Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH TEKNOLOGI BENIH

Kultur jaringan pada tanaman

Dosen Pengampuh :

Dr.Ir.Aryunis,M.P.

Disusun Oleh :

Nama : Jesicka Grecia T

NIM : D1A019089

Kelas : H/Agroekoteknologi

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JAMBI

2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkatnya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari
penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas  akhir dari dosen pada mata kuliah
Tenik Kultur Jaringan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Tenik Kultur Jaringan pada tanaman krisan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada para dosen pengampu
mata kuliah Kultur Jaringan kelas Agronomi H, yaitu Ibu Dr. Lizawati, S.P.,M.Si dan Ir.
Neliyati, M,Si atas bimbingannya yang telah diberikan kepada penulis untuk melaksanakan
perkuliahan, praktikum, dan penulisan makalah ini.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada rekan-rekan dan semua pihak
yang telah memberikan dukungan bagi terlaksananya penulisan makalah ini, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Penulis menyadari, makalah yang penulis tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis nantikan demi kesempurnaan
laporan ini,terimakasih

Jambi,10 Mei 2022

Jesicka Grecia T
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanaman krisan merupakan tanaman hias yang berasal dari dataranCinaberupa perdu
dan memiliki berbagai macam-macam warna serta spesies-spesies. Tanaman ini juga dikenal
dengan sebutan seruni atau bunga emas yangmerupakan salah satu tanaman penting dalam
kelompok tanaman hias. Keindahan tanaman famili Asteraceae ini dilihat dari bunganya yang
memiliki daya tarik tersendiri sebab selain sebagai tanaman hias dalam pot dan bunga potong,
tanaman ini juga sebagai tanaman pengusir nyamuk dan penyerap polutan.

Tanaman krisan berasal dari daerah sub tropis yang memiliki panjanghari siangnya
selama 16 jam. Walaupun demikian tanaman ini juga dapat dibudidayakan di Indonesia yang
beriklim tropis dimana panjang hari siangnya selama 12 jam, untuk membudidayakan bunga
krisan di Indonesia diperlukan penambahan cahaya, sebanyak 70 lux selama 4 jam pada
malamhari. Tujuan penambahan cahaya adalah untuk mempertahankan fase vegetatif
tanaman(Turang et al, 2007).

Tanaman krisan/seruni walaupun bukan asli Indonesia tetapi sudah dikenal puluhan
tahun yang lalu di negara ini dan merupakan komoditi andalan dalamindustri hortikultura
yang memiliki prospek pasar cukup cerah. Bunga yang dikenal sebagai salah satu “Raja
bunga potong” ini semakin banyakpenggemarnya. Bentuk, tipe, warna yang beragam dan
begitu indah, semakin membuat permintaan dalam maupun luar negeri meningkat dari tahun
ke tahun(Sudaryanto, 2006).

Saat ini krisan termasuk bunga yang paling populer di Indonesia karenamemiliki
keunggulan yaitu bunganya kaya warna dan tahan lama. Peluang untukmengembangkan
budidaya tanaman krisan, guna memenuhi kebutuhanbaikdalam maupun luar negeri agaknya
tetap terbuka. Krisan atau seruni (Chrysanthemum sp.) sejak zaman dahulu dibudidayakan
untuk menghasilkanbunga potong namun saat ini krisan krisan sebagai tanaman pot juga
sangat populer dan banyak peminatnya (Sudaryanto, 2006).

