Anda di halaman 1dari 13

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap makhluk hidup diciptakan dengan sifat yang berbeda-beda. Variasi antar
makhluk hidup dapat dilihat dari morfologi maupun genetikanya. Keragaman ciri dan
sifat tiap makhluk hidup dapat dideskripsikan sebagai hal yang obyektif. Deskripsi
mengenai suatu makhluk hidup dapat mempermudah kegiatan pemuliaan tanaman.
Pengenalan mengenai suatu jenis tanaman dengan melihat tersebut mempermudah
seorang pemulia tanaman menentukan metode pemuliaan tanaman yang sesuai untuk
tanaman tersebut.

Penggunaan varietas unggul untuk meningkatkan produksi tanaman merupakan


usaha yang paling mudah diserap oleh petani. Semakin banyak varietas yang beredar
di kalangan petani, diharapkan peningkatan produksi tanaman dapat terjamin.
Penyebaran masing-masing varietas unggul bervariasi tergantung keunggulannya,
daya adaptasi dan selera konsumen terhadap sifat-sifat yang dimiliki oleh setiap
varietas. Penggunaan varietas unggul harus disertai tersedianya benih yang bermutu
tinggi yang dalam penyediaannya ditempuh dengan penerapan sistem sertifikasi. Dala
kegiatan sertifikasi, kegiatan pokoknya adalah menilai kemurnian benih secara
genetis melalui sifat morfologi yang tampak. Untuk itu deskripsi varietas yang berisi
sifat-sifat morfologis dapat membantu untuk menilai kemurnian benih. Oleh karena
itu, sangat diperlukan adanya pemahaman yang baik mengenai sifat-sifat morfologi
yang disajikan dalam deskripsi tanaman. Deskripsi merupakan suatu panduan yang
menyajikan sejarah asal-usul sifat-sifat morfologi, reaksi ketahanan terhadap penyakit
dan hama utama serta anjuran tanam. Sifat-sifat morfologi yang disajikan dalam
deskripsi sehingga sebagian besar merupakan sifat yang diatur secara kuantitatif
sehingga penampilannya dapat menimbulkan variasi fisik.

Ilmu tumbuhan pada saat ini telah mengalami kemajuan yang demikian pesat.
Dari berbagai ilmu tumbuhan yang sekarang telah berdiri sendiri adalah Morfologi
tumuhan. Makalah ini akan menguraikan soal morfologi dalam arti sempit. Yang
hanya membahas tentang bunga, buah dan biji dengan bagian-bagiannya. Istilah
Morfologi berasal dari kata Morphologi (Gk. Morphe, bentuk, logos, ilmu); berarti
Ilmu yang mempelajari bentuk-bentuk luar dari tumbuhan, khususnya tumbuhan
berbiji Mengenai organ-organ tubuhnya dengan segala variasinya. Morfologi
merupakan ilmu pengetahuan yang mendasari pemahaman tentang sistematika
tumbuhan. Banyak istilah yang kita jumpai dalam morfologi sebagai identitas nama
atau penunjuk utama dari suatu divisio, anak divisio, kelas, anak kelas, bangsa/ordo,
Keluarga/famili, marga/genus, maupun penunjuk spesies/jenis tumbuhan.
Pencandraan atau pertelaan (deskripsi, deskriptio) adalah teknik penggambaran
sifat-sifat tumbuhan dalam tulisan verbal yang dapat dilengkapi dengan gambar, data
penyebaran, Habitat, asal-usul, manfaat dari golongan tumbuhan yang dimaksud.
Pertelaan golongan (takson) tumbuh dapat pada tingkat suku (familia), marga
(genus), jenis (spesies), dan dibawah tingkat jenis yaitu anak jenis (sub jenis), varitas
(varietas), dan forma. Pertelaan suatu jenis takson tumbuhan dilakukan untuk
populasi dalam wilayah penyebarannya sehingga dapat menggambarkan variasi sifat
yang ada. Untuk mempertelakan suatu takson tumbuhandiperlukan adanya aturan
baku tertentu (Issirep, 2005). Pencandraan merupakan proses awal klasifikasi. Yang
dilakukan dalam proses ini adalah identifikasi makhluk hidup satu dengan makhluk
yang lainnya. Pencandraan digunakan untuk mengamati tingkah laku, bentuk
morfologi, anatomi dan fisiologi pada makhluk hidup.

