Anda di halaman 1dari 15

II.

TINJAUN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Bunga Krisan

Deskripsi bunga potong krisan (Chrysanthemum) adalah sebagai berikut.

Kingdom : Plantae (Tumbuh – tumbuhan)

Devisi : Spermatophyta (Tumbuhan Berbiji)

Sub-divisi : Angiospermae (Berbiji tertutup)

Kelas : Dycotiledonae (Biji berkeping dua)

Ordo : Asterales (Compositae)

Famili : Asteraceae

Genus : Chrysanthemum

Krisan dalam Bahasa latinnya disebut Chrysanthemum sebenarnya bunga

asli dari kawasan Asia Timur, seperti Korea, Jepang dan China Utara tapi saat ini

lebih banyak ditanam di Negara Eropa dan Amerika. bunga potong krisan

mempunyai banyak spesies antara lain: Chrysanthemum indicum (berbunga

kuning) Chrysanthemum morifolium (berbunga ungu dan merah muda) dan

Chrysanthemum daisy (bulat pompon). bunga potong krisan dapat sebagai tanaman

musiman (annual) atau tahunan (parenial). Jika siklus hidupnya hanya sampai

menghasilkan bunga tanaman ini termasuk musiman, tetapi jika tanaman setelah

dipanen bunganya dan kemudian tanaman dibiarkan berbunga kembali secara

periodik maka tanaman ini termasuk tahunan. Jenis dan varietas tanaman krisan di

Indonesia umumnya Hibrida berasal dari Belanda, Amerika Serikat, Jepang dan

Varietas Balithi 27.108,13.9722.177,28.7 dan 30.13A adalah bunga potong krisan

produksi Indonesia.

6
7

Bunga potong krisan adalah komoditi bunga potong yang paling banyak

dibudidayakan dan paling diminati di dunia. bunga potong krisan sangat diminati

untuk berbagai keperluan seperti untuk mengucapkan selamat, dekorasi upacara

pernikahan, pertemuan resmi dan lain-lain. bunga potong krisan memiliki semua

jenis warna kecuali biru dan hitam serta memiliki ribuan varietas, 60 varietas

diantaranya tumbuh di Indonesia. bunga potong krisan mempunyai usia hidup

setidaknya 2 minggu setelah di panen. bunga potong krisan adalah salah satu

tanaman hias yang mempunyai prospek yang baik untuk dibudidayakan dan

dijadikan sumber penghasilan, karena jarak tanam bunga potong krisan hanya 11 x

11 cm menjadi faktor tidak perlunya lahan yang luas untuk budidaya bunga potong

krisan.

Usia tanam sampai dengan masa panen akhir cukup berpengaruh dan

menentukan jumlah investasi yang ditanamkan dalam usaha budidaya bunga potong

krisan. Usia bunga potong krisan dipengaruhi dengan cuaca setempat, bila cuaca

kering atau musim kering akan mempercepat waktu tanam hingga panen

sebaliknya, bila musim hujan akan memperpanjang umur tanaman sampai dengan

panen. Secara umum umur tanaman bunga potong krisan sampai dengan panen

terakhir berkisar 80 s.d 125 hari.

2.1.1 Agroklimatologi dan hama penyakit bunga potong krisan

Tanah atau media tanam yang ideal untuk media tumbuh bunga potong

krisan adalah tanah yang bertekstur liat dan berpasir, subur, gembur dan drainase

yang baik, tidak mengandung hama atau penyakit ulat tanah (agrotis ipsilon) dan

ber-pH 5,5 s.d 6,7. Kandungan bahan organik yang tinggi dan mengandung
8

berbagai unsur hara mineral yang dibutuhkan tanaman jua merupakan syarat untuk

media tanam yang baik bagi bunga potong krisan.

