Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH FARMASI INDUSTRI

“CPOB PADA SEDIAAN EMULSI”

Dosen : Prof. Dr. Teti Indrawati, MS.Apt

Di susun oleh :

Puji lestari 16334080

Ani Rahayu 16334086

Ayu Shandra 16334087

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS FARMASI

INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI NASIONAL

JAKARTA 2019/2020
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 3
BAB I ......................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 5
1.3Tujuaan .............................................................................................................................. 5
BAB II........................................................................................................................................ 6
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................................ 6
2.1 Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik..................................................................... 6
2.2 Emulsi............................................................................................................................... 7
BAB III ...................................................................................................................................... 9
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 9
3.1 struktur organisasi ............................................................................................................ 9
3.2 Aspek- aspek CPOB ....................................................................................................... 15
3.3 Alur Proses Produksi Sediaan Emulsi ............................................................................ 24
3.4 In Process Control produksi sediaan emulsi ................................................................. 28
3.5 Distribusi ....................................................................................................................... 28
BAB IV .................................................................................................................................... 30
PENUTUP................................................................................................................................ 30
A. KESIMPULAN ......................................................................................................... 30
BAB V ..................................................................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 32
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Tugas Farmasi Industri dengan baik.
Kami berterima kasih kepada Prof. Dr. Teti Indrawati, MS.Apt selaku Dosen mata kuliah
Kosmetologi yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Kami sangat berharap makalah
ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan bagi pembacanya. Sekiranya makalah
yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan
dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini
di waktu yang akan datang.

Jakarta, Oktober 2019

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Salahsatuupayayang dilakukanpemerintah untuk menjamin tersedianya obat yang


bermutu, aman dan berkhasiat yaitudengan mengharuskan setiap industri untuk
menerapkan Cara Pembuatan Obat Yang Baik(CPOB).Industri farmasi saat inisudah
berkembangpesat dalam rangka memenuhi obat-obatan secara nasional. Perusahaan
farmasi sebagai perusahaan pada umumnya
melakukankegiatanusahayangmeliputiprosesmenghasilkanbarang yaituobat-obatan.
CPOBmerupakan suatu konsep dalam industri farmasi mengenai prosedur atau langkah-
langkahyang dilakukan dalam suatu industri farmasi untuk menjamin mutu obat jadi,
yang diproduksidengan menerapkan “Good Manufacturing Practices” dalam seluruh
aspek dan rangkaiankegiatan produksi sehingga obat yang dihasilkan senantiasa
memenuhi persyaratan mutuyang ditentukan sesuai dengan tujuan penggunaannya. CPOB
bertujuan untuk menjamin obat dibuat secara konsisten memenuhi persyaratan yang
ditetapkan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya. CPOB mencakup seluruh aspek
produksi dan pengendalian mutu.

Proses pembuatan obat tidak hanya sekedar lulus dari serangkaian pengujian,
tetapi yang sangat penting adalah mutu harus dibentuk ke dalam produk tersebut. Industri
farmasi dapat memenuhi ketersediaan obat yang berkualitas, aman,dan berkhasiat dengan
cara mengikuti serta menerapkan ketentuan yang berlaku yaitu menerapkan Cara
Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dalam keputusan menteri kesehatan RI
No.43/MENKES/SK/II/1988, kemudian diterbitkan juga CPOB 2001 dan Keputusan
Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan Republik
Indonesia No. 05410/A/SK/XII/1989 tentang petunjuk operasional penerapan
CPOByangmenyangkut seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu serta bertujuan
menjamin bahwa produk obat senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang telah
ditentukan sesuai dengan tujuan penggunaannya.Mutu suatu obat ditentukan dari proses
pembuatan obat, mulai dari pemilihan bahan awal sampai perlakuannya terhadap produk
jadi.
Pada pembuatan obat, pengendalian menyeluruh adalah sangat esensial untuk
menjamin bahwa konsumen menerima obat yang bermutu tinggi. Pembuatan secara
sembarangan tidak dibenarkan bagi produk yang digunakan untuk menyelamatkan jiwa,
atau memulihkan atau memelihara kesehatan.
Tidaklah cukup bila produk jadi hanya sekedar lulus dari serangkaian pengujian,
tetapi yang lebih penting adalah bahwa mutu harus dibentuk ke dalam produk tersebut.
Mutu obat tergantung pada bahan awal, bahan pengemas, proses produksi dan
pengendalian mutu, bangunan, peralatan yang dipakai dan personil yang terlibat
Pemastian mutu suatu obat tidak hanya mengandalkan pada pelaksanaan
pengujian tertentu saja; namun obat hendaklah dibuat dalam kondisi yang dikendalikan
dan dipantau secara cermat.
CPOB ini merupakan pedoman yang bertujuan untuk memastikan agar mutu obat
yang dihasilkan sesuai persyaratan dan tujuan penggunannya; bila perlu dapat dilakukan
penyesuaian pedoman dengan syarat bahwa standar mutu obat yang telah ditentukan tetap
dicapai.
Badan Pengawas Obat dan Makanan hendaklah menggunakan Pedoman ini
sebagai acuan dalam penilaian penerapan CPOB, dan semua peraturan lain yang
berkaitan dengan CPOB hendaklah dibuat minimal sejalan dengan Pedoman ini.
Pedoman ini juga dimaksudkan untuk digunakan oleh industri farmasi sebagai dasar
pengembangan aturan internal sesuai kebutuhan.
Selain aspek umum yang tercakup dalam Pedoman ini, dipadukan juga
serangkaian pedoman suplemen untuk aspek tertentu yang hanya berlaku untuk industri
farmasi yang aktivitasnya berkaitan.Pedoman ini berlaku terhadap pembuatan obat dan
produk sejenis yang digunakan manusia.
Pada pedoman ini istilah “pembuatan” mencakup seluruh kegiatan penerimaan
bahan, produksi, pengemasan ulang, pelabelan, pelabelan ulang, pengawasan mutu,
pelulusan, penyimpanan dan distribusi dari obat serta pengawasan terkait.
Cara lain selain tercantum di dalam Pedoman ini dapat diterima sepanjang
memenuhi prinsip Pedoman ini. Pedoman ini bukanlah bermaksud untuk membatasi
pengembangan konsep baru atau teknologi baru yang telah divalidasi dan memberikan
tingkat Pemastian Mutu sekurang-kurangnya ekuivalen dengan cara yang tercantum
dalam Pedoman ini.
Pada pedoman ini istilah “hendaklah” menyatakan rekomendasi untuk
dilaksanakan kecuali jika tidak dapat diterapkan, dimodifikasi menurut pedoman lain
yang relevan dengan Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik atau digantikan dengan
petunjuk alternatif untuk memperoleh tingkat pemastian mutu minimal yang setara

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana struktur organisasi dalam produksi sediaan emulsi ?
2. Bagaimana alur proses produksi sediaan emulsi seusai aspek CPOB yaang harus
terpenuhi?(SDM,bangunan,sarana dan pra sarana,alur produksi,evaluasi)
3. Bagaimana In Process Control dan kontrol kualitas dari produksi sediaan emulsi ?

1.3Tujuaan
1. Memahami struktur organisasi dalam produksi sediaan emulsi
2. Memahami alur proses produksi sediaan emulsi seusai aspek CPOB yaang harus
terpenuhi (SDM,bangunan,sarana dan pra sarana,alur produksi,evaluasi)
3. Memahami In Process Control dan kontrol kualitas dari produksi sediaan emulsi
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik

CPOB adalah bagian dari Pemastian Mutu yang memastikan bahwa obat dibuat dan
dikendalikan secara konsisten untuk mencapai standar mutu yang sesuai dengan tujuan
penggunaan dan dipersyaratkan dalam izin edar dan spesifikasi produk. CPOB mencakup
Produksi dan Pengawasan Mutu. Persyaratan dasar dari CPOB adalah:

a) semua proses pembuatan obat dijabarkan dengan jelas, dikaji secara sistematis
berdasarkan pengalaman dan terbukti mampu secara konsisten menghasilkan obat yang
memenuhi persyaratan mutu dan spesifikasi yang telah ditetapkan;

b) tahap proses yang kritis dalam pembuatan, pengawasan proses dan sarana penunjang serta
perubahannya yang signifikan divalidasi;

c) tersedia semua sarana yang diperlukan dalam CPOB termasuk: personil yang
terkualifikasi dan terlatih; bangunan dan sarana dengan luas yang memadai; peralatan
dan sarana penunjang yang sesuai; bahan, wadah dan label yang benar; prosedur dan
instruksi yang disetujui; dan tempat penyimpanan dan transportasi yang memadai.

