Anda di halaman 1dari 22

PENGARUH RAGAM MEDIA PADA

PERTUMBUHAN BIJI JAGUNG

Oleh : KELOMPOK 4 KELAS XII MIPA 4


Nama Anggota :

1. Fatchur Rozi (10)


2. Ghisela Novita Ramadhani (13)
3. M. Rasyidan Ghiffari I (23)
4. Putri Rahma Dyarni W. A (25)
5. Riska Dwi Ayu P. (29)

SMA NEGERI 02 LUMAJANG


Jl. HOS Cokroaminoto No. 159 Tompokersan, Lumajang

Telp/Fax: (0334)881036 Email: info@sman2-lmj.sch.id Web: www.sman2-lmj.sch.id

2021/2022
BAB I

PENDAHULUAN

           1.1.  TUJUAN

1. Untuk mengetahui proses perkecambahan pada tanaman jagung. 


2. Untuk mengetahui pengaruh berbagai media tanam, seperti tanah humus,
kapas, tisu, dan kain pada pertumbuhan biji jagung.

           1.2 HIPOTESIS

a. Biji jagung dapat tumbuh maksimum pada media tanam kapas, dari pada media tanam
humus, kain, dan tisu.
b. Biji jagung akan tumbuh sempurna dengan media kapas dan humus.

             1.3  LATAR BELAKANG

    Salah satu ciri makhluk hidup adalah tumbuh dan berkembang. Pertumbuhan
merupakan bertambahnya jumlah dan besarnya sel diseluruh bagian tubuh yang secara
kuantitatif dapat diukur atau suatu peningkatan dalam berat atau ukuran dari
seluruh/sebagian dari organisme, sedangkan perkembangan merupakan bertambahnya
fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui tumbuh, kematangan dan belajar atau
peningkatan kemahiran dalam penggunaan tubuh (Sacharin,1996). Pertumbuhan dan
perkembangan merupakan proses yang saling berhubungan.
       Perkecambahan merupakan salah satu fase yang penting pada pertumbuhan suatu
tanaman. Fase perkecambahan merupakan fase waktu mulai terbentuknya organ
tanaman, seperti mulai dari akar, batang, dan daun untuk pertama kalinya. Fase
kecambah sangat aktif menumbuhkan tunas– tunas yang baru. Proses perkecambahan
merupakan tahap awal dari proses terbentuknya individu baru pada tumbuhan berbiji.
Terjadinya proses perkecambahan pada suatu tanaman dipengaruhi oleh beberapa
faktor, seperti kelembapan, oksigen, suhu, dan cahaya, serta media semai. Diantara
faktor-faktor tanah tersebut, menurut Malria (2006), media tanam merupakan faktor
yang paling berpengaruh terhadap perkecambahan. Wuson (2001) dalam Murnianti
dan Suminar (2006) menyatakan bahwa substrat perkecambahan dapat menyebabkan
benih menjadi dorman, tetapi dapat juga memperpendek waktu perkecambahan.
Media tanam memegang peran penting bagi pertumbuhan tanaman. 
   Media tanam yang digunakan harus sesuai dengan jenis tanaman yang akan
ditanam, sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik. Secara umum, media tanam
harus dapat menjaga kelembaban daerah di sekitar akar, menyediakan cukup udara,
dan dapat menyediakan unsur hara bagi tanaman.Dalam hal ini, dapat terlihat bahwa
kegunaan antara berbagai media tanam itu berbeda-beda. Tidak hanya kegunaannya
saja tapi pengaruhnya terhadap perkecambahan suatu biji. Pengaruh tersebut dapat
disebabkan karena setiap media tanam mengandung unsur-unsur dan struktur yang
berbeda-beda.
     Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka kami bermaksud membahas
lebih lanjut dalam sebuah penelitian yang berjudul “Pengaruh Ragam Media pada
Pertumbuhan Biji Jagung”.
 