Temperatur udara merupakan faktor yang penting dalam proses

pembungaan. Temperatur atau suhu udara yang ideal untuk pertumbuhan bunga

potong krisan berkisar antara 20o s.d 26o C pada siang hari dengan toleransi batas

minimum 17o dan batas maksimum 30o C. Suhu yang ideal pada malam hari antara

16o s.d 18o C, jika suhu turun dibawah 16o C maka pertumbuhan tanaman menjadi

cenderung lebih mendorong pertumbuhan vegetative sehingga bertumbuh

bertambah tinggi dan akan memperlambat pembungaan. Pada suhu redah 16oC akan

mempengaruhi intensitas warna menjadi lebih pudar sebaliknya jika suhu siang hari

tinggi mengakibatkan warna pudar, sehingga penampilan tampak kusam walaupun

bunga masih segar. bunga potong krisan memerlukan intensitas cahaya pada siang

hari sekitar 32.000 lux agar pertumbuhannya optimal. Intensitas cahaya siang hari

di dataran tinggi Indonesia pada ketinggian 1.000 meter diatas permukaan laut

sebesar 50.000 lux. Upaya mengatur intensitas cahaya yang sesuai pada bunga

potong krisan diperlukan rumah kaca (greenhouse).

Umumnya bunga potong krisan membutuhkan kondisi kelembaban udara

yang tinggi yaitu 70-80 %. Kelembaban udara yang tinggi perlu diimbangi dengan

sirkulasi udara yang lancar, bila kelembaban udara tinggi tapi sirkulasi udara tidak

lancar mengakibatkan mudah berkembangnya organisme penyebab penyakit pada

bunga potong krisan terutama jamur. Curah hujan juga sangat mempengaruhi

pertumbuhan bunga potong krisan. Budidaya bunga potong krisan di daerah

bercurah hujan tinggi sebaiknya dilakukan di dalam bangunan rumah lindung

plastik atau menggunakan greenhouse.


9

Hama bunga potong krisan ada beberapa jenis antara lain ulat tanah (agrotis

ipsilon), Penggerek daun (Liriomyza sp) dan Tungau Merah (Tetranycus sp). bunga

potong krisan yang terkena hama ulat tanah (agrotis ipsilon) dapat dilihat gejalanya

pucuk dan tangkai terkulai karena ulat memakan ujung batang tanaman muda,

pengendalian hama ulat tanah (agrotis ipsilon) dapat dilakukan dengan

penyemprotan insektisida. Penggerek daun (Liriomyza sp) gejala bunga potong

krisan yang terkena hama ini adalah daun menggulung seperti trowongan kecil,

berwarna putih keabuan yang mengelilingi permukaan daun, pengendalian hama

ini dapat dilakukan memotong daun yang terserang dan aplikasi insektisida. Tungau

Merah (Tetranycus sp) gejala yang disebabkan adalah daun yang terserang

berwarna kuning kecoklatan, terpelintir dan bercak-bercak kuning, pengendalian

hama Tungau Merah (Tetranycus sp) dengan cara memotong bagian tanaman yang

terserang berat dan dibakar agar tidak menular ke tumbuhan yang lain serta

dilakukan aplikasi insektisida.

Bunga potong krisan mempunyai penyakit antara lain Karat daun

danTepung oidium. Karat daun disebabkan oleh jamur Puccinia sp dengan gejala

pada sisi bawah daun terdapat bintil-bintil coklat atau hitam dan terjadi lekukan-

lekukan mendalam yang berwana pucat pada permukaan daun bagian atas.

Serangan karat daun yang hebat dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan

bunga, karat daun dapat dikendalikan dengan pemotongan daun yan sakit dan

penyemprotan insektisida. Penyakit tepung oidium disebabkan oleh jamur Oidium

chrysatheemi dengan gejala permukaan daun tertutup tepung putih dengan cara

pengendalian memotong daun yang sakit dan penyemprotan fungisida.


10

2.1.2 Teknologi budidaya bunga potong krisan

Bunga potong krisan dibudidayakan dengan cara penyetekan dan ditanam

pada lahan dengan ketinggian antara 700 s.d 1200 diatas permukaan laut (dpl).

Penanaman bunga potong krisan dilakukan di dalam bangunan rumah kaca atau

plastik UV (greenhouse). bunga potong krisan dalam perkembangannya juga

membutuhkan cahaya yang lebih lama, maka dimalam hari perlu bantuan cahaya

dari lampu pijar. Penyinaran paling baik untuk bunga potong krisan di malam antara

jam 23.00 s.d 03.00 dengan lampu 100 watt atau setara dengan 100 lux untuk areal

sembilan meter persegi, dan lampu dipasang setinggi 1,5 meter dari permukaan

tanah. Periode pemasangan lampu dilakukan sampai fase vegetatif (2 s.d 6 minggu)

untuk mendorong hormone pertumbuhan atau hormon auxin pada bunga potong

krisan. Bunga potong krisan siap untuk dipanen setelah berumur tiga bulan. bunga

potong krisan dipanen 2 kali dalam seminggu selama tiga minggu. Selesai masa

panen dilakukan pembersihan lahan dari sisa panen bunga potong krisan, kemudian

dilakukan pengolahan lahan untuk dipersiapkan menanam kembali selama tujuh

hari.

