Anda di halaman 1dari 6

cara Pembuatan Obat yang Baik

(CPOB)
Good Manufacturing Practice (GMP)-Cara Pembuatan Obat Baik (CPOB) adalah
sistem yang memastikan produk dibuat dan dikontrol secara konsisten sesuai
kualitas standar. Dibuat untuk meminimalkan risiko pada produk farmasi yang tidak
dapat disingkirkan lagi saat produk diuji saat sudah jadi. Risiko utama adalah :
kontaminasi, menyebabkan gangguan kesehatan bahkan kematian; label yang tidak
benar; bahan aktif yang terlalu sedikit atau terlalu banyak, berakibat pengobatan
tidak efektif atau menimbulkan efek samping. CPOB meliputi semua proses
produksi; mulai dari bahan awal, tempat, dan alat sampai pelatihan dan kebersihan
dari pekerja. Prosedur tertulis dari tiap proses produksi adalah komponen penting
yang dapat mempengaruhi kualitas akhir dari produk. WHO telah mengeluarkan
panduan untuk CPOB.
Industri Farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan
penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam dokumen izin edar
(registrasi) dan tidak menimbulkan resiko yang membahayakan penggunanya
karena tidak aman, mutu rendah atau tidak bertanggung jawab. Untuk pencapaian
tujuan ini melalui Kebijakan Mutu, yang memerlukan komitmen dari semua jajaran
di semua departemen di dalam perusahaan, para pemasok dan para distributor.
Untuk mencapai tujuan mutu secara konsisten dan dapat diandalkan, diperlukan
manajemen mutu yang di desain secara menyeluruh dan diterapkan secara benar.
Persyaratan Industri Farmasi
Perusahaan industri farmasi wajib memperoleh izin usaha industri farmasi,karena itu
industri tersebut wajib memenuhi persyaratan yang telah ditetapkanoleh Menteri
Kesehatan. Persyaratan industri farmasi tercantum dalam SuratKeputusan Menteri
Kesehatan RI No. 245//Menkes/SK/V/1990 adalah sebagai berikut :
Industri farmasi merupakan suatu perusahaan umum, badan hukumberbentuk
Perseroan Terbatas atau Koperasi.
Memiliki rencana investasi.
Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
Industri farmasi obat jadi dan bahan baku wajib memenuhi persyaratanCPOB
sesuai dengan ketentuan SK Menteri Kesehatan No.43/Menkes/SK/II/1988.
Industri farmasi obat jadi dan bahan baku, wajib mempekerjakan secaratetap
sekurang-kurangnya dua orang apoteker warga Negara Indonesia,masing-masing
sebagai penanggung jawab produksi dan penanggungjawab pengawasan mutu
sesuai dengan persyaratan CPOB.
Obat jadi yang diproduksi oleh industri farmasi hanya dapat diedarkansetelah
memperoleh izin edar sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Izin usaha industri farmasi

Izin usaha industri farmasi diberikan oleh Menteri Kesehatan dan wewenang
pemberian izin dilimpahkan kepada Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).
Izin ini berlaku seterusnya selama industri tersebut berproduksi dengan
perpanjangan izin setiap 5 tahun, sedangkan untuk industrifarmasi Penanaman
Modal Asing (PMA) masa berlakunya sesuai denganketentuan dalam UndangUndang No. 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing dan pelaksanaannya.
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)
CPOB merupakan pedoman yang harus diterapkan dalam seluruh rangkaian proses
di industri farmasi dalam pembuatan obat jadi, sesuai dengankeputusan Menteri
Kesehatan RI No. 43/Menkes/SK/II/1988 tentang Cara Pembuatan Obat yang Baik.
Pedoman CPOB bertujuan untuk menghasilkan produk obat yang senantiasa
memenuhi persyaratan mutu yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan
penggunaannya.Obat yang berkualitas adalah obat jadi yang benar-benar dijamin
bahwa obat tersebut :
- Mempunyai potensi atau kekuatan untuk dapat digunakan sesuai tujuannya.
- Memenuhi persyaratan keseragaman, baik isi maupun bobot.
- Memenuhi syarat kemurnian.
- Memiliki identitas dan penandaan yang jelas dan benar.
- Dikemas dalam kemasan yang sesuai dan terlindung dari kerusakan
dankontaminasi.
- Penampilan baik, bebas dari cacat atau rusak.
Konsep CPOB yang bersifat dinamis yang memerlukan penyesuaian dari waktu ke
waktu mengikuti perkembangan teknologi di bidang farmasi. Aspek-aspek yang
merupakan cakupan CPOB tahun 2006 meliputi 12 aspek yangdibicarakan, yaitu :
1. Sistem Mutu,
2. Personalia
3. Bangunan dan Sarana Penunjang,
4. Peralatan,
5. Sanitasi dan Higiene,
6. Produksi,
7. Pengawasan Mutu,
8. Inspeksi Diri dan Audit Mutu,
9. Penanganan Keluhan Terhadap Produk, Penarikan Kembali Produk dan
Produk Kembalian.
10.Dokumentasi,
11.Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak,
12.Kualifikasi dan Validasi
Ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi dalam CPOB meliputi persyaratanpersyaratan dari personalia yang terlibat dalam industri farmasi, bangunan dan
fasilitas, peralatan, sanitasi dan higiene, produksi, pengawasan mutu, insfeksi diri,
penanganan keluhan obat dan obat kembalian serta penarikan kembali obat, dan
dokumentasi. Ketentuan-ketentuan ini menjamin proses produksi obat yang

berkualitas, bermutu, aman, dan dapat dipertanggung jawabkan.