d) prosedur dan instruksi ditulis dalam bentuk instruksi dengan bahasa yang jelas, tidak
bermakna ganda, dapat diterapkan secara spesifik pada sarana yang tersedia;

e) operator memperoleh pelatihan untuk menjalankan prosedur secara benar;

f) pencatatan dilakukan secara manual atau dengan alat pencatat selama pembuatan yang
menunjukkan bahwa semua langkah yang dipersyaratkan dalam prosedur dan instruksi yang
ditetapkan benar- benar dilaksanakan dan jumlah serta mutu produk yang dihasilkan sesuai
dengan yang diharapkan. Tiap penyimpangan dicatat secara lengkap dan diinvestigasi;

g) catatan pembuatan termasuk distribusi yang memungkinkan penelusuran riwayat bets


secara lengkap, disimpan secara komprehensif dan dalam bentuk yang mudah diakses;

h) penyimpanan dan distribusi obat yang dapat memperkecil risiko terhadap mutu obat;

i) tersedia sistem penarikan kembali bets obat manapun dari peredaran; dan j) keluhan
terhadap produk yang beredar dikaji, penyebab cacat mutu diinvestigasi serta dilakukan
tindakan perbaikan yang tepat dan pencegahan pengulangan kembali keluhan.
2.2 Emulsi

Emulsi merupakan sediaan yang mengandung dua zat yang tidak dapat
bercampur, biasanya terdiri dari minyak dan air, dimana cairan yang satu terdispersi
menjadi butir-butir kecil dalam cairan yang lain. Dispersi ini tidak stabil, butir – butir
ini bergabung ( koalesen ) dan membentuk dua lapisan yaitu air dan minyak yang
terpisah yang dibantu oleh zat pengemulsi (emulgator) yang merupakan komponen
yang paling penting untuk memperoleh emulsi yang stabil. Zat pengemulsi
(emulgator) merupakan komponen yang paling penting agar memperoleh emulsi yang
stabil.Zat pengemulsi adalah PGA, tragakan, gelatin, sapo dan lain-lain. Emulsi dapat
dibedakan menjadi dua macam yaitu emulsi vera (emulsi alam) dan emulsi spuria
(emulsi buatan). Emulsi vera dibuat dari biji atau buah, dimana terdapat disamping
minyak lemak juga emulgator yang biasanya merupakan zat seperti putih telur (Anief,
2000).

Salah satu fase cair dalam suatu emulsi terutama bersifat polar (contoh: air/a),
sedangkan lainnya relatif nonpolar (contoh: minyak/m). Berdasarkan jenisnya, emulsi
dibagi dalam empat golongan, yaitu emulsi minyak dalam air (m/a), emulsi air dalam
minyak(a/m), emulsi minyak dalam air dalam minyak(m/a/m), dan emulsi air dalam
minyak dalam air(a/m/a).

a. Emulsi jenis minyak dalam air (m/a)


Bila fase minyak didispersikan sebagai bola-bola ke seluruh fase kontinu air,
sistem tersebut dikenal sebagai suatu emulsi minyak dalam air (m/a)(Martin, et al.,
1993).

b. Emulsi jenis air dalam minyak (a/m)


Bila fase minyak bertindak sebagai fase kontinu, emulsi tersebut
dikenalsebagai produk air dalam minyak (a/m) (Martin, et al., 1993). c. Emulsi jenis
minyak dalam air dalam minyak (m/a/m)Emulsi minyak dalam air dalam minyak
(m/a/m), juga dikenal sebagai emulsi ganda, dapat dibuat dengan mencampurkan
suatu pengemulsi m/a dengan suatu fase air dalam suatu mikser dan perlahan-lahan
menambahkan fase minyakuntuk membentuk suatu emulsi minyak dalam air (Martin,
et al., 1993). d.Emulsi jenis air dalam minyak dalam air(a/m/a)
Emulsi a/m/a juga dikenal sebagai emulsi ganda, dapat dibuat dengan
mencampurkan suatu pengemulsi a/m dengan suatu fase minyak dalam suatu mikser
dan perlahan-lahan menambahkan fase air untuk membentuk suatu emulsi air dalam
minyak. Emulsi a/m tersebut kemudian didispersikan dalam suatu larutan air dari
suatu zat pengemulsi m/a, seperti polisorbat 80 (Tween 80), sehingga membentuk
emulsi air dalam minyak dalam air. Pembuatan emulsia/m/a ini untuk obat yang
ditempatkan dalam tubuh serta untuk memperpanjang kerjaobat, untuk makanan-
makanan serta untuk kosmetik (Martin, et al., 1993).

Kestabilan Emulsi

Bila dua larutan murni yang tidak saling campur/ larut seperti minyak dan air,
dicampurkan, lalu dikocok kuat-kuat, maka keduanya akan membentuk sistem dispersi yang
disebut emulsi. Secara fisik terlihat seolah-olah salah satu fasa berada di sebelah dalam fasa
yang lainnya. Bila proses pengocokkan dihentikan, maka dengan sangat cepat akan terjadi
pemisahan kembali, sehingga kondisi emulsi yang sesungguhnya muncul dan teramati pada
sistem dispersi terjadi dalam waktu yang sangat singkat .

Kestabilan emulsi ditentukan oleh dua gaya, yaitu:

1. Gaya tarik-menarik yang dikenal dengan gaya London-Van Der Waals. Gaya ini
menyebabkan partikel-partikel koloid berkumpul membentuk agregat dan mengendap.
2. Gaya tolak-menolak yang disebabkan oleh pertumpang-tindihan lapisan ganda elektrik
yang bermuatan sama. Gaya ini akan menstabilkan dispersi koloid.

Ada beberpa faktor yang mempengaruhi kestabilan emulsi yaitu sebagai berikut :
1. Tegangan antarmuka rendah
2. Kekuatan mekanik dan elastisitas lapisan antarmuka
3. Tolakkan listrik double layer
4. Relatifitas phase pendispersi kecil
5. Viskositas tinggi.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 struktur organisasi

Struktur organisasi industri farmasi hendaklah sedemikian rupa sehingga bagian


produksi, manajemen mutu (pemastian mutu)/pengawasan mutu dipimpin oleh orang
berbeda serta tidak saling bertanggung jawab satu terhadap yang lain. Masing-masing
personil hendaklah diberi wewenang penuh dan sarana yang memadai yang diperlukan
untuk dapat melaksanakan tugasnya secara efektif. Hendaklah personil tersebut tidak
mempunyai kepentingan lain di luar organisasi yang dapat menghambat atau membatasi
kewajibannya dalam melaksanakan tanggung jawab atau yang dapat menimbulkan
konflik kepentingan pribadi atau financial

URAIAN TUGAS KEPALA BAGIAN PRODUKSI

Jabatan : Ka.Bag. Produksi


Bagian : Produksi
Divisi : Pabrik
Melapor kepada : Direktur Pabrik (Head of Plant)
Membawahi : Supervisor Gudang, Supervisor Pengolahan dan Supervisor
Pengemasan

Pengetahuan, Ketrampilan dan Kemampuan


Ka.Bag. Produksi harus seorang Apoteker Terdaftar dengan pengalaman praktis
paling sedikit 5 tahun bekerja di bagian produksi obat, memiliki pengalaman dan
pengetahuan di bidang pembuatan obat dan perencanaan produksi, pengetahuan
mengenai peralatan yang digunakan dalam pembuatan obat, CPOB, penguasaan bhs.
Inggris yang baik dan ketrampilan dalam kepemimpinan yang dibuktikan dengan
sertifikasi lembaga yang ditunjuk.
Uraian Tugas
Ka.Bag. Produksi bertanggung jawab atas pelaksanaan pembuatan obat agar obat
memenuhi spesifikasi kualitas yang ditetapkan dan dibuat sesuai peraturan CPOB
dalam batas dan biaya yang telah ditetapkan.

