman bagi pembaca yang khususnya penggemar tanaman hias
bunga krisan dari cara pengolahan media tanamnya sampai cara perawatan hingga
panen.
Makalah ini kami akui masih jauh dari sempurna karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang dan minim. Akhir kata seperti pepatah mengatakan
“Tiada Gading Yang Tak Retak”, untuk itu kami harapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari semua pihak atau pembaca demi kesempurnaan
penyusunan makalah kami untuk kedepannya.

Makassar, 27 April 2017

Adinda Asri Laraswati

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 1

1.3 Tujuan ....................................................................................................... 1

BAB II ..................................................................................................................... 2

ISI ............................................................................................................................ 2

2.1 Tanaman Krisan ........................................................................................... 2

2.2 Morfologi Tanaman Krisan .......................................................................... 3

2.3 Manfaat Tanaman Krisan ............................................................................. 3

2.4 Syarat Tumbuh ............................................................................................. 4

2.5 Pembibitan ................................................................................................... 5

2.6 Pengolahan Media Tanam ............................................................................ 7

2.7 Penanaman ................................................................................................... 7

2.8 Pemeliharaan Tanaman .............................................................................. 10

BAB III ................................................................................................................. 11

PENUTUP ............................................................................................................. 11

3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 11

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Krisan (Dendranthema grandiflora) merupakan salah satu tanaman hias
yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan mempunyai peluang besar untuk
meningkatkan taraf hidup petani. Banyaknya jenis, bentuk, dan warna bunga
krisan menyebabkan krisan sangat populer di masyarakat. Dalam penggunaannya,
krisan dapat dibedakan atas krisan bunga potong dan krisan pot. Sebagai bunga
potong, krisan di antaranya digunakan untuk dekorasi dan rangkaian bunga pada
pesta-pesta pernikahan, dan acara-acara pembukaan kantor-kantor baru. Berbeda
dengan bunga pot, krisan misalnya dimanfaatkan sebagai penghias di meja-meja
kantor dan ruang tamu (Nurmalinda, 2014).
Prospek agribisnis tanaman hias di dalam negeri sangat cerah dibandingkan
dengan kondisi 10 tahun silam. Permintaan bunga krisan baik bunga potong
maupun bunga pot di dalam negeri dari tahun ke tahun menunjukkan
kecenderungan yang makin meningkat. Kebutuhan pasar domestik yang cukup
besar ini belum dapat dipasok dari produksi di dalam negeri sehingga diperlukan
impor sekitar 10 persen dari total produksi (Nurmalinda, 2014).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa manfaat dari unga krisan?
2. Bagaimana cara perbanyakan bunga krisan?
3. Bagaimana cara penanaman bunga krisan dengan benar?
1.3 Tujuan
2 Untuk mengetahui apa manfaat dari unga krisan
3 Untuk mengetahui bagaimana cara perbanyakan bunga krisan
4 Untuk mengetahui bagaimana cara penanaman bunga krisan dengan benar

1
BAB II
ISI
2.1 Tanaman Krisan
Krisan merupakan tanaman bunga hias berupa perdu dengan sebutan lain
seruni atau bunga emas (Golden Flower). Krisan kuning berasal dari dataran Cina,
dikenal dengan Chrysanthenumindicum (kuning), C. morifolium (ungu dan pink)
dan C. daisy (bulat, pompon). Pada abad ke-4 tanaman Krisan mulai
dibudidayakan di Jepang dan tahun 797 bunga Krisan dijadikan sebagai simbol
kekaisaran Jepang dengan sebutan Queen of The East. Tanaman Krisan dari Cina
dan Jepang menyebar ke kawasan Eropa dan Perancis tahun 1795. Tahun 1808
Mr. Colvil dari Chelsea mengembangkan delapan varietas Krisan di Inggris. Jenis
atau varietas Krisan modern diduga mulai ditemukan pada abad ke-17 (Pramana,
2015).
Krisan masuk ke Indonesia pada tahun 1800. Sejak tahun 1940, Krisan
dikembangkan secara komersial. Krisan (Chrysanthemum morifolium R.)
dibudidayakan pada lahan dengan ketinggian 700-1.200 m dpl. Chrysanthemum
morifolium termasuk dalam tanaman hari pendek (16 jam siang), yang berasal dari
daerah sub tropis. Tanaman Krisan merupakan tanaman tahunan dan akan
berbunga terus menerus, tetapi dibudidayakan sebagai tanaman semusim. Krisan
dapat tumbuh pada semua jenis tanah, bila dikelola dengan baik (Pramana, 2015).
Menurut Pramana (2015), klasifikasi dari tanaman krisan adalah sebagai
berikut:
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Classis : Dicotyledoneae
Ordo : Asteraceae / Compositae
Familia : Compositae
Genus : Chrysanthemum
Species : Chrysanthemum sp.