 
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Jagung
a. Pengertian Tanaman Jagung
         Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman rumput-rumputan dan
berbiji tunggal (monokotil). Jagung merupakan tanaman rumput kuat, sedikit
berumpun dengan batang kasar dan tingginya berkisar 0,6-3 m. Tanaman jagung
termasuk jenis tumbuhan musiman dengan umur ± 3 bulan (Nuridayanti, 2011).
Kedudukan taksonomi jagung adalah sebagai berikut, yaitu: Kingdom: Plantae,
Divisi: Spermatophyta, Subdivisi: Angiospermae, Kelas: Monocotyledone, Ordo:
Graminae, Famili: Graminaceae, Genus: Zea, dan Spesies: Zea mays L. (Paeru dan
Dewi, 2017).
b. Morfologi Tanaman Jagung
       Jagung merupakan tanaman semusim. Dalam satu siklus hidupnya terjadi selama
80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan
paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif. Tanaman jagung merupakan salah
satu jenis tanaman pangan biji-bijian (serelia) dari keluarga rumput-rumputan
(Arianingrum, 2004). Menurut Kasryno (2002), Akar tanaman jagung merupakan akar
serabut yang tumbuh di bagian pangkal batang dan menyebar luas sebagai akar
lateral.
      Kemudian akar seminal yang tumbuh ke bawah dari lembaga biji jagung. Batang
tanaman jagung bulat silindris dan beruas-ruas, dan pada bagian pangkal batang
beruas cukup pendek dengan jumlah sekitar 8 – 20 ruas. Dan rata-rata tinggi tanaman
jagung antara satu sampai tiga meter diatas permukaan tanah. Sedangkan daun
tanaman jagung berbentuk pita atau garis dan jumlah daunnya sekitar 8 – 48 helai tiap
batangnya, tergantung pada jenis atau varietas yang ditanam. Panjang daun 30 cm –
45 cm dan lebarnya antara 5 cm – 15 cm (Warisno, 1998).
      Setiap tanaman jagung biasanya terdapat bunga jantan dan bunga betina yang
letaknya terpisah. Bunga jantan terdapat pada malai bunga di ujung tanaman,
sedangkan bunga betina terdapat pada tongkol jagung. Bunga jantan yang terdapat di
ujung tanaman masak lebih dahulu dari pada bunga betina. Persarian yang terbaik
terjadi pada pagi hari, jumlah serbuk sari yang ada diperkirakan sekitar dua sampai
lima juta per tanaman. Pada waktu itu terjadi proses penempelan serbuk sari pada
rambut. Serbuk sari terbentuk selama 7 – 15 hari. Persarian jagung umumnya dibantu
oleh angin (Warisno, 1998). Buah tanaman jagung terdiri atas tongkol, biji dan daun
pembungkus (Gambar 2.1). Biji jagung mempunyai bentuk, warna dan kandungan
endosperm yang bervariasi, tergantung pada jenisnya. Pada umumnya jagung
memiliki barisan biji yang melilit secara lurus atau berkelok-kelok pada tongkol dan
berjumlah antara 8-20 baris biji. Biji jagung terdiri atas tiga bagian utama yaitu kulit
biji, endosperm dan embrio (Syafruddin & Fadhly, 2004).
i. Biji Tanaman Jagung 
     Menurut Kamil (1979), pada biji normal jagung terdapat bagian embryo, kulit biji
(seed coat), dan endosperm merupakan bagian terbesar kecuali pada jarak pada waktu
matang (Gambar 2.2). Biji berkecambah relatif lambat, karena proses penyerapan air
dan pencernaan baru dimulai sewaktu biji tersebut ditanam.
Gambar 1.1: Penampang bujur biji jagung (anonymous, 2011).
    Biji jagung berkeping tunggal, berderet rapi pada tongkolnya. Pada setiap tanaman
jagung ada satu tongkol , kadang-kadang ada yang dua. Setiap tongkol terdapat 10-14
deret biji jagung yang terdiri dari 200-400 butir biji jagung (Suprapto & Marzuki,
2005). Biji jagung terdiri atas tiga bagian utama, yaitu pericarp, berupa lapisan luar
yang tipis, berfungsi mencegah embrio dari organisme pengganggu dan kehilangan
air; endosperm, sebagai cadangan makanan, mencapai 75% dari bobot biji yang
mengandung 90% pati dan 10% protein, mineral, minyak, dan lainnya; dan embrio
(lembaga), sebagai calon tanaman yang terdiri atas plamule akar radikal, scutelum,
dan koleoptil (Subekti, 2010). 
   Menurut Warisno (1998), pertumbuhan awal biji jagung terjadi setelah persarian
dalam waktu 12 jam – 28 jam, serbuk sari tumbuh mencapai sel telur dalam bakal biji.
Setelah proses pembuahan, terjadilah perkecambahan biji. Selama 7 hari – 10 hari
yang pertama perkembangannya lambat, kemudian cepat berjalan hingga mencapai
berat maksimum. 12 hari setelah keluar rambut, tongkol berkembang penuh dan
karbohidrat mulai terakumulasi di endosperm. Kemudian 24 hari setelah keluar
rambut, biji berkembang cepat dan pembelahan sel-sel endosperm bertambah.
Kemudian 40 hari setelah keluar rambut, embrio masak, lima calon daun terbentuk
dan akumulasi bahan kering dalam biji berakhir. Embrio masak morfologis pada umur
45 hari setelah terjadi pembuahan. Dan biji tersebut masak fisiologis bila berat kering
telah mencapai maksimal.
     Mutu fisiologi biji mencerminkan kemampuan biji untuk bisa hidup normal dalam
kisaran keadaan alam, mampu tumbuh cepat dan merata. Biji bermutu fisiologi tinggi
juga tahan untuk disimpan, meski melalui periode simpan dengan keadaan simpan
yang suboptimum pun, biji tetap menghasilkan pertumbuhan tanaman yang
berproduksi normal apabila ditanam sesudah disimpan (Sadjad S. , 1993). Menurut
Sutopo (2004), mutu fisiologi menampilkan kemampuan viabilitas biji yang
mencakup daya kecambah dan kekuatan tumbuh biji (vigor). Pengujian daya tumbuh
biji yang lain dapat dilakukan dengan menguji keserempakan biji dalam berkecambah
dan panjang kecambah biji. 
    Daya berkecambah adalah salah satu tolak ukur mutu fisiologis biji, tetapi hanya
mencerminkan kemampuan biji menjadi kecambah normal apabila ditanam dalam
kondisi lapang yang serba optimum. Parameter yang digunakan berupa persentase
kecambah normal berdasarkan pengamatan terhadap struktur tumbuh embrio yang
diamati secara langsung. Persentase perkecambahan merupakan persentase kecambah
normal yang dapat dihasilkan oleh biji murni pada kondisi yang menguntungkan
dalam jangka waktu yang sudah ditetapkan (Sutopo, 2004).
   Kecambah normal merupakan kecambah yang memiliki perkembangan sistem
perakaran yang baik, perkembangan hipokotil yang baik, pertumbuhan plumula yang
sempurna dengan daun yang tumbuh baik, dan memiliki satu kotiledon pada