Tugas dan Tanggung Jawab


1. Bertanggung jawab memastikan bahwa obat diproduksi dan disimpan sesuai
prosedur agar memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan.
2. Memberikan persetujuan petunjuk kerja yang terkait dengan produksi dan
memastikan bahwa petunjuk kerja diterapkan secara tepat.
3. Bertanggung jawab untuk penyediaan, evaluasi dan penandatanganan Protap –
Protap yang diperlukan dalam kegiatan di area Produksi sebelum diotorisasi
Ka.Bag.
4. Bertanggung jawab untuk penyediaan, evaluasi dan penandatanganan
prosedurprosedur pengolahan induk dan pengemasan induk yang diperlukan
sebelum diotorisasi Ka.Bag. Pemastian Mutu.
5. Memeriksa Catatan Pengolahan Bets dan Catatan Pengemasan Bets serta
menjamin bahwa produksi dilaksanakan sesuai dengan prosedur pengolahan bets
dan prosedur pengemasan bets.
6. Memastikan bahwa validasi yang tepat dilaksanakan.
7. Membantu Ka.Bag. Urusan Mutu (Quality Operations) untuk menyiapkan,
melaksanakan dan memantau penyelenggaraan program pelatihan personil
Produksi yang efektif.
8. Bertanggung jawab atas pelaksanaan pembuatan obat mulai dari perolehan
bahan, pengolahan, pengemasan sampai pengiriman obat ke gudang obat jadi.
9. Memberikan pengarahan teknis dan administratif untuk semua pelaksanaan
kegiatan di gudang, penimbangan, pengolahan dan pengemasan.
10. Bertanggung jawab bersama Ka.Bag. Pengawasan Mutu dan Ka.Bag. Pemastian
Mutu untuk mengotorisasi prosedur tertulis dan dokumen lain, termasuk
amandemennya, yang diperlukan dalam Produksi.
11. Bertanggung jawab bersama Ka.Bag. Pemastian Mutu pemantauan dan
pengendalian lingkungan pembuatan obat.
12. Bertanggung jawab bersama Ka.Bag. Pemastian Mutu dalam penetapan dan
pemantauan kondisi penyimpanan bahan dan produk.
13. Bertanggung jawab bersama Ka.Bag. Pemastian Mutu menetapkan dan
menerapkan higiene / sanitasi / kebersihan.
14. Bertanggung jawab bersama Ka.Bag. Pemastian Mutu terhadap persetujuan dan
pemantauan pemasok bahan.
15. Bertanggung jawab bersama Ka.Bag. Pemastian Mutu terhadap persetujuan dan
pemantauan terhadap pembuat obat atas dasar kontrak.
16. Bertanggung jawab bersama Ka.Bag. Pemastian Mutu penyimpanan catatan
yang berkaitan dengan produksi.
17. Bertanggung jawab bersama Ka.Bag. Pemastian Mutu terhadap pemantauan
pemenuhan persyaratan CPOB.
18. Bertanggung jawab bersama Ka.Bag. Pemastian Mutu melakukan inspeksi,
penyelidikan dan pengambilan sampel, yang diperlukan untuk penentuan faktor
yang mungkin berdampak terhadap mutu produk.
19. Bersama-sama dengan Ka.Bag. PPIC menyusun rencana produksi.
20. Jika ada kegagalan dalam produksi, membahasnya dengan Ka.Bag. Urusan
Mutu, Ka.Bag. Pemastian Mutu dan Ka.Bag. Pengawasan Mutu - sesuai
prosedur yang berlaku untuk mencari penyebab serta menetapkan tindakan yang
relevan.
21. Memastikan agar alat-alat / mesin-mesin untuk keperluan produksi dikualifikasi
dan / atau divalidasi serta digunakan dengan benar.
22. Turut melaksanakan inspeksi CPOB dan menyiapkan rencana perbaikan serta
realisasinya.
23. Bertanggung jawab untuk menjaga moral kerja yang tinggi, kemampuan,
pengembangan dan pelatihan serta melakukan evaluasi tahunan atas semua
personil Produksi.
24. Membuat laporan bulanan sesuai jadwal yang ditetapkan.
25. Membuat anggaran tahunan untuk Bagian Produksi sesuai jadwal yang
ditetapkan.
26. Mengusahakan perbaikan biaya Produksi.

Hubungan Kerja ke Luar


 Menjaga hubungan kerja yang baik dengan Ka.Bag. Pemastian Mutu,
Ka.Bag.Pengawasan Mutu, Manajer Teknik dan Manajer Perencanaan &
Pengadaan Bahan serta Manajer Pemasaran.
 Berhubungan dengan Pemerintah, dalam hal ini Badan POM, yang berkaitan
dengan kualitas obat.

URAIAN TUGAS KEPALA BAGIAN PENGAWASAN MUTU

Jabatan : Kepala Bagian Pengawasan Mutu


Bagian : Urusan Mutu
Divisi : Pabrik
Melapor kepada : Ka.Bag. Urusan Mutu (Quality Operations)
Membawahi : Supervisor Laboratorium Kimia, Supervisor Laboratorium Instrumen
Supervisor Laboratorium Mikrobiologi, Supervisor Laboratorium
Pengujian Bahan Pengemas

Ruang Lingkup, Ketrampilan dan Kemampuan


Kepala Bagian Pengawasan Mutu harus seorang saintis dalam ilmu pengetahuan
alam dan seorang Apoteker, yang mempunyai pengalaman praktis di industri
farmasi paling sedikit 5 tahun dalam laboratorium analisis kimiawi, pengujian
mikrobiologis dan bahan pengemas, pengalaman dalam menyiapkan peralatan
laboratorium dan menggunakan metode termutakhir, kemampuan dalam meyiapkan
metode analisis, memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam CPOB, pengawasan
selama-proses dan pengujian stabilitas, kemampuan dalam pengelolaan dan
memotivasi karyawan serta ketrampilan dalam kepemimpinan.

Uraian Tugas
Meluluskan atau menolak bahan awal, bahan pengemas dan produk ruahan menurut
spesifikasi yang telah ditetapkan.

Tugas dan Tanggung Jawab


1. Menyetujui atau menolak bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk
ruahan dan produk jadi.
2. Memastikan bahwa seluruh pengujian yang diperlukan telah dilaksanakan.
3. Memberi persetujuan terhadap spesifikasi, petunjuk kerja pengambilan sampel,
metode pengujian dan prosedur pengawasan mutu lain.
4. Memberi persetujuan dan memantau semua kontrak analisis.
5. Memeriksa pemeliharaan bangunan dan fasilitas serta peralatan di Bagian
Pengawasan Mutu.
6. Memastikan bahwa validasi metode analisis yang tepat dilaksanakan.
7. Membantu Ka.Bag. Urusan Mutu (Quality Operations) untuk menyiapkan,
melaksanakan dan memantau penyelenggaraan program pelatihan personil
Pengawasan Mutu yang efektif.
8. Menyusun dan merevisi prosedur Pengawasan Mutu dan spesifikasi bahan atau
produk.
9. Menyiapkan instruksi tertulis yang rinci untuk melakukan tiap inspeksi, pengujian
dan analisis.
10. Menyusun rancangan dan prosedur pengambilan sampel secara tertulis.
11. Memastikan pemberian label yang benar pada wadah bahan dan produk.
12. Menyimpan sampel pertinggal untuk rujukan di kemudian hari.
13. Melakukan evaluasi stabilitas semua produk jadi secara berlanjut dan bahan awal
jika diperlukan, serta menyiapkan prosedur penyimpanan bahan dan produk di
dalam Pabrik berdasarkan data stabilitasnya.
14. Menetapkan tanggal daluwarsa dan batas waktu penggunaan bahan awal dan produk
jadi berdasarkan data stabilitasnya serta kondisi penyimpanannya.
15. Berperan serta dan / atau memberikan bantuan dalam pelaksanaan program validasi
di semua Bagian.
16. Menyediakan baku pembanding sekunder sesuai spesifikasi yang terdapat pada
prosedur pengujian yang berlaku dan menyimpan baku pembanding pada kondisi
yang tepat.
17. Menyimpan catatan hasil pengujian semua sampel yang diambil.
18. Melakukan evaluasi produk kembalian dan menetapkan apakah produk tersebut
dapat digunakan langsung atau diproses ulang atau harus dimusnahkan.
19. Turut melaksanakan inspeksi CPOB dan menyiapkan rencana perbaikan serta
realisasinya.
20. Memberikan rekomendasi kegiatan pembuatan dan analisis atas dasar kontrak
setelah melakukan evaluasi kemampuan kontraktor yang bersangkutan membuat
produk yang memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan Perusahaan.
21. Bertanggung jawab bersama Ka.Bag. Produksi dan Ka.Bag. Pemastian Mutu untuk
mengotorisasi prosedur tertulis dan dokumen lain, termasuk amandemennya yang
diperlukan dalam pengawasan mutu.
22. Turut serta dalam pemantauan dan pengendalian lingkungan pembuatan obat sesuai
Protap.
23. Turut serta dalam pelaksanaan validasi di Bagian lain.
24. Membantu Ka.Bag. Urusan Mutu (Quality Operations) untuk menyiapkan,
melaksanakan dan memantau penyelenggaraan program pelatihan yang efektif bagi
personil Pengawasan Mutu dan personil Bagian lain yang memerlukan.
25. Bertanggung jawab bersama Ka.Bag. Pemastian Mutu terhadap persetujuan dan
pemantauan pemasok bahan.
26. Bertanggung jawab bersama Ka.Bag. Pemastian Mutu terhadap persetujuan dan
pemantauan analisis atas dasar kontrak.
27. Bertanggung jawab bersama Ka.Bag. Pemastian Mutu atas sampel representatif dan
penyimpanan sampel pertinggal dan dokumen Pengawasan Mutu yang rapi.
28. Bertanggung jawab bersama Ka.Bag. Pemastian Mutu melakukan inspeksi,
penyelidikan dan pengambilan sampel, yang diperlukan untuk penentuan faktor
yang mungkin berdampak terhadap mutu produk.
29. Membantu Ka.Bag. Urusan Mutu dalam menyiapkan, melaksanakan dan memantau
penyelenggaraan program pelatihan pengawasan mutu yang efektif.
30. Bertanggung jawab dalam menilai dan mengusulkan semua peralatan laboratorium
yang akan digunakan dalam bidang kerjanya kepada Ka.Bag. Urusan Mutu.
31. Berinteraksi dengan Bagian Produksi yang berkaitan dalam rangka penyelenggaraan
pengawasan selama-proses, dan pengambilan keputusan.
32. Bertanggung jawab terhadap kecepatan arus formulir di area kerjanya kepada
bagian-bagian yang berkaitan dalam proses bisnis.
33. Bertanggung jawab dalam penerapan "Cara Berlaboratorium Pengawasan Mutu
yang Baik".
34. Bertanggung jawab dalam penentuan dan penerapan peraturan keselamatan dan
kesehatan kerja dalam Pengawasan Mutu.
35. Menjaga komunikasi yang efektif di seluruh jajaran Pengawasan Mutu.
36. Menciptakan moral kerja personil Pengawasan Mutu yang tinggi, lingkungan kerja
yang baik dan kesempatan untuk mengembangkan diri.
37. Bertanggung jawab untuk menjaga moral kerja yang tinggi, kemampuan,
pengembangan dan pelatihan serta melakukan evaluasi tahunan atas semua personil
Pengawas Mutu.
38. Membuat laporan bulanan sesuai jadwal yang ditetapkan.
39. Membuat anggaran tahunan untuk Bagian Pengawasan Mutu sesuai jadwal yang
ditetapkan.
40. Mengusahakan perbaikan biaya Pengawasan Mutu.

