PENDAHULUAN
1
melaksanakan tugasnya secara profesional sehingga dihasilkan tenaga
kesehatan yang siap pakai khususnya di Industri Farmasi.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dilaksanakan Praktek Belajar Lapangan :
Melihat dan mengenal lapangan kerja (khususnya industri farmasi) secara
langsung serta mengaplikasikan teori-teori yang di peroleh di
bangku kuliah.
Menciptakan keterampilan dalam hal penguasaan pekerjaan.
Melatih diri agar disiplin dan bertanggung jawab dalam melaksanakan
pekerjaan
Membekali mahasiswa dengan pengalaman yang diperoleh selama
melaksanakan kegiatan praktek belajar lapangan ini.
2
BAB II
PT. MUTIFA
3
produksi telah dilaksanakan di pabrik yang baru dan pada saat ini kegiatan
administrasi juga telah dilakukan di pabrik tersebut. Pada tanggal 27 Juli 1994,
PT. MUTIFA diberikan sertifikat sebagai Industri Farmasi yang telah memenuhi
CPOB.
Bentuk sediaan yang telah diproduksi sampai saat ini adalah tablet, sirup,
bedak, dan kapsul. Pendistribusian sediaan yang diproduksi PT. MUTIFA Medan,
meliputi wilayah : Provinsi Sumatera Utara, Riau, Sumatera Selatan, Daerah
Khusus Ibukota (DKI) Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi
Utara dan Sulawesi Selatan. Untuk wilayah Sumatera, obat didistribusikan melaui
Pedagang Besar Farmasi (PBF) Mekada Abadi. Obat obatan diproduksi
berdasarkan system skala prioritas yag mengutamakan obat yang lebih cepat
laku dipasaran. Hal ini tidak berlaku untuk obat Inpres dan Askes.
4
2. Departemen pemastian mutu/ Quality Assurance (QA)
Departemen QA bertanggung jawab dalam menjamin mutu suatu produk
Mulai dari pemesananan bahan dan kemasan obat sampai obat siap dikonsumsi
konsumen, termasuk didalamnya pemilihan pemasok. Sistem mutu ditetapkan
berdasarkan CPOB.
5. Departemen personalia
Departemen personalia di PT. MUTIFA menangani keperluan yang
berkaitan dengan ketenagakerjaan dan karyawan, mulai dari perekrutan
karyawan, pelatihan sampai pada pelayanan kesejahteraan karyawan.
6. Departemen keuangan
Departemen keuangan di PT. MUTIFA merencanakan agggaran dan kontrol
biaya setelah lamaran penjualan (forecasting) dibuat oleh bagian pemasaran,
membayar biaya operasional,industri dan pengurus penggajian karyawan.
5
7. Departemen teknik
Adapun tanggung jawab departemen teknik di PT. MUTIFA, yaitu:
a. Pemeliharaan alat-alat dan mesin produksi
b. Pemeliharaan fasilitas penunjang pabrik farmasi yaitu listirik, AHU(Air
handling Uit) dan water sistem.
c. Pemeliharaan instrumen laboratorium
6
BAB III
CARA PEMBUATAN OBAT YANG BAIK
7
CPOB akan dikaji ulang secara periodis dan direvisi, bila perlu. Diharapkan
penerapan Pedoman CPOB ini akan meningkatkan mutu produk farmasi/obat
secara terus menerus serta memberikan perlindungan yang lebih baik terhadap
kesehatan masyarakat. Akhirnya akan menjadi langkah progresif terhadap
perkembangan industri farmasi di Indonesia sehingga mutu obat mendapat
pengakuan dan kepercayaan internasional.
8
Kualitas yang baik akan meningkatkan kepercayaan pemakai terhadap
obat kita
Lakukan audit untuk mengecek kesesuaian
Laksanakan program inspeksi diri
Persyaratan dasar dari CPOB adalah:
Semua proses pembuatan obat dijabarkan dengan jelas, dikaji secara
sistematis berdasarkan pengalaman dan terbukti mampu secara
konsisten menghasilkan obat yang memenuhi persyaratan mutu dan
spesifikasi yang telah ditetapkan.
Tahap proses yang kritis dalam pembuatan, pengawasan proses dan
sarana penunjang serta perubahannya yang signifikan divalidasi.
Tersedia semua yang diperlukan dalam CPOB termasuk:
Personil yang terkualifikasi dan terlatih,
Bangunan dan sarana dengan luas yang memadai,
Peralatan dan sarana penunjang yang memadai,
Bahan, wadah dan label yang benar,
Prosedur dan instruksi yang disetujui, dan
Tempat penyimpanan dan transportasi yang memadai.
Prosedur dan instruksi ditulis dalam bentuk instruksi dengan bahasa yang
jelas, tidak bermakna ganda, dapat diterapkan secara spesifik pada
sarana yang tersedia.
Operator memperoleh pelatihan untuk menjalankan prosedur secara
benar.
Pencatatan dilakukan secara manual atau dengan alat pencatat selama
pembuatan yang menunjukkan bahwa semua langkah yang
dipersyaratkan dalam prosedur dan instruksi yang ditetapkan benar-benar
dilaksanakan dan jumlah serta mutu produk yang dihasilkan sesuai
dengan yang diharapkan. Tiap penyimpanan dicatat secara lengkap dan
diinvestigasi.
Catatan pembuatan termasuk distribusi yang memungkinkan penelusuran
riwayat bets secara lengkap, disimpan secara komprehensif dan dalam
bentuk yang mudah diakses.
9
Penyimpanan dan distribusi obat yang dapat memperkecil resiko
terhadap mutu obat.
Tersedia sistem penarikan kembali bets obat manapun dari peredaran.
Keluhan terhadap produk yang beredar dikaji, penyebab cacat mutu
diinvestigasi serta dilakukan tindakan perbaikan yang tepat dan
pencegahan pengulangan kembali keluhan.
10
Tindakan sistematis untuk melaksanakan sistem mutu, yang disebut
pemastian mutu atau quality assurance.
Pengawasan Mutu: bagian dari CPOB yang fokus pada pelaksanaan pengujian
Iingkungan, fasilitas, bahan, komponen dan produk sesuai dengan standar.
11
Semua pengawasan terhadap produk antara
dan pengawasan-selama-proses (in process control) lain serta validasi
yang perlu dilakukan.
Pengkajian terhadap semua dokumen yang
terkait dengan proses, pengemasan dan pengujian bets, dilakukan
sebelum memberikan pengesahan pelulusan untuk ditribusi. Penilaian
hendaklah meliputi semua faktor yang relevan termasuk kondisi
pembuatan, hasil pengujian dan/atau pengawasan-selama-proses,
pengkajian dokumen produksi termasuk pengemasan, pengkajian
penyimpanan dari prosedur yang telah ditetapkan, pemenuhan
persyaratan dari Spesifikasi Produk Jadi dan pemeriksaan produk dalam
kemasan akhir.
Obat tidak dijual untuk dipasok sebelum kepala
bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) menyatakan bahwa tiap bets
produk dibuat dan dikendalikan sesuai dengan persyaratan yang
tercantum dalam izin edar dan peraturan lain yang berkaitan dengan
aspek produksi, pengawasan mutu dan pelulusan produk.
Tersedia pengaturan yang memadai untuk
memastikan bahwa, sedapat mungkin produk disimpan, didistribusikan
dan selanjutnya ditangani sedemikian rupa agar mutu tetap dijaga selama
masa edar/simpan obat.
Tersedia prosedur inspeksi diri dan/atau audit
mutu yang secara berkala mengevaluasi efektivitas dan penerapan
sistem Pemastian Mutu.
Pemasok bahan awal dan pengemas
dievaluasi dan disetujui untuk memenuhi spesifikasi mutu yang telah
ditentukan oleh perusahaan.
Penyimpanan dilaporkan, diselidiki dan dicatat.
Tersedia sistem persetujuan terhadap
perubahan yang berdampak pada mutu produk.
Prosedur pengolahan ulang dievaluasi dan
disetujui.
12
Evaluasi mutu produk berkala dilakukan untuk
vertifikasi konsistensi proses dan memastikan perbaikan proses yang
berkesinambungan.
13
Pengawasan mutu secara menyeluruh juga mempunyai tugas lain, antara
lain: menetapkan, memvalidasi dan menerapkan semua prosedur pengawasan
mutu, mengevaluasi, mengawasi, dan menyimpan baku pembanding,
memastikan kebenaran label wadah bahan dan produk, memastikan bahwa
stabilitas dari zat aktif dan obat jadi dipantau, mengambil bagian dalam
investigasi keluhan yang terkait dengan mutu produk, dan ikut mengambil bagian
dalam pemantauan lingkungan. Semua kegiatan tersebut hendaklah
dilaksanakan sesuai dengan prosedur tertulis dan jika perlu dicatat.