kecambah monokotil (Kartasapoetra I. A., 2003).
   Vigor diartikan sebagai kemampuan biji untuk tumbuh normal pada keadaan
lingkungan yang suboptimal. Menurut (Sadjad S. , 1993), Secara garis besar vigor
digolongkan menjadi dua kategori, yaitu vigor kekuatan tumbuh dan vigor daya
simpan. Tolak ukur vigor kekuatan tumbuh terdiri atas tiga kelompok yaitu kecepatan
tumbuh, keserempakan tumbuh, dan vigor kekuatan tumbuh spesifik. Sedangkan tolak
ukur dari vigor daya simpan yaitu vigor daya simpan sesudah biji mengalami deraan
fisik, vigor daya simpan sesudah biji mengalami deraan alkohol, dan vigor daya
simpan dengan mengukur daya hantar listrik rembesan biji.
ii. Batang dan Daun Tanaman Jagung
     Tanaman jagung mempunyai batang yang tidak bercabang, berbentuk silindris dan
terdiri atas sejumlah ruas dan buku ruas. Pada buku ruas terdapat tunas yang
berkembang menjadi tongkol. Dua tunas teratas berkembang menjadi tongkol yang
produktif. Batang memiliki tiga komponen jaringan utama, yaitu kulit (epidermis),
jaringan pembuluh (bundles vaskuler) dan pusat batang (pitha). Bundles vaskuler
tertata dalam lingkungan konsentris dengan kepadatan bundles yang tinggi, dan
lingkaran-lingkaran menuju pericarp dekat epidermis. Kepadatan bundles berkurang
begitu mendekati pusat batang. Konsentrasi bundles vaskuler yang tinggi di bawah
epidermis menyebabkan batang tahan rebah. Genotip jagung yang mempunyai batang
kuat memiliki lebih banyak lapisan jaringan sklerenkim berdinding tebal di bawah
epidermis batang dan sekeliling bundels vaskuler. Terdapat variasi ketebalan kulit
antar genotipe yang dapat digunakan untuk seleksi toleransi tanaman terhadap rebah
batang. 
     Sesudah koleoptil muncul diatas permukaan tanah, daun jagung mulai terbuka.
Setiap daun terdiri atas helaian daun, ligula, dan pelepah daun yang erat melekat pada
batang. Jumlah daun sama dengan jumlah buku batang, jumlah daun umumnya
berkisar antara 10-18 helai, rata rata munculnya daun yang terbuka sempurna adalah
3-4 hari setiap daun, tanaman jagung di daerah tropis mempunyai jumlah daun relatif
lebih banyak dibandingkan di daerah beriklim sedang (temperate). Genotip jagung
mempunyai keragaman dalam hal panjang, lebar, tebal, sudut dan warna pigmentasi
daun. Lebar helai daun dikategorikan mulai dari sangat sempit (<5 cm), sempit (5,1-7
cm), sedang (7,1-9 cm), lebar (9,1-11 cm), hingga sangat lebar (>11 cm). 
     Besar sudut daun mempengaruhi tipe daun. Sudut daun jagung juga beragam,
mulai dari sangat kecil hingga sangat besar. Beberapa genotipe jagung memiliki
antosianin pada helai daunnya yang biasa terdapat pada pinggir daun atau tulang
daun. Intensitas warna antosianin pada pelepah daun bervariasi, dari sangat lemah
hingga sangat kuat. Bentuk ujung daun jagung juga berbeda, yaitu runcing agak bulat,
bulat, bulat agak tumpul dan tumpul. Berdasarkan letak posisi daun (sudut daun)
terdapat dua tipe daun jagung yaitu tegak (erect), dan menggantung (pendant). Erect
biasanya memiliki sudut antara kecil sampai sedang, pola helai daun bisa lurus atau
bengkok. Daun pendant umumnya memiliki sudut yang lebar dan pola daun bervariasi
dari lurus sampai sangat bengkok. Jagung dengan tipe daun erect memiliki kanopi
kecil sehingga dapat ditanam dengan populasi yang tinggi. Kepadataan tanaman yang
tinggi diharapkan dapat memberikan hasil yang tinggi pula.
iii. Bunga Tanaman Jagung
     Jagung disebut juga tanaman berumah satu (monoecious) karena bunga jantan dan
bunga betinanya terdapat dalam satu tanaman. Bunga betina, tongkol muncul dari
axillary apices tajuk. Bunga jantan (tassel) berkembang dari titik tumbuh apikal di
ujung tanaman. Pada tahap awal, kedua bunga memiliki primordial bunga  biseksual.
Selama proses perkembangan, primordial stamen pada axillary bunga tidak
berkembang dan menjadi bunga betina. Demikian pula hanya primodia ginaecium
pada apikal bunga tidak berkembang dan menjadi bunga jantan. 
     Serbuk sari (pollen) adalah trinukleat. Pollen memiliki sel vegetatif, dua gamet
jantan dan mengandung butiran-butiran pati. Dinding tebalnya terbentuk dari dua
lapisan, exine dan intin, dan cukup keras. Karena adanya perbedaan perkembangan
bunga pada spikelet jantan yang terletak diatas dan dibawah dan ketidaksinkronan
matangnya spike, maka pollen pecah secara kontinyu dari tiap tassel dalam tempo
seminggu atau lebih. Rambut jagung (silk) adalah pemanjangan dari saluran stylar
ovary yang matang pada tongkol. Rambut jagung tumbuh dengan panjang hingga 30,5
cm atau lebih sehingga keluar dari ujung kelobot. Panjang rambut jagung bergantung
pada panjang tongkol dan kelobot. Tanaman jagung adalah protandy, dimana pada
sebagian besar varietas bunga jantannya muncul (anthesis) 1-3 hari sebelum bunga
betina muncul (silking). Serbuk sari (pollen) terlepas mulai dari spikelet yang terletak
pada spike yang di tengah, 2-3 cm dari ujung malai (tassel), kemudian turun kebawah.
Satu butir anther melepas 15- 30 juta serbuk sari. Serbuk sari sangat ringan dan jatuh
karena gravitasi atau tertiup angin sehingga terjadi penyerbukan silang. 
     Penyerbukan pada jagung terjadi bila serbuk sari dari bunga jantan menempel pada
rambut tongkol. Hampir 95% dari persarian tersebut berasal dari serbuk sari tanaman
lain dan hanya 5 % yang berasal dari serbuk sari tanaman sendiri. Oleh karena itu,
tanaman jagung disebut tanaman bersari silang (cross pollinated crop), dimana
sebagian besar serbuk sari berasal dari tanaman lain. 
     Terlepasnya serbuk sari berlangsung 3-6 hari, tergantung pada varietas, suhu, dan
kelembaban. Rambut tongkol tetap reseptif dalam 3-8 hari. Serbuk sari masih tetap
hidup (viable) dalam 4-16 jam sesudah terlepas (shedding). Penyerbukan selesai
dalam 24-36 jam dan biji mulai terbentuk sesudah 10-15 hari. Setelah penyerbukan,
warna rambut tongkol berubah menjadi coklat dan kemudian kering
2.2 Faktor Eksternal Pertumbuhan Tanaman Jagung
i. Media Tanam
      Menurut Wuryaningsih (2008) media tanam adalah media yang digunakan untuk
