Anda di halaman 1dari 15

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang kaya akan flora dan fauna.

Kekayaan sumber daya alam hayati itu baru sebagian yang sudah

dimanfaatkan. Tumbuhan yang digunakan meliputi untuk bahan pangan,

pakaian, perumahan, obat dan sebagainya. Selain jenis-jenis tumbuhan tersebut

ada sebagian kecil tumbuhan yang termasuk golongan tumbuhan mengandung

zat racun, walaupun tidak begitu membahayakan bagi kehidupan kita. Banyak

tumbuhan liar lainnya yang sampai saat ini merupakan sumber daya hayati

tetapi belum diketahui manfaat maupun kerugian yang mungkin ditimbulkanya

(Kuncoro, 2006).

Sejak mengenal bercocok tanam, masyarakat sering mengalami

gangguan yang bersifat menghambat, merusak, menghancurkan, atau

menggagalkan panen. Di beberapa lokasi, adanya gangguan hama

menyebabkan masyarakat tidak dapat melakukan budidaya tanaman.

Sebenarnya sejak benih disebarkan hingga tanaman dipanen selalu dihadapkan

kepada gangguan alami yang bersifat biotik maupun abiotik. Oleh karena itu,

untuk mendapatkan hasil panen yang sesuai dengan kemampuan genetiknya

seperti benih induk semula maka masyarakat harus mampu mencegah atau

mengatasi terjadinnya gangguan pada tanaman tersebut. Di alam ada 2

1
golongan besar pengganggu tanaman yaitu biotik (gulma, penyakit tumbuhan,

dan hama) dan abiotik (cuaca) (Sinaga, 2003).

Hama merupakan suatu organisme penyebab kerusakan pada tanaman.

Hama tersebut dapat berupa binatang misalnya molusca sawah, wereng, tikus,

ulat, tungau, ganjur dan belalang. Hama dapat merusak tanaman secara

langsung maupun tidak langsung. Hama yang merusak secara langsung dapat

dilihat bekasnya, misalnya gerekan dan gigitan. Sedangkan hama yang merusak

tanaman secara tidak langsung melalui penyakit yang dibawa hama tersebut.

Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dari benih, pembibitan hingga

pemanenan tidak luput dari gangguan hama. Dari satu komoditi pertanian di

Indonesia misalnya padi, petani menderita kerugian karena gangguan hama.

Demikian besarnya peran pengganggu hama pada tanaman terhadap kehidupan.

Perkembangan molusca sawah (Pila ampulaceae) meningkat dalam

waktu yang relatif cepat, sehingga cepat pula merusak tanaman padi. Molusca

sawah (Pila ampulaceae) disebut hama karena menjadi pemakan tanaman padi

di areal persawahan dengan cara penempelkan telurnya dibatang-batang padi.

Ketika menetas, keong-keong tersebut memakan batang padi sehingga semua

tanaman padi yang di tempati oleh keong akan mati. Pada tingkat serangan

yang berat molusca sawah (Pila ampulaceae) mampu merusak banyak tanaman

padi, sehingga petani harus menyulam atau menanam ulang. Kerugian yang

disebabkan oleh molusca sawah (Pila ampulaceae) bukan hanya turunnya hasil

panen, tetapi juga bertambahnya biaya pengendalian.

2
1.2 Rumusan masalah

a. Untuk mengetahui pengendalian hama keong mas pada tanaman

padi.

1.3 Tujuan Penulisan

a. agar mahasiswa mengatahui teknik dan cara pengendalian hama

keong mas pada tanaman padi.

3
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Padi
1. Karakteristik tanaman padi

Padi termasuk dalam suku padi-padian atau poaceae (graminae atau


glumiflorae). Berakar serabut, daun berbentuk lanset (sempit memanjang), urat
daun sejajar, memiliki pelepah daun, bunga tersusun sebagai bunga majemuk
dengan satuan bunga berupa loret, floret tersusun dalam spikelet, khusus untuk
padi satu spikelet hanya memiliki satu floret, buah dan biji sulit dibedakan karena
merupakan bulir atau kariopsis. Daun berbentuk lanset,warna hijau muda hingga
hijau tua,berurat daun sejajar,tertutupi oleh rambut yang pendek dan jarang
(Wikipedia Indonesia, 2012).

