Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan merupakan salah satu
unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan UUD negara Indonesia
tahun 1945. Menurut Undang-Undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,
kesehatan merupakan keadaan sehatsecara fisik, mental, spiritual maupun sosial
yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
ekonomi. Untuk mencapai hal tersebut dilakukan berbagai upaya kesehatan
untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya, yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan berdasarkan prinsip
nondiskriminatif, partisipasif, dan berkelanjutan dalam rangka pembentukan
sumber daya manusia Indonesia, serta peningkatan ketahanan dan daya saing
bangsa dalam pembangunan nasional.
Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui
pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Upaya kesehatan merupakan
setiap kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan
berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan dan berkesinambungan
untuk memlihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk
pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit dan
pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau masyarakat.
Menurut Permenkes 51 Tahun 2009 Pelayanan kefarmasian merupakan
suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan
dengan sediaan Farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Pelayanan kefarmasian dilaksanakan oleh tenaga kefarmasian yang
melakukan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Apoteker dan Tenaga Teknis
Kefarmasian.Pelaksanaan Pekerjaan Kefarmasian meliputi:
a. Pekerjaan Kefarmasian dalam Pengadaan Sediaan Farmasi;
b. Pekerjaan Kefarmasian dalam Produksi Sediaan Farmasi;

1
c. Pekerjaan Kefarmasian dalam Distribusi atau Penyaluran Sediaan
Farmasi; dan
d. Pekerjaan Kefarmasian dalam Pelayanan Sediaan Farmasi.
Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang
kefarmasian serta semakin tingginya kesadaran masyarakat dalam
meningkatkan kesehatan, maka dituntut juga kemampuan dan kecakapan tenaga
kesehatan dalam rangka mengatasi permasalahan yang mungkin timbul dalam
pelaksanaan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Demikian juga pada
dasarnya kaitan tugas pekerjaan tenaga kerfarmasian dalam melangsungkan
berbagai proses kefarmasian, bukan hanya sekedar membuat obat, menjamin
serta meyakinkan bahwa produk kefarmasian yang diselenggarakan adalah
bagian yang tak terpisahkan dari proses penyembuhan penyakit yang diderita
pasien, tetapi juga dalam penyimpanan serta pendistribusian obat. Tenaga
kefarmasian dalam menjalankan tugasnya harus berdasarkan kepada prosedur-
prosedur kefarmasian demi dicapainya produk kerja yang memenuhi syarat ilmu
pengetahuan kefarmasian, sasaran produk kerja yang dilakukan, hasil kerja akhir
yang seragam tanpa mengurangi pertimbangan keprofesian secara pribadi.
Tenaga kefarmasian adalah tenaga ahli yang mempunyai kewenangan di
bidang kefarmasian melalui keahlian yang diperolehnya selama pendidikan tinggi
kefarmasian. Sifat yang berdasarkan ilmu pengetahuan ini memberi semacam
otoritas dalam berbagai aspek obat atau proses kefarmasian yang tidak dimiliki
oleh tenaga kesehatan lainnya. Lingkup pekerjaan tenaga kefarmasian meliputi
semua aspek tentang obat, mulai penyediaan, bahan baku dalam arti luas,
membuat sediaan jadi sampai dengan pelayanan kepada pemakai obat atau
pasien.
Dalam bidang pendidikan pengalaman belajar di bidang kefarmasian
merupakan hal yang sangat penting, dalam mencapai keberhasilan dalam tujuan
pendidikan. Untuk mencapai pengalaman belajar pada tatanan yang nyata dan
kompherensif sehingga mahasiswa dapat lebih siap dan mandiri, maka
dilaksanakan Praktek Belajar Lapangan (PBL)agar mahasiswa mampu belajar
menghadapi berbagai tantangan dalam dunia kerja dan belajar menganalisis
suatu gejala dan masalah yang timbul agar kelak dapat diaplikasikan langsung.

2
1.2. Tujuan Praktek Belajar Lapangan (PBL)
Adapun tujuan dilaksanakannya Praktek Belajar Lapangan (PBL) ini
antara lain:
a. Untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan
pendidikan Diploma III di Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan.
b. Meningkatkan keterampilan serta menambah pengetahuan tentang cara
perencanaan, pengadaan, penyimpanan, dan penyaluran obat dan alat
kesehatan di InstalasiFarmasi.
c. Mengetahui tugas dan fungsi Instalasi Farmasi.
d. Membina sikap profesional mahasiswa yang diperlukan dalam memasuki
dunia kerja.
e. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungan kerja yang sesungguhnya.

1.3. Manfaat Praktek Belajar Lapangan (PBL)


1. Mahasiswa menjadi lebih terampil dan memiliki kemampuan dalam
melaksanakan kegiatan kefarmasian khususnya di Instalasi Farmasi.
2. Dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mahasiswa, dalam
bidang kegiatan kefarmasian di Instalasi Farmasi.
3. Memperluas pola pikir mahasiswa dalam dunia kerja.
4. Mengembangkan wawasan tentang dunia kefarmasian.

