Anda di halaman 1dari 38

Materi Kuliah CPOB

BAB-1

By. Apt. Suprapto, S.Si., M.Sc.


FAKULTAS FARMASI UMS 2023
PERUBAHAN FUNDAMENTAL
PERUBAHAN CPOB 20122018

CPOB: 2012 CPOB: 2018


PERUBAHAN FUNDAMENTAL

Perubahan Konsep/paradigma
Bab 1. Sistem Mutu Industri Farmasi
• Terdapat perubahan “fundamental” yang mempengaruhi
seluruh isi dan tujuan pelaksanaan CPOB di industri
farmasi.
• Banyak dikenalkan “istilah baru” antara lain: Pemegang Izin
Industri Farmasi (IIF), Manajemen Puncak, dan lain-lain.
• Manajemen Puncak:
• Penanggung jawab pencapaian Sasaran Mutu.
• Mengarahkan, mengendalikan dan memobilisasi sumber daya
Perusahaan untuk mencapai KEPATUHAN terhadap regulasi.
• CPOB: 2012  7 klausul; CPOB: 2018  13 klausul
Bab 1. Sistem Mutu Industri Farmasi
• Mutu obat dipengaruhi oleh bahan awal, bahan pengemas
(material), proses produksi dan pengendalian mutu
(method), bangunan (money), peralatan yang dipakai
(machine) dan personil yang terlibat (man).
• Menjamin mutu (QC) suatu produk jadi tidak hanya
mengandalkan pelulusan (QA) dari serangkaian
pengujian, tetapi mutu obat hendaklah:
▪ Dibangun sejak awal
▪ Harus dibuat dalam kondisi yang dikendalikan dan dipantau
dengan cermat agar obat memenuhi persyaratan
Bab 1. Sistem Mutu Industri Farmasi
• Tujuan mutu adalah jaminan terhadap khasiat,
keamanan, dan mutu dari produk yang dihasilkan itu
sendiri → perlu ada pengelolaan terhadap seluruh
komponen (sumber daya) dalam industri farmasi
tersebut, yang disebut dengan Sistem Manajemen
Mutu (Quality Management System/QMS)
Bab 1. Sistem Mutu Industri Farmasi
CPOB: 2012 CPOB: 2018
• Judul bab: Manajemen Mutu • Judul bab: Sistem Mutu Industri
Farmasi
• Prinsip:
Industri Farmasi harus harus • Prinsip:
membuat obat sedemikian rupa Pemegang Izin Industri Farmasi (IIF)
agar sesuai dengan tujuan harus membuat obat sedemikian rupa
penggunaannya, memenuhi agar sesuai tujuan penggunaan,
persyaratan yang tercantum dalam memenuhi persyaratan Izin Edar atau
dokumen izin edar (registrasi) dan Persetujuan Uji Klinik, jika diperlukan,
tidak menimbulkan risiko yang dan tidak menimbulkan risiko yang
membahayakan penggunanya membahayakan pasien pengguna
karena tidak aman, mutu rendah disebabkan karena keamanan, mutu
atau tidak efektif. atau efektifitas yang tidak memadai.
Bab 1. Sistem Mutu Industri Farmasi
CPOB: 2012 CPOB: 2018
• Manajemen bertanggung jawab untuk • Industri farmasi harus menetapkan
pencapaian tujuan ini melalui suatu Manajemen Puncak yang mengarahkan
“Kebijakan Mutu”, yang memerlukan dan mengendalikan perusahaan atau
partisipasi dan komitmen jajaran di
pabrik dengan kewenangan dan
semua departemen di dalam perusahaan,
tanggung jawab memobilisasi sumber
para pemasok dan para distributor.
daya dalam perusahaan atau pabrik
• Untuk mencapai tujuan mutu secara untuk mencapai kepatuhan terhadap
konsisten dan dapat diandalkan, regulasi.
diperlukan Sistem Pemastian Mutu yang
didesain secara menyeluruh dan • Untuk mencapai Sasaran Mutu yang
diterapkan secara benar serta handal, diperlukan Sistem Mutu yang
menginkorporasi Cara Pembuatan Obat didesain secara komprehensif dan
yang Baik termasuk Pengawasan Mutu dan diterapkan secara benar serta mencakup
Manajemen Risiko Mutu. Hal ini Cara Pembuatan Obat yang Baik dan
hendaklah didokumentasikan dan Manajemen Risiko Mutu.
dimonitor efektivitasnya
Bab 1. Sistem Mutu Industri Farmasi
CPOB: 2012 CPOB: 2018
1.2. Pemastian Mutu 2. Manajemen Mutu
1.3 CPOB adalah bagian dari 3. CPOB diterapkan pada tahap-tahap
Pemastian Mutu yang memastikan siklus pembuatan obat investigasi, alih
bahwa obat dibuat dan teknologi, produksi komersial hingga
dikendalikan secara konsisten produk yang tidak diproduksi lagi.
