Dosen Pengampu :
Unsyura Dhipa Budaya
Disusun Oleh :
Ain Aydira (1943700259)
Deni Wahyuni Safitri (1943700253)
Jayanti Maullicha Sari (1943700325)
Yunita Mutiara Kasih (1943700349)
Norma Annisa (1943700289)
Nurfadilah (1943200327)
Rahmah Restiya (1943700293)
Randi Apriadi (1943700364)
Fitria Citra Pertiwi (1943700414)
JURUSAN APOTEKER
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat dan karunia-Nya, kami Kelompok 4 dapat menyelesaikan makalah
mengenai Perbedaan Cara Pembuatan Obat Yang Baik 2012 dan 2018.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dari Bapak Unsyura Dhipa Budaya pada mata Farmasi Industri dan Cara
Pembuatan Obat Yang Baik. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Perbedaan Cara Pembuatan Obat Yang Baik 2012
dan 2018.bagi para pembaca dan juga penulis.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangunakan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
obat. Untuk menghasilkan mutu obat yang bermutu. Aman dan berkhasiat
diperlukan suatu tahap kegitan yang sesuai Cara Pembuatan Obat yang Baik
bangunan, hygiene, santasi, serta personalia yang terlibat disetiap proses produksi.
dan ketentuan bagi setiap industri farmasi untuk dilaksanakan. Hal ini bertujuan
kualifiaksi dan validasi. Beberapa point mengalami perubahan dari CPOB tahun
1.3 Tujuan
Mengetahui perbedaan tiap poin dalam CPOB 2012 dan CPOB 2018
BAB II
PEMBAHASAN
Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai dengan
dalam dokume izin edar (registrasi) dan tidak menimbulkan risiko yang
membahayakan penggunaanya karena tidak aman mutu rendah atau tidak efektif.
Manajemen bertnggung jawab untuk pencapaian tujuan ini melalui sutu Kebijakan
pemasok dan para distributor. Untuk mencapai tujuan mutu secara konsisten dan
dapat diandalkan, diperlukan sistem Pemastian mutu yang didesain secara benar
Vutu dan Vanajemen Risiko mutu. Hal ini hendaklah didokumentasikan dan
antara lain Pemegang Izin Industri Farmasi (IIF), Manajemen Puncak, dan lain
lain.
Manajemen Puncak:
Farmasi
Prinsip : Prinsip :
obat sedemikian rupa agar sesuai (IIF) harus membuat obat sedemikian
tidak memadai.
Manajemen bertanggung jawab untuk Industri farmasi harus menetapkan
diterapkan secara benar serta Cara Pembuatan Obat yang Baik dan
mencakup Produksi dan Pengawasan seperti diuraikan dalam ICH Q10, yang
pembuatan produk.
Cara Pembuatan Obat Yang Baik Cara Pembuatan Obat yang Baik
ISI SAMA
Pengawasan Mutu Pengawasan Mutu
ISI SAMA
Pengkajian Mutu Produk Pengkajian Mutu Produk
ISI SAMA
Manajemen Risiko Mutu ISI SAMA
Manajemen Risiko Mutu
ISI SAMA
ISI SAMA
Suatu Sistem Mutu yang tepat bagi pembuatan obat hendaklah menjamin bahwa:
a. Realisasi Produk diperoleh dengan mendesain, merencanakan,
b. Pengetahuan mengenai produk dan proses dikelola pada seluruh tahapan siklus
hidup;
ketentuan CPOB;
d. Kegiatan produksi dan pengawasan diuraikan secara jelas dan mengacu pada
ketentuan CPOB;
awal dan pengemas yang benar; seleksi dan pemantauan pemasok, dan untuk
dikemudian hari;
sesuai dengan kondisi terkini terhadap pengetahuan tentang produk dan proses;
pencapaian sasaran mutu dan bahwa tidak terjadi dampak merugikan terhadap
mutu produk; analisisa kar penyebab masalah yang tepat hendaklah diterapkan
Mutu. Dalam kasus dimana akar penyebab masalah sebenarnya tidak dapat
masalah yang paling mungkin terjadi dan mengambil tindakan yang diperlukan.
Sistem Mutu yang efektif tersedia, berasal dari sumber yang memadai dan
ini hendaklah menjamin dukungan dan komitmen personel disemua tingkat dan
berkelanjutan.
2.2 Personalia
CPOB 2012, Namun demikian,ada beberapa hal “krusial” yang diatur dalam
CPOB 2018, yang tidak diatur dalam CPOB 2012. Antara lain :
1. Tugas spesifik dan kewenangan dari personel pada posisi penanggung jawab
kualifikasi yang memadai. Hendaklah aspek penerapan CPOB tidak ada yang
efektivitas penerapan Sistem Mutu untuk mencapai sasaran mutu, dan, peran,
tinjauan manajemen.