1.2 Tujuan
1. Mengetahui bentuk morfologi suatu jenis tanaman.
2. Dapat menyusun secara sistematis gambaran ciri suatu tanaman.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Padi merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun yang


menghasilkan beras sebagai sumber makanan yang utama di kebanyakan masyarakat
Indonesia (Dahlan, 2012). Taksonomi tanaman padi diklasifikasikan kedalam divisi
spermatophyta, termasuk kedalam kelas monocotyledoneae, ordo adalah poales,
famili adalah graminae, genus adalah Oryza, dan spesiesnya adalah Oryza sativa L.
(Utama, 2015). Terdapat 25 spesies Oryza, yang dikenal adalah Oryza sativa dengan
dua subspesies yaitu Indica (padi bulu) dan Sinica (padi cere). Berdasarkan
pengelolaan perairan pada budidaya, padi dibedakan dalam dua tipe yaitu padi kering
(gogo) dan padi sawah yang memerlukan penggenangan (Nazirah dan Damanik,
2015).

Tanaman padi terdiri dari dua bagian utama yaitu, bagian vegetatif (fase
pertumbuhan) dan bagian generatif (fase reproduktif). Bagian vegetatif tanaman padi
antara lain daun, batang dan akar, sedangkan bagian generatif tanaman padi meliputi
bunga, malai dan gabah (Purwono dan Purnamawati, 2007). Daun tanaman padi
muncul pada buku-buku dengan susunan berseling dan berbentuk lanset (sempit
memanjang) serta memiliki pelepah daun. Tiap buku tumbuh satu daun yang terdiri
dari pelepah daun, helai daun (auricle), telinga daun dan lidah daun (ligule) (Purwono
dan Purnamawati, 2007). Daun terpanjang tanaman padi berada pada daun keempat
dari daun bendera.

Batang tanaman padi berbentuk bulat, berongga dan beruas. Antara ruas yang
satu dengan yang lain dipisahkan oleh satu buku. Ruas batang tanaman padi sangat
pendek dan rapat pada awal pertumbuhan dan akan memanjang ketika memasuki fase
produktif. Batang sekunder tumbuh pada bagian buku paling bawah dan batang
sekunder akan menjadi batang tersier (Meiliza, 2006). Sistem perakaran tanaman padi
adalah serabut, yang sangat efektif dalam penyerapan hara akan tetapi peka terhadap
kondisi tanah yang kering. Akar tanaman padi memiliki saluran aerenchym yang
berfungsi untuk menyediakan oksigen di daerah perakaran ketika tanaman padi
tergenang air (anaerob). Saluran aerenchym memiliki bentuk menyerupai pipa yang
memanjang sampai ujung daun (Purwono dan Purnawati, 2007). Akar primer
merupakan akar yang tumbuh dari kecambah benih dan akar seminal tumbuh di dekat
buku (Meiliza, 2006).

Bagian generatif tanaman padi meliputi malai, bunga dan gabah. Setiap unit
bunga pada malai disebut dengan spikelet. Spikelet terdiri atas tangkai, bakal buah,
lemma, palea, putik, dan benang sari (Utama, 2015). Malai tanaman padi memiliki 8-
10 buku yang menghasilkan cabang primer. Perbandingan jumlah bunga tiap malai
dengan panjang malai merupakan kepadatan malai (Purwono dan Purnamawati,
2007). Bunga tanaman padi merupakan bunga serangkai yang membentuk malai.
Tangkai bunga padi adalah ruas batang terakhir yang bercabang, pada cabangcabang
tersebut terdapat bunga yang terbentuk sebagai gabah (Meiliza, 2006).