untuk mencapai standar mutu yang Namun, Sistem Mutu dapat meluas ke
sesuai dengan tujuan penggunaan tahap siklus pengembangan produk
dan dipersyaratkan dalam izin edar seperti diuraikan dalam ICH Q10, yang
dan spesifikasi produk memfasilitasi inovasi dan perbaikan
CPOB mencakup Produksi dan berkesinambungan serta memperkuat
hubungan antara kegiatan
Pengawasan Mutu
pengembangan produk dan kegiatan
pembuatan produk.
Bambang Priyambodo
Bab 1. Sistem Mutu Industri Farmasi
• Konsep dasar Manajemen Mutu, Cara Pembuatan Obat
yang Baik (CPOB), dan Manajemen Risiko Mutu adalah
saling terkait.
• Konsep dasar yang diuraikan di sini menekankan
kepentingan hubungan konsep tersebut dalam produksi dan
pengawasan obat.
• Unsur dasar manajemen mutu adalah:
a) suatu infrastruktur atau sistem mutu Industri Farmasi
yang tepat mencakup struktur organisasi, prosedur,
proses dan sumber daya; dan
b) tindakan sistematis yang diperlukan untuk mendapatkan
kepastian dengantingkat kepercayaan yang tinggi,
sehingga produk (atau jasa pelayanan) yang dihasilkan
akan selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
Bab 1. Sistem Mutu Industri Farmasi
4. Suatu Sistem Mutu yang tepat bagi pembuatan obat hendaklah menjamin
bahwa:
a. Realisasi Produk diperoleh dengan mendesain, merencanakan, mengimplementasikan,
memelihara dan memperbaiki sistem secara berkesinambungan sehingga secara
konsisten menghasilkan produk dengan atribut mutu yang sesuai;
b. pengetahuan mengenai produk dan proses dikelola pada seluruh
tahapan siklus hidup;
c. desain dan pengembangan obat dilakukan dengan cara yang
memerhatikan ketentuan CPOB;
d. kegiatan produksi dan pengawasan diuraikan secara jelas dan mengacu
pada ketentuan CPOB;
e. tanggung jawab manajerial diuraikan secara jelas;
f. pengaturan ditetapkan untuk pembuatan, pemasokan dan penggunaan bahan awal
dan pengemas yang benar; seleksi dan pemantauan pemasok, dan untuk
memverifikasi setiap pengiriman bahan berasal dari pemasok yang disetujui;
g. proses tersedia untuk memastikan pengelolaan aktivitas yang
dikontrakkan ke pihak ketiga (outsource);
Bab 1. Sistem Mutu Industri Farmasi
h. Kondisi pengawasan ditetapkan dan dijaga dengan mengembangkan dan
menggunakan sistem pemantauan dan pengendalian yang efektif untuk kinerja
proses dan mutu produk;
i. hasil pemantauan produk dan proses diperhitungkan dalam pelulusan bets,
investigasi penyimpangan, dan perencanaan tindakan pencegahan yang digunakan
untuk menghindari penyimpangan yang berpotensi terjadi di kemudian hari;
j. semua pengawasan diperlukan terhadap produk antara dan pengawasan selama-
proses serta validasi dilaksanakan;
k. perbaikan berkelanjutan difasilitasi melalui penerapan peningkatan mutu yang
sesuai dengan kondisi terkini terhadap pengetahuan tentang produk dan proses;
l. pengaturan tersedia untuk evaluasi prospektif terhadap perubahan yang
direncanakan dan persetujuannya sebelum dimplementasikan dengan
memerhatikan laporan kepada Badan Pengawas Obat dan Makanan dan
mendapatkan persetujuan pengaturan jika diperlukan;
Bab 1. Sistem Mutu Industri Farmasi
m. setelah pelaksanaan perubahan, evaluasi untuk dilakukan mengonfirmasi
pencapaian sasaran mutu dan bahwa tidak terjadi dampak merugikan terhadap
mutu
. produk; analisis akar penyebab masalah yang tepat hendaklah diterapkan
selama investigasi penyimpangan, dugaan kerusakan produk dan masalah lain.
Hal ini dapat ditentukan dengan menggunakan prinsip Manajemen Risiko Mutu.
Dalam kasus di mana akar penyebab masalah sebenarnya tidak dapat
ditetapkan, hendaklah dipertimbangkan mengidentifikasi beberapa akar
penyebab masalah yang paling mungkin terjadi dan mengambil tindakan yang
diperlukan.