Personil Pengawasan Mutu hendaklah memiliki akses ke area produksi
untuk melakukan pengambilan sampel dan investigasi bila diperlukan.\
14
Kajian terhadap hasil program pemantauan stabilitas dan segala
tren yang tidak diinginkan.
Kajian terhadap semua produk kembalian, keluhan dan penarikan
obat yang terkait dengan mutu produk, termasuk investigasi yang telah
dilakukan.
Kajian kelayakan terhadap tindakan perbaikan proses produk atau
peralatan sebelumnya.
Kajian terhadap komitmen pasca pemasaran dilakukan terhadap
obat yang baru mendapatkan persetujuan pendaftaran dan obat dengan
persetujuan pendaftaran variasi.
Status kulifikasi peralatan dan sarana yang relevan, misal sistem
tata udara (HVAC), air, gas bertekanan, dan lain-lain.
Kajian terhadap kesepakatan teknis untuk memastikan selalu up
to date.
Perusahaan dan pemegang izin edar, bila berbeda, hendaklah melakukan
evaluasi terhadap hasil kajian, dan suatu penilaian hendaklah dibuat untuk
menentukan apakah tindakan perbaikan dan pencegahan ataupun validasi ulang
harus dilakukan. Alasan tindakan perbaikan hendaklah didokumentasikan.
Tindakan pencegahan dan perbaikan yang telah disetujui handaklah diselesaikan
secara efektif dan tepat waktu. Hendaklah tersedia prosedur manajemen untuk
manajemen yang sedang berlangsung dan pengkajian aktivitas serta efektifitas
prosedur tersebut yang vertifikasi pada saat inspeksi diri. Bila dapat dibenarkan
secara ilmiah, pengkajian mutu dapat dikelompokkan menurut jenis produk, misal
sediaan padat, sediaan cair, produk steril, dan lain-lain.
Bila pemilik persetujuan pendaftaran bukan industri farmasi, maka perlu
ada suatu Kesepakatan Teknis dari semua pihak terkait yang menjabarkan siapa
yang bertanggung jawab untuk melakukan kajian mutu. Kepala bagian
Manajemen Mutu (Pemastian Mutu), yang bertanggung jawab untuk melakukan
sertifikasi bets, bersama dengan pemilik persetujuan pendaftaran hendaklah
memastikan bahwa pengkajian mutu dilakukan tepat waktu dan akurat.
3.3. Personalia
15
Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan
system pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Oleh
sebab itu industri farmasi bertanggung-jawab untuk menyediakan personil yang
terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas.
Tiap personil hendaklah memahami tanggung jawab masing-masing dan dicatat.
Seluruh personil hendaklah memahami prinsip CPOB dan memperoleh pelatihan
awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene yang
berkaitan dengan pekerjaan.
16
Untuk menunjang dan membantu tenaga inti tersebut diatas, dapat
ditunjuk tenaga yang terampil dalam jumlah yang sesuai untuk
melaksanakan supervisi langsung di bagian produksi dan pengawasan
mutu.
Tanggung jawab yang diberikan ke segenap karyawan tidak boleh terlalu
berlebihan sehingga dapat meninggalkan resiko terhadap mutu obat.
Tugas dan tanggung jawab hendaklah diberikan dengan jelas dan dapat
dipahami dengan baik oleh setiap karyawan.
3.3.1. Pelatihan
Perusahaan hendaklah memberikan pelatihan bagi seluruh karyawan
karena tugasnya harus berada di dalam area produksi, gudang
penyimpanan atau laboratorium (termasuk karyawan teknik, perawatan,
dan petugas kebersihan) dan bagi karyawan lain yang kegiatanyya dapat
berdampak pada mutu produk.
Di samping pelatihan dasar teori dan praktik CPOB, karyawan baru
hendaklah mendapat pelatihan sesuai dengan tugas yang diberikan.
Pelatihan berkesinambungan hendaklah juga diberikan, dan efektifitas
penerapannya hendaklah dinilai secara berkala. Hendaklah tersedia
program pelatihan yang disetujui kepala bagian masing-masing. Catatan
pelatihan hendaklah disimpan.
Pelatihan spesifik hendaklah diberikan kepada karyawan yang bekerja di
area dimana pencemaran merupakan bahaya, misalnya area bersih atau
area penanganan bahan berpotensi tinggi, toksik atau bersifat sensitasi.
Pengunjung atau karyawan yang tidak mendapat pelatihan sebaiknya
tidak masuk ke area produksi dan laboratorium pengawasan mutu. Bila
tidak dapat dihindarkan, hendaklah mereka diberi penjelasan lebih
dahulu, terutama mengenai hygiene perorangan dan pakaian pelindung
yang dipersyaratkan serta diawasi dengan ketat.
Konsep Pemastian Mutu dan semua tindakan yang tepat untuk
meningkatkan pemahaman dan penerapannya hendaklah dibahas secara
mendalam selama latihan.
Pelatihan hendaklah diberikan oleh orang yang terkualifikasi.
17
3.4. Bangunan dan Fasilitas
18
Pencucian peralatan
Permukaan bagian dalam ruangan (dinding, lantai, dan langit-langit)
hendaklah licin, bebas dari keretakan dan sambungan terbuka serta
mudah dibersihkan, dan bila perlu mudah didesinfeksi. Lantai di daerah
pengolahan hendaklah dibuat dari bahan kedap air, permukaannya rata
dan memungkinkan pembersihan secara cepat dan efisien. Dinding
hendaklah juga kedap air dan memiliki permukaan yang mudah dicuci.
Sudut-sudut antara dinding, lantai dan langit-langit dalam daerah-daerah
kritis hendaklah berbentuk lengkung.
Saluran air limbah hendaklah cukup besar dan mempunyai bak kontrol
serta ventilasi yang baik. Saluran terbuka hendaklah sedapat mungkin
dicegah tetapi bila diperlukan hendaklah cukup dangkal untuk
memudahkan pembersihan dan desinfeksi.
Lubang pemasukan dan pengeluaran udara serta pipa-pipa dan
salurannya hendaklah dipasang sedemikian rupa untuk mencegah
timbulnya pencemaran terhadap produk.
Bangunan hendaklah mendapat penerangan yang efektif dan mempunyai
ventilasi dengan fasilitas pengendali udara (termasuk suhu, kelembaban,
dan penyaring) yang sesuai untuk kegiatan dalam bangunan maupun
dengan lingkungan sekitarnya.
Pipa, fiting lampu, titik ventilasi dan instalasi lain di daerah produksi
hendaklah dipasang sedemikian rupa untuk menghindari terbentuknya
ceruk yang tidak dapat dibersihkan. Instalasi seperti ini sedapat mungkin
dipasang di luar daerah pengolahan.
Pemasangan talang atap, pipa, dan saluran udara di dalam ruangan
hendaklah dicegah. Apabila tidak terhindarkan, maka suatu prosedur
tetap dan penjadwalan khusus mengenai pembersihan pasangan tersebut
hendaklah dibuat dan diikuti.
Pipa-pipa yang terpasang di dalam ruangan tidak boleh menempel
didinding tetapi digantungkan dengan menggunakan siku-siku pada jarak
cukup untuk memudahkan pembersihan.
Tenaga listrik hendaklah memadai untuk menjamin kelancaran fungsi
peralatan produksi dan laboratorium.
19
Seluruh bangunan, termasuk daerah produksi, laboratorium, gudang,
koridor dan daerah sekeliling gedung, hendaklah dirawat agar senantiasa
dalam keadaan bersih dan rapi. Kondisi bangunan hendaklah diperiksa
secara teratur dan dilakukan perbaikan bila perlu. Perhatian khusus perlu
diberikan untuk menjamin agar perbaikan gedung atau kegiatan
perawatannya tidak akan mengakibatkan pengaruh negatif terhadap
produk.
Gudang penyimpanan bahan hendaklah cukup luas, terang serta ditata
dan dilengkapi sedemikian rupa untuk memungkinkan penyimpanan
bahan dan produk dalam keadaan kering, bersih dan teratur.
Pintu yang membuka langsung ke lingkungan luar dari ruang produksi
seperti pintu bahaya kebakaran hendaklah selalu ditutup rapat untuk
mencegah masuknya cemaran.