Ada beberapa varietas yang akan diamati antara lain: Situ Bagendit adalah
varietas padi lokal yang berasal dari Jawa Barat, Indonesia. Tanaman padi ini
memiliki tinggi batang yang sedang, daun yang lebar, dan tahan terhadap kekeringan
ringan. Biji padi Situ Bagendit berbentuk bulat dan panjang, dengan tekstur beras
pulen. Varietas ini cocok untuk pertanian skala kecil dan menengah. Masa panen padi
Situ Bagendit umumnya memerlukan sekitar 120-130 hari setelah tanam.

Varietas padi Way Apo Buru diharapkan dapat menggantikan Varietas IR-64
dan memenuhi harapan para petani karena varietas ini merupakan hasil persilangan
dengan tetua IR-64, sehingga memiliki persamaan dengan IR-64 didalam umur, rasa,
produksi, tahan terhadap wereng coklat dan hawar daun strain III dan IV. Ciri-ciri
varietas ini bentuk tanamannya tegak, dengan tinggi tanaman 105 -113 cm, jumlah
anakan produktif 15 - 18 batang, dan tekstur nasi pulen. Keunggulan varietas ini
adalah ketahanan terhadap wereng cokelat biotipe 2 dan rentan biotipe 3, selain itu
varietas Way Apo Buru mempunyai ketahanan terhadap penyakit Hawar Daun
Bakteri strain III dan IV. Umur tanaman 115 -120 hari dan memilki potensi produksi
yang cukup tinggi.

Benih padi inpari 32 merupakan jenis benih padi sawah irigrasi yang berasal
dari turunan varietas ciherang, yang memiliki umur panen 120 hari dan menghasilkan
produksi 8,42 ton/ha. Benih padi inpari 32 termasuk jenis varietas padi yang tahan
ketika terjadi serangan hama wereng (Sutrisno et al., 2014). Penanaman benih padi
inpari 32 harus menggunakan sistem jajar legowo, karena sistem tersebut memiliki
kelebihan yaitu mempermudah sinar matahari masuk untuk membantu proses
fotosintesis, membantu dalam proses pemupukan dan dapat meningkatkan pupulasi
padi yang tumbuh (Aini et al., 2013).
BAB 3. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum penyandraan tanaman menyerbuk sendiri ini dilaksanakan pada hari
Jumat, 23 Februari 2024 pukul 09.00-11.00. Di labroratorium Teknik Produksi Benih
lantai 1, jurusan Produksi Pertanian Politeknik Negeri Jember.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
1. Meteran
2. Buku panduan
3. Kertas HVS
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan merupakan komoditi padi varietas :
1. 2 sampel padi varietas Way Apo Buru berumur 63 HST
2. 3 sampel padi varietas Inpari 32 berumur 55 HST
3. 3 sampel padi varietas Situbagendit berumur 60 HST

3.3 Prosedur Kerja


1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Setiap anggota kelompok berpencar mengamati varietas padi yang berbeda.
3. Melakukan penyanderaan tanaman yang tersedia dengan mengamati bagian-
bagian berikut berdasarkan buku panduan :
a. Umur tanaman k. Posisi daun
b. Bentuk tanaman l. Daun bendera
e. Tinggi tanaman m. Bentuk gabah
d. Anakan produktif n. Kerontokan
e. Warna kaki o. Lebar daun
f. Warna batang p. Panjang daun
g. Warna telinga daun q. Warna leher
h. Warna lidah daun r. bentuk lidah
i. Warna daun s. Tipe malai
j. Muka daun
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 1. Deskripsi Varietas Tanaman Padi Way Apo Buru