Apabila faktor kesalahan manusia dicurigai atau diidentifikasi sebagai penyebab


masalah, faktor ini hendaklah dijustifikasi dengan pengambilan tindakan yang
memastikan bahwa proses, prosedur atau sistem yang berpotensi menimbulkan
kesalahan atau masalah tidak diabaikan, jika faktor manusia terjadi.
Bab 1. Sistem Mutu Industri Farmasi
1.5. Manajemen puncak memiliki tanggung jawab paling tinggi untuk
memastikan Sistem Mutu yang efektif tersedia, berasal dari sumber yang
memadai dan bahwa peran, tanggung jawab, dan wewenang ditetapkan,
dikomunikasikan dan diimplementasikan di seluruh organisasi.
Kepemimpinan dan partisipasi aktif manajemen puncak dalam Sistem Mutu
sangat penting. Kepemimpinan ini hendaklah menjamin dukungan dan
komitmen personel di semua tingkat dan pabrik dalam organisasi terhadap
Sistem Mutu.
1.6 Secara berkala hendaklah dilakukan pengkajian manajemen terkait
pengoperasian Sistem Mutu dengan melibatkan manajemen puncak, untuk
mengidentifikasi peluang perbaikan produk, proses dan sistem secara
berkelanjutan.
1.7 Sistem Mutu hendaklah ditetapkan dan didokumentasi. Manual Mutu atau
dokumentasi setara hendaklah ditetapkan dan mengandung deskripsi sistem
manajemen mutu termasuk tanggung jawab manajemen.
CPOB (1.8)
 CPOB adalah bagian dari
Manajemen Mutu yang memastikan
obat dibuat dan dikendalikan secara
konsisten untuk mencapai standar
mutu yangsesuai dengan tujuan
penggunaan dan persyaratan Izin
Edar, Persetujuan Uji Klinik atau
spesifikasi produk.
 CPOB mencakup Produksi dan
Pengawasan Mutu (QC).
Jargon CPOB 2018
Prinsip Dasar CPOB
Semua proses pembuatan obat ditetapkan secara
jelas

Tahap kritis dalam proses pembuatan, dan


perubahan signifikan dalam proses divalidasi

Tersedia semua fasilitas CPOB yang diperlukan

Prosedur dan instruksi ditulis dalam bentuk instruksi

prosedur dan instruksi dilaksanakan dengan


benaruksi dengan bahasa jelas,

pencatatan dilakukan selama pembuatan


Prinsip Dasar CPOB
Setiap penyimpangan signifikan dicatat

Tindakan korektif dan tindakan pencegahan yang tepat;

