Anda di halaman 1dari 35

FARMASI

INDUSTRI

CARA PEMBUATAN OBAT YANG BAIK


CPOB (12 ASPEK)
PENDAHULUAN
Industri farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan
kegiatan pembuatan obat atau bahan obat

 Industri obat jadi adalah industri yang menghasilkan suatu produk yang telah melalui seluruh
tahap proses pembuatan

Industri bahan baku obat adalah industri yang menghasilkan bahan baku yang diperlukan pada
proses pembuatan suatu obat jadi. Proses pembuatan merupakan seluruh rangkaian kegiatan yang
menghasilkan suatu obat yang meliputi produksi dan pengawasan mutu mulai dari pengadaan
bahan awal, proses pengolahan, pengemasan, sampai obat jadi untuk distribusi

Industri farmasi ada dua bentuk, yaitu primary industry dan secondary industry.

Primary industry terfokus pada penemuan bahan-bahan obat baru (new drug substances)

 Secondary industry terfokus pada usaha pengelolaan bahan baku menjadi produk jadi.

Saat ini, sebagian besar industri farmasi di Indonesia adalah secondary industry.
Semua industri farmasi wajib memiliki izin untuk usaha, izin sesuai Permenkes
Nomor 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang INDUSTRI FARMASI

Persyaratan yang harus dipenuhi industri farmasi untuk medapatkan izin usaha, yaitu:
1. Dilakukan oleh perusahaan umum, badan hukum berbentuk Perseroan Terbatas (PT)
2. Memiliki Rencana Investasi.
3. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
4. Industri Farmasi Obat Jadi dan Bahan Baku Obat wajib memenuhi persyaratan Cara Pembuatan
Obat yang Baik (CPOB).
5. Memiliki secara tetap paling sedikit 3 (tiga) orang Apoteker Warga Negara Indonesia masing-
masing sebagai penanggung jawab produksi dan penanggung jawab pemastian mutu, produksi dan
pengawasan
6.Komisaris dan direksi tidak pernah terlibat baik langsung atau tidak langsung dalam pelanggaran
peraturan perundang-undangan di bidang kefarmasian
current Good Manufacturing Practice Cara Pembuatan Obat yang Baik
(cGMP) (CPOB)

GMP : Suatu pedoman bagi suatu industri, bagaimana cara memproduksi suatu produk dengan
baik. Seluruh Lembaga regulasi di dunia mengharuskan penerapan cGMP secara teratur bagi
industry yang memproduksi produk farmasi maupun produk biologi (WHO,2006)

cGMP ini muncul untuk mengatasi berbagai permasalahan terkait obat dan makanan yang banyak
terjadi dari tahun 1900 – 1980 an

Current : saat ini

CPOB menyesuaikan dengan kondisi saat ini yang terkait perkembangan ilmu farmasi dan
teknologi

Sertifikat CPOB industri farmasi berlaku selama 5 (lima) tahun sepanjang memenuhi persyaratan
CPOB 2012 DAN CPOB 2018
PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
NOMOR 13 TAHUN 2018
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
NOMOR HK.03.1.33.12.12.8195 TAHUN 2012 TENTANG
PENERAPAN PEDOMAN CARA PEMBUATAN OBAT YANG BAIK
PENGERTIAN
CPOB adalah tata cara pembuatan obat yang baik, yang merupakan
pedoman wajib bagi semua industri farmasi, agar menghasilkan
produk yang berkhasiat, aman, dan bermutu.

CPOB tidak hanya mengatur aspek produksi, akan tetapi juga


pengendalian mutu obat. Hal ini dikarenakan pengendalian mutu
yang menyeluruh sangatlah penting untuk dilakukan agar produk obat
yang dihasilkan tidak hanya sekedar lulus dari serangkaian pengujian,
tetapi yang lebih penting adalah bahwa mutu harus dibentuk ke dalam
produk tersebut (to build quality into the product).
TUJUAN
•Menjamin obat dibuat secara konsisten.

•Memenuhi persyaratan yang ditetapkan.

•Obat yang dibuat sesuai dengan peruntukan obat tersebut (tujuan penggunaanya).

EFFICACY (BERKHASIAT)

SAFETY (AMAN)

QUALITY (BERKUALITAS)
12 ASPEK CPOB
1. SISTEM MUTU INDUSTRI FARMASI
Pemegang Izin Industri Farmasi (IIF) memproduksi obat sesuai dengan tujuan penggunaan,
memenuhi persyaratan Izin Edar atau Persetujuan Uji Klinik. Selain itu, obat yang dibuat
oleh industri farmasi harus menjaga keamanan, mutu dan efektifitas obat agar tidak
menimbulkan risiko yang membahayakan bagi pasien atau pengguna.