Peraturan hendaklah dibuat untuk menjamin bahwa pintu tersebut hanya
digunakan dalam situasi darurat. Pintu-pintu di dalam gedung yang
difungsikan sebagai perintang terhadap kontaminasi silang hendaklah
selalu dalam keadaan tertutup apabila sedang tidak digunakan.
3.5. Peralatan
20
Peralatan tidak boleh menimbulkan efek yang merugikan terhadap
produk, misalnya karena bocornya katup, menetesnya zat pelumas dan
karena hal lain yang sejenis, atau karena perbaikan pemeliharaan,
modifikasi, atau adaptasi yang salah.
Bahan-bahan yang diperlukan untuk suatu tujuan khusus, seperti
pelumas atau pendingin, tidak boleh bersentuhan langsung dengan
bahan yang diolah karena hal lain dapat mengubah identitas, mutu atau
kemurnian bahan baku, produk antara, produk ruahan atau obat jadi.
Peralatan hendaklah dapat dibersihkan dengan mudah, baik
bagian dalam maupun bagian luar.
Peralatan yang digunakan untuk menimbang, mengukur, menguji
dan mencatat hendaklah diperiksa ketelitiannya secara teratur serta
dikalibrasi menurut suatu program dan prosedur yang tepat.
Penyaring untuk cairan tidak boleh melepaskan serat ke dalam
produk.
21
3.5.3. Pemeliharan
Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi hendaklah diterapkan pada setiap
aspek pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan higieni meliputi personalia,
bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya, dan
segala sesuatu yang dapat menjadi sumber pencemaran produk. Sumber
pencemaran hendaklah dihilangkan melalui suatu progam sanitasi dan higiene
yang menyeluruh dan terpadu.
Personalia
22
hendaklah dilarang menangani bahan baku, bahan pengemas, bahan
yang sedang dalam proses dan obat jadi sampai dia sembuh kembali.
Semua karyawan hendaklah diperintahkan dan didorong untuk
melaporkan kepada atasannya langsung tiap keadaan (pabrik, peralatan
dan personalia) yang menurut penilaian mereka dapat merugikan produk.
Karyawan hendaklah mengenakan pakaian pelindung yang bersih
termasuk penutup rambut yang bersih sesuai dengan tugas yang mereka
laksanakan.
Hanya petugas yang berwenang sajalah yang diperbolehkan memasuki
bangunan dan fasilitas yang dinyatakan sebagai daerah terbatas.
Karyawan hendaklah diinstruksikan supaya mencuci tangan sebelum
memasuki daerah produksi.
3.7. Produksi
23
Beri label identitas minimal berisi nama bahan, nomor batch, jumlah
bahan dan pabriknya
Simpan di area karantina sesuai dengan persyaratan penyimpanannya.
Tempelkan label karantina (oleh QC)
Lakukan pengambilan sampel
Sampling bahan baku harus di ruang sampling, atau kelas abu-
abu (misal ruang timbang)
Harus ada SOP mengenai petugas yang berwenang untuk
sampling, dan tata caranya
Bagian pengawasan mutu menentukan apakah barang yang diterima
memenuhi persyaratan perusahaan atau tidak
Lulus : pindahkan ke area penyimpanan
Tidak lulus : pindahkan ke area reject.
24
Tersedia area yang tersendiri untuk penyimpanan produk atau
bahan yang ditolak.
Tersedia ruangan yang tersendiri untuk penyimpanan bahan yang
memerlukan kondisi penyimpanan tertentu: AC (15-25C), sejuk
(8-15C), dingin (2-8C).
Suhu harus dimonitor, hasil monitoring harus dicatat.
Pengeluaran bahan dari gudang dapat menggunakan prinsip FIFO
(first in first out) yang berarti bahan yang terlebih dahulu masuk
harus dikeluarkan terlebih dahulu, atau FEFO (first expired, first
out.
Pengolahan
25
Sebelum dilakukan proses produksi harus dilakukan pemeriksaan untuk
menjamin bahwa :
area kerja dan peralatan telah bersih
tidak ada bahan baku, produk, sisa produk, label atau dokumen
yang tidak dibutuhkan pada proses tersebut.
Hasil pengecekan tersebut harus dicatat
Tulislah identitas proses yang sedang
dilakukan pada label ruangan atau alat.
Setiap wadah yang berisi produk antara harus diberi LABEL, yang
menyatakan IDENTITAS PRODUK dan tahap pengolahannya.
Pemberian identitas yang benar sangat penting, dan dapat
menghindarkan terjadinya berbagai kesalahan.
Bahan baku yang diterima dari bagian penimbangan, harus di
periksa ulang oleh personil produksi untuk memastikan kebenaran
jenis dan jumlahnya.
Harus dilakukan pencatatan dalam batch record :
Setiap penambahan bahan ke dalam alat pencampur.
Akan melakukan tahapan proses lebih lanjut
Menyerahkan produk antara untuk proses berikutnya
Lakukan prinsip check and double check pada setiap tahapan yang
penting.
Ikuti petunjuk pembuatan sebagaimana yang tertulis, tanyakanlah apabila
tidak mengerti atau ragu.
Isilah dokumen prosedur pengolahan atau batch record selama
bekerja, janganlah mengisi dokumen prosedur pengolahan setelah
proses selesai
Setiap penyimpangan dari prosedur pengolahan yang telah ditetapkan,
misalnya suhu dan kelembaban harus dicatat dalam batch record.
Lakukan investigasi penelusuran sejarah batch, bila ada
penyimpangan
Produk ruahan disimpan pada ruangan tersendiri (R. WIP)
Produk antara tidak diperkenankan diletakkan di koridor
26
Hindarkan terjadinya kontaminasi silang, atau tercampurnya satu produk
dengan produk yang lain
Hindarkan kontak langsung produk antara dengan tangan.
Pengawasan Mutu
Tugas bagian pengawasan mutu adalah untuk melakukan sampling,
inspeksi, pengujian, pemantauan, pelulusan dan penolakan terhadap
bahan baku ,bahan kemas,produk antara,produk ruahan dan produk jadi.
Pelaksanaan proses produksi harus diawasi oleh personel bagian
pengawasan mutu, yang biasanya disebut inspektor.
Tugas inspektor :
Memeriksa kesiapan proses, seperti kebersihan ruangan,
kesiapan alat, kelekapan dokumen dan label, serta pemeriksaan
untuk memastikan tidak ada bahan produk lain di area tersebut.
Melakukan pemeriksaan selama proses produksi
Pengemasan
Tidak diperbolehkan untuk area pengolahan, sortir produk yang belum
dikemas primer, ataupun penyimpanan.
Sebelum melakukan kegiatan pengemasan, harus dilakukan pemeriksaan
kesiapan jalur dan area kerja
Kebenaran penandaan pada kemasan seperti nomor batch , tanggal
produksi ,kadaluwarsa dan penandaan lain harus diperiksa dan dicatat.
Selama bekerja harus selalu bertindak agar menghindarkan terjadinya
kesalahan dan kekeliruan
Setelah selesai kegiatan pengemasan :
27
Label atau dus yang rusak, dan kelebihan label yang telah diberi
tanda nomor batch dan expire date, harus dimusnahkan.
mencegah penyalahgunaan, atau tercampur
Pemusnahan kemasan reject harus dicatat
Form pemusnahan berisi data:
alasan, waktu pelaksanaan, pelaksana serta pengawasnya.
3.7.3. Pencemaran
Pencemaran kimiawi atau mikroba terhadap suatu obat yang dapat
merugikan kesehatan atau mengurangi daya terapetik atau mempengaruhi
kualitas suatu produk tidak dapat diterima. Perhatian khusus hendaklah diberikan
pada masalah pencemaran silang, karena sekalipun sifat dan tingkatnya tidak
berpengaruh langsung kepada kesehatan, hal ini menunjukkan pelaksanaan
pembuatan obat yang tidak sesuai dengan CPOB.
28
3.7.4. Sistem Penomoran Bets dan Lot
Suatu sistem yang menjabarkan cara penomoran bets dan lot secara rinci
diperlukan untuk memastikan bahwa produk antara, produk ruahan atau
obat jadi suatu bets atau lot dikenali dengan nomor bets atau lot tertentu.
Sistem penomoran bets dan lot yang digunakan pada tingkat pengolahan
dan tingkat pengemasan selanjutnya hendaklah saling berkaitan.
Sistem penomoran bets dan lot hendaklah dapat menjamin bahwa nomor
bets atau lot yang sama tidak digunakan secara berulang.