DAN HIGIENE
2.16 –2.23 ISI SAMA
TIDAK DIATUR KONSULTAN:
mereka kuasai.
disimpan.
2.3 Bangunan Fasilitas
HIGIENE -FASILITAS
3.45-3.53 ISI SAMA
2.4 Peralatan
HIGIENE PERALATAN
4.19-4.24 ISI SAMA
2.5 Produksi
Bahan aktif
Ketertelusuran rantai pasokan hendaklah ditetapkan dan risiko terkait, mulai dari
bahan awal untuk pembuatan bahan aktif hingga produk jadi, hendaklah dinilai
secara formal dan diverifikasi secara berkala. Langkah langkah yang tepat
hendaklah dilakukan untuk mengurangi risiko terhadap mutu zat aktif. Catatan
rantai pasokan dan ketertelusuran untuk setiap bahan aktif (termasuk bahan awal
untuk pembuatan bahan aktif) hendaklah tersedia dan disimpan oleh pabrik
pembuat produk obat. Audit hendaklah dilakukan terhadap pabrik pembuat dan
distributor bahan aktif untuk memastikan bahwa mereka memenuhi Pedoman Cara
Pembuatan Bahan Baku Aktif Obat yang Baik dan Cara Distribusi Obat yang Baik.
Pemegang nomor izin edar hendaklah memverifikasi kepatuhan tersebut baik oleh
dirinya sendiri maupun melalui entitas yang bertindak atas namanya di bawah
suatu kontrak. Audit hendaklah dilakukan dalam durasi waktu dan ruang lingkup
yang tepat untuk memastikan bahwa penilaian CPOB yang lengkap dan jelas
dilakukan; pertimbangan hendaklah diberikan pada potensi kontaminasi silang dari
bahan lain di lokasi. Laporan hendaklah sepenuhnya mencerminkan apa yang telah
dilakukan dan diamati saat audit dengan segala ketidaksesuaian yang diidentifikasi
dengan jelas. Tindakan perbaikan dan pencegahan yang diperlukan hendaklah
dilaksanakan. Audit lebih lanjut hendaklah dilakukan pada interval yang
ditentukan berdasarkan proses manajemen risiko mutu untuk memastikan
pemeliharaan standar dan penggunaan berkelanjutandarirantai pasokan yang
disetujui.
Eksipien
Eksipien dan pemasok eksipien hendaklah dikendalikan secara tepat berdasarkan
hasil penilaian risiko mutu secara formal. Penilaian risiko mutu dapat mengacu
pada Pedoman PIC/S mengenai pelaksanaan penilaian risiko untuk pemastian
penerapan Cara Pembuatan yang Baik untuk eksipien produk obat atau pedoman
internasional lain terkait.
3. Pembuat produk jadi bertanggung jawab atas pengujian bahan awal* sebagaimana
dijelaskan dalam dokumen registrasi. Mereka dapat menggunakan hasil tes parsial
atau lengkap dari pabrik pembuat bahan awal yang disetujui tetapi minimal harus
melakukan uji identifikasi** sesuai dengan Bab 7 Pengawasan Mutu.
2.8 Inspeksi Diri, Audit Mutu dan Audit & Persetujuan Pemasok
2.10 Dokumentasi
Sebagai konsekuensi dari perubahan fundamental pada Bab 1, maka dalam
CPOB: 2018 ini banyak perubahan terjadi pada Bab 10tentangDokumentasi.
Tujuan utama sistem dokumentasi juga dijabarkan, yaitu harus bisa untuk
membangun, mengendalikan, memantau dan mencatat semua kegiatan yang
secara langsung atau tidak langsung yang berdampak pada semua aspek
kualitas produk obat.
Beberapa “hal baru” yang sebelumnya tidak ada di CPOB: 2012, antara lain :
penggolongan jenis dokumentasi utama, DIIF (Dokumen Induk
IndustriFarmasi), dan lain – lain.
Dalam CPOB: 2018 ini juga diatur klausul mengenai Penyimpanan
Dokumenyang diatur sangat terperinci.
CPOB: 2018
Terdapat 4 (empat) jenis Validasi Proses, yaitu (1) Validasi
Awal dari Proses Baru, (2) Validasi bila terjadi Perubahan Proses, (3)
Transfer Lokasi Pembuatan, dan (4) Verifikasi Proses On-Going.
Terdapat 3 pendekatan pelaksanaan validasi proses, yaitu :
1. Pendekatan Tradisional
2. Pendekatan Kontinu
3. Pendekatan Hibrida
Badan Pom RI, 2012, Pedoman cara pembuatan obat yang baik. Republik
Indonesia.
Badan Pom RI, 2018, Pedoman cara pembuatan obat yang baik. Republik
Indonesia.