Menurut Zulkarnain (2009) aplikasi kultur jaringan tanaman memiliki manfaat utama
yaitu perbanyakan klon atau perbanyakan masal dari tanaman yang sifat genetiknya identik
satu sama lain. Adapun manfaat-manfaat lain dari kultur jaringan dalam beberapa hal khusus
yakni lingkungan terkendali, tidak merusak pohon induk, membutuhkan bahan tanam yang
sedikit, menghasilkan bibit dalam jumlah yang besar dan seragam dengan waktu yang
singkat, dan bebas penyakit, pelestarian plasma nutfah, produksi tanaman sepanjang tahun,
dan dapat memperbanyak tanaman yang sulit diperbanyak secara vegetatif konvensional.
Menurut Zulkarnain (2009) aplikasi kultur jaringan tanaman memiliki manfaat utama
yaitu perbanyakan klon atau perbanyakan masal dari tanaman yang sifat genetiknya identik
satu sama lain. Adapun manfaat-manfaat lain dari kultur jaringan dalam beberapa hal khusus
yakni lingkungan terkendali, tidak merusak pohon induk, membutuhkan bahan tanam yang
sedikit, menghasilkan bibit dalam jumlah yang besar dan seragam dengan waktu yang
singkat, dan bebas penyakit, pelestarian plasma nutfah, produksi tanaman sepanjang tahun,
dan dapat memperbanyak tanaman yang sulit diperbanyak secara vegetatif konvensional.
Teknik kultur jaringan ini diharapkan mampu menghasilkan bibit berkualitas yang
terbebas dari virus. Keunggulan lain dari kultur jaringan yaitu dengan memperoleh sifat
fisiologi dan morfologi yang sama dengan tanaman induknya. Keberhasilan kultur jaringan
tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya sterilisasi, pemilihan bahan eksplan,
faktor lingkungan seperti pH, cahaya dan temperatur, serta kandungan ZPT (Zat Pengatur
Tumbuh) dalam medium kultur tersebut (Pangestika, dkk., 2015).
Zat pengatur tumbuh (ZPT) adalah senyawa organik bukan nutrisi yang dalam
konsentrasi rendah (<1 mm) mendorong,menghambat atau secara kualitatif mengubah
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Zat pengatur tumbuh tersebut berperan
merangsang dan meningkatkan pertumbuhan serta perkembangan sel, jaringan, dan organ
tanaman menuju arah diferensiasi tertentu. Penggunaan zat pengatur tumbuh pada konsentrasi
yang tepat dapat memacu pertumbuhan eksplan, terutama pembentukan akar, tunas, dan
kalus. Dalam budidaya in vitro zat pengatur tumbuh yang digunakan adalah auksin dan
sitokinin seperti penelitian Sugiyarto dan Paramita (2014).

1.2 Rumusan Masalah


 Bagaimana cara kultur jaringan pada tanaman krisan
 Bagaimana

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah :

 Mengetahui
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Botani Tanaman Krisan