Industri farmasi harus mencapai Sasaran Mutu yang handal. Diperlukan Sistem Mutu yang
didesain secara komprehensif sehingga industri farmasi dapat menerapkan Cara Pembuatan
Obat yang Baik (CPOB).
PRINSIP
Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan
penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam dokumen izin edar
(registrasi) dan tidak menimbulkan risiko yang membahayakan penggunanya
karena tidak aman, mutu rendah atau tidak efektif. Manajemen bertanggung jawab
untuk pencapaian tujuan ini melalui suatu “Kebijakan Mutu”, yang memerlukan
partisipasi dan komitmen jajaran di semua departemen di dalam perusahaan, para
pemasok dan para distributor.
Untuk mencapai tujuan mutu secara konsisten dan dapat diandalkan, diperlukan sistem Pemastian
Mutu yang didesain secara menyeluruh dan diterapkan secara benar serta menginkorporasi Cara
Pembuatan Obat yang Baik termasuk Pengawasan Mutu dan Manajemen Risiko Mutu. Hal ini
hendaklah didokumentasikan dan dimonitor efektivitasnya.

Unsur dasar manajemen mutu adalah:

a) suatu infrastruktur atau sistem mutu yang tepat mencakup struktur organisasi, prosedur, proses dan
sumber daya; dan

b) tindakan sistematis yang diperlukan untuk mendapatkan kepastian dengan tingkat kepercayaan
yang tinggi, sehingga produk (atau jasa pelayanan) yang dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan
yang telah ditetapkan. Keseluruhan tindakan tersebut disebut Pemastian Mutu.
PEMASTIAN MUTU

Pemastian Mutu adalah suatu konsep luas yang mencakup semua hal baik secara
tersendiri maupun secara kolektif, yang akan memengaruhi mutu dari obat yang
dihasilkan. Pemastian Mutu adalah totalitas semua pengaturan yang dibuat
dengan tujuan untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang
sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Karena itu Pemastian Mutu mencakup
CPOB ditambah dengan faktor lain di luar Pedoman ini, seperti desain dan
pengembangan produk.
PENGAWASAN MUTU

Pengawasan Mutu adalah bagian dari CPOB yang berhubungan


dengan pengambilan sampel, spesifikasi dan pengujian, serta dengan
organisasi, dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan
bahwa pengujian yang diperlukan dan relevan telah dilakukan dan
bahwa bahan yang belum diluluskan tidak digunakan serta produk
yang belum diluluskan tidak dijual atau dipasok sebelum mutunya
dinilai dan dinyatakan memenuhi syarat
2. PERSONALIA
CPOB menyatakan bahwa suatu industri farmasi harus menyediakan sumber daya manusia
(personil) yang berkualitas dan terkualifikasi dengan jumlah yang memadai untuk melaksanakan
tugas dan tanggung jawabnya dengan baik dan benar.

Di dalam CPOB sendiri mensyaratkan industri farmasi untuk memberikan pelatihan kepada
seluruh personilnya. Pelatihan ini sebagai salah satu bentuk penerapan dari sistem manajemen
mutu di industri farmasi yang dapat berpengaruh terhadap mutu produk baik secara langsung
ataupun tidak langsung.

Pelatihan yang berkesinambungan dilakukan dengan tujuan memperdalam pemahaman personil


terhadap proses produksi dan parameter kritis dari proses, menyediakan latihan untuk
penanganan atas masalah yang terjadi, memberikan pemahaman prinsip dan aspek CPOB, dan
mempelajari penerapan suatu teori ke dalam bentuk praktik.
PERSONIL KUNCI
Personil Kunci mencakup :

Kepala bagian produksi

Kepala bagian pengawasan mutu (QC)

 Kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu). Posisi utama tersebut dijabat oleh personil
purnawaktu. Kepala bagian Produksi dan kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) /
kepala bagian Pengawasan Mutu harus independen satu terhadap yang lain (QA)
3. BANGUNAN DAN FASILITAS

Bangunan dan fasilitas yang dimiliki oleh industri farmasi hendaklah memiliki
desain konstruksi yang memadai dan disesuaikan kondisinya serta dirawat
dengan baik untuk memudahkan produksi obat yang benar.
Fasilitas sarana dan prasarana yang ada di ruangan harus mampu memperkecil
terjadinya risiko kekeliruan, pencemaran silang dan kesalahan lain. Desain atau
tata letak sarana dan prasarana harus memudahkan pegawai untuk melakukan
pembersihan, sanitasi dan perawatan yang efektif untuk menghindarkan
pencemaran silang, terjadinya penumpukan debu atau kotoran sehingga dapat
menurunkan mutu obat.
PRINSIP
Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat harus memiliki desain, konstruksi dan letak yang
memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat dengan baik untuk memudahkan
pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa
untuk memperkecil risiko terjadi kekeliruan, pencemaran silang dan kesalahan lain, serta
memudahkan pembersihan, sanitasi dan perawatan yang efektif untuk menghindarkan
pencemaran silang, penumpukan debu atau kotoran, dan dampak lain yang dapat menurunkan
mutu obat.
Tingkat kebersihan ruang/area untuk pembuatan obat hendaklah diklasifikasikan sesuai dengan jumlah
maksimum partikulat udara yang diperbolehkan untuk tiap kelas kebersihan sesuai table, dimana
Kelas A, B, C dan D adalah kelas kebersihan ruang untuk pembuatan produk steril.
Kelas E adalah kelas kebersihan ruang untuk pembuatan produk nonsteril.

