Anda di halaman 1dari 68

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Upaya kesehatan merupakan suatu kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan yang bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan
yang optimal bagi masyarakat. Upaya ini diselenggarakan dengan pendekatan
pemeliharaan, promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilaksanakan
secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Salah satu sarana dalam
melaksanakan upaya kesehatan ini adalah industri farmasi yang merupakan
salah satu tempat bagi Ahli Madya Farmasi melakukan pekerjaan kefarmasian.
Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan
penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam dokumen izin
edar registrasi dan tidak menimbulkan risiko yang membahayakan.
Cara Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB) menyangkut seluruh aspek
produksi dan pengendalian mutu bertujuan untuk menjamin bahwa produk obat
dibuat senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang telah ditentukan sesuai
dengan tujuan penggunaannya dan dapat dilakukan penyesuaian pedoman
dengan syarat bahwa standar mutu obat yang telah ditentukan telah tercapai.
Adanya Ahli Madya Farmasi dapat mendukung dan berperan sebagai
penanggung jawab produksi dan pengawasan mutu. Tiap personil hendaknya
memenuhi tanggung jawab masing-masing dan prinsip CPOB untuk
menghasilkan sediaan obat yang telah memenuhi persyaratan yang telah
ditetapkan.
Praktek Belajar Lapangan di Industri farmasi merupakan salah satu
bagian dari program pendidikan program Diploma III Politeknik Kesehatan
Kemenkes Medan Jurusan Farmasi. Dalam pelaksanaan PBL indusri farmasi,
Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan Jurusan Farmasi bekerja sama dengan
PT. Mutiara Mukti Farma (MUTIFA) Medan yang berlokasi di Jln. Karya Jaya No.
68 Km 8,5 Namorambe sebagai salah satu industri farmasi yang ada di
Indonesia. Melalui Praktek Belajar Lapangan ini, Ahli Madya Farmasi diharapkan
telah mengetahui sistem produksi dan pengawasan mutu serta mempunyai sikap
dan kesadaran tinggi untuk mewujudkan CPOB. Ahli Madya Farmasi hendaknya

1
melaksanakan tugasnya secara profesional sehingga dihasilkan tenaga
kesehatan yang siap pakai khususnya di Industri Farmasi.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dilaksanakan Praktek Belajar Lapangan :
Melihat dan mengenal lapangan kerja (khususnya industri farmasi) secara
langsung serta mengaplikasikan teori-teori yang di peroleh di
bangku kuliah.
Menciptakan keterampilan dalam hal penguasaan pekerjaan.
Melatih diri agar disiplin dan bertanggung jawab dalam melaksanakan
pekerjaan
Membekali mahasiswa dengan pengalaman yang diperoleh selama
melaksanakan kegiatan praktek belajar lapangan ini.

2
BAB II
PT. MUTIFA

2.1. Sejarah Mutiara Mukti Farma (MUTIFA)


Pada tahun 1975 didirikan Industri Farmasi di Medan dengan nama
Sejati Pharmaceutical Industries, yang memproduksi obat merk SIAGOGO.
Setelah beberapa tahun berproduksi, perusahaan ini kemudian dialihkan
pemiliknya kepada bapak Drs. W. H. Siahaan dan memindah namakan
perusahaan tersebut dalam suatu akte notaries tertanggal 31 Januari 1980
dengan nama PT. Mutiara Mukti Farma (MUTIFA) yang berlokasi di Jl. Brigjen
Katamso No. 220 Medan.
Berdasarkan surat Keputusan Menteri Kesehatan RI tahun 19
No.0098/SK/PAB/81 memutuskan untuk memberikan izin untuk mendirikan
pabrik farmasi kepada PT. Mutiara Mukti Farma (MUTIFA) dengan nama
MUTIFA INDUSTRI FARMASI untuk memproduksi obat obatan. Dengan
dikeluarkannya surat izin produksi oleh Departemen Kesehatan RI c/q Badan
Pengawasan Obat dan Makanan No.213/AA1111/81, mulailah PT. Mutiara Mukti
Farma memproduksi obat obatan.
Pada tahun 1983, perusahaan ini menjalankan dan melaksanakan
operasinya dalam menghasilkan berbagai jenis maupun bentuk sediaan obat
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia wilayah barat umumnya
daerah Sumatera Utara.
Pada tanggal 29 November 1988, dengan akte notaries No. 35
diadakanlah perubahan akte atas pemegang saham manajemen perusahaan,
yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan RI No. C2
1134.HT.01.04 tanggal 31 Januari 1989. Dalam akte tersebut berdasarkan
Keputusan Rapat Dewan Komisaris serta pemengang saham, ditetapkan bahwa
yang menjadi penanggung jawab dengan jabatan Direktur Utama adalah Bapak
Jacob Lie.
Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.43/Menkes/SK/II/1988 tentang Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik
(CPOB) bahwa setiap Industri Farmasi harus mengacu pada pedoman tersebut,
maka untuk memenuhi ketentuan tersebut PT. MUTIFA telah membangun pabrik
yang baru di Jl.Karya Jaya No.68 Km 8,5 Namorambe. Pada bulan Mei 1994

3
produksi telah dilaksanakan di pabrik yang baru dan pada saat ini kegiatan
administrasi juga telah dilakukan di pabrik tersebut. Pada tanggal 27 Juli 1994,
PT. MUTIFA diberikan sertifikat sebagai Industri Farmasi yang telah memenuhi
CPOB.

Bentuk sediaan yang telah diproduksi sampai saat ini adalah tablet, sirup,
bedak, dan kapsul. Pendistribusian sediaan yang diproduksi PT. MUTIFA Medan,
meliputi wilayah : Provinsi Sumatera Utara, Riau, Sumatera Selatan, Daerah
Khusus Ibukota (DKI) Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi
Utara dan Sulawesi Selatan. Untuk wilayah Sumatera, obat didistribusikan melaui
Pedagang Besar Farmasi (PBF) Mekada Abadi. Obat obatan diproduksi
berdasarkan system skala prioritas yag mengutamakan obat yang lebih cepat
laku dipasaran. Hal ini tidak berlaku untuk obat Inpres dan Askes.

2.2 Visi Dan Misi Perusahaan


VISI :
Menjadi perusahaan farmasi andalan dan terkemuka di Indonesia dalam
menghasilkan obat obatan yang bermutu tinggi serta terjangkau oleh
masyarakat.
MISI :
Membuat obat yang berkualitas tinggi sesuai dengan standar mutu obat yang
telah.di tetapkan secara berkesinambungan dengan harga bersaing untuk
memuaskan kebutuhan pelanggan konsumen.

2.3 Struktur Organisasi


Struktur organisasi PT. MUTIFA merupakan struktur organisasi vertikal.
Kekuasaan tertinggi di pegang oleh direktur utama. Direktur utama membawahi
delapan departemen, dipimpin oleh seorang manajer yang langsung
bertanggung jawab penuh kepada direktur utama yaitu:
1. Departemen produksi
Departemen produksi di PT. MUTIFA terdiri atas tiga bagian,yaitu:
a. Departemen produksi betalaktam
b. Departemen produksi solid non betalaktam
c. Departemen produksi cair non betalaktam

4
2. Departemen pemastian mutu/ Quality Assurance (QA)
Departemen QA bertanggung jawab dalam menjamin mutu suatu produk
Mulai dari pemesananan bahan dan kemasan obat sampai obat siap dikonsumsi
konsumen, termasuk didalamnya pemilihan pemasok. Sistem mutu ditetapkan
berdasarkan CPOB.

3. Departemen pengawasan mutu/ Quality Control (QC)


Departemen QC di PT.MUTIFA bertanggung jawab untuk memastikan
bahwa:
a. Bahan awal untuk produksi obat
b. Semua pengawasan selama proses ( IPC)
c. Suatu batch yang memenuhi persyaratan mutu selama waktu
pengedaran yang telah ditetapkan
d. Bagian standarisasi bekerja sama dengan Departemen R&D

4. Departemen Research and Development (R&D)


Adapun tugas dan kegiatan Departemen R&D adalah:
a. Mengembangkan dan merencanakan formula baru
b. Mengevaluasi dan memperbaiki formula yang sudah beredar
kemudian diinformasikan ke departemen QC dan produksi
c. Bekerja sama dengan unit QC dalam menentukan standarisasi bahan
baku, kemasan dan obat jadi

5. Departemen personalia
Departemen personalia di PT. MUTIFA menangani keperluan yang
berkaitan dengan ketenagakerjaan dan karyawan, mulai dari perekrutan
karyawan, pelatihan sampai pada pelayanan kesejahteraan karyawan.

6. Departemen keuangan
Departemen keuangan di PT. MUTIFA merencanakan agggaran dan kontrol
biaya setelah lamaran penjualan (forecasting) dibuat oleh bagian pemasaran,
membayar biaya operasional,industri dan pengurus penggajian karyawan.

5
7. Departemen teknik
Adapun tanggung jawab departemen teknik di PT. MUTIFA, yaitu:
a. Pemeliharaan alat-alat dan mesin produksi
b. Pemeliharaan fasilitas penunjang pabrik farmasi yaitu listirik, AHU(Air
handling Uit) dan water sistem.
c. Pemeliharaan instrumen laboratorium

8. Departemen Production Planning and Invectory Control (PPIC)


PPIC menyusun rencana dengan menyesuaikan permintaan dari
marketing dengan mempertimbangkan anggaran, persediaan bahan baku,
jadwal, kapasitas produksidan peralatan yang tersedia. Departemen PPIC di PT.
MUTIFA dipimpin oleh manajer PPIC (Manajer QR).

6
BAB III
CARA PEMBUATAN OBAT YANG BAIK

Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) pertama kali


diterbitkan pada tahun 1988, kemudian disusul dengan penerbitan Petunjuk
Operasional Penerapan CPOB pada tahun 1989 untuk memberikan penjelasan
dalam penjabaran sehingga pedoman ini dapat diterapkan secara efektif di
industri farmasi.
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang
farmasi, Pedoman CPOB edisi pertama sekaligus Petunjuk Operasional
Penerapan CPOB telah direvisi pada tahun 2001 yang terdiri dari 10 bab dan 3
addendum. Selanjutnya untuk mengantisipasi era globalisasi dan harmonisasi
dalam bidang farmasi terutama pemenuhan terhadap persyaratan dan standar
produk farmasi global terkini, Pedoman CPOB hendaklah diperbaiki secara
berkesinambungan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
serta pergeseran paradigma dalam melakukan pengawasan terhadap mutu
produk. Oleh karena itu, Pedoman CPOB Edisi 2001 direvisi kembali menjadi
Pedoman CPOB yang dinamis Edisi Tahun 2006. Dibandingkan dengan edisi
sebelumnya, Pedoman CPOB Edisi 2006 mengandung perbaikan sesuai
persyaratan CPOB dinamis, antara lain Kualifikasi dan Validasi, Pembuatan
dan Analisis Obat Berdasarkan Kontrak, Pembuatan Produk Steril dan
penambahan beberapa bab serta aneks yaitu Manajemen Mutu, Pembuatan
Produk Darah, Sistem Komputerisasi, danPembuatan Produk Investigasi
untuk Uji Klinis.
Dalam Pedoman CPOB Edisi Tahun 2006, acuan yang digunakan antara
lain WHO Technical Report Series yakni TRS 902/2002, TRS 908/2003, TRS
929/2005, dan TRS 937/2006, Good Manufacturing Practices for Medicinal
Products PIC/S 2006, dan international codes of GMP lain. Dalam Pedoman
CPOB Edisi Tahun 2006 direvisi kembali menjadi Pedoman CPOB Edisi Tahun
2012, secara garis besar perbedaan aspek dan ruang lingkup tidak begitu
banyak selain kata/kalimat yang berbeda, namun esensinya tidak jauh berubah.
Sedangkan berdasarkan Aneksnya, perbedaan antara CPOB 2006 dan 2012
cukup signifikan. CPOB 2012 mempunyai aneks yang lebih lengkap
dibandingkan CPOB 2006, yaitu dengan penambahan 7 butir aneks. Pedoman

7
CPOB akan dikaji ulang secara periodis dan direvisi, bila perlu. Diharapkan
penerapan Pedoman CPOB ini akan meningkatkan mutu produk farmasi/obat
secara terus menerus serta memberikan perlindungan yang lebih baik terhadap
kesehatan masyarakat. Akhirnya akan menjadi langkah progresif terhadap
perkembangan industri farmasi di Indonesia sehingga mutu obat mendapat
pengakuan dan kepercayaan internasional.

Cara Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB)


CPOB adalah bagian dari pemastian mutu yang memastikan bahwa obat
dibuat dan dikehendaki secara konsisten untuk mencapai standar mutu yang
sesuai dengan tujuan penggunaan dan dipersyaratkan dalam izin edar dan
spesifikasi produk. CPOB mencakup semua produksi dan pengawasan mutu.
10 aturan dasar CPOB :
Tulislah prosedur kerja anda
Pastikan untuk memiliki prosedur sebelum mulai bekerja
Kerjakanlah sebagaimana prosedur yang ditulis
Tanyakanlah apabila merasa ragu atau tidak mengerti
Catat /dokumentasikan hasil kerja anda
Lakukan pencatatan pada saat bekerja, bukan setelah (sebelum) bekerja.
Validasi pekerjaan anda
Validasi adalah tindakan pembuktian.
Gunakan fasilitas dan alat yang memadai
Untuk mendapatkan hasil optimum
Menghindari kesalahan dan kecelakaan
Pelihara fasilitas dan peralatan
Pemeliharaan yang baik akan membuat alat selalu berfungsi baik dan
siap digunakan.
Berlatihlah agar tetap terkini dan berkembang
Biasakan untuk bersih dan rapi.
Kebiasaan bersih dan cara kerja yang cermat dapat menghindarkan
terjadinya kontaminasi dan kesalahan
Perhatikanlah kualitas

8
Kualitas yang baik akan meningkatkan kepercayaan pemakai terhadap
obat kita
Lakukan audit untuk mengecek kesesuaian
Laksanakan program inspeksi diri
Persyaratan dasar dari CPOB adalah:
Semua proses pembuatan obat dijabarkan dengan jelas, dikaji secara
sistematis berdasarkan pengalaman dan terbukti mampu secara
konsisten menghasilkan obat yang memenuhi persyaratan mutu dan
spesifikasi yang telah ditetapkan.
Tahap proses yang kritis dalam pembuatan, pengawasan proses dan
sarana penunjang serta perubahannya yang signifikan divalidasi.
Tersedia semua yang diperlukan dalam CPOB termasuk:
Personil yang terkualifikasi dan terlatih,
Bangunan dan sarana dengan luas yang memadai,
Peralatan dan sarana penunjang yang memadai,
Bahan, wadah dan label yang benar,
Prosedur dan instruksi yang disetujui, dan
Tempat penyimpanan dan transportasi yang memadai.
Prosedur dan instruksi ditulis dalam bentuk instruksi dengan bahasa yang
jelas, tidak bermakna ganda, dapat diterapkan secara spesifik pada
sarana yang tersedia.
Operator memperoleh pelatihan untuk menjalankan prosedur secara
benar.
Pencatatan dilakukan secara manual atau dengan alat pencatat selama
pembuatan yang menunjukkan bahwa semua langkah yang
dipersyaratkan dalam prosedur dan instruksi yang ditetapkan benar-benar
dilaksanakan dan jumlah serta mutu produk yang dihasilkan sesuai
dengan yang diharapkan. Tiap penyimpanan dicatat secara lengkap dan
diinvestigasi.
Catatan pembuatan termasuk distribusi yang memungkinkan penelusuran
riwayat bets secara lengkap, disimpan secara komprehensif dan dalam
bentuk yang mudah diakses.