Hubungan Kerja ke Luar


 Menjaga hubungan kerja yang baik dengan Ka.Bag. Pemastian Mutu, Kepala
Bagian Pengawasan Mutu, Kepala Bagian Teknik dan Kepala Bagian PPIC.

URAIAN TUGAS KEPALA BAGIAN PEMASTIAN MUTU

Jabatan : Kepala Bagian Pemastian Mutu


Bagian : Pemastian Mutu
Divisi : Pabrik
Melapor kepada : Kepala Bagian Urusan Mutu (Quality Operations)
Membawahi : Inspektur Pengawasan Selama-Proses Ka.Bag. Dokumentasi

Pengetahuan, Ketrampilan dan Kemampuan


Kepala Bagian Pemastian Mutu harus seorang Apoteker Terdaftar dengan
pengalaman praktis paling sedikit 5 tahun bekerja di industri farmasi, memiliki
pengalaman dan pengetahuan di bidang pembuatan obat serta pengujian fisis dan
analisis kimia, pengetahuan mengenai peralatan yang digunakan dalam pembuatan
obat dan laboratorium terkini, CPOB baik nasional maupun internasional,
penguasaan bahasa Inggris yang baik dan ketrampilan dalam kepemimpinan yang
dibuktikan dengan sertifikasi lembaga yang ditunjuk.
Uraian Tugas
1. Memantau kinerja sistem mutu dan prosedur serta menilai efektifitasnya, dan
mendorong perbaikan.
2. Melakukan penilaian terhadap keluhan teknik farmasi dan mengambil keputusan
serta tindakan atas hasil penilaian, bila perlu bekerja sama dengan Bagian lain.
3. Memastikan penyelenggaraan validasi proses pembuatan dan sistem pelayanan.
4. Memastikan pengelolaan penyimpangan berdampak pada mutu termasuk
penyimpangan bets.
5. Memastikan penerapan sistem pengendalian perubahan dan menyetujui perubahan.
6. Melakukan pelulusan akhir atau penolakan obat jadi .

Tugas dan Tanggung Jawab


1. Ikut serta dalam atau memprakarsai pembentukan manual mutu perusahaan.
2. Memprakarsai dan memimpin audit internal atau inspeksi diri berkala.
3. Mendampingi tim audit Badan POM dan mengoordinasikan tindakan / tanggapan
terhadap temuan.
4. Mendampingi auditor eksternal dan mengoordinasikan tindakan / tanggapan
terhadap temuan.
5. Melakukan pengawasan terhadap fungsi bagian Pengawasan Mutu.
6. Memprakarsai dan berpartisipasi dalam pelaksanaan audit eksternal (audit terhada
pemasok, pembuat obat dan lab. berdasarkan kontrak).
7. Memprakarsai dan berpartisipasi dalam program validasi.
8. Memastikan pemenuhan persyaratan teknik atau peraturan Badan POM yang
berkaitan dengan mutu produk jadi.
9. Mengevaluasi / mengkaji catatan bets.
10. Meluluskan atau menolak produk jadi untuk penjualan dengan mempertimbangkan
semua faktor terkait.
11. Mengevaluasi dan mengotorisasi semua prosedur tertulis dan dokumen lain, yang
berkaitan dengan / berdampak pada mutu produk, termasuk amandemen.
12. Bersama Bagian Produksi dan Bagian Teknis bertanggung jawab dalam pemantauan
dan pengendalian lingkungan pembuatan obat.
13. Menetapkan dan memantau pelaksanaan higiene / sanitasi / kebersihan di pabrik.
14. Mengevaluasi protokol dan laporan kualifikasi / validasi serta menyetujui /
mengotorisasinya bersama bagian-bagian bersangkutan.
15. Bersama Ka.Bag. lain menyiapkan dan mengotorisasi, melaksanakan dan memantau
penyelenggaraan program pelatihan personil yang efektif.
16. Memberikan persetujuan dan melakukan pemantauan terhadap pemasok bahan.
17. Memberi persetujuan dan melakukan pemantauan terhadap pembuat obat dan
analisis berdasarkan kontrak.
18. Mengotorisasi penetapan dan bersama Bagian Produksi melakukan pemantauan
kondisi penyimpanan bahan dan produk.
19. Menentukan dan mengawasi penerapan sistem penyimpanan catatan dari semua
kegiatan.
20. Melakukan pemantauan pemenuhan terhadap persyaratan CPOB.
21. Bertanggung jawab bersama Kepala Bagian Pemastian Mutu melakukan inspeksi,
penyelidikan dan pengambilan sampel, yang diperlukan untuk penentuan faktor
yang mungkin berdampak terhadap mutu produk.
22. Memberikan persetujuan terhadap pengolahan ulang setelah mengidentifikasikan
tindakan korektif dan preventif untuk menghindarkan pengulangan insiden.
23. Membantu Kepala Bagian Urusan Mutu (Quality Operations) dan Urusan Medikal
(Medical Affairs) menangani semua keluhan mengenai mutu.
24. Membantu Kepala Bagian Urusan Mutu (Quality Operations) melaksanakan
penarikan kembali obat.
25. Memberikan persetujuan akhir terhadap seluruh perubahan bersangkutan dengan
sistem, dokumen, produk, bangunan dan sarana penunjang.
26. Melakukan Pengkajian Mutu Produk (PMP) sesuai jadwal yang ditetapkan.

Hubungan Kerja ke Luar


 Menjaga hubungan kerja yang baik dengan Kepala Bagian Produksi, Kepala
Bagian Pengawasan Mutu, Kepala Bagian Teknik dan Kepala Bagian
Perencanaan & Pengadaan Bahan serta Kepala Bagian Pemasaran.
 Berhubungan dengan Pemerintah, dalam hal ini Badan POM, yang berkaitan
dengan kualitas obat.

3.2 Aspek- aspek CPOB

a. Pengawasan Mutu

Pengawasan Mutu adalah bagian dari CPOB yang berhubungan dengan


pengambilan sampel, spesifikasi dan pengujian, serta dengan organisasi, dokumentasi
dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa pengujian yang diperlukan dan
relevan telah dilakukan dan bahwa bahan yang belum diluluskan tidak digunakan
serta produk yang belum diluluskan tidak dijual atau dipasok sebelum mutunya dinilai
dan dinyatakan memenuhi syarat. Setiap industri farmasi hendaklah mempunyai
fungsi Pengawasan Mutu. Fungsi ini hendaklah independen dari bagian lain. Sumber
daya yang memadai hendaklah tersedia untuk memastikan bahwa semua fungsi
Pengawasan Mutu dapat dilaksanakan secara efektif dan dapat diandalkan.
Persyaratan dasar dari Pengawasan Mutu adalah bahwa:

a. sarana dan prasarana yang memadai, personil yang terlatih dan


prosedur yang disetujui tersedia untuk pengambilan sampel,
pemeriksaan dan pengujian bahan awal, bahan pengemas, produk
antara, produk ruahan dan produk jadi, dan bila perlu untuk
pemantauan lingkungan sesuai dengan tujuan CPOB

b. pengambilan sampel bahan awal, bahan pengemas, produk antara,


produk ruahan dan produk jadi dilakukan oleh personil dengan
metode yang disetujui oleh Pengawasan Mutu

c. metode pengujian disiapkan dan divalidasi

d. pencatatan dilakukan secara manual atau dengan alat pencatat


selama pembuatan yang menunjukkan bahwa semua langkah yang
dipersyaratkan dalam prosedur pengambilan sampel, inspeksi dan
pengujian benar-benar telah dilaksanakan. Tiap penyimpangan
dicatat secara lengkap dan diinvestigasi

e. produk jadi berisi zat aktif dengan komposisi secara kualitatif dan
kuantitatif sesuai dengan yang disetujui pada saat pendaftaran, dengan
derajat kemurnian yang dipersyaratkan serta dikemas dalam wadah
yang sesuai dan diberi label yang benar

f. dibuat catatan hasil pemeriksaan dan analisis bahan awal, bahan


pengemas, produk antara, produk ruahan, dan produk jadi secara
formal dinilai dan dibandingkan terhadap spesifikasi

g. sampel pertinggal bahan awal dan produk jadi disimpan dalam


jumlah yang cukup untuk dilakukan pengujian ulang bila perlu.
Sampel produk jadi disimpan dalam kemasan akhir kecuali untuk
kemasan yang besar.