Ukuran partikel Nonoperasional Operasional


Kelas
Jumlah maksimum partikel/m2 yang diperbolehkan
≥ 0,5 µm ≥5 µm ≥ 0,5 µm ≥5 µm

A 3.520 20 3.520 20
B 3.520 29 352.000 2.900
C 352.000 2.900 3.520.000 29.000
D 3.520.000 29.000 Tidak ditetapkan Tidak ditetapkan
E 3.520.000 29.000 Tidak ditetapkan Tidak ditetapkan
4. PERALATAN
PRINSIP
Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi yang tepat,
ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan tepat, agar mutu obat
terjamin sesuai desain serta seragam dari betske-bets dan untuk memudahkan
pembersihan serta perawatan agar dapat mencegah kontaminasi silang, penumpukan debu
atau kotoran dan, hal-hal yang umumnya berdampak buruk pada mutu produk.
5. PRODUKSI
Industri farmasi memproduksi obat dengan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan dan
memenuhi ketentuan CPOB. Dengan mengikuti pedoman CPOB dalam produksinya akan
menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi ketentuan izin
pembuatan dan izin edar.
6.CARA PENYIMPANAN DAN PENGIRIMAN OBAT
YANG BAIK
Industri farmasi harus memperhatikan cara penyimpanan, lama penyimpanan dan cara
pengiriman obat dan/atau kembalian. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk mengevaluasi
kemungkinan kerusakan mutu obat. Jika kondisi kemasan masih baik namun cara penyimpanan,
lama penyimpanan dan cara pengiriman diduga dapat merusak produk, maka produk harus
dikarantina dan dilakukan koordinasi dengan industri farmasi terkait mutu produknya.
7.PENGAWASAN MUTU
Pengawasan mutu merupakan salah satu aspek yang paling esensial dari CPOB. Pengawasan
mutu ini akan memberikan kepastian bahwa produk secara konsisten dimonitoring untuk
menjaga mutu produk yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya.

Keterlibatan dan komitmen semua personil dan stakeholders industri farmasi yang
berkepentingan pada semua tahapan proses produksi obat merupakan sebuah keharusan.
Dengan begitu, industri farmasi akan mampu mencapai sasaran mutu mulai dari awal pembuatan
sampai kepada distribusi produk jadi.
8.Inspeksi Diri, Audit Mutu dan Audit & Persetujuan
Pemasok (Supplier)
Inspeksi diri dilaksanakan secara independen dan diverifikasi oleh petugas yang
kompeten dari perusahaan yang dapat mengevaluasi penerapan CPOB secara
obyektif.
Tujuan pelaksanaan aspek inspeksi diri ini adalah untuk mengevaluasi apakah
semua aspek Produksi dan Pengawasan Mutu industri farmasi telah memenuhi
ketentuan CPOB.
Program ini dirancang untuk mendeteksi kelemahan industri farmasi dalam
pelaksanaan CPOB dan untuk memutuskan tindakan apa yang perlu dilakukan
untuk perbaikan ke depannya. Pelaksanaan inspeksi diri dilakukan secara rutin dan
didokumentasikan untuk selanjutnya dibuatkan program tindak lanjut yang efektif.
Audit Mutu dilaksanakan oleh spesialis dari luar atau independen atau juga bisa tim yang
dibentuk oleh manajemen perusahaan yang berguna sebagai pelengkap inspeksi diri. Audit mutu
ini meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari sistem Manajemen Mutu
dengan tujuan spesifik untuk meningkatkan mutu.

Audit mutu ini juga dapat diperluas terhadap supplier bahan produksi atau bahan pengemas yang
telah memenuhi persyaratan spesifikasi yang telah ditentukan oleh industri farmasi yang
bersangkutan.
9.KELUHAN DAN PENARIKAN KEMBALI PRODUK
Penarikan kembali obat merupakan suatu proses penarikan kembali produk dari satu atau
beberapa bets atau seluruh bets tertentu dari peredaran. Tindakan ini dilakukan apabila
ditemukan produk yang cacat mutu atau bila ada laporan mengenai keluhan setelah pemakaian
produk sehingga berisiko terhadap kesehatan.