Menurut Rukmana dan Mulyana (1997) klasifikasi ilmiah tanaman krisan adalah
sebagai berikut:
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Sub-divisi : Angiospermae (berbiji tertutup)
Kelas : Dycotiledonae (biji berkeping dua)
Ordo : Asterales (Compositae) Famili : Asteraceae
Genus : Chrysanthemum
Spesies : Chrysanthemum morifolium Ramat
Tanaman krisan memiliki banyak spesies dengan bentuk, ukuran dan warna bunga
yang beragam, tumbuhnya menyemak setinggi 30-200 cm. Batang tanaman krisan tumbuh
tegak, berstruktur lunak dan berwarna hijau. Dapat menjadi berkayu jika dibiarkan tumbuh
terus. Tanaman krisan dapat dicirikan dari bentuk daunnya yang memiliki tepi daun bercelah
atau bergerigi, tersusun berselang-seling pada cabang atau batang. Bunganya tumbuh tegak
pada ujung tanaman dan tersusun dalam tangkai (tandan) berukuran pendek sampai panjang.
Perakaran tanaman krisan menyebar ke semua arah hingga dapat mencapai kedalaman 40 cm.
(Rukmana dan Mulyana, 1997).
Menurut Hasim (1995), istilah yang dikenal di kalangan para florist untuk
penggolongan jenis krisan adalah tipe spray dan tipe standar. Kedua istilah ini merujuk
kepada banyaknya kuntum bunga yang terdapat pada satu tangkai. Jenis spray mempunyai
10-20 kuntum bunga berukuran kecil (diameter 2-3 cm) pada satu tangkai bunga. Sedangkan,
jenis standar hanya mempunyai satu bunga pada satu tangkai dan berukuran besar.
Batang krisan tumbuh tegak berstruktur lunak dan berwarna hijau. Ciri khas pada
tanaman ini diamati pada bentuk daunnya yaitu tepi bercelah dan bergerigi tersusun secara
berselang-seling pada cabang atau batang. Perakaran tanaman krisan menyebar kesemua arah
pada kedalaman 30–40 cm. Bunga krisan tumbuh tgeak pada ujung tanaman dan tersusun
dalam tangkai berukuran pendek sampai panjang dan bentuk bunga beraneka ragam
tergantung varietasnya (Rismunandar, 1995) Tanaman krisan yang kini dibudidayakan
merupakan hasil persilangan kompleks dari beberapa spesies yang telah dikenal sejak ribuan
tahun yang lalu. Varietas dengan berbagai karakteristik yang beredar di pasaran sudah ratusan
jumlahnya, dengan adanya program pemuliaan tanaman yang semakin maju, varietas akan
semakin bertambah. Varietas krisan terdiri dari dua tipe utama yaitu tipe standar (single) dan
tipe bercabang banyak (spray). Dari tipe tersebut, tanaman krisan dapat dikelompokkan
menjadi enam golongan yaitu : tanaman berbunga spider, pompon, anemone, incurved,
standar, aster dan dekoratif (BPTP, 2006).
Menurut Rukmana dan Mulyana (2006) berdasarkan bentuk dan susunan floret, bunga
krisan dapat diklasifikasikan dalam tipe bunga sebagai berikut.
 Single Bentuk bunga single merupakan bunga yang terdiri atas satu atau dua lapisan
ray flower dengan disk flower di bagian tengahnya. Mempunyai mahkota
 Anemone Bentuk bunga mirip dengan single tetapi mahkota bunga bagian pinggirnya
tidak sepanjang single dan bagian tengah bunganya mempunyai bantalan.
 Spider Mahkota bunganya pipih dan panjang seperti kaki laba – laba.
 Pompom Berbentuk bulat seperti bola, mahkota bunganya menyebar ke semua arah
dan piringan dasar bunga tidak tampak.
 Dekoratif Mirip dengan bentuk pompon, tetapi mahkota bunga bagian luarnya
berkembang lebih panjang dari mahkota bunga bagian bawah
Menurut Kofranek (1980) krisan dapat digolongkan ke dalam banyaknya kuntum
bunga yang terdapat dalam satu tangkai, yaitu :
1. Tipe standar, adalah tipe krisan yang mempunyai bunga tunggal per batang. Tipe ini
dihasilkan dengan membuang calon bunga samping (lateral bud) dan membiarkan
calon bunga utama (terminal bud) tumbuh dan berkembang sendiri.
2. Tipe spray, adalah tipe krisan yang mempunyai bunga paling sedikit lima kuntum per
batang. Tipe ini dihasilkan dengan membuang kuncup bunga utama dan membiarkan
calon bunga samping.

2.2 Kultur Jaringan Secara Umum

Kultur jaringan tanaman (mikropropagasi) merupakan teknik perbanyakan (propagasi)