Pengawasan Mutu secara menyeluruh juga mempunyai tugas lain, antara lain
menetapkan, memvalidasi dan menerapkan semua prosedur pengawasan mutu,
mengevaluasi, mengawasi, dan menyimpan baku pembanding, memastikan kebenaran
label wadah bahan dan produk, memastikan bahwa stabilitas dari zat aktif dan produk
jadi dipantau, mengambil bagian dalam investigasi keluhan yang terkait dengan mutu
produk, dan ikut mengambil bagian dalam pemantauan lingkungan. Semua kegiatan
tersebut hendaklah dilaksanakan sesuai dengan prosedur tertulis dan dicatat. Personil
Pengawasan Mutu hendaklah memiliki akses ke area produksi untuk melakukan
pengambilan sampel dan investigasi bila diperlukan.

b. Pengkajian Mutu Produk

Pengkajian mutu produk secara berkala hendaklah dilakukan terhadap semua


obat terdaftar, termasuk produk ekspor, dengan tujuan untuk membuktikan
konsistensi proses, kesesuaian dari spesifikasi bahan awal, bahan pengemas dan
produk jadi, untuk melihat tren dan mengidentifikasi perbaikan yang diperlukan untuk
produk dan proses. Pengkajian mutu produk secara berkala biasanya dilakukan tiap
tahun dan didokumentasikan, dengan mempertimbangkan hasil kajian ulang
sebelumnya dan hendaklah meliputi paling sedikit:

a) kajian terhadap bahan awal dan bahan pengemas yang digunakan untuk
produk, terutama yang dipasok dari sumber baru;
b) kajian terhadap pengawasan selama- proses yang kritis dan hasil pengujian
produk jadi;
c) kajian terhadap semua bets yang tidak memenuhi spesifikasi yang
ditetapkan dan investigasi yang dilakukan;
d) kajian terhadap semua penyim- pangan atau ketidaksesuaian yang
signifikan, dan efektivitas hasil tindakan perbaikan dan pencegahan;
e) kajian terhadap semua perubahan yang dilakukan terhadap proses atau
metode analisis;
f) kajian terhadap variasi yang diajukan, disetujui, ditolak dari dokumen
registrasi yang telah disetujui termasuk dokumen registrasi untuk produk
ekspor;
g) kajian terhadap hasil program pemantauan stabilitas dan segala tren yang
tidak diinginkan;
h) kajian terhadap semua produk kembalian, keluhan dan penarikan obat yang
terkait dengan mutu produk, termasuk investigasi yang telah dilakukan;
i) kajian kelayakan terhadap tindakan perbaikan proses produk atau peralatan
yang sebelumnya;
j) kajian terhadap komitmen pasca pemasaran dilakukan pada obat yang baru
mendapatkan persetujuan pendaftaran dan variasi persetujuan pendaftaran;
k) status kualifikasi peralatan dan sarana yang relevan misal sistem tata udara
(HVAC), air, gas bertekanan, dan lain-lain; dan
l) kajian terhadap Kesepakatan Teknis untuk memastikannya selalu mutakhir.
Industri farmasi hendaklah melakukan evaluasi terhadap hasil kajian, dan
suatu penilaian hendaklah dibuat untuk menentukan apakah tindakan
perbaikan dan pencegahan ataupun validasi ulang hendaklah dilakukan.
Alasan tindakan perbaikan hendaklah didokumentasikan. Tindakan
pencegahan dan perbaikan yang telah disetujui hendaklah diselesaikan secara
efektif dan tepat waktu. Hendaklah tersedia prosedur manajemen untuk
manajemen yang sedang berlangsung dan pengkajian aktivitas serta efektivitas
prosedur tersebut yang diverifikasi pada saat inspeksi diri. Bila dapat
dibenarkan secara ilmiah, pengkajian mutu dapat dikelompokkan menurut
jenis produk, misal sediaan padat, sediaan cair, produk steril, dan lain-lain.

c. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan


sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Oleh sebab
itu industri farmasi bertanggung-jawab untuk menyediakan personil yang
terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tiap
personil hendaklah memahami tanggung jawab masing-masing dan dicatat. Seluruh
personil hendaklah memahami prinsip CPOB dan memperoleh pelatihan awal dan
berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene yang berkaitan dengan
pekerjaan.

Industri farmasi hendaklah memiliki personil yang terkualifikasi dan


berpengalaman praktis dalam jumlah yang memadai. Tiap personil tidak dibebani
tanggung jawab yang berlebihan untuk menghindari risiko terhadap mutu obat.

Industri farmasi harus memiliki struktur organisasi. Tugas spesifik dan


kewenangan dari personil pada posisi penanggungjawab hendaklah dicantumkan
dalam uraian tugas tertulis. Tugas mereka boleh didelegasikan kepada wakil yang
ditunjuk serta mempunyai tingkat kualifikasi yang memadai.

Hendaklah aspek penerapan CPOB tidak ada yang terlewatkan ataupun


tumpang tindih dalam tanggung jawab yang tercantum pada uraian tugas
d. Bangunan dan Fasilitas

Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain,


konstruksi dan letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat dengan
baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan desain
ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil risiko terjadinya
kekeliruan, pencemaran-silang dan kesalahan lain, dan memudahkan pembersihan,
sanitasi dan perawatan yang efektif untuk menghindari pencemaran-silang,
penumpukan debu atau kotoran, dan dampak lain yang dapat menurunkan mutu obat

. Letak bangunan hendaklah sedemikian rupa untuk menghindari pencemaran


dari lingkungan sekelilingnya, seperti pencemaran dari udara, tanah dan air serta dari
kegiatan industri lain yang berdekatan. Apabila letak bangunan tidak sesuai,
hendaklah diambil tindakan pencegahan yang efektif terhadap pencemaran tersebut.

Bangunan dan fasilitas hendaklah dikonstruksi, dilengkapi dan dirawat dengan


tepat agar memperoleh perlindungan maksimal dari pengaruh cuaca, banjir, rembesan
dari tanah serta masuk dan bersarangnya serangga, burung, binatang pengerat, kutu
atau hewan lain. Hendaklah tersedia prosedur untuk pengendalian binatang pengerat
dan hama. Bangunan dan fasilitas hendaklah dirawat dengan cermat. Bangunan serta
fasilitas hendaklah dibersihkan dan, dimana perlu, didisinfeksi sesuai prosedur tertulis
yang rinci. Catatan pembersihan dan disinfeksi hendaklah disimpan.

Seluruh bangunan dan fasilitas termasuk area produksi, laboratorium, area


penyimpanan, koridor dan lingkungan sekeliling bangunan hendaklah dirawat dalam
kondisi bersih dan rapi. Kondisi bangunan hendaklah ditinjau secara teratur dan
diperbaiki di mana perlu. Perbaikan dan perawatan bangunan dan fasilitas hendaklah
dilakukan hati-hati agar kegiatan tersebut tidak memengaruhi mutu obat pasokan.

Tenaga listrik, lampu penerangan, suhu, kelembaban dan ventilasi hendaklah


tepat agar tidak mengakibatkan dampak yang merugikan baik secara langsung
maupun tidak langsung terhadap produk selama proses pembuatan dan penyimpanan,
atau terhadap ketepatan / ketelitian fungsi dari peralatan. 3.6. Desain dan tata letak
ruang hendaklah memastikan :

a) kompatibilitas dengan kegiatan produksi lain yang mungkin dilakukan di


dalam sarana yang sama atau sarana yang berdampingan;

b) pencegahan area produksi dimanfaatkan sebagai jalur lalu lintas umum


bagi personil dan bahan atau produk, atau sebagai tempat penyimpanan bahan
atau produk selain yang sedang diproses.

Tindakan pencegahan hendaklah diambil untuk mencegah masuknya personil


yang tidak berkepentingan. Area produksi, area penyimpanan dan area pengawasan
mutu tidak boleh digunakan sebagai jalur lalu lintas bagi personil yang tidak bekerja
di area tersebut. Kegiatan di bawah ini hendaklah dilakukan di area yang ditentukan:
¾ penerimaan bahan; ¾ karantina barang masuk; ¾ penyimpanan bahan awal dan
bahan pengemas; ¾ penimbangan dan penyerahan bahan atau produk; ¾ pengolahan;
¾ pencucian peralatan ¾ penyimpanan peralatan; ¾ penyimpanan produk ruahan; ¾
pengemasan; ¾ karantina produk jadi sebelum memperoleh pelulusan akhir; ¾
pengiriman produk; dan ¾ laboratorium pengawasan mutu.