2
2.2 Morfologi Tanaman Krisan
Tanaman krisan tumbuh menyemak setinggi 30-200 cm, sistem
perakarannya serabut yang keluar dari batang utama. Akar menyebar ke segala
arah pada radius dan kedalaman 50-70 cm atau lebih. Batang tanaman krisan
tumbuh agak tegak dengan percabangan yang agak jarang, berstruktur lunak, dan
berwarna hijau tetapi bila dibiarkan tumbuh terus, batang berubah menjadi keras
(berkayu) dan berwarna hijau kecoklatan, serta berdiameter batang sekitar 0,5 cm.
Bunga krisan merupakan bunga majemuk, di dalam satu bonggol bunga terdapat
bunga cakram yang berbentuk tabung dan bunga tepi yang berbentuk pita. Bunga
tabung dapat berkembang dengan warna yang sama atau berbeda dengan bunga
pita. Pada bunga pita terdapat bunga betina (pistil), sedangkan bunga tabung
terdiri atas bunga jantan dan bunga betina (biseksual) dan biasanya fertil. Dengan
bentuk dan warna bunga krisan yang beranekaragam memungkinkan banyak
pilihan bagi konsumen (Wijaya, 2012).
Bunga krisan adalah bunga majemuk yang terdiri atas banyak bunga yang
disebut floret. Setiap floret pada bagian dalam mempunyai lima buah petal yang
bersatu pada pangkalnya dan membentuk korola. Floret yang terdapat pada
bagian luar disebut ray floret. Floret yang terdapat pada bagian dalam disebut disk
floret. Setiap floret terdapat kepala putik yang terdiri atas ovari, bakal biji dan
stilus yang menghubungkan ovari dengan stigma. Ray floret pada umumnya
hanya mengandung pistil dan tidak mempunyai stamen dan polen, sedangkan disk
floret mengandung dua alat reproduktif sehingga mempunyai banyak
kemungkinan untuk menghasilkan biji (Wijaya, 2012).
2.3 Manfaat Tanaman Krisan
Kegunaan tanaman krisan yang utama adalah sebagai bunga hias. Manfaat
lain adalah sebagai tumbuhan obat tradisional dan penghasil racun serangga.
Sebagai bunga hias, krisan di Indonesia digunakan sebagai:
a. Bunga pot
Ditandai dengan sosok tanaman kecil, tingginya 20-40 cm, berbunga lebat
dan cocok ditanam di pot, polibag atau wadah lainnya. Contoh krisan mini
(diameter bunga kecil) ini adalah varietas Lilac Cindy (bunga warna ping

