Oleh
FAKULTAS PERTANIAN
PEKANBARU
2019
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan tanaman berbentuk semak yang
tumbuh tegak. Tanaman kacang hijau berasal dari India, menyebar ke berbagai Negara Asia
Tropis, termasuk ke Indonesia di awal abad ke-17 (Purwono dan Purnawati, 2007). Tanaman
kacang hijau merupakan salah satu tanaman Leguminosae yang cukup penting dan populer di
Indonesia. Posisinya menduduki tempat ketiga setelah kedelai dan kacang tanah.
Namun menurut data BPS tahun 2014 produktivitas dan produksi kacang hijau kurun
waktu 2011-2013 mengalami tren penurunan. Produktivitas kacang hijau nasional pada tahun
2013 mencapai 11,24 kuintal/Ha sedangkan produksi kacang hijau mencapai 20.467 ton.
Sesuai data tersebut dapat diketahui terdapat permasalahan yang menyebabkann rendahnya
Data produksi kacang hijau di Riau menurut Badan Pusat statistik (BPS) yaitu untuk
produksi kacang hijau di provinsi Riau sebesar 645 ton pada tahun 2014 dan pada tahun 2015
sebesar 598 ton. Produksi tersebut mengalami penurunan, bila dibandingkan dengan tahun
2014. Hal ini dipengaruhi oleh kurang nya peminat atas kacang hijau tersebut bila
Permasalahan umum pada tanah marginal lahan kering dari batuan sedimen masam
adalah reaksi tanah masam, kandungan bahan organik rendah, ketersediaan dan cadangan hara
rendah, serta kejenuhan Al tinggi. Tindakan praktis untuk mem-perbaiki sifat kimia tanah
Al, 2) pemberian pupuk makro maupun mikro untuk memperbaiki kesuburan tanah, serta 3)
penambahan bahan organik yang berfungsi sebagai bufer terhadap pH rendah dan toksisitas Al
melalui pembentukan khelat (Brown et al. 2008). Penambahan bahan organik juga dapat
meningkatkan stabilitas tanah dan mendukung pengelolaan lahan sistem konservasi (Erfandi et
al. 1999).
meretensi air dan hara yang rendah, serta tanah rawan kekeringan dan peka erosi. Tekstur yang
kasar juga mening-katkan laju infiltrasi serta pencucian hara dan basa-basa di dalam tanah.
Yang et al. (2008) mengemukakan bahwa tanah yang bertekstur kasar dicirikan oleh kandung-
an oksida Fe/Al, bahan organik, dan kandungan liat yang rendah. Oleh karena itu, pupuk P
yang diberikan ke dalam ta-nah akan mudah hilang tercuci bersama air perkolasi karena
kemampuan tanah meretensi hara rendah. Penggunaan biosolid, yaitu pupuk organik yang
diperkaya dengan Fe dan Al, dapat mengurangi kehilangan P hingga < 1%. Fe dan Al oksida
dari biosolid berperan aktif dalam mengurangi pencucian P melalui pengikatan dalam bentuk
Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan. Hewan yang
kotorannya sering digunakan untuk pupuk kandang adalah hewan yang bisa dipelihara oleh
Sedangkan kambing memiliki kandungan Nitrogen sebesar 0,6%, Phospor 0,3%, dan Kalium
0,17%, serta ayam memiliki kandungan Nitrogen sebesar 1%, Phospor 0,8%, dan Kalium
0,4%. Perbedaan kandungan unsur hara ini disebabkan oleh beberapa faktor yakni jenis
hewan, jenis makanan yang diberikan serta umur dari ternak itu sendiri (Tohari, 2009).
Beberapa alasan dari penggunaan pupuk kandang yang berasal dari kotoran sapi,
kambing dan ayam sebagai pengganti pupuk kimia dikarenakan bahannya mudah diperoleh,
mempunyai kandungan unsur hara Nitrogen yang tinggi, dan merupakan jenis pupuk panas
yang artinya adalah pupuk yang penguraiannya dilakukan oleh jasad renik tanah berjalan
dengan cepat, sehingga unsur hara yang terkandung di dalam pupuk kandang tersebut dapat
A. .Tujuan
Marjinal.