2. Syarat tumbuh tanaman padi

Padi dapat tumbuh pada ketinggian 0-1500 mdpl dengan temperatur 19 -


27ºC, memerlukan penyinaran matahari penuh tanpa naungan. Angin berpengaruh
pada penyerbukan dan pembuahan. Padi menghendaki tanah lumpur yang subur
dengan ketebalan 18-22 cm dan pH tanah 4 – 7 (Prabowo, 2011).

3. Periode pertumbuhan tanaman padi

Pertumbuhan tanaman padi dibagi ke dalam tiga fase (Anonim, 2012) yaitu :

4
a. Vegetatif (awal pertumbuhan sampai pembentukaan)

1. Berkecambah sampai muncul kepermukaan


Benih dikecambahkan melalui perendaman dan diinkubasi masing-masing
selama 24 jam. Pada hari ke-2 atau ke-3 setelah benih disebar di
persemaian, daun pertama menembus keluar melalui koleoptil.
2. Pertunasan
Selama tahap ini, akar seminal dan lima daun terbentuk. Daun berkembang
pada kecepatan satu daun setiap 3 sampai 4 hari selama tahap awal
pertumbuhan. Bibit umur 18 hari siap untuk di tanam pindah. Bibit
memiliki 5 daun dan sistem perakaranyang berkembang dengan cepat.
3. Anakan
Tahap ini berlangsung sejak munculnya anakan pertama sampai
pembentukan anakan maksimum tercapai. Ini terjadi pada 30 hari setelah
pindah tanam. Pada tahap ini, anakan terus bertambah sampai pada titik
dimana sukar dipisahkan dari batang utama.
4. Pemanjangan batang
Tahapan ini terjadi sebelum pembentukan malai atau terjadi pada tahap
akhir pembentukan anakan. Hal ini diikuti oleh memanjangnya batang
(internode),dan akhirnya sampai ke tahap pembentukan malai.

b. Reproduksi (pembentukan malai sampai pembungaaan)

1. Pembentukan malai sampai bunting


Inisiasi primordia malai pada ujung tunas tumbuh menandai mulainya fase
reproduksi. Malai muda meningkat dalam ukuran dan berkembang ke atas
di dalam pelepah daun bendera menyebabkan pelepah daun
menggembung. Penggembungan daun bendera disebut bunting. Pada tahap
bunting, ujung daun layu (menjadi tua dan mati) dan anakan non produktif
terlihat pada bagian dasar tanaman.
2. Keluar malai

5
Tahap keluar malai ditandai dengan kemunculan ujung malai dari pelepah
daun bendera.Malai terus berkembang sampai keluar seutuhnya dari
pelepah daun.
3. Pembungaan
Pada pembungaan, kelopak bunga terbuka, antera menyembul keluar dari
kelopak bunga karena pemanjangan stamen dan serbuk sari tumpah.
Kelopak bunga kemudian menutup. Serbuk sari jatuh ke putik, sehingga
terjadi pembuahan.

C. Pematangan (pembungaan sampai gabah matang)


1. Gabah matang susu
Pada tahap ini, gabah mulai terisi dengan cairan serupa susu. Gabah mulai
terisi dengan larutan putih susu, dapat dikeluarkan dengan menekan atau
menjepit gabah di antara dua jari.
2. Gabah setengah matang
Pada tahap ini, isi gabah yang menyerupai susu berubah menjadi gumpalan
lunak dan akhirnya mengeras. Gabah pada malai mulai menguning.
Pelayuan (senescense) dari anakan dan daun di bagian dasar tanaman
nampak semakin jelas. Pertanaman kelihatan menguning. Seiring
menguningnya malai, ujung dua daun terakhir pada setiap anakan mulai
mengering.
3. Gabah matang penuh
Setiap gabah matang, berkembang penuh, keras dan berwarna kuning.
Daun bagian atas mengering dengan cepat (daun dari sebagian varietas ada
yang tetap hijau). Sejumlah daun yang mati terakumulasi pada bagian
dasar tanaman.