menumbuhkan tanaman, tempat akar atau bakal akar akan tumbuh dan berkembang,
media tanam juga digunakan tanaman sebagai tempat berpegangnya akar, agar tajuk
tanaman dapat tegak kokoh berdiri di atas media tersebut dan sebagai sarana untuk
menghidupi tanaman.  Media tanam yang baik harus memenuhi persyaratan tertentu
seperti tidak mengandung bibit hama dan penyakit, bebas gulma, mampu menampung
air, tetapi juga mampu membuang atau mengalirkan kelebihan air, remah dan porous
sehingga akar bisa tumbuh dan berkembang menembus media tanam dengan mudah
dan derajat keasaman (pH) antara 6-6,5 (Anonim, 2007).Sedangkan menurut Wira
(2000) bahan-bahan untuk media tanam dapat dibuat dari bahan tunggal maupun
kombinasi dari beberapa bahan, asalkan tetap berfungsi sebagai media tumbuh yang
baik. Beberapa jenis media tanam yang akan digunakan dalam eksperimen ini adalah
tanah humus, kapas, kain, dan kertas tissue
a. Humus
     Humus adalah tanah yang sangat subur terbentuk dari lapukan daun dan batang
pohon di hutan hujan tropis yang lebat. Humus dikenal sebagai sisa-sisa tumbuhan
dan hewan yang mengalami perombakan oleh organisme dalam tanah, berada dalam
keadaan stabil, berwarna coklat kehitaman. Secara kimia, humus didefinisikan sebagai
suatu kompleks organik makromolekul yang mengandung banyak kandungan seperti
fenol, asam karboksilat, dan alifatik hidroksida.
     Humus biasanya berwarna gelap dan dijumpai terutama pada lapisan tanah atas
sehingga tidak stabil terutama apabila terjadi perubahan raam suhu, kelembapan dan
aerasi. Humus bersifat koloidal seperti tanah liat tetapi amorfous, luas permukaan dan
daya jerap jauh melebihi liat dengan kapasitas tukar kation 150-300 me/100 g, liat
hanya 8-100 me/100 g.Humus mempunyai kemampuan meningkatkan unsur hara
tersedia seperti Ca, Mg, dan K, humus juga merupakan sumber energi jasad mikro
serta memberikan warna gelap pada tanah.
     Humus memiliki kontribusi terbesar terhadap kebertahanan dan kesuburan tanah
sehingga cocok digunakan sebagai media tanam. Humus merupakan sumber makanan
bagi tanaman dan akan berperan baik bagi pembentukan dan menjaga struktur tanah.
Senyawa humus juga berperan dengan sangat memuaskan terutama dalam pengikatan
bahan kimia toksik dalam tanah dan air. Selain itu humus dapat meningkatkan
kapasitas kandungan air tanah, membantu dalam menahan pupuk anorganik larut-air,
mencegah pengikisan tanah, menaikan aerasi tanah, dan juga dapat menaikkan
fotokimia dekomposisi pestisida atau senyawa-senyawa organik toksik.Dengan
demikian sudah selayaknya pupuk-pupuk organik yang kaya akan humus ini
menggantikan peran dari pupuk-pupuk sintetis dalam menjaga kualitas tanah.
b. Kapas
Kapas adalah serat halus yang menyelubungi biji beberapa jenis Gossypium,
tumbuhan 'semak' yang berasal dari daerah tropika dan subtropika. Serat kapas
menjadi bahan penting dalam industri tekstil. Serat itu dapat dipintal menjadi benang
dan ditenun menjadi kain. Kandungan dominan kapas terdiri atas serat – serat
tumbuhan (selulosa). Sedangkan zat – zat hara lainnya sangat sedikit. 
Alasan utama pemakaian kapas sebagai media tanam adalah memiliki struktur  yang
lembut, dan juga memiliki daya serap air yang rendah. Sehingga, media tanam dengan
kapas dapat terjaga kelembabannya, dan juga memiliki persediaan air dalam jangka
waktu yang lama sehingga media tanam kapas dianggap lebih baik daripada media
tanah, sehingga biji jagung yang ditanam di media kapas dapat tumbuh lebih cepat
daripada di tanah. Selain itu tekstur kapas yang lembut sangat cocok untuk akar
tanaman jagung yang masih muda dan lemah sehingga akar muda tersebut dapat
berkembang lebih baik untuk jangka waktu tertentu.
c. Kain 
    Kain merupakan jenis bahan tekstil yang diolah sedemikian rupa dengan
menyilangkan benang lusi dan benang pakan. Serat tekstil dapat dikelompokkan atas
dua yaitu serat alam dan serat buatan. Untuk serat buatan dibagi menjadi dua yaitu
serat setengah buatan dan serat sintetis (Goet Poespo, 2005:9). 
      Serat tekstil dapat dikelompokkan atas dua yaitu serat alam dan serat buatan.
Untuk serat buatan dibagi menjadi dua yaitu serat setengah buatan dan serat sintetis
(Goet Poespo, 2005:9).
d. Tissue (Kertas Tisu)
Kertas tisu atau kertas selampai adalah sejenis kertas krep ringan yang dapat
digunakan untuk berbagai tujuan, seperti kertas tisu higienis, tisu wajah (facial tissue),
handuk kertas, kertas pembungkus, dan lainnya. Kertas tisu dapat dibuat dari bubur
kertas asli maupun hasil daur ulang. 
ii. Temperatur
Temperatur yang dikehendaki tanaman jagung antara 21ºC hingga 30ºC. Akan
tetapi temperatur optimum adalah antara 23º sampai dengan 27ºC. Hal ini tidak akan
menjadi problem yang berarti bagi areal pertanaman jagung di Indonesia. Di Jawa
Timur yang terkenal banyak diusahakan tanaman jagung, bahkan menjadi daerah
penting di Indonesia. Temperatur di suatu daerah sangat erat hubungannya dengan
ketinggian tempat. Semakin tinggi suatu daerah, suhu udara akan semakin turun.
Temperatur daerah merupakan salah satu syarat tumbuh tanaman jagung. Pada proses
perkecambahan benih memerlukan temperatur yang cocok, sebab kehidupan embrio
dan pertumbuhannya menjadi kecambah perlu suhu kira-kira 30ºC.
iii. Ketinggian
     Ketinggian Tempat Jagung dapat ditanam di Indonesia mulai dari dataran rendah
sampai di daerah pegunungan yang memiliki ketinggian antara 1.000 – 1.800 meter
dari permukaan air laut. Jagung yang ditanam di dataran rendah dibawah 800 meter
dari permukaan air laut dapat berproduksi dengan baik, dan pada ketinggian diatas
800 meter dari permukaan air laut pun jagung masih bisa memberikan hasil yang baik
pula.
iv. Intensitas Cahaya
   Intensitas penyinaran Sinar matahari merupakan sumber energi dan sangat
membantu dalam proses asimilasi daun. pada proses asimilasi sinar matahari berperan
langsung pada pemasakan makanan yang kemudian diedarkan ke seluruh bagian
tubuh tanaman. Disamping itu penyinaran matahari juga berperan dalam pembentukan
batang, batang menjadi lebih kokoh. 
 