A. Personalia
Sesuai dengan tuntutan CPOB, maka bagian produksi dan pengawasan mutu (QC)
masing-masing dipegang oleh apoteker yang berbeda dan tidak saling bertanggung
jawab satu sama lain. Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang
ada, secara rutin memberikan pelatihan-pelatihan bagi karyawannya meliputi
pelatihan CPOB, pelatihan operasional mesin/alat, serta pelatihan keselamatan diri.
B. Bangunan
Dalam rangka pemenuhan CPOB, dalam memilih bangunan hendaklah diperhatikan
apakah ada sumber pencemaran yang berasal dari lingkungan, dan bangunan harus
dirancang sedemikian rupa, sehingga dapat menunjang kemampuan produksi.
C. Peralatan
Peralatan sebelum digunakan hendaklah dikualifikasi dan penempatannya juga
harus disesuaikan dengan alur produksi sehingga dapat memperlancar jalannya
produksi dan dapat mencegah terjadinya kontaminasi silang. Setiap peralatan yang
digunakan dikalibrasi secara berkala, sehingga hasil pengukurannya dapat
dipertanggung jawabkan.
D. Sanitasi dan Higiene
Setiap karyawan terutama di bagian produksi, pada saat memasuki ruang produksi
harus mencuci tangan dengan desinfektan, dan menggunakan pakaian khusus yang
bersih dilengkapi dengan penutup rambut dan sepatu khusus.
Untuk menjamin kebersihan ruangan produksi dan mencegah kontaminasi,
disediakan ruang penyangga yang berfungsi sebagai pembatas antara ruang abuabu (Grey Area) dan ruang hitam (Black Area). Karyawan dilarang merokok, makan,
minum, atau menyimpan makanan dan minuman di ruang produksi dan
laboratorium atau di dalam ruangan lain yang kemungkinan dapat menurunkan
kualitas dari produk.
E. Produksi
Untuk menjaga mutu obat yang dihasilkan, maka setiap tahap dalam proses
produksi selalu dilakukan pengawasan mutu In Process Control (IPC).
Setiap penerimaan bahan awal baik bahan baku dan bahan kemas terlebih dahulu
diperiksa dan disesuaikan dengan spesifikasinya. Bahan-bahan tersebut harus
selalu disertai dengan Certificate of Analisis (CA) yang dapat disesuaikan dengan
hasil pemeriksaan.
F. Pengawasan Mutu
Pengawasan mutu produk dilaksanakan secara ketat oleh bagian Quality Control
(QC) dan juga dilakukan oleh In Process Control pada setiap proses produksi. Retain
sample atau sample pertinggal disimpan dibagian Quality Assurance (QA) pada

temperatur kamar. Retain sample berguna untuk menangani apabila ada keluhan
produk di kemudian hari, sebagai acuan produk untuk setiap bets.
G. Penanganan Keluhan Terhadap Obat, Penarikan Kembali Obat dan Obat
Kembalian
Penarikan kembali obat jadi dapat berupa penarikan kembali satu atau beberapa
bets atau seluruh obat jadi tertentu, dari semua mata rantai distribusi, Penarikan
kembali dilakukan apabila ditemukan adanya produk yang tidak memenuhi syarat
kualitas atau atas dasar pertimbangan adanya efek samping yang tidak
diperhitungkan dan merugikan kesehatan.
H. Dokumentasi
Semua kegiatan yang berkaitan dengan proses produksi obat harus
didokumentasikan. Sistem dokumentasi yang baik dapat menggambarkan riwayat
lengkap dari suatu bets obat (batch record), sehingga memungkinkan untuk
penelusuran kembali bila terjadi masalah pada produk tersebut.
Pemetaan (Mapping) Industri Farmasi Melalui Penerapan CPOB
Pemetaan industri farmasi yang ditetapkan oleh BPOM yang diimplementasikan
dalam CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik) untuk industri farmasi merupakan
persyaratan bagi industri farmasi untuk melaksanakan kegiatan produksi. Prinsip
dasar pemetaan (mapping) penerapan CPOB industri farmasi adalah pemetaan
tingkat kemampuan industri farmasi dalam penerapan standar CPOB yang dinamis
menggunakan standar checklist, yang merupakan usaha pemerintah dalam rangka
untuk meningkatkan pemenuhan terhadap standar dan persyaratan CPOB yang
dinamis dan penerapannya konsisten, sehingga masyarakat memperoleh produk
obat yang berkualitas dan aman.
Langkah-langkah dalam pemetaan meliputi :
1. Persiapan
- Kajian data penerapan CPOB
2. Penyusunan alat pemetaan
- Identifikasi komponen persyaratan CPOB global
- Penyusunan checklist pemetaan industri farmasi
- Penyusunan SOP, yaitu mekanisme pemetaan dan tim pemetaan
3. Penyamaan persepsi
- Sosialisasi prinsip dasar program pemetaan industri farmasi
- Sosialisasi checklist pemetaan industri farmasi
Pemetaan Kewenangan QA/QC
Sistem manajemen mutu merupakan sistem untuk menjamin bahwa bahan-bahan
yang digunakan dan dihasilkan oleh perusahaan, baik berupa bahan baku, bahan
kemas, produk ruahan dan produk jadi telah sesuai dengan spesifikasi yang telah
ditetapkan.
Pada dasarnya, kegiatan pengawasan mutu dilakukan oleh bagian QC yang meliputi