1.4. Tujuan Pembuatan Laporan


Adapun tujuan pembuatan laporan ini yaitu sebagai bukti bahwa telah
dilaksanakannya kegiatan Praktek Belajar Lapangan (PBL) di Instalasi Farmasi
Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang di Lubuk Pakam.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Defenisi Instalasi Farmasi

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


No.610/MenKes/SK/XI/81 Tahun 1981 Tentang Organisasi dan Tata Kerja
Instalasi Perbekalan Kesehatan di Bidang Farmasi di Kabupaten/Kota, Instalasi
Farmasi Kabupaten adalah unit pelaksana teknis dalam lingkungan Dinas
Kesehatan, yang selanjutnya dalam keputusan ini disebut Instalasi Farmasi.
Instalasi Farmasi merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri
farmasi yang berfungsi untuk memerima, menyimpan, dan
mendistribusikansediaan farmasi dan perbekalan kesehatan .
Perinstalasian adalah segala upaya pengelolaan instalasi yang meliputi
penerimaan, penyimpanan, pemeliharaan, pendistribusian, pengendalian dan
pemusnahan agar kualitas dan kuantitas perbekalan kesehatan tetap terjamin.
Instalasi perbekalan di bidang farmasi di Kabupaten/Kota adalah Unit
Pelaksanaan Teknis (UPT) dalam lingkungan Dinas Kesehatan yang selanjutnya
disebut instalasi farmasi. Instalasi farmasi adalah sarana atau tempat
dilaksanakannya pekerjaan kefarmasian berupa penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian, pencatatan dan pelaporan serta pemeliharaan barang
persediaan berupa obat, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan lainnya yang
tujuannya untuk melaksanakan program upaya kesehatan di Kabupaten/Kota
madya yang bersangkutan.
Instalasi farmasi di Kabupaten/Kotamadya dipimpin oleh seorang Kepala
Instalasi farmasi yang bertanggung jawab memimpin dan mengkoordinasi semua
kegiatan di lingkungan Instalasi Farmasi di Kabupaten/Kotamadya serta
memberikan bimbingan dan petunjuk bagi pelaksanaan tugas.

2.2. Tugas dan Tanggung Jawab Instalasi Farmasi


Instalasi Farmasi di Kabupaten/Kotamadya mempunyai tugas yaitu :
melakukan pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian perbekalan
farmasi dan peralatan kesehatan yang diperlukan dalam rangka pelayanan
kesehatan, pencegahan dan pemberantasan penyakit serta pembinaan
kesehatan masyarakat di Kabupaten/Kotamadya.

4
2.3. Fungsi Dan Manfaat Instalasi Farmasi
2.3.1. Fungsi Instalasi Farmasi
Instalasi Farmasi Kabupaten mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Melakukan penerimaan, penyimpanan, pemeliharaan, dan pendistribusian
sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan.
b. Melakukan penyimpanan dan penyusunan rencana peralatan dan
pelaporan mengenai persediaan dan penggunaan obat, pendistribusian
dan penggunan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan.
c. Melakukan pengamatan terhadap mutu dan khasiat obat secara umum,
baik yang ada dalam persediaan maupun yang didistribusikan
d. Melakukan urusan tata usaha, kepegawaian dan urusan dalam.Contoh :
keuangan, kepegawaian
e. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten Deli Serdang
f. Melakukan usaha tata usaha, keuangan, kepegawaian di lingkungan
instalasi farmasi

2.3.2. Manfaat Instalasi Farmasi


Ruang lingkup pengelolaan obat dikabupaten kota merupakan
suaturangkaian kegiatan yang meliputi :
1. Perencanaan : meliputi kegiatan penentuan jenis perhitungan dan
penetapan jumlah untuk setiap jenis obat yang akan disediakan dengan
metode perhitungan yang telah ditetapkan.
2. Pengadaan : meliputi pelaksanaan pembelian, pemantauan status
pesanan, pemeriksaan penerimaan dan pemeliharaan mutu obat.
3. Distribusi : meliputi kegiatan pengendalian persediaan, penyimpanan,
pengeluaran, dan pengiriman obat.
4. Penggunaan : meliputi peresepan, dispensing dan penerimaan pasien.
Proses perencanaan pengadaan obat di Kabupaten/Kota diawali ditingkat
Puskesmas dengan menyiapkan dan menyediakan data yang diperlukan
dan selanjutnya dikompilasi menjadi data Kabupaten atau Kota dengan
tehnik perhitungan yang telah ditentukan.

5
2.4. Persyaratan Instalasi Farmasi
Instalasi Farmasi harus memiliki persyaratan sebagai berikut:
a. Pengaturan tata letak ruang yang baik untuk memudahkan pergerakan.
b. Mempunyai sirkulasi udara yang baik dan cukup.
c. Instalasi harus cukup luas, terang dan dapat menyimpan bahan dalam
keadaan kering, bersuhu sesuai dengan persyaratan, bersih dan teratur.
d. Penggunaan rak dan pallet yang baik.
e. Kondisi penyimpanan obat yang baik.
Adapun obat-obatan yang perlu disimpan didalam ruangan yang khusus
misalnya:
1) Psikotropik, narkotika, dan bahan berbahaya harus disimpan dilemari
khusus dan harus selalu terkunci.
Menurut Undang-undang No.32 pasal I :
1. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semisintetis,yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahankesadaran, hilangnya rasa, mengurangi
sampaimenghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkanketergantungan,
yang dibedakan ke dalam golongan-golongansebagaimana terlampir dalam
Undang-Undangini. Cara penyimpanan narkotika :

PerMenKes No.28/MenKes/Per/1978 tentang tata cara penyimpanan


narkotika pasal 5 dan 6 menyebutkan bahwa narkotika harus memiliki tempat
penyimpanan khusus yang memenuhi persyaratan yaitu:
a) Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat.
b) Harus mempunyai kunci ganda yang berlainan.
c) Dibagi 2 masing-masing dengan kunci yang berlainan. Bagian 1
digunakanuntuk menyimpan morfin, petidin, dan garam-garamnya serta
persediaan narkotika. Bagian 2 digunakan untuk menyimpan narkotika
yang digunakan sehari-hari.
d) Lemari khusus tersebut berupa lemari dengan ukuran lebih kurang
40x80x100 cm3, lemari tersebut harus dibuat pada tembok atau lantai.
e) Lemari khusus tidak dipergunakan untuk menyimpan bahan lain selain
narkotika, kecuali ditentukan oleh MenKes.