Produk obat yang sudah beredar dapat dikembalikan ke industri farmasi berdasarkan adanya
laporan keluhan dari pelanggan atau konsumen. Keluhan yang dimaksud meliputi kerusakan dan
melebihi tanggal kadaluwarsa obat, atau alasan lain misalnya kondisi wadah atau kemasan yang
dapat menimbulkan keraguan akan identitas obat, mutu, jumlah atau berat dan keamanan obat
yang bersangkutan,
10. DOKUMENTASI
Dokumentasi merupakan bagian dari sistem informasi manajemen untuk Pemastian Mutu. Tujuan
dilakukannya dokumentasi adalah untuk memastikan setiap personil akan menerima uraian
tugas yang relevan secara jelas dan rinci. Dengan dokumentasi yang jelas akan mampu
memperkecil risiko terjadinya kekeliruan atau salah tafsir yang biasanya timbul karena hanya
mengandalkan komunikasi lisan, tidak didukung dengan pesan yang tertulis atau dikirim secara
elektronik.
11. KEGIATAN ALIH DAYA
Kegiatan alih daya merupakan tanggung jawab industri farmasi terhadap Badan POM untuk
menghindari kesalahpahaman sehingga dapat menghasilkan produk atau pekerjaan dengan
mutu yang tidak memuaskan. Kegiatan yang dialihdayakan haruslah didefinisikan, disetujui dan
dikendalikan di dalam sebuah kontrak tertulis.

Hal ini dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab legal dari Penerima Kontrak dan Pemberi
Kontrak terhadap konsumen.
12. KUALIFIKASI DAN VALIDASI
Industri farmasi melakukan identifikasi kualifikasi dan validasi yang diperlukan sebagai bukti
pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan yang dilakukan. Adanya perubahan yang
signifikan terhadap fasilitas, peralatan, dan proses yang dapat mempengaruhi mutu produk obat
hendaklah divalidasi.
TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB APOTEKER
DI INDUSTRI FARMASI

BAGIAN QC

Spesifikasi bahan baku

Penjamin mutu sebelum dipasarkan

Bekerja berdasarkan SOP dari QA

Memastikan bahwa validasi yang sesuai telah dilaksanakan


BAGIAN PRODUKSI

Memastikan obat diproduksi dan disimpan sesuai prosedur agar memenuhi persyaratan mutu
yang ditetapkan

Persetujuan SOP produksi

Memastikan bahwa catatan produksi telah dievaluasi dan ditandatangani oleh kepala bagian
produksi sebelum diserahkan kepada kepala bagian manajemen mutu

Pemeliharaan bangunan fasilitas beserta alat

Validasi proses produksi

Pelatihan berkesinambungan personil


Bagian QA

Validasi ruangan

Penarikan Kembali obat

Ketersediaan bahan baku

Sertifikasi bahan baku

Meluluskan atau menolak produk jadi


CONTOH ALUR PROSES PRODUKSI TABLET
Pentingnya In Process Control dalam CPOB Produksi

Pengawasan selama proses produksi (in process control) merupakan hal yang yang penting
dalam pemastian mutu produk.

Untuk memastikan keseragaman bets dan keutuhan obat, prosedur tertulis yang menjelaskan
pengambilan sampel, pengujian atau pemeriksaan yang harus dilakukan selama proses dari
tiap bets produk hendaklah dilaksanakan sesuai dengan metode yang telah disetujui oleh
kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) dan hasilnya dicatat.

Pengawasan tersebut dimaksudkan untuk memantau hasil dan memvalidasi kinerja dari
proses produksi yang mungkin menjadi penyebab variasi karakteristik produk selama proses
berjalan.
Pada proses protap penerimaan bahan awal maupun bahan pengemas dilakukan pengambilan sampel dari
suplier

Hal ini dilakukan oleh :

A. Personil pemastian mutu

B. Personil produksi

C. Personil PPIC

D. Personil QC

E. Personil Gudang
CONTOH SOAL

Semua tindakan yang terencana dan sistematis menyiapkan bukti bukti yang cukup bahwa suatu produk memenuhi
persyaratan mutu yang ditetapkan.

Statemen tersebut merupakan pernyataan yang terkait dengan ... .

A. pengawasan mutu

B. pengujian mutu

C. perlindungan mutu

D. pemastian mutu

E. pemahaman mutu
Aspek CPOB bangunan dan fasilitas industrI farmasi mensyaratkan bangunan ruangan produksi dimana
dinding, lantai dan langit-langit harus halus (tidak kasar),bebas dari retakan dan sambungan yang terbuka.
Pertemuan dinding dan langit-langit melengkung.

Hal ini bertujuan untuk :

A. Kuat dan tahan gempa

B. Tahan api

C. Tata letak yang sesuai

D. Menghindari terkumpulnya partikel

E. Kedap suara

Anda mungkin juga menyukai