2.1.3 Nilai ekonomis bunga potong krisan

Bunga potong krisan ini mempunyai nilai ekonomis yang tinggi ini dilihat

dari kebutuhan akan bunga potong krisan masih sangat tinggi. Kota Denpasar

merupakan daerah peminat bunga potong krisan tertinggi di Bali yang pada satu

bulannya Kota Denpasar memasok sekitar 3.600.000 potong bunga krisan per

bulan. Permintaan yang besar membuat para petani lokal kewalahan dalam

memenuhi permintaan tersebut. Petani bunga krisan di Bali tidak mampu memenuhi

seluruh permintaan pasar bunga potong krisan dan hanya mampu memenuhi sekitar
11

8,3 % saja dan sisa sebesar 91,7% di impor dari daerah disekitar Bali yaitu dari

pulau Jawa. bunga potong krisan Bali dihargai sebesar Rp. 1.500,- per batang,

sedangkan bunga potong krisan yang diimport hanya diharga sebesar Rp. 1000,-

per batang. Pebedaan harga antara bunga Krisan Bali dan di luar Bali terjadi karena

kualitas bunga yang dimiliki bunga potong krisan Bali dari segi warna lebih Bagus

dan dari segi ukuran Bunga Krisan Bali lebih besar ukurannya serta pengantaran

yang cukup jauh akan menyebabkan penurunan kesegaran bunga potong krisan.

2.1.4 Manfaat bunga potong krisan

Selain untuk tanaman hias, bunga potong krisan juga mempunyai manfaat

lain yaitu bermanfaat untuk kesehatan seperti, bermanfaat untuk pengobatan

influenza bahkan membersihkan liver. Bunga potong krisan dapat diambil

maanfaatnya dengan dikonsumsi dalam bentuk teh. Teh bunga krisan dibuat dengan

dilakukannya proses pengeringan pada bunga potong krisan kemudian setelah

kering diseduh dengan air panas. Teh bunga krisan ini selain bermanfaat untuk

pengobatan influenza dan membersihkan liver dapat juga sebagai bahan relaksasi,

menyembuhkan panas dalam serta menyerap racun dalam tubuh karena di dalam

bunga potong krisan mengandung zat antioksidan. Bunga potong krisan juga dapat

melancarkan peredaran darah. (Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura

Direktorat Jendral Hortikultura Kementrian Pertanian, 2013).

Bunga potong krisan mengandung minyak astiri juga dapat dimanfaatkan

untuk pengharum ruangan dan bahan anti serangga. Untuk produksi minyak astiri

faktor terpenting yang harus diperhatikan adalah tingkat kemekaran bunga, varietas

dan metode ekstraksi. Bunga potong krisan warna kuning dengan tingkat

kemekaran 75% yang terbaik untuk diekstrak minyak astirinya (Balai Peneltian
12

Tanaman Hias Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura Badan Penelitian

dan Pengembangan Pertanian 2006).

2.2 Teori Usahatani

Usahatani merupakan kegiatan bercocok tanam dengan mengalokasikan

sumber-sumber daya seperti tanah, lahan, tenaga kerja, modal, dan air untuk

memperoleh pendapatan guna memenuhi kebutuhan hidup. Menurut Soekartawi

(1995) usahatani merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang

mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien dengan tujuan

untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif

bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki

atau yang dikuasai sebaik-baiknya dan dikatakan efisien bila pemanfaatan

sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan

(input).

Usahatani memiliki empat unsur pokok produksi (Hermanto, 1996). Unsur

yang pertama adalah lahan. Lahan berperan sebagai faktor produksi yang

dipengaruhi oleh tingkat kesuburan, luas lahan, lokasi, intensifikasi, dan fasilitas.