6
f) Anak kunci lemari khusus harus dipegang oleh pegawai yang diberi
kuasa.
g) Lemari khusus harus diletakkan di tempat yang aman dan yang tidak
diketahui oleh umum.
2. Prekursor Narkotika adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang
dapat digunakan dalam pembuatan Narkotika yang dibedakan dalam tabel
sebagaimanaterlampir dalam Undang-Undang ini.

Menurut UU No.32 Tahun 2004 pasal VI :

Narkotika sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5digolongkan ke dalam:

a) Narkotika Golongan I;
b) Narkotika Golongan II; dan
c) Narkotika Golongan III.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2010


TENTANG PREKUSOR (Zat/bahan yang digunakan untuk pembuatan narkotika
dan psikotropika)
Pasal 3
Pengaturan Prekursor bertujuan untuk:
a. melindungi masyarakat dari bahaya penyalahgunaan Prekursor;
b. mencegah dan memberantas peredaran gelap Prekursor;
c. mencegah terjadinya kebocoran dan penyimpangan Prekursor; dan
d. menjamin ketersediaan Prekursor untuk industri farmasi, industri non farmasi,
dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB II PENGGOLONGAN DAN JENIS PREKURSOR


Pasal 4
(1) Prekursor digolongkan dalam Prekursor Tabel I dan Prekursor Tabel II.
(2)Jenis Prekursor Tabel I dan jenis Prekursor Tabel II sebagaimana tercantum
dalam Lampiran dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dariPeraturan
Pemerintah ini.
(3)Penambahan dan perubahan jenis Prekursor Tabel I dan Tabel II dalam
Lampiran sebagaimana dimaksudpada ayat (2) ditetapkan oleh Menteri
setelah berkoordinasi dengan menteri terkait.

7
2) Bahan-bahan yang mudah terbakar seperti alkohol,eter harus di simpan
di ruangan khusus,yang terpisah dari instalasi induk.
3) Pencegahan kebakaran dengan alat pemadam kebakaran. Alat pemadam
kebakaran harus dipasang pada tempat yang mudah dijangkau dan
jumlah yang cukup.

f. Penyusunan
Obat disusun menurut alphabetis dan digunakan prinsip FEFO (First
Expired First Out) dan FIFO (First In First Out) yaitu obat yang masa
kadaluarsanya lebih awal atau yang diterima lebih awal harus digunakan
terlebih dahulu sebab umumnya obat yang datang lebih awal diproduksi
lebih awal.
g. Penyimpanan
Area penyimpanan harus dirancang untuk memastikan kondisi
penyimpanan yang baik sebagai berikut:
1) Kebersihan dan hygiene.
2) Kelembaban (kelembaban relatif tidak lebih dari 60%).
3) Suhu harus berada dalam batasan yang diterima (8-250C).
4) Bahan dan material yang disimpan tidak boleh bersentuhan langsung
dengan lantai.
5) Jarak antar bahan mempermudah pembersihan dan inspeksi.
6) Pallet harus disimpan dalam kondisi yang bersih dan terawat.

2.5. Denah Bangunan Instalasi Farmasi


Instalasi farmasi harus mempunyai tata letak ruang yang baik untuk
memudahkan penerimaan, penyimpanan,pendistribusian dan pengawasan
material dan peralatan (Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 2009).
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam merancang tata letak
instalasi farmasi adalah sebagai berikut:
1. Untuk kemudahan bergerak, ruang Instalasi Farmasi jangan disekat-sekat,
kecuali jika diperlukan. Perhatikan posisi dinding dan pintu untuk
mempermudah gerakan.

8
2. Berdasarkan arah arus penerimaan dan pengeluaran material dan peralatan,
tata letak ruangInstalasi Farmasi perlu memiliki lorong yang ditata
berdasarkan system :
a. Arah garis lurus.
b. Arah huruf U.
c. Arah huruf L.
3. Pengaturan sirkulasi udara. Salah satu faktor penting dalam merancang
instalasi farmasi adalah adanya sirkulasi udara yang cukup di dalam ruangan,
termasuk pengaturan kelembaban udara dan pengaturan
pencahayaan.Penggunaan rak dan pallet yang tepat dapat meningkatkan
sirkulasi udara, perlindungan terhadap banjir, serangan hama, kelembaban
dan efisiensi penanganan (Badan Nasional Penanggulangan Bencana,
2009).

2.6. Spesifikasi Instalasi Farmasi


Instalasi Farmasi harus mempunyai spesifikasi antara lain:
a. Lantai:
1. Terbuat dari beton padat dengan hardener, bersifat menahan debu
dan tidak tahan terhadap tumpahan larutan bahan kimia.
2. Terbuat dari beton dilapisi ubin keramik berwarna putih dengan
kriteria harus tahan terhadap bahan kimia dan goresan, mudah
diperbaiki, memerlukan penutupan celah, keras, dan licin bila basah.
b. Pencahayaan: 200 Lux (satuan kekuatan cahaya) (BPOM, 2009).

2.7. Pembagian Instalasi Farmasi


Instalasi farmasi diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Berdasarkan Suhu Penyimpanan, yaitu:
1) Instalasi Farmasi suhu kamar (30oC)
2) Instalasi Farmasi ber AC (25oC).
3) Instalasi Farmasi dingin (2-8 oC).
4) Instalasi farmasi beku (< 0oC)

9
b.Berdasarkan Jenis, yaitu:

1) Instalasi Farmasi bahan baku: Instalasi Farmasi bahan padat dan


bahan cair.
2) Instalasi Farmasi bahan pengemas.
3) Instalasi Farmasi bahan beracun.
4) Instalasi Farmasi bahan mudah meledak/mudah terbakar (Instalasi
Farmasi api).
5) Instalasi Farmasi Gudang bahan yang ditolak.
6) Instalasi Farmasi karantina obat jadi.
7) Instalasi obat jadi (BPOM, 2009).