9
Penyimpanan dan distribusi obat yang dapat memperkecil resiko
terhadap mutu obat.
Tersedia sistem penarikan kembali bets obat manapun dari peredaran.
Keluhan terhadap produk yang beredar dikaji, penyebab cacat mutu
diinvestigasi serta dilakukan tindakan perbaikan yang tepat dan
pencegahan pengulangan kembali keluhan.

3.1. Manajement Mutu


PRINSIP
Menjamin mutu suatu obat jadi tidak hanya mengandalkan pelulusan dari
serangkaian pengujian tetapi:
Mutu obat hendaklah dibangun sejak awal ke dalam produk tersebut.
Mutu obat tergantung dari bahan awal, proses pembuatan dan
pengawasan mutu bangunan dan peralatan yang dipakai serta semua
personil yang terlibat.
Semua obat hendaklah dibuat dalam kondisi yang dikendalikan dan
dipantau dengan cermat agar obat yang dihasilkan dapat selalu
memenuhi persyaratan.
Manajemen mutu merupakan suatu aspek fungsi manajemen yang
menentukan dan mengimplementasikan Kebijakan Mutu, yang merupakan
pernyataan formal dari manajemen puncak suatu industri farmasi, yang
menyatakan arahan dan komitmen dalam hal mutu produknya. Manajemen
puncak (President Director atau General Manager atau Chief Executive Officer)
hendaklah menerbitkan dan menandatanganinya. la dapat dibantu oleh seorang
manajer senior, misal Kepala Bagian Pemastian Mutu, untuk merumuskan
Kebijakan Mutu, tapi yang resmi mengeluarkan adalah Presiden Direktur,
Kebijakan mutu hendaklah disosialisasikan kepada semua karyawan dengan
cara yang efektif tidak cukup dengan cara membagikan fotocopiannya atau
menempelkan pada dinding.
Untuk melaksanakan Kebijakan Mutu dibutuhkan 2 unsur dasar:
Sistem mutu yang mengatur struktur organisasi, tanggung jawab dan
kewajiban,semua sumber daya yang diperlukan, semua prosedur yang
mengatur proses yang ada.

10
Tindakan sistematis untuk melaksanakan sistem mutu, yang disebut
pemastian mutu atau quality assurance.

Konsep keterkaitan mutu antara Manajemen Mutu - Pemastian Mutu - CPOB


Pengawasan Mutu

Manajemen Mutu : memberikan arahan kebijakan tentang mutu

Pemastian Mutu : tindakan sistematis untuk melaksanakan sistem mutu

CPOB : menghindarkan atau meminimalkan risiko yang tidak dapat dideteksi


melalui serangkaian tes misalnya kontaminasi dan tercampurnya produk

Pengawasan Mutu: bagian dari CPOB yang fokus pada pelaksanaan pengujian
Iingkungan, fasilitas, bahan, komponen dan produk sesuai dengan standar.

Pemastian Mutu (QA)


Pemastian mutu merupakan totalitas semua pengukuran yang dibuat
dengan tujuan untuk memastikan bahwa obat dihasilkan memiliki mutu yang
sesuai dengan tujuan pemakaiannya.
Sistem Pemastian Mutu yang benar dan tepat bagi industri farmasi
hendaklah memastikan bahwa:
Desain dan pengembangan obat dilakukan
dengan cara yang memperhatikan persyaratan CPOB dan Cara
Berlaboratorium yang Baik.
Semua langkah produksi dan pengendalian
diuraikan secara jelas dan CPOB diterapkan.
Tanggung jawab manajerial diuraikan dengan
jelas dalam uraian jabatan.
Pengaturan disiapkan untuk pembuatan,
pasokan, dan penggunaan bahan awal dan pengemas yang benar.

11
Semua pengawasan terhadap produk antara
dan pengawasan-selama-proses (in process control) lain serta validasi
yang perlu dilakukan.
Pengkajian terhadap semua dokumen yang
terkait dengan proses, pengemasan dan pengujian bets, dilakukan
sebelum memberikan pengesahan pelulusan untuk ditribusi. Penilaian
hendaklah meliputi semua faktor yang relevan termasuk kondisi
pembuatan, hasil pengujian dan/atau pengawasan-selama-proses,
pengkajian dokumen produksi termasuk pengemasan, pengkajian
penyimpanan dari prosedur yang telah ditetapkan, pemenuhan
persyaratan dari Spesifikasi Produk Jadi dan pemeriksaan produk dalam
kemasan akhir.
Obat tidak dijual untuk dipasok sebelum kepala
bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) menyatakan bahwa tiap bets
produk dibuat dan dikendalikan sesuai dengan persyaratan yang
tercantum dalam izin edar dan peraturan lain yang berkaitan dengan
aspek produksi, pengawasan mutu dan pelulusan produk.
Tersedia pengaturan yang memadai untuk
memastikan bahwa, sedapat mungkin produk disimpan, didistribusikan
dan selanjutnya ditangani sedemikian rupa agar mutu tetap dijaga selama
masa edar/simpan obat.
Tersedia prosedur inspeksi diri dan/atau audit
mutu yang secara berkala mengevaluasi efektivitas dan penerapan
sistem Pemastian Mutu.
Pemasok bahan awal dan pengemas
dievaluasi dan disetujui untuk memenuhi spesifikasi mutu yang telah
ditentukan oleh perusahaan.
Penyimpanan dilaporkan, diselidiki dan dicatat.
Tersedia sistem persetujuan terhadap
perubahan yang berdampak pada mutu produk.
Prosedur pengolahan ulang dievaluasi dan
disetujui.

12
Evaluasi mutu produk berkala dilakukan untuk
vertifikasi konsistensi proses dan memastikan perbaikan proses yang
berkesinambungan.

3.2. Pengawasan Mutu (QC)

Bagian dari CPOB yang berhubungan dengan pengambilan sample,


spesifikasi, dan pengujian, serta dengan organisasi, dokumentasi dan prosedur
pelulusan yang memastikan bahwa pengujian yang diperlukan dan relevan telah
dilakukan dan bahan yang belum diluluskan tidak digunakan serta produk yang
belum diluluskan tidak dapat dijual atau dipasok sebelum mutunya dinilai dan
dinyatakan memenuhi syarat. Fungsi ini hendaknya bersifat independen dari
bagian lain. Persyaratan dasar dari Pengawasan Mutu adalah bahwa:
Sarana dan prasarana yang memadai, personil yang terlatih dan prosedur
yang disetujui tersedia untuk pengambilan sampel, pemeriksaan dan
pengujian bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan,
dan produk jadi, dan bila perlu untuk pemantauan lingkungan sesuai
dengan tujuan CPOB.
Pengambilan sampel bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk
ruahan, dan produk jadi dilakukan oleh personil dengan metode yang
disetujui oleh Pengawasan Mutu.
Metode pengujian disiapkan dan divalidasi (bila perlu).
Produk jadi birisi zat aktif dengan komposisi secara kualitatif dan kuantitatif
sesuai dengan yang disetujui pada saat pendaftaran, dengan derajat
kemurnian yang dipersyaratkan serta dikemas dalam wadah yang sesuai
dan diberi label yang benar.
Dibuat catatan hasil pemeriksaan dan analisis bahan awal, bahan
pengemas, produk antar, produk ruahan, dan produk jadi secara formal
dinilai dan dibandingkan terhadap spesifikasi.
Sampel pertinggal dari bahan awal dan produk jadi disimpan dalam jumlah
yang cukup untuk dilakukan pengujian ulang bila perlu. Sampel produk jadi
disimpan dalam kemasan akhir kecuali untuk kemasan yang besar.

13
Pengawasan mutu secara menyeluruh juga mempunyai tugas lain, antara
lain: menetapkan, memvalidasi dan menerapkan semua prosedur pengawasan
mutu, mengevaluasi, mengawasi, dan menyimpan baku pembanding,
memastikan kebenaran label wadah bahan dan produk, memastikan bahwa
stabilitas dari zat aktif dan obat jadi dipantau, mengambil bagian dalam
investigasi keluhan yang terkait dengan mutu produk, dan ikut mengambil bagian
dalam pemantauan lingkungan. Semua kegiatan tersebut hendaklah
dilaksanakan sesuai dengan prosedur tertulis dan jika perlu dicatat.
Personil Pengawasan Mutu hendaklah memiliki akses ke area produksi
untuk melakukan pengambilan sampel dan investigasi bila diperlukan.\

3.2.1 Pengkajian Mutu Produk

Pengkajian mutu produk dilakukan secara berkala terhadap semua obat


terdaftar, termasuk produk ekspor untuk membuktikan konsistensi proses,
kesesuaian dari spesifikasi bahan awal, bahan pengemas dan obat jadi, untuk
melihat tren dan mengidentifikasi perbaikan yang biasanya dilakukan tiap tahun
dan didokumentasikan, dengan mempertimbangkan kajian ulang sebelumnya
dan hendaklah meliputi paling sedikit:
Kajian terhadap bahan awal dan bahan pengemas yang
digunakan untuk produk, terutama yang dipasok dari sumber baru.
Kajian terhadap pengawasan-selama-proses yang kritis dan hasil
pengujian obat jadi.
Kajian terhadap semua bets yang tidak memenuhi spesifikasi
yang ditetapkan dan investigasi yang dilakukan.
Kajian terhadap semua penyimpanan dan ketidaksesuaian yang
signifikan, dan efektivitas hasil tindakan dan pencegahan.
Kajian terhadap semua perubahan yang dilakukan terhadap
proses atau metode analisis.
Kajian terhadap variasi yang diajukan, disetujui, ditolak dari
dokumen registrasi yang telah disetujui termasuk dokumen registrasi
untuk produk ekspor.

14
Kajian terhadap hasil program pemantauan stabilitas dan segala
tren yang tidak diinginkan.
Kajian terhadap semua produk kembalian, keluhan dan penarikan
obat yang terkait dengan mutu produk, termasuk investigasi yang telah
dilakukan.
Kajian kelayakan terhadap tindakan perbaikan proses produk atau
peralatan sebelumnya.
Kajian terhadap komitmen pasca pemasaran dilakukan terhadap
obat yang baru mendapatkan persetujuan pendaftaran dan obat dengan
persetujuan pendaftaran variasi.
Status kulifikasi peralatan dan sarana yang relevan, misal sistem
tata udara (HVAC), air, gas bertekanan, dan lain-lain.
Kajian terhadap kesepakatan teknis untuk memastikan selalu up
to date.
Perusahaan dan pemegang izin edar, bila berbeda, hendaklah melakukan
evaluasi terhadap hasil kajian, dan suatu penilaian hendaklah dibuat untuk
menentukan apakah tindakan perbaikan dan pencegahan ataupun validasi ulang
harus dilakukan. Alasan tindakan perbaikan hendaklah didokumentasikan.
Tindakan pencegahan dan perbaikan yang telah disetujui handaklah diselesaikan
secara efektif dan tepat waktu. Hendaklah tersedia prosedur manajemen untuk
manajemen yang sedang berlangsung dan pengkajian aktivitas serta efektifitas
prosedur tersebut yang vertifikasi pada saat inspeksi diri. Bila dapat dibenarkan
secara ilmiah, pengkajian mutu dapat dikelompokkan menurut jenis produk, misal
sediaan padat, sediaan cair, produk steril, dan lain-lain.
Bila pemilik persetujuan pendaftaran bukan industri farmasi, maka perlu
ada suatu Kesepakatan Teknis dari semua pihak terkait yang menjabarkan siapa
yang bertanggung jawab untuk melakukan kajian mutu. Kepala bagian
Manajemen Mutu (Pemastian Mutu), yang bertanggung jawab untuk melakukan
sertifikasi bets, bersama dengan pemilik persetujuan pendaftaran hendaklah
memastikan bahwa pengkajian mutu dilakukan tepat waktu dan akurat.

3.3. Personalia

15
Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan
system pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Oleh
sebab itu industri farmasi bertanggung-jawab untuk menyediakan personil yang
terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas.
Tiap personil hendaklah memahami tanggung jawab masing-masing dan dicatat.
Seluruh personil hendaklah memahami prinsip CPOB dan memperoleh pelatihan
awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene yang
berkaitan dengan pekerjaan.

Organisasi, Kualifikasi Dan Tanggung Jawab


Struktur organisasi perusahaan hendaklah sedemikian rupa sehingga
bagian produksi dan bagian pengawasan mutu dipimpin oleh orang yang
berlainan yang tidak saling bertanggung jawab satu tehadap yang lain.
Manajer produksi hendaklah seorang apoteker yang cakap, terlatih dan
memiliki pengalaman praktis yang memadai dibidang industri farmasi dan
keterampilan dalam kepemimpinan sehingga memungkinkan
melaksanakan tugasnya secara profesional.
Manajer pengawasan mutu hendaklah diberi wewenang dan tanggung
jawab penuh dalam menjalankan tugas pengawasan mutu yaitu dalam
penyusunan, vertifikasi dan pelaksanaan seluruh prosedur pengawasan
mutu. Manajer pengawasan mutu adalah satu-satunya yang memiliki
wewenang untuk meluluskan bahan awal, produk antara, produk ruahan
dan obat jadi bila produk tersebut sesuai dengan spesifikasi atu
menolaknya bila tidak cocok dengan spesifikasinya atau bila tidak dibuat
sesuai dengan prosedur yang dietujui dan kondisi yang ditentukan.
Manajer produksi dan manajer pengawasan mutu bersama-sama
bertanggung jawab dalam penyusunan dan pengesahan prosedur-
prosedur tertulis, pemantauan dan pengawasan lingkungan pembuatan
obat, kebersihan pabrik dan validasi proses produksi, kalibrasi, alat-alat
pengukur, latihan personalia, pemberian persetujuan terhadap pemasok
bahan dan kontraktor, pengamanan produk dan bahan terhadap
kerusakan dan kemunduran mutu dan dalam penyimpanan catatan-
catatan.

16
Untuk menunjang dan membantu tenaga inti tersebut diatas, dapat
ditunjuk tenaga yang terampil dalam jumlah yang sesuai untuk
melaksanakan supervisi langsung di bagian produksi dan pengawasan
mutu.
Tanggung jawab yang diberikan ke segenap karyawan tidak boleh terlalu
berlebihan sehingga dapat meninggalkan resiko terhadap mutu obat.
Tugas dan tanggung jawab hendaklah diberikan dengan jelas dan dapat
dipahami dengan baik oleh setiap karyawan.