tumbuhan secara vegetatif dengan memanipulasi jaringan somatik dengan menumbuh
kembangkan bagian tanaman, baik berupa sel, jaringan atau organ dalam kondisi aseptik
secara in vitro. Teknik kultur jaringan dicirikan dengan kondisi yang aseptik atau steril dari
segala macam bentuk kontaminan, menggunakan media kultur yang memiliki kandungan
nutrisi yang lengkap dan menggunakan ZPT (zat pengatur tumbuh), serta kondisi ruang
tempat pelaksanaan kultur jaringan diatur suhu dan pencahayaannya.
Kultur Jaringan membudidayakan jaringan tanaman menjadi tanaman baru yang
mempunyai sifat sama dengan induknya. Teori yang menjadi dasar kultur jaringan adalah
teori totipotensi sel, yang ditulis oleh Schleiden dan Schwann, bahwa bagian tanaman yang
hidup mempunyai totipotensi, jika dibudidayakan di lingkungan yang sesuai, dapat tumbuh
menjadi tanaman yang sempurna. Tanaman dapat diperbanyak dengan dua cara, yaitu :
 seksual (generatif), dengan biji
 aseksual (vegetatif), dengan bagian dari tanaman selain biji
Sistem budidaya kultur jaringan juga memiliki keuntungan lain yaitu penghematan
tenaga,waktu, tempat dan biaya.Pelaksanaan perbanyakan tanaman di Indonesia dengan
sistem kultur jaringan sampai saat ini memang masih terbatas dikalangan ilmuwan,
penelitipada perkebunan, instansi yang terkait dengan pertanian, biologi, farmasi dan
dikalangan perguruan tinggi.
Sumber informasi tentang kultur jaringan juga masih sangat minim, hanya sesekali
dapat diketahui melalui sarana  komunikasi surat kabar, majalah, radio, televisi. Sumber
pustaka mengenai petunjuk praktis pelaksanaan kultur jaringan juga masih sulit
didapatkan,kalaupun ada masih sangat sukar dimengerti oleh kalangan petani. Padahal
perbanyakan tanaman dengan sistem kultur jaringan mempunyai prospek yangsangat baik
dihari-hari mendatang, sebab perbanyakan tanaman dengan sistem ini memiliki banyak
keuntungan baik dari segi hasil, biaya, tenaga, tempatmaupun waktu (Sriyanti dan Wijayani,
1994).
Teknik kultur jaringan menuntut syarat-syarat tertentu yang harusdipenuhi dalam
pelaksanaannya. Syarat pokok pelaksanaan kultur jaringanadalah laboratorium dengan segala
fasilitasnya. Laboratorium harusmenyediakan alat-alat kerja, sarana pendukung terciptanya
kondisi aseptik terkendali dan fasilitas dasar seperti, air, listrik dan bahar bakar.Pelaksanaan
kultur jaringan memerlukan juga perangkat lunak yangmemenuhi syarat kimia, proses
fisiologi tanaman (biokimia dan fisika) danberbagai macam pekerjaan analitik. Dalam
melakukan pelaksanaan kultur jaringan, pelaksana harus mempunyai latar belakang ilmu-
ilmu dasar tertentuyaitu botani, fisiologi tumbuhan, kimia dan fisika yang memadai.
Pelaksanaakan berkecimpung dalam pekerjaan yang berhubungan erat dengan ilmu-ilmudasar
tersebut. Pelaksana juga dituntut dalam hal ketrampilan kerja, ketekunandan kesabaran yang
tinggi serta harus bekerja intensif(Sriyanti dan Wijayani, 1994).
Pelaksanaan kultur jaringan memerlukan juga perangkat lunak yang memenuhi syarat.
Dalam melakukan pelaksanaan kultur jaringan, pelaksana harus mempunyai latar belakang
ilmu-ilmu dasar tertentu yaitu botani, fisiologi tumbuhan ZPT, kimia dan fisika yang
memadai. Pelaksana akan berkecimpung dalam pekerjaan yang berhubungan erat dengan
ilmu-ilmu dasar tersebut. Pelaksana akan banyak berhubungan dengan berbagai macam
bahan kimia, proses fisiologi tanaman (biokimia dan fisika) dan berbagai macam pekerjaan
analitik. Pelaksana juga dituntut dalam hal ketrampilan kerja, ketekunan dan kesabaran yang
tinggi serta harus bekerja intensif. Pekerjaan kultur jaringan meliputi: persiapan media,
isolasi bahan tanam (eksplan), sterilisasi eksplan, inokulasi eksplan, aklimatisasi dan usaha
pemindahan tanaman hasil kultur jaringan ke lapang.