10
BAB III

STRUKTUR ORGANISASI

3.1. Susunan Organisasi di Instalasi Farmasi

Instalasi Farmasi di Kabupaten/Kotamadya yang tertulis dalam Keputusan


Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 610/Menkes/S.K./XI/81 Tahun
1981 terdiri dari 2 tipe, yaitu:
a. Susunan Instalasi Farmasi di Kabupaten/Kotamadya tipe A
b. Susunan Instalasi Farmasi di Kabupaten/Kotamadya tipe B
Pembagian Instalasi Farmasi seperti yang dimaksud diatas didasarkan
atas beban kerja jumlah kefarmasian, institusi kesehatan dan jumlah penduduk
dilayani, jumlah proyek kesehatan yang dilaksanakan serta intensitas tata
hubungan antara Departemen Kesehatan dengan Pemerintah di daerah sesuai
dengan azas dekonsentrasi dan tugas pembuatan di wilayah.
Susunan Organisasi Instalasi Farmasi di Kabupaten/Kotamadyatipe A
dan tipe B dari:
a. Kepala Instalasi Farmasi
b. Urusan Tata Usaha
c. Sub Seksi Penerimaan
d. Sub Seksi Penyimpanan
e. Sub Seksi Pendistribusian
f. Sub Seksi Pencatatan dan Pelaporan
Susunan Organisasi di Instalasi Farmasi pada Dinas Kesehatan
Kabupaten Deli Serdang sesuai dengan peraturan Bupati Deli Serdang No. 1310
Tahun 2009 terdiri dari :
a. Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT)
b. Kepala Sub Bidang Tata Usaha
c. Kelompok Jabatan Fungsional

11
Struktur Organisasi di Instalasi Farmasi Tipe A dan Tipe B Menurut
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
610/Menkes/S.K./XI/81 Tahun 1981

Kepala Instalasi Farmasi

Kepala Tata Usaha

Kepala Seksi Kepala Seksi Kepala Seksi Kepala Seksi


Penerimaan Penyimpanan Pendistribusian Pencatatan

Gambar 3.1Struktur Organisasi di Instalasi Farmasi Tipe A dan Tipe B

12
3.2. Tata Kerja di Instalasi Farmasi
1. Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota dipimpin oleh Kepala Instalasi Farmasi
yang wajib mengikuti dan mematuhi petunjuk-petunjuk Kepala Kantor
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
2. Kepala Instalasi Farmasi bertanggung jawab memimpin dan
mengkoordinasikan semua kegiatan di lingkungan Instalasi Farmasi di
Kabupaten/Kota dan memberikan bimbingan serta petunjuk-petunjuk bagi
pelaksana tugas masing-masing.
3. Setiap unsur di lingkungan Instalasi Farmasi di Kabupaten/Kota wajib
mengikuti dan mematuhi petunjuk-petunjuk serta bertanggung jawab
kepada Kepala Instalasi Farmasi di Kabupaten/Kotamadya.
4. Dalam melaksanakan tugasnya, semua unsur di lingkungan Instalasi
Farmasi di Kabupaten/Kota bertanggung jawab kepada atasan masing-
masing, dianntaranya :
a. Melaksanakan pengadaan obat-obatan, alat kesehatan dan
perbekalan farmasi lainnya melalui berbagai sumber anggaran.
b. Melaksanakan penerimaan, penyimpanan, pemeliharaan obat-obatan,
alat kesehatan dan perbekalan farmasi lainnya.
c. Melaksanakan pendistribusian obat-obatan, perbekalan kesehatan
serta sediaan farmasi lainnya ke puskesmas dan jaringannya.
d. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan pengiriman obat-obatan,
perbekalan kesehatan serta sediaan farmasi lainnya ke puskesmas
dan jaringannya.

3.3. Uraian Tugas di Instalasi Farmasi


3.3.1. Kepala Instalasi Farmasi
Kepala Instalasi Farmasi mempunyai tugas :
a. Menyusun rencana kebijaksanaan di bidang perbekalan farmasi
dalam rangka penetapankebijakan oleh Kepala Dinas.
b. Membagi tugas dan mengkoordinasikan Sub Bagian dan Seksi-Seksi
dalam pelaksanaan tugasnya agar terjalin hubungan kerja yang
harmonis.

13
c. Menilai prestasi kerja bawahan berdasarkan hasil yang dicapai agar
sesuai dengan rencana dan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.
d. Menegakkan disiplin, semangat kerja dan ketenagaan kerja untuk
memungkinkan tercapainya produktivitas tinggi.
e. Merencanakan, mengkoordinir dan mengawasi pelaksanaan tugas-
tugas keuangan, kepegawaian, tata usaha dan urusan dalam satuan
kerja.
f. Melakukan pembinaan pemeliharaan mutu dan memberikan informasi
mengenai pengelolaan obat, alat kesehatan dan perbekalan farmasi
kepada unit-unit pelayanan kesehatan.
g. Melakukan penyusunan rencana kebutuhan, pencatatan dan
pelaporan mengenai persediaan dan penggunaan obat, alat
kesehatan dan perbekalan kesehatan lainnya.
h. Menyelenggarakan tata buku perinstalasian yang cukup jelas dan
mudah dikontrol, serta membukukan setiap mutasi barang.
i. Megevaluasi hasil kegiatan Instalasi Farmasi secara keseluruhan.
j. Menyusun dan menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan
berdasarkan laporan bawahan kepada Kepala Dinas.
Kepala Instalasi Farmasi dalam melaksanakan tugasnya berada dibawah
dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Dinas Kesehatan.

3.3.2. Sub Bagian Tata Usaha


Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas :
1. Menyusun rencana Sub Bagian Tata Usaha berdasarkan data
program Instalasi Farmasi dan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.
2. Membagi tugas kepada bawahan agar pelaksanaan tugas dapat
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
3. Melaksanakan urusan kepegawaian dan kesejahteraannya.
4. Melaksanakan segala sesuatu yang berhubungan dengan urusan
dalam dan keamanan.
5. Melaksanakan tata usaha perkantoran satuan kerja.