v. Curah Hujan
      Curah Hujan Air sangat diperlukan untuk hidup semua makhluk, termasuk
tanaman. Air dapat menyediakan zat hara dari dalam tanah ke daerah perakaran
tanaman, sehingga memudahkan proses penyerapan hara oleh akar – akar tanaman.
Setiap tanaman membutuhkan persyaratan tertentu terhadap curah hujan yang
diperlukan. Pengaruh curah hujan ini dapat terlihat jelas, khususnya di pulau Jawa.
Pada daerah yang curah hujannya merata dengan batas musim kemarau yang kurang
tegas, maka kebutuhan air cukup terpenuhi sehingga jagung dapat tumbuh dengan
baik. 
BAB III 
METODE PENELITIAN 

3.1 TEMPAT DAN WAKTU 


     Tempat : Di rumah
     Waktu : selama 7 hari ( tanggal 19 Juli - 26 Juli 

3.3 VARIABEL
      Variabel Bebas    : media tanam
    Variabel Terikat : pertumbuhan kecambah biji jagung dengan indikator Panjang daun,
panjang batang, warna daun, jumlah daun.
      Variabel kontrol : intensitas air, intensitas cahaya , biji jagung, tempat tanam.

3.3 ALAT DAN BAHAN


1. 4 gelas plastik 
2. Cethok
3.  Air
4. 20 Benih Jagung
5. Kapas
6.  Kain dengan ukuran 10×10 cm
7. Tanah Humus
8. Tisu
 
3.4  LANGKAH KERJA
1. Menyiapkan  wadah plastik untuk tempat media tanam.
2. Meletakkan media tanam tanah kedalam wadah plastik.
3. Memberi sedikit air hingga tanah menjadi lembab.
4. Meletakkan biji jagung tata sesuai jumlah biji jagung.
5. Meletakkan wadah tersebut di tempat cukup cahaya.
6. Mengulang dengan melakukan hal yang sama sampai media tanam tisu, kain dan
kapas.
7. Mengamati pertumbuhan  biji jagung setiap hari dan mengukur  pertambahan
tumbuhnya.
8. Mengisi tabel  sebagai data analisis.

BAB IV
DATA DAN ANALISIS DATA
4.1 data
Hari Kain Kapas Tisu Tanah
ke -
1

Pada hari Pada hari


Pada hari pertama
Pada hari pertama
pertama diletakkan 5 biji
pertama diletakkan 5 biji
diletakkan 5 biji jagung dalam
diletakkan 5 biji jagung dalam
jagung dalam media tisu dan
jagung dan masih media kapas dan media tanah
masih belum humus dan
belum terjadi masih belum terjadi apapun masih belum
apapun pada biji. terjadi apapun
pada biji. terjadi apapun
pada biji.
pada biji.
2

Pada hari kedua


biji jagung juga Pada hari kedua
Pada hari kedua Pada hari
belum tumbuh biji jagung juga
biji jagung juga kedua biji
belum tumbuh
belum tumbuh jagung juga
belum tumbuh

Pada hari ketiga Pada hari ketiga Pada hari ketiga


Pada hari ketiga
biji jagung juga biji jagung juga biji jagung juga
biji jagung juga
belum tumbuh belum tumbuh belum tumbuh
belum tumbuh

Pada hari
Pada hari Pada hari Pada hari keempat biji
keempat biji keempat biji keempat biji jagung juga
jagung juga jagung juga jagung juga belum tumbuh
belum tumbuh belum tumbuh belum tumbuh

Pada hari Pada hari ke


Pada hari kelima Pada hari kelima lima dua biji
kelima biji
biji jagung juga biji jagung juga jagung sudah
jagung juga
belum tumbuh belum tumbuh mulai tumbuh
belum tumbuh
tunas dengan
ukuran biji
pertama dan
kedua 0,5 cm
6

Pada hari Pada hari ke


Pada hari
keenam biji Pada hari enam tiga biji
keenam biji
jagung juga keenam satu biji jagung sudah
jagung juga
belum tumbuh jagung sudah mulai tumbuh
belum tumbuh
mulai muncul tunas dengan
tunas atau fase ukuran biji
perkecambahan pertama dan
kedua 0,8 cm
dan biji ketiga
0,3 cm.

Pada hari ketujuh


biji jagung juga
belum tumbuh Pada hari ketujuh Pada hari
Pada hari
satu biji jagung ketujuh tiga biji
ketujuh satu biji
sudah mulai jagung sudah
jagung sudah
muncul tunas mulai tumbuh
mulai muncul
atau fase tunas dengan
tunas atau fase
perkecambahan ukuran biji
perkecambahan
dengan ukuran pertama dan
0,65 cm kedua 1cm dan
biji ketiga 0,5
cm.

4.2  Analisis Data 

      Berdasarkan data percobaan dari kelompok kami selama 7 hari, menunjukkan bahwa
pertumbuhan pada biji jagung lebih cepat apabila menggunakan media tanah humus. Dalam
percobaan ini jagung masih berada dalam fase perkecambahan yaitu proses saat proses
imbibisi air yang ditandai dengan pembengkakan biji sampai dengan sebelum munculnya
daun pertama. Bahkan dalam percobaan selama 7 hari tersebut, terdapat biji jagung yang
belum mengalami pertumbuhan. Berdasarkan percobaan, data yang didapat tidak sesuai
dengan hipotesis atau perkiraan pertama dari kelompok kami yang mengemukakan bahwa
biji jagung lebih cepat tumbuh dalam media kapas. Dari data tersebut pula dapat diketahui 
biji jagung tumbuh lebih cepat dengan media humus, kapas, kain, dan yang terakhir pada
media tisu karena pertumbuhan jagung lebih lambat daripada media lainnya.  Hasil percobaan
yang telah kami lakukan juga menghasilkan spekulasi yang berbeda dengan dasar teori. Pada
dasar teori disebutkan bahwa pertumbuhan biji akan lebih cepat dengan media kapas.
Sehingga,  hasil dari percobaan yang kami lakukan akan ditindaklanjuti dalam pembahasan
pada bab berikutnya.