Pemberian nomor bets dan lot yang dialokasikan hendaklah segera
dicatat dalam suatu buku catatan harian. Catatan mencakup tanggal
pemberian nomor, identitas produk dan besarnya bets atau lot yang
bersangkutan.
29
Untuk menghindari terjadinya campur baur, hanya satu jenis bahan cetak
tetentu saja yang diperbolehkan diletakkan ditempat penandaan pada
saat yang sama.
Sebelum dilakukan penimbangan hendaklah dilakukan pemeriksaan
terhadap kebenaran penandaan bahan baku termasuk label pelulusan
dari bagian pengawasan mutu.
Kapasitas, ketepatan dan ketelitian alat timbangan dan alat ukur yang
digunakan hendaklah sesuai dengan jumlah bahan yang ditimbang atau
diukur.
Untuk setiap penimbangan atau pengukuran hendaklah dilakukan
pembuktian kebenaran identitas dan jumlah bahan yang ditimbang dan
diukur oleh dua petugas secara terpisah.
Kebersihan tempat penimbangan dan penyerahan hendaklah dijaga. Bahan
baku steril hendaklah ditimbang dan diserahkan dalam daerah steril.
Penimbangan dan penyerahan hendaklah menggunakan peralatan yang
cocok dan bersih.
Bahan baku produk antara dan produk ruahan yang diserahkan hendaklah
diperiksa ulang kebenarannya dan ditandatangani oleh supervisor
produksi sebelum diserahkan ke bagian produksi.
3.7.6. Pengembalian
Semua bahan baku, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan
yang dikembalikan ke tempat penyimpanan hendaklah didokumentasikan
dengan benar dan direkonsiliasi.
Bahan baku, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan tidak
boleh dikembalikan ke gudang, kecuali bila memenuhi spesifikasi yang
ditetapkan.
3.7.7. Pengolahan
Semua bahan yang dipakai dalam pengolahan hendaklah diperiksa
terlebih dahulu sebelum digunakan.
Kondisi daerah pengolahan hendaklah dipantau dan dikendalikan sampai
tingkat yang diisyaratkan untuk kegiatan yang akan dilakukan.
30
Semua peralatan yang digunakan dalam pengolahan hendaklah diperiksa
sebelum digunakan. Peralatan hendaklah dinyatakan bersih secara
tertulis sebelum digunakan.
Semua kegiatan pengolahan hendaklah dilaksanakan mengikuti prosedur
tertulis yang telah digunakan.
Wadah dan penutup yang dipakai untuk bahan yang akan diolah, untuk
produk antara dan produk ruahan, hendaklah bersih dengan sifat dan
jenis yang tepat untuk melindungi produk dan bahan terhadap
pencemaran atau kerusakan.
Semua wadah dan peralatan yang berisi produk antara, hendaklah diberi
label yang tepat yang menyatakan tahap pengolahannya.
Semua produk antara atau produk ruahan harus diberi label yang tepat
dan dikarantina sampai diluluskan oleh bagian pengawasan mutu.
Seluruh pengawasan selama proses seperti yang disyaratkan harus
dicatat dengan teliti pada saat pengolahan dilakukan.
Hasil nyata dari setiap tahap proses bets yang dibuat hendaklah dicatat
dan dibandingkan terhadap hasil teoritisnya.
Dalam seluruh tahap pengolahan, perhatian utama hendaklah diberikan
pada masalah pencemaran silang.
Bahan dan produk kering.
Pencampuran dan granulasi.
Pencetakan tablet.
Penyalutan.
Pengisian kapsul keras.
Penberian tanda tablet bersalut dan kapsul.
Cairan, krim, dan salep (non-steril)
3.7.8. Pengemasan
Kegiatan pengemasan berfungsi membagi dan mengemas produk ruahan
menjadi obat jadi.
Untuk kegiatan pengemasan hendaklah ada prosedur tertulis yang
menguraikan penerimaan serta identifikasi produk ruahan dan bahan
pengemas, pengawasan untuk menjamin bahwa produk ruahan dan
31
bahan pengemas yang akan dipakai adalah benar, pengawasan dalam
proses selama pengemasan, rekonsiliasi terhadap produk ruahan dan
bahan pengemas cetak, dan pemeriksaan akhir terhadap hasil
pengemasan.
Sebelum kegiatan pengemasan dimulai hendaklah dilakukan
pemeriksaan untuk memastikan bahwa peralatan dan ruang kerja dalam
keadaan bersih dan bebas dari sisa produk lain.
Setiap penyerahan produk ruahan dan bahan pengemas hendaklah
diperiksa dan diteliti terhadap kesesuaian dengan prosedur pengemasan
induk atau perintah pengemasan khusus.
Pra-penandaan pada bahan pengemas.
Kesiapan jalur pengemasan.
Pengawasan selama proses.
Pelaksanaan pengemasan.
Penyelesaian proses pengemasan.
Bahan atau produk pilihan obat kembalian.
Karantina obat jadi dan penyerahan ke gudang obat jadi.
Pengawasan ditribusi obat jadi.
Penyimpanan obat berdasarkan kontrak.
32
Pengolahan dan pengawasan-selama-proses,
Pengawasan mutu,
Dokumentasi,
Sanitasi dan higiene,
Program validasi dan re-validasi,
Kalibrasi alat atau sistem pengukuran,
Prosedur penarikan kembali obat jadi,
Penanganan keluhan,
Pengawasan label, dan
Hasil inspeksi diri sebelumnya
33
Penyelenggarakan audit mutu berguna sebagai pelengkap inspeksi diri.
Audit mutu meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari sistem
manajemen mutu dengan tujuan spesifik untuk meningkatkan mutu.
Prinsip
Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan kemungkinan
terjadi kerusakan obat hendaklah dikaji dengan teliti sesuai dengan prosedur
tertulis.
Keluhan
1) Hendaklah ditunjuk personil yang bertanggung jawab untuk menangani
keluhan dan memutuskan tindakan yang hendak dilakukan bersama alat
yang memadai untuk membantunya. Apabila personil tersebut bukan
kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu), maka hendaklah ia
memahami cara penanganan seluruh keluhan, penyelidikan atau penarikan
kembali produk.
34
2) Laporan dan keluhan mengenai produk dapat disebabkan oleh:
a) Keluhan mengenai mutu yang berupa kerusakan fisik, kimiawi atau
biologis dari produk atau kemasannya.
b) Keluhan atau laporan karena reaksi yang merugikan seperti alergi,
toksisitas, reaksi fatal atau reaksi hampir fatal dan reaksi medis lain.
c) Keluhan atau laporan mengenai efek terapetik produk seperti produk
tidak berkhasiat atau respon klinis yang rendah.
3) Hendaklah tersedia prosedur tertulis yang merinci penyelidikan, evaluasi,
tindak lanjut yang sesuai, termasuk pertimbangan untuk penarikan kembali
produk, dalam menanggapi keluhan terhadap obat yang diduga cacat. Tiap
laporan dan keluhan hendaklah diselidiki dan dievaluasi secara menyeluruh
dan mendalam mencakup:
a) Pengkajian seluruh informasi mengenai laporan atau keluhan.
b) Inspeksi atau pengujian sampel obat yang dikeluhkan dan diterima
serta bila perlu, pengujian sampel pertinggal dari bets yang sama.
4) Pengkajian semua data dan dokumentasi termasuk catatan bets, catatan
distribusi dan laporan pengujian dari produk yang dikeluhkan atau
dilaporkan.
5) Penanganan keluhan dan laporan suatu produk termasuk hasil evaluasi dari
penyelidikan serta tindak lanjut yang dilakukan hendaklah dicatat dan
dilaporkan kepada manajemen atau bagian yang terkait.
6) Perhatian khusus handaklah diberikan untuk menetapkan apakah keluhan
disebabkan oleh pemalsuan.
7) Tiap keluhan yang menyangkut kerusakan produk hendaklah dicatat yang
mencakup rincian mengenai asal-usul keluhan dan diselidiki secara
menyeluruh dan mendalam. Kepala bagian Pengawasan Mutu hendaklah
dilibatkan dalam pengkajian masalah tersebut.
8) Jika produk pada suatu bets ditemukan atau diduga cacat, maka hendaklah
dipertimbangkan untuk memeriksa bets lain untuk memastikan apakah bets
lain juga terpengaruh. Khusus bets yang mengandung hasil pengolahan
ulang dari bets yang cacat hendaklah diselidiki.