14
6. Mengevaluasi hasil pelaksanaan kegiatan agar sesuai dengan
rencana dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
7. Membuat laporan pelaksanaan kegiatan untuk disampaikan kepada
atasan.
Sub Bagian Tata Usaha dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian yang
berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Instalasi
Farmasi.

3.3.3. Seksi Peyimpanan dan Penyaluran


Seksi Penyimpanan dan Penyaluran mepunyai tugas :
1. Menyusun rencana kegiatan seksi Penyimpanan dan Penyaluran
berdasarkan data program Instalasi Farmasi dan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
2. Membagi tugas kepada bawahan agar pelaksanaan tugas dapat
dilaksanakan sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.
3. Mengatur dan mendistribusikan tugas, memberi petunjuk sesuai
dengan petunjuk kerja dan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku agar tercapai keserasian dan kebenaran kerja.
4. Melaksanakan penerimaan, menyimpan, pemeliharaan dang
pengeluaran obat, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan lainnya.
5. Melaksanakan kegiatan pengamatan terhadap mutu dan khasiat obat
yang ada dalam persedian dan yang akan didistribusikan.
6. Melakukan pembinaan pemeliharaan mutu obat yang ada di Unit
Pelayanan Kesehatan.
7. Mengumpulkan data tentang kerusakan obat dan obat yang tidak
memenuhi syarat serta ada efek samping obat dan melaporkan
kepada atasan.
8. Melaksanakan pencatatan barang-barang yang disimpan.
9. Melakukan pencatatan segala penerimaan dan pengeluaran barang.
10. Melakukan penyiapan surat kiriman barang.
11. Mengevaluasi hasil pelaksanaan kegiatan agar sesuai dengan
rencana dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
12. Membuat laporan pelaksanaan kagiatan untuk disampaikan kepada
atasan.

15
Seksi Penyimpanan dan Penyaluran dipimpin oleh seorangKepala Seksi
yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Instalasi
Farmasi.

3.3.4. Seksi Pencatatan dan Evaluasi


Seksi Pencatatan dan Evaluasi mepunyai tugas :
1. Menyusun rencana kegiatan Seksi Pencatatan dan Evaluasi
berdasarkan data program Instalasi Farmasi dan ketentuan
perundangan-undangan yang berlaku.
2. Membagi tugas kepada bawahan agar pelaksanaan tugas dapat
dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
3. Mengatur dan mendistribusikan tugas, memberi petunjuk kerja dan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berkalu agar tercapai
keserasian dan kebenaran kerja.
4. Melaksanakan kegiatan pencatatan dan evaluasi dari persediaan
barang di Instalasi Farmasi dan Unit Pelayanan Kesehatan serta
penggunaan obat, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan lainnya.
5. Melakukan persiapan penyusunan rencana kebutuhan obat, alat
kesehatan dan perbekalan kesehatan lainnya yang diperlukan daerah.
6. Melaksanakan pengelolaan dan pencatatan penerimaan obat, alat
kesehatan dan perbekalan kesehatan lainnya.
7. Melaksanakan administrasi atas semua barang yang diterima,
disimpan maupun yang akan didistribusikan ke Unit Pelayanan
Kesehatan
8. Menyiapkan dokumen mutasi barang dan surat-surat perintah
penerimaan, penyimpanan dan pengeluaran barang.
9. Menyiapkan laporan mutasi barang secara berkala dan laporan
pencatatan obat akhir tahun anggaran.
10. Mengevaluasi hasil pelaksanaan kegiatan agar sesuai dengan
rencana dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
11. Membuat laporan pelaksanaan kegiatan untuk disampaikan kepada
atasan.

16
Seksi Pencatatan dan Evaluasi dipimpin oleh seorang kepala seksi yang
berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Instalasi
Farmasi.

17
BAB IV
PEMBAHASAN

Instalasi Farmasi adalah tempat penerimaan, penyimpanan,


pendistribusian, pencatatan dan pelaporan. Adapun kegiatan pokok Instalasi
Farmasi Lubuk Pakam yaitu meliputi :

4.1. Perencanaan
Perencanaan obat dan perbekalan farmasi yang dibutuhkan setiap
Puskesmas Kabupaten Deli Serdang dilakukan oleh puskesmas dan dilaporkan
ke Seksi Farmasi di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang. Pengadaan obat
dilakukan berdasarkan penyakit, catatan pemakaian obat tahun sebelumnya dan
penyakit yang tiba-tiba muncul misalnya rabies serta karena adanya kejadian
yang tidak diduga misalnya bencana alam. Perencanaan obat dibuat setiap
tahunnya. Dalam perencanaan, Seksi Farmasi meminta data ke 34 Puskesmas
yang ada di seluruh Kabupaten Deli Serdang yang mana datanya meliputi data
dari setiap satelit Puskesmas seperti, Polindes, Bidan Desa, Pustu, Puskesda.
Seksi Farmasi melakukan perencanaan sampai diawal tahun sesuai anggaran
yang diberikan Negara.

4.2. Pengadaan
Pengadaan obat dan perbekalan kesehatan di Instalasi Farmasi Dinas
Kesehatan Kabupaten Deli Serdang dilakukan dengan menggunakan sistem e-
catalog. Pemesanan dengan sistem e-catalog merupakan suatu daftar yang
dibuat secara elektronik yang bisa di akses secara online berbasis internet.
Proses pemesanan ini disebut e-purchasing. Pemesanan e-Purchasing adalah
tata cara pembelian Barang/Jasa melalui sistem katalog elektronik.