2.3 Prinsip Kultur jaringan

Metode kultur jaringan merupakan suatu metode untuk mengisolasi bagian dari
tanaman seperti sekelompok sel atau jaringan yang ditumbuhkan dengan kondisi aseptik,
sehingga bagian tanaman tersebut dapat memperbanyak diri tumbuh menjadi tanaman
lengkap kembali. Secara singkat kultur jaringan berarti membudidayakan suatu jaringan
tanaman menjadi tanaman kecil yang mempunyai sifat seperti induknya. 
Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah perbanyakan tanaman dengan
menggunakan bagian vegetatif tanaman menggunakan media buatan yang dilakukan di
tempat steril.
Perbanyakan bibit secara cepat adalah salah satu dari penerapan teknik kultur jaringan
yang telah dilakukan terutama untuk beberapa jenis tanaman yang diperbanyak secara klonal.
Tujuan utamanya adalah memproduksi bibit secara massal dalam waktu singkat. Hal ini
terutama  dilakukan pada tanaman-tanaman yang persentase perkecambahan bijinya rendah.
Tanaman hibrida yang berasal dari tetua yang menunjukkan sifat male sterility, hibrida-
hibrida yang unik, perbanyakan pohon elite dan/atau pohon untuk batang bawah dan tanaman
yang selalu diperbanyak secara vegetatif seperti kentang, pisang dan strawberry  juga
diperbanyak secara kultur jaringan (Gunawan, 1987 dalam Mattjik, 2005).
Tujuan lain dari kultur jaringan adalah untuk membiakkan bagian tanaman dalam
ukuran yang sekecil-kecilnya sehingga menjadi beratus-ratus ribu tanaman kecil (klon), dan
untuk menghasilkan kalus sebanyak-banyaknya agar Dapat menghasilkan metabolit
sekunder, misalnya untuk keperluan obat-obatan.  Perbanyakan secara kultur jaringan
dilakukan dengan cara mengisolasi bagian tanaman seperti organ, jaringan, kumpulan sel, sel
tunggal, protoplasma, dan kemudian menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media
buatan aseptik yang kaya nutrisi dan mengandung zat pengatur tumbuh. Proses ini
berlangsung di dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian-bagain tersebut
memperbanyak diri dan beregenerasi kembali menjadi tanaman lengkap (Saptarini, dkk,
2001).
Tahapan Kultur Jaringan diantaranya : 
a) Pembuatan Media, dimana media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan
dengan kultur jaringan. Menyiapkan media tumbuh yang terdiri atas campuran garam
mineral berisi unsur makro dan mikro asam amino, vitamin, gula serta hormon
tumbuhan dengan perban dingan tertentu. Zat pengatur tumbuh (hormon) yang
ditambahkan juga bervariasi, baik jenisnya maupun jumlahnya, tergantung dengan
tujuan dari kultur jaringan yang dilakukan. Media yang sudah jadi ditempatkan pada
tabung reaksi atau botol-botol kaca. Media yang digunakan juga harus disterilkan
dengan cara memanaskannya dengan  autoklaf; 
b) Inisiasi, merupakan kegiatanpengambilan eksplan dari bagian tanaman yang akan
dikulturkan. Bagian tanaman yang sering digunakan untuk kegiatan kultur jaringan
adalah tunas;  
c) Sterilisasi, adalah bahwa segala kegiatan dalam kultur jaringan harus dilakukan di
tempat yang steril, yaitu di laminar flow dan menggunakan alat-alat yang juga steril.
Sterilisasi juga dilakukan terhadap peralatan, yaitu menggunakan etanol yang
disemprotkan secara merata pada peralatan yang digunakan.  Teknisi yang melakukan
kultur jaringan juga harus steril;
d) Multiplikasi, merupakan kegiatan memperbanyak calon tanaman dengan menanam
eksplan pada media. Kegiatan ini dilakukan di laminar flow  untuk menghindari
adanya kontaminasi yang menyebabkan gagalnya pertumbuhan eksplan.  Tabung
reaksi yang telah ditanami ekplan diletakkan pada rak-rak dan ditempatkan di tempat
yang steril dengan suhu kamar;  
e) Aklimatisasi adalah kegiatan memindahkan eksplan keluar dari ruangan aseptic ke
bedeng. Pemindahan dilakukan secara hati-hati dan bertahap.