9) Setelah melakukan penyelidikan dan evaluasi terhadap laporan dan keluhan
mengenai suatu produk hendaklah dilakukan tindak lanjut. Tindak lanjut ini
mencakup:
35
a) Tindakan perbaikan bila diperlukan.
b) Penarikan kembali suatu bets atau seluruh produk akhir yang
bersangkutan, dan
c) Tindakan lain yang tepat.
10) Catatan keluhan hendaklah dikaji secara berkala untuk mengidentifikasi hal
yang spesifik atau masalah yang berulang terjadi, yang memerlukan
perhatian dan kemungkinan penarikan kembali produk dari peredaran.
11) Otoritas Pengawasan Obat hendaklah diberitahukan apabila industri farmasi
mempertimbangkan tindakan yang terkait dengan kemungkinan kesalahan
pembuatan, kerusakan produk, pemalsuan atau segala hal lain yang serius
mengenai mutu produk.
36
16) Tindakan penarikan kembali produk hendaklah dilakukan segera setelah
diketahui ada produk yang cacat mutu atau diterima laporan mengenai
reaksi yang merugikan.
17) Pemakaian produk yang beresiko tinggi terhadap kesalahan hendaklah
dihentikan dengan cara embargo yang dilanjutkan penarikan kembali
dengan segera. Penarikan kembali hendaklah menjangkau hingga tingkat
konsumen.
18) Sistem dokumentasi penarikan kembali produk di industri farmasi hendaklah
menjamin bahwa embargo dan penarikan kembali dilaksanakan secara
cepat, efektif, dan tuntas.
19) Pedoman dan prosedur penarikan kembali terhadap obat hendaklah dibuat
untuk memungkinkan embargo dan penarikan kembali dapat dilakukan
dengan cepat dan efektif dari seluruh mata rantai distribusi.
20) Catatan dan laporan termasuk hasil tindakan embargo dan penarikan kembali
produk hendaklah didokumentasikan dengan baik.
21) Otoritas Pengawasan Obat dari Negara kemana produk didistribusikan
hendaklah diinformasikan segera apabila akan dilakukan penarikan kembali
karena cacat atau dugaan cacat.
22) Catatan distribusi hendaklah tersedia untuk digunakan oleh personil yang
bertanggung jawab terhadap penarikan kembali. Catatan distribusi
hendaklah berisi informasi yang lengkap mengenai distributor dan
pelanggan yang dipasok secara langsung (dengan alamat, nomor telepon,
dan/atau nomor fax pada saat jam kerja dan di luar jam kerja, nomor bets
dan jumlah yang dikirim), termasuk distributor luar negeri untuk produk
yang diekspor dan sampel medis.
23) Produk yang ditarik kembali hendaklah diberi identifikasi dan disimpan
terpisah di area yang aman untuk sementara menunggu keputusan
terhadap produk tersebut.
24) Perkembangan dari proses penarikan kembali hendaklah dicatat dan dibuat
laporan akhir, termasuk hasil rekonsiliasi antara jumlah produk yang dikirim
dan yang ditemukan kembali.
25) Efektifitas dari penyelenggaraan penarikan kembali hendaklah dievaluasi dari
waktu ke waktu.
37
Dokumentasi
26) Penanganan produk kembalian dan tindak lanjutnya hendaklah
didokumentasikan dan dilaporkan. Bila produk harus dimusnahkan,
dokumentasi hendaklah mencakup berita acara pemusnahan yang diberi
tanggal dan ditandatanggani oleh personil yang melaksanakan dan personil
yang menyaksikan pemusnahan.
3.10. Dokumentasi
Dokumentasi pembuatan obat merupakan bagian dari sistem informasi
manajemen yang meliputi spesifikasi, prosedur metode dan instruksi,
perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi seluruh rangkaian
kegiatan pembuatan obat.
Dokumentasi sangat penting untuk memastikan bahwa setiap petugas
mendapat instruksi secara rinci dan jelas mengenai bidang tugas yang harus
dilaksanakan sehingga memperkecil resiko terjadinya salah tafsir dan kekeliruan
yang biasanya timbul karena hanya mengandalkan komunikasi secara lisan.
Sistem komunikasi hendaklah menggambarkan riwayat lengkap dari bets
atau lot suatu produk sehingga memungkinkan penyelidikan serta penelusuran
terhadap bets atau lot produk yang bersangkutan.
Sistem komunikasi digunakan dalam pemantauan dan pengendalian,
misalnya kondisi lingkungan, perlengkapan dan personalia.
38
dicantumkan disamping tulisan semula, kemudian diparaf dan dibubuhi
tanggal.
Jika dokumen membuat instruksi hendaklah ditulis dalam nada perintah
serta disusun dalam langkah yang diberi nomor urut. Instruksi hendaklah
jelas, tepat, tidak berarti ganda dan ditulis dalam bahasa yang dimengerti
oleh pemakai.
Semua perubahan yang dilakukan terhadap pencatatan pada dokumen
hendaklah ditandatangani dan diberi tanggal. Perubahan hendaklah
memungkinkan pembacaan informasi semula.
Dokumentasi hendaklah tersedia bagi semua pihak terkait.
Dokumen dan catatan yang berkaitan dengan suatu bets sebagaimana
contoh rujukan obat jadi serta bahan awalnya hendaklah disimpan oleh
perusahaan untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan keperluannya dan
jangka waktu yang ditentukan Badan POM.
3.10.2. Spesifikasi
Dokumentasi spesifikasi meliputi spesifikasi bahan baku, bahan
pengemas, produk antara, produk ruahan dan obat jadi.
Prinsip
Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara benar,
disetujui dan dikendalikan untuk menghindari kesalahpahaman yang dapat
menyebabkan produk atau pekerjaan dengan mutu yang tidak memuaskan.
Kontrak tertulis antara pemberi kontrak dan penerima kontrak harus dibuat
secara jelas menentukan tanggung jawab dan kewajiban masing-masing pihak.
Kontrak harus menyatakan secara jelas prosedur pelulusan tiap bets produk
untuk diedarkan yang menjadi tanggung jawab penuh kepala bagian Manajemen
Mutu (Pemastian Mutu).
Catatan: Bab ini meliputi tanggung jawab industri farmasi terhadap Otoritas
Pengawasan Obat (OPO) dalam hal pemberian izin edar dan
pembuatan obat. Hal ini tidak dimaksudkan untuk mempengaruhi
tanggung jawab legal dari Penerima Kontrak terhadap konsumen.
39
Umum
Hendaklah dibuat kontrak tertulis yang meliputi pembuatan dan/atau
analisis obat yang dikontrakkan dan semua pengaturan teknis terkait.
Semua pengaturan untuk pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak
termasuk usul perubahan dalam pengaturan teknis atau pengaturan lain
sesuai dengan izin edar untuk produk bersangkutan.
Kontrak hendaklah mengizinkan Pemberi Kontrak untuk mengaudit
sarana dari Penerima Kontrak.
Dalam hal analisis berdasarkan kontrak, pelulusan akhir harus diberikan
oleh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) Pemberi Kontrak.
Pemberi Kontrak
Pemberi Kontrak bertanggung jawab untuk menilai kompetensi Penerima
Kontrak dalam melaksanakan pekerjaan atau pengujian yang diperlukan
dan memastikan bahwa prinsip dan pedoman CPOB diikuti.
Pemberi Kontrak hendaklah menyediakan semua informasi yang
diperlukan kepada Penerima Kontrak untuk melaksanakan pekerjaan
kontrak secara benar sesuai izin edar dan persyaratan legal lain. Pemberi
Kontrak hendaklah memastikan bahwa Penerima Kontrak memahami
sepenuhnya masalah yang berkaitan dengan produk atau pekerjaan atau
pengujian yang dapat membahayakan gedung, peralatan, personil, bahan
atau produk lain.
Pemberi Kontrak hendaklah memastikan bahwa semua produk yang
diproses dan bahan yang dikirimkan oleh Penerima Kontrak memenuhi
spesifikasi yang ditetapkan atau produk yang telah diluluskan oleh kepala
bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu).
Kontrak Penerima
Penerima Kontrak harus mempunyai gedung dan peralatan yang cukup,
pengetahuan dan pengalaman, dan personil yang kompeten untuk
melakukan pekerjaan yang diberikan oleh Pemberi Kontrak dengan
40
memuaskan. Pembuatan obat berdasarkan kontrak hanya dapat
dilakukan oleh industri farmasi yang memiliki sertifikat CPOB yang
diterbitkan oleh Otoritas Pengawasan Obat (OPO).