AREA PENIMBANGAN

Penimbangan bahan awal dan perkiraan hasil nyata produk dengan cara
penimbangan hendaklah dilakukan di area penimbangan terpisah yang didesain
khusus untuk kegiatan tersebut. Area ini dapat menjadi bagian dari area penyimpanan
atau area produksi.

AREA PRODUKSI

Untuk memperkecil risiko bahaya medis yang serius akibat terjadinya


pencemaran-silang, suatu sarana khusus dan self-contained hendaklah disediakan
untuk produksi obat tertentu seperti produk yang dapat menimbulkan sensitisasi
tinggi. Produk lain seperti antibiotik tertentu (misal: penisilin), produk hormon seks,
produk sitotoksik, produk tertentu dengan bahan aktif berpotensi tinggi, produk
biologi (misal: yang berasal dari mikroorganisme hidup) dan produk non-obat
hendaklah diproduksi di bangunan terpisah.

Pembuatan produk yang diklasifikasikan sebagai racun seperti pestisida dan


herbisida tidak boleh dilakukan di sarana produksi obat. Tata-letak ruang produksi
sebaiknya dirancang sedemikian rupa untuk:

a) memungkinkan kegiatan produksi dilakukan di area yang saling


berhubungan antara satu ruangan dengan ruangan lain mengikuti urutan tahap
produksi dan menurut kelas kebersihan yang dipersyaratkan

b) mencegah kesesakan dan ketidakteraturan;

c) memungkinkan terlaksananya komunikasi dan pengawasan yang efektif.

Luas area kerja dan area penyimpanan bahan atau produk yang sedang dalam
proses hendaklah memadai untuk memungkinkan penempatan peralatan dan bahan
secara teratur dan sesuai dengan alur proses, sehingga dapat memperkecil risiko
terjadi kekeliruan antara produk obat atau komponen obat yang berbeda, mencegah
pencemaransilang dan memperkecil risiko terlewatnya atau salah melaksanakan
tahapan proses produksi atau pengawasan.

Permukaan dinding, lantai dan langitlangit bagian dalam ruangan di mana


terdapat bahan baku dan bahan pengemas primer, produk antara atau produk ruahan
yang terpapar ke lingkungan hendaklah halus, bebas retak dan sambungan terbuka,
tidak melepaskan partikulat, serta memungkinkan pelaksanaan pembersihan (bila
perlu disinfeksi) yang mudah dan efektif.
Konstruksi lantai di area pengolahan hendaklah dibuat dari bahan kedap air,
permukaannya rata dan memungkinkan pembersihan yang cepat dan efisien apabila
terjadi tumpahan bahan. Sudut antara dinding dan lantai di area pengolahan hendaklah
berbentuk lengkungan.

Pipa, fiting lampu, titik ventilasi dan instalasi sarana penunjang lain hendaklah
dirancang dan dipasang sedemikian rupa untuk menghindari terbentuknya ceruk yang
sulit dibersihkan. Untuk kepentingan perawatan, sedapat mungkin instalasi sarana
penunjang seperti ini hendaklah dapat dijangkau dari luar area pengolahan.

Pipa yang terpasang di dalam ruangan tidak boleh menempel pada dinding
tetapi digantungkan dengan menggu nakan siku-siku pada jarak cukup untuk
memudahkan pembersihan menyeluruh. Pemasangan rangka atap, pipa dan saluran
udara di dalam ruangan hendaklah dihindari. Apabila tidak terhindarkan, maka
prosedur dan jadwal pembersihan instalasi tersebut hendaklah dibuat dan diikuti.

Lubang udara masuk dan keluar serta pipa-pipa dan salurannya hendaklah
dipasang sedemikian rupa untuk mencegah pencemaran terhadap produk. 3.20
Saluran pembuangan air hendaklah cukup besar, dirancang dan dilengkapi dengan bak
kontrol serta ventilasi yang baik untuk mencegah aliran balik. Sedapat mungkin
saluran terbuka dicegah tetapi bila perlu hendaklah cukup dangkal untuk
memudahkan pembersihan dan disinfeksi.

Area produksi hendaklah diventilasi secara efektif dengan menggunakan


sistem pengendali udara termasuk filter udara dengan tingkat efisiensi yang dapat
mencegah pencemaran dan pencemaran-silang, pengendali suhu dan, bila perlu,
pengendali kelembaban udara sesuai kebutuhan produk yang diproses dan kegiatan
yang dilakukan di dalam ruangan dan dampaknya terhadap lingkungan luar pabrik.
Area produksi hendaklah dipantau secara teratur baik selama ada maupun tidak ada
kegiatan produksi untuk memastikan pemenuhan terhadap spesifikasi yang dirancang
sebelumnya.

Area di mana dilakukan kegiatan yang menimbulkan debu misalnya pada saat
pengambilan sampel, penimbangan bahan atau produk, pencampuran dan pengolahan
bahan atau produk, pengemasan produk serbuk, memerlukan sarana penunjang khusus
untuk mencegah pencemaran-silang dan memudahkan pembersihan.

Tata letak ruang area pengemasan hendaklah dirancang khusus untuk


mencegah campur baur atau pencemaran-silang. Area produksi hendaklah mendapat
penerangan yang memadai, terutama di mana pengawasan visual dilakukan pada saat
proses berjalan.

Pengawasan-selama-proses dapat dilakukan di dalam area produksi sepanjang


kegiatan tersebut tidak menimbulkan risiko terhadap produksi obat. Pintu area
produksi yang berhubungan langsung ke lingkungan luar, seperti pintu bahaya
kebakaran, hendaklah ditutup rapat. Pintu tersebut hendaklah diamankan sedemikian
rupa sehingga hanya dapat digunakan dalam keadaan darurat sebagai pintu ke luar.
Pintu di dalam area produksi yang berfungsi sebagai barier terhadap
pencemaransilang hendaklah selalu ditutup apabila sedang tidak digunakan.

e. Area Penyimpanan

Area penyimpanan hendaklah memiliki kapasitas yang memadai untuk


menyimpan dengan rapi dan teratur berbagai macam bahan dan produk seperti bahan
awal dan bahan pengemas, produk antara, produk ruahan dan produk jadi, produk
dalam status karantina, produk yang telah diluluskan, produk yang ditolak, produk
yang dikembalikan atau produk yang ditarik dari peredaran.Area penyimpanan
hendaklah didesain atau disesuaikan untuk menjamin kondisi penyimpanan yang baik;
terutama area tersebut hendaklah bersih, kering dan mendapat penerangan yang cukup
serta dipelihara dalam batas suhu yang ditetapkan.

Apabila kondisi penyimpanan khusus (misal suhu, kelembaban) dibutuhkan,


kondisi tersebut hendaklah disiapkan, dikendalikan, dipantau dan dicatat di mana
diperlukan. Area penerimaan dan pengiriman barang hendaklah dapat memberikan
perlindungan bahan dan produk terhadap cuaca. Area penerimaan hendaklah didesain
dan dilengkapi dengan peralatan yang sesuai untuk kebutuhan pembersihan wadah
barang bila perlu. Apabila status karantina dipastikan dengan cara penyimpanan di
area terpisah, maka area tersebut harus diberi penandaan yang jelas dan akses ke area
tersebut terbatas bagi personil yang berwenang. Sistem lain untuk menggantikan
sistem karantina barang secara fisik hendaklah memberi pengamanan yang setara.

Hendaklah disediakan area terpisah dengan lingkungan yang terkendali untuk


pengambilan sampel bahan awal. Apabila kegiatan tersebut dilakukan di area
penyimpanan, maka pengambilan sampel hendaklah dilakukan sedemikian rupa untuk
mencegah pencemaran atau pencemaran silang. Prosedur pembersihan yang memadai
bagi ruang pengambilan sampel hendaklah tersedia. Area terpisah dan terkunci
hendaklah disediakan untuk penyimpanan bahan dan produk yang ditolak, atau yang
ditarik kembali atau yang dikembalikan.