BAB V 

PEMBAHASAN 

5.1  Pembahasan Kualitatif


● Berdasarkan percobaan pertumbuhan biji jagung selama 7 hari, menunjukkan
bahwa perkecambahan biji jagung termasuk tipe perkecambahan hipogeal karena
kotiledonnya terletak di bawah permukaan tanah dan terdapat perbedaan kecepatan
dalam perkecambahan di media yang berbeda. Kami mendapatkan data bahwa
pertumbuhan benih jagung lebih cepat tumbuh pada media tanah dari pada media
kapas, kain, dan tisu. Hal ini dapat dibuktikan dengan terjadinya fase perkecambahan
yang lebih cepat terjadi pada media tanah. Fase perkecambahan tersebut terjadi karena
saat proses imbibisi air yang ditandai dengan pembengkakan biji sampai dengan
sebelum munculnya daun pertama. Perkecambahan benih jagung terjadi ketika
radikula muncul dari kulit biji. Benih jagung akan berkecambah jika kadar air benih
pada saat di dalam tanah meningkat >30%. Proses perkecambahan benih jagung,
mula-mula benih menyerap air melalui proses imbibisi dan benih membengkak yang
diikuti oleh kenaikan aktivitas enzim dan respirasi yang tinggi. Perubahan awal
sebagian besar adalah katabolisme pati, lemak, dan protein yang tersimpan
dihidrolisis menjadi zat-zat yang mobil, gula, asam-asam lemak, dan asam amino
yang dapat diangkut ke bagian embrio yang tumbuh aktif. Pada awal perkecambahan,
koleoriza memanjang menembus pericarp, kemudian radikel menembus koleoriza.
Setelah radikel muncul, kemudian empat akar seminal lateral juga muncul. Pada
waktu yang sama atau sesaat kemudian plumule tertutupi oleh koleoptil. Koleoptil
terdorong ke atas oleh pemanjangan mesokotil, yang mendorong koleoptil ke
permukaan tanah. Mesokotil berperan penting dalam pemunculan kecambah ke atas
tanah. Ketika ujung koleoptil muncul ke luar permukaan tanah, pemanjangan
mesokotil terhenti dan plumul muncul dari koleoptil dan menembus permukaan tanah.
Pada percobaan tersebut proses perkecambahan muncul lebih cepat pada media
humus, kemudian kapas. Akan tetapi, pada media tisu dan kain perubahan secara
fisik (perubahan yang dapat diamati ) belum terjadi dalam waktu tujuh hari pada
masa percobaan. Hal tersebut dapat terjadi karena beberapa faktor, misalnya kondisi
tempat yang kurang lembab sehingga proses pertumbuhan lenih lambat. Seharusnya
pada kondisi lingkungan yang lembab, tahap pemunculan berlangsung 4-5 hari
setelah tanam, namun pada kondisi yang dingin atau kering, pemunculan tanaman
dapat berlangsung hingga dua minggu setelah tanam atau lebih. Dari faktor tersebut
dapat membuktikan pertumbuhan biji jagung yang cukup lambat. Pada media tanah
biji jagung sudah mengalami proses perkecambahan, hal ini terjadi karena tanah
humus memiliki unsur organik yang lebih tinggi sehingga lebih cepat mengalami
perkecambahan. Dalam media kapas, pertumbuhan jagung lebih lambat dari pada
media tanah hal tersebut dapat terjadi karena tingkat kelembaban yang kurang
tinggi, sehingga pertumbuhan pada kapas lebih lambat dari media tanah humus.

5.2 Pembahasan Kuantitatif 

● Berdasar hasil percobaan didapatkan hasil bahwa pertumbuhan biji jagung terjadi
pada media tanah humus dan media kapas saja, sedangkan pada media tisu dan
kain pertumbuhan belum terjadi. Sehingga pengukuran perkecambahan jagung
dilakukan pada biji yang menggunakan media tanah humus dan kapas. Pada media
tanah, tunas tumbuh dengan panjang 1 cm biji pertama dan kedua, dan 0,5 pada biji
ketiga. Pada media kapas tinggi tunas adalah 0,65 cm pada biji pertama. Perbedaan
tinggi pada tunas jagung dalam percobaan disebakan oleh beberapa faktor yang
telah disebutkan diatas, yaitu intensitas kelembapan yang kurang tinggi sehingga
menghambat pertumbuhan biji jagung.

5.3 Media Kapas


    Kapas memiliki struktur  yang lembut, dan juga memiliki daya serap air yang rendah.
Sehingga, media tanam dengan kapas dapat terjaga kelembabannya, dan juga memiliki
persediaan air dalam jangka waktu yang lama. Tetapi, dalam pencobaan yang kami lakukan
media kapas tumbuhnya lebih lambat daripada tanah humus. Seharusnya, dengan media
kapas tumbuhnya lebih cepat. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi dalam hal ini yakni :

Faktor eksternal/lingkungan 

Faktor ini merupakan faktor luar yang erat sekali hubungannya dengan proses pertumbuhan
dan perkembangan.Faktor tersebut yaitu: 

a.   Suhu / temperatur lingkungan 

      Tinggi rendah suhu menjadi salah satu faktor yang menentukan tumbuh kembang,
reproduksi dan kelangsungan hidup dari tanaman. Suhu yang baik bagi tumbuhan adalah
antara 22°C-37°C. Temperatur yang lebih atau kurang dari batas normal tersebut dapat
mengakibatkan pertumbuhan yang lambat atau berhenti. 

b.    Kelembaban  udara

        Kadar air dalam udara dapat mempengaruhi pertumbuhan serta perkembangan


tumbuhan. Tempat yang lembab menguntungkan bagi tumbuhan di mana tumbuhan dapat
mendapatkan air lebih mudah serta berkurangnya penguapan yang akan berdampak pada
pembentukan sel yang lebih cepat. 

c.      Cahaya matahari

     Sinar matahari sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk dapat melakukan fotosintesis
(khususnya tumbuhan hijau). Jika suatu tanaman kekurangan cahaya mat ahari, maka
tanaman itu bisa tampak pucat dan warna tanaman itu kekuning -kuningan (etiolasi). Pada
kecambah, justru sinar matahari dapat menghambat proses pertumbuhan. 

d.      Udara (Oksigen)

     Pada tumbuhan ,untuk melakukan proses fotosintesis sangat dibutuhkan udara yakni
karbondioksida, dimana tumbuhan menghirup karbondioksida pada siang hari sedangkan
pada malam harinya tumbuhan menghirup oksigen. 