18
Gambar 4.1 Alur Proses E- Purchasing Obat

19
Sumber dana pengadaan obat dan perbekalan kesehatan di Instalasi
Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang berasal dari:
a. APBD TK. I (Provinsi)
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan dasar
pengelolaan keuangan daerah dalam satu tahun anggaran. APBD merupakan
rencana pelaksanaan semua pendapatan daerah dan semua belanja daerah
dalam rangka pelaksanaan desentralisasi dalam tahun anggaran tertentu.

Pengadaan obat dan perbekalan farmasi menggunakan dana APBD TK.I


dengan dana yang sangat minim atau jauh dari yang dibutuhkan. Oleh karena itu,
perlu adanya strategi agar dana yang tersedia dapat dipergunakan semaksimal
mungkin dalam mengatasi masalah kesehatan di daerah. Hal ini dapat dilakukan
dengan perhitungan yang jelas tehadap biaya pengobatan perkapita, penentuan
jumlah obat sesuai kebutuhan, demonstasi terhadap dampak kesehatan
sehingga mendapat pengakuan dari lembaga terkait (eksekutif dan legislatif),
analisis perbandingan penyaluran obat dan lain sebagainya. Belanja obat dapat
maksimal dengan cara melihat penggunaan obat secara nasional, syarat
efisiensi, keadilan dan berkelanjutan sehingga membutuhkan suatu pendekatan
yang pluralistik terhadap berbagai elemen sehingga dapat menambah
pembiayaan belanja obat dari sector swasta. Contoh obat bantuan APBD TK.I :
Tablet vitamin A, Obat ISPA, Obat diare, Obat cacing, Vaksin rabies.

b. APBN (Program dan Buffer Stock) atau DAK (Dana Alokasi Khusus)
Setiap perbekalan kesehatan yang masuk ke Instalasi Farmasi
Kabupaten Deli Serdang dipisahkan menurut sumber anggaran pengadaan obat.
Pengadaan obat yang terjadi, obat-obat program yang dari pusat, seperti obat
TB Paru.
c. BPJS (Badan Penyelenggara Sosial Ketenagakerjaan)
Pengadaan obat diperoleh dari BPJS. Dana yang diperoleh dari BPJS
juga dipergunakan semaksimal mungkin agar obat yang diterima oleh
puskesmas dapat mencukupi kebutuhan masyarakat. Dan perencanaan
dilakukan setiap tiga bulan sekali.

20
4.3. Penerimaan
Obat yang telah diadakan diterima dan diperiksa oleh panitia
pemeriksaan dan penerimaan obat yang telah ditetapkan sesuai dengan Surat
Penyerahan Barang (SPB) yang menyertainya. Pemeriksaan obat meliputi :
a. Nama dan jumlah obat
b. Kualitas dan kondisi obat
c. Sediaan Obat Dosis
d. Isi
e. Nomor batch
f. Nomor registrasi
g. Exp. Date (kadaluarsa)
h. Kelengkapan dan kebenaran dokumen pengiriman obat

4.4. Penyimpanan
Obat yang telah diadakan maka diterima dan diperiksa oleh panitia
pemeriksaan dan penerimaan obat yang telah ditetapkan sesuai dengan
dokumen yang menyertainya. Pemeriksaan obat, meliputi:
1. Jenis dan jumlah obat
2. Kualitas dan kondisi obat
3. Isi kemasan sediaan obat
4. Kelengkapan dan kebenaran dokumen pengiriman obat
5. Nomor Batch
6. Nomor Registrasi
7. Exp. Date (Kadaluarsa)
Setelah dilakukan berbagai pemeriksaan obat, maka obat yang diterima
selanjutnya disimpan di Instalasi Farmasi di tempat yang dinilai aman dari
gangguan fisik obat yang dapat merusak mutu obat.Obat disimpan dan disusun
menurut bentuk sediaan dan berdasarkan sumber anggaran, karena banyaknya
item obat dan kondisi instalasi yang tidak memungkinkan.
Penyimpanan obat di Instalasi Farmasi dilakukan berdasarkan:
1. Suhu
2. Sumber anggaran.

21
Tujuan penyimpanan obat, yaitu:
1. Memelihara mutu obat
2. Menghindari penggunaan obat yang tidak bertanggung jawab
3. Menjaga kelangsungan kesediaan
4. Memudahkan pencarian dan pengawasan
5. Obat Narkotika/Psikotropika disimpan di dalam ruangan tersendiri
6. Obat yang disimpan di kulkas yaitu obat yang sediaannya tidak tahan
pada suhu ruangan misalnya vaksin, suppositoria dan reagensia.

Kegiatan penyimpanan obat :


1. Pengaturan tata Ruang
2. Penyusunan stok obat
3. Pencatatan stok obat
4. Pengamatan mutu obat

Pengaturan Tata Ruang :


1. Kondisi Penyimpanan khusus
a) Chold Chain vaksin, serum
b) Lemari khusus narkotika dan psikotropika
c) Ruangan khusus alkohol, eter
2. Pencegahan kebakaran
a) Hindari tumpukan bahan-bahan mudah terbakar
b) Alat pemadam kebakaran (bak pasir, tabung kebakaran,
karung goni, dll) .