Bahan aktif berpotensi tinggi dan bahan radioaktif, narkotik, obat berbahaya
lain, dan zat atau bahan yang mengandung risiko tinggi terhadap penyalahgunaan,
kebakaran atau ledakan hendaklah disimpan di area yang terjamin keamanannya. Obat
narkotik dan obat berbahaya lain hendaklah disimpan di tempat terkunci. 3.35 Bahan
pengemas cetakan merupakan bahan yang kritis karena menyatakan kebenaran produk
menurut penandaannya. Perhatian khusus hendaklah diberikan dalam penyimpanan
bahan ini agar terjamin keamanannya. Bahan label hendaklah disimpan di tempat
terkunci.

f. Area Pengawasan Mutu

Laboratorium pengawasan mutu hendaklah terpisah dari area produksi. Area


pengujian biologi, mikrobiologi dan radioisotop hendaklah dipisahkan satu dengan
yang lain. 3.37 Laboratorium pengawasan mutu hendaklah didesain sesuai dengan
kegiatan yang dilakukan. Luas ruang hendaklah memadai untuk mencegah campur
baur dan pencemaran silang. Hendaklah disediakan tempat penyimpanan dengan luas
yang memadai untuk sampel, baku pembanding (bila perlu dengan kondisi suhu
terkendali), pelarut, pereaksi dan catatan. 3.38 Suatu ruangan yang terpisah mungkin
diperlukan untuk memberi perlindungan instrumen terhadap gangguan listrik, getaran,
kelembaban yang berlebihan dan gangguan lain, atau bila perlu untuk mengisolasi
instrumen. 3.39 Desain laboratorium hendaklah memerhatikan kesesuaian bahan
bangunan yang dipakai, ventilasi dan pencegahan terhadap asap. Pasokan udara ke
laboratorium hendaklah dipisahkan dari pasokan ke area produksi. Hendaklah
dipasang unit pengendali udara yang terpisah untuk masing-masing laboratorium
biologi, mikrobiologi dan radioisotop.

g. Peralatan

Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi


yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan tepat,
agar mutu obat terjamin sesuai desain serta seragam dari bets ke bets dan untuk
memudahkan pembersihan serta perawatan. Desain dan konstruksi peralatan
hendaklah memenuhi persyaratan sebagai berikut:

 peralatan hendaklah didesain dan dikonstruksikan sesuai dengan


tujuannya

 permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan awal, produk


antara atau produk jadi tidak boleh menimbulkan reaksi, adisi atau
absorbsi yang dapat memengaruhi identitas, mutu atau kemurnian di
luar batas yang ditentukan

 bahan yang diperlukan untuk pengoperasian alat khusus, misalnya


pelumas atau pendingin tidak boleh bersentuhan dengan bahan yang
sedang diolah sehingga tidak memengaruhi identitas, mutu atau
kemurnian bahan awal, produk antara ataupun produk jadi;

 peralatan tidak boleh merusak produk akibat katup bocor, tetesan


pelumas dan hal sejenis atau karena perbaikan, perawatan, modifikasi
dan adaptasi yang tidak tepat;

 peralatan hendaklah didesain sedemikian rupa agar mudah


dibersihkan. Peralatan tersebut hendaklah dibersihkan sesuai prosedur
tertulis yang rinci serta disimpan

 Peralatan hendaklah ditempatkan sedemikian rupa untuk memperkecil kemungkinan


terjadinya pencemaran silang antar bahan di area yang sama. Peralatan hendaklah
dipasang sedemikian rupa untuk menghindari risiko kekeliruan atau pencemaran.
 Peralatan satu sama lain hendaklah ditempatkan pada jarak yang cukup untuk
menghindari kesesakan serta memastikan tidak terjadi kekeliruan dan campur-baur
produk.

 Semua sabuk (belt) dan pulley mekanis terbuka hendaklah dilengkapi dengan
pengaman.

 Air, uap dan udara bertekanan atau vakum serta saluran lain hendaklah dipasang
sedemikian rupa agar mudah diakses pada tiap tahap proses. Pipa hendaklah diberi
penandaan yang jelas untuk menunjukkan isi dan arah aliran.

 Tiap peralatan utama hendaklah diberi tanda dengan nomor identitas yang jelas.
Nomor ini dicantumkan di dalam semua perintah dan catatan bets untuk
menunjukkan unit atau peralatan yang digunakan pada pembuatan bets tersebut
kecuali bila peralatan tersebut hanya digunakan untuk satu jenis produk saja. 4.17
Peralatan yang rusak, jika memungkinkan, hendaklah dikeluarkan dari area produksi
dan pengawasan mutu, atau setidaknya, diberi penandaan yang jelas.

h. Validasi

Studi validasi hendaklah memperkuat pelaksanaan CPOB dan dilakukan


sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Hasil validasi dan kesimpulan
hendaklah dicatat. Apabila suatu formula pembuatan atau metode preparasi baru
diadopsi, hendaklah diambil langkah untuk membuktikan prosedur tersebut cocok
untuk pelaksanaan produksi rutin, dan bahwa proses yang telah ditetapkan dengan
menggunakan bahan dan peralatan yang telah ditentukan, akan senantiasa
menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu.

Perubahan signifikan terhadap proses pembuatan termasuk perubahan


peralatan atau bahan yang dapat memengaruhi mutu produk dan atau reprodusibilitas
proses hendaklah divalidasi. Hendaklah secara kritis dilakukan revalidasi secara
periodik untuk memastikan bahwa proses dan prosedur tetap mampu mencapai hasil
yang diinginkan.

i. Pengembalian

Semua bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan yang
dikembalikan ke gudang penyimpanan hendaklah didokumentasikan dengan benar
dan direkonsiliasi.Bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan
hendaklah tidak dikembalikan ke gudang penyimpanan kecuali memenuhi spesifikasi
yang telah ditetapkan.
3.3 Alur Proses Produksi Sediaan Emulsi

A. Hal- hal yang harus di perhatikan sebelum produksi


1. Ruang produksi harus tetap terjaga kebersihan, dimana kegiatanpembersihan
dilakukan tiap pagi sebelum dimulai kegiatan produksidan sore hari sesudah
selesai kegiatan produksi.
2. Temperatur dan kelembaban tiap ruangan produksi diatur sedemikan rupa
menggunakan Air Handling Unit (AHU) yaitu AC sentral.
3. Peralatan yang digunakan harus dipastikan selalu dalam keadaan bersih sebelum
dan sesudah dilakukan kegiatan produksi.
4. Ruangan Produksi harus mendapat penerangan dan pertukaran udara yang cukup
agar kegiatan produksi berjalan lancar.

B. Proses Produksi

Produksi dilaksanakan setelah adanya SPK dari bagian PPPI ke


bagianproduksi, dan dilakukan produksi sesuai dengan protap yang telah ditetapkan
sertamendokumentasi setiap tindakan yang dilakukan selama produksi.

Emulsi mudah terkena kontaminasi terutama terhadap mikroba atau cemaran


lain selama proses pembuatan. Oleh karena itu, tindakan khusus harus diambil untuk
mencegah kontaminasi. Penggunaan sistem tertutup untuk produksi dan transfer
sangat dianjurkan; area produksi di mana produk atau wadah bersih tanpa tutup
terpapar ke lingkungan hendaklah diberi ventilasi yang efektif dengan udara yang
disaring.

Untuk melindungi produk terhadap kontaminasi disarankan memakai sistem


tertutup untuk pengolahan dan transfer. Tangki, wadah, pipa dan pompa yang
digunakan hendaklah didesain dan dipasang sedemikian rupa sehingga memudahkan
pembersihan dan bila perlu disanitasi. Dalam mendesain peralatan hendaklah
diperhatikan agar sesedikit mungkin adanya sambungan mati (dead-legs) atau ceruk di
mana residu dapat terkumpul dan menyebabkan perkembangbiakan mikroba.

Penggunaan peralatan dari kaca sedapat mungkin dihindarkan. Baja tahan


karat bermutu tinggi merupakan bahan pilihan untuk bagian peralatan yang
bersentuhan dengan produk. Kualitas kimia dan mikrobiologi air yang digunakan
hendaklah ditetapkan dan selalu dipantau. Perawatan sistem air hendaklah
diperhatikan untuk menghindarkan perkembangbiakan mikroba.

Sanitasi secara kimiawi pada sistem air hendaklah diikuti pembilasan yang
prosedurnya telah divalidasi agar sisa bahan sanitasi dapat dihilangkan secara efektif.
Mutu bahan yang diterima dalam tangki dari pemasok hendaklah diperiksa sebelum
dipindahkan ke dalam tangki penyimpanan. Perhatian hendaklah diberikan pada
transfer bahan melalui pipa untuk memastikan bahan tersebut ditransfer ke tujuan
yang benar.
Bahan yang mungkin melepaskan serat atau cemaran lain seperti kardus atau
palet kayu hendaklah tidak dimasukkan ke dalam area di mana produk atau wadah
bersih terpapar ke lingkungan. Apabila jaringan pipa digunakan untuk mengalirkan
bahan awal atau produk ruahan, hendaklah diperhatikan agar sistem tersebut mudah
dibersihkan. Jaringan pipa hendaklah didesain dan dipasang sedemikian rupa sehingga
mudah dibongkar dan dibersihkan.

Ketelitian sistem pengukur hendaklah diverifikasi. Tongkat pengukur hanya


boleh digunakan untuk bejana tertentu dan telah dikalibrasi untuk bejana yang
bersangkutan. Tongkat pengukur hendaklah terbuat dari bahan yang tidak bereaksi
dan tidak menyerap (misal: bukan kayu).

Perhatian hendaklah diberikan untuk mempertahankan homogenitas


campuran, suspensi dan produk lain selama pengisian. Proses pencampuran dan
pengisian hendaklah divalidasi. Perhatian khusus hendaklah diberikan pada awal
pengisian, sesudah penghentian dan pada akhir proses pengisian untuk memastikan
produk selalu dalam keadaan homogen.