6
B. Keong Mas (Pomacea canaliculata Lamark)
a. Klasifikasi Ilmiah

Kingdom : Animalia Phylum : Mollusca Class : Gastropoda

Ordo : Archetinaenioglossa Family : Scolioidea

Genus : Pomacea

Spesies : Pomacea canaliculata

b. Morfologi

Karakteristik keong mas (Pomacea canaliculata Lamark) adalah sebagai


berikut: rumah siput bundar dan menara pendek, rumah siput besar, tebal, lima
sampai enam putaran di dekat menara dengan kanal yang dalam, mulut besar
dengan bentuk bulat sampai oval, operkulum tebal rapat menutup mulut, berwarna
coklat sampai kuning muda, tergantung pada tempat berkembangnya, dagingnya
lunak berwarna putih krem atau merah jambu keemasan atau kuning oranye
(Suharto dan Kurniawati, 2012).

c. Habitat

Keong mas merupakan hewan yang dapat hidup di daerah tropik dan
subtropik dengan temperatur terendah 10ºC. Hewan ini bersifat amfibhi karena
mempunyai insang dan paru-paru sebagai organ pernafasannya. Paru-paru ini

7
menutup kembali jika sedang tenggelam di air dan dalam tanah. Keong mas ini
juga dapat bergerak sambil mengambang dengan menggunakan sifon pernafasan.
Apabila habitatnya dalam keadaan kekurangan air

maka keong mas akan berdiapause dengan cara membenamkan diri pada
lumpur yang dalam, hal ini dapat bertahan selama 6 bulan. Keong mas dapat
hidup pada lingkungan yang berat seperti air terpolusi atau kurang kandungan
oksigen (Budiyono, 2006).

d. Penyebaran

Habitat asli dari keong mas berasal dari Amerika Serikat yang menyebar
ke beberapa negara hingga Indonesia. Hal tersebut dikarenakan penyebarannya
yang sangat cepat. Invasi keong mas berkaitan dengan daya reproduksi yang
tinggi, kemampuan beradaptasi yang cepat, dan rakus makan pada tanaman inang
yang beragam.

e. Siklus Hidup

Siklus hidup keong mas atau siput murbai dibagi ke dalam empat tahap (Sesbany,
2012), yakni:

a. Masa bertelur

Induk betina yang bertelur akan menempatkannya di galengan, di tepi kolam,


tonggak kayu di atas permukaan air, dedaunan atau tempat lainnya. Telur-telurnya
berwarna merah muda dan menggumpal. Satu kelompok telur ukurannya
mencapai 1,5 cm x 10 cm. Telur akan menetas dalam jangka waktu 1 – 2 minggu.

b. Masa pertumbuhan awal (15 – 25 hari)

Wujudnya yang kecil dan sulit ditemukan akan menimbulkan bahaya laten
ketika beranjak dewasa. Keong mas muda ukurannya relatif kecil dan berwarna
putih, karena mempunyai kebiasaan menyebar sehingga sulit terlihat. Kulit
cangkang halus dan akan mengeras dalam waktu 2 hari setelah penetasan.

8
c. Masa pertumbuhan lanjut (dewasa atau 26 – 59 hari)

Cangkang keong mas berwarna coklat muda, dagingnya berwarna putih


susu sampai merah keemasan atau orange. Ukuran keong sangat tergantung pada
ketersediaan makanan. Stadia yang paling merusak ketika cangkang berukuran 10
mm (kira-kira sebesar biji jagung).

d. Masa berkembang biak (reproduksi)

Dimulai sejak 60 hari sampai 3 tahun, keong mas masih bereproduksi


dengan cepat. Keong mas dapat bertelur 1000 – 1200 butir dalam sebulan. Keong
mas melakukan perkawinan selama 3 – 4 jam pada siang hari pada tumbuhan yang
rimbun dan mendapat air sepanjang tahun.

f. Daya Rusak

Keong mas memiliki mulut yang berada di antara tentakel bibir dan memiliki
radula, yaitu lidah yang dilengkapi beberapa baris duri yang tiap baris terdiri atas
tujuh duri. Radula memarut jaringan tanaman pada perbatasan permukaan air
sehingga tanaman patah dan dimakan. Tingkat kerusakan tanaman padi sangat
tergantung pada populasi , ukuran keong, dan umur tanaman. Tiga ekor per m²
tanaman padi akan mengurangi hasil secara nyata. Semakin besar ukuran diameter
keong mas, kerusakan yang ditimbulkan semakin besar (Suharto dan Kurniawati,
2012).