Kini telah dikembangkan kultur jaringan untuk perbanyakan secara cepat,  melalui
ujung pucuk yang bebas-penyakit. Cara ini telah dilaksanakan dalam skala komersial, tetapi
adanya mutasi yang tidak dikehendaki menimbulkan kekhawatiran.
Bibit hasil kultur jaringan memiliki keunggulan antara lain :
1. Penyediaan bibit dapat diprogram sesuai dengan jadwal kebutuhan dan jumlah yang
diperlukan pekebun;
2. Sifat unggul tanaman induk tetap dimiliki oleh tanaman hasil perbanyakan dengan
kultur jaringan:
3. Bibit dalam keadaan bebas hama dan penyakit karena diperbanyak dalam keadaan
aseptik dari tanaman yang sehat;
4. Tingkat keseragaman bahan tanaman yang tinggi, sehingga mampu meningkatkan
efisiensi dalam pengelolaan kebun.

2.4 Kelebihan dan Kekurangan Kultur In Vitro


Perbanyakan tanaman secara in vitro (kultur jaringan tanaman) adalah sebuah
kegiatan menjaga dan menumbuhkan jaringan (kalus, sel, protoplas) dan organ tanaman
(daun, tunas pucuk/lateral, batang, akar dan embrio) pada kondisi aseptik (Hartmann et al.,
1997; George et al., 2007). Teknik ini digunakan untuk berbagai tujuan seperti:
memperbanyak tanaman, memodifikasi genotype tanaman, memproduksi biomasa dan
metabolit sekunder, mempelajari patologi tanaman, konservasi plasma nutfah dan penelitian-
penelitian ilmiah lainnya. Teknik ini juga telah diaplikasikan pada berbagai jenis tanaman,
baik tanaman semusim maupun menahun, tanaman herbaceous maupun berkayu. Aplikasi
perbanyakan tanaman secara in vitro ini memiliki kelebihan dan kelemahan (Suryowinoto,
1996; Hartmann et al., 1997; George et al., 2007).
A. Kelebihan perbanyakan tanaman secara in vitro
 Menggunakan potongan-potongan kecil dari bagian tanaman (daun, tunas, batang,
akar, kalus, sel) untuk menghasilkan tanaman baru yang utuh.
 Membutuhkan ruang yang kecil, energi dan tenaga yang lebih efisien untuk menjaga,
menumbuhkan dan meningkatkan jumlah tanaman
 Karena perbanyakan tanaman dilakukan dalam kondisi aseptik, bebas dari pathogen,
maka saat kultur tanaman berhasil dilakukan tidak akan terjadi kehilangan tanaman
karena serangan penyakit dan tanaman yang dihasilkan dari kultur jaringan (pada
kondisi tertentu) juga bebas dari bakteri, jamur dan mikroorganisme pengganggu yang
lain.
 Dengan metode khusus (kultur meristem), teknik ini dapat digunakan untuk
menghasilkan tanaman yang bebas dari virus.
 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman, seperti:
nutrisi (media), konsentrasi zat pengatur pertumbuhan (ZPT), kadar gula, cahaya,
temperatur, kelembaban, dll. lebih mudah diatur.
 Dapat diaplikasikan pada berbagai jenis tanaman yang memiliki pertumbuhan yang
lambat dan sulit diperbanyak secara vegetatif.
 Produksi tanaman menggunakan teknik ini dapat dilakukan sepanjang tahun tanpa
tergantung oleh perubahan musim.
 Dapat menyimpan tanaman hasil perbanyakan dalam waktu yang lama