3
keungu-unguan), Pearl Cindy (putih kemerah-merahan), White Cindy (putih
dengan tengahnya putih kehijau-hijauan), Applause (kuning cerah), Yellow
Mandalay (semuanya dari belanda). Krisan introduksi berbunga besar banyak
ditanam sebagai bunga pot, terdapat 12 varietas krisan pot di Indonesia, yang
terbanyak ditanam dalah varietas Delano (ungu), Rage (merah) dan Time
(kuning).
b. Bunga potong
Ditandai dengan sosok bunga berukuran pendek sampai tinggi, mempunyai
tangkai bunga yang panjang, ukuran berfariasi (kecil, menengah, dan besar),
umumnya ditanam di lapangan dan hasilnya dapat digunakan sebagai bunga
potong. Contoh bunga potong amat banyak antara lain Inga, Improved
funshine, Brides, Green peas, Great verhagen, Puma, Reagen, Cheetah,
Klondike dll.
2.4 Syarat Tumbuh
a. Iklim
Tanaman krisan membutuhkan air yang memadai, tetapi tidak tahan
terhadap terpaan air hujan. Oleh karena itu untu daerah yang curah hujannya
tinggi, penanaman dilakukan di dalam bangunan rumah plastik.
Untuk pembungaan membutuhkan cahaya yang lebih lama yaitu dengan
bantuan cahaya dari lampu TL dan lampu pijar. Penambahan penyinaran yang
paling baik adalah tengah malam antara jam 22.30-01.00 dengan lampu 150 watt
untuk areal 9 meter persegi dan lampu dipasang setinggi 1,5 m dari permukaan
tanah. Periode pemasangan lampu dilakukan sampai fase vegetatif (2-8 minggu)
untuk mendorong pembentukan bunga.
Suhu udara yang terbaik untuk daerah tropis seperti di Indonesia adalah
antara 20-26°C. Toleran suhu udara untuk tetap tumbuh adalah 17-30°C. Tanaman
krisan membutuhkan kelembaban yang tinggi untuk awal pembentukan akar bibit,
setek diperlukan 90-95%. Tanaman muda sampai dewasa antara 70-80%,
diimbangi dengan sirkulasi udara yang memadai.
Kadar CO2 di alam sekitar 3000 ppm. Kadar CO2 yang ideal untuk
memacu fotosintesa antara 600-900 ppm.pada pembudidayaan tanaman krisan

4
dalam bangunan tertutup, seperti rumah plastik, greenhouse, dapat ditambahkan
CO2 hingga mencapai kadar yang dianjurkan.
b. Media tanam
Tanah yang ideal untuk budidaya tanaman krisan adalah bertekstur liat
berpasir, subur, gembur dan drainasenya baik, tidak mengandung hama dan
penyakit. Derajat keasaman tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman sekitar
5,5 sampai 6,7.
c. Ketinggian tempat
Ketiggian tempat yang ideal untuk budidaya tanaman ini antara 700 sampai
1200m dpl.
2.5 Pembibitan
Pembibitan bunga krisan dapat dilakukan dengan cara vegetatif yaitu
dengan anakan, setek pucuk, dan kultur jaringan.
a. Bibit asal anakan
b. Bibit asal stek pucuk
Tentukan tanaman yang sehat dan cukup umur. Pilih tunas pucuk yang
tumbuh sehat, diameter pangkal 3-5 mm, panjang 5 cm, mempunyai 3 helai
daun deasa berwarna hijau terang, potong pucuk tersebut, langsung semaikan
atau disimpan dalam ruangan dingin bersuhu derajat 4 derajat selsius dengan
kelembaban 30% agar tetap tahan segar selama 3-4 minggu. Cara
penyimpanan stek adalah dibungkus dengan beberapa lapis kertas tissue,
kemudian dimasukan ke dalam kantong plastik rata-rata 50 stek.
c. Penyiapan bibit dengan kultur jaringan
Tentukan mata tunas atau eksplan dan ambil dengan pisau silet, sterilisasi
mata tunas dengan sublimat 0,04% (HgCL) selama 10 menit, kemudian bilas
dengan air suling steril. Lakukan penanaman dengan medium MS berbentuk
padat. Hasil penelitian lanjut perbanyakan tanaman krisan secara kultur
jaringan:
1. Medium MS padat ditambah 150 ml air kelapa/liter ditambah 0,5 mg
NAA/liter ditambah 1,5mg kinetin/liter, paling baik untuk pertumbuhan