B. Manfaat
Dengan melakukan praktikum ini diharapkan menjadi bahan informasi tentang kepada
kami dan kepada masyarakat tentang pemberian pupuk kompos dan NPK 16-16-16
Tanaman kacang hijau sudah lama dikenal dan ditanam oleh masyarakat tani di
Indonesia. Asal usul tanaman kacang hijau diduga dari kawasan India. Nikolai Ivanovich
Vavilov, seorang ahli botani Soviet, menyebutkan bahwa India merupakan daerah asal
sejumlah besar suku Leguminosae. Salah satu bukti yang mendukung pendapat Vavilov
adalah ditemukannya plasma nutfah kacang hijau jenis Phaseolus mungo di India atau disebut
Penyebaran kacang hijau meluas ke berbagai daerah beriklim tropis di Asia seperti:
Taiwan, Thailand, dan Filipina. Data AVRDC menunjukkan bahwa produksi kacang hijau di
beberapa negara Asia pada tahun 1972-1973 amat bervariasi. India mencapai 392.000 ton,
Thailand hanya 191.000 ton, Filipina 19.000 ton, dan Taiwan 3.000 ton (Rukmana, 1997).
Kacang hijau (Vigna radiata L.) dibawa masuk ke wilayah Indonesia pada awal abad ke-
17 oleh pedagang Cina dan Portugis. Pusat penyebaran kacang hijau pada mulanya di Pulau
Jawa dan Bali, tetapi pada tahun 1920-an mulai berkembang ke Sulawesi, Sumatera,
Kalimantan, dan Indonesia bagian Timur. Daerah sentrum produksi kacang hijau adalah
provinsi Sulawesi Selatan, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Jawa
hijau. Pada masa mendatang dimungkinkan penyebaran kacang hijau meluas ke semua
produksi kacang hijau di Indonesia diharapkan mencapai 623.000 ton (Rukmana, 1997).
Kacang hijau merupakan salah satu kacangan yang berbentuk butiran kecil dengan
warna kulit hijau. Kacang hijau termasuk tanaman berbentuk semak yang tumbuh
tegak. Tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan (Fabaceae) ini memiliki banyak
manfaat dalam kehidupan sehari-hari sebagai sumber bahan pangan berprotein nabati tinggi.
Kacang hijau di Indonesia menempati urutan ketiga terpenting sebagai tanaman pangan legum,
Kelas : Rosidae, Ordo : Fabales, Famili : Fabaceae (suku polong-polongan), Genus : Phaseolus
Morfologi tanaman kacang hijau yaitu, tanaman kacang hijau termasuk famili
Leguminosae yang banyak varietasnya. Susunan morfologi kacang hijau terdiri atas akar,
batang, daun, bunga, dan biji. Perakaran tanaman kacang hijau bercabang banyak dan
membentuk bintil-bintil (nodula) akar. Makin banyak nodula akar, makin tinggi kandungan
Tanaman kacang hijau berbatang tegak dengan cabang menyamping pada batang utama,
berbentuk bulat dan berbulu warna batang dan cabangnya ada yang hijau dan ada yang ungu
(Adrianto dan Indarto, 2004). Batang tanaman kacang hijau berbentuk bulat dan berbuku-
buku. Ukuran batangnya kecil, berbulu, bewarna hijau kecoklatan atau kemerahan. Setiap
buku batang menghasilkan satu tangkai daun, kecuali pada daun pertama berupa sepasang
daun yang berhadap-hadapan dan masing-masing daun berupa daun tunggal. Batang kacang
hijau tumbuh tegak dengan ketinggian mencapai 30 cm-110 cm dan cabangya menyebar
Daunya terdiri dari tiga helaian trifolia dan letaknya berseling-seling. Tangkai daunya
lebih panjang dari daunya dengan warna hijau muda sampai hijau tua (Andrianto dan Indarto,
2004). Kacang hijau merupakan tanaman berumur pendek biasanya berbunga antara 30-70
hari. Bunganya besar berdiameter 1-2 cm, kehijau-hijauan sampai kuning cerah, steril sendiri,
terletak pada tandan ketiak yang tersusun atas 5-25 kuntum bunga panjang tandan bunga 2-20
cm (Somaatmadja, 1993).