Keterangan
No Karakteristik Rata-rata
Sempel 1 Sempel 2 Sempel 3
1 Umur tanaman 63 HST 63 HST
2 Bentuk tanaman Tegak Tegak
3 Tinggi tanaman 122,1 cm 114,5 cm 133,3 cm
4 Anakan produktif 25 17 21
5 Warna kaki Hijau Hijau
kekunigan kekuningan
6 Warna batang Hijau Hijau
7 Warna telinga daun Putih Putih
8 Warna lidah daun Putih putih
9 Warna daun Hijau Hijau
10 Muka daun Sedang Sedang
11 Posisi daun Tegak Tegak
12 Daun bendeta Sedang Sedang
13 Bentuk gabah Lonjong Lonjong
14 Kerontokan Sulit Sulit
15 Warna leher Hijau muda Hijau muda
16 Panjang daun 47 cm 45,3 cm 46,1 cm
17 Panjang lidah daun 4 cm 1 cm 2,3 cm
18 Lebar daun 1,3 cm 1,3 cm 1,3 cm

Tabel 2. Deskripsi Varietas Tanaman Padi Inpari

Keterangan
No Karakteristik Rata-rata
Sempel 1 Sempel 2 Sempel 3
1 Umur tanaman 55 HST 55 HST 55 HST
2 Bentuk tanaman Tegak Tegak Tegak
3 Tinggi tanaman 97 cm 103 cm 99 cm 99,3 cm
4 Anakan produktif 16 23 24 21
5 Warna kaki Hijau Hijau Hijau
6 Warna batang Hijau Hijau Hijau
7 Warna telinga daun Kuning Kuning Kuning
8 Warna lidah daun Putih Putih Putih
9 Warna daun Hijau Hijau Hijau
10 Muka daun Sedang Sedang Sedang
11 Posisi daun Tegak Tegak Tegak
12 Daun bendeta Mendatar Mendatar Mendatar
13 Bentuk gabah Ramping Ramping Ramping
14 Kerontokan Sulit Sulit Sulit
15 Warna leher daun Hijau muda Hijau muda Hijau muda
16 Panjang daun 34 cm 36 cm 27,3 cm 32,4 cm
17 Panjang lidah daun 1,5 cm 2 cm 1,5 cm 1,5 cm
18 Lebar daun 1,5 cm 1,5 cm 1,3 cm 1,4 cm
19 Panjang malai 8,5 cm 11 cm 8,3 cm 9,2 cm
20 Jumlah anakan 22 28 29

Tabel 3. Deskripsi Varietas Tanaman Tadi Situ Bagendit

Keterangan
No Karakteristik Rata-rata
Sempel 1 Sempel 2 Sempel 3
1 Umur tanaman 60 HST 60 HST 60 HST
2 Bentuk tanaman Tegak Tegak Tegak
3 Tinggi tanaman 80,1 cm 87,2 cm 87,2 cm 84,8 cm
4 Anakan produktif 11 13 14 12,6 cm
5 Warna kaki Putih Putih Putih
kekuningan kekuningan kekuningan
6 Warna batang Hijau Hijau Hijau
7 Warna telinga daun Putih Putih Putih
8 Warna lidah daun Putih Putih Putih
9 Warna daun Hijau Hijau Hijau
10 Muka daun Tidak Tidak Tidak
berambut berambut berambut
11 Posisi daun Tegak Tegak Tegak
12 Daun bendeta Tegak Tegak Tegak
13 Bentuk gabah Ramping Ramping Ramping
14 Kerontokan Sulit Sulit Sulit
15 Warna leher daun Hijau Hijau Hijau
16 Panjang daun 37 cm 33 cm 26,5 cm 32,1 cm
17 Panjang lidah daun 0,9 cm 0,7 cm 1,0 cm 0,8 cm
18 Lebar daun 1,2 cm 1,1 cm 1,3 cm 1,2 cm
4.2 Pembahasan