5
tunas dan akar eksplan. Pertunasan terjadi pada umur 29 hari, sedangkan
perakaran 26 hari.
2. Medium MS padat ditambah 150 ml air kelapa/liter ditambah 0,5
BAP/liter, maka kalus akan bertunas waktu 26 hari, tetapi medium tidak
merangsang pemunculan akar.
3. Medium MS padat ditambah 0,5 mg NAA/liter ditambah 0,5-0.2 mg
kinetin/liter ditambah 0,5 mg NAA/liter ditambah 0,5-2,0 BAP/liter
pada eksplan varietas Sandra untuk membentuk akar pada umur 21-31
hari.
Hasil penelitian Dwimahyani (2001) terhadap perbanyakan tanaman krisan
se-cara in vitro dapat disimpulkan bahwa respon masing-masing genotipe
tanaman sangat berbeda satu dengan lainnya dalam memproduksi plantlet.
Genotipe yang mampu menghasilkan pucuk lebih tinggi akan menghasilkan
plantlet yang lebih banyak seperti contoh genotipe Ku-Ch.
Penyiapan bibit pada skala komersial dilakukan dengan dua tahap yaitu:
a. Stok tanaman induk
Fungsinya untuk memproduksi bagian vegetatif sebanyak mungkin sebagai
bahan tanaman ditanam di areal khusus terpisah dari areal budidaya.
Jumlah stok tanaman induk disesuaikan dengan kebutuhan bibit yang
telah direncanakan. Tiap tanaman induk menghasilkan 10 stek per bulan,
dan selama 4-6 bulan dipelihara memproduksi sekitar 40-60 stek
pucuk. Pemeliharaan kondisi lingkungan berhari panjang dengan
penambahan cahaya 4 jam/hari mulai 23.30–03.00 lampu pencahayaan
dapat dipilih Growlux SL 18 Philip.
b. Perbanyakan vegetatif tanaman induk.
1. Pemangkasan pucuk, dilakukan pada umur 2 minggu setelah bibit
ditanam, dengan cara memangkas atau membuang pucuk yang sedang
tumbuh sepanjang 0,5-1 cm.
2. Penumbuhan cabang primer. Perlakuan pinching dapat merangsang
pertumbuhan tunas ketiak sebanyak 2-4 tunas. Tunas ketiak daun
dibiarkan tumbuh sepanjang 15-20 cm atau disebut cabang primer.

6
3. Penumbuhan cabang sekunder. Pada tiap ujung primer dilakukan
pemangkasan pucuk sepanjang 0,5-1 cm, pelihara tiap cabang
sekunder hingga tumbuh sepanjang 10-15 cm.

2.6 Pengolahan Media Tanam


a. Pembentukan Bedengan
Olah tanah dengan menggunakan cangkul sedalam 30 cm hingga gembur,
keringanginkan selama 15 hari. Gemburkan yang kedua kalinya sambil
dibersihkan dari gulma dan bentuk bedengan dengan lebar 100-120 cm,
tinggi 20- 30 cm, panjang disesuaikan dengan lahan, jarak antara bedengan
30-40 cm.
b. Pengapuran
Tanah yang mempunyai pH > 5,5, perlu diberi pengapuran berupa kapur
pertanian misalnya dengan dolomit, kalsit, zeagro. Dosis tergantung pH
tanah. Kebutuhan dolomit pada pH 5 = 5,02 ton/ha, pH 5,2 = 4,08 ton/ha,
pH 5,3 = 3,60 ton/ha, pH 5,4 = 3,12 ton/ha. Pengapuran dilakukan dengan
cara disebar merata pada permukaan bedengan.
2.7 Penanaman
2.7.1 Teknik Penanaman Bunga Potong
a. Penentuan Pola Tanam.
Tanaman bunga krisan merupakan tanaman yang dapat dibudidayakan
secara monokultur.
b. Pembuatan Lubang Tanam
Jarak lubang tanam 10 cm x 10 cm, 20 cm x 20 cm. Lubang tanam dengan
cara ditugal. Penanaman biasanya disesuaikan dengan waktu panen yaitu
pada hari-hari besar. Waktu tanam yang baik antara pagi atau sore hari.
c. Pupuk Dasar
Furadan 3G sebanyak 6-10 butir perlubang. Campuran pupuk ZA 75
gram ditambah TSP 75 gram ditambah KCl 25gram (3:3:1)/m2 luas tanam,
diberikan merata pada tanah sambil diaduk.