Bunga kacang hijau berbentuk seperti kupu-kupu dan berwarna kuning kehijauan atau
kucing pucat. Bunganya termasuk jenis hermaprodit atau berkelamin sempurna. Proses
penyerbukan terjadi pada malam hari sehingga pada pagi harinya bunga akan mekar dan pada
sering kali lurus, berbulu atau tanpa bulu berwarna hitam atau coklat soga (tawny brown)
berisi sampai 20 butir biji yang bundar sampai lonjong. Polong menjadi tua sampai 60-120
hari setelah tanam. Perontokan bunga banyak terjadi dan mencapai angka 90% (Somaatmadja,
1993).
Buah kacang hijau berbentuk polong. Panjang polong sekitar 5-16 cm. Setiap polong
berisi 10-15 biji. Polong kacang hijau berbentuk bulat silindris atau pipih dengan ujung agak
runcing atau tumpul. Polong muda berwarna hijau, setelah tua berubah menjadi kecoklatan
Hartono,2005).
Biji bewarna hijau atau kuning, seringkali coklat atau kehitam-hitaman, memiliki kilap
(lustre) yang kusam atau berkilat (diasosiasikan dengan sisa-sisa dinding polong) hilumnya
Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk
mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi dengan
baik. Material pupuk dapat berupa bahan organik ataupun non-organik (mineral). Pupuk
berbeda dari suplemen. Pupuk mengandung bahan baku yang diperlukan pertumbuhan dan
proses metabolisme. Meskipun demikian, ke dalam pupuk, khususnya pupuk buatan, dapat
kebutuhan tumbuhan tersebut, agar tumbuhan tidak mendapat terlalu banyak zat makanan.
Terlalu sedikit atau terlalu banyak zat makanan dapat berbahaya bagi tumbuhan. Pupuk dapat
pupuk anorganik dan pupuk organik. Pupuk anorganik adalah pupuk yang berasal dari bahan
mineral dan telah diubah melalui proses produksi dipabrik sehingga menjadi senyawa
kimia yang mudah diserap tanaman. Sementara itu, pupuk organik adalah pupuk yang
terbuat dari bahan organik atau makhluk hidup yang telah mati. Bahan organik ini
akan mengalami pembusukan oleh mikroorganisme sehingga sifat fisiknya akan berbeda
dari semula. Pupuk organik termasuk pupuk majemuk lengkap karena kandungan unsur
Dilihat dari sumber pembuatannya, terdapat dua kelompok besar pupuk: pupuk
organik atau pupuk alami (misal pupuk kandang dan kompos) dan pupuk kimia atau pupuk
buatan. Pupuk organik mencakup semua bahan yang dihasilkan dari makhluk hidup dan bisa
digunakan untuk menyuburkan tanaman, seperti kotoran hewan, kotoran cacing, kompos,
rumput laut, guano, dan bubuk tulang. Kotoran hewan merupakan limbah yang seringkali
menjadi masalah lingkungan, sehingga penggunaan kotoran hewan sebagai pupuk dapat
menguntungkan secara lingkungan dan pertanian. Tulang hewan sisa penyembelihan hewan
bisa dijadikan bubuk tulang yang kaya kandungan fosfat. Pupuk organik diketahui mampu
panjang. Pupuk organik juga dapat menjadi sarana sekuestrasi karbon ke tanah. Nutrisi
organik meningkatkan keanekaragaman hayati tanah dengan menyediakan bahan organik dan
nutrisi mikro bagi organisme penghuni tanah seperti jamur mikoriza yang membantu tanaman
menyerap nutrisi, dan dapat mengurangi input pupuk. Pupuk organik merupakan pupuk yang
bersifat kompleks karena ketersediaan senyawa yang ada pada pupuk tidak berupa unsur
ataupun molekul sederhana yang dapat diserap oleh tanah secara langsung. Kadar nutrisi yang
tersedia sangat bervariasi dan tidak dalam bentuk yang tersedia secara angsung bagi tanaman
sehingga membutuhkan waktu lama untuk diserap oleh tanaman. Beberapa limbah yang
dikomposkan, jika tidak diolah secara tepat, dapat menjadi sarana pertumbuhan patogen yang
merugikan tanaman.