9
II. PEMBAHASAN

2.1 Pengendalian Hama Keong Mas

1. Sebelum penggaruan terkahir, melakukan pengambilan keong mas secara


langsung yang dapat dilakukan pada pagi dan sore hari ketika keong masih
aktif dan mudah diambil. Hal ini dilakukan pada tahap pengolahan lahan.
2. Selama penggaruan terakhir, pada saat pengolahan lahan dibuat caren yang
dalam dengan lebar 25 cm dan dalamnya 5 cm (Sulistiono, 2007 dalam
Gassa, 2011). Caren berfungsi untuk penjebakan terhadap keong mas,
dimana keong mas akan pindah ke dalam saluran tersebut, jika permukaan air
berkurang dan dapat dilakukan pengumpulan.
3. Menggunakan tanaman atraktan yang diletakkan dalam petakan sawah secara
berjejer, berjarak 1 – 2 meter antar umpan, yang dilakukan sebelum panen
hingga 5 minggu setelah tanam. Jumlah atraktan yang diperlukan yaitu ± 40
kg per hektar. Tanaman atraktan yang dapat digunakan yaitu daun pepaya
(Carica papaya). Pemberian inang alternatif atau umpan berupa potongan
batang dan daun pepaya dapat melokalisir keberadaan keong mas sehingga
memudahkan dalam hal pemungutan (Wiresyamsi dan Haryanto, 2008). Hal
ini dapat diaplikasikan baik pada saat pengolahan lahan (sebelum tanam)
maupun saat penanaman (vegetatif dan reproduktif).
4. Penggunaan pestisida nabati, misalnya dengan buah pinang (Areca catechu).
Buah pinang mengandung zat arecoline sejenis alkaloid yang serupa dengan
nikotin merupakan sebuah ester metal-tetrahidrometil-nikotinat yang
berwujud minyak basa keras bersifat toksik dan menyebabkan kelumpuhan
dan terhentinya pernafasan (Chemnitius, 1926 dalam Gassa, 2011). Dengan
menggunakan konsentrasi 2,5% menyebabkan mortalitas keong mas sebesar
100%.
5. Pemungutan telur keong Sebelum hama keong mas merajarela, maka langkah
yang paling tepat untuk pencegahannya adalah dengan memungut dan

10
memusnahkan telur keong mas yang menempel pada pangkal batang dan daun
tanaman padi.
6. Menaburkan kapur Jika telur hama keong mas sudah terlanjur berkembang
menjadi keong mas dewasa yang mengancam lahan persawahan, maka cara
lain yang patut dicoba adalah dengan menggunakan kapur yang biasa
digunakan sebagai bahan bangunan. Caranya adalah dengan menaburkan
kapur tersebut di sekitar lahan, maka hama keong mas akan musnah dengan
sendirinya.
7. Pengelolaan air Keong mas aktif pada air yang menggenang, oleh karena itu
perataan tanah dan pengeringan sawah yang baik dapat membantu
mengendalikan keong mas. Parit kecil dengan lebar 15-25cm dan dalam 5cm
perlu dibuat untuk memudahkan pengeringan dan juga sebagai titik fokus
dalam mengumpulkan keong.
8. Pemanfaatan musuh alami, Bebek ditempatkan di sawah selama persiapan
lahan tahap akhir atau setelah tanaman tumbuh cukup besar (misalnya 30-35
hari setelah tanam) agar dapat memakan keong mas secara langsung.
9. Pengendalian secara kimia Pengendalian secara kimia ini lebih baik dijadikan
sebagai alternatif terakhir jika pengendalian dengan cara mekanis dan alami
belum memberikan hasil yang baik. Pestisida yang dapat digunakan adalah
yang berbahan aktif Niclos Amida dan Deris. Sebaiknya dipilih produk-
produk yang tersedia di toko pertanian yang memiliki kadar racun rendah
terhadap manusia dan lingkungan.

11
10. Menancapkan ajir bambu sebagai perangkap telur keong mas pada sela-
sela tanaman padi dan di saluran air untuk menarik keong mas dewasa
bertelur. Dengan cara ini kelompok telur muda dapat terkumpul untuk
kemudian diambil dan dihancurkan.
11. Penggembalaan itik yang sering disebut ISG (Itik Sistem Gembala). Hal
ini dapat dilakukan pada saat pengolahan lahan, saat penanaman,
maupun setelah panen. Penggembalaan itik pada saat masa tanam
dilakukan pada 30 – 35 hari setelah tanam (HST). Itik dilepaskan di
daerah areal persawahan dan selanjutnya akan memangsa baik keong
mas yang dapat dilakukan pada pagi dan sore hari. Pelepasan itik ke
lahan sawah memberi manfaat ganda. Pertama, perkembangan keong
mas dan hama lain dapat terkendali. Kedua, dapat memperbaiki aerasi di
sekitar perakaran padi. keadaan tersebut dapat memperbanyak anakan
produktif sehingga produksi tanaman menjadi lebih banyak
(Sulistiono,2007 dalam Sesbany, 2011).