Catatan pembuatan termasuk distribusi obat yang memungkinkan

Ketertelusuran riwayat bets

Cara Distribusi Obat yang Baik pada mutu obat;

sistem penarikan bets obat dari peredaran tersedia; dan

keluhan terhadap produk yang beredar dikaji, penyebab cacat mutu

diinvestigasi serta tindakan tepat diambil terkait cacat produk dan


pencega
Pengawasan Mutu (1.9)
Pengawasan Mutu (QC) adalah bagian dari CPOB
yang mencakup pengambilan sampel, spesifikasi dan
pengujian, serta mencakup organisasi,dokumentasi
dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa
pengujian yang diperlukan dan relevan telah
dilakukan
Prinsip Dasar Pengawasan Mutu
Fasilitas memadai, personel terlatih dan tersedia prosedur yang disetuju

Pengambilan sampel

Metode pengujian telah tervalidasi

Pencatatan dilakukan secara manual dan/atau dengan alat

Produk jadi berisi zat aktif dengan komposisi secara kualitatif dan

kuantitatif sesuai dengan yang tercantum dalam Izin Edar atau

Dibuat catatan hasil pemeriksaan dan pengujian


Quality Management
Untuk dapat melaksanakan Kebijakan Mutu, dibutuhkan 2
Unsur Dasar, yaitu:
 Infrastruktur atau Sistem, mencakup struktur Organisasi,
Prosedur, Proses dan Sumber Daya
 Tindakan sistematis diperlukan untuk mendapat kepastian
dengan tingkat kepercayaan yang tinggi, sehingga produk
yang dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan yang
telah ditetapkan  Pemastian Mutu (Quality Assurance/
QA)

http://priyambodo71.wordpress.com 22
Konsep Quality Management
Manajemen Mutu (QM) Memberikan arahan kebijakan
tentang mutu

Tindakan sistematis untuk


Pemastian Mutu (QA) melaksanakan Sistem mutu

Menghindarkan atau meminimalkan resiko


CPOB yang tidak dapat dideteksi melalui
serangkaian tes, misalnya kontaminasi dan
tercampurnya produk (Cross contamination
& Mix-up)

Pengawasan Mutu (QC) Bagian dari CPOB yg fokus pada pelaksanaan


pengujian lingkungan, fasilitas, bahan, komponen
dan produk sesuai dg standar

23
Quality Assurance (QA)
 QA (Quality Assurance) adalah suatu konsep yang luas yang
mencakup semua aspek yang secara kolektif maupun individual
mempengaruhi mutu, dari konsep design hingga product tersebut di
tangan konsumen. (all aspect that collectively or individually influence
product quality from design concept to consumer use)
 Quality Assurance meliputi:
 Cara Pembuatan Obat yang Baik (Good Manufacturing Practices/GMP)
 Cara Berlaboratorium yang Baik (Good Laboratory Practices/GLP)
 Cara Uji Klinis yang Baik (Good Clinical Practices/GCP)
 Cara Distribusi yang Baik (Good Distribution Practices/GDP)
 Cara Penyimpanan yang Baik (good storage practices /GSP)
Quality Management System
 Ruang lingkup (scope) QMS:
 Struktur organisasi mutu  pemisahan kewenangan/fungsi QA
(Pemastian Mutu) dengan QC (Pengawasan Mutu)
 Personalia  Kualifikasi dan Program Pelatihan termasuk program
Sanitasi & Hygiene
 Sistem Dokumentasi
 Sistem Pelulusan Batch
 Penanganan terhadap perubahan, penyimpangan dan prosedur
pengolahan ulang
 Kualifikasi dan Validasi  Rencana Induk Validasi, Protokol & Laporan
Validasi
 Program Inspeksi diri & Audit Mutu
 Penanganan Keluhan terhadap produk, Penarikan kembali produk,
dan Produk Kembalian