Unsur kedua adalah tenaga kerja yang dapat berasal dari orang lain atau dari

anggota keluarga sendiri. Unsur ketiga adalah modal yang digunakan untuk

meningkatkan produktivitas kerja dan kekayaan usahatani. Unsur keempat adalah

pengelolaan dalam menentukan, mengkoordinasi, dan mengorganisasikan faktor-

faktor produksi pertanian sebagaimana yang diharapkan

2.2.1 Faktor produksi usahatani

Proses produksi usahatani untuk menghasilkan suatu produk dapat

dipengaruhi oleh satu atau beberapa faktor. Faktor produksi usahatani adalah input
13

yang digunakan untuk menghasilkan produk. Faktor-faktor produksi yang

digunakan, seperti luas lahan, modal, tenaga kerja dan manajemen, faktor -faktor

ini dapat mempengaruhi biaya dan pendapatan petani (Hernanto, 1993).

1. Tanah (lahan)

Tanah merupakan faktor produksi terpenting dalam pertanian karena tanah

merupakan tempat dimana usahatani dapat dilakukan dan tempat hasil produksi

dikeluarkan karena tanah tempat tumbuh tanaman. Tanah sifatnya tidak sama

dengan faktor produksi lain yaitu luas relatif tetap dan permintaan akan tanah

semakin meningkat sehingga sifatnya langka. Secara umum dikatakan, semakin

luas lahan ditanami maka semakin besar jumlah produksi yang dihasilkan oleh

lahan.

2. Tenaga kerja

Tenaga kerja merupakan faktor yang penting bagi keberhasilan atau

produksi. Dalam usahatani ditemukan dua macam tenaga kerja yaitu tenaga kerja

dalam keluarga dan tenga kerja luar keluarga. Tenaga kerja dalam keluarga adalah

tenaga kerja dalam usahatani tidak dibayar upahnya, sedangkan tenaga kerja luar

keluarga adalah tenaga dalam usahatani yang dibayarkan upahnya sehingga

dinamakan tenaga upahan.

3. Modal

Setiap kegiatan dalam mencapai tujuan membutuhkan modal apalagi proses

produksi komoditas pertanian. Modal adalah barang yang bernilai ekonomi atau

uang yang digunakan untuk meningkatkan produksi. Modal dalam usahatani secara

bersamaan dengan faktor produksi lainnya akan menghasilkan produk pertanian.


14

modal pada usahatani dapat diperoleh dari dalam atau dari luar usahatani. Modal

dari dalam usahatani diperoleh dari warisan atau keuntungan yang disimpan

sedangkan modal dari luar usahatani diperoleh dari pinjaman dari lembaga

keuangan.

4. Manajemen Usahatani

Manajemen usahatani adalah kemampuan petani menentukan,

mengkoordinasikan faktor produsi yang dikuasainya dan mampu menerapkan serta

memberikan hasil sebagaimana yang diharapkan. Tujuan dari manajemen usahatani

untuk meningkatkan taraf hidup petani menjadi lebih tinggi. Manajemen usahatani

meliputi perencanaan, pengaturan, pelaksanaan dan pengawasan.

2.2.2 Penerimaan usahatani

Menurut Soekartawi (2002) penerimaan dapat diartikan sebagai nilai

produk total dalam jangka waktu tertentu baik yang dipasarkan maupun tidak.

Penerimaan usahatani yaitu jumlah produksi dari komoditas yang dihasilkan oleh

petani dikalikan dengan harga yang berlaku saat itu. Penerimaan usahatani dapat

diketahui dari perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual produk.

Rumus yang digunakan sebagai berikut.

TR = Y. Py

Dimana:

TR = Total Revenue (Total Penerimaan)

Y = Output (Produksi)

Py = Price Output (Harga Produksi)


15

2.2.3 Biaya usahatani

Biaya dalam arti sempit adalah harga pokok (merupakan harga pertukaran

dari sumber ekonomi yang dikorbankan atau diserahkan untuk mendapatkan suatu

barang dan jasa) dan beban (merupakan pengorbanan yang diperlukan dalam

rangka merealisasikan pendapatan). Menurut Soekertawi (1995), mengemukakan

bahwa biaya usahatani dapat di klasifikasikan menjadi dua yaitu:

1. Biaya tetap (Fixed Cost) biaya yang relative tetap jumlahnya dan harus

dikeluarkan walaupun produk yang dihasilkan banyak atau sedikit seperti

tanah, penyusutan alat dan bangunan, pemeliharaan pompa air dan lainnya.

