Anda di halaman 1dari 6

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Kedelai

Menurut Septiatin (2008) sistematika tanaman kedelai adalah sebagai

berikut Kingdom : Plantae; Divisi : Magnoliophyta; Kelas : Magnoliopsida;

Subkelas : Rosidae; Ordo : Fabales; Famili : Fabaceae ; Genus : Glycine; Spesies

:Glycine max (L.) Merrill.

Sistem perakaran kedelai terdiri dari dua macam, yaitu akar tunggang dan

akar sekunder (serabut) yang tumbuh dari akar tunggang. Selain itu kedelai juga

seringkali membentuk akar adventif yang tumbuh dari bagian bawah hipokotil.

Pada umumnya, akar adventif terjadi karena cekaman tertentu, misalnya kadar air

tanah yang terlalu tinggi (Gardner et al, 1999).

Tanaman kedelai memiliki batang yang tidak berkayu. Batang yang

dimiliki oleh kedelai merupakan jenis perdu atau semak, yang berambut atau

berbulu, berbentuk bulat, dan berwarna hijau dengan panjang dari masing-masing

batang bervariasi antara 30 hingga 100 cm. Selain itu, batang pada tanaman

kedelai dapat tumbuh dengan cabang yang dihasilkan 3 hingga 6 cabang

(Gardner et al, 1999).

Umumnya, bentuk daun kedelai ada dua, yaitu bulat (oval) dan lancip

(lanceolate). Kedua bentuk daun tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik. Bentuk

daun diperkirakan mempunyai korelasi yang sangat erat dengan potensi produksi

biji. Umumnya, daerah yang mempunyai tingkat kesuburan tanah tinggi sangat

cocok untuk varietas kedelai yang mempunyai bentuk daun lebar. Daun

mempunyai stomata, berjumlah antara 190-320 buah/m2 (Syawal, 2007).


4

Pembungaan kedelai berbentuk tandan aksilar atau terminal, berisi 3-30

kuntum bunga, bunganya kecil, lembayung atau putih, daun kelopaknya

berbentuk tabung, dengan dua cuping atas dan tiga cuping bawah yang

berlainan, tidak rontok, benang sarinya sepuluh helai, dua tukal, tangkai putiknya

melengkung, berisi kepala putik yang berbentuk bonggol (Irwan, 2006).

Polong kedelai pertama kali terbentuk sekitar 7-10 hari setelah munculnya

bunga pertama. Panjang polong muda sekitar 1 cm. Jumlah polong yang terbentuk

pada setiap ketiak tangkai daun sangat beragam, antara 1-10 buah dalam setiap

kelompok. Pada setiap tanaman, jumlah polong dapat mencapai lebih dari 50,

bahkan ratusan. Kecepatan pembentukan polong dan pembesaran biji akan

semakin cepat setelah proses pembentukan bunga berhenti. Ukuran dan bentuk

polong menjadi maksimal pada saat awal periode pemasakan biji. Hal ini

kemudian diikuti oleh perubahan warna polong, dari hijau menjadi kuning

kecoklatan pada saat masak (Mayadewi, 2007).

Biji kedelai terbagi menjadi dua bagian utama, yaitu kulit biji dan janin

(embrio). Pada kulit biji terdapat bagian yang disebut pusar (hilum) yang

berwarna coklat, hitam, atau putih. Pada ujung hilum terdapat mikrofil, berupa

lubang kecil yang terbentuk pada saat proses pembentukan biji. Warna kulit biji

bervariasi, mulai dari kuning, hijau, coklat, hitam, atau kombinasi campuran dari

warna-warna tersebut (Mayadewi, 2007).

Syarat Tumbuh

Iklim

Tanaman kedelai sebagian besar tumbuh di daerah yang beriklim tropis

dan subtropis. Sebagai barometer iklim yang cocok bagi kedelai adalah bila cocok
5

bagi tanaman jagung. Bahkan daya tahan kedelai lebih baik daripada jagung.

Iklim kering lebih disukai tanaman kedelai dibandingkan iklim lembab. Tanaman

kedelai dapat tumbuh baik di daerah yang memiliki curah hujan sekitar 100-400

mm/bulan. Sedangkan untuk mendapatkan hasil optimal, tanaman kedelai

membutuhkan curah hujan antara 100-200 mm/bulan (Andrianto, 2004).

Suhu yang dikehendaki tanaman kedelai antara 21-34 0C, akan tetapi suhu
0
optimum bagi pertumbuhan tanaman kedelai 23-27 C. Pada proses

perkecambahan benih kedelai memerlukan suhu yang cocok sekitar 30 0C. Saat

panen kedelai yang jatuh pada musim kemarau akan lebih baik dari pada musim

hujan, karena berpengaruh terhadap waktu pemasakan biji dan pengeringan hasil

(Suheni, 2007).

Tanah

Toleransi keasaman tanah sebagai syarat tumbuh bagi kedelai adalah pH=

5,8-7,0 tetapi pada pH 4,5 pun kedelai dapat tumbuh. Pada pH kurang dari 5,5

pertumbuhannya sangat terlambat karena keracunan aluminium. Pertumbuhan

bakteri bintil dan proses nitrifikasi (proses oksidasi amoniak menjadi nitrit atau

proses pembusukan) akan berjalan kurang baik (Chaniago, 2011).