B. Kelemahan perbanyakan tanaman secara in vitro:


 Membutuhkan ketrampilan yang memadahi, peralatan, bahan dan biaya yang mahal,
serta sarana pendukung yang mencukupi,
 Membutuhkan metode yang khusus dan optimum untuk menunjang keberhasilan
aplikasinya pada tiap species dan tanaman,
 Meski dapat menghasilkan tanaman dalam jumlah yang banyak dari bagian kecil
tanaman, pada kondisi tertentu dapat menghasilkan adanya penyimpangan karakter-
karakter tanaman (undesirable characteristics) dan kelainan genetik (genetic
abberant),
 Mengingat tanaman hasil kultur in vitro terbiasa tumbuh pada medium yang cukup
dengan sumber karbon, kelembaban yang tinggi dan memiliki kemampuan
fotosintesis yang rendah, maka untuk memindahkan tanaman dari kondisi in vitro ke
kondisi ex vitro diperlukan proses aklimatisasi dan adaptasi agar tanaman tidak
mudah mati akibat kehilangan air dan dapat tumbuh normal pada kondisi ex vitro.
 Tahapan dalam perbanyakan tanaman secara in vitro dibagi dalam 5 tahapan, yaitu:
(1) seleksi tanaman induk dan penyiapannya, (2) kultur aseptik, (3)
perbanyakan/penggandaan propagule (kalus/tunas/embrio), (4) pengakaran dan (5)
aklimatisasi plantlets. Dari ke-5 tahapan tersebut, kultur aseptik merupakan tahapan
paling kritikal dan sulit dalam perbanyakan tanaman secara in vitro. Selanjutnya
dalam perbanyakan tanaman secara in vitro, tidak semua jenis tanaman memerlukan
ke-5 tahapan tersebut. Pada tanaman tertentu (krisan, anyelir) tahap pengakaran tidak
diperlukan.
 Keberhasilan perbanyakan tanaman tanaman secara in vitro dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya: genotype tanaman; jenis, asal dan umur eksplan; media,
zat pengatur tumbuh (ZPT), sumber karbon, bahan aditif, cahaya, suhu, kelembaban,
dll. (Debergh dan Zimmerman, 1991; Hartmann et al., 1997; George et al., 2007).
Selain itu, keberhasilan kultur jaringan tanaman juga dipengaruhi oleh tersedianya
sumber tanaman dan eksplan yang cukup.
2.5 Kultur In Vitro Tanaman Krisan
Keunggulan perbenihan krisan dengan kultur jaringan adalah untuk mendapatkan
benih berkualitas (bebas hama dan penyakit), Perakaran lebih kuat sehingga pertumbuhan
bibit lebih bagus, tidak memerlukan tempat yang luas dan perawatan kontinyu, perbanyakan
dalam jumlah yang banyak dengan waktu yang relatif singkat. 
Langkah dalam perbenihan krisan melalui kultur jaringan sebagai berikut:
1. Pemilihan dan pengambilan eksplan
Eksplan adalah bagian dari tanaman atau organ tanaman yang digunakan sebagai
bahan kutur jaringan untuk ditumbuhkan secara in vitro atau kultur jaringan. Untuk
perbanyakan benih dalam waktu yang relatif singkat penggunaan eksplan berupa  3-4 ruas
ujung tunas pada tanaman krisan atau dikenal dengan stek pucuk merupakan metode yang
sederhana dan efisien. 
2. Sterilisasi
a) Sterilisasi Alat-alat
Sebelum mengerjakan kegiatan semua peralatan dalam laboratorium harus
disterilisasi. Caranya alat-alat yang terbuat dari stainless steel dibungkus menggunakan kertas
merang sedangkan untuk botol tidak perlu dibungkus kemudian masukkan dalam otoklaf.
Temperature yang digunakan untuk sterilisasi adalah 121⁰C pada tekanan 17,5 psi selama
total 1 jam.
b) Sterilisasi Bahan Tanam
Langkah-langkah sterilisasi sebagai berikut :
 Mengambil eksplan  krisan dari lapangan berupa ujung tanaman kira-kira 2-3 ruas,
bersihkan dengan air mengalir selama 5-10 menit untuk membersihkan debu-debu
dari lapangan. 
 Memotong tiap ruas dengan sebagian daun dirompes kemudian mencuci dengan