3.3.1. Pelatihan
Perusahaan hendaklah memberikan pelatihan bagi seluruh karyawan
karena tugasnya harus berada di dalam area produksi, gudang
penyimpanan atau laboratorium (termasuk karyawan teknik, perawatan,
dan petugas kebersihan) dan bagi karyawan lain yang kegiatanyya dapat
berdampak pada mutu produk.
Di samping pelatihan dasar teori dan praktik CPOB, karyawan baru
hendaklah mendapat pelatihan sesuai dengan tugas yang diberikan.
Pelatihan berkesinambungan hendaklah juga diberikan, dan efektifitas
penerapannya hendaklah dinilai secara berkala. Hendaklah tersedia
program pelatihan yang disetujui kepala bagian masing-masing. Catatan
pelatihan hendaklah disimpan.
Pelatihan spesifik hendaklah diberikan kepada karyawan yang bekerja di
area dimana pencemaran merupakan bahaya, misalnya area bersih atau
area penanganan bahan berpotensi tinggi, toksik atau bersifat sensitasi.
Pengunjung atau karyawan yang tidak mendapat pelatihan sebaiknya
tidak masuk ke area produksi dan laboratorium pengawasan mutu. Bila
tidak dapat dihindarkan, hendaklah mereka diberi penjelasan lebih
dahulu, terutama mengenai hygiene perorangan dan pakaian pelindung
yang dipersyaratkan serta diawasi dengan ketat.
Konsep Pemastian Mutu dan semua tindakan yang tepat untuk
meningkatkan pemahaman dan penerapannya hendaklah dibahas secara
mendalam selama latihan.
Pelatihan hendaklah diberikan oleh orang yang terkualifikasi.

17
3.4. Bangunan dan Fasilitas

Bangunan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki ukuran, rancang


bangun, konstruksi serta letak yang memadai agar memudahkan dalam
pelaksanaan kerja, pembersihan dan pemeliharaan yang baik. Tiap sarana kerja
hendaklah memadai, sehingga setiap resiko terjadinya kekeliruan, pencemaran
silang dan berbagai kesalahan lain yang dapat menurunkan mutu obat dapat
dihindari.
Lokasi bangunan hendaklah sedemikian rupa untuk mencegah terjadinya
pencemaran dari lingkungan sekelilingnya, seperti pencemaran dari
udara, tanah, dan air maupun dari kegiatan didekatnya. Apabila bangunan
itu terletak pada tempat yang tidak sesuai, tindakan yang efektif
hendaklah diambil untuk mencegah pencemaran.
Gedung hendaklah dibangun dan dipelihara agar terlindung dari pengaruh
cuaca, banjir, rembesan melalui tanah serta masuk dan bersarangnya
binatang kecil, tikus, burung, serangga, atau hewan lainnya.
Dalam menentukan rancang bangun dan tata letak ruang hendaklah
dipertimbangkan.
Rancang bangun dan tata letak ruang hendaklah memenuhi persyaratan.
Untuk kegiatan-kegiatan berikut diperlukan daerah tertentu:
Penerimaan bahan
Karantina bahan masuk
Ruang sampling
Penyimpanan bahan awal
Penimbangan dan penyerahan bahan
Pengolahan
Penyimpanan produk antara dan ruahan
Pengemasan
Karantina obat jadi
Penyimpanan obat jadi
Pengiriman barang
Laboratorium

18
Pencucian peralatan
Permukaan bagian dalam ruangan (dinding, lantai, dan langit-langit)
hendaklah licin, bebas dari keretakan dan sambungan terbuka serta
mudah dibersihkan, dan bila perlu mudah didesinfeksi. Lantai di daerah
pengolahan hendaklah dibuat dari bahan kedap air, permukaannya rata
dan memungkinkan pembersihan secara cepat dan efisien. Dinding
hendaklah juga kedap air dan memiliki permukaan yang mudah dicuci.
Sudut-sudut antara dinding, lantai dan langit-langit dalam daerah-daerah
kritis hendaklah berbentuk lengkung.
Saluran air limbah hendaklah cukup besar dan mempunyai bak kontrol
serta ventilasi yang baik. Saluran terbuka hendaklah sedapat mungkin
dicegah tetapi bila diperlukan hendaklah cukup dangkal untuk
memudahkan pembersihan dan desinfeksi.
Lubang pemasukan dan pengeluaran udara serta pipa-pipa dan
salurannya hendaklah dipasang sedemikian rupa untuk mencegah
timbulnya pencemaran terhadap produk.
Bangunan hendaklah mendapat penerangan yang efektif dan mempunyai
ventilasi dengan fasilitas pengendali udara (termasuk suhu, kelembaban,
dan penyaring) yang sesuai untuk kegiatan dalam bangunan maupun
dengan lingkungan sekitarnya.
Pipa, fiting lampu, titik ventilasi dan instalasi lain di daerah produksi
hendaklah dipasang sedemikian rupa untuk menghindari terbentuknya
ceruk yang tidak dapat dibersihkan. Instalasi seperti ini sedapat mungkin
dipasang di luar daerah pengolahan.
Pemasangan talang atap, pipa, dan saluran udara di dalam ruangan
hendaklah dicegah. Apabila tidak terhindarkan, maka suatu prosedur
tetap dan penjadwalan khusus mengenai pembersihan pasangan tersebut
hendaklah dibuat dan diikuti.
Pipa-pipa yang terpasang di dalam ruangan tidak boleh menempel
didinding tetapi digantungkan dengan menggunakan siku-siku pada jarak
cukup untuk memudahkan pembersihan.
Tenaga listrik hendaklah memadai untuk menjamin kelancaran fungsi
peralatan produksi dan laboratorium.

19
Seluruh bangunan, termasuk daerah produksi, laboratorium, gudang,
koridor dan daerah sekeliling gedung, hendaklah dirawat agar senantiasa
dalam keadaan bersih dan rapi. Kondisi bangunan hendaklah diperiksa
secara teratur dan dilakukan perbaikan bila perlu. Perhatian khusus perlu
diberikan untuk menjamin agar perbaikan gedung atau kegiatan
perawatannya tidak akan mengakibatkan pengaruh negatif terhadap
produk.
Gudang penyimpanan bahan hendaklah cukup luas, terang serta ditata
dan dilengkapi sedemikian rupa untuk memungkinkan penyimpanan
bahan dan produk dalam keadaan kering, bersih dan teratur.
Pintu yang membuka langsung ke lingkungan luar dari ruang produksi
seperti pintu bahaya kebakaran hendaklah selalu ditutup rapat untuk
mencegah masuknya cemaran.
Peraturan hendaklah dibuat untuk menjamin bahwa pintu tersebut hanya
digunakan dalam situasi darurat. Pintu-pintu di dalam gedung yang
difungsikan sebagai perintang terhadap kontaminasi silang hendaklah
selalu dalam keadaan tertutup apabila sedang tidak digunakan.

3.5. Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam pembuatan obat hendaklah memiliki


rancangan-bangun dan konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta
sitempatkan dengan tepat, sehingga mutu yang dirancang bagi tiap produk obat
yang terjamin secara seragam dari bets ke bets, serta untuk memudahkan
pembersihan dan perawatannya.

3.5.1. Rancang-Bangun dan Konstruksi

Rancang-bangun dan konstruksi peralatan hendaklah memenuhi


persyaratan-persyaratan berikut:
Permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan awal,
produk antara, produk ruahan atau obat jadi tidak boleh menimbulkan
reaksi, adisi atau absobsi yang dapat mengubah identitas, mutu atau
kemurniannya di luar batas yang telah dicantumkan.

20
Peralatan tidak boleh menimbulkan efek yang merugikan terhadap
produk, misalnya karena bocornya katup, menetesnya zat pelumas dan
karena hal lain yang sejenis, atau karena perbaikan pemeliharaan,
modifikasi, atau adaptasi yang salah.
Bahan-bahan yang diperlukan untuk suatu tujuan khusus, seperti
pelumas atau pendingin, tidak boleh bersentuhan langsung dengan
bahan yang diolah karena hal lain dapat mengubah identitas, mutu atau
kemurnian bahan baku, produk antara, produk ruahan atau obat jadi.
Peralatan hendaklah dapat dibersihkan dengan mudah, baik
bagian dalam maupun bagian luar.
Peralatan yang digunakan untuk menimbang, mengukur, menguji
dan mencatat hendaklah diperiksa ketelitiannya secara teratur serta
dikalibrasi menurut suatu program dan prosedur yang tepat.
Penyaring untuk cairan tidak boleh melepaskan serat ke dalam
produk.

3.5.2. Pemasangan dan Penempatan

Peralatan hendaklah ditempatkan sedemikian rupa untuk memperkecil


kemungkinan pencemaran silang antara bahan di daerah yang sama.
Peralatan hendaklah ditempatkan dengan jarak yang cukup renggang dari
peralatan lain untuk memberikan kelulusan kerja dan memastikan tidak
terjadinya campur-baur atau kekeliruan.
Semua ban mekanis terbuka dan kerekan hendaklah dilengkapi dengan
pengaman.
Saluran air, uap, udara bertekanan atau hampa udara hendaklah
dipasang sedemikian rupa sehingga mudah dicapai selama kegiatan
berlangsung.
Tiap peralatan utama hendaklah diberi nomor pengenal yang jelas.
Nomor pengenal ini akan dipakai pada semua perintah dan catatan
pembuatan bets untuk menunjukkan unit atau alat tertentu yang dipakai
pada proses pembuatan tertentu untuk bets yang bersangkutan.

21
3.5.3. Pemeliharan

Peralatan hendaklah dirawat menurut jadwal yang tepat agar tetap


berfungsi dengan baik dan mencegah terjadinya pencemaran yang dapat
merubah identitas, mutu atau kemurnian produk.
Prosedur-prosedur tertulis untuk perawatan peralatan hendaklah dibuat
dan dipatuhi.
Catatan mengenai pelaksanaan pemeliharaan dan pemakaian suatu
peralatan utama hendaklah dicakup dalam buku catatan harian yang
menunjukkan tanggal, waktu, produk, kekutan dan nomor setiap bets atau
lot yang diolah dengan peralatan yang bersangkutan. Catatan untuk
peralatan yang digunakan khusus untuk satu produk saja dapat
dimasukkan ke dalam catatan produksi bets produk tertentu.

3.6. Sanitasi dan Higiene

Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi hendaklah diterapkan pada setiap
aspek pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan higieni meliputi personalia,
bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya, dan
segala sesuatu yang dapat menjadi sumber pencemaran produk. Sumber
pencemaran hendaklah dihilangkan melalui suatu progam sanitasi dan higiene
yang menyeluruh dan terpadu.

Personalia

Semua karyawan hendaklah menjalani pemeriksaan kesehatan, baik


sebelum diterima menjadi karyawan maupun selama bekerja.
Semua karyawan hendaklah merupakan higiene perorangan yang baik
semua karyawan yang berhubungan dengan proses pembuatan
hendaklah memperlihatkan tingkat higiene perorangan yang tinggi.
Tiap karyawan yang pada suatu ketika mengidap suatu penyakit atau
menderita suatu luka terbuka yang dapat merugikan kualitas produk,

22
hendaklah dilarang menangani bahan baku, bahan pengemas, bahan
yang sedang dalam proses dan obat jadi sampai dia sembuh kembali.
Semua karyawan hendaklah diperintahkan dan didorong untuk
melaporkan kepada atasannya langsung tiap keadaan (pabrik, peralatan
dan personalia) yang menurut penilaian mereka dapat merugikan produk.
Karyawan hendaklah mengenakan pakaian pelindung yang bersih
termasuk penutup rambut yang bersih sesuai dengan tugas yang mereka
laksanakan.
Hanya petugas yang berwenang sajalah yang diperbolehkan memasuki
bangunan dan fasilitas yang dinyatakan sebagai daerah terbatas.
Karyawan hendaklah diinstruksikan supaya mencuci tangan sebelum
memasuki daerah produksi.

3.7. Produksi

Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah


ditetapkan yang dapat menjamin senantiasa menghasilkan obat jadi yang
memenuhi spesifikasi yang ditentukan.

3.7.1. Bahan Awal


Penerimaan bahan awal
CPOB mengharuskan agar penerimaan bahan awal dilakukan di area
tersendiri (umumnya area gudang).
Prosedur terperinci mengenai tata cara penerimaan bahan awal dapat
berbeda di tiap perusahaan. Berikutnya akan dibahas beberapa
ketentuan CPOB dan contoh pelaksanaannya.
Lakukan pemeriksaan administrasi dokumen surat pengiriman vs. surat
pemesanan jenis dan jumlah bahan.
Periksa keutuhan kemasan.Apakah terdapat kelainan dan kerusakan ?

Bersihkan permukaan luar kemasan dari pengotor [gunakan lap atau


vacum

23
Beri label identitas minimal berisi nama bahan, nomor batch, jumlah
bahan dan pabriknya
Simpan di area karantina sesuai dengan persyaratan penyimpanannya.
Tempelkan label karantina (oleh QC)
Lakukan pengambilan sampel
Sampling bahan baku harus di ruang sampling, atau kelas abu-
abu (misal ruang timbang)
Harus ada SOP mengenai petugas yang berwenang untuk
sampling, dan tata caranya
Bagian pengawasan mutu menentukan apakah barang yang diterima
memenuhi persyaratan perusahaan atau tidak
Lulus : pindahkan ke area penyimpanan
Tidak lulus : pindahkan ke area reject.

Tanda status pada label :


Hijau :
diluluskan,dapat digunakan,dapat melanjutkan proses
Kuning
Karantina,sedang diperiksa,tidak boleh digunakan hingga
dinyatakan lulus
Merah
Ditolak,tidak diluluskan,tidak boleh digunakan

Penyimpanan bahan awal


Persyaratan gudang :
Cukup luas, terang dan dapat meyimpan bahan dalam keadaan
kering, bersuhu yang sesuai dengan persyaratan, bersih dan
teratur.
Memiliki tempat yang tersendiri untuk penyimpanan bahan yang
mudah terbakar atau mudah meledak.

24
Tersedia area yang tersendiri untuk penyimpanan produk atau
bahan yang ditolak.
Tersedia ruangan yang tersendiri untuk penyimpanan bahan yang
memerlukan kondisi penyimpanan tertentu: AC (15-25C), sejuk
(8-15C), dingin (2-8C).
Suhu harus dimonitor, hasil monitoring harus dicatat.
Pengeluaran bahan dari gudang dapat menggunakan prinsip FIFO
(first in first out) yang berarti bahan yang terlebih dahulu masuk
harus dikeluarkan terlebih dahulu, atau FEFO (first expired, first
out.

Penimbangan bahan baku


Penimbangan bahan baku harus dilakukan di ruang timbang atau
ruangan dengan kelas abu-abu, tidak boleh dilakukan di kelas hitam
Karena penimbangan merupakan tahap yang penting, tata cara
penimbangan harus benar-benar mengikuti pedoman tertulis
Alat ukur dan alat timbang harus dikalibrasi secara berkala
Hanya bahan baku, produk antara dan produk ruahan yang telah
diluluskan oleh bagian QC yang boleh ditimbang
Gunakanlah selalu scoop atau sendok timbang yang bersih,sendok yang
kotor dapat menyebabkan kontaminasi silang
Setiap bahan yang ditimbang harus diperiksa ulang oleh orang lain, dan
hasil pengecekkannya dicatat
Hindarkan terjadinya campur baur, dan kehilangan identitas bahan
Timbanglah bahan satu persatu, jangan membuka lebih dari satu
wadah secara bersamaan.
Kelompokkan bahan yang ditimbang batch per batch dalam tong
atau palet.
Tempelkan lebel identitas segera setelah ditimbang untuk
menghindarkan kekeliruan.