Karakter atau ciri morfologi masing-masing genotipe tanaman padi memiliki


ciri khas yang berbeda. Masing-masing genotipe miliki kelebihan dan kekurangan.
Baik dari jumlah anakan produktif, maupun umur dari tanaman itu sendiri. Setiap
varietas padi bisa memiliki persamaan ataupun perbedaan ciri atau karakter. Adanya
persamaan ataupun perbedaan tersebut dapat digunakan. untuk mengetahui jauh
dekatnya hubungan kekerabatan antara varietas – varietas padi. Semakin banyak
persamaan ciri, maka semakin dekat hubungan. kekerabatannya. Sebaliknya, semakin
banyak perbedaan ciri, maka semakin jauh hubungan kekerabatannya.
Pengelompokan ciri yang sama merupakan dasar untuk pengklasifikasian (Irawan B
dan Purbayanti Kartika, 2008).

Menurut Lesmana, dkk. (2004), ciri morfologi yang sering digunakan sebagai
pembeda varietas padi adalah tinggi tanaman, bentuk tanaman, jumlah anakan
produktif,warna kaki, warma batang, wama daun, warna telinga daun, warna lidah
daun, muka daun, daun bendera, bentuk gabah, kerontokan, warna leher daun,lebar
daun, panjang daun, panjang lidah daun, panjang malai, bentuk lidah daun. Jadi,
karakter atau ciri morfologi tanaman setiap genotipe dapat dijadikan sebagai identitas
atau pengenal dalam pelestarian agar dapat dikembangkan secara terus menerus.

Hasil pengamatan praktikum penyandraan tanaman pada komoditi padi


varietas Woy Apo Buru didapatkan hasil pada Tabel 1. dan dapat dilihat ada beberapa
perbedaan karakteristik dari deskripsi varietas Woy Apo Buru

Gambar 1. Deskripsi varietas Woy Apo Buru


Perbedaan warna kaki, tinggi tanaman, muka daun, bentuk gabah, dan kerontokan
kemungkinan disebabkan karena perbedaan umur tanaman saat diamaati. Pada
praktikum ini kami mengamati tanaman berumur 63 HST. Berdasarkan data tinggi
tanaman Woy Apo Buru memiliki tinggi tanaman melebihi deskripsi varietasnya. Hal
ini menunjukkan bahwa varietas Woy Apo Buru memiliki kemampuan tumbuh dan
beradaptasi yang baik, seperti yang tertera pada Gambar 1. Woy Apo Buru dapat
ditanaman pada musim penghujan maupun kemarau.

Pada varietas Inpari 32 antara data pengamatan dan deskripsi varietas tidak
berbeda nyata.

Gambar 2. Deskripsi varietas Inpari 32

Perbedaan bentuk gabah pada data dan deskripsi, hal ini terjadi dikarenakan tanaman
berumur 55 HST, (Albahari dkk., 2023) menyatakan interval usia berbunga varietas
berada pada kisaran 65- 82 hari setelah tanam. Di samping itu varietas inpari 32
sebagai varietas yang memiliki umur berbunga paling lama yakni 82 hari, sehingga
bentuk gabah masih belum sempurna. Setiap varietas memiliki perbedaan bentuk
gabah dari morfologinya karenanya mencirikan berat gabah tersebut, namun hal ini
juga dapat dipengaruhi respon genotipe pada setiap masing-masing varietas pada
kondisi lingkungan tumbuhnya, dengan kondisi tersebut yang mencirikan atau
membedakan masing-masing varietas.