2. Biaya tidak tetap (Variable cost) biaya tidak tetap yang sifatnya berubah -

ubah tergantung dari besar kecilnya produksi yang dihasilkan seperti biaya

bibit, pupuk, obat – obatan, biaya tenaga kerja dan lainnya.

Biaya di dalam usahatani dikeluarkan oleh petani bertujuan untuk

menghasilkan pendapatan yang optimal bagi usahatani yang dikerjakan. Dengan

mengeluarkan biaya maka pertanian mengharapkan pendapatan yang setinggi-

tingginya melalui peningkatan produksi. Biaya juga sebagai suatu sumberdaya yang

dikorbankan atau dilepaskan untuk mencapai tujuan tertentu. Biaya total Usahatani

yang dikeluarkan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut.

TC = TFC + TVC

Dimana :

TC = Total Cost (total biaya)

TFC = Total Fixed Cost (total biaya tetap)

TVC = Total Variable Cost (total biaya tidak tetap)

2.2.4 Pendapatan bersih usahatani


16

Pendapatan bersih usahatani (net farm income) merupakan ukuran

keuntungan yang dapat dipakai untuk membandingkan penampilan beberapa

usahatani. Pendapatan bersih usahatani adalah selisih antara penerimaan yang

diperoleh dengan pengeluaran total usahatani. Usahatani yang dijalankan dinilai

menguntungkan apabila total penerimaan lebih besar dari pengeluaran total

usahatani, sebaliknya bila total penerimaan lebih kecil dari pengeluaran total

usahatani maka usahatni tersebut dikatakan rugi. Pengeluaran total usahatani atau

total biaya yang dikeluarkan (total farm expences) didefinisikan sebagai nilai semua

masukan yang habis pakai atau dikeluarkan didalam proses produksi (Soekartawi,

1995).

Untuk meningkatkan pendapatan maka petani harus berusaha meningkatkan

hasil produksi agar memperoleh peningkatan pendapatan dengan memaksimalkan

input–input yang mempengaruhi. Menurut Soekartawi (2006) pendapatan bersih

usahatani bunga potong krisan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut.

Π = TR – TC

Dimana:

Π = Income (Pendapatan Bersih)

TR = Total Revenue (Total Penerimaan)

TC = Total Cost (Total Biaya)

2.3 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan kumpulan dari penelitian-penelitian yang

sudah dilakukan dalam kaitannya dengan analisis pendapatan usahatani yang

dijalankan. Analisis pendapatan disasarkan pada biaya, penerimaan, serta

keuntungan yang didapat.


17

Pada penelitian yang dilakukan Marissa (2010) yang berjudul Analisis

Pendapatan Usahatani Tebu (Studi Kasus PT PG Rajawali II Unit PG Tersana Baru,

Babakan, Cirebon, Jawa Barat) menunjukkan bahwa pendapatan petani tebu di PT

PG Rajawali II Unit PG Tersana Baru sebesar Rp 27.923.500,00 untuk satu kali

musim panen dengan nilai R/C ratio sebesar 1,69 dengan kata lain usahatani ini

dikatakan menguntungkan.

Wigati (2014) dengan judul “Analisis Pendapatan Usahatani bunga potong

krisan (Crysanthemum. Sp) Di Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman,

D.I.Yogyakarta menunjukan rata-rata biaya usahatani bunga krisan sebesar Rp.

18.299.735,35/ ha, rata-rata penerimaan Rp. 30.898.920,00/ ha dan rata-rata

pendapatan Rp.12.599.188,65/ ha, Petani bunga potong krisan di Kecamatan

Pakem, Kabupaten Sleman telah efisien dengan R/C Ratio sebesar 1,68. Dari hasil

penelitian ini, maka usahatani ini layak untuk diusahakan.