Penerima Kontrak hendaklah memastikan bahwa semua produk dan
bahan yang diterima sesuai dengan tujuan penggunaannya.
Penerima Kontrak hendaklah tidak mengalihkan pekerjaan atau pengujian
apapun yang dipercayakan kepadanya sesuai kontrak kepada pihak
ketiga tanpa terlebih dahulu dievaluasi dan disetujui oleh Pemberi Kontrak
dan pihak ketiga manapun hendaklah memastikan bahwa informasi
pembuatan dan analisis disediakan kepada pihak ketiga dengan cara
yang sama seperti yang dilakukan pada awalnya antara Pemberi Kontrak
dan Penerima Kontrak.
Penerima Kontrak hendaklah membatasi diri dari segala aktivitas yang
dapat berpengaruh buruk pada mutu produk yang dibuat dan/atau
dianalisis untuk Pemberi Kontrak.
Kontrak
Kontrak hendaklah dibuat antara Pemberi Kontrak dan Penerima Kontrak
dengan menetapkan tanggung jawab masing-masing pihak yang
berhubungan dengan produksi dan pengendalian mutu produk. Aspek
teknis dari kontrak hendaklah dibuat oleh personil yang kompeten yang
mempunyai pengetahuan yang sesuai di bidang teknologi farmasi,
analisis dan Cara Pembuatan Obat yang Baik. Semua pengaturan
pembuatan dan analisis harus sesuai dengan izin edar dan disetujui oleh
kedua belah pihak.
Kontrak hendaklah menyatakan secara jelas prosedur pelulusan tiap bets
produk untuk diedarkan dan memastikan bahwa tiap bets telah dibuat dan
diperiksa pemenuhannya terhadap persyaratan izin edar yang menjadi
tanggung jawab penuh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian
mutu).
Kontrak hendaklah menguraikan secara jelas penanggung jawab
pengadaan, pengujian dan pelulusan bahan, produksi dan pengendalian
mutu, termasuk pengawasan selama proses, dan penanggung jawab
pengambilan sampel dan fungsi analisis berdasarkan kontrak, kontrak
41
hendaklah menyatakan apakah Penerima Kontrak mengambil atau tidak
mengambil sampel di sarana pembuat obat.
Catatan pembuatan, analisis dan distribusi, dan sampel pertinggal
hendaklah disimpan oleh atau disediakan untuk Pemberi Kontrak. Semua
catatan yang relevan untuk penilaian mutu produk, bila terjadi keluhan
atau cacat produk, harus dapat diakses dan ditetapkan dalam prosedur
penanganan produk cacat dan penariakn obat yang dibuat oleh Pemberi
Kontrak.
Kontrak hendaklah memuat izin Pemberi Kontrak untuk menginspeksi
sarana Penerima Kontrak.
Dalam hal analisis berdasarkan kontrak, Penerima Kontrak hendaklah
memahami bahwa dia merupakan subjek untuk diinspeksi oleh Otoritas
Pengawasan Obat (OPO).
Kontrak hendaklah menguraikan penanganan bahan awal, bahan
pengemas, produk antara, produk ruahan, dan produk jadi bila bahan
atau produk tersebut ditolak. Kontrak hendaklah juga menguraikan
prosedur yang harus diikuti bila berdasarkan kontrak menunjukkan bahwa
produk yang diuji harus ditolak.
42
3.12. Kualifikasi dan Validasi
Prinsip
CPOB mensyaratkan industri farmasi untuk mengidentifikasi validasi yang
perlu dilakukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan
yang dilakukan. Perubahan signifikan terhadap fasilitas, peralatan dan proses
yang dapat mempengaruhi mutu produk hendaklah divalidasi. Pendekatan
dengan kajian resiko hendaklah digunakan untuk menentukan ruang lingkup dan
cakupan validasi.
Perencanaan Validasi
a. Seluruh kegiatan validasi hendaklah direncanakan. Unsur utama program
validasi hendaklah dirinci dengan jelas dan didokumentasikan di dalam
Rencana Induk Validasi (RIV) atau dokumen setara.
b. RIV hendaklah merupakan dokumen yang singkat, tepat dan jelas.
c. RIV hendaklah mencakup sekurang-kurangnya data sebagai berikut:
Kebijakan validasi.
Struktur organisasi kegiatan validasi.
Ringkasan fasilitas, sistem, peralatan dan proses yang akan
divalidasi.
Format dokumen: format protokol dan laporan validasi, perencanaan,
dan jadwal pelaksanaan.
Pengendalian perubahan.
Acuan dokumen yang digunakan.
d. RIV terpisah mungkin diperlukan untuk suatu proyek besar.
Dokumentasi
Protokol validasi tertulis hendaklah dibuat untuk merinci kualifikasi dan
validasi yang akan dilakukan. Protokol hendaklah dikaji dan disetujui oleh
kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu). Protokol validasi
hendaklah merinci langkah kritis dan kriteria penerimaan.
Hendaklah dibuat laporan yang mengacu pada protokol kulifikasi dan/atau
protokol validasi dan memuat ringkasan hasil yang diperoleh, tanggapan
terhadap penyimpangan yang terjadi, kesimpulan dan rekomendasi
43
perbaikan. Tiap perubahan terhadap rencana yang ditetapkan dalam
protokol hendaklah didokumentasikan dengan pertimbangan yang sesuai.
Setelah kualifikasi selesai dilaksanakan, hendaklah diberikan persetujuan
tertulis untuk dapat melaksanakan tahap kualifikasi dan validasi
selanjutnya.
Kualifikasi
Kualifikasi Desain (KD)
Kualifikasi desain (KD) adalah unsur pertama dalam melakukan validasi
terhadap fasilitas, sistem atau peralatan baru.
Desain hendaklah memenuhi ketentuan CPOB dan didokumentasikan.
Kualifikasi Instalasi (KI)
Kualifikasi Instalasi (KI) hendaklah dilakukan terhadap fasilitas, sistem
dan peralatan baru atau yang dimodifikasi.
KI hendaklah mencakup, tapi tidak terbatas pada hal berikut:
1. instalasi peralatan, pipa dan sarana penunjang, serta instrumentasi
hendaklah sesuai dengan spesifikasi dan gambar teknik yang
didesain,
2. pengumpulan dan penyusunan dokumen pengoperasian dan
perawatan peralatan dari pemasok,
3. ketentuan dan persyaratan kalibrasi, dan
4. vertifikasi bahan konstruksi.
Kualifikasi Kinerja (KK)
KK hendaklah dilakukan setelah KI dan KO selesai dilaksanakan, dikaji
dan disetujui.
KK hendaklah mencakup, tapi tidak terbatas pada hal berikut:
1. pengujian dengan menggunakan bahan baku, bahan pengganti yang
memenuhi spesifikasi atau produk simulasi dilakukan berdasarkan
pengetahuan tentang proses, fasilitas, sistem dan peralatan.
2. uji yang meliputi satu atau beberapa kondisi yang mencakup batas
operasional atas dan bawah.
Meskipun KK diuraikan sebagai kegiatan terpisah, dalam beberapa kasus
pelaksanaannya dapat disatukan dengan KO.
44
BAB IV
TINJAUAN PELAKSANAAN CPOB
PT. MUTIARA MUKTI FARMA MEDAN
45
4.2 Aspek Pengawasan Mutu
Departemen pengawasan mutu di PT.MUTIFA bertanggung jawab atas :
1. Pelaksanaan pengambilan contoh
2. Pemeriksaan contoh bahan baku,produk ruahan dan produk jadi.
3. Menyusun dan merevisi prosedur tetap yang diperlukan departemen QC.
Bahan baku yang baru datang masuk ke gudang diberi status karantina.
Gudang akan memberikan slip penerimaan barang ke departemen QC.
Berdasarkan slip yang diterima, QC kemudian melakukan pengambilan
contoh untuk semua bahan aktif dan bahan penolong. Setiap bahan baku yang
masuk harus dilengkapi dengan sertifikat analisa yang digunakan sebagai acuan
pemeriksaan bahan. Setelah diperiksa, bahan baku yang diluluskan ditempel
label released (warna hijau) kemudian disimpan digudang apabila bahan baku
ditolak ditempelkan label rejected (warna merah) dan ditempatkan pada area
ditolak yang ada digudang. Kemudian dikembalikan kepada pemasok. Penolakan
terhadap bahan baku dilakukan berdasarkan literature dan COA.