ALUR PRODUKSI SEDIAAN EMULSI


ALAT-ALAT PRODUKSI

1. Penimbangan dan pencampuran (planetary mixer)

2. Pengisian (filling machine)

3. Penutupan botol (capping)


4. Labelling

5. Contoh sediaan jadi


C. Jalur Produksi

Setelah adanya perintah produksi dari PPPI, bagian produksi untuk meminta
bahan baku ke bagian gudang dengan surat perintah pengeluaran bahan baku dan
bahan pengemas, petugas gudang melakukan penimbangan atau penyerahan bahan
sesuai dengan yang ditulis pada SPPBB/SPPBK tersebut. Selama produksi
berlangsung, dibuat laporan proses produksi berlangsung, mulai dari penimbangan
bahan sampai pengemasan yang bertujuan untuk dokumentasi. Sehingga bila terjadi
kekeliruan ataupun kesalahan padaproses produksi, dapat segera diketahui pada
proses dimana keselahan tersebut terjadi dan diambil tindakan untuk mengatasi
permasalahan tersebut.

Laporan proses produksi membuat sediaan, No batch, besar batch, tahapan


proses, operator, tanggal, jam, hasil, pengawasan yang berguna untuk mengetahui
berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu batch sediaan.Laporan
proses produksi ini diisi oleh petugas yang melakukan suatu tahapan proses produksi
dan diketahui oleh supervisor produksi.

3.4 In Process Control produksi sediaan emulsi

Selama proses produksi berlangsung dilakukan pengawasan dalam proses


(InProcess Control/IPC). IPC yang dilakukan ada 2 macam , yaitu:

1. Dilakukan oleh pihak produksi, yaitu setiap 15 menit sekali dilakukan


pemeriksaan keseragaman bobot.
2. Dilakukan oleh pihak pengawasan mutu, antara lain: uji kekerasan,waktu hancur,
disolusi, friabilitas, keseragaman bobot dan kadar zatberkhasiat.Obat yang telah
selesai di produksi akan dilakukan pengemasan primerdibagian produksi yang
selanjutnya diserahkan kebagian pengemasan melaluipass box untuk dilakukan
pengemasan sekunder sampai dihasilkan obat jadi. Obatjadi yang telah selesai
dikemas, ditimbang dan dicatat selanjutnya dibuat permohonan periksa kebagian
pengawasan mutu untuk dilakukan finished packanalysis. Obat jadi yang lulus
pemeriksaan selanjutnya diserahkan ke gudangpenyimpanan obat jadi.
.

3.5 Distribusi
Cara distribusi obat yang baik adalah cara distribusi atau penyaluran obat dan atau
bahan obat yang bertujuan memastikan mutu sepanjang jalur distribusi atau penyaluran
sesuai persyaratan dan tujuan penggunaannya.
Secara umum distribusi obat dapat diartikan sebagai proses pemindahan barang
dari suatu tempat ke tempat lain seperti:

 Pemindahan dari supplier ke gudang pabrik (GP)


 Pemindahan dari GP ke unit produksi atau pemakai
 Pemindahan produk dari unit produksi ke GP
 Pemindahan dari GP ke gudang cabang pabrik( GCP)
 Pemindahan GP/GCP ke gudang distributor (GD)
 Pemindahan GD ke gudang cabang distributor (GCD)
 Pemindahan GD/GCD ke pengencer
 Pemindahan dari pengencer ke konsumen

Proses pemindahan tersebut dapat berlangsung cepat atau lama bahkan dapat
membutuhkan waktu beberapa hari tergantung jarak,kualitas transportasi seperti jalan dan
alat angkut, Selama proses pemindahan mutu dan jumlah barang harus tetap dapat
dipertahankan, karena itu alat angkut harus memiliki fasilitas untuk menjaga mutu dan
keamanan barang, Proses komunikasi dan administrasi juga merupakan faktor penting
dalam proses distribusi.
Ruang lingkup distribusi perbekalan farmasi, mencakup organisasi, personalia,
bangunan dan fasilitas, penanganan produk dan kontrol produk, pemusnahan produk,
dokumentasi, keluhan produk, penarikan kembali produk, penerimaan produk kembalian,
produk palsu, inspeksi diri serta kegiatan kontrak.

Distribusi dapat dilakukan dengan 2 cara:

1. Sentralisasi : seluruh kebutuhan user disuplai dari gudang pusat


2. Desentralisasi : seluruh kebutuhan user disuplai dari depo (satelit) yang berada
didekat atau disekitar user. Persediaan Depo display Gudang pusat
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

 Struktur organisasi industri farmasi hendaklah sedemikian rupa sehingga bagian


produksi, manajemen mutu (pemastian mutu)/pengawasan mutu dipimpin oleh orang
berbeda serta tidak saling bertanggung jawab satu terhadap yang lain

Ka.Bag. Produksi adalah seorang Apoteker Terdaftar dengan pengalaman praktis


paling sedikit 5 tahun bekerja di bagian produksi obat, memiliki pengalaman dan
pengetahuan di bidang pembuatan obat dan perencanaan produksi, pengetahuan
mengenai peralatan yang digunakan dalam pembuatan obat, CPOB, penguasaan bhs.
Inggris yang baik dan ketrampilan dalam kepemimpinan yang dibuktikan dengan
sertifikasi lembaga yang ditunjuk.bertanggung jawab atas pelaksanaan pembuatan
obat agar obat memenuhi spesifikasi kualitas yang ditetapkan dan dibuat sesuai
peraturan CPOB dalam batas dan biaya yang telah ditetapkan.
Kepala Bagian Pengawasan Mutu harus seorang saintis dalam ilmu pengetahuan alam
dan seorang Apoteker, yang mempunyai pengalaman praktis di industri farmasi paling
sedikit 5 tahun dalam laboratorium analisis kimiawi, pengujian mikrobiologis dan
bahan pengemas. Meluluskan atau menolak bahan awal, bahan pengemas dan produk
ruahan menurut spesifikasi yang telah ditetapkan.

Kepala Bagian Pemastian Mutu harus seorang Apoteker Terdaftar dengan


pengalaman praktis paling sedikit 5 tahun bekerja di industri farmasi, memiliki
pengalaman dan pengetahuan di bidang pembuatan obat serta pengujian fisis dan
analisis kimia, pengetahuan mengenai peralatan yang digunakan dalam pembuatan
obat dan laboratorium terkini, CPOB baik nasional maupun internasional, penguasaan
bahasa Inggris yang baik dan ketrampilan dalam kepemimpinan yang dibuktikan
dengan sertifikasi lembaga yang ditunjuk.

 Aspek CPOB pada proses produksi sediaan yang harus terpenuhi adalah pengawasan
mutu,pengkajian mutu produk, personalia, bangunan dan fasilitas, area penyimpanan,
area pengawasan mutu, peralatan, validasi dan pengembalian.
 Alur proses produksi sediaan emulsi dimulai dari pengecekan bahan baku dan zat
aktif, penimbangan bahan-bahan, pembuatan syrup,pencampuran bahan
aktif,pencampuran akhir, pengisian dan penutupan botol,labelling,pengemasan
sekunder,lalu menuju gudang obat jadi,setiap langkah harus ada pengecekan sesuai
langkah yg dilakukan
 IPC yang dilakukan ada 2 macam , yaitu:Dilakukan oleh pihak produksi, yaitu setiap
15 menit sekali dilakukan pemeriksaan keseragaman bobot dan Dilakukan oleh pihak
pengawasan mutu, antara lain: uji keseragaman bobot dan kadar zat berkhasiat. Obat
yang telah selesai di produksi akan dilakukan pengemasan primer dibagian produksi
yang selanjutnya diserahkan kebagian pengemasan melalui pass box untuk dilakukan
pengemasan sekunder sampai dihasilkan obat jadi. Obat jadi yang telah selesai
dikemas, ditimbang dan dicatat selanjutnya dibuat permohonan periksa kebagian
pengawasan mutu untuk dilakukan finished pack analysis. Obat jadi yang lulus
pemeriksaan selanjutnya diserahkan ke gudang penyimpanan obat jadi.
 IPC berguna untuk memastikan dan mengontrol bahwa setiap langkah-langkah
produksi berjalan dengan baik dan dapat mengetahui secara dini bila terjadi
penyimpangan,IPC berguna untuk memastikan bahwa emulsi yang telah diproduksi
aman dan efektif
BAB V

DAFTAR PUSTAKA

https://www.pom.go.id/new/files/pedoman/Pedoman_CPOB_6.pdf

https://sertifikasicdob.pom.go.id/sertifikasicdob/docs/PEDOMANTEKNISCDOB.pdf

Anief, Moh . 1993. Farmasetika. Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta

Depkes 1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Departemen Kesehatan RI. Jakarta

Lahman. L, dkk. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri edisi III. Universitas Indonesia :
Jakarta

Ansel , c howard. 1985. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Universitas Indonesia : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai