Dosen Pengampuh :
Dr.Ir.Aryunis,M.P.
Disusun Oleh :
NIM : D1A019089
Kelas : H/Agroekoteknologi
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkatnya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari
penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas akhir dari dosen pada mata kuliah
Tenik Kultur Jaringan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Tenik Kultur Jaringan pada tanaman krisan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada para dosen pengampu
mata kuliah Kultur Jaringan kelas Agronomi H, yaitu Ibu Dr. Lizawati, S.P.,M.Si dan Ir.
Neliyati, M,Si atas bimbingannya yang telah diberikan kepada penulis untuk melaksanakan
perkuliahan, praktikum, dan penulisan makalah ini.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada rekan-rekan dan semua pihak
yang telah memberikan dukungan bagi terlaksananya penulisan makalah ini, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Penulis menyadari, makalah yang penulis tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis nantikan demi kesempurnaan
laporan ini,terimakasih
Jesicka Grecia T
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Tanaman krisan berasal dari daerah sub tropis yang memiliki panjanghari siangnya
selama 16 jam. Walaupun demikian tanaman ini juga dapat dibudidayakan di Indonesia yang
beriklim tropis dimana panjang hari siangnya selama 12 jam, untuk membudidayakan bunga
krisan di Indonesia diperlukan penambahan cahaya, sebanyak 70 lux selama 4 jam pada
malamhari. Tujuan penambahan cahaya adalah untuk mempertahankan fase vegetatif
tanaman(Turang et al, 2007).
Tanaman krisan/seruni walaupun bukan asli Indonesia tetapi sudah dikenal puluhan
tahun yang lalu di negara ini dan merupakan komoditi andalan dalamindustri hortikultura
yang memiliki prospek pasar cukup cerah. Bunga yang dikenal sebagai salah satu “Raja
bunga potong” ini semakin banyakpenggemarnya. Bentuk, tipe, warna yang beragam dan
begitu indah, semakin membuat permintaan dalam maupun luar negeri meningkat dari tahun
ke tahun(Sudaryanto, 2006).
Saat ini krisan termasuk bunga yang paling populer di Indonesia karenamemiliki
keunggulan yaitu bunganya kaya warna dan tahan lama. Peluang untukmengembangkan
budidaya tanaman krisan, guna memenuhi kebutuhanbaikdalam maupun luar negeri agaknya
tetap terbuka. Krisan atau seruni (Chrysanthemum sp.) sejak zaman dahulu dibudidayakan
untuk menghasilkanbunga potong namun saat ini krisan krisan sebagai tanaman pot juga
sangat populer dan banyak peminatnya (Sudaryanto, 2006).
Menurut Zulkarnain (2009) aplikasi kultur jaringan tanaman memiliki manfaat utama
yaitu perbanyakan klon atau perbanyakan masal dari tanaman yang sifat genetiknya identik
satu sama lain. Adapun manfaat-manfaat lain dari kultur jaringan dalam beberapa hal khusus
yakni lingkungan terkendali, tidak merusak pohon induk, membutuhkan bahan tanam yang
sedikit, menghasilkan bibit dalam jumlah yang besar dan seragam dengan waktu yang
singkat, dan bebas penyakit, pelestarian plasma nutfah, produksi tanaman sepanjang tahun,
dan dapat memperbanyak tanaman yang sulit diperbanyak secara vegetatif konvensional.
Menurut Zulkarnain (2009) aplikasi kultur jaringan tanaman memiliki manfaat utama
yaitu perbanyakan klon atau perbanyakan masal dari tanaman yang sifat genetiknya identik
satu sama lain. Adapun manfaat-manfaat lain dari kultur jaringan dalam beberapa hal khusus
yakni lingkungan terkendali, tidak merusak pohon induk, membutuhkan bahan tanam yang
sedikit, menghasilkan bibit dalam jumlah yang besar dan seragam dengan waktu yang
singkat, dan bebas penyakit, pelestarian plasma nutfah, produksi tanaman sepanjang tahun,
dan dapat memperbanyak tanaman yang sulit diperbanyak secara vegetatif konvensional.
Teknik kultur jaringan ini diharapkan mampu menghasilkan bibit berkualitas yang
terbebas dari virus. Keunggulan lain dari kultur jaringan yaitu dengan memperoleh sifat
fisiologi dan morfologi yang sama dengan tanaman induknya. Keberhasilan kultur jaringan
tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya sterilisasi, pemilihan bahan eksplan,
faktor lingkungan seperti pH, cahaya dan temperatur, serta kandungan ZPT (Zat Pengatur
Tumbuh) dalam medium kultur tersebut (Pangestika, dkk., 2015).
Zat pengatur tumbuh (ZPT) adalah senyawa organik bukan nutrisi yang dalam
konsentrasi rendah (<1 mm) mendorong,menghambat atau secara kualitatif mengubah
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Zat pengatur tumbuh tersebut berperan
merangsang dan meningkatkan pertumbuhan serta perkembangan sel, jaringan, dan organ
tanaman menuju arah diferensiasi tertentu. Penggunaan zat pengatur tumbuh pada konsentrasi
yang tepat dapat memacu pertumbuhan eksplan, terutama pembentukan akar, tunas, dan
kalus. Dalam budidaya in vitro zat pengatur tumbuh yang digunakan adalah auksin dan
sitokinin seperti penelitian Sugiyarto dan Paramita (2014).
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah :
Mengetahui
BAB II
PEMBAHASAN
Metode kultur jaringan merupakan suatu metode untuk mengisolasi bagian dari
tanaman seperti sekelompok sel atau jaringan yang ditumbuhkan dengan kondisi aseptik,
sehingga bagian tanaman tersebut dapat memperbanyak diri tumbuh menjadi tanaman
lengkap kembali. Secara singkat kultur jaringan berarti membudidayakan suatu jaringan
tanaman menjadi tanaman kecil yang mempunyai sifat seperti induknya.
Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah perbanyakan tanaman dengan
menggunakan bagian vegetatif tanaman menggunakan media buatan yang dilakukan di
tempat steril.
Perbanyakan bibit secara cepat adalah salah satu dari penerapan teknik kultur jaringan
yang telah dilakukan terutama untuk beberapa jenis tanaman yang diperbanyak secara klonal.
Tujuan utamanya adalah memproduksi bibit secara massal dalam waktu singkat. Hal ini
terutama dilakukan pada tanaman-tanaman yang persentase perkecambahan bijinya rendah.
Tanaman hibrida yang berasal dari tetua yang menunjukkan sifat male sterility, hibrida-
hibrida yang unik, perbanyakan pohon elite dan/atau pohon untuk batang bawah dan tanaman
yang selalu diperbanyak secara vegetatif seperti kentang, pisang dan strawberry juga
diperbanyak secara kultur jaringan (Gunawan, 1987 dalam Mattjik, 2005).
Tujuan lain dari kultur jaringan adalah untuk membiakkan bagian tanaman dalam
ukuran yang sekecil-kecilnya sehingga menjadi beratus-ratus ribu tanaman kecil (klon), dan
untuk menghasilkan kalus sebanyak-banyaknya agar Dapat menghasilkan metabolit
sekunder, misalnya untuk keperluan obat-obatan. Perbanyakan secara kultur jaringan
dilakukan dengan cara mengisolasi bagian tanaman seperti organ, jaringan, kumpulan sel, sel
tunggal, protoplasma, dan kemudian menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media
buatan aseptik yang kaya nutrisi dan mengandung zat pengatur tumbuh. Proses ini
berlangsung di dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian-bagain tersebut
memperbanyak diri dan beregenerasi kembali menjadi tanaman lengkap (Saptarini, dkk,
2001).
Tahapan Kultur Jaringan diantaranya :
a) Pembuatan Media, dimana media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan
dengan kultur jaringan. Menyiapkan media tumbuh yang terdiri atas campuran garam
mineral berisi unsur makro dan mikro asam amino, vitamin, gula serta hormon
tumbuhan dengan perban dingan tertentu. Zat pengatur tumbuh (hormon) yang
ditambahkan juga bervariasi, baik jenisnya maupun jumlahnya, tergantung dengan
tujuan dari kultur jaringan yang dilakukan. Media yang sudah jadi ditempatkan pada
tabung reaksi atau botol-botol kaca. Media yang digunakan juga harus disterilkan
dengan cara memanaskannya dengan autoklaf;
b) Inisiasi, merupakan kegiatanpengambilan eksplan dari bagian tanaman yang akan
dikulturkan. Bagian tanaman yang sering digunakan untuk kegiatan kultur jaringan
adalah tunas;
c) Sterilisasi, adalah bahwa segala kegiatan dalam kultur jaringan harus dilakukan di
tempat yang steril, yaitu di laminar flow dan menggunakan alat-alat yang juga steril.
Sterilisasi juga dilakukan terhadap peralatan, yaitu menggunakan etanol yang
disemprotkan secara merata pada peralatan yang digunakan. Teknisi yang melakukan
kultur jaringan juga harus steril;
d) Multiplikasi, merupakan kegiatan memperbanyak calon tanaman dengan menanam
eksplan pada media. Kegiatan ini dilakukan di laminar flow untuk menghindari
adanya kontaminasi yang menyebabkan gagalnya pertumbuhan eksplan. Tabung
reaksi yang telah ditanami ekplan diletakkan pada rak-rak dan ditempatkan di tempat
yang steril dengan suhu kamar;
e) Aklimatisasi adalah kegiatan memindahkan eksplan keluar dari ruangan aseptic ke
bedeng. Pemindahan dilakukan secara hati-hati dan bertahap.
Kini telah dikembangkan kultur jaringan untuk perbanyakan secara cepat, melalui
ujung pucuk yang bebas-penyakit. Cara ini telah dilaksanakan dalam skala komersial, tetapi
adanya mutasi yang tidak dikehendaki menimbulkan kekhawatiran.
Bibit hasil kultur jaringan memiliki keunggulan antara lain :
1. Penyediaan bibit dapat diprogram sesuai dengan jadwal kebutuhan dan jumlah yang
diperlukan pekebun;
2. Sifat unggul tanaman induk tetap dimiliki oleh tanaman hasil perbanyakan dengan
kultur jaringan:
3. Bibit dalam keadaan bebas hama dan penyakit karena diperbanyak dalam keadaan
aseptik dari tanaman yang sehat;
4. Tingkat keseragaman bahan tanaman yang tinggi, sehingga mampu meningkatkan
efisiensi dalam pengelolaan kebun.