46
Untuk mendukung operasionalnya, PT. MUTIFA memerlukan personil
yang terampil dan terlatih. Berdasarkan status maka jumlah personil PT. MUTIFA
Medan sebagai berikut :
No Bagian Jumlah
1. Direktur Utama 1
2. Apoteker 8
3. Lulusan Sarjana 3
4. Administrasi dan Keuangan 7
5. Research and Development 3
6. Unit syrup 28
7. Unit kapsul 5
8. Unit tablet 25
9. Unit puyer 4
10. Unit bedak 4
11. Gudang Kemasan 4
12. Gudang bahan baku 8
13. Gudang obat jadi 3
14. Teknisi 5
15. Laboratorium 9
16. Kolektor 1
17. Akuntansi 3
18. Penjualan /Pemesaran 2
19. Supir 4
20. Pembelian 1
21. Cleaning Service 5
22. Satpam 5
Jumlah Seluruhnya 136
Dewan
Komisaris
Mgr
Pembelian
Direktur
Mgr
Dra. Nuranti Sirait Keuangan
Asisten Direktur
Bidang CPOB
Mgr Akuntansi
47
Mgr Penjualan
Mgr
Personalia
MGR. PRODUKSI MGR. QA MGR. Teknik MGR. QC MGR. R&D Kabag Registrasi Kabag PPIC
Drs. Budiono, Apt Donald Situmeang Edi Dasa P, ST Haposan Octarina Dina Mariana, Perinita Barus
SSi, Apt S. Farm, Apt S.Farm, Apt S.Farm
Catatan :
Disahkan oleh Direktur Utama yaitu Bapak JACOB LIE
48
11. Gudang Bahan Baku 64
12. Gudang Kemasan 64
13. Gudang Hasil Jadi 48
14. Janitor 9
15. Kantin 90
16. Ruang Syrup 24
17. Gudang Alat 25
49
Tingkat sanitasi dan Higiene sudah diterapkan oleh PT. MUTIFA Medan
pada setiap aspek pembuatan obat.
a. Personalia
Pada PT.MUTIFA setiap karyawan sebelum masuk ke ruang produksi
terlebih dahulu cuci tangan, mengenakan pakaian pelindung yang bersih
termasuk penutup rambut,sepatu, tidak di izin kan memakai jam tangan,
perhiasan guna menghindari produk dari pencemaran dan untuk
keamanan personil. Personil/karyawan yang bekerja khusus di area
produksi betalaktam di wajibkan untuk bersih bersih diri ataupun mandi
sebelum memasuki ruang produksi.
b. Peralatan
Pembersihan peralatan dan ruangan produksi dilaksanakan sebelum
dan sesudah proses produksi dilaksanakan sehingga pencemaran silang
dapat dihindari.
50
Kapasitas produk yang di produksi oleh PT. MUTIFA Medan setiap satu
shift kerja adalah sebagai berikut:
51
Ruang campur syrup 1
Ruang campur syrup 2
Ruang campur syrup 3
Ruang campur syrup 4
4. Pengisian
Pengisian dilakukan dalam satu jalur. Setiap syrup diisi sesuai dengan
protap masing-masing dan dilebihkan kurang lebih 2cc dari volume yang diminta,
lalu di cap agar tidak masuk mikroorganisme.
5. Pengemasan
Dibedakan menjadi dua bagian :
Pengemasan Primer
Pengemasan Sekunder
Hal yang perlu diperhartikan dalam pengemasan :
1. Tutup los/tidak
2. Etiket koyak/tidak
3. Kotak Master
52
Penimbangan dilakukan dengan Catatan Pengolahan Batch (CPB).
Bahan yang telah ditimbang diletakkan di atas pallet dan untuk setiap bahan
yang ditimbang menggunakan kode pemeriksaan dan diberi label penimbangan.
3. Pencampuran
a. Ruang Granulasi Tablet
Berfungsi untuk proses serbuk menjadi granul. Diruang ini dilengkapi
Tangki double jacket untuk membuat pengikat , mesin Super mikser untuk
granulasi basah dan Fluid Bed Dryier untuk pengeringan granul. Ruangan
dilengkapi dust collector. Setelah granul kering dilakukan pemeriksaan in proses
kontrol ( LOD ) dan selanjutnya dipindahkan keruangan staging granul kering.
Tekanan udara ruang granulasi basah didisain negatif dari ruangan koridor.
b. Ruang Staging Granul Kering
Massa granul yang telah dikeringkan di simpan diruang staging. Tekanan
udara ruang staging granul kering didisain negatif dari ruangan koridor.
c. Ruang Pengayakan Granul
Untuk mengubah granul kasar menjadi granul halus yang seragam sesuai
spesifikasi produk. Massa granul yang telah dikeringkan dan telah memenuhi
spesifikasi kemudian diayak dengan communiting fitz mill, ruangan dilengkapi
dust collector Tekanan udara ruang pengayakan granul didisain negatif dari
ruangan koridor.
d. Ruang Pencampuran Akhir
Berfungsi untuk penambahan bahan pelicin, pengkilat dan bahan
penghancur luar atau bahan perasa. Massa granul yang telah diayak dicampur
dengan bahan pelicin, pengkilat dan bahan penghancur luar atau bahan perasa
dimasukkan ke dalam alat V- mixer. Ruangan dilengkapi dust collector Tekanan
udara ruang pencampuran akhir didisain negatif dari ruangan koridor.
e. Ruang Karantina Produk Antara Tablet
Tempat penyimpanan sementara massa cetak ( produk antara) menunggu
pemeriksaan IPC. Tekanan udara ruang Karantina produk antara tablet didisain
negatif dari ruangan koridor.
f. Ruang Pencetakan Tablet
Berfungsi untuk mencetak tablet. Terdapat 4 ruang cetak, masing masing
ruangan terdapat 1 mesin cetak tablet dan neraca digital untuk in proses control
oleh operator. ruangan dilengkapi dust collector, untuk menghisap debu selama
53
pencetakan. Setiap 15 menit operator harus memeriksa keseragaman bobot.
Pada awal pencetakan tablet bagian pengawasan melakukan
pemeriksaan/pengujian terhadap hasil pencetakan yang meliputi : pemerian,
friabilitas, waktu hancur, kekerasan tablet, disolusi dan keseragaman bobot,
kadar zat berkhasiat. Apabila memenuhi spesifikasi maka pencetakan boleh
dilanjutkan. Tekanan udara ruang cetak tablet didisain negatif dari ruangan
koridor.
g. Ruang Sortir Tablet
Tablet yang dihasilkan disortir dari debu dan juga bentuk tablet yang tidak
bagus /pecah. Ruangan dilengkapi dust collector . Tekanan udara ruang sortir
tablet didisain negatif dari ruangan koridor.
h. Ruang Karantina Produk Ruahan Tablet
Tempat penyimpanan sementara produk ruahan menunggu pemeriksaan
IPC. Tekanan udara ruang Karantina produk ruahan tablet didisain negatif dari
ruangan koridor.
i. Ruang Penyetripan
Tablet yang telah diluluskan oleh bagian pengawasan mutu dilakukan
penyetripan. Ruang ini dilengkapi mesin strip, mesin coding untuk penandaan
alat pemeriksaan kebocoran strip. ruangan dilengkapi dust collector . Setiap 15
menit operator memeriksa kebocoran hasil stripping dan kerapian penandaan.
Tekanan udara ruang penyetripan didisain negatif dari ruangan koridor.
j. Ruang Counting
Tablet yang telah diluluskan oleh bagian pengawasan mutu dibawa
keruang counting dan dikemas dalam kantok plastik. Ruang ini dilengkapi mesin
counting. ruangan dilengkapi dust collector Setiap 15 menit operator memeriksa
kebenaran hasil counting . Tekanan udara ruang counting didisain negatif dari
ruangan koridor.
54
pemantauan limbah cair adalah berdasarkan mutu air limbah yang
diisyaratkan dalam keputusan Menteri Negara lingkungan hidup
No.51/MENLH/X/1995 tentang Baku MUTU Limbah Cair Industri.
Terdapat dalam tabel dibawah ini.
Diagram sistem pengolahan limbah cair dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Limbah domestik
Limbah cairan
Produk
Termasuk
pembersihan
Limbah cair
laboratorium
55
Badan air
Limbah bengkel buangan
cair kecuali oil
b. Limbah padat
Limbah padat ini berasal dari:
1. Bekas kemasan bahan awal (bahan baku/bahan kemasan) seperti
kertas, kotak karton,wadah kayu/kaca,drum,kaleng.