Pengolahan

25
Sebelum dilakukan proses produksi harus dilakukan pemeriksaan untuk
menjamin bahwa :
area kerja dan peralatan telah bersih
tidak ada bahan baku, produk, sisa produk, label atau dokumen
yang tidak dibutuhkan pada proses tersebut.
Hasil pengecekan tersebut harus dicatat
Tulislah identitas proses yang sedang
dilakukan pada label ruangan atau alat.
Setiap wadah yang berisi produk antara harus diberi LABEL, yang
menyatakan IDENTITAS PRODUK dan tahap pengolahannya.
Pemberian identitas yang benar sangat penting, dan dapat
menghindarkan terjadinya berbagai kesalahan.
Bahan baku yang diterima dari bagian penimbangan, harus di
periksa ulang oleh personil produksi untuk memastikan kebenaran
jenis dan jumlahnya.
Harus dilakukan pencatatan dalam batch record :
Setiap penambahan bahan ke dalam alat pencampur.
Akan melakukan tahapan proses lebih lanjut
Menyerahkan produk antara untuk proses berikutnya
Lakukan prinsip check and double check pada setiap tahapan yang
penting.
Ikuti petunjuk pembuatan sebagaimana yang tertulis, tanyakanlah apabila
tidak mengerti atau ragu.
Isilah dokumen prosedur pengolahan atau batch record selama
bekerja, janganlah mengisi dokumen prosedur pengolahan setelah
proses selesai
Setiap penyimpangan dari prosedur pengolahan yang telah ditetapkan,
misalnya suhu dan kelembaban harus dicatat dalam batch record.
Lakukan investigasi penelusuran sejarah batch, bila ada
penyimpangan
Produk ruahan disimpan pada ruangan tersendiri (R. WIP)
Produk antara tidak diperkenankan diletakkan di koridor

26
Hindarkan terjadinya kontaminasi silang, atau tercampurnya satu produk
dengan produk yang lain
Hindarkan kontak langsung produk antara dengan tangan.

Pengawasan Mutu
Tugas bagian pengawasan mutu adalah untuk melakukan sampling,
inspeksi, pengujian, pemantauan, pelulusan dan penolakan terhadap
bahan baku ,bahan kemas,produk antara,produk ruahan dan produk jadi.
Pelaksanaan proses produksi harus diawasi oleh personel bagian
pengawasan mutu, yang biasanya disebut inspektor.
Tugas inspektor :
Memeriksa kesiapan proses, seperti kebersihan ruangan,
kesiapan alat, kelekapan dokumen dan label, serta pemeriksaan
untuk memastikan tidak ada bahan produk lain di area tersebut.
Melakukan pemeriksaan selama proses produksi

Selama proses bagian pengawasan mutu melakukan pemeriksaan


terhadap spesifikasi yang telah ditetapkan
Berat pencetakan tablet, ketebalan tablet, volume dan pH sediaan
syrup
Pemeriksaan kesesuaian produk antara, produk ruahan dan
produk jadi sebelum diserahkan ke gudang
Pengemasan hanya digunakan untuk kegiatan pengemasan.

Pengemasan
Tidak diperbolehkan untuk area pengolahan, sortir produk yang belum
dikemas primer, ataupun penyimpanan.
Sebelum melakukan kegiatan pengemasan, harus dilakukan pemeriksaan
kesiapan jalur dan area kerja
Kebenaran penandaan pada kemasan seperti nomor batch , tanggal
produksi ,kadaluwarsa dan penandaan lain harus diperiksa dan dicatat.
Selama bekerja harus selalu bertindak agar menghindarkan terjadinya
kesalahan dan kekeliruan
Setelah selesai kegiatan pengemasan :

27
Label atau dus yang rusak, dan kelebihan label yang telah diberi
tanda nomor batch dan expire date, harus dimusnahkan.
mencegah penyalahgunaan, atau tercampur
Pemusnahan kemasan reject harus dicatat
Form pemusnahan berisi data:
alasan, waktu pelaksanaan, pelaksana serta pengawasnya.

3.7.2. Proses Validasi

Semua prosedur produksi hendaklah divalidasi dengan tepat. Validasi


hendaklah dilaksanakan menurut prosedur yang telah ditentukan dan
catatan hasilnya hendaklah disimpan.
Sebelum suatu prosedur pengolahan induk diterapkan, hendaklah
dilakukan langkah untuk membuktikan bahwa prosedur bersangkutan
cocok untuk pelaksanaan produksi rutin, dan bahwa proses yang telah
ditetapkan dengan menggunakan bahan dan peralatan yang telah
ditentukan, akan senantiasa menghasilkan produk yang memenuhi
spesifikasi yang telah ditentukan.
Perubahan yang berarti dalam proses, peralatan atau bahan hendaklah
disertai dengan tindakan validasi ulang untuk menjamin bahwa
perubahan tersebut akan tetap menghasilkan produk yang memenuhi
spesifikasi yang telah ditentukan.
Proses dan prosedur hendaklah secara rutin dievaluasi kembali dengan
kritis untuk memastikan bahwa proses dan prosedur ini tetap mampu
memberikan hasil yang diinginkan.

3.7.3. Pencemaran
Pencemaran kimiawi atau mikroba terhadap suatu obat yang dapat
merugikan kesehatan atau mengurangi daya terapetik atau mempengaruhi
kualitas suatu produk tidak dapat diterima. Perhatian khusus hendaklah diberikan
pada masalah pencemaran silang, karena sekalipun sifat dan tingkatnya tidak
berpengaruh langsung kepada kesehatan, hal ini menunjukkan pelaksanaan
pembuatan obat yang tidak sesuai dengan CPOB.

28
3.7.4. Sistem Penomoran Bets dan Lot
Suatu sistem yang menjabarkan cara penomoran bets dan lot secara rinci
diperlukan untuk memastikan bahwa produk antara, produk ruahan atau
obat jadi suatu bets atau lot dikenali dengan nomor bets atau lot tertentu.
Sistem penomoran bets dan lot yang digunakan pada tingkat pengolahan
dan tingkat pengemasan selanjutnya hendaklah saling berkaitan.
Sistem penomoran bets dan lot hendaklah dapat menjamin bahwa nomor
bets atau lot yang sama tidak digunakan secara berulang.
Pemberian nomor bets dan lot yang dialokasikan hendaklah segera
dicatat dalam suatu buku catatan harian. Catatan mencakup tanggal
pemberian nomor, identitas produk dan besarnya bets atau lot yang
bersangkutan.

3.7.5. Penimbangan dan Penyerahan


Penimbangan atau perhitungan dan penyerahan bahan baku, bahan
pengemas, produk antara dan produk ruahan dianggap suatu bagian dari
siklus produksi dan memerlukan dokumentasi dan rekonsiliasi yang
dilengkapi pengawasan terhadap pengeluaran bahan dan produk tersebut
di atas untuk diproduksi adalah sangat penting.
Metode penanganan, penimbangan, perhitungan dan penyerahan bahan
baku, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan hendaklah
tercakup dalam proses prosedur tertulis.
Semua pengeluaran bahan baku, bahan pengemas, produk antara dan
produk ruahan termasuk tambahan bahan diluar yang telah diserahkan
semula, hendaklah didokumentasikan.
Bahan baku, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan yang
boleh diserahkan hanyalah yang telah diluluskan oleh bagian
pengawasan mutu.
Untuk menghindari terjadinya campur baur, pencemaran silang dan
kehilangan identitas, bahan baku, produk antara dan produk ruahan yang
boleh ditempatkan dalam daerah penyerahan hanyalah yang diperlukan
untuk suatu bets tertentu saja.

29
Untuk menghindari terjadinya campur baur, hanya satu jenis bahan cetak
tetentu saja yang diperbolehkan diletakkan ditempat penandaan pada
saat yang sama.
Sebelum dilakukan penimbangan hendaklah dilakukan pemeriksaan
terhadap kebenaran penandaan bahan baku termasuk label pelulusan
dari bagian pengawasan mutu.
Kapasitas, ketepatan dan ketelitian alat timbangan dan alat ukur yang
digunakan hendaklah sesuai dengan jumlah bahan yang ditimbang atau
diukur.
Untuk setiap penimbangan atau pengukuran hendaklah dilakukan
pembuktian kebenaran identitas dan jumlah bahan yang ditimbang dan
diukur oleh dua petugas secara terpisah.
Kebersihan tempat penimbangan dan penyerahan hendaklah dijaga. Bahan
baku steril hendaklah ditimbang dan diserahkan dalam daerah steril.
Penimbangan dan penyerahan hendaklah menggunakan peralatan yang
cocok dan bersih.
Bahan baku produk antara dan produk ruahan yang diserahkan hendaklah
diperiksa ulang kebenarannya dan ditandatangani oleh supervisor
produksi sebelum diserahkan ke bagian produksi.

3.7.6. Pengembalian
Semua bahan baku, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan
yang dikembalikan ke tempat penyimpanan hendaklah didokumentasikan
dengan benar dan direkonsiliasi.
Bahan baku, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan tidak
boleh dikembalikan ke gudang, kecuali bila memenuhi spesifikasi yang
ditetapkan.

3.7.7. Pengolahan
Semua bahan yang dipakai dalam pengolahan hendaklah diperiksa
terlebih dahulu sebelum digunakan.
Kondisi daerah pengolahan hendaklah dipantau dan dikendalikan sampai
tingkat yang diisyaratkan untuk kegiatan yang akan dilakukan.

30
Semua peralatan yang digunakan dalam pengolahan hendaklah diperiksa
sebelum digunakan. Peralatan hendaklah dinyatakan bersih secara
tertulis sebelum digunakan.
Semua kegiatan pengolahan hendaklah dilaksanakan mengikuti prosedur
tertulis yang telah digunakan.
Wadah dan penutup yang dipakai untuk bahan yang akan diolah, untuk
produk antara dan produk ruahan, hendaklah bersih dengan sifat dan
jenis yang tepat untuk melindungi produk dan bahan terhadap
pencemaran atau kerusakan.
Semua wadah dan peralatan yang berisi produk antara, hendaklah diberi
label yang tepat yang menyatakan tahap pengolahannya.
Semua produk antara atau produk ruahan harus diberi label yang tepat
dan dikarantina sampai diluluskan oleh bagian pengawasan mutu.
Seluruh pengawasan selama proses seperti yang disyaratkan harus
dicatat dengan teliti pada saat pengolahan dilakukan.
Hasil nyata dari setiap tahap proses bets yang dibuat hendaklah dicatat
dan dibandingkan terhadap hasil teoritisnya.
Dalam seluruh tahap pengolahan, perhatian utama hendaklah diberikan
pada masalah pencemaran silang.
Bahan dan produk kering.
Pencampuran dan granulasi.
Pencetakan tablet.
Penyalutan.
Pengisian kapsul keras.
Penberian tanda tablet bersalut dan kapsul.
Cairan, krim, dan salep (non-steril)

3.7.8. Pengemasan
Kegiatan pengemasan berfungsi membagi dan mengemas produk ruahan
menjadi obat jadi.
Untuk kegiatan pengemasan hendaklah ada prosedur tertulis yang
menguraikan penerimaan serta identifikasi produk ruahan dan bahan
pengemas, pengawasan untuk menjamin bahwa produk ruahan dan

31
bahan pengemas yang akan dipakai adalah benar, pengawasan dalam
proses selama pengemasan, rekonsiliasi terhadap produk ruahan dan
bahan pengemas cetak, dan pemeriksaan akhir terhadap hasil
pengemasan.
Sebelum kegiatan pengemasan dimulai hendaklah dilakukan
pemeriksaan untuk memastikan bahwa peralatan dan ruang kerja dalam
keadaan bersih dan bebas dari sisa produk lain.
Setiap penyerahan produk ruahan dan bahan pengemas hendaklah
diperiksa dan diteliti terhadap kesesuaian dengan prosedur pengemasan
induk atau perintah pengemasan khusus.
Pra-penandaan pada bahan pengemas.
Kesiapan jalur pengemasan.
Pengawasan selama proses.
Pelaksanaan pengemasan.
Penyelesaian proses pengemasan.
Bahan atau produk pilihan obat kembalian.
Karantina obat jadi dan penyerahan ke gudang obat jadi.
Pengawasan ditribusi obat jadi.
Penyimpanan obat berdasarkan kontrak.

3.8. Inspeksi Diri dan Audit Mutu dan Persetujuan Pemasok


Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua aspek
produksi dan pengawasan mutu industri farmasi memenuhi ketentuan CPOB.

3.8.1. Aspek untuk Inspeksi Diri


Hendaklah dibuat daftar periksa inspeksi diri yang menyajikan standar
persyaratan minimal dan seragam. Daftar ini hendaklah berisi daftar pertanyaan
mengenai ketentuan CPOB yang mencakup antara lain:
Personalia,
Bangunan, termasuk fasilitas untuk personil,
Perawatan bangunan dan peralatan,
Penyimpanan bahan awal, bahan pengemas, dan obat jadi,
Peralatan,

32
Pengolahan dan pengawasan-selama-proses,
Pengawasan mutu,
Dokumentasi,
Sanitasi dan higiene,
Program validasi dan re-validasi,
Kalibrasi alat atau sistem pengukuran,
Prosedur penarikan kembali obat jadi,
Penanganan keluhan,
Pengawasan label, dan
Hasil inspeksi diri sebelumnya

3.8.2. Tim Inspeksi Diri


Tim inspeksi diri ditunjuk oleh manajemen perusahaan terdiri dari
sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang yang berpengalaman dalam bidangnya
masing-masing dan paham mengenai CPOB.
3.8.3. Cakupan dan Frekuensi Inspeksi Diri
Inspeksi diri dapat dilakukan bagian demi bagian sesuai dengan
kebutuhan perusahaan, namun inspeksi diri yang menyeluruh hendaklah
dilakukan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun. Frekuensi inspeksi diri
hendaklah tertulis dalam prosedur tetap inspeksi diri.

3.8.4. Laporan Inspeksi Diri


Setelah menyelesaikan inspeksi diri hendaklah dibuat laporan yang
mencakup:
Hasil inspeksi diri,
Evaluasi dan kesimpulan, dan
Usul tindakan perbaikan.

3.8.5. Tindak Lanjut


Manajemen perusahaan hendaklah mengevaluasi laporan inspeksi diri
dan tindakan perbaikan. Hendaklah dibuat program tindak lanjut yang efektif.

3.8.6. Audit Mutu

33
Penyelenggarakan audit mutu berguna sebagai pelengkap inspeksi diri.
Audit mutu meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari sistem
manajemen mutu dengan tujuan spesifik untuk meningkatkan mutu.