Pada penelitian Nurliah (2002) yang berjudul Analisis Pendapatan

Usahatani Cabai Keriting diketahui bahwa usahatani cabai keriting sudah efisien

dan menguntungkan. Kesimpulan tersebut sesuai dengan pendapatan yang

diperoleh sebesar Rp 17.131.413 Petani yang digunakan sebagai responden

berjumlah 30 orang, responden tersebut dipilih secara sengaja. Biaya usahatani

cabai keriting sebagian besar diserap oleh upah tenaga kerja non keluarga dan

pembelian pestisida. Biaya tenaga kerja dan pestisida yang dikeluarkan mencapai

26,86 persen dan 22,49 persen dari biaya total rata-rata sebesar Rp.14.311.487/ ha.

Penelitian yang dilakukan Sriadi (2006) degan judul penelitian Analisis

Pendapataan Usahatani jagung manis (kasus di kelompok tani Sari Manis, Subak

Delod Sema Desa Kesiman Petilan, Denpasar Timur) pendapatan yang diterima
18

petani yang tergabung dalam kelompok tani Sari Manis, Subak Delod Sema Desa

Kesiman Petilan, Denpasar Timur sebesar Rp. 7.070.250,00 hasil dibagi dua oleh

pemilik lahan dimana 1/3 bagian atau Rp. 2.356.750,00 untuk pemilik lahan dan

2/3 atau Rp. 4.713.500,00 adalah penerimaan yang diperoleh petani. setelah

dikurangi total biaya usahatani sebesar Rp. 1.183.135,00 maka pendapatan bersih

petani sebesar Rp. 3.530.365,00 dalam semusim.

Penelitian ini memiliki persamaan maupun perbedaan dengan penelitian

terdahulu. Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah

menggunakan analisis pedapatan yang sama dan satu penelitian terdahulu

menggunakan komoditi yang sama. Perbedaan dari penelitian ini dengan penelitian

terdahulu adalah objek yang diteliti, lokasi penelitian dan waktu penelitian serta

penelitian ini tidak menggunakan R/C Ratio.

2.4 Kerangka Pemikiran

Pasar bunga potong krisan di Bali sangat baik dimana kota Denpasar

merupakan daerah peminat bunga potong krisan di Bali. Produksi bunga potong

krisan lokal belum dapat memenuhi permintaan akan bunga potong krisan karena

sedikitnya petani yang mau mengusahatani bunga potong krisan. Para petani takut

berusahatani Bunga potong ini karena tidak tahu berapa besar biaya yang harus

dikeluarkan dalam berusahatani bunga potong krisan.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar biaya yang

dikeluarkan petani untuk usahatani bunga potong krisan dengan menghitung semua

biaya yang dikeluarkan oleh para petani bunga potong krisan dalam satu kali musim

tanam, mulai dari biaya pengolahan lahan, biaya penanaman, biaya perawatan

bunga potong krisan dan biaya memanen bunga potong krisan.


19

Penelitian ini juga dilakukan untuk mengetahui seberapa besar penerimaan

petani dalam berusahatani bunga potong krisan. Penerimaan usahatani diketahui

dari seluruh produksi yang dihasilkan dalam satu kali musim tanam dikalikan

dengan harga jual produksi yang berlaku. Penelitian ini juga dapat mengetahui

seberapa besar pendapatan petani bunga potong krisan untuk meningkatkan taraf

hidupnya dan keluarganya serta sebagai bahan pertimbangan kepada para petani

dan masyarakat yang akan berinvestasi usaha bunga potong krisan.

Pasar bunga potong krisan ini menjadi peluang bagi masyarakat untuk

memulai berbisnis usahatani bunga potong krisan. Analisis pendapatan usahatani

bunga potong krisan ini dilakukan di Desa Pancasari Kecamatan Sukasada

Kabupaten Buleleng. Letak geografis dan topografi Desa Pancasri sangat cocok

untuk komoditi bunga potong krisan, selain itu Desa Pancasari mempunyai

kelompok tani yang aktif dalam usahatani bunga potong krisan dapat dilihat pada

Gambar 2.1.
20

Usahatani Bunga Potong Krisan

Produksi Bunga Potong Krisan

Penerimaan Biaya
Usahatani Usahatani

Biaya Biaya
Variabel tetap

Analisis Pendapatan

TR=Y.Py
TC=TFC+TVC
Π=TR-TC

Kesimpulan

Rekomendasi
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Anda mungkin juga menyukai