7
d. Cara Penanaman
Ambil bibit satu per satu dari wadah penampungan bibit, urug dengan
tanah tipis agar perakaran bibit krisan tidak terkena langsung dengan
furadan 3G. Tanamkan bibit krisan satu per satu pada lubang yang telah
disiapkan sedalam 1-2 cm, sambil memadatkan tanah pelan-pelan dekat
pangkal batang bibit. Setelah penanaman siram dengan air dan pasang
naungan sementara dari sungkup plastik transparan.
2.7.2 Teknik Penanaman untuk Memperpendek Batang
Penanaman dilakukan sama dengan untuk bunga potong biasa, tetapi
dengan menambah cahaya agar tangkai menjadi pendek.
a. Pengaturan dan Penambahan Cahaya
Dilakukan sampai batas tertentu dengan ketinggian tanaman yang
dinginkan. Misalnya, bila diinginkan bunga krisan bertangkai 70 cm,
maka penambahan cahaya sejak ketinggian 50-60 cm. Lampu dimatikan.
Periode berikutnya beralih ke generatif. Tangkai bunga memanjang
mencapai 80 cm. Bila dipanen tangkainya 70 cm, maka tangkai bunga yang
tersisa adalah 10 cm pada tanaman. Total lama penyinaran sejak bibit
ditanam sampai periode generatif antara 12-15 minggu tergantung varietas
krisan. Cara pengaturan dan penambahan cahaya yaitu dengan pola
byarpet, yaitu pencahayaan malam selama 5 menit lalu dimatikan selama 1
menit dilakukan secara berulang-ulang hingga mencapai 30 menit. Cara
lain pengaturan dan penambahan cahaya adalah dengan memasang lampu
TL pada tengah malam mulai pukul 22.30-01.00.
Hasil penelitian Ermawati (2012) menyatakan bahwa warna dari lampu dapat
mempengaruhi pertumbuhan bunga krisan. Cahaya tambahan berwarna merah
mampu memperbesar diameter bunga Fiji putih. Sedangkan varietas Fiji
kuning memiliki diameter bunga yang lebih besar ketika diberi cahaya
tambahan warna biru.
Hasil penelitian Syafriyudin (2015) menyatakan bahwa cahaya tambahan
lampu LED sangat berpengaruh pada pertumbuhan krisan,namun tidak semua
lampu dengan warna tertentu memiliki panjang gelombang yang sesuai

8
dengan proses fotosintesis tanaman contohnya lampu hijau kurang baik untuk
proses fotosintesis karena tumbuhan yang berwarna hijau tidak bisa menyerap
cahaya hijau ,sedangkan lampu warna biru dan merah bagus untuk
pertumbuhan tanaman (lebar daun,tinggi batang) karena klorofil banyak
menyerap cahaya biru sehingga fotosintesis berjalan optimal dibanding
dengan lampu TL.Selain itu kebutuhan daya yang dihasilkan oleh lampu LED
lebih rendah dibanding lampu TL yang dapat mengurangi biaya operasional.
b. Pemupukan
Waktu pemupukan dimulai umur 1 bulan setelah tanam, kemudian diulang
kontinue dan periodik seminggu sekali, dan akhirnya sebulan sekali. Jenis
dan dosis pupuk yang diberikan pada fase vegetatif yaitu Urea 200 gram

ditambah ZA 200 gram ditambah KNO3 100 gram per m2 luas lahan. Pada
fase Generatif digunakan pupuk Urea 10 gram ditambah TSP 10 gram

ditambah KNO3 25 gram per m2 luas lahan, cara pemberiannya dengan


disebar dalam larikan atau lubang ditugal samping kiri dan samping kanan.
c. Pembuangan Titik Tumbuh
Waktu pembuangan titik tumbuh adalah pada umur 10-14 hari setelah
tanam, dengan cara memotes ujung tanam sepanjang 5 cm.
d. Penjarangan Bunga
Jika ingin mendapatkan bunga yang besar, dalam 1 tangkai bunga hanya
dibiarkan satu bakal bunga yang tumbuh.
2.7.3 Teknik Penanaman untuk Bunga Pot
Sebanyak 5-7 Bibit yang telah berakar ditanam di dalam pot yang berisi
media sabut kelapa (hancur) atau campuran tanah dan sekam padi (1:1).
Untuk memperpendek batang, pot-pot ini ditumbuhkan selama 2 minggu
dengan penyinaran 16 jam/hari.
Untuk merangsang pembungaan, pot-pot kemudian diberi pencahayaan
pendek dengan cara menutupnya di dalam kubung dari jam 16.00-22.00.
Selama pertumbuhan tanaman diberi pupuk cir multihara lengkap. Pembungaan