3.8.7. Audit dan Persetujuan Pemasok


Kepala Bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) hendaklah
bertanggung jawab bersama bagian lain yang terkait untuk memberi
persetujuan pemasok yang dapat diandalkan memasok bahan awal dan
bahan pengemas dan memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan.
Hendaklah dibuat daftar pemasok yang disetujui untuk bahan awal dan
bahan pengemas. Daftar pemasok handaklah ditinjau ulang secara
berkala.
Hendaklah dilakukan evaluasi sebelum pemasok disetujui dan
dimasukkan ke dalam daftar pemasok atau spesifikasi, evaluasi
hendaklah mempertimbangkan riwayat pemasok dan sifat bahan yang
dipasok. Jika audit diperlukan, audit tersebut hendaklah menetapkan
kemampuan pemasok dalam pemenuhan standar CPOB.
Semua pemasok hendaklah dievaluasi secara teratur.

3.9. Penanganan Keluhan Terhadap Produk dan Penarikan Kembali


Produk

Prinsip
Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan kemungkinan
terjadi kerusakan obat hendaklah dikaji dengan teliti sesuai dengan prosedur
tertulis.

Keluhan
1) Hendaklah ditunjuk personil yang bertanggung jawab untuk menangani
keluhan dan memutuskan tindakan yang hendak dilakukan bersama alat
yang memadai untuk membantunya. Apabila personil tersebut bukan
kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu), maka hendaklah ia
memahami cara penanganan seluruh keluhan, penyelidikan atau penarikan
kembali produk.

34
2) Laporan dan keluhan mengenai produk dapat disebabkan oleh:
a) Keluhan mengenai mutu yang berupa kerusakan fisik, kimiawi atau
biologis dari produk atau kemasannya.
b) Keluhan atau laporan karena reaksi yang merugikan seperti alergi,
toksisitas, reaksi fatal atau reaksi hampir fatal dan reaksi medis lain.
c) Keluhan atau laporan mengenai efek terapetik produk seperti produk
tidak berkhasiat atau respon klinis yang rendah.
3) Hendaklah tersedia prosedur tertulis yang merinci penyelidikan, evaluasi,
tindak lanjut yang sesuai, termasuk pertimbangan untuk penarikan kembali
produk, dalam menanggapi keluhan terhadap obat yang diduga cacat. Tiap
laporan dan keluhan hendaklah diselidiki dan dievaluasi secara menyeluruh
dan mendalam mencakup:
a) Pengkajian seluruh informasi mengenai laporan atau keluhan.
b) Inspeksi atau pengujian sampel obat yang dikeluhkan dan diterima
serta bila perlu, pengujian sampel pertinggal dari bets yang sama.
4) Pengkajian semua data dan dokumentasi termasuk catatan bets, catatan
distribusi dan laporan pengujian dari produk yang dikeluhkan atau
dilaporkan.
5) Penanganan keluhan dan laporan suatu produk termasuk hasil evaluasi dari
penyelidikan serta tindak lanjut yang dilakukan hendaklah dicatat dan
dilaporkan kepada manajemen atau bagian yang terkait.
6) Perhatian khusus handaklah diberikan untuk menetapkan apakah keluhan
disebabkan oleh pemalsuan.
7) Tiap keluhan yang menyangkut kerusakan produk hendaklah dicatat yang
mencakup rincian mengenai asal-usul keluhan dan diselidiki secara
menyeluruh dan mendalam. Kepala bagian Pengawasan Mutu hendaklah
dilibatkan dalam pengkajian masalah tersebut.
8) Jika produk pada suatu bets ditemukan atau diduga cacat, maka hendaklah
dipertimbangkan untuk memeriksa bets lain untuk memastikan apakah bets
lain juga terpengaruh. Khusus bets yang mengandung hasil pengolahan
ulang dari bets yang cacat hendaklah diselidiki.
9) Setelah melakukan penyelidikan dan evaluasi terhadap laporan dan keluhan
mengenai suatu produk hendaklah dilakukan tindak lanjut. Tindak lanjut ini
mencakup:

35
a) Tindakan perbaikan bila diperlukan.
b) Penarikan kembali suatu bets atau seluruh produk akhir yang
bersangkutan, dan
c) Tindakan lain yang tepat.
10) Catatan keluhan hendaklah dikaji secara berkala untuk mengidentifikasi hal
yang spesifik atau masalah yang berulang terjadi, yang memerlukan
perhatian dan kemungkinan penarikan kembali produk dari peredaran.
11) Otoritas Pengawasan Obat hendaklah diberitahukan apabila industri farmasi
mempertimbangkan tindakan yang terkait dengan kemungkinan kesalahan
pembuatan, kerusakan produk, pemalsuan atau segala hal lain yang serius
mengenai mutu produk.

Penarikan Kembali Keluhan


12) Hendaklah ditunjuk personil yang bertanggung jawab untuk melaksanakan
dan mengkoordinasikan penarikan kembali produk dan hendaklah ditunjang
oleh staf yang memadai untuk menangani semua aspek penarikan kembali
sesuai dengan tingkat urgensinya. Personil tersebut hendaklah independen
terhadap bagian penjualan dan pemasaran. Jika personil ini bukan kepala
bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu), maka ia hendaklah memahami
segala operasi penarikan kembali.
13) Hendaklah tersedia prosedur tertulis yang diperiksa secara berkala dan
dimutakhirkan jika perlu, untuk mengatur segala tindakan penarikan
kembali.
14) Operasi penarikan kembali hendaklah mampu untuk dilakukan segera dan
tiap saat.
15) Keputusan penarikan kembali produk:
a) Dapat diprakarsi oleh industri farmasi atau atas perintah Otoritas
Pengawasan Obat.
b) Secara intern hendaklah datang dari kepala bagian Manajemen Mutu dan
Manajemen Perusahaan.
c) Dapat melibatkan satu atau lebih atau seluruh bets produk akhir.
d) Dapat mengakibatkan penundaan atau penghentian pembuatan produk.

Pelaksanaan Penarikan Kembali:

36
16) Tindakan penarikan kembali produk hendaklah dilakukan segera setelah
diketahui ada produk yang cacat mutu atau diterima laporan mengenai
reaksi yang merugikan.
17) Pemakaian produk yang beresiko tinggi terhadap kesalahan hendaklah
dihentikan dengan cara embargo yang dilanjutkan penarikan kembali
dengan segera. Penarikan kembali hendaklah menjangkau hingga tingkat
konsumen.
18) Sistem dokumentasi penarikan kembali produk di industri farmasi hendaklah
menjamin bahwa embargo dan penarikan kembali dilaksanakan secara
cepat, efektif, dan tuntas.
19) Pedoman dan prosedur penarikan kembali terhadap obat hendaklah dibuat
untuk memungkinkan embargo dan penarikan kembali dapat dilakukan
dengan cepat dan efektif dari seluruh mata rantai distribusi.
20) Catatan dan laporan termasuk hasil tindakan embargo dan penarikan kembali
produk hendaklah didokumentasikan dengan baik.
21) Otoritas Pengawasan Obat dari Negara kemana produk didistribusikan
hendaklah diinformasikan segera apabila akan dilakukan penarikan kembali
karena cacat atau dugaan cacat.
22) Catatan distribusi hendaklah tersedia untuk digunakan oleh personil yang
bertanggung jawab terhadap penarikan kembali. Catatan distribusi
hendaklah berisi informasi yang lengkap mengenai distributor dan
pelanggan yang dipasok secara langsung (dengan alamat, nomor telepon,
dan/atau nomor fax pada saat jam kerja dan di luar jam kerja, nomor bets
dan jumlah yang dikirim), termasuk distributor luar negeri untuk produk
yang diekspor dan sampel medis.
23) Produk yang ditarik kembali hendaklah diberi identifikasi dan disimpan
terpisah di area yang aman untuk sementara menunggu keputusan
terhadap produk tersebut.
24) Perkembangan dari proses penarikan kembali hendaklah dicatat dan dibuat
laporan akhir, termasuk hasil rekonsiliasi antara jumlah produk yang dikirim
dan yang ditemukan kembali.
25) Efektifitas dari penyelenggaraan penarikan kembali hendaklah dievaluasi dari
waktu ke waktu.

37
Dokumentasi
26) Penanganan produk kembalian dan tindak lanjutnya hendaklah
didokumentasikan dan dilaporkan. Bila produk harus dimusnahkan,
dokumentasi hendaklah mencakup berita acara pemusnahan yang diberi
tanggal dan ditandatanggani oleh personil yang melaksanakan dan personil
yang menyaksikan pemusnahan.

3.10. Dokumentasi
Dokumentasi pembuatan obat merupakan bagian dari sistem informasi
manajemen yang meliputi spesifikasi, prosedur metode dan instruksi,
perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi seluruh rangkaian
kegiatan pembuatan obat.
Dokumentasi sangat penting untuk memastikan bahwa setiap petugas
mendapat instruksi secara rinci dan jelas mengenai bidang tugas yang harus
dilaksanakan sehingga memperkecil resiko terjadinya salah tafsir dan kekeliruan
yang biasanya timbul karena hanya mengandalkan komunikasi secara lisan.
Sistem komunikasi hendaklah menggambarkan riwayat lengkap dari bets
atau lot suatu produk sehingga memungkinkan penyelidikan serta penelusuran
terhadap bets atau lot produk yang bersangkutan.
Sistem komunikasi digunakan dalam pemantauan dan pengendalian,
misalnya kondisi lingkungan, perlengkapan dan personalia.

3.10.1. Ketentuan Umum


Dokumen hendaklah didisain, disiapkan, dikaji dan didistribusikan dengan
cermat.
Dokumen hendaklah disetujui, ditandatangani dan diberi tanggal oleh
personil yang sesuai dan diberi wewenang.
Isi dokumen hendaklah tidak berarti ganda. Judul, sifat dan tujuannya
hendaklah dinyatakan dengan jelas.
Hendaklah ada suatu sistem untuk menghindarkan terjadinya
penggunaan dokumen yang sudah tidak berlaku.
Apabila terjadi atau ditemukan suatu kekeliruan pada dokumen,
hendaklah dikoreksi dengan suatu cara yang tepat sehingga tulisan atau
catatn semula tidak hilang sama sekali dan koreksi itu ditulis dan

38
dicantumkan disamping tulisan semula, kemudian diparaf dan dibubuhi
tanggal.
Jika dokumen membuat instruksi hendaklah ditulis dalam nada perintah
serta disusun dalam langkah yang diberi nomor urut. Instruksi hendaklah
jelas, tepat, tidak berarti ganda dan ditulis dalam bahasa yang dimengerti
oleh pemakai.
Semua perubahan yang dilakukan terhadap pencatatan pada dokumen
hendaklah ditandatangani dan diberi tanggal. Perubahan hendaklah
memungkinkan pembacaan informasi semula.
Dokumentasi hendaklah tersedia bagi semua pihak terkait.
Dokumen dan catatan yang berkaitan dengan suatu bets sebagaimana
contoh rujukan obat jadi serta bahan awalnya hendaklah disimpan oleh
perusahaan untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan keperluannya dan
jangka waktu yang ditentukan Badan POM.
3.10.2. Spesifikasi
Dokumentasi spesifikasi meliputi spesifikasi bahan baku, bahan
pengemas, produk antara, produk ruahan dan obat jadi.

3.11. Pembuatan Dan Analisis Berdasarkan Kontrak

Prinsip
Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara benar,
disetujui dan dikendalikan untuk menghindari kesalahpahaman yang dapat
menyebabkan produk atau pekerjaan dengan mutu yang tidak memuaskan.
Kontrak tertulis antara pemberi kontrak dan penerima kontrak harus dibuat
secara jelas menentukan tanggung jawab dan kewajiban masing-masing pihak.
Kontrak harus menyatakan secara jelas prosedur pelulusan tiap bets produk
untuk diedarkan yang menjadi tanggung jawab penuh kepala bagian Manajemen
Mutu (Pemastian Mutu).
Catatan: Bab ini meliputi tanggung jawab industri farmasi terhadap Otoritas
Pengawasan Obat (OPO) dalam hal pemberian izin edar dan
pembuatan obat. Hal ini tidak dimaksudkan untuk mempengaruhi
tanggung jawab legal dari Penerima Kontrak terhadap konsumen.

39
Umum
Hendaklah dibuat kontrak tertulis yang meliputi pembuatan dan/atau
analisis obat yang dikontrakkan dan semua pengaturan teknis terkait.
Semua pengaturan untuk pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak
termasuk usul perubahan dalam pengaturan teknis atau pengaturan lain
sesuai dengan izin edar untuk produk bersangkutan.
Kontrak hendaklah mengizinkan Pemberi Kontrak untuk mengaudit
sarana dari Penerima Kontrak.
Dalam hal analisis berdasarkan kontrak, pelulusan akhir harus diberikan
oleh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) Pemberi Kontrak.

Pemberi Kontrak
Pemberi Kontrak bertanggung jawab untuk menilai kompetensi Penerima
Kontrak dalam melaksanakan pekerjaan atau pengujian yang diperlukan
dan memastikan bahwa prinsip dan pedoman CPOB diikuti.
Pemberi Kontrak hendaklah menyediakan semua informasi yang
diperlukan kepada Penerima Kontrak untuk melaksanakan pekerjaan
kontrak secara benar sesuai izin edar dan persyaratan legal lain. Pemberi
Kontrak hendaklah memastikan bahwa Penerima Kontrak memahami
sepenuhnya masalah yang berkaitan dengan produk atau pekerjaan atau
pengujian yang dapat membahayakan gedung, peralatan, personil, bahan
atau produk lain.
Pemberi Kontrak hendaklah memastikan bahwa semua produk yang
diproses dan bahan yang dikirimkan oleh Penerima Kontrak memenuhi
spesifikasi yang ditetapkan atau produk yang telah diluluskan oleh kepala
bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu).