detergen cair untuk menghilangkan kotoran pada permukaan tetapi tidak merusak
permukaan sel, kemudian bilas sampai bersih menggunakan aquades.
 Mengocok dalam larutan alkohol 10 % selama 2-3 menit, kemudin membilasnya
sampai bersih menggunakan aquades.
 Menyiapkan larutan fungisida dan bakterisida pada masing-masing 2-5 g/l yang
sebelumnya distirer agar homogen. 
 Setelah homogen, masukkan eksplan dalam larutan tersebut ke dalam shaker atau
kocok dengan kecepatan ringan selama 30-45 menit kemudian membilasnya sampai
bersih menggunakan aquades. Setelah tahap ini selesai, pekerjaan tahap berikutnya
berada di dalam Laminar Air Flow (LAF).
 Mengocok eksplan dengan tween 20 sebanyak 2-3 tetes selama 2-3 menit. Tween
merupakan surfaktan atau penurun tegangan permukaan sel sehingga bahan-bahan
steril menjadi aktif mematikan penyebab kontaminasi, kemudian membilasnya sampai
bersih menggunakan aquades. 
 Mengocok dalam larutan chlorox 5 % selama 3-5 menit, dilanjutkan dengan chlorox
10% selama 3-5 menit kemudian membilasnya sampai bersih. 
 Meniriskan eksplan, kemudian eksplan siap ditanam dengan media padat agar
MS+0,1 mg/l yang sebelumnya sudah dibuat 3 hari sebelumnya.
3. Penanaman dan Subkultur
Setelah tahap penanaman eksplan, 1-1,5 bulan kemudian akan muncul tunas dari
ketiak. Tanaman yang tumbuh pada kondisi in vitro dikenal dengan istilah “planlet”.  Apabila
sudah tunas tumbuh tinggi dengan 4-5 daun tiap nodus maka planlet siap untuk disubkultur.
Subkultur adalah proses pemotongan dan pemindahan planlet dari media lama ke media baru.
Pada planlet krisan, subkultur menggunakan 1 daun tiap nodusnya subkultur hasil dari
pertumbuhan tunas pertama dari eksplan merupakan subkultur pertama.
Setelah 1-1,5 bulan kemudian tergantung dari genetik varietas krisan, planlet
subkultur pertama akan tumbuh sekitar 5 nodus, pada saat ini sudah siap untuk disubkultur
menjadi subkultur kedua begitu selanjutnya sampai maksimal subkultur ke 5 untuk terakhir
aklimatisasi. Pembatasan sampai subkultur ke 5 untuk menjaga kualitas dan degenerasi
planlet. 
4. Inkubasi
Pada saat penanaman eksplan dan subkultur penempatan pada rak bersusun dengan
pencahayaan lampu TL 36 W pada ketinggian 50 cm dengan kondisi ruangan ber AC dengan
suhu± 20⁰ C. Pencahayaan mutlak diperlukan sebagai subtitusi cahaya matahari untuk
fotosintesa dan pemberian hari panjang selama 16 jam penyinaran sehingga diperlukan timer
untuk mengatur lama pencahayaan dengan setting waktu pada pukul 06.00-18.00 timer
menyala, 18.00-22.00 timer mati, 22.00-02.00 timer menyala, 02.00-06.00 timer mati. 
5. Aklimatisasi
Tahap terakhir dari kegiatan perbanyakan dalam kultur jaringan adalah aklimatiasai yaitu
proses pemindahan dan penyesuaian dari in vitro (dalam botol) ke kondisi in vivo(lapangan).
Cara mengeluarkan planlet dalam botol 
Planlet dikeluarkan dengan mengalirkan air mengalir kemudian media digoyang-
goyangkan sampai agar terlepas dari botol kemudian planlet dibersihkan dari media agar
secara hati-hati agar akar tidak banyak yang terputus.
Perlakuan Planlet sebelum ditanam 
Setelah dikeluarkan dari botol kultur dan dibersihkan dari media agar, sebelum
ditanam dilakukan pencelupan dengan menggunakan larutan fungisida dan bakterisida
masing-masing 1 g/l selama kurang lebih 5 menit. Hal ini bertujuan agar saat ditanam, akar
tidak mudah terinfeksi pathogen yang terbawa oleh media tanam meskipun media tanam telah
disterilisasi.

Anda mungkin juga menyukai