anorganik, antara lain Kadar nutrisi, tingkat kelarutan, dan laju pelepasan nutrisi pupuk
organik umumnya lebih rendah dibandingkan pupuk anorganik. Secara umum, keberadaan
nutrisi pada pupuk organik lebih terlarut ke antara molekul tanah, namun juga tidak lebih
tersedia dalam wujud yang bisa dimanfaatkan secara langsung oleh tanaman. Berdasarkan
studi dari Universitas California, semua pupuk organik diklasifikasikan sebagai pupuk dengan
laju pelepasan yang lambat (slow release fertliizer) sehingga tidak menyebabkan memar
(burn) pada tanaman meski kadar nitrogen pada pupuk organik berlebih. Gejala burn
merupakan gejala umum yang ditemukan pada tanaman ketika pemberian pupuk kimia
dilakukan secara berlebihan. Kualitas pupuk organik dari kompos dan sumber lainnya dapat
bervariasi dari satu proses produksi ke proses produksi berikutnya. Tanpa pengujian secara
sampling terlebih dahulu, tingkat nutrisi yang akan diterima tanaman tidak bisa diketahui
secara pasti.
Pupuk anorganik merupakan pupuk yang sengaja dibuat melalui proses pabrikasi
dengan kandungan dan unsur tertentu yang ditentukan oleh manusia. Secara umum, tumbuhan
hanya menyerap nutrisi yang diperlukan jika terdapat dalam bentuk senyawa kimia yang
mudah terlarut. Nutrisi dari pupuk organik hanya dilepaskan ke tanah melalui pelapukan yang
dapat memakan waktu lama. Pupuk anorganik memberikan nutrisi yang langsung terlarut ke
tanah dan siap diserap tumbuhan tanpa memerlukan proses pelapukan. Tiga senyawa utama
dalam pupuk anorganik yaitu nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K). Kandungan NPK
dihitung dengan pemeringkatan NPK yang memberikan label keterangan jumlah nutrisi pada
suatu produk pupuk anorganik. Nutrisi NPK yang siap diserap oleh tanaman pada pupuk
anorganik mencapai 64%, jauh lebih tinggi dibandingkan pupuk organik yang hanya
menyediakan di bawah 1% dari berat pupuk yang diberikan. Inilah yang menyebabkan
mengapa pupuk organik harus diberikan dalam jumlah yang jauh lebih banyak dibandingkan
pupuk anorganik.
pemberian bergantung pada jenis tanaman dan tingkat kesuburan tanah saat ini. Misal tanaman
pertanian jenis legum (seperti kedelai) tidak membutuhkan pupuk nitrogen anorganik
sebanyak tanaman lain karena mampu mengikat nitrogen. Namun penerapan pupuk anorganik
berlebih mampu menyebabkan peningkatan keasaman tanah karena mineral yang tidak
dimanfaatkan mampu bereaksi dengan air yang ada di tanah membentuk senyawa asam. Untuk
mencegah hal ini, status nutrisi dari tanaman dan tanah perlu dinilai sebelum penerapan pupuk
anorganik.