Kontrak Penerima
Penerima Kontrak harus mempunyai gedung dan peralatan yang cukup,
pengetahuan dan pengalaman, dan personil yang kompeten untuk
melakukan pekerjaan yang diberikan oleh Pemberi Kontrak dengan

40
memuaskan. Pembuatan obat berdasarkan kontrak hanya dapat
dilakukan oleh industri farmasi yang memiliki sertifikat CPOB yang
diterbitkan oleh Otoritas Pengawasan Obat (OPO).
Penerima Kontrak hendaklah memastikan bahwa semua produk dan
bahan yang diterima sesuai dengan tujuan penggunaannya.
Penerima Kontrak hendaklah tidak mengalihkan pekerjaan atau pengujian
apapun yang dipercayakan kepadanya sesuai kontrak kepada pihak
ketiga tanpa terlebih dahulu dievaluasi dan disetujui oleh Pemberi Kontrak
dan pihak ketiga manapun hendaklah memastikan bahwa informasi
pembuatan dan analisis disediakan kepada pihak ketiga dengan cara
yang sama seperti yang dilakukan pada awalnya antara Pemberi Kontrak
dan Penerima Kontrak.
Penerima Kontrak hendaklah membatasi diri dari segala aktivitas yang
dapat berpengaruh buruk pada mutu produk yang dibuat dan/atau
dianalisis untuk Pemberi Kontrak.
Kontrak
Kontrak hendaklah dibuat antara Pemberi Kontrak dan Penerima Kontrak
dengan menetapkan tanggung jawab masing-masing pihak yang
berhubungan dengan produksi dan pengendalian mutu produk. Aspek
teknis dari kontrak hendaklah dibuat oleh personil yang kompeten yang
mempunyai pengetahuan yang sesuai di bidang teknologi farmasi,
analisis dan Cara Pembuatan Obat yang Baik. Semua pengaturan
pembuatan dan analisis harus sesuai dengan izin edar dan disetujui oleh
kedua belah pihak.
Kontrak hendaklah menyatakan secara jelas prosedur pelulusan tiap bets
produk untuk diedarkan dan memastikan bahwa tiap bets telah dibuat dan
diperiksa pemenuhannya terhadap persyaratan izin edar yang menjadi
tanggung jawab penuh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian
mutu).
Kontrak hendaklah menguraikan secara jelas penanggung jawab
pengadaan, pengujian dan pelulusan bahan, produksi dan pengendalian
mutu, termasuk pengawasan selama proses, dan penanggung jawab
pengambilan sampel dan fungsi analisis berdasarkan kontrak, kontrak

41
hendaklah menyatakan apakah Penerima Kontrak mengambil atau tidak
mengambil sampel di sarana pembuat obat.
Catatan pembuatan, analisis dan distribusi, dan sampel pertinggal
hendaklah disimpan oleh atau disediakan untuk Pemberi Kontrak. Semua
catatan yang relevan untuk penilaian mutu produk, bila terjadi keluhan
atau cacat produk, harus dapat diakses dan ditetapkan dalam prosedur
penanganan produk cacat dan penariakn obat yang dibuat oleh Pemberi
Kontrak.
Kontrak hendaklah memuat izin Pemberi Kontrak untuk menginspeksi
sarana Penerima Kontrak.
Dalam hal analisis berdasarkan kontrak, Penerima Kontrak hendaklah
memahami bahwa dia merupakan subjek untuk diinspeksi oleh Otoritas
Pengawasan Obat (OPO).
Kontrak hendaklah menguraikan penanganan bahan awal, bahan
pengemas, produk antara, produk ruahan, dan produk jadi bila bahan
atau produk tersebut ditolak. Kontrak hendaklah juga menguraikan
prosedur yang harus diikuti bila berdasarkan kontrak menunjukkan bahwa
produk yang diuji harus ditolak.

42
3.12. Kualifikasi dan Validasi

Prinsip
CPOB mensyaratkan industri farmasi untuk mengidentifikasi validasi yang
perlu dilakukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan
yang dilakukan. Perubahan signifikan terhadap fasilitas, peralatan dan proses
yang dapat mempengaruhi mutu produk hendaklah divalidasi. Pendekatan
dengan kajian resiko hendaklah digunakan untuk menentukan ruang lingkup dan
cakupan validasi.

Perencanaan Validasi
a. Seluruh kegiatan validasi hendaklah direncanakan. Unsur utama program
validasi hendaklah dirinci dengan jelas dan didokumentasikan di dalam
Rencana Induk Validasi (RIV) atau dokumen setara.
b. RIV hendaklah merupakan dokumen yang singkat, tepat dan jelas.
c. RIV hendaklah mencakup sekurang-kurangnya data sebagai berikut:
Kebijakan validasi.
Struktur organisasi kegiatan validasi.
Ringkasan fasilitas, sistem, peralatan dan proses yang akan
divalidasi.
Format dokumen: format protokol dan laporan validasi, perencanaan,
dan jadwal pelaksanaan.
Pengendalian perubahan.
Acuan dokumen yang digunakan.
d. RIV terpisah mungkin diperlukan untuk suatu proyek besar.

Dokumentasi
Protokol validasi tertulis hendaklah dibuat untuk merinci kualifikasi dan
validasi yang akan dilakukan. Protokol hendaklah dikaji dan disetujui oleh
kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu). Protokol validasi
hendaklah merinci langkah kritis dan kriteria penerimaan.
Hendaklah dibuat laporan yang mengacu pada protokol kulifikasi dan/atau
protokol validasi dan memuat ringkasan hasil yang diperoleh, tanggapan
terhadap penyimpangan yang terjadi, kesimpulan dan rekomendasi

43
perbaikan. Tiap perubahan terhadap rencana yang ditetapkan dalam
protokol hendaklah didokumentasikan dengan pertimbangan yang sesuai.
Setelah kualifikasi selesai dilaksanakan, hendaklah diberikan persetujuan
tertulis untuk dapat melaksanakan tahap kualifikasi dan validasi
selanjutnya.

Kualifikasi
Kualifikasi Desain (KD)
Kualifikasi desain (KD) adalah unsur pertama dalam melakukan validasi
terhadap fasilitas, sistem atau peralatan baru.
Desain hendaklah memenuhi ketentuan CPOB dan didokumentasikan.
Kualifikasi Instalasi (KI)
Kualifikasi Instalasi (KI) hendaklah dilakukan terhadap fasilitas, sistem
dan peralatan baru atau yang dimodifikasi.
KI hendaklah mencakup, tapi tidak terbatas pada hal berikut:
1. instalasi peralatan, pipa dan sarana penunjang, serta instrumentasi
hendaklah sesuai dengan spesifikasi dan gambar teknik yang
didesain,
2. pengumpulan dan penyusunan dokumen pengoperasian dan
perawatan peralatan dari pemasok,
3. ketentuan dan persyaratan kalibrasi, dan
4. vertifikasi bahan konstruksi.
Kualifikasi Kinerja (KK)
KK hendaklah dilakukan setelah KI dan KO selesai dilaksanakan, dikaji
dan disetujui.
KK hendaklah mencakup, tapi tidak terbatas pada hal berikut:
1. pengujian dengan menggunakan bahan baku, bahan pengganti yang
memenuhi spesifikasi atau produk simulasi dilakukan berdasarkan
pengetahuan tentang proses, fasilitas, sistem dan peralatan.
2. uji yang meliputi satu atau beberapa kondisi yang mencakup batas
operasional atas dan bawah.
Meskipun KK diuraikan sebagai kegiatan terpisah, dalam beberapa kasus
pelaksanaannya dapat disatukan dengan KO.

44
BAB IV
TINJAUAN PELAKSANAAN CPOB
PT. MUTIARA MUKTI FARMA MEDAN

4.1 Aspek Manajemen Mutu


Untuk menjamin khasiat, keamanan dan mutu produknya, PT. MUTIFA
memiliki manajemen mutu sesuai dengan CPOB 2006. Hal ini dapat dilihat dari
adanya pemisahan antara kewenangan dan tanggung jawab departemen QA dan
QC. Departemen QA diwajibkan bertanggung jawab dalam menjamin mutu
produk mulai dari pemesanan bahan baku dan kemasan obat sampai obat siap
konsumsi konsumen, termasuk didalamnya pemilihan pemasok. Sistem mutu
ditetapkan berdasarkan CPOB.
Beberapa hal yang ditangani QA antara lain :
Penyelenggaraan pelatihan CPOB kepala karyawan yang bekerja di area
produksi dan pengawasan mutu
Penanganan dan pengendalian sistem dokumentasi
Menyusun dan mengendalikan protap
Melaksanakan validasi
Megadakan audit terhadap pemasok
Mengadakan inspeksi diri
Penolakan dan lulusan obat jadi
Penyelidikan terhadap kegagalan
Penanganan hasil uji diluar spesifikasi (HULS)
Penangan keluhan, penarikan kembali obat jadi dan penanganan obat
kembalian

Departemen QC memiliki kewenangan dan tanggung jawab melaksanakan


pengawasan dan pengujian seluruh bahan awal yang akan digunakan dalam
produksi, melakukan pengawasan proses produksi dan pengujian obat jadi.
Sedangkan departemen QA memiliki kewenangan dan tanggung jawab untuk
menyusun kebijakan mutu berdasarkan CPOB yang dapat menjamin mutu obat
yang telah ditetapkan dan memastikan seluruh kegiatan yang terlibat di dalam
proses pembuatan obat serta melaksanakan kebijakan tersebut. Departemen QA
menjadi polusi yang mandiri untuk memantau keseluruhan proses pembuatan
obat mulai dari rencana desain industri (RnD), pembelian bahan, proses produksi
hingga didistribusi obat jadi.

45
4.2 Aspek Pengawasan Mutu
Departemen pengawasan mutu di PT.MUTIFA bertanggung jawab atas :
1. Pelaksanaan pengambilan contoh
2. Pemeriksaan contoh bahan baku,produk ruahan dan produk jadi.
3. Menyusun dan merevisi prosedur tetap yang diperlukan departemen QC.
Bahan baku yang baru datang masuk ke gudang diberi status karantina.
Gudang akan memberikan slip penerimaan barang ke departemen QC.
Berdasarkan slip yang diterima, QC kemudian melakukan pengambilan
contoh untuk semua bahan aktif dan bahan penolong. Setiap bahan baku yang
masuk harus dilengkapi dengan sertifikat analisa yang digunakan sebagai acuan
pemeriksaan bahan. Setelah diperiksa, bahan baku yang diluluskan ditempel
label released (warna hijau) kemudian disimpan digudang apabila bahan baku
ditolak ditempelkan label rejected (warna merah) dan ditempatkan pada area
ditolak yang ada digudang. Kemudian dikembalikan kepada pemasok. Penolakan
terhadap bahan baku dilakukan berdasarkan literature dan COA.

4.3 Aspek Personalia


4.3.1 Jumlah Karyawan

46
Untuk mendukung operasionalnya, PT. MUTIFA memerlukan personil
yang terampil dan terlatih. Berdasarkan status maka jumlah personil PT. MUTIFA
Medan sebagai berikut :
No Bagian Jumlah
1. Direktur Utama 1
2. Apoteker 8
3. Lulusan Sarjana 3
4. Administrasi dan Keuangan 7
5. Research and Development 3
6. Unit syrup 28
7. Unit kapsul 5
8. Unit tablet 25
9. Unit puyer 4
10. Unit bedak 4
11. Gudang Kemasan 4
12. Gudang bahan baku 8
13. Gudang obat jadi 3
14. Teknisi 5
15. Laboratorium 9
16. Kolektor 1
17. Akuntansi 3
18. Penjualan /Pemesaran 2
19. Supir 4
20. Pembelian 1
21. Cleaning Service 5
22. Satpam 5
Jumlah Seluruhnya 136

4.3.2 Struktur Organisasi PT. MUTIFA Medan

Dewan
Komisaris
Mgr
Pembelian
Direktur

Mgr
Dra. Nuranti Sirait Keuangan
Asisten Direktur
Bidang CPOB

Mgr Akuntansi

47
Mgr Penjualan

Mgr
Personalia

MGR. PRODUKSI MGR. QA MGR. Teknik MGR. QC MGR. R&D Kabag Registrasi Kabag PPIC
Drs. Budiono, Apt Donald Situmeang Edi Dasa P, ST Haposan Octarina Dina Mariana, Perinita Barus
SSi, Apt S. Farm, Apt S.Farm, Apt S.Farm

Catatan :
Disahkan oleh Direktur Utama yaitu Bapak JACOB LIE

4.4 Aspek Bangunan dan Fasilitas


PT. MUTIFA Medan berada di Jl.Karya Jaya No.68 Km 8,5 Namorambe
Medan. Luas area PT. MUTIFA Medan mempunyai luas area 9600 m dan luas
bangunan 6259 m.

Luas masing masing ruangan adalah sebagai berikut :


Tabel : Ukuran ruangan masing masing bagian di PT. MUTIFA Medan
No. Ruang /Gudang Ukuran(m)
1. Ruang Perkantoran 192
2. Ruang Betalaktam 84
3. Ruang Laboratorium dan Pengawasan Mutu 40
4. Ruang Teknik dan Bengkel 16
5. Ruang Produksi 88
6. Ruang Produksi Syrup 100
7. Ruang Produksi Serbuk Oral 20
8. Ruang Produksi Kapsul 12
9. Ruang Produksi Salap 25
10. Ruang Produksi Aseptis 28

48
11. Gudang Bahan Baku 64
12. Gudang Kemasan 64
13. Gudang Hasil Jadi 48
14. Janitor 9
15. Kantin 90
16. Ruang Syrup 24
17. Gudang Alat 25

Ruang produksi PT. MUTIFA Medan telah dibuat sesuai dengan


persyaratan CPOB dimana flow proses dirancang mengalir sehingga
menghindari kontaminasi selama proses produksi. Lantai, dinding dan langit-
langit memiliki permukaaan licin dan tidak terdapat sambungan, dilapisi dengan
epoksi, area produksi untuk masing-masing bentuk sediaan terletak terpisah.
Aliran udara yang digunakan dalam ruangan produksi adalah Air
Handling System (AHS). Suplai udara yang akan disalurkan kedalam ruangan
produksi berasal dari 2 sumber, yaitu berasal dari udara dan sirkulasi kembali
(sebanyak 80%) dan berasal dari udara bebas (sebanyak 20%).

4.5 Aspek Peralatan


Pada PT. MUTIFA Medan peralatan yang digunakan sudah memenuhi
dan dan terbagi sesuai dengan yang dibutuhkan setiap melakukan produksi.
Bagian bagian tersebut, yaitu :
a. Unit Tablet
Unit ini dilengkapi dengan timbangan, mesin mixer, granulator, mesin
pencetak tablet, oven, lubricator, FBD (Fluid Bed Dryer), mesin penyalut,
mesin strip, dan mesin blister.
b. Unit Kapsul
Unit ini dilengkapi dengan mesin mixer, mesin pengisi kapsul dan oven.
c. Unit Liqida
Unit ini dilengkapi dengan mesin mixer, mesin pengisi obat ke dalam
wadah.

4.6 Aspek Sanitasi dan Higiene

49
Tingkat sanitasi dan Higiene sudah diterapkan oleh PT. MUTIFA Medan
pada setiap aspek pembuatan obat.
a. Personalia
Pada PT.MUTIFA setiap karyawan sebelum masuk ke ruang produksi
terlebih dahulu cuci tangan, mengenakan pakaian pelindung yang bersih
termasuk penutup rambut,sepatu, tidak di izin kan memakai jam tangan,
perhiasan guna menghindari produk dari pencemaran dan untuk
keamanan personil. Personil/karyawan yang bekerja khusus di area
produksi betalaktam di wajibkan untuk bersih bersih diri ataupun mandi
sebelum memasuki ruang produksi.
b. Peralatan
Pembersihan peralatan dan ruangan produksi dilaksanakan sebelum
dan sesudah proses produksi dilaksanakan sehingga pencemaran silang
dapat dihindari.

