PENDAHULUAN
A. Industri Farmasi
Industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri
farmasi sebagai industri penghasil obat, dituntut untuk dapat menghasilkan obat yang
memenuhi persyaratan khasiat, keamanan dan mutu dalam dosis yang digunakan
untuk tujuan pengobatan. Karena menyangkut soal nyawa manusia, industri farmasi
dan produknya diatur secara ketat. Industri farmasi di Indonesia diberlakukan
persyaratan yang diatur dalam CPOB (Manajemen Industri Farmasi, 2007).
Perusahaan industri farmasi wajib memperoleh izin usaha industri farmasi. Menurut
Keputusan Menteri Kesehatan No.245/Menkes/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan
Tata Cara Pelaksanaan Pemberian Izin Usaha Industri Farmasi, untuk memperoleh
izin usaha farmasi diperlukan tahap persetujuan prinsip. Persetujuan prinsip diberikan
kepada pemohon untuk dapat langsung melakukan persiapan-persiapan, usaha
pembangunan, pengadaan pemasangan instalasi, dan produksi percobaan. Izin usaha
industri farmasi diberikan kepada pemohon yang telah siap berproduksi sesuai
persyaratan CPOB.
Industri farmasi wajib memenuhi persyaratan CPOB sesuai dengan ketentuan
Keputusan Menteri Kesehatan No.43/Menkes/SK/II/1998. Industri farmasi wajib
mempekerjakan sekurang-kurangnya dua orang apoteker warga negara Indonesia, satu
sebagai sebagai penangung jawab produksi dan lainnya sebagai penangung jawab
mutu. Industri farmasi yang telah memenuhi persyaratan CPOB diberikan sertifikat
CPOB.
B. CPOB
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) bertujuan untuk menjamin obat yang dibuat
secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan
penggunaannya. Pada pembuatan obat, pengendalian menyeluruh sangat esensial
untuk menjamin konsumen menerima obat yang bermutu tinggi. Pembuatan secara
sembarangan tidak dibenarkan bagi produk yang digunakan untuk menyelamatkan
jiwa, memulihkan kesehatan atau memelihara kesehatan.
Tidaklah cukup bila produk jadi hanya sekedar lulus dari serangkaian pengujian tetapi
yang lebih penting, mutu harus dibentuk ke dalam produk tersebut. Mutu obat
bergantung pada bahan awal, bahan pengemas, proses produksi dan pengendalian
mutu, bangunan, peralatan yang dipakai, dan personil yang terlibat (CPOB, 2006).
Aspek dalam CPOB 2006 meliputi:
1. Manajemen Mutu
Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar tercapai tujuan CPOB
dan tidak menimbulkan resiko yang membahayakan penggunanya karena tidak
aman, mutu rendah atau tidak efektif. Untuk mencapai tujuan tersebut maka
diperlukan manajemen mutu. Unsur dasar manajemen mutu adalah:
Infrastruktur atau sistem mutu yang tepat, mencakup struktur organisasi,
prosedur, proses, dan sumber daya.
Tindakan sistematis diperlukan untuk mendapatkan kepastian dengan
tingkat kepercayaan tinggi, sehingga produk yang dihasilkan akan selalu
memenuhi persyaratan yang ditetapkan (CPOB, 2006).
Dari unsur diatas, sistem manajemen mutu di industri farmasi mencakup
antara lain:
Struktur organisasi mutu, termasuk kewenangan pemastian mutu dan
pengawasan mutu
Pengendalian perubahan
Sistem pelulusan batch
Penanganan penyimpangan
Pengolahan ulang
Inspeksi diri dan audit eksternal
Pelaksanaan program kualifikasi dan validasi
Personalia
Sistem dokumentasi
(Manajemen Farmasi Industri, 2007)
Aspek yang saling berkaitan membangun manajemen mutu terdiri dari pemastian mutu,
CPOB, pengawasan mutu, dan pengkajian mutu produk. Pemastian mutu adalah totalitas
semua pengaturan yang dibuat dengan tujuan untuk memastikan bahwa obat yang dihasilkan
memenuhi persyaratan mutu dan tujuan pemakaiannya.
CPOB adalah bagian dari pemastian mutu yang memastikan obat dibuat dan dikendalikan
secara konsisten untuk mencapai standar mutu yang sesuai dengan tujuan penggunaan dan
dipersyaratkan dalam izin edar serta spesifikasi produk. CPOB mencakup produksi dan
pengawasan mutu.