Bahaya penggunaan pupuk anorganik, antara lain Pembilasan pupuk nitrogen dari
kawasan pertanian mampu mencemari air tanah. Penggunaan amonium nitrat anorganik secara
umum bersifat membahayakan air tanah karena tanaman lebih mudah menyerap ion amonium
dibandingkan ion nitrat untuk mendapatkan nitrogen, sehingga ion nitrat yang berlebih
tersebut akan terbilas dan mencemari air tanah. Kadar nitrat di atas 10 miligram per liter (10
ppm) pada air tanah mampu menyebabkan sindrom bayi biru. Petani secara tidak sadar
menjadi "kecanduan" pupuk anorganik karena penggunaan pupuk anorganik secara jangka
panjang mematikan organisme tanah yang bermanfaat sehingga penyediaan nutrisi secara
organik tidak akan secepat tanah biasa. Organisme tanah seperti mikoriza, fungi, dan berbagai
bakteri mampu menguraikan senyawa organik. Ketidakseimbangan nutrisi tanah akibat pupuk
keasaman tanah. Berbagai pupuk anorganik tidak mengandung unsur hara mikro karena dibuat
dalam bentuk murni. Unsur hara mikro ini dapat secara bertahap menghilang dari tanah karena
diserap oleh tumbuhan. Hilangnya unsur mikro telah dikaitkan dengan studi turunnya
kandungan mineral pada buah dan sayur yang dihasilkan suatu usaha tani.Di Australia,
defisiensi seng, tembaga, mangan, besi, dan molibden menjadi pembatas jumlah hasil
pertanian dan peternakan yang dihasilkan pada tahun 1940 sampai 1950an. Sejak kejadian ini,
nutrisi hara mikro mulai ditambahkan pada produksi pupuk anorganik. Berbagai tanah di
seluruh dunia yang kekurangan nutrisi seng terkait pula dengan defisiensi seng pada asupan
Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan. Hewan yang
kotorannya sering digunakan untuk pupuk kandang adalah hewan yang bisa dipelihara oleh
masyarakat, seperti kotoran sapi, kambing, dan ayam. Kan-dungan unsur hara dari ketiga jenis
hewan ini pun berbeda-beda, sapi memiliki kandungan Nitrogen sebesar 0,4%, Phospor 0,2%,
dan Kalium 0,1%. Sedangkan kambing memiliki kandungan Nitrogen sebesar 0,6%, Phospor
0,3%, dan Kalium 0,17%, serta ayam memiliki kandungan Nitrogen sebesar 1%, Phospor
0,8%, dan Kalium 0,4%. Perbedaan kandungan unsur hara ini disebabkan oleh beberapa faktor
yakni jenis hewan, jenis makanan yang diberikan serta umur dari ternak itu sendiri (Tohari,
2009).
Beberapa alasan dari penggunaan pupuk kandang yang berasal dari kotoran sapi,
kambing dan ayam sebagai pengganti pupuk kimia dikare-nakan bahannya mudah diperoleh,
mempunyai kandungan unsur hara Nitrogen yang tinggi, dan merupakan jenis pupuk panas
yang artinya adalah pupuk yang penguraiannya dilakukan oleh jasad renik tanah berjalan
dengan cepat, sehingga unsur hara yang terkandung di dalam pupuk kandang tersebut dapat
Selain manfaat dari pupuk kandang, ket-ersedian bahan baku pupuk kandang (kotoran
ternak) yang terus ada sangat memudahkan para petani untuk mendapatkannya. Menurut Dedi
(2011), dalam sehari seekor sapi bisa menghasil-kan kotoran sebanyak 5,5 kg dan dalam
sebulan akan menghasilkan 165 kg. Sugiharto (2008) menyebutkan bahwa seekor kambing
bisa meng-hasilkan 0,25 kg/hari atau 7,5 kg/bulan, sedan-gkan seekor ayam dalam sehari
dapat menghasil-kan 1,48 gr atau 0,45 kg/bulan. Selain bahan baku yang mudah didapat, harga
dari pupuk kandang relative lebih murah dan terjangkau bagi kalangan petani.