4.7 Aspek Produksi


4.7.1 Bentuk Sediaan
Di PT. MUTIFA Medan memproduksi berbagai bentuk sediaan obat.
Berikut bentuk sediaan yang diproduksi oleh PT. MUTIFA Medan.
Tablet biasa antibiotik penisilin dan turunan nya
Serbuk oral antibiotik penisilin dan turunan nya
Semisolid non betalaktam
Serbuk obat luar non betalaktam
Cairan oral non betalaktam
Tablet biasa dan tablet salut non betalaktam
Kapsul keras non betalaktam

4.7.2 Kapasitas Produksi

50
Kapasitas produk yang di produksi oleh PT. MUTIFA Medan setiap satu
shift kerja adalah sebagai berikut:

BENTUK SEDIAAN KAPASITAS (1SHIFT)


Tablet biasa antibiotik penisilin dan
800.000 tablet
turunan nya
Serbuk oral antibiotik penisilin dan
12.000
turunan nya
Semisolid non betalaktam 10.000 pot
Serbuk obat luar non betalaktam 10.000
Cairan oral non betalaktam 40.000 botol
Tablet biasa dan tablet salut non
1.000.000 tablet
betalaktam
Kapsul keras non betalaktam 250 kapsul

4.7.3 Area Produksi

Area produksi PT. MUTIFA Medan terdiri dari:


Area Produksi Syrup
1. Karantina Bahan Baku
Diuji dengan pemeriksaan di laboratorium secara kualitatif dan kuantitatif
dengan pemberian label. Jenis label yang digunakan adalah label kuning untuk
karantina dan label putih untuk pengambilan sampel. Jika telah dinyatakan lulus
diberi label berwarna hijau.
2. Penimbangan Bahan Baku
Penimbangan dilakukan dengan Catatan Pengolahan Batch (CPB).
Bahan yang telah ditimbang diletakkan di atas pallet dan untuk setiap bahan
yang ditimbang menggunakan kode pemeriksaan dan diberi label penimbangan
3. Pencampuran
Pencampuran juga dilakukan dengan Catatan Pengolahan Batch (CPB)
Ada empat tahap pencampuran yaitu :

51
Ruang campur syrup 1
Ruang campur syrup 2
Ruang campur syrup 3
Ruang campur syrup 4
4. Pengisian
Pengisian dilakukan dalam satu jalur. Setiap syrup diisi sesuai dengan
protap masing-masing dan dilebihkan kurang lebih 2cc dari volume yang diminta,
lalu di cap agar tidak masuk mikroorganisme.
5. Pengemasan
Dibedakan menjadi dua bagian :
Pengemasan Primer
Pengemasan Sekunder
Hal yang perlu diperhartikan dalam pengemasan :
1. Tutup los/tidak
2. Etiket koyak/tidak
3. Kotak Master

6. Karantina Obat Jadi


Untuk mengklarifikasi semua yang sudah diproses dari awal hingga akhir.
7. Gudang Obat Jadi
Semua obat yang telah diluluskan dimasukkan ke gudang obat jadi untuk
diedarkan ke pasaran.
Area Produksi Tablet
Area produksi ini telah memiliki sertifikat CPOB produksi tablet. Adapun
ruangan pada area produksi tablet terdiri dari :
1. Karantina Bahan Baku
Diuji dengan pemeriksaan di laboratorium secara kualitatif dan kuantitatif
dengan pemberian label. Jenis label yang digunakan adalah label kuning untuk
karantina dan label putih untuk pengambilan sampel. Jika telah dinyatakan lulus
diberi label berwarna hijau.
2. Penimbangan Bahan Baku

52
Penimbangan dilakukan dengan Catatan Pengolahan Batch (CPB).
Bahan yang telah ditimbang diletakkan di atas pallet dan untuk setiap bahan
yang ditimbang menggunakan kode pemeriksaan dan diberi label penimbangan.
3. Pencampuran
a. Ruang Granulasi Tablet
Berfungsi untuk proses serbuk menjadi granul. Diruang ini dilengkapi
Tangki double jacket untuk membuat pengikat , mesin Super mikser untuk
granulasi basah dan Fluid Bed Dryier untuk pengeringan granul. Ruangan
dilengkapi dust collector. Setelah granul kering dilakukan pemeriksaan in proses
kontrol ( LOD ) dan selanjutnya dipindahkan keruangan staging granul kering.
Tekanan udara ruang granulasi basah didisain negatif dari ruangan koridor.
b. Ruang Staging Granul Kering
Massa granul yang telah dikeringkan di simpan diruang staging. Tekanan
udara ruang staging granul kering didisain negatif dari ruangan koridor.
c. Ruang Pengayakan Granul
Untuk mengubah granul kasar menjadi granul halus yang seragam sesuai
spesifikasi produk. Massa granul yang telah dikeringkan dan telah memenuhi
spesifikasi kemudian diayak dengan communiting fitz mill, ruangan dilengkapi
dust collector Tekanan udara ruang pengayakan granul didisain negatif dari
ruangan koridor.
d. Ruang Pencampuran Akhir
Berfungsi untuk penambahan bahan pelicin, pengkilat dan bahan
penghancur luar atau bahan perasa. Massa granul yang telah diayak dicampur
dengan bahan pelicin, pengkilat dan bahan penghancur luar atau bahan perasa
dimasukkan ke dalam alat V- mixer. Ruangan dilengkapi dust collector Tekanan
udara ruang pencampuran akhir didisain negatif dari ruangan koridor.
e. Ruang Karantina Produk Antara Tablet
Tempat penyimpanan sementara massa cetak ( produk antara) menunggu
pemeriksaan IPC. Tekanan udara ruang Karantina produk antara tablet didisain
negatif dari ruangan koridor.
f. Ruang Pencetakan Tablet
Berfungsi untuk mencetak tablet. Terdapat 4 ruang cetak, masing masing
ruangan terdapat 1 mesin cetak tablet dan neraca digital untuk in proses control
oleh operator. ruangan dilengkapi dust collector, untuk menghisap debu selama

53
pencetakan. Setiap 15 menit operator harus memeriksa keseragaman bobot.
Pada awal pencetakan tablet bagian pengawasan melakukan
pemeriksaan/pengujian terhadap hasil pencetakan yang meliputi : pemerian,
friabilitas, waktu hancur, kekerasan tablet, disolusi dan keseragaman bobot,
kadar zat berkhasiat. Apabila memenuhi spesifikasi maka pencetakan boleh
dilanjutkan. Tekanan udara ruang cetak tablet didisain negatif dari ruangan
koridor.
g. Ruang Sortir Tablet
Tablet yang dihasilkan disortir dari debu dan juga bentuk tablet yang tidak
bagus /pecah. Ruangan dilengkapi dust collector . Tekanan udara ruang sortir
tablet didisain negatif dari ruangan koridor.
h. Ruang Karantina Produk Ruahan Tablet
Tempat penyimpanan sementara produk ruahan menunggu pemeriksaan
IPC. Tekanan udara ruang Karantina produk ruahan tablet didisain negatif dari
ruangan koridor.
i. Ruang Penyetripan
Tablet yang telah diluluskan oleh bagian pengawasan mutu dilakukan
penyetripan. Ruang ini dilengkapi mesin strip, mesin coding untuk penandaan
alat pemeriksaan kebocoran strip. ruangan dilengkapi dust collector . Setiap 15
menit operator memeriksa kebocoran hasil stripping dan kerapian penandaan.
Tekanan udara ruang penyetripan didisain negatif dari ruangan koridor.
j. Ruang Counting
Tablet yang telah diluluskan oleh bagian pengawasan mutu dibawa
keruang counting dan dikemas dalam kantok plastik. Ruang ini dilengkapi mesin
counting. ruangan dilengkapi dust collector Setiap 15 menit operator memeriksa
kebenaran hasil counting . Tekanan udara ruang counting didisain negatif dari
ruangan koridor.

4.7.4 Pengolahan Limbah


Limbah Non Beta Laktam
Jenis limbah non beta laktam di PT.MUTIFA ada 4 jenis yaitu:
a. Limbah cair
Limbah cair ini berasal dari produksi,limbah laboratorium,limbah
domestik, dan limbah bengkel. Tolak ukur yang dipakai untuk

54
pemantauan limbah cair adalah berdasarkan mutu air limbah yang
diisyaratkan dalam keputusan Menteri Negara lingkungan hidup
No.51/MENLH/X/1995 tentang Baku MUTU Limbah Cair Industri.
Terdapat dalam tabel dibawah ini.

Parameter Formulasi (Pencampuran) (mg/L)

BOD (Biological Oxygen Demand) 75


COD (Chemical Oxygen Demand) 150
TSS (total Suspended Solid) 75
Total-N -
Fenol -
Ph 6,0-9,0

Diagram sistem pengolahan limbah cair dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Pengelolaan Limbah di PT.MUTIFA

Limbah domestik

Limbah cairan
Produk
Termasuk
pembersihan

Limbah cair
laboratorium

Bak Bak Bak Bak


penampungan sedimentasi aerasi biokontrol

55
Badan air
Limbah bengkel buangan
cair kecuali oil

b. Limbah padat
Limbah padat ini berasal dari:
1. Bekas kemasan bahan awal (bahan baku/bahan kemasan) seperti
kertas, kotak karton,wadah kayu/kaca,drum,kaleng.
2. Buangan proses produksi seperti tepung sisa proses,produk
antara/ruahan yang rusak atau kotor,kemasan
(aluminium,foil,botol,dus).
3. Buangan bahan hasil pengujian laboratorium seperti tablet bekas
pengujian kekerasan,waktu hancur, dan lain-lain.
4. Bahan awal dan pruduk jadi yang rusak.
5. Wadah bekas bahan produksi (plastik dan tong rusak)
6. Limbah padat domestik.
Tolak ukur yang dipakai untuk pemantauanlimbah padat adalah
kualitas lingkungan atau kebersihan di dalam area industri, dimana
tidak terdapat lagi limbah padat yang berserakan di pabrik.

c. Limbah udara
Limbah udara ini berasal dari:
1. Gas,uap dan asap
o Bahan kimia/ reagenasia
o Bahan baku seperti ammonia liquid,alkohol, dan lain-lain
o Proses produksi seperti metilen klorida dari proses coating
o Pembakaran zat padat

56
o Asap pembakaran sampah

2. Debu produksi
Tolak ukur yang dipakai untuk pemantauan limbah udara adalah
kualitas udara didalam dan diluar lingkungan pabrik, meliputi kadar
H2S,NH2,SO2,CO2,NO2,TSP.

Sistem Penanggulangan Limbah Udara di PT.MUTIFA

JENIS CARA PENANGGULANGAN


1.Bahan kimia/reagensia laboratorium 1.Lemari asam
2.Asap pembakaran sampah 2.Inecrator cerebong tinggi
3.Uap solven 3.Exhaust fan
4.Debu produksi 4.Pemasangan dust collector

d. Limbah suara
Limbah suara ini berasal dari mesin produksi, genset,mesin sistem
penunjang (AHU, mesin boiler). Cara pengendalian limbah suara ini
dapat diatasi dengan menggunakan ear insert oleh pekerja. Tolak
ukur yang digunakan untuk pemantauan limbah suara adalah angka
kebisingan dan getaran di dalam dan di luar area pabrik yang diukur
sesuai dengan angka kebisingan maksimum 65 dB dan getaran
maksimum 7,5 Hz.

Limbah Beta Laktam


Jenis limbah beta laktam dapat berupa cair,padat,udara dan suara. Limbah
dair berasal dari gedung produksi beta laktam berupa pencucian alat/mesin.
Limbah padat berupa wadah bekas bahan baku antibiotik beta laktam,bahan
baku beta laktam yang rusak,tong plastik,buangan proses produksi, dan produk
jadi antibiotik beta laktam yang rusak. Limbah udara berupa debu produksi
antibiotik beta laktam. Limbah suara berasal dari mesin produksi, genset,mesin
sistem penunjang (AHU).

57
Pengelolaan Limbah Beta Laktam adalah sebagai berikut:
a. Limbah cair
Limbah cair yang berasal dari gedung beta laktam dialirkan ke bak/ kolam
perusakan cincin beta laktam dengan menggunakan larutan NaOH, setelah
itu dialirkan/digabung dengan limbah cair non beta laktam di bak
penampungan, dan seterusnya diolah bersama.
b. Limbah padat
Limbah padat yang berupa wadah yang mengandung bahan antibiotik beta
laktam dicuci dan dibilas bersih dengan air bersih di ruang pencucian di
dalam gedung beta laktam yang dialirkan ke bak perusak cincin beta
laktam, sedangkan wadah yang telah dicuci dan di bilas bersih tersebut
dikeluarkan dari gedung beta laktam dan ditangani limbahnya seperti pada
pengolahan limbah padat non beta laktam.
c. Limbah udara
Limbah udara berupa debu produksi disedot dan dikumpulkan oleh dust
collector.

d. Limbah suara
Limbah suara sistem penanganannya sama dengan penanganan limbah
suara di non beta laktam.

4.8 Aspek Inspeksi Diri dan Audit Mutu


Inspeksi diri di PT. MUTIFA diadakan setahun sekali. Inspeksi diri
dilakukan oleh tim inspeksi diri yang diketuai oleh manajer QA. Inspeksi diri
dilakukan departemen produksi, Research and Development (R&D), QC dan QA
dan tekhnik. Laporan dibuat setelah inspeksi diri selesai dilaksanakan. Inspeksi
yang dilakukan pada tiap tiap departemen mencakup antara lain:
1. Personalia 5. Peralatan
2. Bangunan 6. Pengolahan dan
3. Perawatan bangunan dan pengemasan selama proses
peralatan 7. Pengawasan mutu
4. Penyimpanan bahan awal, 8. Dokumentasi
bahan pengemas dan obat 9. Sanitasi hygiene
jadi 10. Program validasi dan

58
revalidasi. 13. Penanganan keluhan.
11. Kalibrasi alat. 14. Pengawasan label.
12. Prosedur penarikan kembali 15. Hasil inspeksi diri sebelumnya
obat jadi. dan tindakan perbaikan

Laporan tersebut mencakup hasil inspeksi diri, evaluasi serta kesimpulan,


saran tindakan perbaikan. Audit mutu dilakukan badan POM. Audit ini mencakup
aspek CPOB. Badan POM didampingi QC melaksanakan audit langsung
dilapangan.

4.9 Aspek Penanganan Keluhan terhadap Produk, Penarikan Produk dan


Produk Kembalian
Keluhan dapat berupa keluhan menyangkut efek samping obat dan
menyangkut teknis kualitas obat. Keluhan tersebut dilaporkan ke departemen
QA.

Keluhan yang menyangkut teknis kualitas obat dapat dibagi atas :


Kategori A
Misalnya kesalahan pada cetakan bahan pengemas yang mengandung
resiko bagi pasien. Laporan negatif bagi media massa yag berkaitan
dengan keamanan obat dan pemalsuan.
Kategori B
Misalnya kesalahan dalam bahan pengemas tercetak yang tidak
mengandung resiko terhadap pasien (Nomor kode tidak ada) dan cacat
estetik.
Tindak lanjutnya dapat berupa penggantian produk atau untuk penarikan
produk steril atau recall). Penarikan obat jadi dapat dilakukan karena keinginan
produsen (Misalnya mau mengganti kemasan) atau keinginan badan pom.

59
Produk kembalian yang tertarik akan disimpan di gudang. Penanganan
selanjutnya bisa dihancurkan, dijadikan stok kembali atau diolah kembali.

4.10 Dokumentasi
Sistem dokumentasi merupakan hal yang penting dalam Industri Farmasi
untuk memastikan bahwa setiap karyawan mendapat instruksi yang jelas dan
rinci mengenai bidang tugas yang harus dilaksanakannya sehingga memperkecil
resiko terjadinya salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul apabila hanya
mengandalkan instruksi lisan. Sistem dokumentasi produk (catatan pengolahan
dan pengemasan batch) harus menggambarkan riwayat lengkap dari setiap
batch suatu produk sehingga memungkinkan penyelidikan serta penelusuran
kembali terhadap batch yang bersangkutan apabila terdapat kesalahan selama
produk tersebut dipasarkan.
Sistem dokumentasi PT. MUTIFA meliputi :
Prosedur tetap (protap)
Spesifikasi (bahan baku,pengemas,produk jadi)
Catatan pengolahan batch dan catatan pengemasan batch
Penandaan (status ruangan, mesin, label karantina, released, rejected)
Protocol dan laporan validasi
Dokumentasi registrasi
Catatan kalibrasi
Catatan verifikasi

4.11 Aspek Pembuatan dan Analisa Berdasarkan Kontrak


PT. MUTIFA Medan tidak melakukan aspek pembuatan dan analisa
berdasarkan kontrak.