pemeriksaan yang luas, tidak hanya pemeriksaan terhadap bahan dan produk,
tetapi juga meliputi pemeriksaan kualitas air, kualitas ruangan, kualitas limbah,
kualitas kesehatan lingkungan kerja dan pemeriksaan terhadap proses-proses
penunjang produksi lainnya. Sedangkan pemastian mutu dilakukan oleh bagian QA
yang meliputi pemastian mutu bahan baku, bahan kemas, pemastian mutu
produksi, pemastian mutu mikrobiologi, dan pemastian mutu produk jadi.
Pemetaan Pengendalian Perubahan
Pengendalian perubahan dimaksudkan untuk mengetahui perubahan yang terjadi
baik perubahan proses, formula, alat/mesin, metode analisis, kondisi bahan awal
(bahan baku dan bahan kemasan), maupun perubahan-perubahan lain yang dapat
mempengaruhi kualitas atau mutu produk secara langsung maupun tidak langsung.
Bagian Pemastian Mutu/Pengawasan Mutu (QA/QC) mempunyai peranan dalam
pengendalian terhadap perubahan, dan setiap perubahan termuat dalam Peraturan
Tetap (Protap) perusahaan. Sarana penunjang proses, dokumen dan peralatan yang
digunakan dalam pembuatan obat dievaluasi dalam pengendalian perubahan
sebelum suatu perubahan dilakukan. Semua perubahan memerlukan persetujuan
QA/QC sebelum penerapannya terhadap proses, bahan, metode, peralatan, sarana
penunjang, dan dokumen dicatat/dibukukan dalam log book yang disediakan oleh
QA/QC.
Pemetaan Pelulusan Bets
Tanggung jawab atas persetujuan dan pelulusan bahan awal, produk antara, produk
ruahan dan obat jadi tercakup dalam Sistem Manajemen Mutu/Protap. Protap ini
merupakan tanggung jawab dan wewenang bagian Pemastian Mutu/Pengawasan
Mutu (QA/QC). Tersedia Protap pelulusan obat jadi yang mencakup checklist yang
dikaji dalam Catatan Bets. Pengkajian terhadap Catatan bets sebelum pelulusan
suatu bets dilakukan oleh QA/QC. Jika telah lulus pemeriksaan QC, maka bets akan
diberi label hijau, sedangkan jika ditolak, diberi label merah. Dan produk yang
masih menunggu hasil pemeriksaan selanjutnya diberi label kuning (karantina).
Pemetaan Penanganan Penyimpangan
Tersedia Protap yang menetapkan dan mengatur Penanganan Penyimpangan
termasuk Penyimpangan Bets. Seluruh penyimpangan bets mengalami proses
penyelidikan terhadap penyimpangan, seperti penyimpangan dari batasan operasi
sarana penunjang yang divalidasi (udara, air, gas, listrik) dievaluasi sesuai prosedur
sistem penanganan penyimpangan. Setiap penyimpangan didokumentasikan dan
dilakukan trend analisis oleh QA/QC, dan QA/QC mempunyai tanggung jawab untuk
memberikan persetujuan/penandatanganan akhir terhadap laporan penyimpangan.
Pemetaan Pengolahan Ulang
Pengolahan ulang dimaksudkan untuk menjaga kestabilan dari suatu bets. Setiap
dilakukan pengolahan ulang dari suatu bets produk, tersedia Protap yang disetujui
dan disahkan bagian QA/QC khusus bets yang diolah ulang. Selain dilakukan
pemeriksaan pengolahan ulang dilakukan pemeriksaan tambahan, misalnya Follow
Up Stability study (FUS) terhadap bets yang diolah ulang.

Pembuatan Prosedur Tetap (Protap)


Prosedur tetap adalah salah satu dokumen yang harus dibuat oleh setiap bagian
yang terdapat di perusahaan. Pembuatan Protap ini harus memperoleh persetujuan
dari bagian-bagian terkait. Sebagai contoh Protap Pengendalian Perubahan yang
dibuat oleh bagian R&D, harus dietujui oleh bagian Quality Control. Selanjutnya,
pembuatan Protap tersebut harus disahkan oleh Plant Manager.

Anda mungkin juga menyukai