Tanah-tanah yang cocok yaitu: alluvial, regosol, grumosol, latosol dan

andosol. Pada tanah-tanah podsolik merah kuning dan tanah yang mengandung

banyak pasir kwarsa, pertumbuhan kedelai kurang baik, kecuali bila diberi

tambahan pupuk organik atau kompos dalam jumlah cukup. Kedelai juga

membutuhkan tanah yang kaya akan humus atau bahan organik. Bahan organik

yang cukup dalam tanah akan memperbaiki daya olah dan juga merupakan
6

sumber makanan bagi jasad renik, yang akhirnya akan membebaskan unsur hara

untuk pertumbuhan tanaman (Chaniago, 2011).

Teknik Persilangan Pada Jagung (Zea mays L.) dan Kedelai (Glycine max L.)

Hibridisasi (persilangan) adalah penyerbukan silang antara tetua yang

berbeda susunan genetiknya. Pada tanaman menyerbuk sendiri hibridisasi

merupakan langkah awal pada program pemuliaan setelah dilakukan pemilihan

tetua. Umumnya program pemuliaan tanaman menyerbuk sendiri dimulai dengan

menyilangkan dua tetua homozigot yang berbeda genotipenya. Pada tanaman

menyerbuk silang, hibridisasi biasanya digunakan untuk menguji potensi tetua

atau pengujian ketegaran hibrida dalam rangka pembentukan varietas hibrida.

Selain itu, hibridisasi juga dimaksudkan untuk memperluas keragaman

(Nasir, 2001).

Persilangan memiliki beberapa tujuan, yaitu: (1) Menggabungkan semua

sifat baik ke dalam satu genotipe baru; (2) Memperluas keragaman genetik; (3)

Memanfaatkan vigor hibrida; atau (4) Menguji potensi tetua (uji turunan). Dari

keempat tujuan utama ini dapat disimpulkan bahwa hibridisasi memiliki peranan

penting dalam pemuliaan tanaman, terutama dalam hal memperluas keragaman

dan mendapatkan varietas unggul yang diinginkan. Seleksi akan efektif apabila

populasi yang diseleksi mempunyai keragaman genetik yang luas (Syukur, 2009).

Penyerbukan sendiri adalah jatuhnya serbuk sari dari anter ke stigma pada

bunga yang sama atau stigma dari bunga yang lain pada tanaman yang sama atau

klon yang sama. Prinsipyang memungkinkan terjadinya penyerbukan

penyerbukan sendiri adalah kleistogami yaitu pada waktu terjadi penyerbukan


7

bunga yang belum mekar atau tidak terbuka, misalnya pada kedelai, padi,

tembakau dan lain-lain (Muhammad, 2005).

Di alam penyerbukan silang terjadi secara spontan. Penyerbukan tersebut

terjadi dengan bantuan angin, serangga pollination dan binatang lainnya. Pada

penyerbukan alami tidak diketahui sifat-sifat dari pohon induk apakah sifat dari

pohon induk baik atau buruk sehingga tidak dapat dilakukan pengontrolan

akibatnya hasilnya seringkali mengecewakan. Oleh karena itu agar persilangan

dapat dikontrol dan hasilnya sesuai dengan yang diharapkan, maka manusia

melakukan penyerbukan silang buatan (Sunarto, 1997).

Kastrasi atau emaskulasi adalah membuang bagian tanaman yang tidak

diperlukan. Kegiatan ini biasa disebut dengan pengebirian. Kastrasi dilakukan

sehari sebelum penyerbukan agar putik menjadi masak sempurna saat

penyerbukan sehingga keberhasilan penyilangan lebih tinggi. Setiap bunga

(spikelet) terdapat enam benang sari. Dua kepala putik yang menyerupai rambut

tidak boleh rusak. Oleh karena itu perlu hati-hati dalam melakukan kastrasi.

Bunga pada malai yang akan dikastrasi dijarangkan hingga tinggal 15-50 bunga.

Sepertiga bagian bunga dipotong miring menggunakan gunting kemudian benang

sari diambil dengan alat penyedot jarum pentul maupun dengan pinset. Bunga

yang telah bersih dari benang sari ditutup dengan glacine bag (kertas sungkup)

agar tidak terserbuki oleh tepung sari yang tidak dikehendaki. Waktu yang baik

untuk melakukan kastrasi adalah setelah pukul 3.00 sore. Stadia bunga yang baik

untuk dikastrasi adalah pada saat ujung benang sari berada pada pertengahan

bunga. Pada stadia demikian, benang sari akan mekar dalam 1-2 hari (Wel, 1998).
8

Faktor terpenting dalam pembentukan hibrida adalah pemilihan plasma

nutfah pembentuk populasi dasar yang akan menentukan tersedianya tetua unggul.

Dalam proses prakitan hibrida dibutuhkan sedikitnya dua populasi yang memiliki

latar belakang plasma nutfah denga keragaman genetik yang luas, penampilan

persaingan yang menonjol dan menunjukkan tingkat heterosis tinggi.

Pembentukan hibrida diutamakan persilangan antara bahan genetik atau populasi

yang kontras atau berbeda sumber plasma nutfahnya. Faktor- faktor yang

mempengaruhi keberhasilan hibridisasi adalah: 1. Pemilihan tetua; 2. Pengetahuan

tentang morfologi dan metode reproduksi; 3. Waktu tanaman berbunga; 4.

Keadaan cuaca saat penyerbukan, dan 5. Pelaksanaan (Wawan, 2002).

Anda mungkin juga menyukai