4.12 Aspek Kualifikasi dan Validasi

Validasi proses yang dilakukan PT. MUTIFA adalah concurrent validation.


Validasi yang dilakukan oleh PT. MUTIFA adalah validasi proses terhadap produk
yang telah diproduksi dan dipasarkan tetapi belum pernah dilakukan validasi.
Manajer QA membentuk tim validasi dan menyusun protocol validasi untuk
produk yang akan divalidasi. Kegiatan validasi akan dilakukan oleh departemen
yang bersangkutan, dimonitor dan didokumentasikan oleh tim validasi. Setiap
akhir validasi harus dibuat suatu laporan validasi sebagai pertanggungjawaban.
Kualifikasi di PT. MUTIFA merupakan tanggung jawab departemen tekhnik
kualifikasi adalah pembuktian secara tertulis berdasarkan data yang
menunjukkan bahwa suatu peralatan, fasilitas, system penunjang dan prosedur

60
pengemasan secara otomatis bekerja sesuai dengan spesifikasi yang di
tetapkan.

BAB V
PEMBAHASAN

5.1 Aspek Manajemen Mutu


PT. MUTIFA Medan telah menerapkan sistim manajemen mutu, tersedia
kebijakan mutu, sasaran mutu sampai ke struktur paling bawah yang menjadi
komitmen pegawai, pemasok dan distributor.. Sasaran mutu disosialisasikan dan
dituangkan dalam rencana mutu yang harus dipenuhi serta uraian pekerjaan
yang jelas. Dan dituangkan dalam prosedur sistim mutu, prosedur tetap dan
formulir. PT MUTIFA Medan memiliki manajemen mutu sesuai dengan CPOB
2006.

5.2 Aspek Pengawasan Mutu


Bagian pengawasan mutu telah melaksanakan tugasnya dengan baik
dengan melakukan pengujian terhadap bahan awal sesuai spesifikasi bahan
awal, produk antara, produk ruahan dan obat jadi.
Selama proses produksi berlangsung, dilakukan In Process Control (IPC)
pada setiap tahapan proses produksi. Kemudian setelah proses produksi selesai,
dilakukan pengujian terhadap obat jadi.

5.3 Aspek Personalia


PT. MUTIFA memiliki personalia sebanyak 136 orang dengan berbagai
tingkat pendidikan, keterampilan, dan kemampuan sesuai dengan bidang
tugasnya masing-masing, semua dilatih pada bidang tugasnya masing masing
dan latihan penyegaran serta on the job training ditempat kerja.

61
PT. MUTIFA telah terdapat Apoteker penanggung jawab produksi,
Apoteker penanggung jawab pengawasan mutu dan apoteker penanggung
jawab pemastian mutu sesuai aturan CPOB.
Dalam rangka memenuhi persyaratan CPOB, langkah-langkah yang
diambil PT. MUTIFA Medan di bidang personalia adalah dengan cara mengirim
pimpinan atau staf untuk mengikuti pelatihan mengenai CPOB. Selanjutnya
diharapkan pimpinan atau staf tersebut dapat memberikan pelatihan dan
bimbingan tentang CPOB kepada karyawan sehingga kegiatan perusahaan akan
memmenuhi ketetentuan CPOB.

5.4 Aspek Bangunan dan Fasilitas


Lokasi PT. MUTIFA di Jln. Karya Jaya No. 68 Km 8,5 Namorambe Medan
dibangun di kawasan yang jauh dari pusat kota dan keramaian. Dari aspek
bangunan telah mempunyai konstruksi yang kuat, lantai, dinding dan plafond
dilapisi epoxy sehingga tidak menyerap air. Bangunan produksi antibiotik
betalaktam terpisah dengan bangunan produksi non betalaktam. Area
penimbangan bahan awal dilakukan di area penimbangan yang terpisah dan
desain khusus untuk kegiatan tersebut. Area ini merupakan bagian dari area
produksi.
Ruang produksi dirancang mengikuti alur proses produksi sehingga
memperkecil resiko terjadinya kekeliruan antara produk obat dan atau komponen
obat yang berbeda, mencegah pencemaran silang dan memperkecil resiko
terlewatnya atau salah satu melaksanakan tahapan proses produksi. Di dalam
area produksi terdapat ruang pengawasan selama proses (in process control).
Area produksi diventilasi dengan AHU termasuk filter udara dengan
tingkat efisiensi yang dapat mencegah pencemaran silang serta pengadilan suhu
dan kelembaban. Area dimana dilakukan kegiatan yang menimbulkan debu
seperti penimbangan bahan, pencampuran, dan pencetakan tablet memiliki dust
colector.
Area penyimpanan PT. MUTIFA terdiri dari gudang bahan baku, gudang
kemasan, dan gudang obat jadi. Gudang bahan baku terdiri dari ruang
administrasi, karantina, penolakan, penyimpanan bahan baku psikotropik yang
terkunci, pengambilan sampel, penyimpanan bahan baku setelah diluluskan.
Gudang bahan kemasan terdiri dari ruang administrasi, karantina, produk

62
kembalian, produk ditolak, penyimpanan aluminium foil, penyimpanan brosur dan
label, penyimpanan kemasan sekunder seperti master dus, kotak karton, dan
botol. Gudang obat jadi terdiri dari ruang karantina, penolakan, penyimpanan
produk jadi setelah diluluskan. Penyusunan bahan baku, bahan kemasan, dan
produk jadi di gudang masing-masing, menggunakan pallet yang terbuat dari
kayu berfungsi agar tidak berkontak langsung dengan lantai, tidak tercemar
debu, kotoran dan terhindar dari rembesan air.
Area pengawasan mutu memiliki ruangan terpisah untuk memberi
perlindungan terhadap instrumen seperti spektrofotometri, UV-Visibel. Ruang
istirahat, kantin toilet dan bengkel tidak berhubungan langsung dengan area
produksi, Laboratorium dan area penyimpanan.

5.5 Aspek Peralatan


Alat timbang dan alat ukur untuk proses produksi dikalibrasi secara
berkala. Dalam tiap ruang produksi terhadap satu atau dua peralatan yang
berhubungan satu sama lain, yaitu :
Ruang pencampuran hanya terdapat suhu alat super mixer, tangki
aduk dan centong stainless
Ruang granulasi hanya terdapat satu alat osilator, ayakan dan
centong stainless
Ruang pengeringan hanya terdapat satu alat osilator, fluid bed
dryer dan centong stainless
Ruang lubrikasi hanya terdapat satu alat drum mixer, timbangan
dan centong stainless
Tiap ruang tidak berhubungan secara langsung sehingga kontamiasi
silang dan kekeliruan pengerjaan dapat dikurangi.

5.6 Aspek Sanitasi dan Hygiene


Setiap personil yang masuk ke dalam area produksi (grey area) harus
mengenakan pakaian pelindung, masker, sarung tangan dan penutup kepala. Hal
ini dilakukan untuk menjamin perlindungan produk dari pencemaran dan untuk
keamanan personil. Personil mencuci tangan sebelum memasuki area produksi.
Sarana toilet dan tempat cuci tangan mudah di akses dari area produksi..
Ketentuan ini juga berlaku untuk tamu yang berkunjung ke lingkungan proses
produksi.

63
Pembersihan ruangan dan peralatan produksi dilakukan setiap hari
setelah kegiatan produksi berakhir dengan vacum cleaner dan kuas.
Penyimpanan peralatan dan bahan pembersih pada ruangan terpisah dengan
ruangan pengolahan.

5.7 Aspek Produksi


Produksi adalah semua kegiatan dari penerimaan bahan awal,
pengolahan sampai pengemasan untuk menghasilkan obat jadi. Proses produksi
dilaksanakan berdasarkan rencana produksi mingguan. Manager produksi akan
menurunkan Surat Perintah Produksi (SPP), manager produksi juga
mengeluarkan Surat Perintah Pengeluaran Barang (SPPB) kepada kepala
gudang.
Seluruh bahan awal dan bahan pengemas yang diterima diperiksa
kesesuaiannya dengan pemesanan kemudian dikarantina. Departemen
pengawasan mutu melakukan pengujian bahan awal yang digunakan dalam
produksi. Apabila memenuhi persyaratan spesifikasi maka diluluskan dan bahan
awal serta bahan pengemas tersebut dapat dipakai. Apabila bahan awal dan
bahan pengemas tersebut berlebih maka dikembalikan ke gudang penyimpanan.
Bahan awal tersebut kemudian diserahkan ke ruang penimbangan. Untuk
tiap penimbangan dilakukan pembuktian kebenaran identitas, jumlah bahan yang
ditimbang oleh dua orang petugas penimbangan dan pembuktian tersebut
dicatat. Sebelum dilakukan pengolahan, peralatan diperiksa kebersihannya dan
dinyatakan bersih secara tertulis sebelum digunakan. Semua kegiatan
pengolahan dilakukan mengikuti prosedur pengolahan induk. Pengawasan
selama proses produksi dilakukan pada produk antara dan produk ruahan.
Kegiatan pengemasan dilakukan pada produk ruahan agar dihasilkan
produk jadi. Produk jadi dikarantina pada area produksi. Bagian pengawasan
mutu melakukan tengah dan akhir proses. Produk ruahan harus segera diperiksa
sesuai dengan spesifikasinya.
Produk jadi adalah produk yang telah melewati seluruh tahapan produksi,
termasuk pengemasan dan slip untuk didistribusikan. Pengambilan contoh

64
dilakukan pada proses pengemasan yaitu pada awal, tengah dan akhir
pengemasan. Setelah diperiksa sesuai dengan spesifikasinya, penertiban label
released/rejected harus di paraf manager QA.
Pengolahan Limbah
Limbah yang dihasilkan oleh PT. MUTIFA Medan terdiri dari limbah padat,
limbah cair, limbah udara dan limah suara.
Limbah padat dari sisa bekas kemasan dan limbah kantor dibuang ke
TPA oleh dinas kebersihan.
Limbah cair berasal dari limbah produksi, limbah laboratorium, limbah
domestic dan limbah bengkel diolah dengan unit pengolahan limbah
cair.
Limbah udara berasal dari gas, uap/asap dan debu produksi
dikendalikan dengan Lemasi asam, Inector cerobong tinggi, Exhaust
fan dan Pemasangan dust collector.
Limbah suara berasal dari mesin produksi, genset, mesin system
penunjang (AHU, mesin boller) dikendalikan dengan ear insert.
Sampai saat ini pengolahan dan pengendalian lombah yang dilakukan
telah memenuhi persyaratan dan sesuai dengan parameter baku mutu
lingkungan.

5.8 Aspek Inspeksi Diri dan Audit Mutu


Inspeksi diri di PT. MUTIFA diadakan setahun sekali. Inspeksi diri
dilakukan departemen produksi, R&D, QC dan QA dan tekhnik. Inspeksi diri
dilakukan oleh tim inspeksi diri yang diketuai oleh manajer QA. Laporan dibuat
setelah inspeksi diri selesai dilaksanakan.
Laporan tersebut mencakup hasil inspeksi diri, evaluasi serta kesimpulan,
saran tindakan perbaikan. Audit mutu dilakukan badan POM. Audit ini mencakup
ospek CPOB. Badan POM didampingi QC melaksanakan audit langsung
dilapangan.

5.9 Aspek Penanganan Keluhan Konsumen Terhadap Produk, Penarikan


Kembali Produk dan Produk Kembalian
Mengenai produk kembalian PT. MUTIFA telah melakukan prosedur sesuai
dengan aspek CPOB, dimana untuk produk kembalian telah dilakukan sesuai
dengan protap masing-masing.

65
Contoh yang telah diamati yaitu pada saat melaksanakan PBL telah
ditemukan kesalahan pada nomor batch sehingga etiket pada botol dilepas dan
botol tersebut dapat digunakan kembali.

5.10 Aspek Dokumentasi


Sistem dokumentasi PT. MUTIFA meliputi :
Prosedur tetap (protap)
Spesifikasi (bahan baku,pengemas,produk jadi)
Catatan pengolahan batch dan catatan pengemasan batch
Penandaan (status ruangan, mesin, label karantina, released, rejected)
Protocol dan laporan validasi
Dokumentasi registrasi
Catatan kalibrasi
Catatan verifikasi
Semua catatan diarsip dalam sistim dokumentasi dan harus disimpan
sesuai waktu yang telah ditetapkan.

5.11Aspek Pembuatan dan Analisa berdasarkan Kontrak


PT. MUTIFA Medan tidak melakukan aspek pembuatan dan analisa
berdasarkan kontrak.

5.12 Aspek Kualifikasi dan Validasi


Semua mesin atau peralatan telah lulus kualifikasi. Validasi proses dan
validasi metoda analisa telah dilaksanakan untuk semua produk.

BAB VI

66
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. PT. MUTIFA Medan telah menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik
(CPOB) dalam hampir semua aspek untuk menjaga mutu dan kualitas dari
produk obat.
2. PT. MUTIFA Medan telah memiliki sertifikat CPOB untuk produk:
Tablet biasa antibiotik penisilin dan turunan nya
Serbuk oral antibiotik penisilin dan turunan nya
Semisolid non betalaktam
Serbuk obat luar non betalaktam
Cairan oral non betalaktam
Tablet biasa dan tablet salut non betalaktam
Kapsul keras non betalaktam
Dengan tersedianya alat pendukung produksi dan pengujian di
laboratorium.
3. Sistim Tata Udara, Sistim Pengolahan Air dan Sistim Udara Tekan telah
dibangun sesuai CPOB.

6.2 Saran

1. Hendaknya PT. MUTIFA lebih meningkatkan ketelitian selama Proses


Produksi sampai dengan tahap pengemasan khususnya bagi personalia.
2. Sebaiknya bangunan dan fasilitas lebih diperhatikan lagi dari segi
pemeliharaanya.

67
DAFTAR PUSTAKA

Badan POM (1988). Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik.Jakarta.


Badan POM (2001). Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik.Jakarta.
Badan POM (2001). Petunjuk Operasional Penerapan Cara Pembuatan Obat
Yang Baik.Jakarta.
Badan POM (2012). Petunjuk Operasional Penerapan Cara Pembuatan Obat
Yang Baik.Jakarta.
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 51/MENLH/X/1995
Lachman, L. et all (1989). Teori Dan Praktek Farmasi Industri. Judul Asli: The
Theory And Pratice Og Industrial Pharmacy (Penerjemah: S. Suyatmi). Edisi
Ketiga. Jakarta: Ui Press.
Rangkuti,Haliza (2015).Laporan Praktek Belajar Lapangan Kimia Farma.Medan

68

Anda mungkin juga menyukai