4.5. Distribusi
Distribusi adalah suatu rangkaian kegiatan dalam rangka pengeluaran
dan pengiriman obat-obatan yang bermutu, terjamin keabsahannya serta tepat
jenis jumlah dari instalasi obat untuk memenuhi kebutuhan unit pelayanan
kesehatan. Distribusi obat ke Puskesmas dilakukan setiap 2 bulan sekali.
Pendistribusian obat dilakukan 1 hari maksimal 4 Puskesmas. Sebelum
penyerahan obat, Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat Puskesmas
(LPLPO) harus sudah diserahkan ke Instalasi Farmasi. Penyerahan LPLPO

22
dilakukan setiap bulan. Pendistribusian dilakukan atas dasar prinsip ekonomi
seperti:
1. First In First Out (FIFO): Barang atau obat yang pertama kali dibeli
atau diterima dianggap sebagai barang atau obat yang pertama kali
dijual atau didistribusikan.
2. First Expired First Out (FEFO): Barang atau obat yang masa
kadaluarsanya lebih awal, yaitu barang atau obat yang terlebih dahulu
dikeluarkan atau didistribusikan.
Di Instalasi Farmasi Kabupaten Deli Serdang obat didistribusikan menurut
prinsip First In First Out (FIFO) dan First Expired First Out (FEFO), yaitu obat
yang diterima dari awal dan yang masa kadaluarsanya lebih awal harus
digunakan terkebih dahulu sebab umumnya obat yang datang lebih awal
diproduksi lebih awal. Pendistribusian obat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
obat bagi masyarakat Deli Serdang melalui Puskesmas yang terdiri dari 34
Puskesmas, dimana mulai tahun 2017 obat dari Instalasi Farmasi langsung
diantar kesetiap puskesmas dalam 2 bulan sekali yaitu setiap bulan ganjil di
Kabupaten Deli Serdang.

23
Alur pendistribusian Obat/Alkes pada Instalasi Farmasi

DinasKesehatan Kabupaten Deli Serdang

Ka. Dinas

IFK

Puskesmas

Pustu Pustu

Gambar 4.2 Alur pendistribusian Obat/Alkes pada Instalasi Farmasi

Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang

4.6. Pencatatan dan Pelaporan


Kegiatan pencatatan dan pelaporan perbekalan farmasi yang dilakukan:
1. Membukukan keluar masuknya perbekalan farmasi dalam kartu
induk, kartu stok gudang, buku harian barang inventaris dan barang
habis pakai, serta buku penerimaan dan pengeluaran barang
inventaris dan barang habis pakai.
2. Menggunakan dokumen sumber yang sah, yaitu surat
pemesanan, surat perintah kerja atau kontrak, faktur pembelian atau
penjualan dan bukti barang keluar.

Pada Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang pencatatan


obat serta alat kesehatan yang masuk dan keluar dapat dilakukan secara
komputerisasi dan dilakukan sebelum tanggal 10 setiap bulannya. Kemudian
pengisian kartu stok dilakukan secara manual sesuai dengan LPLPO.

24
4.6.1. Pencatatan Kartu Stock
Fungsi kartu stock :
a. Untuk mencatat mutasi obat, yaitu : penerimaan, pengeluaran, hilang,
rusak atau kadaluarsa
b. Untuk mencatat data mutasi 1 jenis obat yang berasal dari 1 sumber
anggaran.
c. Data pada kartu stok digunakan menyusun perencanaan, pengadaan,
serta distribusi dan sebagai pembanding terhadap keadaan fisik obat
dalam tempat penyimpanan.
Disamping itu Instalasi Farmasi Kabupaten Deli Serdang tetap mengisi
laporan mutasi obat ke Dinas Kesehatan Kabupaten dan Dinas Kesehatan
Provinsi
Yang perlu diisi pada kartu stok :
a. Nama barang
b. Satuan
c. Asal
d. Tanggal
e. Nomor
f. Jumlah barang masuk/keluar
g. Sisa

4.7. Laporan Pemakaian dan Permintaan Obat


Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) merupakan
suatu pngelolahan terhadap obat yang pemakian, distribusi, tingkatan stok,
kebutuhan obat dibatasi dengan tujuan agar pemakaian yang ada dapat
terkendali dengan baik. LPLPO dapat dimanfaatkan sebagai formulir permintaan
obat dan pelaporan pemakaian obat dari puskesmas ke Instalasi Farmasi.
Adapun fungsi LPLPO antara lain :
a. Surat permintaan obat
b. Surat pengeluaran obat
c. Laporan pemakaian obat
d. Sumber informasi untuk perencanaan

25
Item dari LPLPO :
a. Nama obat
b. Satuan
c. Stok awal
d. Penerimaan obat
e. Persediaan obat
f. Sisa stok
g. Permintaan
h. Pemberian
Informasi dan manfaat LPLPO yaitu :

a. Jenis dan jumlah sisa stock obat/stock awal


b. Jenis dan jumlah persediaan obat
c. Perbandingan sisa stock dengan pemakaian perbulannya
d. Perbandingan antara jumlah persediaan dengan jumlah pemakaian
perbulan

4.8. Pencatatan Stok Optimum


Perumusan stok optimum persediaan dilakukan dengan
memperhitungkan siklus distribusi rata-rata pemakaian, waktu tunggu serta
ketentuan mengenai stok pengaman. Rencana distribusi obat ke setiap unit
pelayanan kesehatan termasuk rencana tingkat persediaan, didasarkan kepada
besarnya stok optimum setiap jenis obat di setiap unit pelayanan kesehatan.
Penghitungan stok optimum dilakukan oleh Instalasi Farmasi Kab/Kota.
Sejak Periode bulan Juli 2017 Pendistribusian, permintaan obat harus
mengisi stok optimum sebagai pedoman untuk kebutuhan obat dua bulan
berikutnya.
Pada akhir periode distribusi akan diperoleh persediaan sebesar stok
pengaman di setiap unit pelayanan kesehatan. Rencana tingkat persediaan di
IFK adalah rencana distribusi untuk memastikan bahwa persediaan obat di IFK
cukup untuk melayani kebutuhan obat selama periode distribusi berikutnya.
Posisi persediaan yang direncanakan tersebut di harapkan dapat mengatasi
keterlambatan permintaan obat oleh unit pelayanan kesehatan atau pengiriman
obat oleh IFK Kabupaten/ Kota.