29
Quality Assurance (QA)
 QA merupakan:
 Pola pikir (an attitude of mind)
 Kerja team (a team work)
 Tanggung jawab SETIAP ORANG dalam perusahaan
(everyone responsibility in the company)
 c-GMP mengamanatkan, Bagian/Departemen QA berperan
sebagai “polisi” yang mandiri untuk memantau keseluruhan
proses pembuatan obat mulai dari pembelian bahan hingga
distribusi obat jadi
Quality by Design (QbD)
Langkah-langkah QbD: Pendekatan sistematis
(QbD):
• Menentukan target product profile (TPP)  Memanfaatkan
• Menentunkan quality target product profile (QTPP) pengetahuan yang
• Menentukan critical quality attributes (CQA) sudah ada sebelumnya
• Menyusun design of experiments (DoE)  Studi menggunakan
• Menyusun design space design of experiment
 Menerapkan
• Penerapan operating space
manajemen risiko
• Pembuktian rentang penerimaan  Menggunakan
• Pengujian dan karakterisasi produk akhir manajemen
• Penyusunan kontrol strategi pengetahuan/keilmuan
• Keberlanjutan pengawasan dan peningkatan. sepanjang siklus hidup
produk
Pengkajian Mutu Produk
 Tujuan:
 Untuk membuktikan KONSISTENSI proses, kesesuaian dari
spesifikasi bahan awal, bahan pengemas dan obat jadi;
 Melihat TREN;
 Mengidentifikasi perbaikan yang diperlukan untuk produk
dan proses
 Pengkajian Mutu Produk dilakukan secara berkala 
Pengkajian Produk Tahunan (PPT)
 PPT dilakukan terhadap SEMUA produk/obat yang dibuat dalam
satu tahun lebih dari 3 batch/tahun
 PPT dilakukan oleh bagian Penjaminan Mutu (QA), dibantu oleh
Bagian Pengawasan Mutu dan Bagian Produksi

32
Pengkajian Mutu
Produk
Aspek-aspek yang harus diperhatikan:
 Jumlah bets yang dibuat dalam 1 tahun
 Jumlah dan prosentase (%) yang ditolak/diproses ulang
dan bila ada bets yang bermasalah
 Hasil dari pengujian analisa dan mikrobiologi dari produk
akhir dan/atau pemeriksaan selama proses serta
pemantauan lingkungan (terutama untuk produk steril)
 Status validasi proses
 Penyimpangan dan hasil dari penyelidikan terhadap
penyimpangan
 Keluhan produk yg diterima
 Teguran kritis dari Pemerintah (BPOM)/penarikan kembali
obat jadi
 Data Stabilitas (termasuk masalah stabilitas produk yang
potensial)
33
Manajemen Resiko Mutu
 Manajemen Resiko Mutu adalah suatu proses sistematis
untuk melakukan penilaian, pengendalian dan pengkajian
resiko terhadap mutu suatu produk.
 Aplikasi: Proaktif atau Retrospektif
 Tujuan:
memastikan bahwa evaluasi terhadap mutu dilakukan
berdasarkan pengalaman secara ilmiah, pengalaman
dengan proses dan pada akhirnya terkait pada
perlindungan pasien
 Pelaksana: QA Manager

34
Manajemen
Resiko Mutu
• Manajemen
Risiko Mutu
dapat dilihat
di Aneks 13
Manajemen
Risiko Mutu,
atau ICH Q9.
Contoh Perangkat Managemen
Risiko:
 Metode dasar manajemen risiko (flowcharts, check sheets,
dll);
 Failure Mode Effects Analysis (FMEA);
 Failure Mode, Effects and Criticality Analysis (FMECA);
 Fault Tree Analysis (FTA);
 Hazard Analysis and Critical Control Points (HACCP);
 Hazard Operability Analysis (HAZOP);
 Preliminary Hazard Analysis (PHA);
 Penyaringan dan pemberian skala (pemeringkatan)
risiko;
 Perangkat statistik pendukung.
Referensi
• CPOB 2018, BPOM Jakarta
• POPP Pedoman CPOB 2012, BPOM Jakarta
• Bambang Priyambodo
: https://www.youtube.com/watch?v=bknyZ7z78Ds
Terima Kasih
Selamat belajar, berkarya, dan
berprestasi
Semoga Sukses Selalu

Anda mungkin juga menyukai