e.      Makanan dan air

       Tumbuhan memperoleh makanan yang berbeda. Makanan tersebut merupakan unsur dan
senyawa kimia. Zat makanan diperlukan sebagai sumber energi dan sumber materi untuk
sintesis berbagai komponen sel yang diperlukan selama pertumbuhan. Tumbuhan dapat
membuat makanannya sendiri yaitu dengan cara fotosintesis. Tumbuhan membutuhkan zat
anorganik yang umumnya diambil dari dalam tanah dalam bentuk ion, dan CO2 diambil dari
udara. Beberapa unsur dibutuhkan dalam jumlah banyak, unsur tersebut dinamakan unsur
makro atau makronutrien, misalnya C (karbon), P (fosforus), dan Mg (magnesium).
Sedangkan unsur-unsur yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit disebut unsur mikro atau
mikronutrien, misalnya Zn (Zink), Mn (mangan) dan Ca (kalsium). Tumbuhan yang
kekurangan makanan akan terhambat pertumbuhannya. Contohnya kekurangan zat besi dan
magnesium dapat mengakibatkan Klorosis. Klorosis menyebabkan tumbuhan berwarna pucat
dan akhirnya mati. Kekurangan Fosforus mengakibatkan daun berbercak kemerahan yang
selanjutnya menyebabkan daun cepat rusak. Pengambilan garam mineral dari dalam tanah
pada umumnya bersamaan dengan pengambilan air. Air sangat berperan sebagai pelarut bagi
kebanyakan reaksi dalam tubuh makhluk hidup. Pada tumbuhan, kekurangan air akan
meningkatkan sintesis absisin, yaitu suatu hormon yang dapat menghambat pertumbuhan. 

Faktor internal

Faktor internal merupakan faktor yang melibatkan hormon dan gen yang akan mengontrol
pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan.

a.      Gen

         Gen adalah faktor penentu sifat-sifat yang akan diwariskan kepada generasi berikutnya.
Gen juga berperan dalam pengendalian metabolisme zat di dalam sel, misalnya proses
sintesis protein. Protein merupakan komponen dasar penyusun tubuh makhluk hidup
termasuk tumbuhan. Dengan demikian gen dapat mengatur pola pertumbuhan dengan cara
menurunkan sifat sifatnya dan sintesis-sintesis yang dikendalikannya. 

b.      Hormon

Di bawah ini merupakan macam-macam hormon pada tumbuhan. 

● Auksin 

a.      Berperan dalam Pertumbuhan untuk memacu proses pemanjangan sel. 

b.      Merangsang cambium untuk membentuk Xilem dan Floem memelihara elastisitas
dinding sel primer. 

c.      Menghambat rontoknya buah dan gugurnya daun, serta pembentukan Partenokarpi
(Pembentukan buah tanpa biji), akar lateral dan serabut akar. 

● Giberelin 

a.      Berpengaruh terhadap perkembangan dan perkecambahan embrio.

b.      Merangsang pembentukan enzim amilase. 

c.      Mencegah kekerdilan tumbuhan, pembentukan biji. 

● Sitokinin 

a.      Berperan dalam proses pembelahan sel. 

b.      Merangsang pembentukan akar, batang, cabang, akar dan pucuk.

c.      Menghambat proses penuaan . 

● Gas Etilen 

a.      Berperan dalam proses pematangan buah dan kerontokan daun. 

b.      Merangsang proses pembentukan bunga. 


● Asam Absisat 

Berperan dalam proses penuaan dan rontoknya daun, mempertahankannya tumbuh pada
lingkungan yang buruk. 

● Kalin 

a.      Rhizokalin: merangsang pembentukan akar.

b.      Kaulokalin: merangsang pembentukan batang. 

c.      Anthokalin: merangsang pembentukan bunga. 

d.      Filokalin: merangsang pembentukan daun.

Dibawah ini adalah hasil biji jagung yang sudah ditanam dalam waktu 2 Minggu
menggunakan media kapas. Pada gambar tersebut dapat dilihat bahwa jagung sudah berada
dalam fase pertumbuhan vegetatif, yaitu fase mulai munculnya daun pertama yang terbuka
sempurna sampai tasseling dan sebelum keluarnya bunga betina (silking), fase ini
diidentifiksi dengan jumlah daun yang terbentuk.

5.4 Tanah Humus 

  Tanah humus adalah tanah yang memiliki kandungan organik sebagai habitat
mikroorganisme penyubur tanah, sehingga tanah kaya akan unsur hara yang dibutuhkan
tanaman. Kandungan seperti alifatik hidroksida, fenol dan asam karboksilat adalah zat-zat
yang ada pada humus dan bermanfaat untuk kesuburan tanaman. Namun selain menggunakan
tanah, tentu perkecambahan jagung ini membutuhkan pupuk agar pertumbuhan biji jagung
menjadi lebih sempurna.

   Berdasarkan praktikum dan tabel pengamatan di atas, biji jagung yang ditanam
menggunakan media tanah humus lebih cepat tumbuh (berkecambah) terlebih dahulu
daripada media tanam yang lain. Tentu hal ini juga disebabkan karena kandungan yang
terdapat pada tanah humus.

        Bisa dilihat pada tabel pengamatan, pada hari pertama biji jagung tersebut masih belum
tumbuh sama sekali, sama juga dengan media tanam yang lain. Namun, pada hari ke-6 biji
jagung sudah mulai tumbuh (berkecambah), sedangkan pada media tanam yang lain masih
belum ada yang berkecambah. Bisa dibuktikan bahwa dalam percobaan(praktikum) ini biji
jagung lebih cepat tumbuh atau berkecambah apabila menggunakan media tanam tanah
humus.

Dibawah ini adalah hasil pertumbuhan biji jagung selama 2 Minggu dalam media tanah
humus. Berdasarkan hasil percobaan dapat kita amati bahwa pertumbuhan jagung pada media
humus lebih cepat dalam proses pertumbuhan dari pada media kapas. Ciri fisik juga terlihat
yaitu batang pada tanaman jagung yang menggunakan media humus lebih besar atau tebal
dari pada media lainnnya yaitu kapas, kain, dan tisu.

5.5 Kain 

        Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, didapati bahwa pertumbuhan biji
jagung dengan menggunakan media tanam kain katun kurang optimal. Menurut (Wancik,
1992:85), katun adalah kain yang berasal dari serat biji kapas. Katun adalah kain yang berasal
dari 100% kapas. Sifat katun yaitu higroskopis atau menyerap air dengan kata lain kain katun
sangat baik dalam menyerap keringat dan sejuk apabila digunakan. Karena sifatnya yang
mudah menyerap air, kain katun menjadi salah satu media tanam yang memadai untuk
perkecambahan jagung. Namun, karena proses perkecambahan jagung tidak hanya
membutuhkan air melainkan juga zat hara dan nutrisi nutrisi dari tanah, pertumbuhan
kecambah jagung tidak bisa terjadi optimal.