2. Buangan proses produksi seperti tepung sisa proses,produk
antara/ruahan yang rusak atau kotor,kemasan
(aluminium,foil,botol,dus).
3. Buangan bahan hasil pengujian laboratorium seperti tablet bekas
pengujian kekerasan,waktu hancur, dan lain-lain.
4. Bahan awal dan pruduk jadi yang rusak.
5. Wadah bekas bahan produksi (plastik dan tong rusak)
6. Limbah padat domestik.
Tolak ukur yang dipakai untuk pemantauanlimbah padat adalah
kualitas lingkungan atau kebersihan di dalam area industri, dimana
tidak terdapat lagi limbah padat yang berserakan di pabrik.
c. Limbah udara
Limbah udara ini berasal dari:
1. Gas,uap dan asap
o Bahan kimia/ reagenasia
o Bahan baku seperti ammonia liquid,alkohol, dan lain-lain
o Proses produksi seperti metilen klorida dari proses coating
o Pembakaran zat padat
56
o Asap pembakaran sampah
2. Debu produksi
Tolak ukur yang dipakai untuk pemantauan limbah udara adalah
kualitas udara didalam dan diluar lingkungan pabrik, meliputi kadar
H2S,NH2,SO2,CO2,NO2,TSP.
d. Limbah suara
Limbah suara ini berasal dari mesin produksi, genset,mesin sistem
penunjang (AHU, mesin boiler). Cara pengendalian limbah suara ini
dapat diatasi dengan menggunakan ear insert oleh pekerja. Tolak
ukur yang digunakan untuk pemantauan limbah suara adalah angka
kebisingan dan getaran di dalam dan di luar area pabrik yang diukur
sesuai dengan angka kebisingan maksimum 65 dB dan getaran
maksimum 7,5 Hz.
57
Pengelolaan Limbah Beta Laktam adalah sebagai berikut:
a. Limbah cair
Limbah cair yang berasal dari gedung beta laktam dialirkan ke bak/ kolam
perusakan cincin beta laktam dengan menggunakan larutan NaOH, setelah
itu dialirkan/digabung dengan limbah cair non beta laktam di bak
penampungan, dan seterusnya diolah bersama.
b. Limbah padat
Limbah padat yang berupa wadah yang mengandung bahan antibiotik beta
laktam dicuci dan dibilas bersih dengan air bersih di ruang pencucian di
dalam gedung beta laktam yang dialirkan ke bak perusak cincin beta
laktam, sedangkan wadah yang telah dicuci dan di bilas bersih tersebut
dikeluarkan dari gedung beta laktam dan ditangani limbahnya seperti pada
pengolahan limbah padat non beta laktam.
c. Limbah udara
Limbah udara berupa debu produksi disedot dan dikumpulkan oleh dust
collector.
d. Limbah suara
Limbah suara sistem penanganannya sama dengan penanganan limbah
suara di non beta laktam.
58
revalidasi. 13. Penanganan keluhan.
11. Kalibrasi alat. 14. Pengawasan label.
12. Prosedur penarikan kembali 15. Hasil inspeksi diri sebelumnya
obat jadi. dan tindakan perbaikan
59
Produk kembalian yang tertarik akan disimpan di gudang. Penanganan
selanjutnya bisa dihancurkan, dijadikan stok kembali atau diolah kembali.
4.10 Dokumentasi
Sistem dokumentasi merupakan hal yang penting dalam Industri Farmasi
untuk memastikan bahwa setiap karyawan mendapat instruksi yang jelas dan
rinci mengenai bidang tugas yang harus dilaksanakannya sehingga memperkecil
resiko terjadinya salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul apabila hanya
mengandalkan instruksi lisan. Sistem dokumentasi produk (catatan pengolahan
dan pengemasan batch) harus menggambarkan riwayat lengkap dari setiap
batch suatu produk sehingga memungkinkan penyelidikan serta penelusuran
kembali terhadap batch yang bersangkutan apabila terdapat kesalahan selama
produk tersebut dipasarkan.
Sistem dokumentasi PT. MUTIFA meliputi :
Prosedur tetap (protap)
Spesifikasi (bahan baku,pengemas,produk jadi)
Catatan pengolahan batch dan catatan pengemasan batch
Penandaan (status ruangan, mesin, label karantina, released, rejected)
Protocol dan laporan validasi
Dokumentasi registrasi
Catatan kalibrasi
Catatan verifikasi
60
pengemasan secara otomatis bekerja sesuai dengan spesifikasi yang di
tetapkan.
BAB V
PEMBAHASAN
61
PT. MUTIFA telah terdapat Apoteker penanggung jawab produksi,
Apoteker penanggung jawab pengawasan mutu dan apoteker penanggung
jawab pemastian mutu sesuai aturan CPOB.
Dalam rangka memenuhi persyaratan CPOB, langkah-langkah yang
diambil PT. MUTIFA Medan di bidang personalia adalah dengan cara mengirim
pimpinan atau staf untuk mengikuti pelatihan mengenai CPOB. Selanjutnya
diharapkan pimpinan atau staf tersebut dapat memberikan pelatihan dan
bimbingan tentang CPOB kepada karyawan sehingga kegiatan perusahaan akan
memmenuhi ketetentuan CPOB.
62
kembalian, produk ditolak, penyimpanan aluminium foil, penyimpanan brosur dan
label, penyimpanan kemasan sekunder seperti master dus, kotak karton, dan
botol. Gudang obat jadi terdiri dari ruang karantina, penolakan, penyimpanan
produk jadi setelah diluluskan. Penyusunan bahan baku, bahan kemasan, dan
produk jadi di gudang masing-masing, menggunakan pallet yang terbuat dari
kayu berfungsi agar tidak berkontak langsung dengan lantai, tidak tercemar
debu, kotoran dan terhindar dari rembesan air.
Area pengawasan mutu memiliki ruangan terpisah untuk memberi
perlindungan terhadap instrumen seperti spektrofotometri, UV-Visibel. Ruang
istirahat, kantin toilet dan bengkel tidak berhubungan langsung dengan area
produksi, Laboratorium dan area penyimpanan.
63
Pembersihan ruangan dan peralatan produksi dilakukan setiap hari
setelah kegiatan produksi berakhir dengan vacum cleaner dan kuas.
Penyimpanan peralatan dan bahan pembersih pada ruangan terpisah dengan
ruangan pengolahan.
64
dilakukan pada proses pengemasan yaitu pada awal, tengah dan akhir
pengemasan. Setelah diperiksa sesuai dengan spesifikasinya, penertiban label
released/rejected harus di paraf manager QA.
Pengolahan Limbah
Limbah yang dihasilkan oleh PT. MUTIFA Medan terdiri dari limbah padat,
limbah cair, limbah udara dan limah suara.
Limbah padat dari sisa bekas kemasan dan limbah kantor dibuang ke
TPA oleh dinas kebersihan.
Limbah cair berasal dari limbah produksi, limbah laboratorium, limbah
domestic dan limbah bengkel diolah dengan unit pengolahan limbah
cair.
Limbah udara berasal dari gas, uap/asap dan debu produksi
dikendalikan dengan Lemasi asam, Inector cerobong tinggi, Exhaust
fan dan Pemasangan dust collector.
Limbah suara berasal dari mesin produksi, genset, mesin system
penunjang (AHU, mesin boller) dikendalikan dengan ear insert.
Sampai saat ini pengolahan dan pengendalian lombah yang dilakukan
telah memenuhi persyaratan dan sesuai dengan parameter baku mutu
lingkungan.
65
Contoh yang telah diamati yaitu pada saat melaksanakan PBL telah
ditemukan kesalahan pada nomor batch sehingga etiket pada botol dilepas dan
botol tersebut dapat digunakan kembali.
BAB VI
66
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. PT. MUTIFA Medan telah menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik
(CPOB) dalam hampir semua aspek untuk menjaga mutu dan kualitas dari
produk obat.
2. PT. MUTIFA Medan telah memiliki sertifikat CPOB untuk produk:
Tablet biasa antibiotik penisilin dan turunan nya
Serbuk oral antibiotik penisilin dan turunan nya
Semisolid non betalaktam
Serbuk obat luar non betalaktam
Cairan oral non betalaktam
Tablet biasa dan tablet salut non betalaktam
Kapsul keras non betalaktam
Dengan tersedianya alat pendukung produksi dan pengujian di
laboratorium.
3. Sistim Tata Udara, Sistim Pengolahan Air dan Sistim Udara Tekan telah
dibangun sesuai CPOB.
6.2 Saran
67
DAFTAR PUSTAKA
68