Menurut Mariono, dkk (2012), penggunaan pupuk kandang ayam 14 ton/hektar bisa
me-ningkatkan berat segar brangkasan tanaman cabai merah mencapai 389,20 g dan berat
kering brangkasan mencapai 108,57 g.Dalam praktikum kali ini, pupuk yang digunakan
adalah, NPK Mutiara 16 : 16 :16. Pupuk urea adalah pupuk kimiawi yang mengandung unsur
nitrogen dengan kadar 46 %. Artinya setiap 100 kilogram pupuk urea, mengandung 46
kilogram nitrogen di dalamnya (Suhartono, 2012). Keunggulannya mudah larut dalam air. Hal
ini mempermudah para petani untuk menggunakan pupuk urea bersamaan dengan penyiraman
tanaman. Meski demikian, pupuk urea termasuk jenis pupuk yang bisa dengan mudah
berikatan dengan air (higroskopis). Sebaiknya, pupuk urea disimpan di tempat kering dan juga
tertutup dengan rapat. Fungsinya membuat daun tanaman lebih hijau, segar dan rimbun,
NPK Mutiara merupakan pupuk majemuk yang sangat baik untuk pertumbuhan,
produksi tanaman serta meningkatkan panen dan memberikan keseimbangan unsur nitrogen,
phosphor dan kalium. Pupuk ini mudah diaplikasikan serta mudah diserap oleh tanaman. NPK
mutiara merupakan salah satu pupuk majemuk yang mengandung N, P, K dengan kandungan
Pupuk NPK adalah merupakan pupuk majemuk yang sangat berguna untuk
pertumbuhan dan produksi tanaman. Pupuk npk mengandung hara utama dan hara sekunder
(Anonim, 2012). Pupuk npk terdapat unsur utama yaitu Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalsium
(Ca), adapun komposisi kandungan unsur hara dalam pupuk NPK adalah 16% N, 16% P, 16%
K, 0,5% Mg, dan 65% Ca (Suptayino, 1996).Keunggulan pupuk npk yaitu bisa diaplikasikan
pada semua jenis tanaman, bersifat higroskopis mudah larut sehingga mudah di serap oleh
tanaman, bisa diaplikasikan pada berbagai jenis tanah (bersifat netral) (Anonim, 2009). Fungsi
pupuk npk yaitu memacu perkembangan dan pertumbuhan akar dan batang, memacu
pembungaan dan pembuahan, membuat batang tanaman menjadi kokoh (kuat) (Anonim,
2016).
Menurut penelitian Cut Salmiah (2013) jarak tanam berpengaruh sangat nyata
terhadap produksi per hektar. Berpengaruh nyata terhadap diameter pangkal batang umur
45 HST, jumlah cabang produktif dan berat biji kering per plot. Namun berpengaruh tidak
nyata tinggi tanaman umur 15, 30 dan 45 HST, diameter pangkal batang umur 15 dan 30 HST
dan bobot 1000 biji kering. Pertumbuhan dan produksi terbaik dijumpai pada jarak tanam
40 cm x 10 cm.