Dibawah ini adalah hasil pertumbuhan biji jagung dalam media kain. Perbedaan sangat
jelas jika kita bandingkan denga media tanah humus ataupun kapas. Pertumbuhan dengan
media kain membutuhkan waktu yang cukup lama serta ciri fisik yang diamati yaitu, batang
pada tanaman jagung dengan media kain lebih kecil dari pada tanaman jagung dnegan media
humus dan kapas.

5.6 Tisu 

             Pertumbuhan menunjukkan suatu pertambahan dalam ukuran dengan menghilangkan


konsep-konsep yang menyangkut perubahan kualitas seperti halnya kedewasaan (maturity),
yang tidak relevan dengan pengertian proses pertambahan. Pertumbuhan dapat dicontohkan
dalam bentuk volume, massa atau berat (segar atau kering). Pertumbuhan dan perkembangan
pada tumbuhan biji diawali dari perkecambahan. Pada embrio atau lembaga terdapat plumula
yang tumbuh menjadi batang dan radikula yang tumbuh menjadi akar. Perkecambahan pada
akhir pertumbuhan membentuk akar, batang dan daun. Pada ujung-ujung akar dan batang
terdapat sel-sel yang senantiasa membelah diri (meristematis), dikenal sebagai jaringan
meristem ujung.

            Tisu merupakan jenis kertas tipis yang bisa menampung air. Pertumbuhan  tanaman 
berbanding  lurus  dengan  ketersediaan  air. Pertumbuhan  akan terbatas  pada  keadaan air 
yang  terlalu rendah  maupun terlalu  tinggi.  Hal  ini  mungkin  disebabkan  karena  bila  air 
terlalu tinggi,konsentrasi  oksigen  dan  tata  udara  tanah  menjadi  jelek,  sedangkan  bila
ketersediaan  air  terlalu  rendah,  maka  tanaman  selain  tidak  dapat mengabsorbsi unsur
hara juga dapat menyebabkan stress karena tidak dapat menjalankan  fotosintesis  dengan 
baik  (Mengel  dan  Kirkby,  1987). Sehingga tisu yang dapat mengandung air dapat
digunakan media tanam lain selain tanah. 

                   Dalam percobaan ini, tisu digunakan sebagai salah satu media tanam. Tanaman
jagung pada media tanam jagung mengalami pertumbuhan yang teratur namun tingkat
pertumbuhannya dibawah media tanam kapas dan tanah. Tekstur tisu lebih kasar
dibandingkan kapas dan tanah. Tetapi teksturnya lebih halus daripada kain. Sehingga jika
melihat pertumbuhan tanaman jagung dalam media tanam tisu dibandingkan dengan media
tanam lain, pertumbuhan jagung berada pada tingkat tiga.

Dibawah merupakan hasil pertumbuhan biji jagung dalam media tisu. Dari jasil
percobaan didapatkan bahwa denganenggunakan media tisu pertumbuhan lebih lambat dari
media lain. Ciri fisiknya juga terlihat dari ukuran batang yang lebih kecil dan diameter daun
juga lebih kecil dari pada menggunakan media lain.
BAB VI 

                                                       Kesimpulan

Perkecambahan merupakan salah satu fase yang penting pada pertumbuhan suatu
tanaman. Fase perkecambahan merupakan fase waktu mulai terbentuknya organ
tanaman, seperti mulai dari akar, batang, dan daun untuk pertama kalinya. Media
tanam merupakan salah satu faktor utama dalam perkecambahan. Jenis media tanam
mempengaruhi proses perkecambahan tanaman jagung. Hal ini dibuktikan dengan
lebih cepat perkecambahan jagung dalam media tanam humus dibandingkan dengan
media kapas, kain dan tisu. Cepat lambatnya perkecambahan jagung disebabkan
kandungan nutrisi dalam setiap media tanam yang berbeda, dan terjadi karena
intensitas kelembapan yang kurang tinggi sehingga dalam tujuh hari sehingga
tanaman lebih lambat dalam proses pertumbuhannya.
Daftar Pustaka 

https://www.researchgate.net/publication/341540066_PERTUMBUHAN_TANAMAN
(dilansir pada : 11 Agustus 2021)

http://lpp.uad.ac.id › 2017/05PDF tisu, kulit pisang, ampas tebu, jerami p - LPP UAD
(dilansir pada : 11 Agustus 2021)

https://kkn.unnes.ac.id › lapk...PDF Siti Royanah (3101417010) MANFAAT ... - KKN Unnes


(dilansir pada : 11 Agustus 2021)

https://jagungbisi.com/fase-perkecambahan-dan-pertumbuhan-tanaman-
jagung/#:~:text=Perkecambahan%20benih%20jagung%20terjadi%20ketika,1999). (Dilansir
pada : 11 Agustus 2021)

http://eprints.mercubuana-yogya.ac.id/5666/3/BAB%20II.pdf

https://scholar.google.co.id/scholar?
q=pembahasan+kuantitatif+perkembangan+jagung&hl=id&as_sdt=0&as_vis=1&oi=scholart
#d=gs_qabs&u=%23p%3DmIXM9ot7r4gJ

https://agroteksos.unram.ac.id/index.php/Agroteksos/article/download/123/80/

https://badrirohman-wordpress-
com.cdn.ampproject.org/v/s/badrirohman.wordpress.com/2014/01/20/pengaruh-media-
tanam-terhadap-pertumbuhan-jagung-biologi-umum/amp/?
amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D
%3D#aoh=16286851041186&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari
%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F%2Fbadrirohman.wordpress.com
%2F2014%2F01%2F20%2Fpengaruh-media-tanam-terhadap-pertumbuhan-jagung-biologi-
umum%2F

https://zhye-wordpress-
com.cdn.ampproject.org/v/s/zhye.wordpress.com/2009/07/06/12/amp/?
amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D
%3D#aoh=16286852913939&csi=1&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F
%2Fzhye.wordpress.com%2F2009%2F07%2F06%2F12%2F

https://www.academia.edu/18577441/LAPORAN_BIOLOGI_PERTUMBUHAN_DAN_PE
RKEMBANGAN_BIJI_JAGUNG

http://maaymeong.blogspot.com/2014/10/contoh-laporan-perkembangan-dan.html?m=1
http://yuccakuzza.blogspot.com/2011/12/laporan-pertumbuhan-tanaman-di-berbagai.html?
m=1

Anda mungkin juga menyukai