9
ini dapat pula dipacu dengan menambahkan hormon tumbuh giberelin sebanyak
500 ppm pada saat penyinaran pendek.
Untuk mendapatkan bunga yang besar dan jumlahnya sedikit, bakal
bunga dari setiap batang perlu diperjarang dengan hanya menyisakan satu
kuncup bunga. Dengan cara ini akan didapatkan krisan pot dengan 5-7 bunga
yang mekar bersamaan.
2.8 Pemeliharaan Tanaman
a. Penjarangan dan Penyulaman
Waktu penyulaman seawal mungkin yaitu 10-15 hari setelah tanam.
Penyulaman dilakukan dengan cara mengganti bibit yang mati atau layu
permanen dengan bibit yang baru.
b. Penyiangan
Waktu penyiangan dan penggemburan tanah umumnya 2 minggu setelah
tanam. Penyiangan dengan cangkul atau kored dengan hati-hati
membersihkan rumput- rumput liar.
c. Pengairan dan Penyiraman
Pengairan yang paling baik adalah pada pagi atau sore hari, pengairan
dilakukan kontinu 1-2 kali sehari, tergantung cuaca atau medium tumbuh.
Pengairan dilakukan dengan cara mengabutkan air atau sistem irigasi
tetes hingga tanah basah.

10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pemaparan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa:
1. Bunga krisan memiliki manfaat sebagai bunga hias. Manfaat lain adalah
sebagai tumbuhan obat tradisional dan penghasil racun serangga. Sebagai
bunga hias, bunga krisan terbagi menjadi dua yaitu bunga pot dan unga
potong.
2. Perbanyakan bunga krisan dapat dilakukan dengan cara vegetatif yaitu
dengan anakan, setek pucuk, dan kultur jaringan.

11
DAFTAR PUSTAKA
Dwimahyani, I. dan S. Gandanegara. 2001. Perbanyakan Tanaman Krisan
(Crhysantemum morifolium) Melalui Kultur Jaringan. Berita Biologi
5(4).
https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=
1&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwjEq4Lgy9HTAhXCt48KHS_UCl4Q
FggpMAA&url=http%3A%2F%2Fe-
journal.biologi.lipi.go.id%2Findex.php%2Fberita_biologi%2Farticle%2F
viewFile%2F1127%2F1002&usg=AFQjCNG6Jsr7PJaJmwdgIGJcExk-
H3pBig&sig2=FcltdWfXYdsmJIhowJ1rRA

Ermawati, D., D. Indradewa, dan S. Trisnowati. 2012. Pengaruh Warna Cahaya


Tambahan terhadap Pertumbuhan dan Pembungaan Tiga Varietas
Tanaman Krisan (Crhysantemum morifolium) Potong. Jurnal Vegetalika.
1(3).
https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=
1&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwjYytv4yNHTAhXDLI8KHe_YAzk
QFggmMAA&url=https%3A%2F%2Fjurnal.ugm.ac.id%2Fjbp%2Farticl
e%2Fview%2F1354&usg=AFQjCNH0ThYbiBxPHp6UPyF_MP1c-
aSpmA&sig2=axvIuI-MsKlmLs5tVHAfzg

Nurmalinda dan Hayati. 2014. Preferensi Konsumen Terhadap Krisan Bunga


Potong dan Pot. Jurnal Hortikultura 24(4): 363-372.
http://ejurnal.litbang.pertanian.go.id/index.php/jhort/article/view/3519/29
81

Pramana, I. G. P. E. 2015. Kajian Pemaparan Medan Elektromagnetik pada Fase


Vegetatif Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Krisan
(Crhysantemum). Bachelor thesis. Universitas Udayana. Bali.
http://erepo.unud.ac.id/11194/

Syafriyudin, N. T. L. 2015. Analisis Pertumbuhan Tanaman Krisan pada Variabel


Warna Cahaya Lampu LED. Jurnal Teknologi 8(1).
https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=
1&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwjtx5jQytHTAhURSY8KHRDIBe4Q
FggiMAA&url=http%3A%2F%2Fjurtek.akprind.ac.id%2Fsites%2Fdefa
ult%2Ffiles%2F83-
87_syafryudin.pdf&usg=AFQjCNE0ivhm82r8lF6vIB6dz_3aHAz6yA&s
ig2=1zZ_IHegB50tj3R2FO2EyQ

Wijaya, M. I. 2012. Penentuan Jenis Eksplan dan Konsentrasi Asam 2,4 -


Diklorofenoksiasetat pada Induksi Kalus Krisan (Chrysanthemum
morifolium Ramat) Cv. Puspita Pelangi Sebagai Sumber
Flavonoid. Skripsi. Universitas Atmajaya. Yogyakarta. http://e-
journal.uajy.ac.id/383/

12

Anda mungkin juga menyukai