Menurut penelitian Cut Salmiah (2013) dosis pupuk NPK berpengaruh sangat nyata
terhadap bobot 1000 biji kering. Berpengaruh nyata terhadap diameter pangkal batang umur
30 HST. Namun berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur 15, 30 dan 45 HST,
diameter pangkal batang umur 15 dan 45 HST, jumlah cabang produktif, berat biji kering per
plot dan produksi per hektar. Pertumbuhan dan produksi terbaik dijumpai pada dosis pupuk
Menurut penelitian Mustaqim dkk, 2016 menyatakan bahwa pemberian pupuk NPK
Islam Riau jalan Kaharuddin Nasution KM 11, Kelurahan Air Dingin, Kecamatan Bukit Raya
Kota Pekanbaru Provinsi Riau. Waktu yang digunakan dalam praktikum ini adalah 4 (empat)
bulan terhitung dari bulan September sampai dengan Desember 2019 pada setiap hari Sabtu
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu benih kacang hijau, pupuk kandang
pupuk NPK 16:16:16. Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu alatnya cangkul,
C. Pelaksanaan Praktikum
Pertama membersihkan lahan dari gulma menggunakan alat cangkul setelah itu
Setelah lahan bersih selanjutnya pembuatan plot langkah pertama ukur luas lahan,
setelah itu pancang menggunakan tali raffia yang ujungnya diikat kayu setelah
dipancang barulah pembuatan plot menggunakan alat cangkul dengan ukuran plot
panjang 1 m dan lebar 1 m dan ketinggian tanah berkisar antara 20-30 cm dan bedengan
3. Pemupukan dasar
Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk kandang dengan dosis 2 kg/plot yang
bertujuan agar lubang tanam pada plot menjadi subur yang akan banyak mengandung
4. Penanaman
Pertama buat lubang tanam sebanyak 12 lubang dengan kedalam lubang 2 cm,
jarak tanam 20x30 cm, untuk satu lubang ditanami 2 benih kacang hijau kemudian
lubang tanam lainnya di tanami dengan benih yang sama satu lubang 2 benih,
selanjutnya ditutup dengan tanah (ditimbun) jangan terlalu padat kemudian siram plot
yang telah ditanami benih kacang hijau dengan air sebanyak satu gembor atau sampai
5. Pemupukan susulan
a. NPK Mutiara 16 : 16 : 16
pemberian pupuk dengan sistem tugal, membuat lubang tugal sedalam 10 cm, jarak
lubang tugal dari tanaman 5 cm, kemudian pupuk dimasukkan kedalam lubang tersebut
6. Pengamatan
a. Tinggi tanaman
Tinggi tanaman diukur dari pangkal batang hingga ujung tanaman. Pengukuran
b. Jumlah daun
Jumlah daun yang tumbuh dihitung pada tanaman umur 15 dan 30 HST. Daun yang
dihitung adalah yang telah membentuk daun sempurna atau hampir sempurna
c. Umur bunga
Umur bunga dihitung pada bunga yang menempel di ketiak daun sampai batang
maupun cabang dengan menghitung bunga yang telah membuka, pada umur 45
HST.
d. Umur berbuah
Pengamatan jumlah polong per tanaman ini dilakukan pada akhir praktikum yaitu
dengan menghitung jumlah polong pada tanaman sampel, dari keseluruhan panen
baik polong yang bernas maupun polong yang hampa.Selajutnya, data yang
Pengamatan jumlah polong per plot ini dilakukan pada akhir praktikum yaitu
dengan menghitung jumlah polong pada tanaman sampel, dari keseluruhan panen
baik polong yang bernas maupun polong yang hampa.Selajutnya, data yang
menghitung berat polong pada tanaman tanaman dari seluruh panen baik polong
yang bernas maupun polong yang hampa.Selajutnya, data yang diperoleh dianalisis
Pengamatan berat polong polong dilakukan pada akhir praktikum yaitu dengan
menghitung berat polong pada tanaman perplot, dari seluruh panen baik polong
yang bernas maupun polong yang hampa.Selajutnya, data yang diperoleh dianalisis
7. Perawatan
Tahap Perawatan Perawatan yang diberikan pada tanaman kacang hijau terdiri dari:
a. Penyiraman
b. Penyulaman
Penyulaman tanaman yang mati atau terserang hama dan penyakit dilakukan
dengan cara mengganti tanaman yang mati dengan yang baru sebelum 7 HST.
c. Penyiangan
Penyiangan dilakukan dengan mencabut gulma yang tumbuh pada media tanam
Perhitungan luas area daun dengan menggunakan metode Gravimetri pada umur 45
HST \dengan cara perhitungan sebagai berikut (Sitompul dan Guritno, 1995):LD =
Wr x Lk/Wt Dimana:LD = Luas daun (cm2)Wr = Bobot kertas replika daun (gram)
8. Panen
Kacang hijau dapat mulai dipanen pada usia 60 hari sampai 80 hari setelah tanam.