Pengendalian keong mas di atas dapat dikelompokkan menurut stadia


tanaman padi dapat diringkas sebagai berikut.

Sebelum Penanaman Masa Penanaman Setelah Panen


 Pengambilan  Pembuatan ajir bambu  ISG (Itik
secara manual  Penggunaan Sistem Gembala)
 Pembuatan caren tanaman atraktan
 Penggunaan  Penggunaan
tanaman atraktan pestisida nabati
 Penggunaan  ISG (Itik
pestisida nabati Sistem Gembala)
 Pemberian pupuk
dasar
 ISG (Itik
Sistem Gembala)

12
IV. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Teknik pengendalian keong mas pada tanaman padi dapat dikelompokkan sesuai
dengan perkembangan tanaman padi antara lain:

1. Sebelum penanaman (pengolahan lahan), dengan cara pengambilan


secara manual, pembuatan caren, penggunaan tanaman atraktan dan
pestida nabati, pemberian pupuk, ISG (Itik Sistem Gembala).
2. Masa penanaman (vegetatif dan reproduktif), dengan cara pembuatan
ajir bambu, penggunaan tanaman atraktan dan pestisida nabat, serta
ISG (Itik Sistem Penggembalaan).
3. Setelah panen dapat ditempuh dengan cara ISG (Itik Sistem Gembala).

3.2 Saran

Dari hasil penulisan karya tulis ini diharapkan ada upaya antisipasi terutama
dari pemerintah dan para cendekia dalam menanggulangi hama keong mas melalui
pendayagunaan hama keong mas sebagai bahan alternatif pembuatan kecap. Tindakan
yang mungkin dapat dilakukan yaitu:

a. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai dampak negatif dari


penggunaan bahan kimia dalam memberantas hama keong mas.
b. Menganjurkan kepada masyarakat untuk mendayagunakan hama keong mas
sebagai bahan alternatif kecap.
c. Memberikan hasil karya tulis ini sebagai bahan rekomendasi untuk memasukkan
topik “Pendayagunaan Hama Keong Mas dalam Mencegah Kerusakan
Lingkungan” sebagai salah satu sub pokok bahasan dalam pokok bahasan
“Pelestarian Lingkungan dan Sumber Daya Alam” yang diajarkan di bangku

13
sekolah menengah umum maupun sekolah lanjutan agar siswa mengetahui
manfaat dari keong mas dan dampaknya terhadap banyak bidang.

14
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Fase Pertumbuhan Padi.


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22086/4/Chapter%20II.
pdf. Akses 10 oktober 2019.
Budiyono, S. 2006. Teknik Mengendalikan Keong Mas Pada Tanaman Padi. Jurnal
Ilmu- ilmu Pertanian. Volume 2, Nomor 2.
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=jurnal+hama+keong+mas+me
nyerang+t
anaman+padi.pdf&source=web&cd=1&cad=rja&ved=0CB0QFjAA&url=
http%3A
%2F%2Fstppyogyakarta.com%2Fwp-
content%2Fuploads%2F2009%2F11%2FIIP_0202_06_Suharto_Budiyon
o.pdf&ei=
WqNhUL70C8XjrAfmyIGwAg&usg=AFQjCNF_1ddc_TPg7CECuAe2I
HXx5cYO KA. Akses 10 oktober 2019.
Gassa, A. 2011. Pengaruh Buah Pinang (Areca catechu) Terhadap Mortalitas keong
Mas (Pomacea canaliculata) Pada Berbagai Stadia. Jurnal
Fitomedika.7(3):171-174.
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=jurnal+hama+keong+mas+me
nyerang+t
anaman+padi.pdf&source=web&cd=8&cad=rja&ved=0CEQQFjAH&url
=http%3A

%2F%2Ffp.unram.ac.id%2Fdata%2FProfil%2520Jurusan%2FJurnal%252
0Crop%2
520Agro%2FJurnal%2520Crop%2520Agro%2520Vol%25201%2520No
%25202%2
F9.AstamWiresyamsih-137-
143.pdf&ei=WqNhUL70C8XjrAfmyIGwAg&usg=AFQjCNFhVSHjxA4x
f2cLAzg4 su4MQnof8g. Akses 10 oktober 2019.

Kardinan, A. 2002. Pestisida Nabati Ramuan dan Aplikasi.


Wikipedia Indonesia. 2012. Padi. http://id.wikipedia.org/wiki/Padi. Akses 10
oktober 2019.

15

Anda mungkin juga menyukai