26
Contoh soal stok optimum :
Puskesmas rawat jalan
Pemakaian Paracetamol 500 mg di Puskesmas Lubuk Pakam pada bulan Maret-
April 2017 sebanyak 2000 tablet. Sisa stok per 30 April 2017 adalah 100 tablet.
Permintaan ke InstalasiFarmasi dilakukan setiap 2(dua) bulan sekali.
Jawaban :
Pemakaian bulan Maret-April :2000 tablet
Pemakaian rata-rata perbulan :2000/2 = 1000 tablet
Pemakaian rata rata perhari :1000/25=40 tablet
Stok pengaman 10% :10% x 1000 tablet = 100 tablet
Waktu tunggu 5 hari :5 x 40 tablet = 200 tablet
Stok optimum :1000 + 100 + 200 = 1300 tablet
Kebutuhan : 1300 100 = 1200 tablet
CATATAN :
Jumlah hari kerja :
Puskesmas rawat jalan : 25 hari
Puskesmas rawat inap : 30 hari
Stok pengaman : 10%
Waktu tunggu : 5 hari
STOK OPTIMUM= PEMAKAIAN PER PERIODE DISTRIBUSI + STOK
PENGAMAN + WAKTU TUNGGU

Puskesmas rawat inap


Pemakaian Paracetamol 500 mg di Puskesmas Tanjung Morawa pada bulan
Maret-April 2017 sebanyak 2000 tablet. Sisa stok per 30 April 2017 adalah 100
tablet. Permintaan ke InstalasiFarmasi dilakukan setiap 2(dua) bulan sekali.
Jawaban :
Pemakaian bulan Maret-April :2000 tablet
Pemakaian rata-rata perbulan :2000/2 = 1000 tablet
Pemakaian rata rata perhari :1000/30=33.33 tablet
Stok pengaman 10% :10% x 1000 tablet = 100 tablet
Waktu tunggu 5 hari :5 x 33.33 tablet = 166,65 tablet
Stok optimum :1000 + 100 + 166,65= 1266.65tablet
Kebutuhan : 1266.65 100 = 1166.65 tablet

27
CATATAN :
Jumlah hari kerja :
Puskesmas rawat jalan : 25 hari
Puskesmas rawat inap : 30 hari
Stok pengaman : 10%
Waktu tunggu : 5 hari
STOK OPTIMUM= PEMAKAIAN PER PERIODE DISTRIBUSI + STOK
PENGAMAN + WAKTU TUNGGU

BAB V
PENUTUP

28
5.1 Kesimpulan
a. Instalasi Farmasi Kabupaten Deli Serdang merupakan tempat
pelaksanaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian yang
dilaksanakan di Kabupaten Deli Serdang.
b. InstalasiFarmasi Kabupaten Deli Serdang melakukan pendistribusian
obat, alat kesehatan kepada 34 Puskesmas yang ada di Kabupaten Deli
Serdang.
c. Perencanaan obat dilakukan di puskesmas.
d. Sumber dana obat di Instalasi Farmasi Deli Serdang berasal dari APBD
Provinsi,BPJS dan APBN/DAK .
e. Penyimpanan obat, alat kesehatan di Instalasi Farmasi Kabupaten Deli
Serdang dilakukan berdasarkan suhu dan sumber anggaran.
f. Pendistribusian obat langsung dilakukan oleh petugas instalasi Farmasi
dengan cara mengantar ke setiapPuskesmas. Pendistribusian sistem
FIFO dan FEFO
g. Pendistribusian obat di Instalasi Farmasi Deli Serdang dilakukan 2 bulan
sekali.
h. Pencatatan obat di Instalasi Farmasi Kabupaten Deli Serdang serta alat
kesehatan dilakukan secara komputerisasi. Kemudian untuk pengisian
kartu stok dilakukan secara manual.

5.2 Saran
a. Sebaiknya Instalasi Farmasi Kabupaten Deli Serdang di Lubuk Pakam
bisa lebih memperbaiki kegiatan Manajemen Pengelolaan Obat menjadi
lebih baik seperti yang telah ditentukan misalnya dalam hal penyimpanan
obat yang harus dipisahkan sesuai jenisnya, bentuk sediaannya dan
kententuan-ketentuan lain yang telah ditetapkan.
b. Sebaiknya bangunan tidak disekat-sekat sehingga penyusunan obat bisa
di lakukan secara alfabetis dan berdasarkan sumber anggaran.
c. Sebaiknya suhu ruangan di Instalasi Farmasi Kabupaten Deli Serdang
disesuaikan dengan standar suhu yang baik untuk obat sehingga
stabilitasnya dapat dijaga
d. Obat-obat Narkotika dan Psikotropika sebaiknya disimpan di lemari
khusus dan terpisah dari obat atau peralatan kesehatan lainnya.

29
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. Himpunan Perundang-undangan dan Peraturan Kesehatan.


SinarGrafika
Dinkes Kab.Deli Serdang. 2007. Profil Kesehatan Deli Serdang.

30
Dirjen POM DEPKES RI. 1986. Buku Panduan Instalasi Farmasi di
Kabupaten/Kotamadya tentang Pengadaan Barang.Jakarta

Undang-undang Republik Indonesia No.36 Tahun 2006 tentang Kesehatan

Kementerian Kesehatan RI.2006.Undang-undang No.189 Tahun 2006tentang


Kebijakan Obat Nasional

Peraturan Menteri Kesehatan RI.2014. Undang-undang No. 63 Tahun


2014tentang Pengadaan Obat Berdasarkan Katalog Elektronik (E-
Catalogue)

Peraturan Pemerintah RI.1998. Undang-undang No. 72 Tahun


1998tentangPengamanan Sediaan Farmasi Dan Alat Kesehatan

Undang Undang Republik Indonesia No.5 Tahun 1997 tentang Psikotropika

Undang-Undang Republik Indonesia No. 35 Tahun 2009 tentangNarkotika

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 44 Tahun 2010 tentangPrekursor

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.51 Tahun2009 tentang Pekerjaan


Kefarmasian

31

Anda mungkin juga menyukai