Penen kacang hijau dilakukan setiap hari, buah yang dipanen adalah buah yang sudah
menguning. Jangan menunggu kulit buah berwarna hitam karena mudah pecah dan biji
terlepas saat matahari terik. Masukkan buah kacang hijau kedalam karung goni
kemudian dijemur hingga kering. Jika buah sudah benar-benar kering, pukul-pukul
a. Tinggi tanaman
Tinggi tanaman diukur dari pangkal batang hingga ujung tanaman. Pengukuran
b. Jumlah daun
Jumlah daun yang tumbuh dihitung pada tanaman umur 15 dan 30 HST. Daun yang
dihitung adalah yang telah membentuk daun sempurna atau hampir sempurna
c. Umur bunga
Umur bunga dihitung pada bunga yang menempel di ketiak daun sampai batang
maupun cabang dengan menghitung bunga yang telah membuka, pada umur 45
HST.
d. Umur berbuah
Pengamatan jumlah polong per tanaman ini dilakukan pada akhir praktikum yaitu
dengan menghitung jumlah polong pada tanaman sampel, dari keseluruhan panen
baik polong yang bernas maupun polong yang hampa.Selajutnya, data yang
Pengamatan jumlah polong per plot ini dilakukan pada akhir praktikum yaitu
dengan menghitung jumlah polong pada tanaman sampel, dari keseluruhan panen
baik polong yang bernas maupun polong yang hampa.Selajutnya, data yang
menghitung berat polong pada tanaman tanaman dari seluruh panen baik polong
yang bernas maupun polong yang hampa.Selajutnya, data yang diperoleh dianalisis
Pengamatan berat polong polong dilakukan pada akhir praktikum yaitu dengan
menghitung berat polong pada tanaman perplot, dari seluruh panen baik polong
yang bernas maupun polong yang hampa.Selajutnya, data yang diperoleh dianalisis
Kementrian pertanian republik Indonesia. 2018. Sub-sektor Tanaman Pangan (Food Crops
Sub-sector).https://www.pertanian.go.id/home/?show=page&act=view&id=61.iakses
Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jendral Tanaman Pangan. 2018. Statistik Produksi
Tjitrosoepomo. (2007). Klasifikasi tanaman kacang hijau. Jurnal bahan kajian teori
Suharta.N. 2010. Karakteristik Dan Permasalahan Tanah Marginal Dari Batuan Sedimen
Taufik Afif1, Kastono.D, Prapto.Y. (2013). Pengaruh Macam Pupuk Kandang Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tiga Kultivar Kacang Hijau (Vigna radiata L. Wilczek) di
Lahan Pasir Pantai Bugel, Kulon Progo. Jurnal:egetalika Vol.3 No.3, 2014 : 78 - 88
Kadekoh, I dan Amirudin, .2007. Pertumbuhan dan Hasil Jagung Pulut (Zea mays certain)
Pada Bebagai Dosis Bokasi Gamal dan Pupuk NPK dalam System Alley Cropping.
Pertumbuhan dan Produksi Jagung Manis Seleksi Dermaga 2 (SD2). J.II. Pertanian
Sekar L.P. 2016. Pengaruh pemberian dosis pupuk npk dan pupuk hayati Terhadap
pertumbuhan dan produksi Tanaman sedap malam (polianthes tuberosa l.). Skripsi.
Chusnia, Wilda. 2012. Kajian Aplikasi Pupuk Hayati dalam Meningkatkan Pertumbuhan dan
Produksi Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L.) dalam Polybag. Skripsi.