Pada varietas Situ Bagendit menunjukkan hasil yang tidak berberbeda nyata
antara data dengan deskripsi varietas.
Gambar 3. Deskripsi varietas Situ Bagendit

Perbedaan warna kaki dan muka daun antara pengamatan dan deskripsi varietas pada
tanaman padi terletak pada cara pengamatan dan deskripsi yang
dilakukan. Pengamatan menggunakan teknik langsung melihat dan mengidentifikasi
warna kaki dan muka daun, sementara deskripsi menggunakan kata kunci atau
keterangan yang lebih umum untuk menggambarkan warna kaki dan muka daun.
Namun selain warna kaki dan muka daun, semua kriteria memenuhi hasil deskripsi
varietas yang terlihat pada Gambar 3. Deskripsi varietas Situ Bagendit. Keunggulan
suatu varietas dipengaruhi oleh interaksi antara faktor genetik varietas dengan
lingkungan tumbuh, lingkungan tumbuh yang tidak sesuai dapat menyebabkan
potensi hasil yang tinggi dari suatu varietas tidak akan muncul.
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat kita ambil yaitu:

1. Setiap varietas padi bisa memiliki persamaan ataupun perbedaan ciri atau
karakter. Adanya persamaan ataupun perbedaan tersebut dapat digunakan.
untuk mengetahui jauh dekatnya hubungan kekerabatan antara varietas –
varietas padi. Semakin banyak persamaan ciri, maka semakin dekat hubungan.
kekerabatannya. Sebaliknya, semakin banyak perbedaan ciri, maka semakin
jauh hubungan kekerabatannya.
2. Ciri morfologi yang sering digunakan sebagai pembeda varietas padi adalah
tinggi tanaman, bentuk tanaman, jumlah anakan produktif,warna kaki, warma
batang, wama daun. Warna telinga daun, warna lidah daun, muka daun, daun
bendera, bentuk gabah, kerontokan, warna leher daun,lebar daun, panjang
daun, panjang lidah daun, panjang malai, bentuk lidah daun.
3. Setiap varietas memiliki perbedaan bentuk gabah dari morfologinya
karenanya mencirikan berat gabah tersebut, namun hal ini juga dapat
dipengaruhi respon genotipe pada setiap masing-masingvarietaspada kondisi
lingkungan tumbuhnya, dengan kondisi tersebut yang mencirikan atau
membedakan masing-masing varietas.
4. Keunggulan suatu varietas dipengaruhi oleh interaksi antara factor genetik
varietas dengan lingkungan tumbuh, lingkungan tumbuh yang tidak sesuai
dapat menyebabkan potensi hasil yang tinggi dari suatu varietas tidak akan
muncul.

5.2 Saran

Mahasiswa sudah cukup baik dalam melakukan praktikum, namun mahasiswa


diharapkan lebih teliti lagi dalam menjalankan praktikum atau penelitian agar hasil
yang didapatkan tepat dan benar.
DAFTAR PUSTAKA

Albahari, A., R. Radian, dan T. Abdurrahman. 2023. Respon pertumbuhan dan hasil
beberapa varietas padi pada lahan sawah tadah hujan di desa rasau jaya. Jurnal
Sains Pertanian Equator. 12(4):720.
Irawan B., Purbayanti K. 2008. Karakterisasi Dan Kekerabatan Kultivar Padi Lokal
Rancakalong Kabupaten Sumedang. Universitas Padjadjaran.
Lesmana, O. S., H. M. Toha, 1. Las, dan B. Suprihatno. 2004. Deskripsi Varietas
Unggul Baru Padi. Sukamandi, Subang Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian-Balai Penelitian Tanaman Padi.
Meiliza, Rika. 2006. Pengaruh Pupuk terhadap Optimasi Produksi Padi Sawah di
Kabupaten Deli Serdang. [Skripsi]. Medan. Universitas Sumatera Utara
Nazirah, L dan B. Sengli J. Damanik. 2015. Pertumbuhan dan Hasil Tiga Varietas
Padi Gogo pada Perlakuan Pemupukan. Jurnal Floratek, 10:54-60.
Purwono dan Purnamawati. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul.
Penebar Swadaya. Jakarta. 139 hal.
Utama, M.Zulman Harja. (2015).Budidaya Padi Lahan Marjinal Kiat Meningkatkan
Produksi Padi.Yogyakarta:Andi.
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai